• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS (Studi Pada PT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS (Studi Pada PT."

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

TENTANG PERSEROAN TERBATAS (Studi Pada PT. Telkom Medan)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas - tugas dan memenuhi syarat – syarat untuk mencapai gelar

Sarjana Hukum

Oleh :

Johan Williem 140200302

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BW

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

2 0 1 9

(2)
(3)

Aflah***)

Corporate Social Responsibility (CSR) masih memiliki beberapa permasalahan, antara lain masih belum seragam dan jelas batasan tanggung jawab sosial. Sikap oportunis perusahaan terlebih social responsibility mengandung biaya yang cukup besar yang belum tentu memiliki relevansi terhadap pencapaian tujuan yang bersifat economic motive. Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah Standard Operating Procedure (SOP) PT. Telkom dalam melaksanakan Corporate Social Responsibility (CSR). Kewajiban penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) dikaitkan dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Penerapan Corporate Social Responsibility pada PT.

Telkom Medan menurut UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif. Sifat penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan studi kepustakaan (library research) dan penelitian lapangan (field research), dengan metode kualitatif.

Standard Operating Procedure (SOP) PT. Telkom dalam melaksanakan Corporate Social Responsibility (CSR) tahap pertama adalah menentukan sasaran (misi) CSR yang akan dibangun dengan mempertimbangkan ethical profile yang dimiliki perusahaan tersebut. Misi CSR ini yang kemudian dijadikan sebagai acuan perusahaan untuk menentukan tujuan (objektif) dari strategi pemasaran yang diinginkan. Tahap kedua dari modul di atas adalah melakukan analisis terhadap lingkungan bisnis dimana perusahaan berada untuk memahami dan mengindentifikasi hal-hal apa saja yang sangat sensitif bagi masyarakat. Tahap ketiga adalah membangun core value yang sejalan dengan marketing mix. Core value diartikan sebagai prinsip-prinsip nilai baik (value) yang menuntun perusahaan didalam menjalankan kegiatan-kegiatannya, baik terhadap lingkungan internal maupun eksternal (dunia luar). Kewajiban penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) dikaitkan dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal 74 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, yaitu (1) perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dana tau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan (2) kewajiban tersebut diperhitungan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran (3) perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud ayat (1) dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan terkait. Penerapan Corporate Social Responsibility pada PT.

Telkom Medan menurut Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas CSR PT. Telkom Medan secara umum sudah dilaksanakan berdasarkan ketentuan yang berlaku yakni Undang-Undang No. 40 Tahun 2007.

Kata Kunci: Corporate Social Responsibility, Perseroan Terbatas.

*)Mahasiswa Fakultas Hukum USU, Departemen Hukum Keperdataan

**) Dosen Pembimbing I, Departemen Hukum Keperdataan

**) Dosen Pembimbing II, Departemen Hukum Keperdataan

(4)

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmad dan karunia-Nyalah, sehingga penulis dapat menyelesaikan skipsi ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Adapun judul dari skripsi ini adalah Penerapan Corporate Social Responsibility Menurut Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (Studi Pada PT. Telkom Medan).

Untuk penulisan skripsi ini penulis berusaha agar hasil penulisan skripsi ini mendekati kemampuan yang diharapkan, tetapi walaupun demikian penulisan ini belumlah dapat dicapai dengan maksimal, karena ilmu pengetahuan penulis masih terbatas. Oleh karena itu, segala saran dan kritik akan penulis terima dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan penulisan skripsi ini.

Dalam kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang secara langsung ataupun yang tidak langsung telah membantu penulis dalam menyusun skripsi ini maupun selama penulis menempuh perkuliahan, khususnya kepada:

1. Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. OK. Saidin, SH., M.Hum, selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Puspa Melati Hasibuan, SH, M.Hum, selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Dr. Jelly Leviza, SH., M.Hum, selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

(5)

6. Bapak Syamsul Rizal, S.H, M.Hum, selaku Sekretaris Departemen Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

7. Bapak M. Husni, S.H., M.Hum, selaku Dosen Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktunya membimbing penulis sehingga terselesaikannya skripsi ini.

8. Ibu Aflah, S.H, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II yang telah telah meluangkan waktunya untuk memberikan petunjuk dan bimbingan pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada ayahanda Lawrence Boston Pasaribu dan ibunda Kuji Margaretha Kusuma Hesti serta Daniel Mihado Hasudungan (abang), Samuel Roosevelt (adik) penulis dan yang telah banyak memberikan dukungan moril, materil dan kasih sayang mereka yang tidak pernah putus sampai sekarang dan selamanya.

Demikianlah yang dapat saya sampaikan, semoga apa yang telah kita lakukan mendapatkan balasan dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis memohon maaf kepada Bapak atau Ibu dosen pembimbing dan dosen penguji atas sikap dan kata yang tidak berkenaan selama penulisan skripsi ini.

Medan, Juli 2019 Penulis,

Johan Williem

(6)

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Permasalahan ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Keaslian Penulisan ... 9

F. Tinjauan Pustaka ... 11

G. Metode Penelitian ... 21

H. Sistematika Penulisan ... 25

BAB II STANDARD OPERATING PROCEDURE PT. TELKOM DALAM MELAKSANAKAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) A. Konsep dan Dasar Hukum Corporate Social Responsibility (CSR)... 27

B. Prinsip-Prnsip yang Harus Dipegang dalam Melaksanakan Corporate Social Responsibility (CSR) ... 37

C. Standard Operating Procedure PT. Telkom dalam Melaksanakan Corporate Social Responsibility (CSR) ... 44

BAB III KEWAJIBAN PENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DIKAITKAN DENGAN UNDANG- UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS A. Efektivitas Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 dalam Mengatur mengenai Kewajiban Penerapan Corporate Social Responsibility ... 49

(7)

B. Tindakan Hukum yang Dapat Dilakukan Oleh Para Pihak dalam Hal Tidak Terpenuhinya Kewajiban Penerapan Corporate Social Responsibility ... 50 C. Kewajiban Penerapan Corporate Social Responsibility Dikaitkan

Dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas ... 51 BAB IV PENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

PASAL 14 UU NO. 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS (Studi di Kantor PT. Telkom Jalan MT. Haryono No. 1 Medan)

A. Penerapan Corporate Social Responsibility Pasal 74 UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas PT. Telkom Medan. 57 B. Kendala yang dihadapi serta potensi yang dimiliki oleh PT.

Telkom Medan ... 65 C. Upaya yang dilakukan PT. Telkom Jalan MT. Haryono No. 1

Medan dalam menghadapi Kendala dalam Penerapan corporate social responsibility Pasal 74 UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas ... 78 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 80 B. Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 83 LAMPIRAN

(8)

A. Latar Belakang

Pembangunan nasional merupakan rangkaian perubahan yang dilakukan secara menyeluruh, terencana dan terarah dalam rangka mewujudkan keseimbangan kebutuhan lahiriah dan batiniah masyarakat. Tujuan pembangunan nasional bangsa Indonesia adalah untuk meningkatkan kesejahteraan baik secara materiil maupun spiritual.1

Corporate Social Responsibility (selanjutnya disebut CSR) suatu program yang harus dijalankan perusahaan tidak bersifat sesaat (short term), tapi harus berkesinambungan (long term). Bukan hanya membagi kedermawanan melainkan jugaberusaha menjaga agar dapat berlangsung secara berkelanjutan dan berkontribusi dalam pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, bekerja sama dengan karyawan, dan masyarakat setempat dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan. CSR pada dasarnya mempunyai tujuan akhir yakni sustainable development (pembangunan berkelanjutan). Pembangunan berkelanjutan adalah suatu proses perubahan yang dapat diukur secara kualitatif. Dalam hal ini yang berubah tidak hanya aspek ekonomi, akan tetapi juga aspek sosial dan lingkungan2.

Di Indonesia, CSR telah menjadi kewajiban bagi setiap perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut PT) dan menggunakan sumber

1 Zulfika Nanda Hadi, “Pengaruh Penerapan Corporate Social Responsibility Terhadap Persepsi masyarakat Dan Dampaknya Terhadap Citra Perusahaan, studi pada Masyarakat Sekitar PT. Astra International Motor-Hso Yogyakarta”. Jurnal FEB, Vol.1 No. 2 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2015, hlm.2.

2 Maria Nindita Radyati, CSR Untuk Pemberdayaan Ekonomi Lokal, Jakarta: Business Links, 2008, hlm. 4

(9)

daya alam dalam operasinya, hal ini diatur dalam Pasal 74 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut UU No.

40 Tahun 2007) dan Pasal 15, Pasal 17, dan Pasal 34 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (selanjutnya disebut UU No. 25 Tahun 2007) yang di dalamnya mengatur kewajiban bagi perusahaan untuk menyelenggarakan program CSR. Walaupun secara yuridis pemerintah telah membuat regulasi terkait CSR, namun dalam implementasinya hingga sekarang masih terclapat banyak CSR yang tidak tepat sasaran atau tidak optimal dalam memberikan bantuan bagi pemberdayaan masyarakat setempat.3

Perkembangan implementasi CSR di Indonesia ditandai dengan sudah banyak perusahaan mengimplementasikan CSR. Perusahaan semakin banyak menerapkan CSR baik dalam bentuk amal (charity) maupun pemberdayaan (enpowerment). Setidaknya dapat dilihat dari gencarnya pemberitaan berkaitan dengan implementasi CSR di media cetak maupun elektronik serta media sosial.

Namun sedikit sekali implementasi program CSR tersebut yang mengarah pada kepentingan pekerja/buruh, utamanya pada kesejahteraan dan jaminan hak- haknya. Perusahaan-perusahaan yang menerapkan program CSR tersebut cenderung melupakan kepentingan dan kebutuhan hak-hak para pekerjanya.4 Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas, dimana tanggung jawab perusahaan adalah melanjutkan komitmen sebagai bisnis untuk bersikap secara ethnic, bermoral dan berkontribusi pada pembangunan ekonomi serta meningkatkan kualitas kehidupan

3Hartini Retnaningsih, Permasalahan Corporate Social Responsibility (CSR) Dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat, Aspirasi Vol. 6 No. 2, Desember 2015, hlm 177-178

4Dani Amran Hakim, Urgensi Penerapan Corporate Social Responsibility Sebaga· Upaya Menjamin Hak-Hak Tenaga Kerja, Fiat Justisla Jurnal Ilmu Hukum. Volume 10 Number 4 October-December 2016, hlm 628

(10)

dan tenaga kerja dan keluarganya maupun komunitas lokal dan masyarakat.

Perusahaan juga harus mengintegrasi antara kegiatan sosial dan masalah lingkungan yang berhubungan dengan operasi bisnis. Dalam perkembangannya, pembangunan yang ada berjalan lamban, belum sepenuhnya dirasakan oleh masyarakat secara merata dan menyeluruh, masih banyak infrastruktur jalan yang rusak, fasilitas umum minim dan sarana prasarana desa yang belum lengkap serta sarana transportasi dan alat komunikasi yang belum memadai.5

Bentuk-bentuk tanggungjawab sosial yang ideal tentunya bukan hanya muncul semata-mata untuk mencari nama baik sehingga bisa membangun reputasi, namun justru sudah muncul sejak sebuah organisasi berdiri. Sehingga turut pula tertuang dalam visi, misi dan tujuan organisasi.6 Perusahaan merupakan suatu badan hukum yang dalam perbuatan hukum diwakili oleh organ atau pengurusnya, sehingga tidak menutup kemungkinan menimbulkan kekhilafan dan kelalaian yang harus dipertanggung jawabkan diantaranya tanggung jawab dalam makna responsibility (tanggung jawab moral) yang dikembangkan dalam bentuk CSR.7

Aktivitas CSR pada saat ini telah menjadi menu wajib bagi perusahaan, suka atau tidak suka, sebagaimana telah diundangkan dengan UU No. 40 Tahun 2007 pada Pasal 74. Di luar kewajiban untuk mengikuti peraturan, CSR memang sepatutnya dilaksanakan oleh perusahaan dengan kesadaran sendiri dan bersifat sukarela. Pelaksanaan CSR selama ini hanya didasarkan kepada kesadaran dan komitmen perusahaan. Padahal komitmen dan kesadaran setiap perusahaan

5 Ibid

6 T. Romy Marnelly, Jurnal Aplikasi Bisnis, “Corporate Sosial Responsibilty (CSR) Tinjauan Teori dan Pratek di Indonesia”, Vol 2, No.2 April 2012, hlm. 7

7Busyra Azhery, Corporate Social Responsibility : Dari Voluntary Menjadi Mandatory Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2012, hlm.5.

(11)

pastilah berbeda-beda dan sangat bergantung kepada kebijakan dari masing- masing perusahaan.8

Di Indonesia, CSR telah diatur dalam Undang-Undang, salah satunya, UU No. 40 Tahun 2007, yang mewajibkan implementasi CSR bagi perusahaan- perusahaan yang menggunakan dan/atau terkait dengan sumber daya alam.

Sementara UU No 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (selanjutnya disebut UU No. 25 Tahun 2007 Pasal 15 ayat b menegaskan bahwa setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Kesadaran pentingnya melakukan CSR merupakan trend global seiring dengan semakin maraknya kepedulian mengutamakan pemangku kepentingan (stakeholders).

Prinsip CSR ini juga tidak terlepas dengan prinsip Good Corporate Governance (GCG) yang merupakan prinsip fairness, transparancy, dan accountability.9

PT. Telkom Indonesia merupakan salah satu perusahaan yang memiliki CSR dalam program sosialnya PT. Telkom Indonesia peduli akan nasib masyarakat yang ada di Indonesia dan khususnya di Sumatera Utara. Sudah menjadi komitmen PT. Telkom Indonesia untuk peduli akan masalah-masalah sosial yang ada. Hal itu diwujudkan PT. Telkom Indonesia dengan memberikan bantuan dana lunak dan menara pandang kepada masyarakat Sumatera Utara khususnya masyarakat kota Medan.

PT. Telkom Indonesia memberikan sumbangan dana lunak kepada .masyarakat masyarakat kota Medan. Bantuan dana tersebut telah diberikan oleh

8Yusuf Wibisono, Membedah Konsep dan Aplikasi CSR (Coorporate Social Responsibility), Gresik: Fascho Publishing, 2007, hlm. 152-153

9 Jamin Ginting, Hukum Perseroan Terbatas (UU No. 40 Tahun 2007). Bandung : Citra Aditya Bakti, 2007, hlm 94

(12)

PT. Telkom Indonesia sejak Tahun 2000 hingga saat ini. 10 Dana itu diberikan untuk kesejahteraan petani salak untuk memajukan basil Usaha Milcro Kecil dan Menengah (selanjutnya disebut UMKM). Dengan adanya bantuan dari PT.

Telkom Indonesia dalam bentuk dana lunak, masyarakat Kota Medan mampu meningkatkan pendapatan UMKM.11

CSR masih memiliki beberapa pennasalahan, antara lain masih be1um seragam dan jelas batasan tanggung jawab sosial. Sikap oportunis perusahaan terlebih social responsibility mengandung biaya yang cukup besar yang belum tentu memiliki relevansi terhadap pencapaian tujuan yang bersifat economic motive. Kurang respon stakeholder (silent stakeholder), sehingga .kurang menciptakan social control meskipun masyarakat merupakan sosial agen.

Dukungan tata perundangan yang masih lemah standar operasional yang masih kurang jelas. Belwn jelasnya ukuran evaluasi.12

Terkait CSR, yang juga masuk kategori hukum bidang ekonomi, Sejak 2007 Model Kebijakan hukumnya adalah CSR sebagai kewajiban disertai sanksi (mandatory) khususnya bagi perusahaan yang bergerak di sektor usaha sumber daya alam. Hal ini nampak sejak diberlakukannya UU No. 25 Tahun 2007 dan UU No. 40 Tahun 2007.13

Penerapan CSR tidak lagi dianggap sebagai cost, melainkan investasi perusahaan. Dengan disahkannya UU No. 25 Tahun 2007 terutama Pasal 74 ini, banyak pengusaha merasa gerah, sehingga terjadi polemik. Sebenarnya

10 Hasil wawancara dengan Marfian Zardi, selaku Penanggung Jawab CSR Telkom Medan, tanggal 12 Februari 2019.

11 Ibid

12 Noor Hadi, Corporate Social Responsibility, Yogyakarta, Graha Ilmu, 2011, hlm 48

13 Sefriani dan Sri Wartini, Model Kebijakan Hukum Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia, Jurnal Hukum IUS Quia Iustum No. 1 Vol. 24 Januari 2017, hlm 4

(13)

perusahean tidak perlu mempermasalahkan adanya UU No. 25 Tahun 2007 tersebut, dan UU No. 25 Tahun 2007 selayaknya diterapkan tidak hanya pada perusabaan yang menggunakan sumberdaya alam yang tidak bisa diperbaharui, karena perusahaan lain pun bisa menimbulkan kerusakan lingkungan dan sosial budaya, bahkan sektor keuangan seperti lembaga keuangan bank dan bukan bank.

Dalam hal ini karena banyak industri yang telah merusak lingkungan, melanggar Hak Asasi Manusia (HAM), melakukan pemutusan hubungan kerja sepihak pun masih saja tetap eksis karena dibantu permodalannya dengan diberi kucuran kredit. Hal ini tentu berhubungan walaupun secara tidak langsung, karena lembaga keuangan tersebut telah membantu perusahaan dalam bidang permodal14

Program-program CSR yang dilakukan oleh PT.Telkom sesuai dengan visi dan misi PT. Telkom yaitu berorientasi kepada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan, dan pemegang saham. Tujuan dari CSR yaitu mempemberdayaan masyarakat dimana kegiatan ini dapat mengkreasikan masyarakat mandiri, Ini sangat disadari benar oleh Telkom yang melakukan kegiatan CSR agar masyarakat mandiri. Kegiatan CSR yang dilakukan oleh PT. Telkom yaitu Telkom peduli, dimana kegiatan ini merupakan suatu kemasan dari program CSR PT. Telkom untuk peduli kepada masyarakat. Di bidang pendidikan Telkom juga memberikan puluhan milyar beasiswa, karena pendidikan menjadi salah satu fokus utama penyaluran CSR yang dilakukan. Sementara dibidang ekonomi dan pemberdayaan ekonomi PT. Telkom memberikan bantuan atau pinjaman kepada

14 Ibid

(14)

Mitra Binaan Telkom dengan memberikan pelatihan dalam mengembangkan UMKM.15

Kompleksitas permasalahan sosial (social problems) yang semakin rumit dalam dekade terakhir dan implementasi desentralisasi telah menempatkan CSR sebagai alternatif penting. CSR diharapkan dapat mengamankan aset dan menyehatkan pengelolaan Badan Usaha Milik Negara (selanjutnya disebut BUMN) serta dapat memberikan tanggung jawabnya terhadap internal perusahaan maupun eksternal perusahaan menuju tata kelola perusahaan yang sehat, untuk meningkatkan kinerja perusahaan di kemudian hari. CSR itu sendiri meruiuk pada semua hubungan yang terjadi antara perusahaan dengan pelanggan (customers), karyawan (employers), komunitas masyarakat, investor, pemerintah, dan pemasok (suppplier) beserta kompetitomya sendiri.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dilakukan penelitian dengan judul Penerapan Corporate Social Responsibility Menurut Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (Studi Pada PT. Telkom Medan).

B. Permasalahan

Berdasarkan maksud yang dikemukakan diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini, yaitu :

1. Bagaimanakah Standard Operating Procedure (SOP) PT. Telkom Dalam Melaksanakan Corporate Social Responsibility (CSR)?

15 Hasil wawancara dengan Marfian Zardi, selaku Penanggung Jawab CSR Telkom Medan, tanggal 12 Februari 2019.

(15)

2. Bagaimanakah kewajiban penerapan Corporate Social Responsibility Dikaitkan dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang perseroan Terbatas?

3. Bagaimanakah penerapan Corporate Social Responsibility pada PT.

Telkom Medan menurut UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini, dapat diurai sebagai berikut di bawah ini, yaitu:

1. Untuk mengetahui Standard Operating Procedure (SOP) PT. Telkom Dalam Melaksanakan Corporate Social Responsibility (CSR).

2. Untuk mengetahui kewajiban penerapan Corporate Social Responsibility dikaitkan dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.

3. Untuk mengetahui penerapan Corporate Social Responsibility pada PT.

Telkom Medan menurut UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

Manfaat teoritisnya yaitu untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu Hukum Perdata pada umumnya, khususnya mengenai penerapan Corporate Social Responsibility sebagai tanggung jawab perusahaan berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007.

2. Manfaat praktis

(16)

Manfaat secara praktisnya yaitu bahwa dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk memberikan informasi dan gambaran kepada masyarakat pada umumnya dan semua pihak yang berkepentingan pada khususnya perusahaan dan pihak yang memangku kepentingan dalam Perusahaan dapat mengetahui pelaksanaan CSR dalam penerapannya (penegakan hukum).

E. Keaslian Penulisan

Berdasarkan hasil penelusuran yang telah dilakukan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, baik secara fisik maupun online tidak ditemukan judul Penerapan Corporate Social Responsibility menurut UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (Studi Pada PT. Telkom Medan), namun ada beberapa judul skripsi berkait.an dengan Penerapan Corporate Social Responsibility, antara lain:

Sulistyawati Antariksih. Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta (2012), dengan judul penelitian Implementasi CSR (Corporate Social Responsibility) Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas Oleh PT. Telkom Tbk. Solo. Adapun permasalahan dalam penelitian ini :

1. Bentuk CSR (Corporate Social Responsibility) yang telah dilakukan PT.

Telkom Tbk. Solo sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan

2. Mekanisme pelaksanaan CSR (Corporate Social Responsibility) sebagai tanggung jawab sosial perusahaan oleh PT. Telkom Tbk. Solo.

(17)

3. Hambatan yang mempengaruhi pelaksanaan CSR (Corporate Social Responsibility) sebagai tanggung jawab sosial perusahaan oleh PT.

Telkom Tbk. Solo.

Hendra Wahyudi. Fakultas Hukum Purwokerto (2012), Penerapan Corporate Social Reponsibility Berdasarkan Pasal 74 UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas di PT. Bina Agung Damar Buana Purwokerto. Adapun permasalahan dalam penelitian adalah : penerapan Corporate Sosial Responsibility berdasarkan Pasal 74 UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas di PT. Bina Agung Damar Buana Purwokerto.

Samuel Ronatio Adinugroho (2017). Program Studi S l IJmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro, dengan judul penelitian Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan PT. Pertamina Semarang (Persero) Ditinjau Dari Undang-Undang No 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.

Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Bentuk pelaksanaan tanggungjawab sosial dan lingkungan PT. Pertamina Semarang (Persero) di Desa Tambakrejo, Kelurahan Tanjung Mas Kota Semarang.

2. Bentuk pembiayaan dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan PT. Pertamina Semarang (Persero).

Sonti Yulyanda S.B (2010). Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan, dengan judul penelitian Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) pada Bank BNI sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) (Studi pada PT Bank BNI 46 Kantor Cabang Universitas Sumatera Utara). Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah;

(18)

1. Pelaksanan Corporate Social Responsibility (CSR) yang diterapkan PT.

BN146 Tbk.

2. Manfaat penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) PT. BNI 46 Tbk

3. Kendala dalam Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) PT. BNI 46 Tbk

Swandi Hutabarat (2018). Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan, dengan judul penelitian Tinjauan Yuridis Tentang Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) pada PT. Pertamina (Persero) Region I Medan.

Adapun pennasalahan daiam penelitian ini :

1. Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) pada PT. Pertamina (Persero) Region I Medan

2. Hambatan dalam penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada PT.

Pertamina (Persero) Region I Medan

3. Manfaat pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) bagi masyarakat dan lingkungan yang dilaksanakan oleh PT. Pertamina (Persero) Region I Medan.

Dengan demikian, jika dilihat kepada permasalahan yang ada dalam penelitian ini, maka dapat dikatakan bahwa penelitian ini merupakan .karya ilmiah yang asli, dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah maupun akademi.

F. Tinjauan Pustaka

1. Sejarah dan Definisi Corporate Social Responsibility (CSR)

CSR telah menjadi pemikiran para pembuat kebijakan sejak lama.

Bahkan di dalam Kode Hammurabi (1700-an SM) yang berisi 282 hukum telah

(19)

memuat sanksi bagi para pengusaha yang lalai dalam menjaga kenyamanan warga atau menyebabkan kematian bagi pelanggannya. Dalam Kode Hammurabi disebutkan bahwa hukuman mati diberikan kepada orang-orang yang menyalahgunakan izin penjualan minuman, pelayanan yang buruk dan melakukan pembangunan gedung di bawah standar sehingga menyebabkan kematian pada orang lain.16

Adanya revolusi industri telah menyebabkan masalah tanggung jawab perusahaan menjadi fokus yang tajam. Ini merefleksikan kekuatan industri baru untuk membentuk kembali hubungan yang sudah diaggap kuno, feodal, klan, rumpun, atau sistem otoritas yang berlandaskan kekeluargaan dan teknologi memberi kekuasaan yang besar dan kekayaan pada "perusahaan". Tanah harus dibagi-bagikan kembali dan kota-kota dibangun. Kekuatan mesin yang melebihi manusia meningkatkan masalah tanggung jawab dan moralitas. Kesan yang kadang-kadang muncul adalah revolusi industri melakukan pelanggaran keras terhadap sistem, struktur, dan perhatian pada masa lalu. Dampak industrialisasi terhadap lingkungan alam maupun lingkungan buatan menjadi sumber baru untuk diperhatikan dan diberi tanggapan. Kondisi di sekitar pabrik dan kota memperbesar kemarahan dan membuat orang lain memberi perhatian mendalam.17

Perkembangan CSR semakin terasa pada Tahun 1960-an saat dimana secara global, masyarakat dunia telah pulih dari Perang Dunia II, dan mulai menapaki jalan menuju kesejahteraan. Pada waktu itu, persoalan-persoalan kemiskinan dan keterbelakangan yang semula terabaikan mulai mendapatkan perhatian lebih luas dari berbagai kalangan. Persoalan ini telah mendorong

16Sugeng Santoso, Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Perspektif Konvensional dan Fiqh Sosial. Volume 4 Nomor 1 Juli 2016, hlm 83

17 Ibid

(20)

berkembangnya beragam aktivitas yang terkait dengan pengentasan kemiskinan dan keterbelakangan dengan mendorong berkembanganya sektor produktif dari masyarakat.18

Konsep hubungan antara perusahaan dengan masyarakat ini dapat juga ditelusuri dari zaman Yunani kuno, sebagaimana disarankan Nocholas Eberstadt.

Beberapa pengamat menyatakan CSR berhutang sangat besar pada konsep etika perusahaan yang dikembangkan gereja Kristen maupunfiqih muamalah dalam Islam. Tetapi istilah CSR sendiri baru menjadi populer setelah Howard Bowen menerbitkan buku "Social Responsibility of Businessmen" pada 1953. Sejak itu perdebatan tentang tanggung jawab sosial perusahaan dimulai. Tetapi baru pada dekade 1980- an dunia barat menyetujui penuh adanya tanggung jawab sosial itu.

Tentunya dengan perwujudan berbeda di masing-masing tempat, sesuai pemahaman perusahaan terhadap apa yang disebut tanggung jawab sosial.19

CSR merupakan bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungannya bagi kepedulian sosial maupun tanggung jawab lingkungan dengan tidak mengabaikan kemampuan dari perusahaan. Pelaksanaan kewajiban ini barns memerhatikan dan menghonnati tradisi budaya masyarakat di sekitar lokasi kegiatan usaha tersebut. CSR merupakan suatu konsep bahwa perusabaan memiliki suatu tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan. Suatu perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak hanya berdasarkan faktor keuangan belaka seperti halnya keuntungan atau

18 Yusuf Wibisono, Op.Cit., hlm 4

19 Sugeng Santoso, Loc.Cit

(21)

dividen, melainkan juga harus berdasarkan konsekuensi sosial lingkungan untuk saat ini maupun jangka panjang.20

UU No. 40 Tahun 2007 memilih menggunakan istilah Tanggungjawab sosial dan lingkungan untuk penjabaran dalam pengaturan tersebut. Pada saat Ini belum adanya kesatuan bahasa terhadap istilah CSR, namun secara konseptual semuanya memiliki kesamaan makna. Beragam istilah yang sepadan dengan CSR, misalnya CSR, Corporate Citizenship, Responsible Business, Sustainable Responsible Business, dan Corporate Social Performancs.21

Tanggungjawab sosial dapat pula diartikan sebagai kewajiban perusahaan untuk: merumuskan kebijakan, mengambil keputusan dan melaksanakan tindakan yang memberikan manfaat kepada masyarakat.22

Ada dua hal yang latar belakang PT Telkom melaksanakan program CSR, yaitu Peraturan Menteri Badan Usaha Millie Negara RI No PER-5/MBU/2007 tanggal 27 April 2007 dan Keputusan Rapat Umum Pemegang saham. Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Telekomunikasi Indonesia yang dibuat oleh Dr. A.

Partomuan Pohan, S. H. LLM. Sesuai dengan Permen BUMN No PER-5 tersebut sebuah PT dapat melaksanakan program CSR dalah hal ini disebut sebagai Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan berdasarkan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Maka dalam penyusunan rencana kerjadan anggaran program kemitraan dan bina lingkungan setiap tahunnya memperhatikan selalu memperhatikan hasil RUPS.23

20 Budi Untung, CSR dalam Dunia Bisnis, Yogyakarta: Andi, 2014, hlm 2

21 Tri Budiyono, Hukum Perusahaan, Salatiga: Griya Media, 2011, hlm v.

22 Amin Widjaya Tunggal, Corporate Social Responsibility (CSR), Jakarta: Harvindo, 2008, hlm 161

23 Hasil wawancara dengan Marfian Zardi, selaku Penanggung Jawab CSR Telkom Medan, tanggal 12 Februari 2019.

(22)

Kebanyakan masih menganggap kegiatan CSR sebagai semacam kebijakan kemurahan hati yang diberikan bisnis bagi masyarakat, dan sumbangan semacam ini hanya tepat dilakukan setelah perusahaan mapan, tumbuh, dan mendapat keuntungan. CSR jenis ini sangat khas dan manfaat yang dihasilkan hanya dirasakan sekali oleh masyarakat dan berdampak sangat terbatas bagi perusahaan, nyata bahwa manfaat bagi kedua pihak masyarakat dan perusahaan tidak berkelanjutan.24

Kebijakan khusus tentang pelaksanaan program CSR di PT Telkom yaitu Keputusan Direksi No 30 Tahun 2007 yaitu tentang pengelolaan program kemitraan dan program bina lingkungan. Siapa yang bertanggung jawab untuk mengelola program CSR di PT Telkom pelaksanaan program CSR dilakukan oleh unit Community Development Center (selanjutnya disebut CDC) sesuai keputusan Direksi No KD. 12/PS150/COP-B0030000/2008 tentang Organisasi Pusat Pengelolaan Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan (CDC). CDC adalah unit bisnis yang secara structural berada di bawah Direktorat Human Capital & General Affair (HCGA). Unit CDC dipimpin oleh Senior General Manager (SGM) yang dibantu oleh Senior Manager Kemitraan, Senior Manager Bina Lingkungan, Senior Manager Perencanaan & Pengendalian dan Senir Manager Keuangan. Sedangkan utk pelaksanaan operasional CDC yang berlokasi di area ada unit yang disebut Community Development (selanjutnya disebut CD) Area yang dipimpin oleh Manager CD Area. Manager CD Area bertanggung

24 Sri Urip, Strategi CSR: Tanggung Jawab Sosial Perusahaan untuk Peningkatan Daya Saing Perusahaan di Pasar Negara Berkembang. Tangerang: Literati-Lentera Hati, 2014, hlm 5

(23)

jawab terhadap kepada SOM dan CDC atas efektifitas dan kelancaran pelaksanaan program kemitraan & bina lingkungan di wilayahnya.25

Bentuk kegiatan dari program CSR yang dilaksanakan oleh PT Telkom, yaitu CSR dalam Telkom disebut sebagai Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (selanjutnya disebut PKBL). Untuk program kemitraen kegiatannya antara lain pemberian pinjaman modal kerja, pemberian dana untuk pendidikan seperti speedy goes to school dan pemberian dana untuk pengkajian/penelitian.

Sedangkan untuk bina lingkungan beberapa kegiatannya adalah bantuan korban bencana alam, bantuan peningkatan kesehatan dan bantuan pembangunan sarana prasana/sarana umum.26

Pelaksanaan dari program program CSR di PT Telkom program kemitraan dan bina lingkungan untuk pelaksanaaanya terdiri dr dua cara yaitu penyaluran aktif yang disalurkan secara langsung berdasarkan proposal yang disampaikan calon mitra binaan/objek bantuan dan penyaluran proaktif yang disalurkan berdasarkan aktifitas pencarian calon mitra binaan/objek bantuan. Pelaksana program pembinaan usaha kecil.27

Target sasaran dari program pembinaan usaha kecil, yaitu Kriteria usaha kecil yang dapat menjad.i mitra binaan adalah pertama memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,- tetapi tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; kedua memiliki penjualan paling banyak Rpl.000.000.000/tahun; ketiga telah melakukan kegiatan usaha minimal 1tahun keempat berbentuk usaha

25 Hasil wawancara dengan Marfian Zardi, selaku Penanggung Jawab CSR Telkom Medan, tanggal 12 Februari 2019.

26 Hasil wawancara dengan Marfian Zardi, selaku Penanggung Jawab CSR Telkom Medan, tanggal 12 Februari 2019.

27 Hasil wawancara dengan Marfian Zardi, selaku Penanggung Jawab CSR Telkom Medan, tanggal 12 Februari 2019.

(24)

perseorangan, badan usaha baik tdk berbadan hukum maupun badan usaha berbadan hukum seperti koperasi; kelima usaha tersebut berdiri sendiri bukan merupakan anak perusahaau / cabang perusahaan; dan terakhir adalah tidak sedang dalam pembinaan BUMN lain, berbentuk usaha.28

Hubungan antara perusahaan dan masyarakat tidak solid bisa dipastikan adanya suatu permasalahan, pelaksanaan program-program CSR belum sepenuhnya diterima oleh masyarakat, itu disebabkan oleh minimnya perhatian perusahaan terhadap pelaksanaan CSR. Berdasarkan penjelasan di atas tersebut, terlihat bahwa manfaat CSR bagi perusahaan antara lain :

a. Mempertahankan dan mendongkrak citra dan reputasi

b. Layak mendapatkan social licence to operate (lisensi untuk beroperasi secara sosial)

c. Mereduksi risiko bisnis perusahaan

d. Melebarkan akses sumber claya bagi operasional usaha

e. Membentangkan akses menuju market dan membuka peluang pasar yang lebih luas

f. Mereduksi biaya, misalnya terkait dampak pembuangan limbah

g. Memperbaiki hubungan dengan stakeholders (pemangku kepentingan) memperbaiki dengan regulator (pengatur)

h. Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan i. Peluang mendapatkan penghargaan.29

28 Hasil wawancara dengan Marfian Zardi, selaku Penanggung Jawab CSR Telkom Medan, tanggal 12 Februari 2019.

29 Hasil wawancara dengan Marfian Zardi, selaku Penanggung Jawab CSR Telkom Medan, tanggal 12 Februari 2019.

(25)

Sasaran dan objek CSR yang diatur pada Pasal 74 UU No. 25 Tahun 2007, antara lain terdiri atas:

a. Bertujuan untulc menciptakan hubungan perseroan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma dan budaya masyarakat setempat.

b. Sasarannya masyarakat setempat

c. Dengan tujuan agar tercipta hubungan yang selaras dan seimbang antara perseroan dengan masyarakat sesuai dengan lingkungan norma dan budaya masyarakat setempat

Banyak program CSR dilakukan perusahaan yang terlihat sebagai suatu program pemberdayaan masyarakat yang bermanfaat bagi masyarakat, namun sesungguhnya ada maksud lain dari perusahaan asing yang beroperasi di Indonesia Untuk ha1 seperti ini: perlu dilakukan pengawasan dan analisis yang tajam demi merancang strategi ke depan untuk kepentingan masyarakat. Prinsip profesional perusahaan dan prinsip CSR untuk pemberdayaan masyarakat perlu dibuat seimbang, sehingga terjalin hubungan yang baik antara perusahaan dengan masyarakat setempat. Hubungan yang bersifat mutualis perlu dibangun, demi kelangsungan perusahaan dan keberlanjutan kehidupan masyarakat.30

Implementasi kebijakan CSR adalah suatu proses yang terus menerus dan berkelanjutan. Dengan demikian akan tercipta satu ekosistem yang menguntungkan semua pihak (true win-win situation) konsumen mendapatkan produk unggul yang ramah lingkungan, produsen pun mendapatkan profit yang

30 Hartini Retnaningsih. Op. Cit., hlm.180-18

(26)

sesuai yang pada akhirnya akan dikembalikan ke tangan masyarakat secara tidak langsung.31

2. Pengatunn hukum tentang CSR

Pengaturan CSR di Indonesia, telah diatur sejak lama hal ini dibuktikan dengan banyak pengaturan yang mengatur dari program CSR, sehingga pengaturan CSR di Indonesia telah memiliki konsekuensi secara yuridis dan sanksi yang tegas dalam pelaksanaanya, yaitu :

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pada Pasal 33 b. UU No. 40 Tahun 2007, pada Bab I ayat (3), bah IV Pasal 66 ayat (2), BabV

Pasal 74 ayat (1) sampai ayat (4).

c. Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

d. Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.

e. UU No.25 Tahun 2007, pada Pasal 15, Pasal 16, Pasal 17, dan Pasal 34.

f. Undang-Undang No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, pada Pasal 6 ayat (1) dan (2), Pasal 16 ayat (1), dan Pasal 17 ayat (1).

g. Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

h. Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, pada Pasal 13 ayat (3).32

31 Gabriel Handjaja, Analisis Penerpan Corporate Social Responsibility di Perusahaan Multilevel Marketmg PT. Harmom Dinamik Indonesia. Jurnal lmiiah Mahasiswa Universitas Surabaya. Vol.2 No.2 tahun 2013, hlm 4

32 Letezia Tobing. Aturan-Aturan-corporate-social-responsibility/

https://www.hukumonlme.com/khnik/deta1Vulasan/lt527 l 6870e6a0f/diakses tanggal 21 Maret 2019.

(27)

3. Profil PT. Telkom Medan

Telekomunikasi Indonesia, Tbk (Telkom) merupakan BUMN yang bergerak di bidang jasa layanan telekomunikasi dan jaringan di wilayah Indonesia.

Sebagai perusahaan milik negara yang sahamnya diperdagangkan di bursa saham, pemegang saham mayoritas perusahaan adalah Pemerintah Republik Indonesia sedangkan sisanya dikuasai oleh publik. Perusahaan penyelenggara bisnis Telecommunication, Information, Media, Edutainmet and Services (T.I.M.E.S) milik negara yang terbesar di Indonesia, yaitu sebuah portfolio bisnis yang lebih lengkap mengikuti tren perubahan bisnis global di masa datang 33

Pada tahun 1882, didirikan sebuah badan usaha swasta penyedia layanan pos dan telegraf. Layanan komunikasi kemudian dikonsolidasikan oleh Pemerintah Hindia Belanda ke dalam jawatan Post Telegraaf Telefoon (PTT).

Sebelumnya, pada tanggal 23 Oktober 1856, dimulai pengoperasian layanan jasa telegraf elektromagnetik pertama yang menghubungkan Jakarta (Batavia) dengan Bogor (Buitenzorg). Pada tahun 2009 momen tersebut dijadikan sebagai patokan hari lahir Telkom. Pada tahun 1961, status jawatan diubah menjadi Perusahaan Negara Pos dan Telekomunikasi (PN Postel). Kemudian pada tahun 1965, PN Postel dipecah menjadi Perusahaan Negara Pos dan Giro (PN Pos & Giro) dan Perusahaan Negara Telekomunikasi (PN Telekomunikasi).34

Pada tahun 1974, PN Telekomunikasi diubah namanya menjadi Perusahaan Umum Telekomunikasi (Perumtel) yang menyelenggarakan jasa telekomunikasi nasional maupun internasional. Tahun 1980 seluruh saham PT Indonesian Satellite Corporation Tbk. (Indosat) diambil alih oleh pemerintah RI

33 https://jobtrenurtika.wordpress.com/sejarah-singkat-pt-telekomunikasi-indonesia- tbk/diakses tanggal 21 Maret 2019

34 Ibid

(28)

menjadi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk menyelenggarakan jasa telekomunikasi internasional, terpisah dari Perumtel. Pada tahun 1989, ditetapkan Undang-undang Nomor 3 Tahun 1989 tentang Telekomunikasi, yang juga mengatur peran swasta dalam penyelenggaraan telekomunikasi.

Pada tanggal 14 November 1995 dilakukan Penawaran Umum Perdana saham Telkom. Sejak itu saham Telkom tercatat dan diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) (keduanya sekarang bernama Bursa Efek Indonesia (BEI)), Bursa Saham New York (NYSE) dan Bursa Saham London (LSE). Saham Telkom juga diperdagangkan tanpa pencatatan di Bursa Saham Tokyo. Jumlah saham yang dilepas saat itu adalah 933 juta lembar saham.

Tahun 1999 ditetapkan Undang-undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi. Sejak tahun 1989, Pemerintah Indonesia melakukan deregulasi di sektor telekomunikasi dengan membuka kompetisi pasar bebas. Dengan demikian, Telkom tidak lagi memonopoli telekomunikasi Indonesia. Tahun 2001 Telkom membeli 35% saham Telkomsel dari PT Indosat sebagai bagian dari implementasi restrukturisasi industri jasa telekomunikasi di Indonesia yang ditandai dengan penghapusan kepemilikan bersama dan kepemilikan silang antara Telkom dan Indosat. Sejak bulan Agustus 2002 terjadi duopoli penyelenggaraan telekomunikasi lokal. Pada 23 Oktober 2009, Telkom meluncurkan “New Telkom” (Telkom Baru) yang ditandai dengan penggantian identitas perusahaan.35

35 Ibid

(29)

Berikut struktur organisasi PT Telkom Medan, di bawah ini.

Gambar 1. Struktur Organisasi PT Telkom Medan

Sumber : PT. Telkom Medan, 2019 G. Metode Penelitian

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini merupakan kombinasi antara penelitian yuridis normatif dan yuridis empiris. Penelitian yuridis normatif yaitu mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan norma-norma hukum yang ada dalam masyarakat. Penelitian yuridis normatif dilakukan dengan cara penelusuran terhadap norma-norma hukum yang terdapat di dalam peraturan perundang- undangan yang mengatur topik yang penulis angkat, serta memperoleh data maupun keterangan yang terdapat dalam berbagai literatur di perpustakaan, jurnal hasil penelitian, majalah, situs internet, dan sebagainya. Sedangkan penelitian yuridis empiris merupakan penelitian permasalahan mengenai hal-hal yang bersifat yuridis dan didasarkan atas fakta-fakta yang diperoleh dari hasil penelitian dengan mengacu kepada pola pola perilaku masyarakat yang nyata di lapangan.36

36 Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hlm. 105 General Manager

Manager Acces Area

Manager Operasional

Manager Outcersourchin

g

Manager Optimalisasi

Manager Optimalisasi

(30)

2. Sifat penelitian

Penelitian ini bersifat penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan, atau gejala-gejala lainnya. Maksudnya adalah terutama untuk mempertegas hipotesa-hipotesa, agar dapat membantu di dalam memperkuat teori- teori lama, atau didalam kerangka menyusun teori.37

3. Sumber data

Sumber data yang digunakan data sekunder sebagai bahan penelitian dan bahan hukum primer. Data sekunder adalah data yang bersumber dari penelitian kepustakaan yaitu data yang diperoleh tidak secara langsung dari sumber pertamanya, melainkan bersumber dari data-data yang sudah terdokumenkan dalam bentuk bahan-bahan hukum. Adapun data sekunder yang penulis gunakan dalam penelitian ini, antara lain:

1) Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat terdiri dari

`instrumen hukum nasional, terdiri dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batu Bara Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-08/MBU/2013 Tahun 2013

37 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 2014, hlm. 41.

(31)

tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan.

2) Bahan hukum sekunder dari penelitian ini yakni bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer. Bahan hukum sekunder yang digunakan antara lain: pendapat para pakar hukum, karya tulis hukum yang termuat dalam media massa; buku-buku hukum (text book), serta jurnal-jurnal hukum yang berkaitan dengan judul skripsi.

3) Bahan hukum tersier yang penulis gunakan berupa kamus hukum dan ensiklopedia.

4. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data sekunder adalah dengan cara studi kepustakaan (library research). Penelitian kepustakaan (library research), yaitu mengadakan penelitian terhadap data-data yang diperoleh dari buku-buku literatur, majalah ilmiah yang ada kaitannya dengan skripsi.38

5. Analisis data

Analisis data merupakan kegiatan dalam penelitian yang berupa melakukan kajian atau telaah terhadap hasil pengolahan data yang dibantu dengan teori-teori yang telah didapatkan sebelumnya. Secara sederhana analisis data ini disebut sebagai kegiatan memberikan telaah, yang dapat berarti menentang, mengkritik, mendukung. Menambah atau memberi komentar dan kemudian

38Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif &

Empiris, Yogyakart, Pustaka Pelajar, 2015, hlm 135

(32)

membuat suatu kesimpulan terhadap hasil penelitian dengan pikiran sendiri dan bantuan teori yang telah dikuasainya.39

Hasil suatu penelitian hukum normatif agar lebih baik nilainya atau untuk lebih tepatnya penelaahan dalam penelitian tersebut, peneliti perlu menggunakan pendekatan dalam setiap analisisnya. Pendekatan ini bahkan akan dapat menentukan nilai dari hasil penelitian tersebut. Hal ini dapat dilihat jika pendekatan yang digunakan dalam analisis tersebut tidak tepat, maka dipastikan bahwa bobot penelitian ini akan rendah, tidak akurat dan kebenarannya pun diragukan atau dapat dipertanyakan. Oleh karena itu, pemilihan pendekatan dalam melakukan analisis hasil penelitian menjadi sangat penting. Pendekatan dalam penelitian hukum normatif dimaksudnya adalah bahan untuk mengawali sebagai dasar sudut pandang dan kerangka berpikir seorang peneliti untuk melakukan analisis.40

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penyusunan skripsi ini tertuang dalam 5 (lima) bagian yang tersusun dalam bab-bab, yang mana satu sama lain saling berkaitan, dan di setiap bab terdiri dari sub-sub bab. Agar dapat memberikan gambaran mengenai skripsi ini nantinya, maka peneliti akan memberikan gambaran secara garis besarnya sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

39 Ibid.,hlm. 180

40Ibid., hlm. 184

(33)

Bab ini berisikan Latar Belakang. Permasalahan. Tujuan Penelitian.

Manfaat Penelitian. Keaslian Penulisan. Metode Penelitian.

Sistematika Penulisan

BAB II STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) PT. TELKOM DALAM MELAKSANAKAN CORPORATE SOCIAL

RESPONSIBILITY (CSR)

Bab ini berisikan konsep dan dasar hukum Corporate Social Responsibility (CSR) dan prinsip-prnsip yang harus dipegang dalam melaksanakan Corporate Social Responsibility (CSR) serta Standard Operating Procedure (SOP) PT. Telkom dalam melaksanakan Corporate Social Responsibility (CSR)

BAB III KEWAJIBAN PENERAPAN CORPORATE SOCIAL

RESPONSIBILITY DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS Bab ini berisikan efektivitas Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 dalam mengatur mengenai kewajiban penerapan Corporate Social Responsibility. Tindakan hukum yang dapat dilakukan oleh para pihak dalam hal tidak terpenuhinya kewajiban penerapan Corporate Social Responsibility. Kewajiban Penerapan Corporate Social Responsibility Dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.

BAB IV PENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PADA PT. TELKOM MEDAN MENURUT UU NO. 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

(34)

Bab ini berisikan Penerapan corporate social responsibility Pasal 74 UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas PT. Telkom Medan.

Kendala yang dihadapi serta potensi yang dimiliki oleh PT. Telkom Medan. Upaya yang dilakukan PT. Telkom Medan dalam menghadapi Kendala dalam Penerapan corporate social responsibility Pasal 74 UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan bab terakhir dari isi skripsi ini. Pada bagian ini, dikemukakan kesimpulan dan saran yang didapat sewaktu mengerjakan skripsi ini mulai dari awal hingga pada akhirnya.

(35)

RESPONSIBILITY (CSR)

A. Konsep dan Dasar Hukum Corporate Social Responsibility (CSR)

Awal mulanya, konsep CSR muncul sebagai akibat adanya kenyataan bahwa pada dasarnya karakter alami dari setiap perusahaan adalah mencari keuntungan secara maksimal tanpa memperdulikan kesejahteraan karyawan, masyarakat, dan lingkungan alam. CSR adalah basis teori tentang perlunya sebuah perusahaan membangun hubungan hannonis dengan masyarakat setempat. CSR memandang bahwa perusahaan adalah sebagai agen etik dan moral. Sebenamya, isu CSR tersebut sesuai dengan filosofi "Pager Mangkok” sebagaimana yang dianut oleh Budaya Jawa di Indonesia. Istilah "Pager Mangkok” dimaknai dengan kepedulian dari individu kepada individu disekitarnya. "Pager" dapat diterjemahkan sebagai pagar yang berfungsi melindungi atau menjaga objek yang berada dalam tembok. Sedangkan "Mangkok” adalah tempat atau wadah sayur atau roakaoan Istilah "Pager Mangkok' merupakan aktivitas saling memberi apa yang dirasakan oleh individu kepada individu disekitarnya. Sesuatu yang dimakan oleh individu di sekitarnya mengandung arti bahwa membagi kesenangan dan kebahagiaan, termasuk di dalamnya adalah "keuntungan".41

Ajaran neo kapitalisme atau neo liberalisme tersebut, telah menimbulkan perkembangan perseroan yang tidak manusiawi dan tidak adil mengeruk keuntungan tanpa memperdulikan kesengsaraan masyarakat dan kerusakan lingkungan sekitamya, Aliran Normalis mengatakan, bahwa bukan hanya

41 Pujiyono, Hukum Perusahaan, Surakarta: Pustaka Hanif, 2014, hlm 128

(36)

pemegang saham yang menjadi pemangku kepentingan perseroan adalah pemangku kepentingan. Oleh karena itu masyarakat sekitar perseroan juga se1ain harus mematuhi segala peraturan perundang-undangan, perseroan juga harus ikut bertanggunjawab terbadap masyarakat adan Iingkungan sekitamya. Berarti pemangku kepentingan perseroan tidak hanya terbatas pada pemegang atau pegawai dan buruh, tetapi juga anggota masyarakat. Saham, karyawan, dengan demikian peseroan tidak hanya memperhatikan kepentingan pemegang atau pegawai dan buruh yang pekerja kepadanya. Tetapi juga saham, karyawan, harus memperhatikan masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Perseroan mempunyai tanggungjawab moral untuk menetapkan dalam Rencana Kerja Tahunan (RKT) program atau agenda bidang sosial yang dibutuhkan masyarakat setempat, baik yang bersifat jangka panjang maupun jangka pendek.42

CSR sampai saat ini belum ada kesatuan bahasa terhadap CSR, namun secara empiris CSR ini telah diterapkan oleh perusahaan dalam berbagai bentuk kegiatan atas kesukarelaan (voluntary). Menurut Michael Hopkins dalam Working Paper-nya yang disampaikan kepada Policy Integration Departement World Commission on the Social Dimension of Globalization International Labour Office, Genewa Tahun 2014 menjelaskan bahwa CSR adalah "CSR is concerned with treating the stakeholders of the firm ethically or in a responsible manners.

Ethically or responsible ' means treating stakeholders in a manner deemed acceptable in civilized societies. Social includes economic responsibility, stakeholders exist both within a firm and outside. The natural environment is a stakeholders. The wider aim of social responsibility is to create higher standard

42M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas,Jakarta: Sinar Grafika, 2009, hlm 298- 299

(37)

for living, while preserving the profitability of the corporation, for people both within and outside the corporation".43

Konsep awal tanggung jawab sosial (social responsibility) dari suatu perusahaan secara eksplisit baru dikemukakan oleh Howard R. Bowen melalui karyanya yang diberi judul "Social Responsibilities of the Businessmen". Bowen memberikan definisi tanggung jawab sosial sebagai berikut: "it refers to the obligations of businessmen to pursue those policies, to make those decicions, orto follow those lines of action which are desireab/e in terms of the objectives and values of our society". Rumusan ini telah memberi landasan awal bagi pengenaian kewajiban pelaku bisnis untuk menetapkan tujuan bisnis yang selaras dengan tujuan dan nilai-nilai masyarakat.44

Konsep CSR merupakan suatu konsep bahwa perusahaan memiliki suatu tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan'" Konsep dari CSR mengandung arti bahwa organisasi bukan lagi sebuah entitas yang hanya mementingkan dirinya sendiri (selfish). Sehingga terealienasi dari lingkungan masyarakat ditempat mereka bekerja, melainkan sebuah entitas usaha yang wajib melakukan adaptasi kultural dengan lingkungan sosialnya. Konsep ini menyediakan jalan bagi setiap perusahaan untuk melibatkan dirinya dengan dimensi sosial dan memberikan perhatian terhadap dampak-dampak sosial yang ada.45

43 Michael Hopkins. "The Bussines Case for CSR: Where are we?". International Journal for Businessrreferment Management. Volume 5 Number 23 tahun 2003,hlm 19

44 Ismail Sollihin, Corporate Social Responsibility from Charity to Sustainability, Jakarta:

Salemba Empat, 2009, hlm.15-16

45 Budi Untung, Op. Cit., hlm 2

(38)

Konsep CSR adalah salah satu bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat yang menekankan bahwa pemilik perusahaan mempunyai tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungannya. CSR kini menjadi kata yang semakin populer dan menjadi ukuran penting dalam menilai keberhasilan perusahaan dalam operasionalnya diberbagai belahan dunia, Adanya prinsip Good Corporate Governance (GCG) pula, semakin menyempurnakan niat perusahaan untuk serius memberi perhatian terbadap program CSR.46

Pemikiran CSR secara etik, tidak dapat dilepaskan dari adanya konsep etika bisnis. Pemikiran yang mendasari CSR dalam hubungannya dengan etika bisnis adalah bahwa perusahaan tidak hanya mempunyai kewajiban-kewajiban ekonomis dan legal tetapi juga kewajiban-kewajiban-kewajiban karena perusahaan tidak bisa hidup, beroperasi dan memperoleh keuntungan tanpa bantuan pihak lain. CSR merupakan pengambilan keputusan perusahaan yang dikaitkan dengan nilai-nilai etika, dapat memenuhi kaidah-kaidah dan keputusan hukum dan menjunjung tinggi harkat manusia, masyarakat dan lingkungan.

Tanggung jawab sosial perusahaan meliputi bidang sosial, ekonomi dan lingkungan.47

Pengaturan tentang CSR di Indonesia, selain diatur didalam Pasal 74 UU No. 40 Tahun 2007, tetapi juga diatur di dalam UU No. 25 Tahun 2007. Untuk istilah CSR dirumuskan di dalam Pasal 15 huruf (b) UU No. 40 Tahun 2007 Menurut penjelasan Pasal 15 huruf (b) UU No. 40 Tahun 2007 tersebut, menyatakan bahwa: "setiap penanam modal wajib melaksanakan tanggung jawab

46 M. Yasir Yusuf, Model Pelaksanaan CSR Bank Syariah: Kajian Empiris Pembiayaan Mikro Baitulmal Aceh, Jumal Ekonomi Islam La _Riba. Vol. IV, No.2, Des. 2010, hlm. 198

47 Budi Gautama Siregar, Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Pandangan Islam. Jurnal JURIS. Volume 14 Nomor 2 (Juli-Desember 2015), hlm 144

(39)

sosial perusahaan yaitu tanggung jawab yang melekat pada setiap perusahaan penanaman modal untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat". Secara yuridis formal menurut UU No. 40 Tahun 2007, semua perusahaan yang merupakan penamaman modal (Penanaman Modal Dalam Negeri dan Penanaman Modal Asing) wajib hukumnya untuk melaksanakan CSR, baik untuk perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT), persekutuan firma, persekutuan komanditer maupun perusahaan perorangan.48

CSR diatur dalam Pasal 1 ayat (3) UU No. 40 Tahun 2007. CSR adalah komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya. Pada tahun 2007, terjadi perubahan yang signifikan mengenai CSR di Indonesia setelah disahkannya UU No. 25 Tahun 2007. Lahirnya undang- undang ini bertujuan agar hak, kewajiban, dan tanggung jawab penanam modal diatur secara khusus guna memberikan kepastian hukum, mempertegas kewajiban penanam modal terhadap penerapan prinsip tata kelola perusahaan yang sehat, memberikan penghormatan atas tradisi budaya masyarakat, dan melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Ketentuan mengenai CSR diatur secara tegas dalam Pasal 15 huruf b yang menegaskan bahwa setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan CSR.49

48 Sri Bakti Yunari. Suatu Perbandingan Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) di Taiwan dan di Indonesia Legality, Vol.24, No. I, Maret 2016-Agustus 2016, hlm 69

49 Hasil wawancara dengan Marfian Zardi, selaku Penanggung Jawab CSR Telkom Medan, tanggal 12 Februari 2019.

(40)

Pengaturan CSR di Indonesia didasarkan peraturan perundangan hukum positif di Indonesia, antara lain:

a. Pasal 1 angka 1 UU No. 40 Tahun 2007, PT adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang- undang ini serta peraturan pelaksanaannya. Pasal 1 angka 3 UU No. 40 Tahun 2007, Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (selanjutnya disebut TJSL) adalah komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya CSR, diatur dalam Pasal 74 UUPT dan penjelasannya pengaturan ini berlaku untuk perseroan terbatas

Pasal 74

(1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.

(2) Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.

(3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(41)

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah.50

b. UU No. 25 Tahun 2007 Pasal 1 angka 4 penanam modal adalah perseorangan atau badan usaha yang melakukan penanaman modal yang dapat berupa penanam modal dalam negeri dan penanaman modal asing. Pasal 15 huruf b UU No. 25 tahun 2007 diatur bahwa setiap penanam modal wajib melaksanakan TJSL. TJSL menurut Penjelasan Pasal 15 UU No. 25 tahun 2007 huruf b adalah tanggung jawab yang melekat pada setiap perusahaan penanaman modal untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat.

Selain itu dalam Pasal 16 UU No. 25 tahun 2007 Penanaman Modal juga diatur bahwa setiap penanam modal bertanggung jawab untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup. Ini juga merupakan bagian dari TJSL. UU No.

25 tahun 2007 juga mengenal sanksi bagi perusahaan yang ticlak melaksanakan TJSL. Di dalam Pasal 34 UU No. 25 tahun 2007 disebutkan bahwa apablila penanam modal ticlak melakukan kewajibannya untuk melaksanakan TJSL, maka berdasarkan peraturan tersebut maka penanam modal dapat dikenai sanksi adminisitatif berupa

1) Peringatan tertulis

2) Pembatasan kegiatan usaha;

3) Pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal; atau 4) Pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal.

50 Pujiyono, Model Pertanggungjawaban Hukum Pelaksanaan Corporate Sosial Responsibility (CSR) Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat. Jurnal Yustisia: Vol.5 No.

J Januari-April 2016, hlm 4

(42)

Selain dikenai sanksi administratif, UU No. 25 tahun 2007 juga membuka peluang adanya sanksi lain. Hal tersebut sebagaimana dinyatakan di dalam Pasal 34 ayat (3) UU No. 25 tahun 2007 yang menyebutkan bahwa penanam modal juga dapat dikenai sanksi lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undang

c. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batu Bara (UU Minerba) Menurut UU Minerba, pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan da1am rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pasca tambang. Menurut Pasal 95 huruf (d) UU Minerba, yaitu pemegang IUP (Izin Usaha Pertambangan) maupun IUPK (Izin Usaha Pertambangan Khusus) wajib melaksanakan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat setempat. Isi pasal tersebut mensyaratkan bahwa perusahaan tam.bang memiliki tanggung jawab sosial kepada masyarakat setempat. Mengenai bentuk program CSR perusahaan Minerba diatur di dalam Pasal 78 huruf G) UU Minerba. Bentuk program bisa berupa, seperti:

1) Pembinaan dan pengembangan sumber daya manusi 2) Pengembangan perekonomian,

3) Perbaikan layanan kesehatan.

d. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Berdasarkan Pasal 68 UU Lingkungan Hidup, setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan berkewajiban:

Gambar

Gambar 1. Struktur Organisasi PT Telkom Medan

Referensi

Dokumen terkait

Sebelum lahirnya Undang-undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Dewan Komisaris hanya memiliki peran dan fungsi yang sangat kecil dalam suatu Perseroan Terbatas,

40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yaitu, tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi

Tirta Investama Klaten Pasca Berlakunya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas Demi Terwujudnya Pembangunan Berkelanjutan ” sebagai salah satu

Penjelasan dalam Pasal 74 ayat (1) Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 t entang Perseroan Terbatas yang dimaksud dengan “Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di

Dalam pasal 135 angka 3 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas juga dijelaskan bahwa pemisahan tidak murni berdampak pada sebagian aktiva

prinsip Good Corporate Governance (GCG) dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.. Bagaimana prinsip sustainable development mendasari konsep

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang

40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas jelas disebutkan bahwa kewajiban pelaksanaan Corporate Social Responsibiliy (CSR) bagi perusahaan yang menjalankan kegiatan usahanya