• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Penderivasian Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Penderivasian Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Setiap perusahaan ingin kegiatan usahanya berjalan dengan baik, terus

berkembang serta tetap eksis di era globalisasi. Hal itu tidak terwujud dengan

sendirinya akan tetapi diperlukan suatu tata kelola yang baik yang diterapkan dalam

perusahaan tersebut.Tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance)

yang selanjutnya disebut GCG adalah prinsip-prinsip yang mendasari suatu proses

dan mekanisme pengelolaan perusahaan berlandaskan peraturan perundang-undangan

dan etika berusaha.1

Menurut Ridwan Khairandy dan Camelia Malik, GCG secara defenitif

merupakan “sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk

menciptakan nilai tambah ( value added ) untuk semua stakeholder”. Konsep GCG di

Indonesia dapat diartikan sebagai konsep pengelolaan perusahaan yang baik. Dua hal

yang ditekankan dalam konsep GCG tersebut. Pertama, pentingnya hak pemegang

saham untuk memperoleh informasi dengan benar (akurat) dan tepat pada waktunya .

Kedua, kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan (disclosure) secara

1

(2)

akurat, tepat waktu dan transparan terhadap semua informasi kinerja perusahaan,

kepemilikan, dan stakeholder.2

Stakeholder merupakan setiap pihak yang memiliki kepentingan dengan

kinerja perusahaan, secara teoritis stakeholder dapat dibagi menjadi 2 yaitu:

3

1. Primary stakeholder yaitu para pemegang saham, investor, karyawan dan

manager, supplier rekan bisnis dan masyarakat.

2. Secondary stakeholder yaitu pemerintahan, institusi bisnis, kelompok sosial

kemasyarakatan, akademis dan pesaing.

Penjelasan Pasal 7 ayat 6 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan

Terbatas (UUPT) menyebutkan yang dimaksud dengan “pihak yang berkepentingan”

adalah kejaksaan untuk kepentingan umum, pemegang saham, direksi, dewan

komisaris, karyawan perseroan, kreditor, dan/atau pemangku kepentingan

(stakeholder) lainnya.4

Penerapan GCG merupakan hal yang sangat penting karena krisis ekomoni

yang pertama kali menimpa kawasan Asia pada pertengahan tahun 1997

menimbulkan dampak yang besar bagi Indonesia, khususnya pada bulan Agustus

tahun 1997 yang mana Rupiah Indonesia kehilangan nilai 27 % ( dua puluh tujuh

2

Ridwan Khairandy dan Camellia Malik, “Good Corporate Governance”,Perkembangan Pemikiran dan Implementasinya di Indonesia dalam Perspektif hukum, (Yogyakarta:PT. Total Media Yogyakarta,2007), hal. 73.

3

Munir Fuady, Perlindungan Pemegang Saham Minoritas,(Bandung:CV Utomo,2005 ),hal 52.

4

(3)

persen ) atas U$ dolar dan titik terendah terjadi pada tahun 1998. Krisis ini

membawa dampak buruk bagi kegiatan bisnis di Indonesia.5 Para pengamat ekonomi

menyatakan bahwa krisis itu terjadi karena adanya pola praktik corporate

governance yang buruk di Negara-Negara Asia khususnya Indonesia.6

Agar peristiwa tersebut tidak terulang kembali dan menghindari terjadinya

tindakan-tindakan kecurangan dan skandal dalam perusahaan, serta dapat membantu

perusahaan keluar dari krisis ekonomi dan bermanfaat bagi perusahaan-perusahaan

Indonesia yang harus menghadapi arus globalisasi, mengikuti perkembangan

ekonomi global dan pasar dunia yang kompetitif

7

, maka perusahaan-perusahaan

yang ada di Indonesia harus menerapkan prinsip-prinsip GCG karena penerapan

GCG membuat pengelolaan perusahaan menjadi lebih fokus, lebih jelas dalam

pembagian tugas, tanggung jawab, serta pengawasannya. GCG memiliki andil besar

dalam meningkatkan performa perusahaan secara keseluruhan.8

Penerapan GCG yang tepat merupakan modal utama perusahaan untuk

mendapat kepercayaan dari nasabah, investor, calon investor, dan stakeholder

lainnya. Oleh karena itu, prinsip-prinsip GCG harus dicapai dengan standar yang

5

Benny S.Tabalujan, “Why Indonesia Corporate Governance Failed-Conjectures Concerning Legal Culture”, Columbia Journal of Asian Law, Volume 15, Spring 2002, hal .143. Dalam Ridwan Khairandy dan Camellia Malik, “Good Corporate Governance”,Perkembangan Pemikiran dan Implementasinya di Indonesia dalam Perspektif hukum, (Yogyakarta:PT. Total Media Yogyakarta,2007), hal. 8

6

David C. Kang, “The Impact of Enron on Asian Business”, Vermont Law Review, Volume 27, Summer 2003, hal, 909. Dalam Ridwan Khairandy dan Camellia Malik, “Good Corporate Governance”,Perkembangan Pemikiran dan Implementasinya di Indonesia dalam Perspektif hukum, (Yogyakarta:PT. Total Media Yogyakarta,2007), hal.8

7

Ridwan Khairandy dan Camelia Malik , Op.Cit, hal 12

8

(4)

tinggi untuk mendukung tujuan bisnis, baik pertumbuhan usaha, profitabilitas, nilai

tambah untuk stakeholders, serta meningkatkan kemampuan agar kelangsungan

usaha jangka panjang dapat tercapai.9

Selain itu penerapan prinsip GCG dalam suatu perusahaan sendiri mempunyai

tujuan-tujuan strategis. Tujuan-tujuan tersebut adalah sebagai berikut :10

1. Untuk dapat mengembangkan dan meningkatkan nilai perusahaan.

2. Untuk dapat mengelola sumber daya dan resiko secara lebih efektif dan efesien. 3. Untuk dapat meningkatkan disiplin dan tanggungjawab dari organ perusahaan

demi menjaga kepentingan shareholders dan stakeholders perusahaan.

4. Untuk meningkatkan kontribusi perusahaan khususnya perusahaan-perusahaan pemerintah terhadap perekonomian nasional.

5. Meningkatkan investasi nasional.

6. Mensukseskan program privatisasai perusahaan-perusahaan pemerintah.

Good Corporate Governace merupakan suatu sistem pengelolaan perusahaan

yang mencerminkan hubungan yang sinergi antara manajemen dan pemegang

saham, kreditor, pemerintah, supplier dan stakeholder lainnya.11

Pada tahun 1999, perumusan kebijakan corporate governance secara nasional

ditandai dengan pembentukan Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance

(KNKCG). Pembentukan itu didasarkan pada Keputusan Menko Ekuin No.

Kep/31/M.EKIUN/06/2000. Tugas pokok KNKCG merumuskan dan menyusun Prinsip-prinsip

GCG terdiri dari keterbukaan (transparency), akuntabilitas (accountability),

tanggung jawab (responsibility), kemandirian (independence), kewajaran (fairness).

9

Ibid

10

Munir Fuady, Op. Cit, hal .57.

11

(5)

rekomendasi kebijakan nasional mengenai GCG, serta memprakarsai dan memantau

perbaikan di bidang Corporate Governance di Indonesia. Melalui KNKCG muncul

pertama kali Pedoman Umum GCG di tahun 2001. Komite tersebut kemudian

berubah menjadi Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) melalui Surat

Keputusan Menko bidang Perekonomian KEP 49/M.EKON/11/2004.

Pada tahun 2006 KNKG menyempurnakan Pedoman CG yang telah di

terbitkan pada tahun 2001 agar sesuai dengan perkembangan. Pada Pedoman GCG

yang diterbitkan pada 31 Maret 2001, hal-hal yang dapat digunakan oleh korporasi

dalam mengembangkan corporate governance, berisi :12

1. Hak dan tanggung jawab pemegang saham. 2. Fungsi, tugas dan kewajiban dewan komisaris. 3. Fungsi, tugas dan kewajiban dewan deriksi.

4. Sistem audit termasuk peran auditor eksternal dan komite audit. 5. Fungsi, tugas dan kewajiban sekretaris perusahaan.

6. Hak stakeholders, dan akses kepada informasi yang relevan. 7. Keterbukaan yang tepat waktu dan akurat.

8. Kewajiban para komisaris dan direksi untuk menjaga kerahasiaan. 9. Larangan penyalahgunaan informasi oleh orang dalam.

10.Etika berusaha.

11.Ketidakpatutan pemberian donasi politik.

12.Kepatuhan pada peraturan perundang-undangan tentang proteksi kesehatan, keselamatan kerja dan pelestarian lingkungan.

13.Kesempatan kerja yang sama bagi para karyawan.

Hal-hal yang disempurnakan pada Pedoman Umum GCG tahun 2006 adalah : 13

1. Memperjelas peran tiga pilar pendukung (Negara, dunia usaha, dan masyarakat) dalam rangka penciptaan situasi kondusif untuk melaksanakan GCG.

12

Sedarmayanti, Good Governance dan Good Corporate Governance ( Bandung:Mandar Maju, 2007) ,hal .63.

(6)

2. Pedoman pokok pelaksanaan etika bisnis dan pedoman perilaku.

3. Kelengkapan Organ Perusahaan seperti komite penunjang dewan komisaris (komite audit, komite kebijakan risiko, komite nominasi dan remunerasi, komite kebijakan corporate governance);

4. Fungsi pengelolaan perusahaan oleh Direksi yang mencakup lima hal dalam kerangka penerapan GCG yaitu kepengurusan, manajemen risiko, pengendalian internal, komunikasi, dan tanggu ng jawab sosial;

5. Kewajiban perusahaan terhadap pemangku kepentingan lain selain pemegang saham seperti karyawan, mitra bisnis, dan masyarakat serta pengguna produk dan jasa.;

6. Pernyataan tentang penerapan GCG;

7. Pedoman praktis penerapan Pedoman GCG;

Komite Nasional Kebijakan Governance mengeluarkan pedoman umum GCG

sebagai pedoman untuk mendorong terciptanya iklim usaha yang sehat di Indonesia

dan menjadi bagian dari upaya penegakan good governance yang sedang

dilaksanakan oleh pemerintah. Pedoman ini menjelaskan langkah-langkah yang perlu

ditempuh untuk menciptakan situasi check and balance, menegakkan transparansi dan

akuntabilitas serta merealisasikan tanggung jawab sosial untuk kelangsungan hidup

perusahaan. Pedoman ini diharapkan dapat menjadi rujukan yang komprehensif bagi

penerapan GCG di masing-masing perusahaan.14

Menurut Achmad Daniri penerapan good corporate governance ( GCG )

dapat didorong dari dua sisi yaitu etika dan peraturan. Dorongan dari etika ( ethical

driven ) datang dari kesadaran individu-individu pelaku bisnis untuk menjalankan

kegiatan usaha yang mengutamakan kelangsungan hidup perusahaan, kepentingan

stakeholders , menghindari cara-cara menciptakan keuntungan sesaat. Di sisi lain,

14

(7)

dorongan dari peraturan ( regulatory driven ) “ memaksa” perusahaan untuk patuh

terhadap perundang-undangan yang berlaku.15

Perusahaan Badan Usaha Milik Negara seharusnya menerapakan

prinsip-prinsip GCG berdasarkan peraturan Menteri BUMN Nomor Per-01/M-MBU/2011

pada tanggal 1 Agustus 2011 tentang penerapan praktik GCG pada Badan Usaha

Milik Negara yang memuat hal-hal sebagai berikut :

Prinsip-prinsip GCG diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007

tentang Perseroan Terbatas, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar

Modal , Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Perbankan, Undang-Undang Nomor

19 Tahun 2003 Tentang BUMN, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang

Penanaman Modal. Akan tetapi dalam tesis ini difokuskan GCG dalam

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

16

1. BUMN wajib menerapkan GCG secara konsisten dan berkelanjutan dengan berpedoman pada Peraturan Menteri ini dengan tetap memperhatikan ketentuan, dan norma yang berlaku serta anggaran dasar BUMN.

2. Dalam rangka penerapan GCG sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Direksi menyusun GCG manual yang diantaranya dapat memuat board manual, manajemen risiko manual, sistem pengendalian intern, sistem pengawasan intern, mekanisme pelaporan atas dugaan penyimpangan pada BUMN yang bersangkutan, tata kelola teknologi informasi, dan pedoman perilaku etika (code of conduct).

3. Prinsip-prinsip GCG meliputi tranparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban, dan kewajaran.

15

Ibid, hal ii

16

(8)

Demikan juga Perbankan seharusnya menerapkan prinsip-prinsip GCG

berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan

Good Corporate Governance bagi Bank Umum yang memuat hal-hal sebagai berikut

:17

1. Bank adalah Bank Umum sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, termasuk kantor cabang bank asing.

2. Bank wajib melaksanakan prinsip-prinsip Good Corporate Governance dalam setiap kegiatan usahanya pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi.

3. Good Corporate Governance adalah suatu tata kelola Bank yang menerapkan prinsip-prinsip keterbukaan (transparency), akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban (responsibility), independensi (independency), dan kewajaran (fairness).Pelaksanaan prinsip-prinsip Good Corporate Governance sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling kurang harus diwujudkan dalam: a. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris dan Direksi; b. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite-komite dan satuan kerja yang

menjalankan fungsi pengendalian intern bank;

c. Penerapan fungsi kepatuhan, auditor internal dan auditor eksternal; d. Penerapan manajemen risiko, termasuk sistem pengendalian intern; e. Penyediaan dana kepada pihak terkait dan penyediaan dana besar; f. Rencana strategis Bank;

g. Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan Bank.

Pelaksanaan Good Corporate Governance belum sepenuhnya dilakukan oleh

perusahaan-perusahaan Di Indonesia. Pada tahun 2010, CLSA Asia-Pasific-Markets

berkolaborasi bersama Asian Corporate Governance Association(ACGA) melakukan

riset mengenai pelaksanaan GCG terhadap sebelas negara di Asia. Hasilnya,

Indonesia menempati peringkat kedua terendah dari sebelas negara yang disurvei

pelaksanaan GCG. Hal ini terlihat dari skor yang diperoleh masing-masing Negara

17

(9)

yaitu Singapura mendapat skor 67%, Hongkong mendapat skor 65%, jepang

mendapat skor 57%, sedangkan Taiwan dan Thailand memperoleh skor yang sama

yaitu 55 %, selanjutnya Malaysia memperoleh skor 52%, India dan Cina memperoleh

skor yang sama yaitu 49%, urutan selanjutnya ditempati oleh Korea dengan skor 45%

dan pada posisi 10 ditempati oleh Indonesia dengan skor 40% dan posisi terakhir

ditempati oleh Philippines dengan skor 37% dari standar nilai internasional yang

ditetapkan sebesar 80%.18

Prinsip-prinsip GCG sangat penting untuk dimuat sebagai aturan hukum

dalam Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 karena kerangka hukum pokok yang

dijadikan landasan untuk mengatur badan usaha Perseroan Terbatas adalah

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

19

dan untuk menciptakan

iklim yang lebih objektif dan independen, dan juga untuk menjaga fairness serta

mampu memberikan keseimbangan antara kepentingan pemegang saham mayoritas

dan perlindungan terhadap kepentingan pemegang saham minoritas bahkan

kepentingan para stakeholder lainnya20

18

http: www.acga-asia.org. diakses tanggal 30 April 2013

19

Ridwan Khairandy dan Camelia Malik , Op. Cit, hal 133

20

Antonius Alijoyo dan Subarto Zaini, Komisaris Independen, Penggerak Praktik GCG di Perusahaan, (Jakarta : PT. Indeks Kelompok Gramedia,2004), hal 50.

, akan tetapi berdasarkan survey bahwa

Negara Indonesia menempati peringkat kedua terendah dari sebelas negara dalam hal

pelaksanaan GCG hal ini dapat diasumsikan bahwa belum semua prinsip-prinsip

GCG terderivasi dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

(10)

Hal ini yang menyebabkan dilakukannya penelitian untuk mengetahui apakah

prinsip-prinsip GCG terderivasi dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 40 Tahun

2007 tentang Perseroan Terbatas, sehingga judul dalam tesis ini: “Analisis

Penderivasian Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance Dalam Undang-Undang

Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

B. Perumusan masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut diatas selanjutnya dapat

dirumuskan permasalahan-permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah penjabaran prinsip-prinsip GCG dalam Code of Good Corporate

Governance di Indonesia yang dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan

Governance ?

2. Bagaimanakah penderivasian prinsip-prinsip GCG tersebut dalam

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas?

3. Apa saja prinsip-prinsip GCG yang belum cukup terderivasi dalam

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseoan Terbatas?

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui penjabaran prinsip-prinsip GCG dalam Code of Good

Corporate Governance di Indonesia yang dikeluarkan oleh Komite Nasional

(11)

2. Untuk mengetahui penderivasian prinsip-prinsip GCG tersebut dalam

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

3. Untuk mengetahui Prinsip-prinsip GCG yang belum diterapkan dalam

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseoan Terbatas.

D. Manfaat penelitian

Manfaat Penelitian yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Secara teoritis

Dapat memberi informasi, kontribusi, pemikiran dan mengetahui perkembangan

prinsip GCG sebagai tata kelola perusahan yang baik terkait dengan pengaturan tata

kelola perusahaan dalam UUPT untuk diketahui organ perusahan dalam mengelola

perusahaan sehingga diharapkan tesis ini dapat memperkaya perbendaharaan dalam

koleksi karya ilmiah yang berkaitan dengan tata kelola perusahaan yang baik.

2. Secara praktis

Dapat menjadi masukan bagi pihak-pihak yang ingin mengetahui lebih lanjut

mengenai prinsip-prinsip GCG yang dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan

Governance yang diterapkan dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas yaitu:

a. Bagi Organ Perusahaan ( Rapat Umum Pemegang Saham, Direksi dan Dewan

Komisaris ) : sebagai organ perusahaan dalam menjalankan pengurusan dan

(12)

GCG yang diterapkan dalam Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas .

b. Bagi Investor : dapat menginvestasikan modal/ hartanya kepada perusahaan yang

telah menerapkan tata kelola perusahaan yang baik (GCG) dilihat dari ketentuan

Perundang-undangan yang berlaku di Indonesia

c. Bagi Pemerintah : untuk segara memperbaiki regulasi tentang tata kelola yang

baik (GCG) agar dapat dilaksanakan oleh setiap perusahaan yang ada di

Indonesia.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan pengamatan serta penelusuran kepustakaan khususnya pada

lingkungan perpustakaan program pasca sarjana Universitas Sumatera Utara yang

dilakukan penelitian yang berjudul : Analisis penderivasian prinsip-prinsip Good

Corporate Governance dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang

Perseroan Terbatas, ini belum pernah dilakukan baik dalam judul maupun

permasalahan yang sama, walaupun sudah ada beberapa judul penelitian tentang

Good Corporate Governance (GCG) akan tetapi jika dilihat dari rumusan masalah

yang dibahas jelas tampak perbedaannya antara lain:

1. Nilawaty ( 087005114/HK ) dengan judul “Perbandingan Pengaturan tentang

CSR di Negara Cina dalam upaya perwujudan prinsip Good Corporate

(13)

1. Bagaimanakah perbandingan pengaturan Corporate Social Responsibility antara negara Cina dan Indonesia dalam mewujudkan Good Corporate Governance?

2. Apa saja faktor-faktor yang menjadi hambatan dalam pengaturan Corporate Social Responsibility di Indonesia dalam upaya pemenuhan Good Corporate Governance untuk mewujudkan sustainable

development?

2. Marisi ( 087005130/HK ) dengan judul “ Penerapan Prinsip Tata Kelola

Perusahaan yang baik ( Good Corporate Governance ) dalam Proses

Pengadaan Barang dan Jasa di lingkungan BUMN Perkebunan (studi pada PT.

Perkebunan Nusantara III Persero”, dengan rumusan permasalahan :

1. Bagaimana pengaturan pengadaan barang dan/atau jasa di lingkungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berbentuk Persero ?

2. Bagaimana penerapan prinsip-prinsip good corporate governance (GCG), khususnya prinsip keterbukaan (transparancy) dalam peraturan perundang-undangan terkait dengan pengadaan barang dan/atau jasa di lingkungan BUMN ?

3. Bagaimana penerapan prinsip-prinsip good corporate governance (GCG), khususnya prinsip keterbukaan (transparancy) dalam proses pengadaan barang dan/atau jasa di lingkungan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) ?

3. Darwin Nasution ( 107005036/HK ) dengan judul “Analisis Hukum

Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang baik ( Good Corporate Governance )

pada Badan Usaha Milik Daerah” , dengan rumusan permasalahan :

1. Bagaimana pengaturan tata kelola Badan Usaha Milik Daerah?

2. Bagaimana prinsip-prinsip Good Corporate Governance diterapkan pada

aturan-aturan pengelolaan BUMD?

3. Bagaimana pengaruh prinsip-prinsip Good Corporate Governance untuk

(14)

4. Lesly Saviera (107005039/HK) dengan judul “Penerapan prinsip Good

Corporate Governance dalam Kebijakan Corporate Social Responsibility

(CSR) Perusahaan Terhadap lingkungan Hidup terkait konvensi

Internasional” , dengan rumusan permasalahan :

1. Bagaimana penerapan prinsip Good Corporate Governance (GCG) dalam

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas?

2. Bagaimana konsep Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai wujud

prinsip Good Corporate Governance (GCG) dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas?

3. Bagaimana prinsip sustainable development mendasari konsep CSR di

tingkat internasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup?

Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan prinsip-prinsip GCG dalam

code of good corporate governance yang dikeluarkan KNKG dengan prinsip-prinsip

GCG dalam Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 sehingga mengetahui

prinsip-prinsip GCG apa yang telah terderivasi dan yang tidak dalam Undang-Undang

Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Oleh karenanya penelitian ini

dapat dikategorikan sebagai penelitian yang baru dan keasliannya dapat

dipertanggungjawabankan karena dilakukan dengan nuansa keilmuan, kejujuran,

rasional, objektif dan terbuka serta dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan

akademis.

F. Kerangka Teori dan Landasan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Pembahasan dalam penelitian ini adalah meneliti penerapan prinsip-prinsip

(15)

Kebijakan Governance dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 maka teori

yang digunakan adalah teori tata kelola perusahaan yang baik ( Good Corporate

Governance ). Ada dua teori utama yang berkaitan dengan corporate governance.

Kedua teori itu adalah Stewardship Theory dan Agency Theory.21 Stewardship Theory

dan Agency Theory merupakan landasan moral teoritis yang paling berpengaruh

terhadap struktur corporate governance berbagai perusahaan di seluruh dunia22

karena teori-teori ini dapat membantu untuk memahami berbagai model dan karakter

interaksi antara fungsi pengawasan, pengelolaan dan kepemilikan dalam suatu

korporasi.23 Keduanya mengandung konsep perwakilan.24

Stewardship Theory dibangun diatas philosophi mengenai sifat manusia yang

pada hakikatnya dapat dipercaya (fiduciary), mampu bertindak dengan penuh

tanggungjawab, memiliki integritas dan jujur terhadap orang lain.

25

21

Mas Achmad Daniri, Good Corporate Governance konsep dan penerapannya dalam konteks Indonesia, , (Jakarta: PT. Ray Indonesia ,2006), hal 5

22

Mas Achmad Daniri, Loc.Cit

23

Antonius Alijoyo dan Subarto Zaini, Op.Cit, hal 3

24

Purwosutjipto, HMN. Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia Bentuk-Bentuk Korporasi,( Jakarta: Djambatan,2007), hal 148

25

Mas Achmad Daniri, Op. Cit , hal 5.

Fidusia

(fiduciary) yang dalam bahasa latin dikenal sebagai fiduciaries bermakna

kepercayaan. Secara teknis istilah dimaknai sebagai “memegang sesuatu dalam

kepercayaan atau seseorang yang memegang sesuatu dalam kepercayaan untuk

kepentingan orang”. Seseorang memiliki tugas fiduciary manakala ia memiliki

kapasitas fiduciary. Seseorang dikatakan memiliki kapasitas fiduaciary jika bisnis

(16)

kepentingan dirinya sendiri, tetapi untuk kepentingan orang lain. Orang yang

memberinya kewenangan tersebut, memiliki kepercayaan yang besar kepadanya.

Pemegang amanahpun wajib memiliki itikad baik dalam menjalankan tugasnya.26

Stewardship theory memandang manajemen sebagai pihak yang dapat dipercaya

untuk bertindak sebaik-baiknya bagi kepentingan pemegang saham (shareholders)

maupun kepentingan pemangku kepentingan ( stakeholders).27

Teori ini menekankan konsekuensi yang bermanfaat pada shareholders return

bila struktur otoritas bersifat fasilitatif melalui penyatuan pimpinan puncak

manajemen- Chief Executive Officer (CEO) dengan pimpinan organ pengawasan –

chairman (chair of the board ). Peran ganda CEO dan Chairman ini diharapkan akan

meningkatkan efektifitas dan hasil yang diperoleh, serta mengutamakan superior

return kepada shareholders daripada pemisahan peran chairman dan CEO.

28

Agency theory pada mulanya dikembangkan oleh Michael Jonhson, yang

memandang bahwa manajemen perseroan sebagai agen bagi para pemegang saham,

akan bertindak dengan penuh kesadaran bagi kepentingannya sendiri, bukan sebagai

pihak yang arif dan bijaksana serta adil terhadap pemegang saham sebagaimana

diasumsikan dalam stewardship model. Agency theory memandang bahwa

manajemen tidak dapat dipercaya untuk bertindak dengan sebaik-baiknya bagi

26

Munir Faudy, Doktrin-Dokrin Modern Dalam Corporate Law- Eksistensinya dalam Hukum Indonesia, (Citra Aditya Bakti: Bandung, 2002), hal 33.

27

Mas Achmad Daniri, Op.Cit ,hal 5.

28

(17)

kepentingan stakeholders. Untuk mengatasinya, diperlukan sistem pengawasan yang

baik untuk memastikan bahwa pengelolaan dilakukan dengan tingkat kepatuhan yang

tinggi sesuai dengan berbagai peraturan yang ada. Upaya ini menimbulkan apa yang

disebut dengan agency cost, yaitu biaya yang harus dikeluarkan untuk mengurangi

kerugian yang ditimbulkan sebagai akibat ketidakpatuhan setara dengan peningkatan

biaya enforcementnya.29

Agency theory merupakan teori yang menjelaskan tentang hubungan

kontraktual antara pihak yang mendelegasikan pengambilan keputusan tertentu

(principal/pemilik/pemegang saham) dengan pihak yang menerima pendelagasian

tersebut ( agent/direksi/managemen). Agency theory memfokuskan pada penentuan

kontrak yang paling efesien yang mempengaruhi hubungan principal dan agen30

Teori agensi memberikan pandangan yang terbaru terhadap GCG, yaitu para

pendiri perseroan dapat membuat perjanjian yang seimbang antara principal

(pemegang saham) dengan agen ( direksi ). Teori agensi menekankan pentingnya

pemilik perusahaan menyerahkan pengelolan perusahaan kepada tenaga-tenaga

profesional (agen) yang lebih mengerti dalam menjalankan bisnis sehari-hari. Teori

ini muncul setelah fenomena terpisahnya kepemilikan perusahaan dengan

pengelolaan, terutama perusahaan-perusahaan besar yang modern 31

29

Tri Budiyono, Hukum Perusahaan Telaah Yuridis Terhadap Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (Salatiga :Griya Media, 2011), hal 141

30

Antonius Alijoyo dan Subarto Zaini, Op.Cit ,hal 6

31

(18)

Pemisahaan fungsi eksekutif dan fungsi pengawasan yang disyaratkan pada

agency theory memungkinkan terciptanya “check and balances” dalam korporasi

sehingga terjadi independensi yang sehat bagi para manager untuk menghasilkan

kinerja korporasi yang maksimal dan pengembalian ( return )yang memadai bagi para

pemegang saham.32 Sebaliknya, berdasarkan Stewardship Theory, penyatuan fungsi

eksekutif dan fungsi pengawasan akan menciptakan kecepatan dan memberikan

wibawa yang lebih besar kepada CEO dalam proses pengambilan keputusan.33

Pedoman GCG Tahun 2006 ini diletakkan fokus yang kuat pada fungsi dan

tanggung jawab organ perusahaan, yaitu Rapat Umum Pemegang Saham, Dewan

Komisaris dan Direksi, sebagai garda terdepan dalam pelaksanaan GCG. Dengan

sistematika yang tersusun seperti segitiga dari aspek makro, asas GCG, fungsi dan

peran organ perusahaan hingga menukik ke pelaksanaan penerapan GCG dalam

proses bisnis, diharapkan dapat menjadi rujukan yang komprehensif bagi penerapan

GCG di masing-masing perusahaan. Karena Pedoman umum good corporate

governance Indonesia mempunyai maksud dan tujuan sebagai berikut:34

a. Mendorong tercapainya kesinambungan perusahaan melalui pengelolaan yang didasarkan pada asas transparansi, akuntabilitas, responsibilitas,independensi serta kewajaran dan kesetaraan.

b. Mendorong pemberdayaan fungsi dan kemandirian masing-masing organ perusahaan, yaitu Dewan Komisaris, Direksi dan Rapat Umum PemegangSaham.

32

Ibid, hal 8

33

Ibid ,hal 8-9

34

(19)

c. Mendorong pemegang saham, anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi agar dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakannya dilandasi oleh nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.

d. Mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar perusahaan.

e. Mengoptimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dengan tetap memperhatikan pemangku kepentingan lainnya.

f. Meningkatkan daya saing perusahaan secara nasional maupun internasional, sehingga meningkatkan kepercayaan pasar yang dapat mendorong arus investasi dan pertumbuhan ekonomi nasional yang berkesinambungan.

g. Pedoman GCG ini dikeluarkan bagi semua perusahaan di Indonesia termasuk perusahaan yang beroperasi atas dasar prinsip syariah. Pedoman GCG ini,yang memuat prinsip dasar dan pedoman pokok pelaksanaan GCG, merupakan standar minimal yang akan ditindaklanjuti dan dirinci dalam Pedoman Sektoral yang dikeluarkan oleh KNKG. Berdasarkan pedoman tersebut, masing-masing perusahaan perlu membuat manual yang lebih operasional.

h. Perusahaan yang sahamnya telah tercatat di bursa efek, perusahaan negara, perusahaan daerah, perusahaan yang menghimpun dan mengelola dana masyarakat, dan perusahaan yang produk atau jasanya digunakan oleh masyarakat luas, serta perusahaan yang mempunyai dampak luas terhadap kelestarian lingkungan, diharapkan menjadi pelopor dalam penerapan Pedoman GCG ini.

Teori yang digunakan untuk menjawab permasalahan adalah agency theory

karena teori ini adanya pemisahan kepemilikan dan pengelolaan PT berdasarkan

perjanjian berimbang35

35

Misahardi Milaharta, Op.Cit, hal 28.

dimana pemisahan ini menyebabkan fungsi masing-masing

organ perseroan menjadi jelas dan masing-masing organ perseroan mempunyai peran

penting dalam pelaksanaan GCG secara efektif. Jadi Organ Perseroan harus

(20)

masing-masing organ mempunyai indepedensi dalam melaksanakan tugas, fungsi dan

tanggung jawabnya semata-mata untuk kepentingan perusahaan.36

Dengan adanya pemisahaan fungsi eksekutif dan fungsi pengawasan yang

disyaratkan pada agency theory memungkinkan terciptanya “check and balances”

dalam korporasi sehingga terjadi independensi yang sehat bagi para manager untuk

menghasilkan kinerja korporasi yang maksimal dan pengembalian ( return ) yang

memadai bagi para pemegang saham,

37

karena esensi tata kelola perseroan dalam

kaitan dengan sifat baik ( good ) dalam konsep Good Corporate Governance ( GCG )

sebagai suatu pola hubungan, sistem dan proses yang digunakan oleh organ perseroan

(RUPS, Direksi, Dewan Komisaris) guna memberikan nilai tambah kepada pemegang

saham serta berkesinambungan dalam jangka panjang, dengan tetap memperhatikan

kepentingan stakeholders lainnya, berlandaskan peraturan perundangan-undangan

dan norma yang berlaku.38

Berdasarkan agency theory tersebut jelas terlihat tugas dan fungsi serta

tanggungjawab setiap organ perseroan, artinya direksi tidak dapat mencampuri tugas

dan fungsi dewan komisaris demikian sebaliknya, sehingga dapat diketahui apakah

Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas telah menerapkan

prinsip-prinsip GCG atau tidak sebagaimana yang dianjurkan oleh KNKG untuk

mengadopsi prinsip-prinsip GCG yang termuat pada Code of Good Corporate

36

Komite Nasional Kebijakan Governance,Pedoman Good Corporate Governance 2006,( Jakarta :KNKG , 2006), hal 11

37

Misahardi Milaharta, Op.Cit,,hal 27-28.

38

(21)

Governance Tahun 2006 yaitu keterbukaan, akuntabilitas, tanggungjawab,

kemandirian dan kewajaran. Dengan diterapkannya prinsip-prinsip GCG tersebut

dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas maka

krisis ekonomi yang pernah melanda Indonesia tidak terulang kembali dan

pelaksanaan GCG pada perusahaan–perusahaan di Indonesia semakin meluas.

Ada dua ide dasar yang muncul dari adanya GCG. Pertama, untuk

memisahkan fungsi dan kepentingan diantara para pihak dalam suatu perusahaan,

yaitu pihak yang menyediakan modal atau pemegang saham, pengawas dan pelaksana

sehari-hari perusahaan dan masyarakat luas. Kedua, untuk melindungi kepentingan

pemegang saham minoritas dalam pengelolaan perusahaan.39 Teori agency digunakan

karena direksi merupakan agent dari pemegang saham untuk mengurus perseroan,

hubungan agent ini didasari oleh kontrak antara direksi dengan pemegang saham, jadi

direksi tidak bertindak sebagai pemilik (owner) dari harta kekayaan perseroan tetapi

sebagai manager, dan setelah kegiatan perseroan berjalan maka hubungan kontrak

tersebut beralih dari direksi-pemegang saham menjadi direksi perseroan.40

39

M. Irsan Nasarudin dan Indra Surya, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, (Jakarta:Kencana,2004), hal 98

40

Jhon R. Boatright, Fiduciary Duties And The Shareholder-Management Relation; Or, What’s So Special About Shareholder?, Business Ethics Quarterly, Volume 4, Issue 4, 1994, hal 339.Dalam Freddy Haris dan Teddy Anggoro, Hukum Perseroan Terbatas Kewajiban Pemberitahuan Oleh Direksi, ( Bogor: Ghalia Indonesia,2010), hal 38

Teori ini

digunakan karena pada perubahan pedoman GCG Indonesia Tahun 2006 adalah

untuk memperkuat fungsi dan tugas direksi serta dewan komisaris agar tercipta tata

(22)

pemegang saham diharapkan melakukan pengurusan perusahaan dengan baik dan

benar sesuai dengan prinsip-prinsip GCG.

2.Landasan Konsepsi

Berdasarkan kerangka teoritis yang telah diuraikan tersebut diatas, maka perlu

diuraikan difensi operasional untuk menghindari perbedaan penafsiran terhadap

istilah-istilah yang digunakan penelitian ini sebagai berikut:

a. Tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governace) merupakan

suatu sistem pengelolaan perusahaan yang mencerminkan hubungan yang

sinergi antara managemen dan pemegang saham, kreditor, pemerintah,

supplier dan stakeholder lainnya.41

b. Derivasi adalah pengimbuhan afiks yang tidak bersifat pada bentuk dasar

untuk membentuk kata, secara matetamis maknanya adalah turunan.42

c. Perusahaan yang dimaksud adalah perusahaan tertutup yaitu suatu perusahaan

terbatas yang belum menawarkan sahamnya kepada publik melalui penawaran

umum dan jumlah pemegang sahamnya belum sampai kepada jumlah Berdasarkan uraian diatas maka penelitian ini hendak mengetahui nilai-nilai

GCG yang diturunkan (diabsorp) dan yang belum cukup termuat dalam UUPT

41

Nindyo Pramono, Op.Cit , hal 87

42

(23)

pemegang saham dari suatu perusahaan publik. Kepada perusahaan tertutup

ini berlaku undang-undang tentang perseroan terbatas.43

d. Pemangku kepentingan adalah setiap pihak yang memiliki kepentingan

dengan kinerja perusahaan, secara teoritis stakeholder dapat dibagi menjadi 2

yaitu: Primary stakeholder yaitu para pemegang saham, investor, karyawan

dan manager, supplier rekan bisnis dan masyarakat dan Secondary

stakeholder yaitu pemerintahan, institusi bisnis, kelompok sosial

kemasyarakatan, akademis dan pesaing. 44

e. Prinsip-prinsip GCG ( good corporate governance ) merupakan suatu konsep

tentang tata cara kelola perusahaan yang sehat 45

f. Perseroan Terbatas , yang selanjutnya disebut Perseroan adalah badan hukum

yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian,

melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam

saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini

serta peraturan pelaksanaannya.

yaitu Keterbukaan

(Transparency), Akuntabilitas (Accountability), Tanggung Jawab

(Responsibility), Independensi (Independence) , Kewajaran (Fairness).

46

g. Code of Good Corporate Governance adalah Pedoman GCG yang ditetapkan

oleh KNKG sebagai rujukan bagi perusahaan dalam menerapkan GCG dan

43

Munir Fuady, Perseroan Terbatas Paradigm Baru, ( Bandung:Pt Citra Aditya Bakti,2003), hal 14

44

Indra Surya dan Ivan Yustiavandana, Op.Cit, hal. 67.

45

Ridwan Khairandy dan Camelia Malik, Op. Cit, hal. 60 .

46

(24)

rujukan bagi regulator dalam membuat peraturan perundang-undangan untuk

mendukung meluasnya praktek GCG di Indonesia .

h. KNKG adalah lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah untuk membuat

pedoman Corporate Governance bagi perusahaan-perusahaan Di Indonesia.

i. Organ Perseroan adalan Rapat Umum Pemegang Saham, Direksi, Dewan

Komisaris.47

j. Rapat umum pemegang saham, selanjutnya disebut RUPS adalah organ

perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada direksi

atau dewan komisaris dalam batas yang ditentukan dalam undang-undang ini

dan anggaran dasar.48

k. Direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggungjawab

penuhatas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai dengan

maksud dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan, baik di dalam maupun

di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.49

l. Dewan komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan

pengawasan secara umum dan /atau khusus sesuai dengan anggaran dasar

serta memberi nasehat kepada direksi.

50

47

Pasal 1 angka 2 Undang-Undang No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

48

Pasal 1 angka 4 Undang-Undang No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

49

Pasal 1 angka 5 Undang-Undang No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

50

(25)

G. Metode Penelitian

Penelitian merupakan salah satu cara tepat untuk memecahkan masalah, selain itu

penetian juga dapat digunakan untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji

kebenaran. Dilaksanakan untuk mengumpulkan data guna memperoleh pemecahan

masalah atau mendapatkan jawaban atas pokok-pokok permasalahan yang

dirumuskan, sehingga diperlukan rencana yang sistematis, metodelogi merupakan

suatu logika yang menjadi dasar suatu penelitian ilmiah. Oleh karenanya pada saat

melakukan penelitian seseorang harus memperhatikan ilmu pengetahuan yang

menjadi induknya.51

Menurut Soerjono Soekanto yang dimaksud dengan penelitian hukum adalah

kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu

yang bertujuan untuk mempelajari satu atau segala hukum tertentu dengan jalan

menganalisanya.52

Berdasarkan rumusan permasalahan dalam penelitian ini maka tipe penelitian

yang digunakan adalah penelitian yuridis normatif yakni suatu proses untuk Oleh karenanya penelitian ini merupakan penelitian hukum

mengenai penderivasian prinsip-prinsip Good Corporate Governance dalam

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas .

1. Tipe dan Sifat Penelitian

51

Soemitro Ronny Hanintijo, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurumateri,(Jakarta:Ghalia Indonesia), hal.9.

52

(26)

menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum

guna menjawab isu hukum yang dihadapi.53 Penelitian ini bersifat deskriptif analitis.

Menurut Whitney, metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interprestasi yang

tepat.54 Tujuan penelitian deskriptif adalah menggambarkan secara tepat, sifat

individu, suatu gejala, keadaan atau kelompok tertentu.55

Tipe penelitian yang digunakan yakni yuridis normatif, maka pendekatan

perundang-undangan ( Statute Approach )

Dimaksud bersifat

deskriptif analitis karena penelitian ini tidak hanya bertujuan mendeskripsikan

penderivasian prinsip-prinsip GCG dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007,

akan tetapi ditujukan pula untuk menganalisis prinsip GCG yang tidak diterapkan

dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Jadi

penelitian ini menggambarkan dan memaparkan prinsip tata kelola perusahaan yang

baik (GCG) yang terderivasi dan yang tidak terderivasi pada Undang-Undang Nomor

40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

2. Pendekatan

56

53

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum,(Jakarta:Kencana,2010), hal 35

54

Soejono dan Abdurrahman, Metode Penelitian,(Jakarta :PT Rineka Citra,1999), hal 21

55

Sunaryati Hartono,Penelitian Hukum di Indonesia pada akhir Abad ke 20, (Bandung: Alumni,1994), hal 89

56

Jonny Ibrahim, Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif, ( Malang: Bayumedia Publishing,Edisi Revisi, Cet 2,2006), hal 295

karena yang akan diteliti berbagai aturan

hukum yang menjadi fokus sekaligus tema sentral suatu penelitian. Pendekatan

(27)

menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu

hukum yang sedang ditangani.57

Pendekatan Perundang-undangan merupakan pendekatan utama dalam

penelitian ini, karena yang menjadi pusat perhatian utama dalam penelitian ini ialah

penderivasian prinsip-prinsip Good Coroporate Governance dalam Undang-Undang

Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Dengan demikian penelitian ini

menitikberatkan peraturan perundang-undangan. Hal ini sesuai dengan kegunaan dari

metode penelitian hukum normatif yaitu mengetahui dan mengenal apakah dan

bagaimanakah hukum positifnya mengenai suatu masalah tertentu58

Sumber-sumber penelitian dapat dibedakan sumber-sumber penelitian yang

berupa bahan-bahan hukum primer dan sekunder yang digunakan dalam penelitian. Pendekatan perundang-undangan diperlukan untuk memperoleh gambaran

mengenai pengaturan prinsip tata kelola perusahaan yang baik (GCG) pada

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 sehingga mengetahui terderivasi atau tidak

prinsip-prinsip good corporate governance yang dikeluarkan oleh Komite Nasional

Kebijakan Governance dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas .

3. Sumber Bahan Hukum

59

57

Peter Mahmud Marzuki, Op.Cit, hal 93

58

Sunaryati Hartono,Op.Cit, hal 140

59

(28)

Penelitian normatif yang menitikberatkan pada studi kepustakaan, maka bahan

hukum yang digunakan dapat dibagi kedalam beberapa kelompok yaitu :

1. Bahan hukum primer, meliputi seluruh peraturan perundang-undangan yang

relevan dengan permasalahan dan tujuan penelitian tersebut, antara lain:

a. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

b. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal

c. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang BUMN

d. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan

e. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal

f. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1998 Tentang Penggabungan,

Peleburan, Pengambilalihan Perseroan Terbatas.

g. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 Tentang Tanggungjawab

Sosial dan Lingkungan Perseroan.

h. Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor : Per — 01

/MBU/2011 Tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good

Corporate Governance)

i. Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor : Per- 09

/MBU/2012 Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Negara Badan

Usaha Milik Negara Nomor Per-01/MBU/2011 Tentang Penerapan Tata

Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) Pada Badan

(29)

2. Bahan hukum sekunder merupakan bahan hukum yang memberikan

penjelasan mengenai bahan hukum primer sebagimana yang terdapat dalam

kumpulan pustaka yang bersifat sebagai penunjang dari bahan hukum primer,

yang berasal dari : buku–buku teks, jurnal- jurnal ilmiah, artikel-artikel

ilmiah, hasil-hasil penelitian, majalah, surat kabar, situs internet dan berbagai

tulisan lainnya.

3. Bahan hukum tertier yang memberikan informasi lebih lanjut mengenai bahan

hukum primer dan bahan hukum sekunder yaitu : kamus hukum ,kamus

bahasa Indonesia, ensiklopedi dan lain-lain.

4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data mempunyai hubungan erat dengan sumber data karena

dengan pengmpulan data akan diperoleh data yang diperlukan untuk selanjutnya

dianalisis sesuai kehendak yang diharapkan. Berkaitan dengan hal tersebut, penelitian

ini mengunakan metode pengumpulan data kepustakaan ( Library research ).60

Oleh karena itu akan mengumpulkan data yang lengkap berkaitan dengan

prinsip GCG, kemudian juga akan mengumpulkan data-data lain yang dapat

digunakan sebagai pendukung fakta dalam penelitian ini. Alat pengumpulan data Studi

kepustakaan digunakan terutama untuk mengumpulkan data-data melalui pengkajian

terhadap peraturan perundang-undangan, literatur-literatur, tulisan-tulisan pakar

hukum, publikasi dan hasil penelitian yang berkaitan dengan hasil penelitian ini.

60

(30)

yang digunakan dalam penelitian ini disebut studi kepustakaan yang akan dilakukan

terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Dalam studi kepustakaan

penelitian ini, sasaran utama kajian peneliti adalah bahan hukum primer, seperti :

Perundang-undangan dan peraturan pelaksananya dan bahan hukum sekunder berupa

buku-buku, artikel-artikel dan hasil karya para ahli hukum yang berkaitan dengan tata

kelola perusahaan yang baik (GCG) sebagai perbandingan dan pedoman menguraikan

permasalahan yang dibahas.

5. Analisis Data

Data yang dikumpulkan melalui studi kepustakaan dianalisis dengan metode

analisis kualitatif berdasarkan logika berpikir deduktif. Penggunaan metode analisis

kualitatif didasarkan pada berbagai pertimbangan yakni pertama, analisis didasarkan

pada pradigma hubungan yang dinamis antara teori, konsep dan data yang merupakan

umpan balik atau modifikasi yang tetap dari teori dan konsep yang didasarkan pada

data yang dikumpulkan. Kedua, data yang dianalisis beraneka ragam serta memiliki

sifat dasar yang berbeda antara yang satu dengan yang lain dan ketiga, sifat dasar data

yang akan dianalisis dalam penelitian adalah bersifat menyeluruh dan merupakan satu

kesatuan yang intergral ( holistic ) yang menuntut tersedianya informasi yang

mendalam ( indepth information).61

61

(31)

Data yang telah terkumpul dianalisis secara kualitatif yakni dengan mengadakan

pengamatan data-data yang diperoleh dan menghubungkan tiap-tiap data tersebut

dengan ketentuan-ketentuan maupun asas-asas hukum yang terkait dengan

permasalahan yang diteliti. Karena penelitian ini normatif, dilakukan interprestasi dan

kontruksi hukum dengan menarik kesimpulan menggunakan cara deduktif adalah

yakni dengan pemikiran dimulai dari hal yang umum kepada hal yang khusus62

62

Syamsul Arifin, Falsafah Hukum,(Medan:Uniba Press,2011), hal 57

untuk

menjawab dari permasalahan dan tujuan penelitian yang ditetapkan sehingga

mengetahui terderivasi atau tidakkah prinsip-prinsip GCG yang ada dalam code of

good corporate governance sebagai pedoman umum GCG Indonesia dalam

Referensi

Dokumen terkait

Sampai sekarang cara pengobatan DBD hanya bersifat simptomatis, sedangkan cara vaksinasi sebagai tindakan pencegahan, pada saat sekarang masih dikembangkan dan hasilnya belum

permasalahan sistem budidaya tanaman dari praktek-praktek petani selama ini guna menuju pengembangan pertanian berbasis ekologis, (4) Uraian bagaimana petani

Fig. —Osteoderms of different parts of the carapace of Zaedyus pichiy. A) Movable bands, 20 mm length by 6 mm width; note that the lateral figures are subdivided into smaller,

Sebagai satu-satunya organisasi yang sah dalam mengeluarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK), Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) secara langsung maupun tidak langsung

Berdasarkan hasil uji secara visual dapat disimpulkan bahwa perbedaan kemasan wadah tembus cahaya (TC) dan wadah tidak tembus cahaya (TTC) tidak berpengaruh

Pergeseran yang sering terjadi meliputi terjadinya peningkatan pengangguran terdidik baik pengangguran terbuka maupun terselubung sebagai akibat dari massifikasi pendidikan

Dengan menggunakan program ini maka suatu produk mobil akan lebih mudah dalam promosinya karena dengan menggunakan animasi tiga dimensi dapat dikembangkan kembali untuk penjelasan

Pertanyaan penelitian dalam skripsi ini adalah (1) bagaimana kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional guru PAI dalam praktikum materi ibadah praktis, (2)