• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penyusunan skripsi ini tertuang dalam 5 (lima) bagian yang tersusun dalam bab-bab, yang mana satu sama lain saling berkaitan, dan di setiap bab terdiri dari sub-sub bab. Agar dapat memberikan gambaran mengenai skripsi ini nantinya, maka peneliti akan memberikan gambaran secara garis besarnya sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

39 Ibid.,hlm. 180

40Ibid., hlm. 184

Bab ini berisikan Latar Belakang. Permasalahan. Tujuan Penelitian.

Manfaat Penelitian. Keaslian Penulisan. Metode Penelitian.

Sistematika Penulisan

BAB II STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) PT. TELKOM DALAM MELAKSANAKAN CORPORATE SOCIAL

RESPONSIBILITY (CSR)

Bab ini berisikan konsep dan dasar hukum Corporate Social Responsibility (CSR) dan prinsip-prnsip yang harus dipegang dalam melaksanakan Corporate Social Responsibility (CSR) serta Standard Operating Procedure (SOP) PT. Telkom dalam melaksanakan Corporate Social Responsibility (CSR)

BAB III KEWAJIBAN PENERAPAN CORPORATE SOCIAL

RESPONSIBILITY DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS Bab ini berisikan efektivitas Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 dalam mengatur mengenai kewajiban penerapan Corporate Social Responsibility. Tindakan hukum yang dapat dilakukan oleh para pihak dalam hal tidak terpenuhinya kewajiban penerapan Corporate Social Responsibility. Kewajiban Penerapan Corporate Social Responsibility Dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.

BAB IV PENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PADA PT. TELKOM MEDAN MENURUT UU NO. 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

Bab ini berisikan Penerapan corporate social responsibility Pasal 74 UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas PT. Telkom Medan.

Kendala yang dihadapi serta potensi yang dimiliki oleh PT. Telkom Medan. Upaya yang dilakukan PT. Telkom Medan dalam menghadapi Kendala dalam Penerapan corporate social responsibility Pasal 74 UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan bab terakhir dari isi skripsi ini. Pada bagian ini, dikemukakan kesimpulan dan saran yang didapat sewaktu mengerjakan skripsi ini mulai dari awal hingga pada akhirnya.

RESPONSIBILITY (CSR)

A. Konsep dan Dasar Hukum Corporate Social Responsibility (CSR)

Awal mulanya, konsep CSR muncul sebagai akibat adanya kenyataan bahwa pada dasarnya karakter alami dari setiap perusahaan adalah mencari keuntungan secara maksimal tanpa memperdulikan kesejahteraan karyawan, masyarakat, dan lingkungan alam. CSR adalah basis teori tentang perlunya sebuah perusahaan membangun hubungan hannonis dengan masyarakat setempat. CSR memandang bahwa perusahaan adalah sebagai agen etik dan moral. Sebenamya, isu CSR tersebut sesuai dengan filosofi "Pager Mangkok” sebagaimana yang dianut oleh Budaya Jawa di Indonesia. Istilah "Pager Mangkok” dimaknai dengan kepedulian dari individu kepada individu disekitarnya. "Pager" dapat diterjemahkan sebagai pagar yang berfungsi melindungi atau menjaga objek yang berada dalam tembok. Sedangkan "Mangkok” adalah tempat atau wadah sayur atau roakaoan Istilah "Pager Mangkok' merupakan aktivitas saling memberi apa yang dirasakan oleh individu kepada individu disekitarnya. Sesuatu yang dimakan oleh individu di sekitarnya mengandung arti bahwa membagi kesenangan dan kebahagiaan, termasuk di dalamnya adalah "keuntungan".41

Ajaran neo kapitalisme atau neo liberalisme tersebut, telah menimbulkan perkembangan perseroan yang tidak manusiawi dan tidak adil mengeruk keuntungan tanpa memperdulikan kesengsaraan masyarakat dan kerusakan lingkungan sekitamya, Aliran Normalis mengatakan, bahwa bukan hanya

41 Pujiyono, Hukum Perusahaan, Surakarta: Pustaka Hanif, 2014, hlm 128

pemegang saham yang menjadi pemangku kepentingan perseroan adalah pemangku kepentingan. Oleh karena itu masyarakat sekitar perseroan juga se1ain harus mematuhi segala peraturan perundang-undangan, perseroan juga harus ikut bertanggunjawab terbadap masyarakat adan Iingkungan sekitamya. Berarti pemangku kepentingan perseroan tidak hanya terbatas pada pemegang atau pegawai dan buruh, tetapi juga anggota masyarakat. Saham, karyawan, dengan demikian peseroan tidak hanya memperhatikan kepentingan pemegang atau pegawai dan buruh yang pekerja kepadanya. Tetapi juga saham, karyawan, harus memperhatikan masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Perseroan mempunyai tanggungjawab moral untuk menetapkan dalam Rencana Kerja Tahunan (RKT) program atau agenda bidang sosial yang dibutuhkan masyarakat setempat, baik yang bersifat jangka panjang maupun jangka pendek.42

CSR sampai saat ini belum ada kesatuan bahasa terhadap CSR, namun secara empiris CSR ini telah diterapkan oleh perusahaan dalam berbagai bentuk kegiatan atas kesukarelaan (voluntary). Menurut Michael Hopkins dalam Working Paper-nya yang disampaikan kepada Policy Integration Departement World Commission on the Social Dimension of Globalization International Labour Office, Genewa Tahun 2014 menjelaskan bahwa CSR adalah "CSR is concerned with treating the stakeholders of the firm ethically or in a responsible manners.

Ethically or responsible ' means treating stakeholders in a manner deemed acceptable in civilized societies. Social includes economic responsibility, stakeholders exist both within a firm and outside. The natural environment is a stakeholders. The wider aim of social responsibility is to create higher standard

42M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas,Jakarta: Sinar Grafika, 2009, hlm 298-299

for living, while preserving the profitability of the corporation, for people both within and outside the corporation".43

Konsep awal tanggung jawab sosial (social responsibility) dari suatu perusahaan secara eksplisit baru dikemukakan oleh Howard R. Bowen melalui karyanya yang diberi judul "Social Responsibilities of the Businessmen". Bowen memberikan definisi tanggung jawab sosial sebagai berikut: "it refers to the obligations of businessmen to pursue those policies, to make those decicions, orto follow those lines of action which are desireab/e in terms of the objectives and values of our society". Rumusan ini telah memberi landasan awal bagi pengenaian kewajiban pelaku bisnis untuk menetapkan tujuan bisnis yang selaras dengan tujuan dan nilai-nilai masyarakat.44

Konsep CSR merupakan suatu konsep bahwa perusahaan memiliki suatu tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan'" Konsep dari CSR mengandung arti bahwa organisasi bukan lagi sebuah entitas yang hanya mementingkan dirinya sendiri (selfish). Sehingga terealienasi dari lingkungan masyarakat ditempat mereka bekerja, melainkan sebuah entitas usaha yang wajib melakukan adaptasi kultural dengan lingkungan sosialnya. Konsep ini menyediakan jalan bagi setiap perusahaan untuk melibatkan dirinya dengan dimensi sosial dan memberikan perhatian terhadap dampak-dampak sosial yang ada.45

43 Michael Hopkins. "The Bussines Case for CSR: Where are we?". International Journal for Businessrreferment Management. Volume 5 Number 23 tahun 2003,hlm 19

44 Ismail Sollihin, Corporate Social Responsibility from Charity to Sustainability, Jakarta:

Salemba Empat, 2009, hlm.15-16

45 Budi Untung, Op. Cit., hlm 2

Konsep CSR adalah salah satu bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat yang menekankan bahwa pemilik perusahaan mempunyai tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungannya. CSR kini menjadi kata yang semakin populer dan menjadi ukuran penting dalam menilai keberhasilan perusahaan dalam operasionalnya diberbagai belahan dunia, Adanya prinsip Good Corporate Governance (GCG) pula, semakin menyempurnakan niat perusahaan untuk serius memberi perhatian terbadap program CSR.46

Pemikiran CSR secara etik, tidak dapat dilepaskan dari adanya konsep etika bisnis. Pemikiran yang mendasari CSR dalam hubungannya dengan etika bisnis adalah bahwa perusahaan tidak hanya mempunyai kewajiban-kewajiban ekonomis dan legal tetapi juga kewajiban-kewajiban-kewajiban karena perusahaan tidak bisa hidup, beroperasi dan memperoleh keuntungan tanpa bantuan pihak lain. CSR merupakan pengambilan keputusan perusahaan yang dikaitkan dengan nilai-nilai etika, dapat memenuhi kaidah-kaidah dan keputusan hukum dan menjunjung tinggi harkat manusia, masyarakat dan lingkungan.

Tanggung jawab sosial perusahaan meliputi bidang sosial, ekonomi dan lingkungan.47

Pengaturan tentang CSR di Indonesia, selain diatur didalam Pasal 74 UU No. 40 Tahun 2007, tetapi juga diatur di dalam UU No. 25 Tahun 2007. Untuk istilah CSR dirumuskan di dalam Pasal 15 huruf (b) UU No. 40 Tahun 2007 Menurut penjelasan Pasal 15 huruf (b) UU No. 40 Tahun 2007 tersebut, menyatakan bahwa: "setiap penanam modal wajib melaksanakan tanggung jawab

46 M. Yasir Yusuf, Model Pelaksanaan CSR Bank Syariah: Kajian Empiris Pembiayaan Mikro Baitulmal Aceh, Jumal Ekonomi Islam La _Riba. Vol. IV, No.2, Des. 2010, hlm. 198

47 Budi Gautama Siregar, Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Pandangan Islam. Jurnal JURIS. Volume 14 Nomor 2 (Juli-Desember 2015), hlm 144

sosial perusahaan yaitu tanggung jawab yang melekat pada setiap perusahaan penanaman modal untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat". Secara yuridis formal menurut UU No. 40 Tahun 2007, semua perusahaan yang merupakan penamaman modal (Penanaman Modal Dalam Negeri dan Penanaman Modal Asing) wajib hukumnya untuk melaksanakan CSR, baik untuk perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT), persekutuan firma, persekutuan komanditer maupun perusahaan perorangan.48

CSR diatur dalam Pasal 1 ayat (3) UU No. 40 Tahun 2007. CSR adalah komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya. Pada tahun 2007, terjadi perubahan yang signifikan mengenai CSR di Indonesia setelah disahkannya UU No. 25 Tahun 2007. Lahirnya undang-undang ini bertujuan agar hak, kewajiban, dan tanggung jawab penanam modal diatur secara khusus guna memberikan kepastian hukum, mempertegas kewajiban penanam modal terhadap penerapan prinsip tata kelola perusahaan yang sehat, memberikan penghormatan atas tradisi budaya masyarakat, dan melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Ketentuan mengenai CSR diatur secara tegas dalam Pasal 15 huruf b yang menegaskan bahwa setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan CSR.49

48 Sri Bakti Yunari. Suatu Perbandingan Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) di Taiwan dan di Indonesia Legality, Vol.24, No. I, Maret 2016-Agustus 2016, hlm 69

49 Hasil wawancara dengan Marfian Zardi, selaku Penanggung Jawab CSR Telkom Medan, tanggal 12 Februari 2019.

Pengaturan CSR di Indonesia didasarkan peraturan perundangan hukum positif di Indonesia, antara lain:

a. Pasal 1 angka 1 UU No. 40 Tahun 2007, PT adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya. Pasal 1 angka 3 UU No. 40 Tahun 2007, Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (selanjutnya disebut TJSL) adalah komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya CSR, diatur dalam Pasal 74 UUPT dan penjelasannya pengaturan ini berlaku untuk perseroan terbatas

Pasal 74

(1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.

(2) Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.

(3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah.50

b. UU No. 25 Tahun 2007 Pasal 1 angka 4 penanam modal adalah perseorangan atau badan usaha yang melakukan penanaman modal yang dapat berupa penanam modal dalam negeri dan penanaman modal asing. Pasal 15 huruf b UU No. 25 tahun 2007 diatur bahwa setiap penanam modal wajib melaksanakan TJSL. TJSL menurut Penjelasan Pasal 15 UU No. 25 tahun 2007 huruf b adalah tanggung jawab yang melekat pada setiap perusahaan penanaman modal untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat.

Selain itu dalam Pasal 16 UU No. 25 tahun 2007 Penanaman Modal juga diatur bahwa setiap penanam modal bertanggung jawab untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup. Ini juga merupakan bagian dari TJSL. UU No.

25 tahun 2007 juga mengenal sanksi bagi perusahaan yang ticlak melaksanakan TJSL. Di dalam Pasal 34 UU No. 25 tahun 2007 disebutkan bahwa apablila penanam modal ticlak melakukan kewajibannya untuk melaksanakan TJSL, maka berdasarkan peraturan tersebut maka penanam modal dapat dikenai sanksi adminisitatif berupa

1) Peringatan tertulis

2) Pembatasan kegiatan usaha;

3) Pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal; atau 4) Pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal.

50 Pujiyono, Model Pertanggungjawaban Hukum Pelaksanaan Corporate Sosial Responsibility (CSR) Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat. Jurnal Yustisia: Vol.5 No.

J Januari-April 2016, hlm 4

Selain dikenai sanksi administratif, UU No. 25 tahun 2007 juga membuka peluang adanya sanksi lain. Hal tersebut sebagaimana dinyatakan di dalam Pasal 34 ayat (3) UU No. 25 tahun 2007 yang menyebutkan bahwa penanam modal juga dapat dikenai sanksi lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undang

c. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batu Bara (UU Minerba) Menurut UU Minerba, pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan da1am rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pasca tambang. Menurut Pasal 95 huruf (d) UU Minerba, yaitu pemegang IUP (Izin Usaha Pertambangan) maupun IUPK (Izin Usaha Pertambangan Khusus) wajib melaksanakan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat setempat. Isi pasal tersebut mensyaratkan bahwa perusahaan tam.bang memiliki tanggung jawab sosial kepada masyarakat setempat. Mengenai bentuk program CSR perusahaan Minerba diatur di dalam Pasal 78 huruf G) UU Minerba. Bentuk program bisa berupa, seperti:

1) Pembinaan dan pengembangan sumber daya manusi 2) Pengembangan perekonomian,

3) Perbaikan layanan kesehatan.

d. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Berdasarkan Pasal 68 UU Lingkungan Hidup, setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan berkewajiban:

1) memberikan infonnasi yang terkait dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup secara benar, akurat, terbuka, dantepat waktu;

2) menjaga keberlanjutan fungsi lingkungan hidup; dan

3) menaati ketentuan tentang baku mutu lingkungan hidup dan/atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.

e. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 Tentang Minyak Dan Gas Bumi (UU Migas). Di dalam UU Migas terdapat 2 (dua) pasal yang mengatur mengenai CSR. Ketentuan tersebut terdapat di dalam Pasal 11 ayat (3) dan Pasal 40 ayat (5). Di dalam Pasal 11 ayat (3) dinyatakan bahwa kegiatan usaha hulu yang dilaksanakan oleh badan usaha atau bentuk usaha tetap berdasarkan kontrak kerja sama dengan badan pelaksana wajib memuat ketentuan-ketentuan pokok yang salah satunya adalah ketentuan mengenai pengembangan masyarakat sekitarnya dan jaminan hak-hak masyarakat adat. Sementara Pasa l40 ayat (5) dinyatakan bahwa badan usaha atau bentuk usaha tetap yang melaksanakan kegiatan usaha minyak dan gas bumi (kegiatan usaha hulu dan kegiatan usaha hilir) ikut tanggung jawab dalam mengembangkan lingkungan dan masyarakat setempat.

f. Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-08/MBU/2013 Tahun 2013 tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan.51

51 Ibid

B. Prinsip-Pmsip yang Barus Dipegang dalam Melaksanakan Corporate Social Responsibility (CSR)

Penanaman modal di Indonesia tentu tidak terlepas dari sumber daya alam yang ada di Indonesia selain sumber daya manusia yang menjadi target pertimbangan dalam melaksanakan investasi baik oleh pihak asing maupun lokal dalam berinvestasi. Untuk menjaga kesinambungan lingkungan dan keamanan dalam berivestasi pemerintah telah mengharuskan bagi para investor untuk memperhatikan lingkungan dan sosial masyarakat disekitar dengan bertanggung jawab menjaga lingkungan dan meningkatkan taraf hidup sosial masyarakat sekitar dimana perusahaan melaksanakan kegiatan dan melakukan aktivitasnya.

Negara maju para investor telah menyadari betapa pentingnya memperhatikan CSR ini, hal ini sudah menjadi dasar pertimbangan bagi para investor dan perusahaan manajemen investasi untuk memperhatikan kebijakan CSR dalam membuat keputusan untuk melakukan investasi atau tidak, pertimbangan ini sering disebut dalam praktek investasi sebagai "Investasi beratanggung jawab sosial" (sosially responsible investintings)52

CSR diatur secara tegas di Indonesia, dalam UU No. 40 Tahun 2007, sehingg terdorong dan termotivasi bahwa pembangunan berkelaniutan, yang hanya dapat dicapai atau dipertahankan manakala tercipta keseimbangan antara aspek-aspek ekonomi, sosial dan lingkungan hidup telah melahirkan kesadaran baru di kalangan komunitas bisnis di Indonesia untuk melakukan CSR. Oleh

52 Jamin Ginting. Tinjauan Yuridis Terhadap Corporate Social Responsibility (CSR) Dalam Good Corporate Governance (GCG). Lex Jurnalica Vol.5 No. l, Desember 2007, hlm 42

sebab itu banyaknya persoalan kesenjangan sosial, pemerintah mengambil keputusan untuk mengatur CSR dalam peraturan perundang-undangan.53

Prinsip investasi bertanggung jawab sosial ini tujuan perusahaan bukan hanya mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya tetapi lebih mementikan investasi berkesinambungan artinya kemampuan perusahaan untuk dapat hidup dalam lingkungan masyarakat sekitar lebih diutamakan. Para 'investor yang melaksanakan bisnis akan kesulitan jika masih menggunakan paradigma lama, yaitu mengejar keuntungan yang setinggi-tinggya tanpa memperdulikan kondisi masyarakat sekitar, karena hal ini akan menimbulkan kecemburuan masyarakat sekitar. Perusahaan juga tidak dapat menggali potensi masyarakat lokal yang seyogianya dijadikan modal sosial perusahaan untuk maju dan berkembang.54

Prinsip-prinsip tanggungjawab sosial menjadi tiga, yaitu:

1. Suistainability, yaitu bagaimana perusahaan dalam melakukan aktivitas (action) tetap memperhitungkan keberlanjutan sumberdaya di masa depan.

Suistainability berputar pada keberpihakan dan upaya bagaimana society memanfaatkan sumberdaya agar tetap memperhatikan generasi masa datang.

2. Accountability, yaitu upaya perusahaaan terbuka dan bertanggungjawab atas aktivitas yang telah dilakukan. Akuntabilitas dibutuhkan, ketika aktivitas perusahaan mempengaruhi dan dipengaruhi lingkungan ekstemal.

Akuntabilitas dapat dijadikan sebagai media bagi perusahaan membangun image dan network terhadap para pemangku kepentingan. Keterbukaan

53 Mukti Fajar. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia Studi tentang Penerapan Ketentuan CSR pada Perusahaan Multinasional, Swasta Nasional dan BUMN di Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013, hlm. 157.

54 Ibid., hlm 42-43

perusahaan atas aktivitas tanggungjawab sosial menentukan respon masyarakat bagi perusahaan,

3. Transparency, yaitu bersinggungan dengan pelaporan aktivitas perusahaan berikut dampak terhadap pihak eksternal. Berperan untuk mengurangi asimetri informasi, kesalahpabamao, khususnya informasi dan pertanggungjawaban berbagai dampak dari lingkungan.55

Indikator kinerja kunci dalam implementasi CSR kegiatan pembinaan usaha kecil yang dilakukan PT Telkom, yaitu:

1. Leadership (kepemimpinan). PT Telkom memperlakukan pimpinan sebagai karyawan sehingga harus tunduk, patuh dan melaksanakan etika yang telah digariskan oleh perusahaan. Seorang pemimpin harus bisa menghargai ide yang baik dan prestasi kerja bawahannya. Sebagai pembina, pemimpin harus berusaha meningkatkan keterampilan dan pengetahuan bawahannya dalam rangka pengembangan potensi. Pemimpin di PT Telkom memiliki komitmen untuk menghormati hak dan kewajiban karyawan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan Perjanjian Kerja Bersama (PKB).

Apabila terjadi pelanggaran oleh Direktur Utama dan/atau salah satu dari anggota direksi terhadap etika bisnis, kebijakan, atau prosedur yang berlaku, maka Direksi menetapkan atau menunjuk seseorang untuk menetapkan langkah-langkah tindakan/sanksi yang harus diambil sesuai dengan peraturan yang berlaku. Agar aturan etika tersebut dapat diterapkan secara efektif, maka PT. Telkom telah melakukan kegiatan sosialisasi kepada seluruh karyawan.

Karyawan Telkom wajib menandatangani "Kontrak Komitmen" setelah yang

55Hadi Noor. Corporate Social Responsibility. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011, hlm 15

bersangkutan membaca Buku Aturan Etika Telkom sebagai pemyataan bahwa yang bersangkutan setuju dan berjanji akan menerapkan aturan etika tersebut di PT. Telkom. Bagi yang melanggar aturan etika akan dikenakan sangsi sesuai dengan bobot pelanggarannya, mulai dari teguran tertulis sampai pada diserahkan kepada yang berwajib khususnya bila menyangkut kerugian perusahaan yang material atau perkara kriminal. 56

2. Proporsi bantuan.

Cakupan wilayah yang menyeluruh di seluruh kantor pusat, tingkat divisi, tingkat kandatel dan anak perusahaan, maka dana yang dikeluarkan pun sudah jelas terbagi dengan rata dan adil, yaitu berasal dari penyisihan laba PT.

Telkom setelah pajak sebesar 1 % s.d 3 % digunakan sebagai dana hibah atau pinjaman kepada bina mitraan. PT Telkom juga memiliki hibah, yaitu pemberian bantuan yang diberikan kepada Mitra Binaan dalam bentuk Pendidikan, Pelatihan, Pemagangan, Pendampingan, Promosil Pameran dan Pengkajian, Penelitian, Riset untuk meningkatkan produktivitas Mitra Binaan.

3. Transparasi clan Akuntabilitas.

Setiap tahunnya PT Telkom selalu menuliskan laporan tahunan program CSR maupun keuangnya di dalam website www.telkom.co.id, semua pihak dapat secara transparan dapat melihat hasil laporan tahunan tersebut. PT Telkom juga mempunyai pengawas dan evaluasi mitra binaan adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk pengawasan dan mengevaluasi perkembangan Mitra Binaan yang telah menerima bantuan yang dilakukan secara periodik. PT

56 Hasil wawancara dengan Marfian Zardi, selaku Penanggung Jawab CSR Telkom Medan, tanggal 12 Februari 2019.

Telkom mendapatkan umpan balik dari masyarakat mitra binaan secara benar dengan melakukan wawancara dengan penerima mitra binaan.

4. Cakupan wilayah (coverage area).

Penyelenggaraan kegiatan CSR tersebar di seluruh daerah operasi PT Telkom.

Pada tingkat pusat, kegiatan CSR berada di bawah pembinaan Wakil Direktur Utama yang dikoordinasikan oleh Head of Corporate Communication (HCC).

Pada tingkat Divisi dan Unit Bisnis, proram CSR menjadi tanggung jawab Execuitive General Manager atau Kepala Unit Bisnis.Pada tingkat Kandatel, aktivitas CSR menjadi tanggungjawab General Manager Kandatel. Sedangkan untulc anak Perusahaan, program CSR menjadi tanggung jawab pimpinan perusahaan yang bersangkutan. 57

5. Perencanaan dan mekanisme pengawasan dan evaluasi.

PT Telkom memiliki Survey Calon Mitra Binaan, yaitu kegiatan penelitian terhadap Calon Mitra Binaan guna mendapatkan informasi mengenai kelayakan untulc ikut serta dalam Program Kemitraan, clan memiliki Mitra Binaan Relationship Officer (MRO) adalah Tenaga Lepas yang direkrut untuk

PT Telkom memiliki Survey Calon Mitra Binaan, yaitu kegiatan penelitian terhadap Calon Mitra Binaan guna mendapatkan informasi mengenai kelayakan untulc ikut serta dalam Program Kemitraan, clan memiliki Mitra Binaan Relationship Officer (MRO) adalah Tenaga Lepas yang direkrut untuk

Dokumen terkait