• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

G. Sistematika Penulisan

Sistematika Penulisan yaitu gambaran singkat tentang subtansi pembahasan secara garis besar. Agar dapat memberi gambaran yang lebih jelas tentang keseluruhan isi dari skripsi ini, maka penulis membagi dalam lima bab yang mana masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab, yaitu: Bab I : Pendahuluan. Bagian pendahuluan menjelaskan mengenai pokok permasalahan yang terdiri dari: Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Definisi Operasional, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

Bab II : Kompilasi Ayat. Dalam Bab ini memaparkan terjemahan, kosa kata atau mufrodat.

Bab III : Asbabun Nuzul dan Munasabah. Pada bab ini dijelaskan mengenai sebab-sebab turunnya ayat Al-qur’anSurat Luqman ayat 17, dan hubungan keterkaitan dengan yang lain.

Bab IV : Pembahasan. Dalam pembahasan penulis menjabarkan tentang pendidikan keluarga dalam Al-Qur’an yang meliputi: pokok

pendidikan keluarga dalam Al-Qur’an pada Surat Luqman ayat 17, serta relevansi dengan kurikulum dipendidikan formal.

17

Bab V : Kesimpulan dari seluruh uraian yang telah dikemukakan dan merupakan jawaban dari permasalahan penelitian ini.

BAB II

KOMPILASI AYAT-AYAT

A. Surat Luqman ayat 17

Sesuai dengan judul bab ini, maka penulis menyajikan kompilasi ayat yang menjadi tema pembahasan dalam skripsi ini. Adapun redaksi ayat 17 dari surat Luqman, sebagaimana disajikan dalam teks berikut ini:

وُرْعَمْلاِب ْرُمْأ َو َة َلََّصلا ِمِقَأ َّيَنُب اَي

اَم ٰىَلَع ْرِبْصا َو ِرَكْنُمْلا ِنَع َهْنا َو ِف

وُمُ ْلْا ِم ْزَع ْنِم َكِلَٰذ َّنِإ ۖ َكَباَصَأ

ِر

(

: نامقل

۷

) ا

18

Artinya : Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang

mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.

Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan

(oleh Allah).

B. Mufrodat

Setelah menyajikan teks ayat dan terjemahnya, perlu bagi penulis untuk menyajikan beberapa kosa kata penting terkait dengan ayat tersebut. Kosa kata yang disajikan sesuai dengan Al-Qur’an surat

Luqman ayat 17.

ْرُمْأ َو َلََّصلا

َة ِمِقَأ َّيَنُب اَي

Dan perintahkanlah (manusia) Shala t Dirika nlah Wahai anakku

ِرَكْنُمْلا ِنَع َهْنا َو و ُرْعَمْلاِب

ِف

Kemungk aran/ kemaksiatan Dari Dan cegahlah mereka Untuk melakukan kebaikan (taat kepada Allah)

19

َكَباَصَأ اَم ٰىَلَع ْرِبْصا َو

Yang menimpamu (ketika memerintah dan mencegah)

Apa Atas Dan

bersabarlah

ِم ْزَع

وُمُ ْلْا

ِر ْنِم َكِلَٰذ َّنِإ

Perkara yang ditekankan dan penting Term asuk Itu Sesunggu hnya

Dalam ayat ini akan disajikan seluruh kosa kata yang terdapat dalam ayat 17 untuk memperjelas makna kosa kata seluruhnya.

1. Kata

َّيَنُب اَي

berasal dari gabungan kata

اَي

dan

نبا

Asli kata

نبا

itu ditasghir menjadi

َّيَنُب

yang asalnya berarti anak biasa setelah ditasghir maknanya menjadi anak sayang.

Dalam ensiklopedia al-Qur’an, kata

نبا

berasal dari kata bana-yabni-bina’an yang berarti membangun, menyusun, membuat fondasi. Kata ibn berasal dari akar kata banawa (

َوَنَب

) atau banawun

20

(

وَنَب

) yang berarti seorang anak laki-laki (Shihab dkk, 2007:337). Kata

نبا

dalam kamus Arab-Indonesia (Yunus, 2010:32) juga diartikan dengan anak laki-laki.

2.

ِمِقَأ

berasal dari kata

َماَق

Dalam kamus Arab-Indonesia, kata

َماَق

bisa berkembang menjadi

َماَق َأ

yang berarti menegakkan, bermukim, mendiami (Yunus, 2010:45). Sedangkan dalam ensiklopedia al-Qur’an, kata

(

امايق - موقي- َماَق

) berarti ‘berdiri’. Bisa juga berarti memelihara sesuatu agar tetap ada, misalnya

ةَلََّصلا ُماَيِق

berarti memelihara agar shalat tetap dilaksanakan; berdiri atau memelihara baik atas pilihan sendiri ataupun atas paksaan (Shihab dkk, 2007:645).

3.

ة َلََص

ة َلََص

adalah bentuk masdar dari kata kerja yang tersusun dari huruf-huruf shad, lam, dan waw. Penggunaan kata Shalat dan pecahannya sebagai suatu ibadah yang diajarkan oleh Nabi saw kepada kaum Muslim. Menurut para ulama, mendirikan shalat berarti memenuhi

segala rukun dan syaratnya, berkesinambungan, khusyu’,

21

(Shihab dkk, 2007:896). Dalam kamus Arab-Indonesia-Inggris, kata

ة َلََص

berarti berdoa dan mendirikan shalat (Dzulfikar, 2010:384). Kata

ة َلََص

dalam kamus Arab-Indonesia (Yunus,2010:220) juga

diartikan dengan shalat, sembahyang, do’a.

4.

رمأ

adalah bentuk dari kata amara-ya’muru-amran (

- رمأي – رما

ارما

) yang berarti menyuruh (Yunus,2010:48).

Kata

َر َأ َم

juga disebutkan bentuk kata

ا ًراَمِا َو اًرْمَا- َرَمَا

yang berarti memerintahkan (al-Munawir, 1984:41)

5.

فو ُرْعَم

adalah bentuk ism maf’ul (objek) dari kata ‘arafa (

َف َرَع

) yang tersusun dari ‘ain, ra’, danfa’. Kata ma’ruf di dalam al-qur’an

disebutkan berdampingan dengan kata munkar. Meskipun memiliki arti yang banyak, tetapi arti tersebut tetap bermuara pada arti pokoknya, yakni segala yang dapat memberikan ketenangan dan ketentraman jiwa dan karenanya dapat berkesinambungan (Shihab dkk, 2007:533-534). Dalam kamus Arab-Indonesia, kata

فوُرْعَم

berarti kebaikan, kebajikan (Yunus,2010:263).

6.

َهْنا

berasal dari kata naha-yanha-nahyan (

ايهن- ىهني– ىهن

) yang mengandung arti melarang supaya tidak melampaui batas. Kata

naha (

ىهن

) digunakan untuk menjelaskan segala macam bentuk larangan Allah dan Rasul-Nya (Shihab dkk, 2007:692-693). Dalam

22

kamus Arab-Indonesia (Yunus, 2010:271), kata

ىهن

juga diartikan dengan melarang.

7. Kata

ر َب َص

dalam kamus Arab-Indonesia (Yunus,2010:211), berarti bersabar, tabah hati, berani (atas sesuatu).

Kata

ر َب َص

berasal dari shabara-yashbiru-shabran (

ربصي - ربص

-

اربص

) terambil dari akar kata yang terdiri dari huruf-huruf shad,

ba’, dan ra. Maknanya berkisar pada tiga hal; 1) menahan, 2) ketinggian sesuatu, dan 3) sejenis batu. Dari makna menahan, lahir makna konsisten/bertahan karena yang bersabar bertahan menahan diri pada satu sikap. Sesseorang yang menahan gejolak hatinya dinamai bersabar. Yang ditahan di penjara sampai mati dinamai

mashburah. Dari makna kedua, lahir kata shubr, yang berarti puncak sesuatu. Dan, dari makna ketiga, muncul kata ash-shubrah, yakni batu yang kukuh lagi kasar, atau potongan besi.

Ketiga makna tersebut dapat kait-berkait, apalagi pelakunya manusia. Seorang yang sabar akan menahan diri dan untuk itu ia memerlukan kekukuhan jiwa dan mental baja agar dapat mencapai ketinggian yang diharapkannya. Sabar adalah menahan gejolak nafsu demi mencapai yang baik atau yang terbaik (Shihab, 2002:309).

Dalam kamus al-Munawir (1984:813), kata

ا ًرْبَص -ر َب َص

berarti bersabar, tabah hati.

23

8.

باَص

adalah bentuk kata shaba-yashubu-shauban (

– باص

بوصي

-

ابوص

) (Shihab dkk, 2007:903).

Kata

باص

(

َباَصَأ

) berarti menimpa, mengenai (Yunus,2010:42).

Bentuk kata

ابوص – باص

dalam kamus Arab-Indonesia-Inggris,

diartikan dengan turun (hujan) (Dzulfikar, 2010:386). Dalam kamus al-Munawir (1984:856), kata

ابوص – باص

juga diartikan dengan turun.

9. Kata (

كِلَٰذ

) dalam ayat ini merujuk pada kesabaran dan kegigihan. Namun bisa saja kata ini juga merujuk pada segala urusan yaang telah disebutkan dalam ayat ini, termasuk urusan salat, amar makruf-nahi mungkar. Akan tetapi, masalah kesabaran dan kegigihan ini disebutkan setelah masalah kesabaran dalam ayat-ayat al-Quran yang lain sehingga kemungkinan artinya merujuk pada makna yang pertama sangat besar (Imani, 2008:297). Dalam kamus Arab-Indonesia-Inggris (Dzulfikar, 2010:320), kata

كِلَٰذ

berarti itu (jarak jauh untuk dua laki-laki).

10.Kata

مزع

adalah bentuk dari kata (

اًم َزَع - ُم ِزْعَي – َمَزَع

) yang berarti bercita-cita tetap akan perbuatannya (Yunus,2010:260). Kata

مزع

adalah kata kerja bentuk lampau (fi’il madhi) dari bentuk

24

tekad untuk melakukan sesuatu. Maksudnya adalah objek sehingga makna penggalan ayat itu adalah shalat, amr ma’ruf dan nahi

mungkar-serta kesabaran-merupakan hal-hal yang telah diwajibkan oleh Allah untuk dibulatkan atasnya tekad manusia. Sekian banyak ayat yang menyebut sabar adalah bagian dari ‘azm al-umur, seperti

QS. Ali ‘Imran [3]: 186, asy-Syura [42]: 43, dan lain-lain. Maka, atas dasar itu, bersabar, yakni menahan diri, termasuk dalam ‘azm dari sisi bahwa ‘azm, yakni tekad dan keteguhan, akan terus bertahan selama masih ada sabar. Dengan demikian, kesabaran diperlukan oleh tekad serta kesinambungannya (Shihab, 2002: 310).

Dalam kamus al-Munawir (1984:996) juga disebutkan bahwa kata

مزع

bentuk masdarnya adalah

ُم ْزَعلا

yang berarti maksud, niat. 11.

روُمُأ

adalah bentuk jamak dari kata

رْمَأ

yang berarti pekerjaan,

perkara, urusan. Kata

رْمَأ

adalah bentuk kata kerja perintah (fi’il amr) dari kata kerja bentuk lampau (fi’il madhi)

َر َا َم

(Yunus, 2010: 48). Kata

َر َأ َم

juga disebutkan bentuk dari kata

ا ًراَمِا َو اًرْمَا- َرَمَا

yang berarti memerintahkan (al-Munawir, 1984:41).

C. Pokok Kandungan Surat Luqman Ayat 17

Setelah menyajikan teks ayat dan terjemahnya, selanjutnya penulis akan menyajikan beberapa pokok kandungan ayat 17 dari surat Luqman menurut para mufasir.

25

Adapun redaksi ayat 17 dari surat Luqman, sebagaimana disajikan dalam teks berikut ini:

َّيَنُب اَي

اَم ٰىَلَع ْرِبْصا َو ِرَكْنُمْلا ِنَع َهْنا َو ِفوُرْعَمْلاِب ْرُمْأ َو َة َلََّصلا ِمِقَأ

وُمُ ْلْا ِم ْزَع ْنِم َكِلَٰذ َّنِإ ۖ َكَباَصَأ

ِر

(

: نامقل

۷

) ا

Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan

yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan

bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang

demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).

Berikut penafsiran para mufasir pada Surat Luqman ayat 17 mengenai pendidikan keluarga diantaranya:

1. Ibnu Katsir

Dalam Tafsir Ibnu katsir Surat Luqman ayat 17 itu

dipaparkan bahwa, Luqman berkata kepada anaknya, “hai anakku, dirikanlah shalat” sejalan dengan kewajiban, hukum, rukun, dan waktunya. “Dan suruhlah manusia mengerjakan yang baik dan

cegahlah dari perbuatan yang mungkar” sesuai dengan

kesanggupanmu “serta bersabarlah terhadap apa yang menimpamu”,

sebab orang yang menyeru kepada jalan Allah, pasti mendapat

gangguan. “sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang

26

manusia merupakan ketetapan yang diberikan Allah kepada para dai (ar-Rifa’i, 2000: 792).

2. Departemen Agama RI

Ayat tersebut menerangkan bahwa Luqman mewasiatkan kepada anaknya beberapa hal, diantaranya untuk selalu mendirikan shalat dengan sebaik-baiknya, sehingga diridhai Allah. Jika shalat yang dikerjakan itu diridhai Allah, perbuatan keji dan perbuatan mungkar dapat dicegah, jiwa menjadi bersih, tidak ada kekhawatiran terhadap diri orang itu, dan mereka tidak akan bersedih hati jika ditimpa cobaan, dan merasa dirinya semakin dekat dengan Tuhannya. Selanjutnya mewasiatkan agar berusaha mengajak manusia mengerjakan perbuatan-perbuatan baik yang diridhai Allah, berusaha membersihkan jiwa dan mencapai keberuntungan, serta mencegah mereka agar tidak mengerjakan perbuatan-perbuatan dosa.

Luqman juga mewasiatkan agar selalu bersabar dan tabah terhadap segala macam cobaan yang menimpa, akibat dari mengajak manusia berbuat baik dan meninggalkan perbuatan yang mungkar, baik cobaan itu dalam bentuk kesenangan dan kemegahan, maupun dalam bentuk kesengsaraan dan penderitaan (Departemen Agama, 2007:555).

27

Shihab (2002:308-310) menafsirkan surat Luqman ayat 17 itu dalam tafsir Al-Misbah bahwa, Luqman as. melanjutkan nasihatnya kepada anaknya nasihat yang dapat menjamin kesinambungan Tauhid serta kehadiran Ilahi dalam qalbu sang anak. Yaitu perintah untuk melaksanakanshalat dengan sempurna syarat, rukun, dan sunnah-sunnahnya. Dan, di samping memerhatikan diri dan membentenginya dari kekejian dan kemungkaran, anjurkan pula orang lain berlaku serupa. Karena itu, perintahkan secara baik-baik

siapa pun yang mampu diajak mengerjakan ma’ruf dan cegah mereka dari kemungkaran. Memang akan banyak tantangan dan rintangan dalam melaksanakan tuntunan Allah karena itu, tabah dan bersabar terhadap apa yang menimpa. Sesungguhnya yang demikian itu yang sangat tinggi kedudukannya dan jauh tingkatnya dalam kebaikan yakni shalat, amr ma’ruf dan nahi munkar, dan kesabaran.

Nasihat Luqman di atas menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan amal saleh yang puncaknya adalah shalat serta

amal-amal kebajikan yang tercemin dalam amr ma’ruf dan nahi munkar

juga nasihat berupa perisai yang membentengi seseorang dari kegagalan, yaitu sabar dan tabah.

Menyuruh mengerjakan ma’ruf, mengandung pesan untuk

mengerjakannya karena tidaklah wajar menyuruh sebelum diri sendiri mengerjakannya. Demikian juga melarang kemungkaran menuntut agar yang melarang terlebih dahulu mencegah dirinya. Itu

28

menjadi sebab mengapa Luqman tidak memerintahkan, menyuruh, dan mencegah. Di sisi lain, membiasakan anak melaksanakan tuntunan ini menimbulkan dalam dirinya jiwa kepemimpinan serta kepedulian sosial.

4. Tafsir Al-Maraghi

Dalam Tafsir Al-Maraghi dijelaskan bahwa Wasiat Luqman kepada anaknya yaitu tentang perintah mendirikan shalat, karena di dalam shalat itu terkandung ridha Tuhan, orang yang mengerjakannya berarti menghadap dan tunduk kepada-Nya. Dan di dalam shalat terkandung pula hikmah lainnya, yaitu dapat mencegah orang yang bersangkutan dari perbuatan keji dan mungkar. Maka apabila seseorang menunaikan hal itu dengan sempurna, niscaya bersihlah jiwanya dan berserah diri kepada Tuhannya, baik dalam keadaan suka maupun duka. Dan perintahkanlah orang lain supaya membersihkan dirinya sebatas kemampuan. Maksudnya supaya jiwanya menjadi suci dan demi untuk mencapai keberuntungan.

Dan cegahlah manusia dari semua perbuatan durhaka terhadap Allah, dan dari mengerjakan larangan-larangan-Nya yang membinasakan pelakunya serta menjerumuskan ke dalam azab neraka yang apinya menyala-nyala, yaitu neraka jahanam dan seburuk-buruk tempat kembali adalah jahanam. Dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu dari orang lain, karena kamu

29

munkar kepada mereka. Karena di dalam hal tersebut terkandung faedah yang besar dan manfaat yang banyak, di dunia dan di akhirat, sebagaimana yang telah dibuktikan melalui berbagai macam eksperimen dalam kehidupan dan sebagaimana yang telah dijelaskan oleh nas-nas agama (al-Maraghi, 1993:158-160).

Jadi dari pendapat para mufasir di atas dapat disimpulkan, Surat Luqman ayat 17 itu menjelaskan bahwa Luqman menasihati anaknya menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan amal-amal saleh tentang perintah mendirikan shalat karena di dalam shalat itu terkandung ridha Tuhan, dan amal-amal kebajikan yang tercemin dalam amr ma’ruf dan

nahi munkar serta nasihat berupa perisai yang membentengi seseorang dari kegagalan, yaitu sabar dan tabah.

Jika shalat yang dikerjakan itu diridhai Allah, perbuatan keji dan mungkar dapat dicegah, jiwa menjadi bersih, tidak ada kekhawatiran terhadap diri orang itu, dan mereka tidak akan bersedih hati jika ditimpa cobaan, dan merasa dirinya semakin dekat dengan Tuhannya.

Melakukan perbuatan-perbuatan baik ini tergolong hal yang seyogyanya dilakukan setiap orang dengan antusias karena pelakunya akan diberi kedudukan yang paling mulia dan agung.

30

BAB III

ASBÂBUN NUZÛL DAN MUNÂSABAH

A. Asbâbun Nuzûl

Kata Asbâb adalah bentuk jamak dari kata

بَبَس

yang berarti sebab, karena (Yunus,2010:161). Sedangkan kata Nuzûl berasal dari kata

– َل َزَن

ْنَي

ل ِز

-

ًلو ُزُن

yang berarti turun (Yunus,2010:448). Sedangkan secara istilah, menurut pendapat Shihab yang dikutip oleh Budihardjo (2012: 21) bahwa

31

ayat, dimana ayat tersebut menjelaskan pandangan al-Qur’an tentang

peristiwa yang terjadi atau mengomentarinya.

Al-Qur’an diturunkan Allah swt kepada Nabi Muhammad saw

secara berangsur-angsur dalam masa kurang lebih 23 tahun. Al-Qur’an

diturunkan untuk memperbaiki akidah, akhlak, ibadah dan pergaulan manusia yang sudah menyimpang dari kebenaran. Sebab turunnya ayat atau

asbâbun nuzûl yang dimaksudkan disini yaitu sebab-sebab yang secara khusus berkaitan dengan turunnya ayat-ayat tertentu (Syadali dan Rofi’i,

1997). Tetapi tidak semua ayat yang ada di dalam Al-Qur’an mempunyai asbâbun nuzûl. Demikian juga dengan ayat 17 dari surat Luqman ini.

Adapun Asbâbun Nuzûl Surat Luqman ialah bahwa orang-orang quraisy bertanya kepada Nabi saw tentang kisah Luqman beserta anaknya, dan ketaatannya kepada kedua ibu bapaknya, maka turunlah surat ini (al-Maraghi, 1993:130).

B. Munâsabah

Kata Munâsabah berasal dari kata

ًةَبَساَنُم – ُبِساَنُي - َبَساَن

karena mengikuti wazan (pola kata/pola dasar)

ًةَلَعاَفُم – ُلِعاَفُي – َلَعاَف.

Secara etimologi munâsabah berarti kedekatan dan kemiripan (keserupaan). Bisa juga berarti hubungan atau persesuaian. Secara terminologi, munâsabah

adalah ilmu Al-Qur’an yang digunakan untuk mengetahui hubungan antar

ayat atau surat dalam Al-Qur’an secara keseluruhan dan latar belakang penempatan ayat dan suratnya. Menurut Shihab yang dikutip oleh Baidan bahwa munâsabah adalah kemiripan-kemiripan yang terdapat pada hal-hal

32

tertentu dalam Al-Qur’an baik surat maupun ayat yang menghubungkan

uraian satu dengan yang lainnya (Baidan, 2010:184-185).

Ilmu munâsabah yaitu menerangkan korelasi atau hubungan antara suatu ayat dengan ayat yang lain, surat sebelum dan surat sesudah baik yang

ada di belakang maupun yang ada di awal (Syadali dan Rofi’i, 1997:168).

Munâsabah yang akan dijelaskan penulis disini adalah munâsabah

ayat yaitu hubungan antara surat Luqman ayat 17 dengan ayat lain yang saling berkaitan, serta munâsabah surat yaitu hubungan antara surat Luqman dengan surat sebelumnya (surat ar-Rum) dan hubungan surat Luqman dengan surat sesudahnya (surat as-Sajdah).

1. Munasabah ayat

Tidak semua ayat yang ada di dalam Al-Qur’an mempunyai

keterkaitan khusus dengan ayat sebelum maupun sesudahnya. Jadi, munasabah ayat yang akan dijelaskan penulis disini adalah munâsabah

ayat secara global (ayat 12-19) karena dalam ayat tersebut ada keterkaitan penjelasan mengenai nasihat Luqman kepada anaknya.

Ayat secara global tersebut akan dihubungkan dengan ayat sebelum dan sesudah, yaitu antara ayat 10-11 dengan ayat 12-19, dan ayat 12-19 dengan ayat 20-21. Berikut akan dipaparkan penulis mengenai munâsabah tersebut:

33

Pada ayat-ayat yang lalu (ayat 10-11) diterangkan bahwa Allah telah menciptakan langit, gunung-gunung, dan bintang-bintang, serta menurunkan hujan yang dengannya tumbuh berbagai macam tanaman dan tumbuh-tumbuhan. Semua itu merupakan nikmat nyata yang dilimpahkan Allah untuk manusia. Pada ayat berikut ini (ayat 12-19) diterangkan nikmat-nikmat Allah yang tidak tampak, berupa hamba-hamba-Nya yang memiliki ilmu, hikmah, dan kebijaksanaan seperti Luqman. Dengan pengetahuan itu, ia telah sampai kepada kepercayaan yang benar dan budi pekerti yang mulia, tanpa ada Nabi yang menyampaikan dakwah kepadanya. Oleh Luqman kepercayaan dan budi pekerti yang mulia itu diajarkan kepada putranya agar ia menjadi hamba yang sholih di muka bumi ini.

b. Munâsabah antara ayat 12-19 dengan ayat 20-21

Pada ayat-ayat ini (12-19) diterangkan bukti-bukti keesaan Allah, dan hikmah yang diberikan-Nya kepada Luqman sehingga ia mengetahui akidah yang benar dan akhlak yang mulia. Kemudian akhlak dan akidah itu diajarkan dan diwariskan kepada anaknya. Pada ayat-ayat selanjutnya (20-21), Allah mencela sikap orang musyrik yang selalu menyekutukan-Nya padahal amat banyak yang dapat dijadikan bukti tentang keesaan dan kekuasaan-Nya, di langit dan di bumi. Namun demikian, mereka lebih suka mengikuti ajakan

34

setan yang membawa kepada kesengsaraan daripada mengikuti ajakan Rasulullah yang membawa mereka pada kebahagiaan.

2. Munâsabah Surat Luqman dengan Surat Ar-Rum

Surat Luqman terdiri dari 34 ayat, turun di Mekah setelah Surat as-Saffat. Dinamai surat Luqman karena di dalamnya terdapat kisah Luqman menasihati anaknya. Di dalam kisah itu terkandung pelajaran, yaitu agar setiap orang tua mendidik anak-anaknya agama dan akhlak yang baik. Pokok-pokok isinya menjelaskan tentang keimanan, hukum, kisah, dan lain-lain (Departemen Agama RI, 2007:532).

Surat ar-Rum terdiri dari 60 ayat. Keseluruhannya turun sebelum Nabi Muhammad saw berhijrah ke Madinah. Nama Surat ar-Rum telah dikenal sejak masa Rasul saw. Penamaannya demikian, karena pada awal surat ini disebut kata ar-Rum yang hanya disebut sekali dalam

al-Qur’an. Di samping itu, peristiwa yang diuraikan ayat-ayat surat ini menyangkut Romawi yang sangat menarik perhatian kaum muslim sehingga dengan menyebut nama surat ar-Rum asosiasi pikiran langsung akan mengarah kepada surat ke-30 dalam urutan mushaf ini (Shihab, 2012:131-132).

Adapun keterkaitan Surat Luqman dengan Surat Ar-Rum menurut Departemen Agama RI (2007:532-533) adalah sebagai berikut:

a) Kedua surat sama-sama diawali dengan adanya manusia yang iman

dan manusia yang kafir. Bedanya adalah bahwa dalam Surat ar-Rum yang ditekankan adalah kehancuran orang-orang yang kafir

35

seperti umat-umat terdahulu dan di akhirat masuk neraka, sedangkan orang-orang yang beriman dijanjikan kemenangan di dunia dan di akhirat mereka akan masuk surga. Dalam Surat Luqman yang ditekankan adalah keberuntungan yang akan diperoleh orang-orang yang beriman dan berbuat baik, serta kerugian orang-orang yang kafir di akhirat.

b) Kedua surat juga mengemukakan alam sebagai tanda keberadaan Allah dan kemahakuasaan-Nya. Dalam Surat ar-Rum yang ditonjolkan adalah kehebatan alam itu sebagai tanda kekuasaan-Nya, sedangkan dalam Surat Luqman yang ditonjolkan adalah kemanfaatan alam tersebut. Keduanya bisa mengantarkan dan mendorong manusia untuk beriman.

c) Kedua surat juga mengetengahkan kesamaan sikap kaum kafir terhadap Al-Qur’an yaitu mereka tidak mempercayainya. Dalam

Surat ar-Rum, mereka mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah sesuatu yang batil atau menyesatkan sehingga mereka menolaknya. Sedangkan dalam Surat Luqman, mereka bersikap membelakangi Al-Qur’an dan tidak mau mendengarkannya.

d) Kedua surat juga menyatakan bahwa kiamat pasti, dan janji Allah, baik bagi mereka yang beriman maupun bagi mereka yang kafir, juga pasti. Di akhir Surat ar-Rum, Nabi saw diminta tabah menghadapi mereka yang tidak percaya, dan di akhir Surat

36

Luqman, manusia dihimbau agar mempersiapkan diri menghadapi kiamat itu.

3. Munâsabah Surat Luqman dengan Surat As-Sajdah

Surat Luqman termasuk ke dalam kelompok surat Makiyyah, kecuali ayat 28, 29 dan 30. Ketiga ayat tersebut termasuk ke dalam kelompok Madaniyyah. Surat ini terdiri atas 34 ayat dan ia diturunkan sesudah as-Safat (al-Maraghi, 1993:130).

Surat as-Sajdah terdiri dari 30 ayat, termasuk kelompok surat-surat Makiyyah, yang diturunkan sesudah Surat al-Mu’minun. Dinamakan

as-Sajdah berhubung pada surat inni terdapat ayat sajdah, yaitu pada ayat yang kelima belas.

Adapun keterkaitan Surat Luqman dengan Surat As-Sajdah adalah sebagai berikut:

a) Kedua surat ini sama-sama menerangkan dalil-dalil dan bukti-bukti tentang keesaan Allah.

b) Dalam Surat Luqman disebutkan keingkaran kaum musyrik

terhadap al-Qur’an, sedang Surat as-Sajdah menegaskan bahwa al-Qur’an itu sungguh-sungguh diturunkan dari Allah.

c) Dalam Surat Luqman ayat 34 disebutkan bahwa ada lima hal yang

ghaib yang hanya diketahui Allah, sedang dalam Surat as-Sajdah, Allah menerangkan dengan rinci hal-hal yang berhubungan dengan

Dokumen terkait