• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistematika penulisan penelitian ini dibagi menjadi lima bab. Adapun masing-masing bab secara singkat dijelaskan sebagai berikut:

BAB I merupakan pendahuluan, dalam bab ini berisi penjelasan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II merupakan kajian pustaka, dalam bab ini terdapat empat bagian yaitu pertama landasan teori yang berisi uraian telaah pustaka, referensi, jurnal, artikel, dan lain-lain, yang berkaitan dengan topik penelitian ini. Referensi ini juga digunakan sebagai dasar untuk melakukan analisis terhadap masalah. Kedua penelitian dan pengkajiaan yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini. Ketiga kerangka pemikiran berisi kesimpulan dari telaah pustaka yang digunakan untuk menyusun asumsi atau hipotesis. Dan bagian keempat adalah hipotesis yang dikemukakan.

BAB III merupakan metode penelitian, dalam bab ini menguraikan tentang metode pengkajian masalah, data penelitian yang berisi antara lain variabel penelitian, karakterisktik data, populasi dan sampel, disertai penjelasan tentang prosedur pengumpulan data, serta teknik analisis data.

BAB IV adalah analisis penelitian, dalam bab ini dibahas secara lebih mendalam tentang uraian penelitian yang berisi deskripsi objek penelitian dan analisis data serta pembahasan hasil dan interprestasi yang diperoleh dari penelitian.

BAB V adalah penutup, bab ini merupakan penutup dari penulisan penelitian dan berisi tentang kesimpulan dari pembahasan bab-bab yang telah diuraikan sebelumnya dan saran-saran yang dapat diberikan.

Telaah pustaka merupakan kumpulan hasil penelitian-penelitian terdahulu dan mempunyai keterkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Penelitian ini menggunakan variabel dependen return on Equity (ROE) dan variabel independen adalah ukuran Dewan Direksi, jumlah rapat Dewan Direksi, proporsi wanita dalam Dewan Direksi, latar belakang pendidikan Dewan Direksi, usia Dewan Direksi dan remunerasi Dewan Direksi.

Beberapa penelitian terdahulu yang pernah melakukan penelitian tentang karakteristik Direksi, khususnya yang berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:

Widyati (2013) meneliti tentang pengaruh Dewan Direksi, Komisaris Independen, Komite Audit, kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional terhadap kinerja keuangan pada perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di BEI tahun 2008-2011. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, sehingga diperoleh 54 perusahaan. Data penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan dan IDX statistik yang diperoleh melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia. Metode analisis menggunakan regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Dewan Direksi, Komisaris Independen, Komite Audit, kepemilikan manajerial, dan kepemilikan institusional berpengaruh secara simultan terhadap kinerja keuangan. Secara parsial

Komisaris Independen dan kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan. Akan tetapi, Dewan Direksi, Komite Audit, dan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan.

Wijayanti (2012) meneliti tentang pengaruh penerapan good corporate governance terhadap kinerja keuangan pada seluruh perusahaan perbankan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia selama 2009-2011. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dengan data sekunder yang diperoleh dari annual report masing-masing bank, dan menggunakan metode regresi linier. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan. Sedangkan variabel kepemilikan institusional, ukuran Dewan Direksi, aktivitas (rapat) Dewan Komisaris, proporsi Komisaris Independen, dan jumlah Komite Audit tidak memiliki pengaruh yang signifikan dengan kinerja keuangan perusahaan perbankan.

Nathania (2014) meneliti tentang pengaruh pada komposisi Dewan Komisaris dan Dewan Direksi perusahaan terhadap kinerja perusahaan secara serempak maupun secara parsial pada perusahaan yang listing di BEI pada tahun 2008-2012. Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan metode analisis regresi linier berganda. Penelitian ini menunjukkan bahwa Komisaris Independen tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA dan ROE, Ukuran Dewan (board size) berpengaruh signifikan terhadap ROA dan tidak

berpengaruh signifikan terhadap ROE, proporsi direksi wanita berpengaruh signifikan terhadap ROA, dan tidak berpengaruh signifikan terhadap ROE.

Syafiqurrahmanet. al. (2014) meneliti tentang pengaruh variabel

corporate governance dengan variabel kinerja. Sampel yang digunakan dalam penitian ini adalah 120 bank umum yang yang terdaftar di Bank Indonesia yang menerbitkan laporan tahunan pada 2005-2010. Metode analisis yang digunakan adalah regresi berganda. Penelitian ini menyimpulkan bahwa Proporsi Dewan Komisaris tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA dan ROE, jumlah rapat Dewan Komisaris tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA dan ROE, jumlah rapat Dewan Direksi berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA dan ROE, KAP big four tidak berpengaruh terhadap ROA dan berpengaruh negatif terhadap ROE, proporsi Komite Audit Independen tidak berpengaruh terhadap ROA dan ROE, kompetensi Komite Audit berpengaruh signifikan terhadap ROA.

Kusumastutiet. al.(2007) meneliti tentang pengaruh board diversity

terhadap kinerja perusahaan dalam persepektif corporate governance pada 48 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ tahun 2005. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari laporan tahunan masing-masing perusahaan, dengan metode regresi berganda. Penelitian ini menunjukkan bahwa board diversity tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.

Darmadi (2011) meneliti tentang hubungan antara keragaman anggota dewan dan kinerja keuangan perusahaan yang terdaftar di BEI. Penelitian ini

menggunakan variabel independen jenis kelamin, kebangsaan dan umur dewan, dengan sampel 169 perusahaan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa keberagaman gender berpengaruh negatif signifikan dengan kinerja keuangan, keberagaman kebangsaan tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan, dan proporsi anggota muda (di bawah 50 tahun) secara positif berpengaruh terhadap kinerja keuangan.

Hovart dan Spirollari (2012) meneliti tentang pengaruh karakteristik Dewan Direksi terhadap kinerja perusahaan pada 136 perusahaan besar di Amerika Serikat tahun 2005- 2009. Penelitian ini menggunakan variabel independen ukuran Dewan Direksi, jumlah rapat Dewan, komposisi Dewan, keragaman gender dan usia Direksi. Penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran Direksi dan jumlah rapat Dewan berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap kinerja perusahaan, sedangkan usia Direksi berpengaruh negatif signifikan terhadap kinerja perusahaan, dan keberadaan wanita dalam Dewan berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kinerja keuangan.

Nesset. al.(2010) meneliti tentang pengaruh Dewan Direksi perusahaan terhadap kinerja keuangan perusahaan pada Sarbanes Oxley tahun 2006-2007. Penelitian ini menyimpulkan bahwa rangkap jabatan Dewan Direksi, latar belakang pendidikan, dan masa jabatan berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja keuangan, sedangkan usia Dewan Direksi berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap kinerja keuangan.

Miyiendaet. al.(2013) meneliti tentang pengaruh remunerasi Direksi terhdap kinerja keungan pada 57 perusahaan yang terdaftar pada bursa efek

Nairobi tahun 2006-2010. Penelitian ini menunjukkan bahwa remunerasi Dewan Direksi berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan yang diproksikan dengan ROE dan Tobin’s Q.

Abdullah (2006) meneliti tentang pengaruh struktur Dewan Direksi dan remunerasi Direksi terhadap profitabilitas perusahaan yang diukur dengan ROE. Penelitian ini menggunakan data publikasi dari 86 perusahaan yang mengalami kesulitan dan 86 perusahaan yang tidak mengalami kesulitan di Malaysia pada tahun 2001. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa remunerasi Direksi tidak mempengaruhi profitabilitas perusahaan yang diukur dengan ROE.

Teg dan Utami (2013) meneliti tentang pengaruh gender diversity dan remunerasi Direksi terhadap kinerja perusahaan di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini dilakukan pada 279 perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2009-2011. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa gender diversity

berpengaruh positif terhadap ROE dan Tobin’s Q, sedangkan remunerasi Direksi hanya berpengaruh positif terhadap Tobin’s Q.

Tabel 2.1

Tabel penelitian terdahulu

No Variabel Peneliti Hasil

1. Ukuran Dewan Direksi

Widyati (2013)

Pengaruh Dewan Direksi, Komisaris Independen, Komite Audit, kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional terhadap kinerja keuangan pada perusahaan properti dan real estate di BEI 2008-2011

Ukuran Dewan Direksi berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja keuangan

Nathania (2014)

Pengaruh Komposisi dewan terhadap kinerja perusahaan pada perusahaan yang listing di BEI 2008-2012

Ukuran Dewan Direksi tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan

Hovart dan Sprirollari (2012) Do the Board of Director’s characteristics influence firm’s

performance? The U.S. evidence

Ukuran Direksi tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan

2 Proporsi Wanita

Kusumastutiet. al. (2007) Pengaruh board diversity

terhadap kinerja perusahaan dalam perspektif corporate governance pada perusaahaan manufaktur di BEJ 2005

Proporsi wanita dalam dewan tidak

berpengaruh terhadap kinerja keuangan

Nathania (2014)

Pengaruh Komposisi dewan terhadap kinerja perusahaan pada perusahaan yang listing di BEI 2008-2012

Proporsi wanita berpengaruh terhadap kinerja keuangan

Darmadi (2011)

Board diversity and financial performance of the firms listed on IDX

Proporsi wanita berpengaruh negatif signifikan terhadap kinerja keuangan

Hovart dan Sprirollari (2012) Do the Board of Director’s characteristics influence firm’s

performance? The U.S. evidence

Proporsi wanita dalam Dewan Direksi tidak signifikan terhadap kinerja keuangan

Teg dan Utami (2013) Pengaruh Gender Diversity

dan Remunerasi Direksi

terhadap Kinerja Perusahaan di Bursa Efek Indonesia

Keberadaan wanita dalam Direksi berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan

3 Jumlah Rapat Syafiqurrahmanet. al. (2014) Analisis pengaruh good corporate governance dan pengaruh keputusan

pendanaan terhadap kinerja perusahaan perbankan di Indonesia 2005-2010

Jumlah rapat direksi berpengaruh negatif signifikan terhadap kinerja keuangan

Wijayanti (2012)

Pengaruh penerapan good corporate governance

terhadap kinerja keuangan di BEI 2009-2011

Jumlah rapat direksi tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan

Hovart dan Sprirollari (2012) Do the Board of Director’s characteristics influence firm’s

performance? The U.S. evidence

Rapat Direksi tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan

4 Latar Belakang Pendidikan

Syafiqurrahman et. al. (2014) Analisis pengaruh good corporate governance dan pengaruh keputusan

pendanaan terhadap kinerja perusahaan perbankan di Indonesia 2005-2010 Latar belakang pendidikan berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan

Kusumastutiet. al. (2007) Pengaruh board diversity

terhadap kinerja perusahaan dalam perspektif corporate governance pada perusaahaan manufaktur di BEJ 2005

Latar belakang pendidikan tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan

Ness et. al.(2010)

Board of Director composition and financial performance in a Sarbanes Oxley World

Latar belakang pendidikan Dewan Direksi berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan. 5 Usia Kusumastutiet. al. (2007)

Pengaruh board diversity

terhadap kinerja perusahaan dalam perspektif corporate

Usia dewan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan

governance pada perusaahaan manufaktur di BEJ 2005 Darmadi (2011)

Board diversity and financial performance of the firms listed on IDX

Usia dewan

berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja keuangan. Hovart dan Sprirollari (2012)

Do the Board of Director’s characteristics influence firm’s

performance? The U.S. evidence

Usia Direksi tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan

Ness et. al.(2010)

Board of Director composition and financial performance in a Sarbanes Oxley World

Rata-rata usia Dewan Direksi tidak

berpengaruh terhadap kinerja keuangan. 6 Remunerasi Miyienda et. al. (2013)

The relationship between Director remuneration and performance of firms listed in the Nairobi Securities

Exchange Remunerasi direksi berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan Abdullah (2006) Director’s remuneration, firm’s performance, and

corporate governance in Malaysia among distressed companies

Remunerasi Direksi tidak mempengaruhi kinerja keuangan

Teg dan Utami (2013) Pengaruh Gender Diversity

dan Remunerasi Direksi

terhadap Kinerja Perusahaan di Bursa Efek Indonesia

Remunerasi Direksi tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan

Sumber: Widyati (2013), Wijayanti (2012), Nathania (2014), Syafiqurrahman et. al. (2014), Kusumastutiet. al.(2007), Darmadi (2011), Hovart dan Sprirollari (2012), Ness et. al.(2010), Miyiendaet. al. (2013), Abdullah (2006), Teg dan Utami (2013)

Berdasarkan paparan di atas terdapat beberapa penelitian yang dilakukan untuk menguji pengaruh dari ukuran, jumlah rapat, proporsi wanita, latar belakang pendidikan, usia dan remunerasi terhadap kinerja keuangan perusahaan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah pada penelitian ini lebih difokuskan pada karakteristik Direksi, karena Dewan Direksi bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan pengelolaan BUS dan wajib mengelola BUS sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawabnya sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar BUS dan peraturan perundang-undangan yang berlaku (PBI No 11/33/PBI/2009), selain itu penelitian ini membahas pengaruh besarnya remunerasi Direksi terhadap kinerja keuangan menurut Miyienda et. al. (2013) bahwa besarnya remunerasi yang ditawarkan dapat memotivasi kinerja tiap-tiap dewan direksi untuk bekerja lebih baik dan dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Pengaruh remunerasi Direksi terhadap kinerja perbankan syariah di Indonesia sepengetahuan peneliti belum ada yang meneliti. Pengukuran kinerja keuangan dalam penelitian ini menggunakan lag satu tahun untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Pada penelitian ini kinerja keuangan diukur dengan menggunakan ROE, dengan sampel 11 bank umum syariah pada tahun 2011-2014.

B. Kerangka Teori

1. Teori Keagenan (Agency Theory)

Definisi agency theory menurut Scott (2003) dalam Tertius (2015) adalah kontrak untuk memotivasi agen untuk bertindak atas nama pemilik ketika kepentingan agen, sebaliknya dapat dinyatakan bertentangan

dengan kepentingan pemilik. Masing-masing pihak yang terlibat dalam kontrak berusaha untuk mendapatkan yang terbaik untuk diri mereka sendiri, maka hal tersebut akan menimbulkan konflik. Hubungan agen terjadi ketika pelaku menyewa agen untuk melakukan tugas atas nama pemilik. Pemilik pada umumnya mendelegasikan pengambilan keputusan wewenang kepada agen. Agency theory berkaitan dengan penyelesaian masalah yang timbul dalam hubungan keagenan yaitu diantara pemilik (misalnya pemegang saham) dan agen dari para pemilik (misalnya eksekutif perusahaan).

Konsep agency theory didasari pada permasalahan agensi yang muncul ketika pengurusan suatu perusahaan terpisah dari kepemilikannya (Nuswandari, 2009). Agency theory menurut oleh Jensen dan Meckling (1976) memandang bahwa manajemen perusahaan sebagai agen bagi para pemegang saham, akan bertindak dengan penuh kesadaran bagi kepentingannya sendiri, bukan sebagai pihak yang arif dan bijaksana serta adil terhadap pemegang saham. Agency theory memandang bahwa pihak manajemen tidak dapat dipercaya untuk bertindak sebaik-baiknya bagi kepentingan publik pada umumnya maupun shareholders pada khususnya, sehingga muncullah agency problem yang selanjutnya menimbulkan

agency cost.

a. Moral Hazard,yaitu permasalahan yang muncul jika agen tidak melaksanakan hal-hal yang telah disepakati bersama dalam kontrak kerja.

b. Adverse selection, yaitu suatu keadaan di mana prinsipal tidak dapat mengetahui apakah suatu keputusan yang diambil oleh agen benar-benar didasarkan atas informasi yang telah diperolehnya, atau terjadi sebagai sebuah kelalaian dalam tugas.

Agency cost seperti yang pernah dirinci oleh Jensen dan Meckling (1976) terdiri dari tiga unsur yaitu:

a. Biaya pengawasan oleh prinsipal untuk mengawasi bisnis yang dijalankan oleh agen

b. Biaya pengikatan agen untuk untuk memastikan prinsipal bahwa agen tidak melakukan sesuatu yang dapat merusak kepentingan modal dan mengganti kerugian bila hal itu benar-benar terjadi.

c. Sisa kerugian (residual loss) yang harus ditanggung oleh prinsipal akibat dari keputusan agen yang menyimpang dari keputusan yang dibuat oleh prinsipal ketika mempunyai kemampuan yang sama dengan agen.

Adanya dua partisipan tersebut (prinsipal dan agen) menyebabkan timbulnya permasalahan tentang mekanisme yang harus dibentuk untuk menyelaraskan kepentingan yang berbeda diantara keduanya. Corporate governance sebagai efektivitas mekanisme yang bertujuan meminimalisasi konflik keagenan, dengan penekanan khusus pada mekanisme legal yang

mencegah dilakukannya eksproriarsi atas pemegang saham baik mayoritas maupun minoritas (Nuswandari, 2009).

Menurut Brigham dan Houston (2006) dalam Retno (2012) para manajer diberikan kekuasaan oleh pemilik perusahaan, yaitu pemegang saham, untuk membuat keputusan, dimana hal ini menciptakan potensi konflik kepentingan yang dikenal sebagai teori keagenan (agency theory). Hubungan keagenan (agency relationship) terjadi ketika satu atau lebih individu, yang disebut sebagai prinsipal menyewa individu atau organisasi lain, yang disebut sebagai agen, untuk melakukan sejumlah jasa dan mendelegasikan kewenangan untuk membuat keputusan kepada agen tersebut.

Menurut Macey dan O’Hara, (2003) menyatakan bahwa Corporate Governance muncul karena terjadi pemisahan antara kepemilikan dengan pengendalian perusahaan, atau seringkali dikenal dengan istilah masalah keagenan. Permasalahan keagenan dalam hubungannya antara pemilik modal dengan manajer adalah bagaimana sulitnya pemilik dalam memastikan bahwa dana yang ditanamkan tidak diambil alih atau diinvestasikan pada proyek yang tidak menguntungkan sehingga tidak mendatangkan return.

Untuk mengurangi masalah keagenan, diperlukan suatu mekanisme pengawasan terhadap pengelolaan perusahaan. Salah satu mekanisme yang dipakai adalah Good Corporate Governance (GCG). GCG menjadi sistem yang memberikan petunjuk dan prinsip untuk menyelaraskan perbedaan

kepentingan, terutama kepentingan manajer dengan kepentingan pemegang saham. Dengan meminimalkan konflik kepentingan yang terjadi, diharapkan agen dapat bertindak sesuai dengan kepentingan pemilik yaitu meningkatkan return perusahaan sehingga kinerja perusahaan meningkat (Tertius dan Christiawan, 2015).

2. Good Corporate Governace

a. Pengertian Good Corporate Governance

Menurut Bank Indonesia dalam PBI nomor 11/33/PBI/2009,

Good Corporate Governance, yang selanjutnya disebut GCG, adalah suatu tata kelola Bank yang menerapkan prinsip-prinsip keterbukaan (transparency), akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban (responsibility), profesional (professional), dan kewajaran (fairness).

Definisi Good Corporate Governance menurut Bank Dunia adalah aturan, standar dan organisasi di bidang ekonomi yang mengatur perilaku pemilik perusahaan, direktur dan manajer serta perincian dan penjabaran tugas dan wewenang serta pertanggungjawabannya kepada investor (pemegang saham dan kreditur).

Menurut Komite Cadburry, GCGadalah prinsip yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar mencapai keseimbangan antara kekuatan serta kewenangan perusahaan dalam memberikan pertanggungjawabannya kepada para shareholders

pengaturan kewenangan direktur, manajer, pemegang saham, dan pihak lain yang berhubungan dengan perkembangan perusahaan di lingkungan tertentu (Hisamuddin dan Tirta, 2011).

Menurut Forum Corporate Governance in Indonesia (FCGI)

Corporate Governance adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan esktern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan (Hisamuddin dan Tirta, 2011).

Berdasarkan argumen yang dikembangkan oleh Keasey dan Wright dalam Sayidah (2007) corporate governance dipandang mempunyai dua dimensi besar. Pertama monitoring terhadap kinerja manajemen dan meyakinkan akuntabilitas manajemen terhadap pemegang saham yang menekankan pertanggungjawaban dan dimensi akuntabilitas dari corporate governance. Kedua, struktur, mekanisme dan proses governance yang memotivasi perilaku manajerial untuk meningkatkan kemakmuran bisnis dan perusahaan. Kedua perspektif tersebut perlu dipertimbangkan ketika ada usaha untuk menciptakan struktur dan prosedur governance yang mengarah ke perbaikan kinerja. Menurut Wicaksana (2010) tata kelola perusahaan yang baik menggabungkan kombinasi antara hukum, aturan-aturan, dan

praktek-praktek sukarela sektor swasta yang menyebabkan perusahaan dapat menarik modal, bekerja efisien, menghasilkan laba, memenuhi kewajiban hukum, dan memenuhi ekspektasi sosial hukum. Tata kelola perusahaan yang baik bertujuan untuk memberikan dorongan kepada dewan (board) dan manajemen untuk mencapai tujuan tersebut, yang merupakan kepentingan perusahaan dan pemegang saham.

Sukamulja (2004) menyimpulkan bahwa corporate governance

merupakan :

1) Suatu struktur yang mengatur pola hubungan yang harmonis tentang peran Dewan Komisaris, Direksi, RUPS dan para

stakeholder lainnya.

2) Suatu sistem Check and balance mencakup perimbangan kewenangan atas pengendalian perusahaan yang dapat membatasi munculnya dua peluang: pengelolaan yang salah dan penyalahgunaan aset perusahaan.

3) Suatu proses yang transparan atas penentuan tujuan perusahaan, pencapaian dan pengukuran kinerjanya.

b. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance

Menurut Bank Indonesia dalam PBI nomor 11/33/PBI/2009 prinsip-prinsip Good Corporate Governance terdiri dari:

1) Transparansi, yaitu keterbukaan dalam mengemukakan informasi yang material dan relevan serta keterbukaan dalam proses pengambilan keputusan.

2) Pertanggungjawaban, yaitu kesesuaian pengelolaan bank dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip pengelolaan bank yang sehat.

3) Akuntabilitas, yaitu kejelasan fungsi dan pelaksanaan pertanggungjawaban organ bank sehingga pengelolaannya berjalan dengan efektif.

4) Profesional, yaitu memiliki kompetensi, mampu bertindak obyektif dan bebas dari penaruh atau tekanan dari pihak manapun (independen) serta memiliki komitmen yang tinggi untuk mengembangkan bank.

5) Kewajaran, yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak stakeholder sberdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance setiap Bank harus memastikan bahwa prinsip GCG diterapkan pada setiap aspek bisnis dan di seluruh jajaran bank. Prinsip GCG yang harus dipastikan pelaksanaanya meliputi transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, indepedensi serta kewajaran dan kesetaraan (www.knkg-indonesia.com, 2012)

1) Transparansi (transparency) mengandung unsur pengungkapan (disclosure) dan penyediaan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat, dan dapat diperbandingkan serta mudah diakses oleh pemangku kepentingan dan masyarakat. Transparansi

diperlukan agar bank menjalankan bisnis secara objektif, profesional, dan melindungi kepentingan konsumen.

2) Akuntabilitas (accountability) mengandung unsur kejelasan fungsi dalam organisasi dan cara mempertanggungjawabkannya. Bank sebagai lembaga dan pejabat yang memiliki kewenangan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan akuntabel. Untuk itu bank harus dikelola secara sehat, terukur dan professional dengan memperhatikan kepentingan pemegang saham, nasabah, dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.

3) Responsibilitas mengandung unsur kepatuhan terhadap peraturan perundang‐undangan dan ketentuan internal bank serta tanggung jawab bank terhadap masyarakat dan lingkungan. Responsibilitas diperlukan agar dapat menjamin terpeliharanya kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai warga korporasi yang baik atau dikenal dengan good corporate citizen.

4) Independensi mengandung unsur kemandirian dari dominasi pihak lain dan objektifitas dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya. Dalam hubungan dengan asas independensi (independency), Bank harus dikelola secara independen agar masing‐masing organ Perusahaan beserta seluruh jajaran dibawahnya tidak saling

mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak manapun yang dapat mempengaruhi obyektivitas dan profesionalisme dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.

5) Kewajaran dan kesetaraan (fairness) mengandung unsur perlakuan yang adil dan kesempatan yang sama sesuai dengan proporsinya.

Dokumen terkait