• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I (PENDAHULUAN)

Pada bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II (KAJIAN PUSTAKA)

Dalam bab ini diuraikan berbagai pembahasan teori yang menjadi landasan teoritik penelitian, khususnya berkaitan dengan variabel penelitian, yaitu teori-teori mengenai motivasi orang tua dan nasehat kiai terhadap etos belajar santri Pondok Pesantren At-Thoyyib Kembaran, Sidomulyo, Salaman, Magelang.

BAB III (HASIL PENELITIAN)

Secara garis besar, bab ini terdiri dari dua bagian, yaitu gambaran umum lokasi penelitian dan penyajian data.

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Pada bagian ini berisi tentang gambaran umum tempat penelitian meliputi sejarah singkat, letak geografis, profil, visi, misi, motto, jadwal keseharian pondok dan lain-lain.

2. Penyajian Data

Bagian ini berisi uraian tentang karakteristik tiap-tiap variabel, berupa skor atau nilai yang diperoleh melalui instrumen penelitian.

Isi dari bab ini meliputi analisis terhadap tiap-tiap variabel, pengujian hipotesis, dan pembahasan hasil uji hipotesis.

BAB V (PENUTUP)

19

A. Motivasi Orang Tua

1. Pengertian Motivasi Orang Tua

Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seeorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan seuatu yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Oleh karena itu, perbuatan seseorang yang didasarkan atas motrivasi tertentu mengandung tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya. Motivasi adalah kekuatan, baik dari dalam maupun dari luar yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. (Uno.2011:1)

Banyak sekali kata motiv, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motiv

dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Berawal dari kata “motiv” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motiv menjadi aktif pada sat-sat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan atau mendesak.

Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan (Sardiman:2009:73).

Menurut Sardirman motivasi adalah keinginan atau dorongan untuk belajar

Menurut Malayu S.P Hasibun (1999:92) Motivasi berasal dari kata “movere” yang berarti dorongan atau daya penggerak

Sedangkan menurut Wendy (2013:7) adalah keinginan yang mendorong semua tindakan dan merupakan pelopor sekaligus batu penjuru bagi pembelajaran.

Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung, tetapi diinterpresentasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu. Motif sendiri adalah daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktifitas tertentu, demi mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhanaya.

Motif dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: (1) motif biogenetis, yaitu motif-motif yang berasal dari kebutuhan-kebutuhan organisme demi kelanjutan kehidupanya, misalnya lapar, haus,

kebutuhan akan kegiatan dan istirahat, mengambil napas, dan lain sebagainya. (2) motif sosiogenetis, yaitu motif=motif yang berkembang berasal dari lingkungan kebudayaan tempat orang tersebut berada. Jadi motif ini tidak berkembang dengan sendirinya, tetapi dipengaruhi oleh lingkingan kebudayaan. (3) motif teologis, dalam motif ini manusia adalah sebagai makhluk yang berkebutuhan, sehingga ada interaksi antara manusia dengan Tuha-Nya, seperti ibadahnya sehari-hari. (Uno:2011:3).

Dari sudut sumber yang menimbulkanya, motif dibedakan menjadi dua macam, yaitu motif intrinsik dan motif ekstrinsik. Motif intrinsik timbulnya tidak memerlikan rangsangan dari luar karena memang telah ada dalam diri individu sendiri, yaitu sesuai atau sejalan dengan kebutuhanya. Sedangkan motif esktrinsik timbul karena adanya rangsangan dari luar individu, misalnya dalam bidang pendidikan terdapat minat yang positif terhadap kegiatan pendidikan timbul karena melihat manfaatnya (4).

Persoalan motivasi ini, dapat juga dikaitkan dengan persoalan minat. Minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan dan kebutuhannya sendiri. Oleh karena itu, apa yang dilihat seseorang sudah tentu akan membangkitkan minatnya sejauh apa yang dilihat itu mempunyai hubungan dengan kepentingannya

sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa minat merupakan kecenderungan jiwa seseorang kepada seseorang.

Dalam konteks agama Islam disebutkan bahwa perbuatan seseorang dinilai berdasarkan niatnya. Dinilai disini maksudnya adalah mendapatkan ridho dari Allah Swt. Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori disebutkan bahwa

َع

ُذْعََِص َهبَق ُهَْْع ُللها َيِظَر ِةبَطَخىْا ِِْث َرََُع ٍصْفَح ْيِثَأ َِْيٍِِْؤَُىْا ِرْيٍَِأ ِْ

ْا بَََِّإ " ُهْىُقَي ٌََيَصَو ِهْيَيَع ُللها ًَيَص ِللها َهْىُصَر

ِوُنِى بَََِّإَو , ِدبَيِْىبِث ُهبََْعَلأ

يَىَّ بٍَ ٍاِرٍْا

,

ِهِىىُصرَو ِللها ًَىِإ ُهُرَرْجِهَف ِهِىْىُصَرو ِللها ًَىِإ ُهُرَرْجِه ْذَّبَم َََِْف

َه بٍَ ًَىِإ ُهُرَرْجِهَف بَهُحِنَْْي ٍحَأَرٍْا ِوَا بَهُجْيِصُي بَيُّْد ًَىِإ ُهُرَرْجِه ْذَّبَم ٍََِْو ,

َرَجب

هييع قفزٍ " ِهْيَىِإ

Artinya : ”Dari Amirul Mukminin Abu Hafsh, Umar bin Al-Khathab radhiyallahu 'anhu, ia berkata : Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Segala amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Maka barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa yang hijrahnya itu Karena kesenangan dunia atau karena seorang wanita yang akan dikawininya, maka hijrahnya itu kepada apa yang ditujunya”.

Dari hadist di atas sangat jelas bahwa agama Islam juga mengatur dan menjelaskan bagaimana seseorang harus memiliki motivasi dalam setiap perbuatannya. Hendaknya bagi setiap muslim harus memiliki motivasi yang baik yang melandasi setiap perbuatannya. Motivasi yang baik disini adalah setiap melakukan perbuatan harus dilandasi dengan niatan yang ikhlas karena mengarapkan ridho dan pahala dari Allah Swt

semata. Bukan karena dunia dan juga bukan karena orang lain. Perbuatan yang termotivasi bukan karena mengharap ridho Allah pada hakekatnya perbuatan itu sia-sia.

Memberikan motivasi kepada seorang siswa berarti menggerakkan siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu. Pada tahap awalnya akan menyebabkan subjek belajar merasa ada kebutuhan dan ingin melakukan sesuatu kegiatan belajar. (Sardiman:2009:77).

2. Kebutuhan dan Teori Motivasi

Menurut Morgan dan ditulis kembali oleh S. Nasution, manusia hidup dengan memiliki berbagai kebutuhan.

a. Kebutuhan untuk berbuat sesuatu untuk sesuatu aktivitas

Hal ini sangat penting bagi anak, karena perbuatan sendiri mengandung suatu kegembiraan baginya. Bagi orang tua yang memaksa anaknya untuk berdiam diri di rumah saja adalah bertentangan dengan hakikat anak.

b. Kebutuhan untuk menyenangkan orang lain

Banyak orang yang dalam kehidupannya memiliki motivasi untuk berbuat sesuatu demi kesenangan orang lain. Harga didik seseorang dapat dinilai dari berhasil tidaknya usaha memberikan kesenangan pada orang lain

c. Kebutuhan untuk mencapai suatu hasil

Suatu pekerjaan atau kegiatan belajar itu akan berhasil baik, kalau disertai dengan pujian. Aspek pujian ini merupakan dorongan bagi seseorang untuk bekerja dan belajar giat.

d. Kebutuhan untuk mengatasi kesulitan

Suatu kesulitan atau hambatan, mungkin cacat, menimbulkan rasa rendah diri, tetapi hal ini menjadi dorongan untuk mencari kompensasi dengan usaha yang tekun dan luar biasa, sehingga tercapai kelebihan atau keunggulan dalam bidang tertentu. Sikap anak terhadap kesulitan atau hambatan ini sebenarnya banyak tergantung pada keadaan dan sikap lingkungan. Sehubungan dengan ini maka peranan motivasi sangat penting dalam upaya menciptakan kondisi-kondisi tertentu yang lebih kondusif bagi mereka untuk berusaha agar memperoleh keunggulan.

Belajar sangat diperlukan adanya motivasi, hasil belajar akan lebih optimal jika terdapat motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan semakin berhasil pula pelajaran itu. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa.

3. Macam-macam Motivasi

Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya 1) Motif-motif Bawaan

Motif bawaan adalah motif yang di bawa sejak lahir, jadi motif itu ada tanpa di pelajari. Sebagai contoh : dorongan untuk

makan, dorongan untuk minum, dorongan untuk bekerja dan lain sebagainya.

2) Motif-motif yang Dipelajari

Maksudnya adalah motif-motif yang timbul karena di pelajari. Sebagai contoh misalnya: dorongan untuk mengajar sesuatu di dalam masyarakat. Motif ini sering kali disebut dengan motif yang diisyarakat secara sosial, sebab manusia hidup dalam lingkungan sosial dengan sesama manusia yang lain (Sardiman 2009:86).

(a) Motivasi Jasmaniah dan Rohaniah

Ada beberapa ahli yang menggolongkan jenis motivasi ini menjadi dua jenis yakni motivasi jasmaniah dan rohaniah. Yang termasuk motivasi jasmani seperti refleks, insting otomatis, nafsu. Sedangkan yang termasuk motivasi rohaniah adalah kemauan.

(b) Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik (1) Motivasi Intrinsik

Adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh seseorang yang senang membaca, tidak usah ada yang menyuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin mencari buku-buku untuk dibacanya.

(2) Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya rangsangan dari luar, sebagai contohnya seseorang itu belajar, karena besok paginya akan ada ujian dengan harapan dapat nilai yang baik.

4. Fungsi Motivasi

Sehubungan dengan hal tersebut ada tiga fungsi motivasi

1) Mendorong manusia untuk berbuat baik, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan

2) Menentukan arah perbuatannya, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Peranan motivasi dalam belajar

Motivasi pada dasarnya dapat, membantu dalam memahami dan menjelaskan perilaku individu, termasuk perilaku individu yang

sedang belajar (Uno,2011:27). Ada beberapa peranan penting motivasi dalam belajar dan pembelajaran, antara lain :

1) Menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar 2) Memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai

3) Menentukan ragam kendali terhadap rangsangan belajar 4) Menentukan ketekunan belajar.

Dari beberapa pengertian tersebut di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi adalah “ suatu daya penggerak yang terdapat dalam diri manusia individu atau subjek untuk melakukan aktivitas”. Motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu akal yaitu tujuan, motivasi memang muncul dari diri manusia, tetapi kemunculannya karena dorongan atau terdorong oleh adanya unsur lain.

Orang tua merupakan pendidik utama dan utama bagi anak-anak, karena merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Orang tua ayah dan ibu memegang peranan yang penting dan amat berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya (Darajat dkk:2011:35) .

5. Tanggung Jawab Orang Tua

Pendidikan disekolah merupakan lanjutan dan bantuan terhadap pendidikan dirumah. Keluarga tetap bertanggung jawab atas anak-anaknya, baik di rumah maupun disekolah. Guru hanya menerima sebagian tanggung jawab orang tua yang diserahkan kepadanya.

Pendidikan orag tua terhadap anak-anaknya adalah pendidikan yang didasarkan pada kasih sayang terhadap anak-anaknya, dan diterimanya dari kodrat. Orang tua adalah pendidik sejati, pendidik karena kodratnya. Oleh karena itu, kasih sayang orang tua terhadap anak-anaknya hendaklah kasih sayang yang sejati pula. Yang berarti pendidik atau orang tua mengutamakan kepentingan dan kebutuhan anak-anak, dengan mengesampingkan keinginan dan kesenangan sendiri.

Peranan seorang ibu terhadap anaknya merupakan pendidikan dasar yang tidak dapat diabaikan sama sekali. Maka dari itu seorang ibu hendaklah seorang yang bijak sana dan pandai mendidik anak-anaknya (Purwanto:2000:82). Tanggung jawab pendidikan yang menjadi beban orang tua sekurang-kurangnya harus dilaksanakan dalam rangka :

a) Memelihara dan membesarkan anak, ini adalah bentuk yang paling sederhana dari tanggung jawab orang tua dan merupakan dorongan alami untuk mempertahankan kelangsungan hidup manusia.

b) Melindungi dan menjalin kesamaan, baik jasmaniah ataupun rohaniah, dari berbagai gangguan penyakit dan dari penyelewengan kehidupan dan tujuan hidup yang sesuai dengan falsafat hidup dan agama yang dianutnya.

c) Memberi pendidikan dalam arti yang luas sehingga anak memperoleh peluang untuk memiliki pengetahuan dan kecakapan seluas dan setinggi mungkin yang dapat dicapainya.

d) Membahagiakan anak, baik dunia maupun akhirat, sesuai dengan pandangan dan tujuan hidup muslim.

B. Nasehat Kyai

Kata “nasehat” berasal dari bahasa arab, dari kata kerja “nasaha” (

حصّ(yang berarti “khalasa” )صيخ( yaitu murni serta bersih dari segala kotoran, juga bisa berarti “khaatha” ( غبخ) yaitu menjahit (Anuz:2005:25).

Kiai (Solihin, 2002:85) adalah orang yang telah diberi sesuatu (anugerah) yang tidak dimiliki oleh semua orang dan orang tersebut telah mengetahui apa yang belum diketahui banyak orang serta telah mengamalkan ilmunya. Karena dikalangan masyarakat awam kiai dianggap mempunyai banyak hal yang tidak dimiliki orang pada umumnya, seperti kedekatannya dengan Tuhan, tingginya ilmu pengetahuan dan lain sebagainya

Kyai merupakan elemen yang paling esensial dari suatu pesantren. Ia seringkali bahkan merupakan pendirinya. Sudah sewajarnya bahwa pertumbuhan suatu pesantren semata-mata bergantung kepada kemampuan pribadi kyainya. Setiap tindakan yang dilakukan seseorang selalu mempunyai pengaruh terhadap pihak lain, begitu juga tindakan kiai terhadap santrinya. Tindakan yang mempunyai kekuatan mempengaruhi pihak lain diatas merupakan indikasi bahwa seseorang mempunyai kharisma di depan orang lain.

Peran kiai sebagai guru tentunya sebagai tempat bertanya, tempat dimana santri mengadu, terutama jika santri mempunyai masalah yang tidak dapat diselesaikan atau dipecahkan sendiri. Kedudukan kiai sebagai orang tua dianggap dapat memecahkan masalah yang di hadapi para santri. Sebagaimana layaknya orang tua, dalam berbagai kesempatan kiai menasehati kepada para santrinya agar dalam belajar mereka harus tekun, menjauhi larangan-larangan dan taatilah serta melakukan apa yang sedang menjadi kewajiban sebagai seorang santri terlebih sebagai seorang muslim.

1. Hubungan Kyai dengan Santri

Kyai merpakan elemen paling esensial dari suatu pesantren. Ia seringkali bahkan pendirinya. Sudah sewajarnya bahwa pertumbuhan suatu pesantren semata-mata bergantung kepada kemampuan pribadinya (Dhoifier.t.t.:55). Para kyai dengan kelebihan pengetahuanya dalam Islam, sering kali dilihat sebagai orang yang senantiasa dapat memahami keagungan tuhan dan rahasia alam, hingga dengan demikian mereka dianggap memiliki kedudukan yang tak terjangkau, terutama oleh kebanyakan orang awam.(Dhoifier.t.t:56). Masyarakat biasanya mengharapkan seorang kyai dapat menyelesaikan persoalan-persolan keagamaan praktis sesuai dengan kedalaman pengetahuan yang dimilkinya. Semkin tinggi kitab-kitab yang ia ajarkan, ia akan semakin dikgumi. (Dhoifier.t.t.:60)

Dalam tradisi pesantren, perasaan hormat dan kepatuhan murid kepada gurunya adalah mutlak dan tidak boleh putus, artinya berlangsung seumur hidup santri. Disamping itu rasa hormatnya yang mutlak itu harus ditunjukkan dalam aspek kehidupanya, baik dalam kehidupan masyarakat, maupun pribadinya. Para murid harus menunjukkan hormat dan kepatuhan mutlak kepada gurunya, bukan sebagai manifestasi dari penyerahan total kepada guru yang dianggap memliki otoritas, tapi karena keyakinan murid kepada kedudukan guru sebagai penyalur kemurahan tuhan yang di limpahkan kepada murid-muridnya, baik didunia maupun diakherat. Menurut ajaran islam, si murid harus menganggap gurunya seolah-olah sebagai ayahnya sendiri (Dhofier.t.t.:82)

Berbagai tindakan dari seorang kiai dalam kehidupan sehari-hari dalam berinteraksi dengan santri, khususnya dalam lingkungan belajar mengajar, dapat diwujudkan dalam bentuk usaha-usaha sebagai berikut : a. Memberi Nasehat

Sebagai seorang kiai mempunyai tugas antara lain untuk memberi nasehat pada santri-santrinya. Alasan mengapa santri harus diberi nasehat oleh kiai, karena pada dasarnya santri hanyalah seorang anak yang selalu mempunyai kecenderungan pasif dalam melakukan kewajiban yang harus dikerjakannya. Hal ini disebabkan karena ia masih dalam taraf perkembangan yang notabene selalu

menjadi pihak yang menunggu, maka perlu adanya dorongan dan bimbingan oleh kiai antara lain berupa nasehat.

Hubungan pemimpin pesantren dengan para santrinya tampak tidak hanya terbatas pada hubungan antara guru dan murid belaka, akan tetati lebih dari itu yaitu hubungan timbal balik di mana santrinya menganggap kyainya sebagai bapak sendiri, sementara itu kyai menganggap santrinya sebagai titipan Tuhan yang senantiasa harus dilindungi (hubungan antara orang tua dan anak), (Galba:2004:63). Di pondok pesantren perilaku kyai berupa interaksi layaknya seorang ayah dan anak terhadap santri atau komunikasinya tentu berdampak pada terbentuknya ketaatan, kesetiaan, dan kepatuhan santri (Haryanto.2012:97). Di lingkungan pondok pesantren mereka harus mengikuti perintah-perintah religius kyai secara cermat, melaksanakan apa pun yang diperintahkan oleh kyai dan taat kepadanya. Adapu hubungan antara pemimpin pondok pesantren dengan santrinya tampak tidak hanya sebatas pada hubungan antara guru dan murid belaka. Akan tetapi, lebih dari yaitu hubungan timbal balik dimana santri menganggap kyainya sebagai bapaknya sendiri, sementara kyai menganggap santrinya sebagai anaknya sendiri (Haryanto.2012:100). Ketika seorang kyai memberi nasehat santrinya itu diibaratkan Seperti orang tua memberi nasehat kepada anaknya, seperti nasehat yang terdapat dalam surat Al-Luqman berikut ini:

َُِإ ِهَيىبِث ْكِرْشُر بَى َيَُْث بَي ُهُظِعَي َىُهَو ِهِْْثبِى ُُبََْقُى َهبَق ْرِإَو

ٌٌْيُظَى َكْرِشىا

ٌٌيِظَع

٣١

ٍِْهَو ًَيَع ًبْْهَو ُهٍُُأ ُهْزَيَََح ِهْيَذِىاَىِث َُبَضِّئْىا بَْْيَصَوَو

ِىَو يِى ْرُنْشا َُِأ ِِْيٍَبَع يِف ُهُىبَصِفَو

ُريِصََْىا َيَىِإ َلْيَذِىاَى

٣١

ُِإَو

ٌٌْيِع ِهِث َلَى َشْيَى بٍَ يِث َكِرْشُر َُأ ًيَع َكاَذَهبَج

بََُهْجِحبَصَو بََُهْعِطُر بَيَف

ٌُنُئِجَُّأَف ٌُْنُعِجْرٍَ َيَىِإ ٌَُث َيَىِإ َةبََّأ ٍَِْ َويِجَص ْعِجَراَو ًبفوُرْعٍَ بَيُّْذىا يِف

ُم بََِث

َُىُيََْعَر ٌُْزْ

٣١

ُِنَزَف ٍهَدْرَخ ٍِِْ ٍخَجَح َهبَقْثٍِ ُلَر ُِإ بَهَِّإ َيَُْث بَي

َأ ٍحَرْخَص يِف

َهَيىا َُِإ ُهَيىا بَهِث ِدْأَي ِضْرَأْىا يِف ْوَأ ِداَوبَََضىا يِف ْو

ٌريِجَخ ٌفيِطَى

٣١

ِرَنَُْْىا َِِع َهّْاَو ِفوُرْعََْىبِث ْرٍُْأَو َحبَيَصىا ٌِِقَأ َيَُْث بَي

ِرىٍُُأْىا ًِْزَع ٍِِْ َلِىَر َُِإ َلَثبَصَأ بٍَ ًَيَع ْرِجْصاَو

٣١

ْرِعَصُر بَىَو

َكَذَخ

ٍهبَزْخٍُ َوُم ُتِحُي بَى َهَيىا َُِإ ًبحَرٍَ ِضْرَأْىا يِف ِشََْر بَىَو ِسبَْيِى

رىُخَف

٣١

َأْىا َرَنَّأ َُِإ َلِرْىَص ٍِِ ْطُعْغاَو َلِيْشٍَ يِف ْذِصْقاَو

ِداَىْص

ِريََِحْىا ُدْىَصَى

٣١

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, “Wahai anakku!

Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”.Dan Kami Perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tua-nya. lbunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun.Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu.Selambat-lambat waktu menyapih ialah sampai anak berumur dua tahun.Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau menaati keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian hanya kepada-Ku tempat kembalimu, maka akan Aku Beritahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau menaati keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik,

dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian hanya kepada-Ku tempat kembalimu, maka akan Aku Beritahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.(Luqman berkata), “Wahai

anakku! Sungguh, jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di bumi, niscaya Allah akan Memberinya (balasan). Sesungguhnya Allah Maha Halus, Maha Teliti“.Allah Maha Halus” ialah ilmu Allah itu meliputi

segala sesuatu bagaimanapun kecilnya.Wahai anakku! Laksanakanlah shalat dan suruhlah (manusia) berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting.Wahai anakku! Laksanakanlah shalat dan suruhlah (manusia) berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting.Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.Dan sederhanakanlah dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai”.ketika berjalan, janganlah terlampau cepat dan jangan pula terlalu lambat.

b. Memberi Perintah dan Larangan

Dalam upaya membentuk pribadi santri, kiai tidak lepas dari metode perintah dan larangan yang diterapkan di pondok pesantren. Nasehat seorang kiai di depan santri dapat di lihat dan dirasakan dari sikap santri yang patuh. Seorang kiai memberikan nasehat atau perintah kepada santrinya biasanya santri akan melaksanakannya,

karena apabila nasehat atau perintah tersebut tidak dilaksanakan takut ilmunya tidak bermanfaat karena mengabaikan gurunya.

Perlu disadari, bahwa memberi nasehat dan melarang santri untuk mengerjakan atau menghindari sesuatu merupakan salah satu wujud perhatian dan kasih sayang kiai terhadap santrinya. Ketergantungan santri terhadap kiai telah menyebabkan proses pembelajaran di pondok pesantren berjalan atas petunjuk kiai, dan ini telah terjadi dari jaman dulu sampai sekarang. Ukuran keberhasilan seorang santri yang mondok atau menuntut ilmu di sebuah pesantren semata-mata tidak di ukur dari kecakapanya menguasai kitab-kitab klasik saja, tetapi juga terletak pada relasinya dengan sesama santri, lingkungan sekitar, dan yang terpenting dengan kiai termasuk mendengarkan nasehat kiai dan laranganya. c. Bertindak Bijaksana

Pada hakekatnya sebuah nasehat akan berakibat baik bagi santri jika nasehat tersebut tidak bermotif keterpaksaan atau menakut-nakuti, tetapi nasehat yang baik adalah yang hadir dengan wajar dan tidak dipaksakan oleh kiai pada anak, karena hal ini biasanya membuat kiai bertindak berlebihan. Nasehat yang berlebihan akan mengakibatkan sikap memberontak pada santri, oleh karena itu seorang kiai harus selalu bertindak bijaksana, kasih sayang, sehingga dapat membangkitkan pengertian dan wawasan serta membentuk kepribadian santri.

Banyak sekali kiai yang mendidik santrinya secara keras dengan maksud agar nasehat atau perintah yang diberikan tampak jelas di hadapan para santri. Seorang anak yang diperlakukan dengan

Dokumen terkait