• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDIDIKAN KELUARGA DALAM AL-QUR’AN SURAT LUQMAN AYAT 17 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENDIDIKAN KELUARGA DALAM AL-QUR’AN SURAT LUQMAN AYAT 17 SKRIPSI"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

PENDIDIKAN KELUARGA DALAM AL-

QUR’AN

SURAT LUQMAN AYAT 17

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh

NOVI DIAN AMALIYA

NIM 11113282

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

(2)
(3)

i

(4)
(5)
(6)
(7)

v

MOTTO

﴿ ا ًرْسُي ِرْسُعْلا َعَم َّنِإَف

٥

َعَم َّنِإ ﴾

﴿ ا ًرْسُي ِرْسُعْلا

٦

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”

Semua itu mudah jika kita menganggap itu mudah, yang membuat sulit

karna kita menganggap itu sulit. –(A. Ihya ulumuddin)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahi rabbil’alamin, diiringi luapan syukur yang tak terkira dengan izin

Allah swt skripsi ini telah terselesaikan.

Saya persembahkan skripsi ini teruntuk orang-orang yang berharga dalam hidup

(8)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT sang pemilik dan pencipta alam semesta yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

”Pendidikan Keluarga dalam Al-Qur’an Kajian Surat Luqman Ayat 17”. Shalawat serta salam tak lupa selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw, sebagai suri tauladan untuk panutan kita semua sehingga kita dapat mencapai kebahagiaan ketentraman dunia dan akhirat.

Ucapan terima kasih penulis kepada pihak yang telah memotivasi, membimbing serta memberikan masukan atau kritikan demi terwujudnya skripsi ini. Maka dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

3. Ibu Siti Ruhayati selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.

4. Bapak Muh Hafidz, M.Ag. selaku dosen pembimbing skripsi,

terimakasih atas bimbingan, arahan dan motivasi yang diberikan. 5. Bapak QI Mangku Bahjatulloh, LC., M.S.I selaku dosen pembimbing

(9)

vii

6. Seluruh anggota tim penguji skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk menilai kelayakan dan meguji skripsi dalam rangka menyelesaikan studi Pendidikan Agama Islam di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

7. Bapak K.H. Zoemri RWS (Alm) serta ibu Nyai Hj. Latifah selaku pengasuh PPTI Al-Falah yang selalu mendoakan santri-santrinya.

8. Kedua orangtua tercinta, bapak KH. Muh Fadhil dan ibu Siti Asmaunnah yang telah mencurahkan pengorbanan dan kasih sayangnya, serta tiada hentinya menyertakan doa dalam setiap sujudnya bagi penulis.

9. Kakak-kakakku, Anita Alfajriya, S.Pd.I, Ana Maria Ulfa, S.Pd.I, Muhammad Annas Malik, juga kakak-kakak iparku yang senantiasa memberikan nasihat dan pelajaran hidup yang berharga bagiku. Serta seseorang yang telah memberikan warna dalam kehidupanku, juga sebagai penyemangat keseharianku, Ahmad Ihya Ulumuddin, S.Pd. 10.Keluarga besarku yang ikut andil dalam semangat penulis untuk

penyelesaian skripsi ini.

11.Mbak Desty Prasetya, S.Pd., Mbak Evi Arfianti, S.E., Dek Rizka Roikhana, M.Pd yang juga sangat berperan dalam semangat dan arahan dalam penyelesaian skripsi ini.

(10)

viii

senang kita bersama, berjuang bersama. Juga adikku Uswatun Fitriyah yang telah memberikan semangat dan pelajaran hidup bagi penulis. 13.Keluarga besar PPTI Al Falah, teman angkatan 2013,

teman-teman kamar C23 dan C24 yang sama-sama sedang berjuang meraih toga simbol keberhasilan untuk lanjut ke impian masa depan, serta adek-adek alumni kamar C17 yang juga turut memberikan semangat bagi penulis.

14.Teman-teman seperjuangan PAI, PPL dan KKN angkatan 2013, juga temanku Alisa Utami dan Siti Qomariah, S.Pd terimakasih atas kebersamaan kita selama ini.

15.Semua pihak yang ikut serta memberikan bantuan dan motivasi yang juga sangat berjasa dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak luput dari kesalahan yang tentu saja jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

Dan penulis berharap semoga tulisan ini mempunyai nilai guna dan manfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Salatiga, 23 Mei 2017 Penulis

(11)

ix

Amaliya, Novi Dian. 2017. Pendidikan Keluarga dalam Al-Qur’an Surat Luqman Ayat 17. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Muh.Hafidz, M.Ag.

Kata kunci: Pendidikan Keluarga dalam Al-Qur’an

Penelitian ini tentang pendidikan keluarga dalam al-Qur’an surat Luqman ayat 17 bahwa pendidikan merupakan usaha memanusiakan manusia. Artinya, dengan pendidikan manusia diharapkan mampu menemukan dari mana dirinya berasal, hadir di dunia ini untuk apa dan setelah kehidupan ini akan ke mana, sehingga ia menjadi lebih manusiawi, baik dalam berpikir, bersikap maupun bertindak. Dalam upaya mencerdaskan anak, pendidikan keluarga merupakan

pendidikan utama bagi anak agar berkembang secara optimal dan bermakna. Dan

inti dari pendidikan keluarga itu sendiri adalah pendidikan agama, yang jika dilakukan secara dini dan sebaik-baiknya akan memberikan fondasi kepribadian yang kokoh terutama dalam menghadapi berbagai tantangan yang datang dari luar diri anak. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1)Bagaimana pokok pendidikan keluarga dalam Surat Luqman ayat 17?, (2)Bagaimana relevansi pendidikan keluarga yang dipaparkan pada Surat Luqman ayat 17 dalam pendidikan formal?.

Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan penelitian kepustakaan (library research) dengan metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, dan sebagainya. Sumber data penelitian ini penulis bedakan menjadi dua kelompok, yang pertama adalah sumber primer yang berasal dari Al-Quran dan yang kedua adalah sumber sekunder yang berasal dari data yang diperoleh dari sumber-sumber lain yang masih berkaitan dengan masalah penelitian, serta buku-buku lain yang relevansinya berkaitan dengan pembahasan.

Kajian ini menunjukkan bahwa pokok pendidikan keluarga dalam surat Luqman ayat 17 yaitu meliputi: (1) Shalat. Anak dapat mengenal Islam pada mulanya melalui tanda/media keislaman seperti masjid dan lainnya. Terkadang anak juga mempertanyakan kepada orang tuanya tentang ketuhanan, sehingga anak bisa membiasakan diri untuk mengikuti orangtuanya dalam beribadah. (2) Amar

(12)

x

akhlak jiwa. Sebuah akhlak yang berusaha untuk menghalangi seseorang melakukan tindakan tidak terpuji.

(13)

xi

HALAMAN SAMPUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

PERTANYAAAN KEASLIAN TULISAN ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Metode Penelitian ... 6

F. Definisi Operasional ... 7

G. Sistematika Penulisan ... 16

(14)

xii

A. Surat Luqman ayat 17 ... 18 B. Mufrodat ... 18 C. Pokok kandungan Surat Luqman ayat 17 ... 25 BAB III ASBABUN NUZUL DAN MUNASABAH SURAT LUQMAN

A. Asbabun Nuzul ... 31 B. Munasabah ... 32 BAB IV PEMBAHASAN

A. Pokok Pendidikan Keluarga dalam Surat Luqman Ayat 17 ... 38 B. Relevansi dalam Pendidikan Formal ... 53 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 59 B. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha memanusiakan manusia. Artinya, dengan pendidikan manusia diharapkan mampu menemukan dari mana dirinya berasal, hadir di dunia ini untuk apa dan setelah kehidupan ini akan ke mana, sehingga ia menjadi lebih manusiawi, baik dalam berpikir, bersikap maupun bertindak (Rusn, 2009: 123).

Diantara tiga pihak yang bertanggung jawab terhadap pendidikan, keluarga merupakan penanggung jawab pertama dan utama. Karena anak itu datang dari keluarga dan akan kembali ke dalam keluarga. Pendidikan yang paling awal dalam keluarga yaitu sejak anak masih dalam kandungan ibunya. Dalam hal ini ibu dan bapak merupakan pendidik pertama bagi anak (Surya,2001: 95).

Pendidikan dalam keluarga merupakan inti dan fondasi dari upaya pendidikan secara keseluruhan. Segala sesuatu yang berkenaan dengan pendidikan anak merupakan landasan bagi keberhasilan pendidikan selanjutnya. Pendidikan dalam keluarga yang baik akan menjadi fondasi yang kokoh bagi upaya-upaya pendidikan selanjutnya baik di sekolah maupun di luar sekolah.

(16)

2

dengan baik, ada sejumlah azas yang harus diperhatikan yaitu pendidikan agama, kasih sayang, perkembangan anak, situasi kondusif, pembentukan kebiasaan, keteladanan, motivasi dan bimbingan, dan komunikasi.

Inti dari pendidikan keluarga adalah pendidikan agama, yang jika dilakukan secara dini dan sebaik-baiknya akan memberikan fondasi kepribadian yang kokoh terutama dalam menghadapi berbagai tantangan yang datang dari luar diri anak (Surya, 2001:2-3).

Dalam penelitian ini penulis menganalisis Surat Luqman ayat 17 karena tokoh dalam surat ini yaitu Luqman al-Hakim sangat memotivasi, bagaimana mendidik dan membekali anak-anak dengan nasehat-nasehatnya sebagaimana diabadikan dalam al-Qur’an. Nasehat ini merupakan pelajaran sangat berharga bagi semua keluarga yang menginginkan.

Awalnya menanamkan rasa keimanan yang kuat dalam diri anak. Lalu meyakini atas keesaan Tuhan dan tidak ada kekuatan lain selain dari

Tuhan. kemudian Luqman memberi nasehat shalat dan amar makruf nahi

(17)

3

Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan

yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan

bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang

demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).

Maksud ayat di atas yaitu Luqman mewasiatkan kepada anaknya beberapa hal, diantaranya untuk selalu mendirikan shalat dengan sebaik-baiknya, sehingga diridhai Allah. Jika shalat yang dikerjakan itu diridhai Allah, perbuatan keji dan perbuatan mungkar dapat dicegah, jiwa menjadi bersih, tidak ada kekhawatiran terhadap diri orang itu, dan mereka tidak akan bersedih hati jika ditimpa cobaan, dan merasa dirinya semakin dekat dengan Tuhannya. Selanjutnya mewasiatkan agar berusaha mengajak manusia mengerjakan perbuatan-perbuatan baik yang diridhai Allah, berusaha membersihkan jiwa dan mencapai keberuntungan, serta mencegah mereka agar tidak mengerjakan perbuatan-perbuatan dosa.

Luqman juga mewasiatkan agar selalu bersabar dan tabah terhadap

segala macam cobaan yang menimpa, akibat dari mengajak manusia berbuat baik dan meninggalkan perbuatan yang mungkar, baik cobaan itu dalam bentuk kesenangan dan kemegahan, maupun dalam bentuk kesengsaraan dan penderitaan (Departemen Agama, 2007:555).

(18)

4

investasi akhirat, menaburkan kebaikan di dunia, berusaha mencegah maraknya kemaksiatan dan kemungkaran, sampai mengingatkan karunia Allah yang begitu banyak dicurahkan kepada umat manusia. Semua itu dalam upaya menjadikan manusia baik dan bermartabat serta bermanfaat bagi manusia lainnya (Noor, 2015: 177-181).

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan oleh penulis, maka penulis bermaksud untuk mengkaji lebih lanjut tentang

Pendidikan Keluarga dalam Al-Qur’an Surat Luqman ayat 17 ”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis mengajukan permasalahan pokok yaitu:

1. Bagaimana pokok pendidikan keluarga dalam Surat Luqman ayat 17?

2. Bagaimana relevansi pendidikan keluarga pada Surat Luqman ayat 17

dengan kurikulum pendidikan formal?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penulis dalam penelitian ini adalah

1. Untuk menjelaskan pokok pendidikan keluarga dalam Surat Luqman ayat 17.

2. Untuk menjelaskan relevansi pendidikan keluarga yang dipaparkan pada Surat Luqman ayat 17 dalam pendidikan formal?

D. Manfaat Penelitian

(19)

5

Hasil penelitian ini penulis harapkan dapat memberi masukan dan sumbangan pemikiran dalam mengembangakan keilmuan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga dalam hal pendidikan keluarga dalam Al-qur’an pada Surat Luqman ayat 17. 2. Manfaat praktis

a. Bagi penulis

Dapat menambah dan memperluas pemahaman berpikir tentang pendidikan keluarga dalam Al-qur’an.

b. Bagi pembaca

Memberi pengetahuan bagi pembaca sebagai referensi dalam pendidikan keluarga.

c. Bagi keluarga

Agar dapat memberikan gambaran pada keluarga dalam mendidik, mengajak, dan mengajarkan kepada anak agar menjadi orang-orang yang beriman dan takwa.

E. Metode Penelitian

1. Desain penelitian

(20)

6

yang berkaitan dengan Surat Luqman ayat 17 tentang pendidikan keluarga, yang ada di perpustakan dan materi pustaka yang lainnya.

2. Sumber data

a. Sumber data primer

Karena sifat dari penelitian literer, maka datanya bersumber dari literatur. Adapun yang menjadi sumber data primer adalah Surat Luqman ayat 17 beserta tafsirannya menurut para mufasir, yaitu Tafsir al-Maraghi, Tafsir Ibnu katsir, Tafsir al-Misbah, Tafsir Departemen Agama RI.

b. Sumber data sekunder

Yang digunakan dalam penelitian ini adalah buku-buku referensi yang berisi tentang pendidikan keluarga.

3. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode dokumentasi. Yang dimaksud dengan metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, dan sebagainya.

4. Metode analisis data

(21)

7

F. Definisi Operasional

Untuk menghindari kekeliruan pembaca dalam memahami istilah dalam judul penelitian ini, maka peneliti jelaskan definisi-definisi operasionalnya. Beberapa istilah yang dipandang perlu untuk dijelaskan adalah sebagai berikut:

1. Pendidikan Keluarga

Pendidikan merupakan terjemahan dari education atau bahasa latinnya educo yang berarti mengembangkan dari dalam; mendidik; melaksanakan hukum kegunaan (Sutrisno, 2011:3).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik (Departemen Pendidikan Nasional, 2007:263).

Sedangkan menurut Ibnu Khaldun yang dikutip oleh Ramayulis dan Nizar (2006:282) pendidikan adalah mentransformasikan nilai-nilai yang diperoleh dari pengalaman untuk dapat mempertahankan eksistensi manusia dalam peradaban masyarakat. Sebagai seorang filsuf muslim pemikirannya memanglah sangat rasional dan berpegang teguh pada logika. Corak ini menjadi pijakan dasar baginya dalam membangun konsep-konsep pendidikan.

(22)

8

mendidiknya. Jika anak menerima kebiasaan dan ajaran hidup yang baik, maka anak itu menjadi baik. Sebaliknya jika anak itu dibiasakan melakukan perbuatan buruk dan dibiasakan kepada hal-hal yang jahat, maka anak itu akan berakhlak jelek. Dalam masalah pendidikan al-Ghazali lebih cenderung berpaham empirisme. Hal ini karena beliau menekankan pengaruh pendidikan terhadap anak didik.

Sadulloh (2014:187) mengemukakan pengertian keluarga menurut M.I. Soelaeman dalam arti luas dan sempit. Dalam arti luas berkaitan dengan hubungan meliputi semua pihak yang ada pada hubungan darah sehingga sering tampil sebagai warga. Sedangkan dalam arti sempit keluarga yang didasarkan pada hubungan darah terdiri dari ayah, ibu, anak yang dijuluki dengan (internal triagle).

Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan keluarga adalah pendidikan yang berlangsung dalam keluarga yang dilaksanakan oleh orang tua sebagai tugas dan tanggung jawabnya dalam mendidik anak dalam keluarga.

2. Surat Luqman

Sebelum menjelaskan lebih lanjut mengenai surat Luqman, penulis akan memaparkan keutuhan surat Luqman ayat 1-34

(23)
(24)
(25)

11

2. Inilah ayat-ayat Al Quran yang mengandung hikmat,

3. menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang berbuat kebaikan,

4. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka yakin akan adanya negeri akhirat.

5. mereka Itulah orang-orang yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhannya dan mereka Itulah orang-orang yang beruntung. 6. dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan

(26)

12

olok-olokan. mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan.

7. dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami Dia berpaling

dengan menyombongkan diri seolah-olah Dia belum

mendengarnya, seakan- akan ada sumbat di kedua telinganya; Maka beri kabar gembiralah Dia dengan azab yang pedih. 8. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan

amal-amal saleh, bagi mereka syurga-syurga yang penuh kenikmatan,

9. kekal mereka di dalamnya; sebagai janji Allah yang benar. dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

10.Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu; dan memperkembang biakkan padanya segala macam jenis binatang. dan Kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik.

11.Inilah ciptaan Allah, Maka perlihatkanlah olehmu kepadaku apa yang telah diciptakan oleh sembahan-sembahan(mu) selain Allah. sebenarnya orang- orang yang zalim itu berada di dalam kesesatan yang nyata.

12.dan Sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, Yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. dan Barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan Barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji". 13.dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu

ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".

14.dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.

15.dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.

(27)

13

17.Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).

18.dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.

19.dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai. 20.tidakkah kamu perhatikan Sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa kitab yang memberi penerangan.

21.dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang diturunkan Allah". mereka menjawab: "(Tidak), tapi Kami (hanya) mengikuti apa yang Kami dapati bapak-bapak Kami mengerjakannya". dan Apakah mereka (akan mengikuti bapak-bapak mereka) walaupun syaitan itu menyeru mereka ke dalam siksa api yang menyala-nyala (neraka)?

22.dan Barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang Dia orang yang berbuat kebaikan, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan.

23.dan Barangsiapa kafir Maka kekafirannya itu janganlah menyedihkanmu. hanya kepada Kami-lah mereka kembali, lalu Kami beritakan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala isi hati.

24.Kami biarkan mereka bersenang-senang sebentar, kemudian Kami paksa mereka (masuk) ke dalam siksa yang keras.

25.dan Sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?" tentu mereka akan menjawab: "Allah". Katakanlah : "Segala puji bagi Allah"; tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.

26.kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan yang di bumi. Sesungguhnya Allah Dia-lah yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji. 27.dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

(28)

14

membangkitkan) satu jiwa saja. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha melihat.

29.tidakkah kamu memperhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan Dia tundukkan matahari dan bulan masing-masing berjalan sampai kepada waktu yang ditentukan, dan Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. 30.Demikianlah, karena Sesungguhnya Allah, Dia-lah yang hak dan

Sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah Itulah yang batil; dan Sesungguhnya Allah Dialah yang Maha Tinggi lagi Maha besar.

31.tidakkah kamu memperhatikan bahwa Sesungguhnya kapal itu berlayar di laut dengan nikmat Allah, supaya diperlihatkan-Nya kepadamu sebahagian dari tanda-tanda (kekuasaan)-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi semua orang yang sangat sabar lagi banyak bersyukur.

32.dan apabila mereka dilamun ombak yang besar seperti gunung, mereka menyeru Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai di daratan, lalu sebagian mereka tetap menempuh jalan yang lurus. dan tidak ada yang mengingkari ayat- ayat Kami selain orang-orang yang tidak setia lagi ingkar.

33.Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, Maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah.

34.Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana Dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.

(29)

15

keseriusan dalam perbaikan urusan masyarakat dan penyelesaian apa yang mereka perselisihkan (Amuli, 2008). Dari kondisi sebagian keluarga Muslim dan keinginan menciptakan keluarga ideal, sangat patut mengetahui beberapa nasehat Luqmanul Hakim.

Mengenai surat Luqman itu sendiri terdapat banyak penjelasan, diantaranya yaitu menurut Shihab (2002:273-274) dalam Tafsir Al-Mishbah bahwa Surat Luqman adalah surat yang turun sebelum Nabi Muhammad saw berhijrah ke Madinah. Surat ini terdiri dari 34 ayat, semua ayatnya Makkiyyah menurut pendapat mayoritas ulama, adapula ulama yang mengecualikan tiga ayat, yaitu ayat 27-29 atau dua ayat yakni 27-28, dengan alasan bahwa ayat-ayat ini turun berdasar diskusi dengan orang-orang yahudi yang ketika itu banyak bermukim di Madinah. Pendapat ini di samping jalur sanadnya lemah, juga kalaupun itu dipahami sebagai diskusi dengan orang yahudi, tidak tertutup kemungkinan untuk dipahaminya terjadi di mekkah.

Penamaan surat ini dengan Surat Luqman sangat wajar, karena beliau sangat populer dan nasihat beliau yang diuraikan sangat menyentuh serta hanya disebut dalam surah ini. Tema utama surah ini adalah ajakan kepada tauhid dan kepercayaan akan keniscayaan kiamat serta pelaksanaan prinsip-prinsip dasar agama.

(30)

16

Surat ini terdiri atas 34 ayat dan ia diturunkan sesudah as-Safat (al-Maraghi, 1993:130).

Jadi dapat disimpulkan bahwa Surat Luqman ini terdiri dari 34 ayat, turun di Mekah. Penamaan surat ini dengan Surat Luqman karena terdapat kisah Luqman menasihati anaknya.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika Penulisan yaitu gambaran singkat tentang subtansi pembahasan secara garis besar. Agar dapat memberi gambaran yang lebih jelas tentang keseluruhan isi dari skripsi ini, maka penulis membagi dalam lima bab yang mana masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab, yaitu: Bab I : Pendahuluan. Bagian pendahuluan menjelaskan mengenai pokok permasalahan yang terdiri dari: Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Definisi Operasional, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

Bab II : Kompilasi Ayat. Dalam Bab ini memaparkan terjemahan, kosa kata atau mufrodat.

Bab III : Asbabun Nuzul dan Munasabah. Pada bab ini dijelaskan mengenai sebab-sebab turunnya ayat Al-qur’anSurat Luqman ayat 17, dan hubungan keterkaitan dengan yang lain.

(31)

17

Bab V : Kesimpulan dari seluruh uraian yang telah dikemukakan dan merupakan jawaban dari permasalahan penelitian ini.

BAB II

KOMPILASI AYAT-AYAT

A. Surat Luqman ayat 17

Sesuai dengan judul bab ini, maka penulis menyajikan kompilasi ayat yang menjadi tema pembahasan dalam skripsi ini. Adapun redaksi ayat 17 dari surat Luqman, sebagaimana disajikan dalam teks berikut ini:

وُرْعَمْلاِب ْرُمْأ َو َة َلََّصلا ِمِقَأ َّيَنُب اَي

اَم ٰىَلَع ْرِبْصا َو ِرَكْنُمْلا ِنَع َهْنا َو ِف

وُمُ ْلْا ِم ْزَع ْنِم َكِلَٰذ َّنِإ ۖ َكَباَصَأ

ِر

(

: نامقل

۷

(32)

18

Artinya : Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang

mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.

Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan

(oleh Allah).

B. Mufrodat

(33)

19

Dalam ayat ini akan disajikan seluruh kosa kata yang terdapat dalam ayat 17 untuk memperjelas makna kosa kata seluruhnya.

1. Kata

َّيَنُب اَي

berasal dari gabungan kata

اَي

dan

نبا

Asli kata

نبا

itu ditasghir menjadi

َّيَنُب

yang asalnya berarti anak biasa setelah ditasghir maknanya menjadi anak sayang.

(34)

20

(

وَنَب

) yang berarti seorang anak laki-laki (Shihab dkk, 2007:337). Kata

نبا

dalam kamus Arab-Indonesia (Yunus, 2010:32) juga diartikan dengan anak laki-laki.

2.

ِمِقَأ

berasal dari kata

َماَق

Dalam kamus Arab-Indonesia, kata

َماَق

bisa berkembang menjadi

َماَق

َأ

yang berarti menegakkan, bermukim, mendiami (Yunus, 2010:45). Sedangkan dalam ensiklopedia al-Qur’an, kata (

امايق

-

موقي

-

َماَق

) berarti ‘berdiri’. Bisa juga berarti memelihara

sesuatu agar tetap ada, misalnya

ةَلََّصلا ُماَيِق

berarti memelihara agar shalat tetap dilaksanakan; berdiri atau memelihara baik atas pilihan sendiri ataupun atas paksaan (Shihab dkk, 2007:645).

3.

ة َلََص

ة َلََص

adalah bentuk masdar dari kata kerja yang tersusun dari

huruf-huruf shad, lam, dan waw. Penggunaan kata Shalat dan pecahannya sebagai suatu ibadah yang diajarkan oleh Nabi saw kepada kaum Muslim. Menurut para ulama, mendirikan shalat berarti memenuhi

segala rukun dan syaratnya, berkesinambungan, khusyu’,

(35)

21

(Shihab dkk, 2007:896). Dalam kamus Arab-Indonesia-Inggris, kata

ة َلََص

berarti berdoa dan mendirikan shalat (Dzulfikar, 2010:384).

Kata

ة َلََص

dalam kamus Arab-Indonesia (Yunus,2010:220) juga

diartikan dengan shalat, sembahyang, do’a.

4.

رمأ

adalah bentuk dari kata amara-ya’muru-amran (

-

رمأي

رما

ارما

) yang berarti menyuruh (Yunus,2010:48).

Kata

َر

َأ َم

juga disebutkan bentuk kata

ا ًراَمِا َو اًرْمَا

-

َرَمَا

yang berarti memerintahkan (al-Munawir, 1984:41)

5.

فو ُرْعَم

adalah bentuk ism maf’ul (objek) dari kata ‘arafa (

َف َرَع

) yang tersusun dari ‘ain, ra’, danfa’. Kata ma’ruf di dalam al-qur’an disebutkan berdampingan dengan kata munkar. Meskipun memiliki arti yang banyak, tetapi arti tersebut tetap bermuara pada arti pokoknya, yakni segala yang dapat memberikan ketenangan dan ketentraman jiwa dan karenanya dapat berkesinambungan (Shihab dkk, 2007:533-534). Dalam kamus Arab-Indonesia, kata

فوُرْعَم

berarti kebaikan, kebajikan (Yunus,2010:263).

6.

َهْنا

berasal dari kata naha-yanha-nahyan (

ايهن

-

ىهني

ىهن

) yang mengandung arti melarang supaya tidak melampaui batas. Kata

(36)

22

kamus Arab-Indonesia (Yunus, 2010:271), kata

ىهن

juga diartikan dengan melarang.

7. Kata

ر

َب

َص

dalam kamus Arab-Indonesia (Yunus,2010:211), berarti bersabar, tabah hati, berani (atas sesuatu).

Kata

ر

َب

َص

berasal dari shabara-yashbiru-shabran (

ربصي

-

ربص

-

اربص

) terambil dari akar kata yang terdiri dari huruf-huruf shad,

ba’, dan ra. Maknanya berkisar pada tiga hal; 1) menahan, 2) ketinggian sesuatu, dan 3) sejenis batu. Dari makna menahan, lahir makna konsisten/bertahan karena yang bersabar bertahan menahan diri pada satu sikap. Sesseorang yang menahan gejolak hatinya dinamai bersabar. Yang ditahan di penjara sampai mati dinamai

mashburah. Dari makna kedua, lahir kata shubr, yang berarti puncak sesuatu. Dan, dari makna ketiga, muncul kata ash-shubrah, yakni batu yang kukuh lagi kasar, atau potongan besi.

Ketiga makna tersebut dapat kait-berkait, apalagi pelakunya manusia. Seorang yang sabar akan menahan diri dan untuk itu ia memerlukan kekukuhan jiwa dan mental baja agar dapat mencapai ketinggian yang diharapkannya. Sabar adalah menahan gejolak nafsu demi mencapai yang baik atau yang terbaik (Shihab, 2002:309).

(37)

23

8.

باَص

adalah bentuk kata shaba-yashubu-shauban (

باص

بوصي

-

ابوص

) (Shihab dkk, 2007:903).

Kata

باص

(

َباَصَأ

) berarti menimpa, mengenai (Yunus,2010:42).

Bentuk kata

ابوص

باص

dalam kamus Arab-Indonesia-Inggris,

diartikan dengan turun (hujan) (Dzulfikar, 2010:386). Dalam kamus al-Munawir (1984:856), kata

ابوص

باص

juga diartikan dengan turun.

9. Kata (

كِلَٰذ

) dalam ayat ini merujuk pada kesabaran dan kegigihan. Namun bisa saja kata ini juga merujuk pada segala urusan yaang telah disebutkan dalam ayat ini, termasuk urusan salat, amar makruf-nahi mungkar. Akan tetapi, masalah kesabaran dan kegigihan ini disebutkan setelah masalah kesabaran dalam ayat-ayat al-Quran yang lain sehingga kemungkinan artinya merujuk pada makna yang pertama sangat besar (Imani, 2008:297). Dalam kamus Arab-Indonesia-Inggris (Dzulfikar, 2010:320), kata

كِلَٰذ

berarti itu (jarak jauh untuk dua laki-laki).

10.Kata

مزع

adalah bentuk dari kata (

اًم َزَع

-

ُم ِزْعَي

َمَزَع

) yang berarti bercita-cita tetap akan perbuatannya (Yunus,2010:260). Kata

مزع

adalah kata kerja bentuk lampau (fi’il madhi) dari bentuk

(38)

24

tekad untuk melakukan sesuatu. Maksudnya adalah objek sehingga makna penggalan ayat itu adalah shalat, amr ma’ruf dan nahi mungkar-serta kesabaran-merupakan hal-hal yang telah diwajibkan oleh Allah untuk dibulatkan atasnya tekad manusia. Sekian banyak ayat yang menyebut sabar adalah bagian dari ‘azm al-umur, seperti

QS. Ali ‘Imran [3]: 186, asy-Syura [42]: 43, dan lain-lain. Maka, atas dasar itu, bersabar, yakni menahan diri, termasuk dalam ‘azm dari sisi bahwa ‘azm, yakni tekad dan keteguhan, akan terus bertahan selama masih ada sabar. Dengan demikian, kesabaran diperlukan oleh tekad serta kesinambungannya (Shihab, 2002: 310).

Dalam kamus al-Munawir (1984:996) juga disebutkan bahwa kata

مزع

bentuk masdarnya adalah

ُم ْزَعلا

yang berarti maksud, niat.

11.

ر

وُمُأ

adalah bentuk jamak dari kata

رْمَأ

yang berarti pekerjaan, perkara, urusan. Kata

رْمَأ

adalah bentuk kata kerja perintah (fi’il

amr) dari kata kerja bentuk lampau (fi’il madhi)

َر

َا َم

(Yunus, 2010: 48). Kata

َر

َأ َم

juga disebutkan bentuk dari kata

ا ًراَمِا َو اًرْمَا

-

َرَمَا

yang berarti memerintahkan (al-Munawir, 1984:41).

C. Pokok Kandungan Surat Luqman Ayat 17

(39)

25

Adapun redaksi ayat 17 dari surat Luqman, sebagaimana disajikan dalam teks berikut ini:

َّيَنُب اَي

Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan

yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan

bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang

demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).

Berikut penafsiran para mufasir pada Surat Luqman ayat 17 mengenai pendidikan keluarga diantaranya:

1. Ibnu Katsir

Dalam Tafsir Ibnu katsir Surat Luqman ayat 17 itu

dipaparkan bahwa, Luqman berkata kepada anaknya, “hai anakku,

dirikanlah shalat” sejalan dengan kewajiban, hukum, rukun, dan

waktunya. “Dan suruhlah manusia mengerjakan yang baik dan

cegahlah dari perbuatan yang mungkar” sesuai dengan

kesanggupanmu “serta bersabarlah terhadap apa yang menimpamu”,

sebab orang yang menyeru kepada jalan Allah, pasti mendapat

gangguan. “sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang

(40)

26

manusia merupakan ketetapan yang diberikan Allah kepada para dai (ar-Rifa’i, 2000: 792).

2. Departemen Agama RI

Ayat tersebut menerangkan bahwa Luqman mewasiatkan kepada anaknya beberapa hal, diantaranya untuk selalu mendirikan shalat dengan sebaik-baiknya, sehingga diridhai Allah. Jika shalat yang dikerjakan itu diridhai Allah, perbuatan keji dan perbuatan mungkar dapat dicegah, jiwa menjadi bersih, tidak ada kekhawatiran terhadap diri orang itu, dan mereka tidak akan bersedih hati jika ditimpa cobaan, dan merasa dirinya semakin dekat dengan Tuhannya. Selanjutnya mewasiatkan agar berusaha mengajak manusia mengerjakan perbuatan-perbuatan baik yang diridhai Allah, berusaha membersihkan jiwa dan mencapai keberuntungan, serta mencegah mereka agar tidak mengerjakan perbuatan-perbuatan dosa.

Luqman juga mewasiatkan agar selalu bersabar dan tabah terhadap segala macam cobaan yang menimpa, akibat dari mengajak manusia berbuat baik dan meninggalkan perbuatan yang mungkar, baik cobaan itu dalam bentuk kesenangan dan kemegahan, maupun dalam bentuk kesengsaraan dan penderitaan (Departemen Agama, 2007:555).

(41)

27

Shihab (2002:308-310) menafsirkan surat Luqman ayat 17 itu dalam tafsir Al-Misbah bahwa, Luqman as. melanjutkan nasihatnya kepada anaknya nasihat yang dapat menjamin kesinambungan Tauhid serta kehadiran Ilahi dalam qalbu sang anak. Yaitu perintah untuk melaksanakanshalat dengan sempurna syarat, rukun, dan sunnah-sunnahnya. Dan, di samping memerhatikan diri dan membentenginya dari kekejian dan kemungkaran, anjurkan pula orang lain berlaku serupa. Karena itu, perintahkan secara baik-baik

siapa pun yang mampu diajak mengerjakan ma’ruf dan cegah mereka dari kemungkaran. Memang akan banyak tantangan dan rintangan dalam melaksanakan tuntunan Allah karena itu, tabah dan bersabar terhadap apa yang menimpa. Sesungguhnya yang demikian itu yang sangat tinggi kedudukannya dan jauh tingkatnya dalam kebaikan yakni shalat, amr ma’ruf dan nahi munkar, dan kesabaran.

Nasihat Luqman di atas menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan amal saleh yang puncaknya adalah shalat serta

amal-amal kebajikan yang tercemin dalam amr ma’ruf dan nahi munkar

juga nasihat berupa perisai yang membentengi seseorang dari kegagalan, yaitu sabar dan tabah.

Menyuruh mengerjakan ma’ruf, mengandung pesan untuk

(42)

28

menjadi sebab mengapa Luqman tidak memerintahkan, menyuruh, dan mencegah. Di sisi lain, membiasakan anak melaksanakan tuntunan ini menimbulkan dalam dirinya jiwa kepemimpinan serta kepedulian sosial.

4. Tafsir Al-Maraghi

Dalam Tafsir Al-Maraghi dijelaskan bahwa Wasiat Luqman kepada anaknya yaitu tentang perintah mendirikan shalat, karena di dalam shalat itu terkandung ridha Tuhan, orang yang mengerjakannya berarti menghadap dan tunduk kepada-Nya. Dan di dalam shalat terkandung pula hikmah lainnya, yaitu dapat mencegah orang yang bersangkutan dari perbuatan keji dan mungkar. Maka apabila seseorang menunaikan hal itu dengan sempurna, niscaya bersihlah jiwanya dan berserah diri kepada Tuhannya, baik dalam keadaan suka maupun duka. Dan perintahkanlah orang lain supaya membersihkan dirinya sebatas kemampuan. Maksudnya supaya jiwanya menjadi suci dan demi untuk mencapai keberuntungan.

Dan cegahlah manusia dari semua perbuatan durhaka terhadap Allah, dan dari mengerjakan larangan-larangan-Nya yang membinasakan pelakunya serta menjerumuskan ke dalam azab neraka yang apinya menyala-nyala, yaitu neraka jahanam dan seburuk-buruk tempat kembali adalah jahanam. Dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu dari orang lain, karena kamu

(43)

29

munkar kepada mereka. Karena di dalam hal tersebut terkandung faedah yang besar dan manfaat yang banyak, di dunia dan di akhirat, sebagaimana yang telah dibuktikan melalui berbagai macam eksperimen dalam kehidupan dan sebagaimana yang telah dijelaskan oleh nas-nas agama (al-Maraghi, 1993:158-160).

Jadi dari pendapat para mufasir di atas dapat disimpulkan, Surat Luqman ayat 17 itu menjelaskan bahwa Luqman menasihati anaknya menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan amal-amal saleh tentang perintah mendirikan shalat karena di dalam shalat itu terkandung ridha Tuhan, dan amal-amal kebajikan yang tercemin dalam amr ma’ruf dan nahi munkar serta nasihat berupa perisai yang membentengi seseorang dari kegagalan, yaitu sabar dan tabah.

Jika shalat yang dikerjakan itu diridhai Allah, perbuatan keji dan mungkar dapat dicegah, jiwa menjadi bersih, tidak ada kekhawatiran terhadap diri orang itu, dan mereka tidak akan bersedih hati jika ditimpa cobaan, dan merasa dirinya semakin dekat dengan Tuhannya.

(44)

30

BAB III

ASBÂBUN NUZÛL DAN MUNÂSABAH

A. Asbâbun Nuzûl

Kata Asbâb adalah bentuk jamak dari kata

بَبَس

yang berarti sebab, karena (Yunus,2010:161). Sedangkan kata Nuzûl berasal dari kata

َل َزَن

ْنَي

ل ِز

-

ًلو ُزُن

yang berarti turun (Yunus,2010:448). Sedangkan secara istilah, menurut pendapat Shihab yang dikutip oleh Budihardjo (2012: 21) bahwa

(45)

31

ayat, dimana ayat tersebut menjelaskan pandangan al-Qur’an tentang peristiwa yang terjadi atau mengomentarinya.

Al-Qur’an diturunkan Allah swt kepada Nabi Muhammad saw secara berangsur-angsur dalam masa kurang lebih 23 tahun. Al-Qur’an diturunkan untuk memperbaiki akidah, akhlak, ibadah dan pergaulan manusia yang sudah menyimpang dari kebenaran. Sebab turunnya ayat atau

asbâbun nuzûl yang dimaksudkan disini yaitu sebab-sebab yang secara khusus berkaitan dengan turunnya ayat-ayat tertentu (Syadali dan Rofi’i, 1997). Tetapi tidak semua ayat yang ada di dalam Al-Qur’an mempunyai

asbâbun nuzûl. Demikian juga dengan ayat 17 dari surat Luqman ini. Adapun Asbâbun Nuzûl Surat Luqman ialah bahwa orang-orang quraisy bertanya kepada Nabi saw tentang kisah Luqman beserta anaknya, dan ketaatannya kepada kedua ibu bapaknya, maka turunlah surat ini (al-Maraghi, 1993:130).

B. Munâsabah

Kata Munâsabah berasal dari kata

ًةَبَساَنُم

ُبِساَنُي

-

َبَساَن

karena mengikuti wazan (pola kata/pola dasar)

ًةَلَعاَفُم

ُلِعاَفُي

َلَعاَف

.

Secara etimologi munâsabah berarti kedekatan dan kemiripan (keserupaan). Bisa juga berarti hubungan atau persesuaian. Secara terminologi, munâsabah

(46)

32

tertentu dalam Al-Qur’an baik surat maupun ayat yang menghubungkan uraian satu dengan yang lainnya (Baidan, 2010:184-185).

Ilmu munâsabah yaitu menerangkan korelasi atau hubungan antara suatu ayat dengan ayat yang lain, surat sebelum dan surat sesudah baik yang

ada di belakang maupun yang ada di awal (Syadali dan Rofi’i, 1997:168).

Munâsabah yang akan dijelaskan penulis disini adalah munâsabah

ayat yaitu hubungan antara surat Luqman ayat 17 dengan ayat lain yang saling berkaitan, serta munâsabah surat yaitu hubungan antara surat Luqman dengan surat sebelumnya (surat ar-Rum) dan hubungan surat Luqman dengan surat sesudahnya (surat as-Sajdah).

1. Munasabah ayat

Tidak semua ayat yang ada di dalam Al-Qur’an mempunyai keterkaitan khusus dengan ayat sebelum maupun sesudahnya. Jadi, munasabah ayat yang akan dijelaskan penulis disini adalah munâsabah

ayat secara global (ayat 12-19) karena dalam ayat tersebut ada keterkaitan penjelasan mengenai nasihat Luqman kepada anaknya.

Ayat secara global tersebut akan dihubungkan dengan ayat sebelum dan sesudah, yaitu antara ayat 10-11 dengan ayat 12-19, dan ayat 12-19 dengan ayat 20-21. Berikut akan dipaparkan penulis mengenai munâsabah tersebut:

(47)

33

Pada ayat-ayat yang lalu (ayat 10-11) diterangkan bahwa Allah telah menciptakan langit, gunung-gunung, dan bintang-bintang, serta menurunkan hujan yang dengannya tumbuh berbagai macam tanaman dan tumbuh-tumbuhan. Semua itu merupakan nikmat nyata yang dilimpahkan Allah untuk manusia. Pada ayat berikut ini (ayat 12-19) diterangkan nikmat-nikmat Allah yang tidak tampak, berupa hamba-hamba-Nya yang memiliki ilmu, hikmah, dan kebijaksanaan seperti Luqman. Dengan pengetahuan itu, ia telah sampai kepada kepercayaan yang benar dan budi pekerti yang mulia, tanpa ada Nabi yang menyampaikan dakwah kepadanya. Oleh Luqman kepercayaan dan budi pekerti yang mulia itu diajarkan kepada putranya agar ia menjadi hamba yang sholih di muka bumi ini.

b. Munâsabah antara ayat 12-19 dengan ayat 20-21

(48)

34

setan yang membawa kepada kesengsaraan daripada mengikuti ajakan Rasulullah yang membawa mereka pada kebahagiaan.

2. Munâsabah Surat Luqman dengan Surat Ar-Rum

Surat Luqman terdiri dari 34 ayat, turun di Mekah setelah Surat as-Saffat. Dinamai surat Luqman karena di dalamnya terdapat kisah Luqman menasihati anaknya. Di dalam kisah itu terkandung pelajaran, yaitu agar setiap orang tua mendidik anak-anaknya agama dan akhlak yang baik. Pokok-pokok isinya menjelaskan tentang keimanan, hukum, kisah, dan lain-lain (Departemen Agama RI, 2007:532).

Surat ar-Rum terdiri dari 60 ayat. Keseluruhannya turun sebelum Nabi Muhammad saw berhijrah ke Madinah. Nama Surat ar-Rum telah dikenal sejak masa Rasul saw. Penamaannya demikian, karena pada awal surat ini disebut kata ar-Rum yang hanya disebut sekali dalam

al-Qur’an. Di samping itu, peristiwa yang diuraikan ayat-ayat surat ini menyangkut Romawi yang sangat menarik perhatian kaum muslim sehingga dengan menyebut nama surat ar-Rum asosiasi pikiran langsung akan mengarah kepada surat ke-30 dalam urutan mushaf ini (Shihab, 2012:131-132).

Adapun keterkaitan Surat Luqman dengan Surat Ar-Rum menurut Departemen Agama RI (2007:532-533) adalah sebagai berikut:

a) Kedua surat sama-sama diawali dengan adanya manusia yang iman

(49)

35

seperti umat-umat terdahulu dan di akhirat masuk neraka, sedangkan orang-orang yang beriman dijanjikan kemenangan di dunia dan di akhirat mereka akan masuk surga. Dalam Surat Luqman yang ditekankan adalah keberuntungan yang akan diperoleh orang-orang yang beriman dan berbuat baik, serta kerugian orang-orang yang kafir di akhirat.

b) Kedua surat juga mengemukakan alam sebagai tanda keberadaan Allah dan kemahakuasaan-Nya. Dalam Surat ar-Rum yang ditonjolkan adalah kehebatan alam itu sebagai tanda kekuasaan-Nya, sedangkan dalam Surat Luqman yang ditonjolkan adalah kemanfaatan alam tersebut. Keduanya bisa mengantarkan dan mendorong manusia untuk beriman.

c) Kedua surat juga mengetengahkan kesamaan sikap kaum kafir terhadap Al-Qur’an yaitu mereka tidak mempercayainya. Dalam Surat ar-Rum, mereka mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah sesuatu yang batil atau menyesatkan sehingga mereka menolaknya. Sedangkan dalam Surat Luqman, mereka bersikap membelakangi Al-Qur’an dan tidak mau mendengarkannya.

(50)

36

Luqman, manusia dihimbau agar mempersiapkan diri menghadapi kiamat itu.

3. Munâsabah Surat Luqman dengan Surat As-Sajdah

Surat Luqman termasuk ke dalam kelompok surat Makiyyah, kecuali ayat 28, 29 dan 30. Ketiga ayat tersebut termasuk ke dalam kelompok Madaniyyah. Surat ini terdiri atas 34 ayat dan ia diturunkan sesudah as-Safat (al-Maraghi, 1993:130).

Surat as-Sajdah terdiri dari 30 ayat, termasuk kelompok surat-surat Makiyyah, yang diturunkan sesudah Surat al-Mu’minun. Dinamakan as-Sajdah berhubung pada surat inni terdapat ayat sajdah, yaitu pada ayat yang kelima belas.

Adapun keterkaitan Surat Luqman dengan Surat As-Sajdah adalah sebagai berikut:

a) Kedua surat ini sama-sama menerangkan dalil-dalil dan bukti-bukti tentang keesaan Allah.

b) Dalam Surat Luqman disebutkan keingkaran kaum musyrik

terhadap al-Qur’an, sedang Surat as-Sajdah menegaskan bahwa al-Qur’an itu sungguh-sungguh diturunkan dari Allah.

c) Dalam Surat Luqman ayat 34 disebutkan bahwa ada lima hal yang

(51)

37

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pokok Pendidikan Keluarga dalam Surat Luqman Ayat 17

Adapun pokok-pokok pendidikan keluarga dalam Surat Luqman ayat 17 ini adalah sebagai berikut:

1.

Shalat

(

ةلاصلا

)

(52)

38

pembawaan yang dapat berkembang sendiri, tetapi perkembangan itu tidak akan maju jika tidak melalui proses pendidikan (Huda, 2009:57).

Usaha pendidikan dilakukan atau diusahakan manusia berdasarkan keyakinan tertentu. Keyakinan ini didasarkan atas suatu pandangan, baik filosofis maupun ilmiah. Asas demikian merupakan titik tolak yang wajar. Artinya tiap orang akan melaksanakan suatu pekerjaan jika tujuan dan hasil pekerjaan itu mereka yakini dapat dicapai.

Keyakinan ini disebut para ahli sebagai hukum-hukum dasar atau teori-teori pendidikan. Dapat juga kita nyatakan sebagai teori klasik dalam pendidikan. Maka relevansinya dengan kebutuhan anak akan pendidikan ini dapat diketahui urgensinya dari uraian tentang teori-teori filsafat pendidikan tentang terjadinya proses pendidikan (Huda, 2009:55).

Pendidikan agama yang dilakukan secara dini dan sebaik-baiknya akan memberikan fondasi kepribadian yang kokoh terutama dalam menghadapi berbagai tantangan yang datang dari luar dirinya (Surya, 2001:2-3). Salah satu ibadah yang nampak yang dapat dilakukan untuk mawas diri dari tantangan dunia luar yaitu dengan mendekatkan diri kepada sang pencipta, salah satu caranya yaitu melaksanakan shalat lima waktu.

(53)

39

dengan orang kafir adalah shalatnya. Mengingat keagungan dan kemuliaan shalat maka tidak sepantasnya kita meremehkannya. Sebab, meremehkan shalat berarti meremehkan agama, memuliakan shalat berarti memuliakan agama. Bahkan disebutkan bahwa orang yang mengerjakan shalat berarti mendirikan agama, sedangkan orang meninggalkan shalat berarti merobohkan agama (Masykur, 2011:3).

Pengertian shalat itu sendiri menurut bahasa berarti do’a, sedangkan dalam terminology Islam shalat ialah suatu bentuk ibadah yang terdiri dari perbuatan dan ucapan yang diawali dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam, dengan beribadah kepada Allah menurut syarat-syarat yang telah ditentukan (Gazalba, 1975:88).

Dalam pengertian lain, Shalat ialah salah satu sarana komunikasi antara hamba dengan Tuhannya sebagai bentuk ibadah yang di dalamnya merupakan amalan yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan

salam, serta sesuai dengan syarat dan rukun yang telah ditentukan syara’

(as-Suyuti, 1998:30).

Jadi dapat disimpulkan bahwa shalat merupakan ibadah yang terdiri dari perbuatan dan ucapan yang diawali dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam, menurut syarat dan rukun yang telah

ditentukan syara’.

(54)

40

ibadah hati. Saat lidah dan bibir membaca “Allahu Akbar”, hati membenarkan keagungan Allah. Ia menjadi tertunduk dan hilanglah keangkuhan dalam dirinya. Ucapan dan gerakan shalat bagaikan sebuah bejana, sedangkan dzikir adalah isinya. Shalat yang dikerjakan tanpa adanya mengingat Allah dalam hatinya bagaikan bejana kosong.

Begitu istimewanya shalat sehingga disebutkan bahwa shalat sebagai sarana untuk memohon pertolongan Allah. Sebab shalat adalah bentuk komunikasi seorang hamba dengan Tuhannya secara langsung, tanpa perantara. Setiap hamba yang melafalkan dzikir, tasbih, dan sebagainya dalam shalat, Allah menjawabnya. Selain itu, posisi sujud seseorang yang shalat adalah posisi terdekat dengan Tuhannya. Karena itulah shalat bisa dijadikan sebagai sarana memohon pertolongan Allah SWT (Masykur, 2011:4-6).

Diantara hal-hal yang populer diucapkan setiap muslim dan

sudah menghujam dalam hati mereka adalah bahwa “shalat itu tiang

agama”. Sebenarnya memang shalat itu sungguh demikian. Shalat telah

membuat batas pemisah antara Islam dan bukan islam. Islam memberikan sifat ini menjadikannya tiang agama. Dan puncak ketinggiannya hanya semata karena kedudukannya yang tinggi, keagungan nilainya, kebesaran kepentingannya di sisi Allah dan Rasul-Nya. Allah Tabaraka wa Ta’ala telah memerintahkan kepada kita agar menjaga shalat itu, dengan berfirman:

(55)

41

Peliharalah semua shalat (mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu’ (QS. Al-Baqarah: 238)

Allah telah menjadikan shalat sebagai jalan untuk mencapai kemenangan, keberuntungan, kebahagiaan, dan kesuksesan, baik di dunia maupun di akhirat (ash-Shawwaf, 2007:1-2).

Esensi pertama dalam shalat adalah ikhlas. Seperti halnya gambaran penciptaan Adam. Allah telah menciptakan Adam dalam bentuk kejadian yang paling sempurna, lalu meniupkan roh kepadanya sehingga dia hidup. Adam yang tercipta dari tanah yang panas pada dasarnya tidak berarti apa-apa sebelum dituiupkan roh ke dalamnya. Begitu pula shalat, tidak memiliki nilai apa-apa jika tidak disertai dengan keikhlasan. Ikhlas merupakan esensi bagi setiap ibadah. Kemudian esensi yang kedua yaitu menggunakan seluruh anggota badan yang telah dianugerahkan Allah sesuai dengan keridhaan-Nya. Anggota badan yang berupa jasmani digunakan untuk mengerjakan bentuk lahir shalat, sedangkan anggota badan yang batin untuk bentuk batin shalat, seperti ikhlas, khusyuk, tunduk dan rendah diri dihadapan Allah (Bukhari,1999:23-24).

Shalat sempurna yang dibangun di atas kekhusyukan dan kepatuhan akan menerangi hati, mengajar hamba bagaimana adab tata krama peribadahan dan kewajiban-kewajiban ketuhanan bagi Allah

‘Azza wa jalla, dengan keagungan dan kemahabesaran Allah yang

(56)

42

itu benar-benar menghiasi diri seseorang dan mempercantiknya dengan akhlak-akhlak mulia, seperti kejujuran, amanah, qana’ah, setia, santun,

tawadhu’, adil, dan ihsan.

Menegakkan (melaksanakan) shalat termasuk tanda-tanda

keimanan yang paling besar, syi’ar-syi’ar agama yang paling agung, dan tanda-tanda bersyukur kepada Allah yang paling tampak, atas anugerah nikmat-nikmat-Nya yang tidak terhingga. Menyia-nyiakan dan tidak melaksanakan shalat adalah berarti memutus hubungan dengan Allah

Ta’ala, kehilangan karunia-Nya, limpahan nikmat-nikmat-Nya serta

banyaknya kebaikan-Nya. Shalat yang benar adalah obat penawar untuk penyakit-penyakit qalbu dan kerusakan jiwa, serta cahaya yang melenyapkan kegelapan dosa-dosa dan perbuatan-perbuatan yang mengakibatkan dosa (ash-Shawwaf,2007:3-4).

Kunci iman adalah ibadah. Benar tidaknya ibadah seseorang sangat berpengaruh terhadap benar tidaknya iman. Kita telah menyatakan dan mengakui iman kepada Allah, maka ibadah kita pun hendaknya karena Allah dan menuruti ketentuan-ketentuan-Nya. Jadi, pertanda seorang mukmin ialah ibadah dan perbuatannya (Al-Ghazali,1985:65).

(57)

43

mencegah orang yang mengerjakannya dari perbuatan keji dan kemungkaran (al-Jazairi, 2006:78-79).

2.

Amar ma’ruf nahi mungkar (

ركنم يهن فورعم رما

)

Hati memiliki peranan utama dalam menentukan baik buruknya amal perbuatan yang dilakukan oleh setiap orang, maka kita sebagai manusia muslim dan mukmin mempunyai kewajiban utama dalam hal memperhatikan, memelihara serta menjaga sebaik-baiknya agar hati kita selalu menuntun kita untuk menempuh jalan kebaikan dan kita pun wajib meluruskannya apabila sewaktu-waktu hati kita menginginkan hal-hal yang tidak diridai Allah Swt dan bertentangan dengan ajaran agama-Nya.

Hati mengandung makna berbolak-balik atau berubah-ubah, jika perubahan hati itu erat hubungannya dengan akidah dan keimanan maka kita harus menjaganya dengan seksama, sebab perubahan ini akan menentukan kebahagiaan dan keselamatan atau kecelakaan dan kebinasaan (Hadad, 1999:123-124).

Jadi, yang diwajibkan kepada kaum muslimin itu hanyalah

beramar ma’ruf, yakni menyuruh melakukan kebajikan apabila melihat

orang lain meninggalkannya, kita diperintahkan untuk mengingkari atau melarangnya. Demikian juga dalam hal yang disepakati para ulama tentang keharamannya (Hadad, 1999:97-98).

Pengertian ma’ruf itu sendiri adalah suatu kata yang meliputi

(58)

44

orang yang melakukannya itu, sedangkan lawan dari ma’ruf adalah munkar yaitu suatu kata yang meliputi segala macam hal yang dilarang oleh Allah dan Allah membenci orang yang mengerjakan itu (Hadad,1999:82).

Melakukan perbuatan amar ma’ruf dan nahi munkar merupakan

identitas orang yang beragama. Dengan melakukan amar ma’ruf nahi munkar, kita akan mendapatkan keberuntungan, seperti firman Allah:

َن ْوَهْنَي َو ِفو ُرْعَمْلاِب َنو ُرُمْأَي َو ِرْيَخْلا ىَلِإ َنوُعْدَي ةَّمُأ ْمُكْن ِم ْنُكَتْل َو

َنوُحِلْفُمْلا ُمُه َكِئ َٰلوُأ َو ۚ ِرَكْنُمْلا ِنَع

Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru

kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari

yang munkar. Merekalah orang-orang yang beruntung (QS. Ali Imran:104)

Barang siapa yang sanggup melakukan amar ma’ruf nahi

munkar maka kita akan mendapatkan keberuntungan, dihindarkan dari

azab Allah di dunia dan akhirat, harapan terkabulnya do’a, serta wujud

perjalanan di jalan Allah.

(59)

45

1985:62). Manusia sebagai individu, ia hidup bersama-sama di masyarakat, hidup bersama dengan orang banyak di luar dirinya. Antara individu dan masyarakat bagi seorang manusia tidak dapat terpisah satu sama lain, artinya individu tak mungkin berkembang dengan sebaik-baiknya, bahkan individu tak mungkin hidup, tanpa dibantu oleh dan hidup bersama dengan orang lain.

Suatu masyarakat tak mungkin ada tanpa adanya anggota-anggota masyarakat atau individu-individu yang hidup di dalamnya. Sering juga suatu masyarakat dapat maju karena jasa-jasa orang-orang tersebut yang pernah memimpin masyarakat itu atau yang pernah memberikan sumbangannya dimana individu itu hidup dan bekerja. Individu dan masyarakat tak dapat dipisahkan satu sama lain, dan saling membutuhkan (Sadulloh, 2014:31). Masyarakat mencakup sekelompok orang yang berinteraksi antar sesamanya, saling tergantung dan terikat oleh nilai dan norma yang dipatuhi bersama, serta pada umumnya bertempat tinggal di wilayah tertentu, dan ada kalanya mereka memiliki hubungan darah atau kepentingan bersama (Sadulloh, 2014:204).

(60)

46

tetapi karena keterbatasan sifat manusia banyak diantara mereka tersesat perjalanan hidupnya, gugur oleh bujuk rayu setan. Setan senantiasa berusaha agar manusia ingkar kepada Allah, yaitu dengan memperlihatkan dan menjanjikan kemanisan hidup duniawi, sehingga tidak sedikit manusia terlena dan akhirnya terlepas dari tuntunan Allah. Oleh sebab itu, Allah memberikan beban kepada orang-orang yang

beriman agar melaksanakan amar ma’ruf dan nahi munkar (Al-Ghazali, 1985:64).

Amar ma’ruf dan nahi munkar merupakan fardhu kifayah.

Artinya, jika ada sekelompok orang yang menegakkannya, maka gugurlah kewajiban itu bagi yang lainnya dan secara khusus pahalanya diperoleh oleh orang-orang yang menegakkannya. Namun, jika tidak ada seorangpun yang menegakkannya maka berdosalah semuanya.

(61)

47

Dengan adanya amar ma’ruf dan nahi munkar, segala macam

persoalan dapat berjalan lurus sesuai dengan kehendak Allah SWT.

Namun tanpa adanya amar ma’ruf dan nahi munkar, maka segala hak

dan kewajiban akan diabaikan, batas-batas yang tidak boleh dilalui akan dilanggar seenaknya saja dan makin banyak akibat-akibat buruk yang ditimbulkan karena dilalaikannya tugas tersebut. Dengan melaksanakan

amar ma’ruf dan nahi munkar itu akan mendapatkan pahala yang besar

karena tugasnya yang berat itu (Hadad,1999:81-82).

Untuk menghindarkan diri agar tidak terjerumus ke dalam kemungkaran, maka lebih selamat jika kita meninggalkan ahli kemungkaran itu selama mereka masih enggan mengikuti ajakan Allah dan Rasul-Nya yaitu ajakan ke jalan kebaikan. Dengan demikian, sekali-kali kita juga mendatangi rumah mereka semata-mata dengan maksud

beramar ma’ruf dan nahi munkar (Hadad,1999:91). Namun

Meninggalkan dan menjauhkan diri dari golongan ahli kemungkaran dan kemaksiatan itu dilakukan apabila telah jelas nyata atau seolah ada tanda-tanda keputusasaan bahwa mereka tidak akan menerima ajakan kita. Di saat itulah kita baru diperkanankan meninggalkan mereka dan

menyerahkan urusan mereka kepada Allah SWT semata

(Hadad,1999:96). 3. Sabar ( ربص )

(62)

48

anak diajarkan pada akhlak kemasyarakatan yaitu mencakup pendidikan

amar ma’ruf nahi munkar seperti yang sudah dijelaskan diatas, setelah itu dikenalkan juga dengan sabar (Huda,2009:120).

Kata sabar berasal dari bahasa Arab

ا ًرْبَص

-

ُرِبْصَي

-

َرَبَص

yang berarti bersabar, tabah hati, berani (Yunus, 2010:211). Diartikan pula dengan mencegah dan menghalangi. Sabar adalah menahan diri untuk tidak berkeluh kesah, mencegah lisan untuk merintih dan menghalangi anggota tubuh untuk tidak menampar pipi dan merobek pakaian dan sejenisnya (al-Jauziyah, 2006:2). Kata sabar juga dimaknai usaha menahan diri dari hal-hal yang tidak disukai dengan sepenuh kerelaan dan kepasrahan.

Sikap sabar sangat dibutuhkan oleh setiap orang, karena semua orang pasti merasakan pahit getirnya kehidupan. Mengingat secara fitrah manusia memang diciptakan dengan karakter yang tergesa-gesa ingin mendapatkan sesuatu secara cepat dan instan, maka manusia membutuhkan kekuatan untuk bersabar (Ahmadi, 2004:85). Hakikat sabar itu sendiri adalah sebuah akhlak yang tertinggi diantara sekian banyak akhlak jiwa. Sebuah akhlak yang berusaha untuk menghalangi seseorang melakukan tindakan tidak terpuji (al-Jauziyah, 2006:6). Beberapa hal berikut ini yang perlu disikapi dengan sabar, yaitu: a. Kesabaran dalam taat beribadah

(63)

49

khusyuk dan tuma’ninah. Pada umumnya ibadah bukanlah amalan

yang disukai hawa nafsu manusia. Bahkan hawa nafsu sering merintanginya. Oleh karena itu, kesabaran mutlak diperlukan agar ketaatan kepada Allah bisa istiqamah.

b. Kesabaran menjauhi maksiat

Selain menjalankan ketaatan, seorang muslim diharuskan menjauhi kemaksiatan. Orang yang bersabar untuk senantiasa taat kepada Allah itu berat, namun lebih berat lagi sabar untuk tidak berbuat maksiat. Disinilah kesabaran mendapat nilai yang sangat agung (Ahmadi,2004:86-89). Kesabaran ini pun dapat diperoleh melalui lahir batin seseorang. Melalui lahirnya, seseorang harus senantiasa meninggalkan dan menjauhi kemaksiatan. Sedangkan melalui batinnya, seseorang tidak boleh memberi kesempatan kepada jiwanya untuk memikirkan dan cenderung kepada kemaksiatan (Husaini,1999:187).

c. Kesabaran menghadapi ujian

Kehidupan memang bisa direncanakan dan dibangun sesuai dengan yang diinginkan. Namun manusia tidak bisa secara mutlak mengendalikan dan menguasainya.

(64)

50

ia harus memiliki keyakinan yang teguh bahwa Allah swt senantiasa bersamanya (Ahmadi,2004:90-94).

d. Kesabaran dalam mengingat dosa-dosa terdahulu

Kesabaran ini mengingatkan seseorang akan ancaman-ancaman Allah bagi hamba-hamba-Nya yang mengerjakan maksiat. Kesabaran ini akan melahirkan perasaan takut dan menyesal (Husaini,1999:187-188).

Kesabaran merupakan pengokoh segala urusan di dunia ini dan salah satu akhlak mulia (Husaini,1999:185). Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah swt:

َعَم َ َّلِلَا َّنِإ ۚ ِة َلََّصلا َو ِرْبَّصلاِب اوُنيِعَتْسا اوُنَمآ َنيِذَّلا اَهُّيَأ اَي

َني ِرِباَّصلا

Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar (QS al-Baqarah:153)

Dengan kesabaran, seseorang akan memperoleh berbagai manfaat yang akan dirasakan di dalam hati sanubari seseorang itu sendiri. Berikut ini beberapa hikmah yang diperoleh dari kesabaran, diantaranya yaitu:

a. Kesabaran melimpahruahkan pahala

(65)

51

Ia ingin menyudahi meskipun setelah membaca Al-Qur’an tidak segera melakukan pekerjaan lain. Jika sampai disini rasa jenuh dan mengantuk ia turuti maka pahalanya terhenti. Namun orang yang bersabar akan mampu mengalahkan perasaan jenuh dan mengantuk itu. Ia terus bertahan, maka pahalanya pun semakin banyak karena ayat yang dibaca juga lebih banyak.

b. Kesabaran selalu melahirkan kebajikan

Kesabaran merupakan anugerah Allah yang sangat besar nilainya. Kehidupan di dunia, yang terkadang menyenangkan dan saat lain menyedihkan, tidak mungkin diatasi, kecuali dengan sikap sabar. Kenikmatan dalam bentuk pangkat atau kekayaan hanya akan terjerumus, jika yang menerima terlalu bergembira hingga lupa diri. Sebaliknya, penderitaan juga hanya akan membuat orang lebih jauh menderita jika yang mendapatkan kurang tahan, lalu mencela Allah dan berkeluh kesah secara berlebihan. Maka, kesabaranlah yang membuat segala sesuatu menjadi bernilai kebaikan dan maslahat.

c. Kesabaran menghadapi cobaan merupakan bukti kekuatan iman

Referensi

Dokumen terkait

Insentif sebagai perangsang atau pendorong yang diberikan secara sengaja kepada para pekerja agar dalam diri pekerja timbul semangat yang lebih besar untuk berprestasi

Berdasarkan pengertian dari pembinaan rohani Islam itu sendiri, maka menurut Ainur Rahim Faqih, pembinaan atau bimbingan rohani Islam dapat dilakukan baik secara

ركش ريدقت و للهدملحا و ميكلحا ميلعلا تنا كنإ ,انتملع ام لاإ انل ملع لا كناحبس أو يلص وأ يرخ ىلع ملس نيركاشلا نيرباصلا ينيبنلا تماخ الله لوسر حصأو

Dalam penelitian ini diuji apakah average abnormal return pada periode sebelum event Idul Fitri (September 2010) lebih besar dari average abnormal return pada periode

Sehingga memungkinkan suatu router akan meneruskan suatu paket dengan hanya melihat label yang melekat pada paket tersebut, sehingga tidak perlu lagi melihat alamat

Kategoriler tartışmaya açıldığında toplumsal cinsiyetin gerçek­ liği de krize girer: Gerçeğin nasıl gerçekdışından aynlacağı belir­ sizleşir. İşte bu

Badan POM tidak dapat melakukan pengawalan aspek keamanan obat ini secara sendiri, namun perlu juga dukungan partisipasi semua pemeran kunci (ke y players) yang terlibat

 Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengumumkan niatnya untuk mengunjungi Myanmar pada akhir bulan ini, yang akan menjadikannya sebagai Presiden AS pertama yang