• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

H. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, penulis akan membagi ke dalam tiga bagian. Yakni bagian muka, bagian isi, dan bagian akhir.

Bagian muka terdiri dari halaman judul, halaman abstraksi, halaman nota pembimbing, halaman pengesahan, halaman moto, halaman persembahan, halaman kata pengantar dan daftar isi.

26

14

Bagian isi memuat beberapa bab. Dan setiap bab terbagi menjadi sub bab- sub bab, sebagaimana terurai berikut ini:

BABI : Pendahuluan memuat latar belakang masalah, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.

BAB II : Berisi landasan teori yang menjelaskan tentang

Pengaruh pendidikan agama Islam dalam keluarga, perilaku peserta didik kerangka berfikir, kajian penelitian serta pengajuan hipotesis.

BAB III : Menjelaskan tentang kondisi umum di SDN I Rowo Kandangan Temanggung. Metode penelitian yang digunakan, variabel penelitian, populasi, sampel teknik pengumpulan data, serta teknik analisa data.

BAB IV : Hasil penelitian dari pembahasan yang meliputi deskripsi data hasil penelitian, pengujian hipotesis, pembahasan hasil penelitian, dan keterbatasan hasil penelitian

BAB V : Penutup. Dalam bab ini berisi kesimpulan, saran-saran, dan penutup.

Terakhir pada bagian akhir penulisan skripsi ini berisi daftar pustaka, lampiran-lampiran dan riwayat hidup penulis.

BAB IT LANDASAN TEORI

A. Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga 1. Keluarga

a. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang tinggal bersama dan terikat karena darah, perkawinan dan adopsi.1 Dalam memberikan pengertian tentang keluarga, Muhaimin dan Abdul Mujib mengungkapkan bahwa dalam Islam keluarga dikenal dengan istilah usrah, nasi, dan nasb. Keluarga dapat diperoleh melalui keturunan (anak cucu), perkawinan (suami istri), persusuan dan pemerdekaan.2 Menurut Hurlock, keluarga adalah bagian terpenting dari hubungan sosial anak, masyarakat, segala sesuatu dan kehidupan pada umumnya.3

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak, karena adanya ikatan darah atau perkawinan dan adopsi.

1 Jalaludin Rahmat, Islam Alternatif, (Bandung: Mizan, 1999), cet. 10, him. 120-121. 2 Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung: Triganda Karya, 1993) him. 289

3 Elisabeth B. Hurlock, Child Development, (Mengrow I lili: International Student Edition, 1978) him. 494.

16

b. Fungsi keluarga

Keluarga adalah pokok pertama yang mempengaruhi pendidikan seseorang. Lembaga keluarga adalah lembaga yang kuat berdiri di seluruh penjuru dunia sejak zaman purba. Lembaga dimana manusia mula-mula digembleng untuk menjalani kehidupan social.

Bila dilihat dari segi pendidikan, ada beberapa fungsi keluarga yang menentukan kehidupan seseorang4:

1) Fungsi ekonomis 2) Fungsi sosial 3) Fungsi edukatif 4) Fungsi protektif 5) Fungsi religious 6) Fungsi rekreatif 7) Fungsi afektif

Selain fungsi di atas, keluarga ternyata berfungsi juga untuk anak dalam hal:

1) Pengalaman pertama masa kanak-kanak

2) Menjamin kehidupan emosional anak

17

3) Menanamkan dasar pendidikan moral anak

4) Memberikan dasar pendidikan kesosialan.5

2. Kewajiban Keluarga (orang tua) dalain Pendidikan Anak

Pendidikan adalah pimpinan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak dalam pertumbuhannya (jasmani dan rohani). Agar berguna bagi dirinya dan masyarakat.

Pendidikan agama dan spiritual termasuk bidang-bidang pendidikan yang harus mendapat perhatian penuh oleh keluarga terhadap anak-anaknya. Pendidikan ini bermaksud untuk membangkitkan kekuatan mental yang dimiliki anak-anak melalui bimbingan keagamaan dan upacara ritualnya. Dengan demikian diharapkan secara individu, anak-anak tersebut, mampu mengamalkan ajaran-ajaran agama yang diterimanya lewat pendidikan agama dan spiritual tersebut.

Keadaan tersebut merupakan pemberian bekal pengetahuan agama dan kebudayaan agama, dalam hal ini Islam, yang sesuai dengan akidah, ibadah, muamalah dan sejarahnya. Terlebih-lebih aplikasi dari iman kepada Allah SWT, kepada malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, hari akhir, serta qada dan qadar.

5 Soelaiman Joesoef, Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992) him. 75-76.

18

Seorang anak, sebut saja anak didik, harus mendapatkan bimbingan sepenuhnya dari pendidik (orang tua) dalam mencari nilai-nilai hidup. Karena dalam ajaran Islam, saat anak dilahirkan itu dalam keadaan lemah dan suci, sedangkan alam sekitarnya akan memberikan corak warna nilai hidup atas pendidikan agama anak.6 7 Meski demikian orang tua sebagai pendidik tetap harus menjadikannya sebagai subyek dari pendidikan dan bukannya menjadi obyek yang dipaksa sesuai dengan selera.

Selanjutnya, dalam pengertian nash-nash Islam, anak adalah penerus garis keturunan secara biologis. Anak merupakan pelangsung generasi yang berkelanjutan. Anak juga diharapkan menjadi penerus perjuangan dalam kalimalul haq.1

Sementara secara psikologis, anak adalah sumber kebahagiaan keluarga. Anak merupakan buah hati yang memperkuat kehangatan emosional kedua orang tuanya, serta keluarga dan handai tulan. Anak ibarat wewangian surga yang menyemarakkan suasana kebahagiaan sebuah keluarga.8 Anak merupakan juga amanah dari Allah SWT. Hakekat amanah dalam hal ini

6 Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995) cc II, him. 170. 7 Nipan Abdul Halim, Anak Sholeh Dambaan Keluarga, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2001) him. 7-8.

19

adalah nilai ketauhidan dan keislaman yang menjadi fitrah 'nak. Sehingga peran orang tua sangatlah berperan dalam perkembangan selanjutnya.9

Peran-peran yang dimainkan orang tua dalam menjaga fitrah anak tentunya dnegan pendidikan agama yang baik dan benar. Peran sebagai pelindung atau pengayom, pemotivasi, pengarah, harus dimainkan dalam koridor kefitrahan si anak tersebut, tanpa harus memaksakan kehendak orang tua yang membabi buta. Jika demikian halnya, maka orang tua sebenarnya telah memainkan investasi penting bagi kemandirian si anak kelak.

Setiap orang memiliki takdir sendiri, selain itu setiap orang juga memiliki bakat pembawaan yang dibawanya sejak lahir. Orang tua perlu mencari bakat tersebut sejak dari kecil. Dimulai dari kenakalan saat kecil, seperti suka berbuat yang aneh-aneh, banyak bertanya, suka menggambar, merusak mainan dan sebagainya, maka orang tua dapat mengarahkan dan mengembangkannya menjadi sebuah bakat yang berguna kelak. Dalam konteks sosiologis, maka anak adalah prestisius, yaitu wibawa yang berkenaan dengan prestasi atau kemampuan anak.10

Demikianlah, pendidikan anak merupakan usaha orang tua (pendidikan) terhadap anak (terdidik) dalam rangka membantu melatih,

9 Azis Mustofa, Untaian Mutiara buat Keluarga, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001) him. 64

20

membina dan mengembangkan fitrah dan sumber daya yang ada pada anak sejak kelahiran hingga saat usia balighnya.

Orang tua memiliki beban tanggung jawab yang harus dilaksanakan untuk melaksanakan pendidikan Islam. Tanggung jawab ini dilaksanakan dalam rangka untuk:

a. Memelihara dan membesarkan anak.

b. Melindungi dan menjamin kesamaan jasmani dan rohani.

c. Member pengajaran dalam arti yang luas, sehingga anak memperoleh peluang untuk memiliki pengetahuan dan kecakapan seluas mungkin.

d. Membahagiakan anak baik dunia dan akhirat, sesuai dengan pandangan dan tujuan hidup muslim.11

Dalamkaitannya dengan pendidikan anak, tujun yang hendak dicapai tentu cuup beragam tergantung pada masing-masing pihak orang tua yang mendidiknya. Namun sekalipun berbeda, semua tetap berpegang pada tujuan utama pendidikan agama, yaitu membentuk anak sholeh dan mengharap ridlo- Nya.

Mendidik anak merupakan usaha mengembangkan semua potensi anak dan menyelamatkan aqidah Islamiyah yang dibawanya semenjak lahir. Usaha yang demikian ini semata-mata ikhtiar manusia. Sementara berjalannya takdir,

21

Allah SWT adalah yang berkuasa mutlak untuk menentukan berhasil atau tidaknya ikhtiar manusia.12

Tekanan utama pendidikan keluarga dalam Islam adalah pendidikan akhlak. Pendidikan ini dilakukan dengan jalan melatih anak untuk membiasakan hal-hal yang baik, menghormati kepada kedua orang tua, tingkah laku yang sopan baik ucapan maupun perbuatan. Pendidikan akhlak tidak hanya dikemukakan secara teoritik, namun disertai juga dengan contoh kongkrit.13 Contoh kongkrit disini tentunya dengan keteladanan dari orang tua. Bagaimana perilaku orang tua terhadap anak, terhadap orang lain dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat.

Dalam pendidikan akhlak tersebut, perlakuan orang tua terhadap anak harus dijaga dan diperhatikan. Kebutuhan seperti kebutuhan pokok hidup maupun kebutuhan lainnya. Perlu diketahui juga, bahv/a kebutuhan pokok manusia dibagi atas dua golongan, pertama kebutuhan fisik jasmani dan kedua kebutuhan mental rohani.14 Dua kebutuhan tersebut ibarat dua sayap burung yang saling melengkapi. Dimana manusia tidak akan meraih kebaikan jika keseimbangan dua kebutuhan dimaksud tidak terpenuhi secara baik pula.

a. Kebutuhan fisik jasmaniah

12 Nipan Abdul Halim, op.cit., him. 74

n Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996) cet. 1 him. 108.

14 Zakiah Daradjat, Peran Agama dalam Kesehatan Mental, (Jakarta: Haji Masagung, 1990) cet. X, him. 32.

22 b

Kebutuhan ini merupakan kebutuhan pertama atau disebut juga kebutuhan primer. Seperti makan, minum, seks dan sebagainya, dan merupakan fitrah sejak lahir. Manusia akan berusaha sekuat, tenaga untuk memenuhinya, dan hal ini diakui juga adanya dalam pandangan agama.

b. Kebutuhan mental rohani

Piantara kebutuhan mental rohani adalah sebagai berikut15: 1) Kebutuhan akan agama

Agama dalam kehidupan adalah iman yang diyakini oleh pikiran, diresapkan oleh perasaan dan dilaksanakan dalam tindakan, perbuatan, perkataan dan sifat. Perhatian anak akan agama perlu ditanamkan semenjak lahir, karena pada saat itulah mereka telah dihadapkan pada pengalaman keagamaan yang didapatnya dari keluarga.

2) Kebutuhan kasih sayang

Kasih sayang adalah kebutuhan jiw a yang paling pokok dalam hidup manusia. Anak tidak akan dapat merasakan kasih sayang bila dalam hidupnya mengalami hal-hal berikut:

- Kehilangan rasa pemeliharaan ibu

- Anak merasa tidak diperhatikan atau kurang disayangi

- Toleransi orang tua yang berlebihan

27

“perintahkanlah anak-anakmu mengerjakan shalat di waktu usia mereka meningkat tujuh tahun dan bila perlu pukullah mereka jika enggan mengerjakannya di waktu usia mereka meningkat sepuluh tahun.” 19

Dalam perintah tersebut, tersirat adanya empat hal yang meminta perhatian dari orang tua, selaku pendidik dalam keluarga, yaitu:

1) Kesediaan untuk membimbing

2) Kesediaan untuk melakukan pembiasaan atau perintah

3) Kesediaan dalam memberikan contoh dalam pengamalan ajaran agama

4) Kesediaan memberikan fasilitas

i b. Pendidikan akhlak

Pentingnya pendidikan budi pekerti dan membiasakan anak-anak kepada tingkah laku yang baik sejak kecil harus mendapat perhatian penuh. Artinya bahwa sejak kecil pendidikan budi pekerti wajib dimulai dari keluarga atau rumah. Jangan sampai anak-anak dibiarkan tanpa pendidikan, tanpa bimbingan, dan tanpa petunjuk-petunjuk. Sejak kecil anak harus dibiasakan dengan kebiasaan (budi pekerti) yang baik, demi membentuk karakter sikapnya dikemudian hari.

Kebiasaan-kebiasaaan tersebut akan membentuk sikap tertentu pada anak dan akhirnya akan menjadi bagian dari kepribadiannya. Setelah

28

anak menjadi dewasa diharapkan akan memiliki kesac.aran yang tinggi dan pengertian yang mendalam. Sehingga apa yang dipikirkan, dipilih dan diputuskan, serta dilakukannya adalah berdasarkan keinsafannya sendiri dengan penuh rasa tanggung jawab dan bukan paksaan.'

Islam menyikai hal ini dengan mendahulukan pendidikan akhlak pada pembersihan jiw a dari sifat-sifat yang rendah. Bagi anak-anak mereka dijaga sejak dini agar sifat-sifat yang negative tidak mempengaruhi perkembangan jiwanya. Inilah sikap yang tepat untuk membangun akhlak sejak dini. Dan untuk menumbuhkan kemauan-kemauan perlu dihiasi dengan sifat-sifat yang utama agar meningkat pada derajat yang sempurna.21

Dokumen terkait