• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistematika penulisan penlitian ini terdiri dari lima bab yang saling berkaitan yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

BAB 1 : Merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, tinjauan pustaka, metedo penelitian dan sistematika penulisan. BAB II : Dalam bab ini berisi kajian pustaka yang menjelaskan tentang

pernikahan dan perceraian, faktor penyebab perceraian, konsep perceraian dalam Fiqh dan undang-undang, dan apa itu Badan

14

Penasehatan Pembinaan Dan Pelestarian Perkawinan (Bp4) dan tugas dan tujuan Badan Penasehatan Pembinaan Dan Pelestarian Perkawinan (Bp4).

BAB III : Bab ini berisi tentang hasil penelitian yang dilakukan di KUA Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali, yaitu hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis berupa konsep peran Badan Penasehatan Pembinaan Dan Pelestarian Perkawinan (Bp4) di KUA Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali dalam menekan angka perceraian dan gambaran umum Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali.

BAB IV : Dalam bab ini berisi tentang analisa data, yaitu bagaimana faktor atau kendala yang menghambat, pemecahan masalah dan keberhasilan peran Badan Penasehatan Pembinaan Dan Pelestarian Perkawinan (Bp4) dalam menekan angka perceriaan di kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali.

BAB V : Dalam bab ini berisi penutup yang menjelaskan tentang kesimpulan dan saran. Bagian ahkir terdiri dari daftar pustaka dari riwayat hidup penulis.

15 BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pernikahan

1. Pengertian Pernikahan

Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Tim Redaksi Fokusmedia .200 :1)

Allah berfirman dalam Al-qu‟an surat An-Nuur ayat 32-33

ْاْووْوُكَي ْنِأ ْمُكِئبَمِأو ْمُكِدبَبِع ْهِم َهْىئِحِلَّصلُاَو ْمُكْىِم َئَمَيَلاٌا اْوُحِكِوَأَو

ٌمْ ِلَع ٌ ِ َو ُ ُ َو ِ ِلْ َ ُهِم ُ ُ ُمِ ِىْ ُي َااَ َ ُ

Artinya : Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya dan Allah Maha luas (pemberian-kurnia-Nya) lagi Maha Mengetahui. Pernikahan atau perkawinan dalam literatur fiqh berbahasa Arab disebut dengan dua kata, yaitu nikah dan za’aj. Kedua kata ini yang terpakai dalam kehidupan sehari-hari orang Arab dan banyak terdapat dalam Al-quran dan Hadits Nabi Muhammad SAW. Kata na-ka-ha banyak terdapat dalam Al-quran dengan arti kawin. Secara arti kata nikah berarti bergabung, hubungan kelamin, dan juga berarti akad yang berarti mengadakan perjanjian pernikahan. Dalam pemakaian bahasa sehari-hari perkataan nikah lebih banyak dipakai

16

dalam arti kiasan daripada arti yang sebenarnya jarang sekali dipakai pada saat ini (Muhtar, 1974 :11)

Menurut istilah Hukum Islam, terdapat beberapa definisi, di antaranya

adalah :“Perkawinan menurut syara‟ yaitu akad yang ditetapkan syara‟ untuk

membolehkan bersenang-senang antara laki-laki dengan perempuan dan menghalalkan bersenang-senangnya perempuan dengan laki-laki”. Abu Yahya Zakariya Al-Anshary mendefinisikan :“ Nikah menurut istilah syara’ ialah yang mengandung ketentuan hukum kebolehan hubungan seksual dengan lafaz nikah atau dengan kata-kata yang semakna dengannya”(Ghazaly :8)

Pengertian lain nikah adalah: Mengumpulkan. Menurut syara‟ artinya :

akad yang telah terkenal dan memenuhi rukun-rukun serta syarat (yang telah tertentu) untuk berkumpul.

Firman Allah :

ِءاَسِنْلا َنِم ْمُكَل َب اَط اَم اْوُحِكْنَاف

“Maka nikahilah wanita-wanita yang kami senangai. “(Idris dan

Ahmadi, 1994 : 198)(QS. An-Nisa‟: 3)

Dalam Kompilasi Hukum Islam, pengertian perkawinan dan tujuannya dinyatakan dalam pasal 2 dan 3 sebagai berikut :

Pasal 2 : Perkawinan menurut Hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau mutsaqon ghalizhan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.

Pasal 3 : Perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah.

Sayyid Sabiq, lebih lanjut mengomentari : Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku pada semua makhluk Tuhan, baik pada manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan. Perkawinan merupakan cara yang dipilih

17

Allah sebagai jalan bagi manusia untuk beranak-pinak, berkembang biak, dan melestarikan hidupnya setelah masing-masing pasangan siap melakukan perannya yang positif dalam memwujudkan tujuan perkawinan (Ghazaly :11)

Selain beberapa pengertian diatas juga disebutkan bahwa perkawinan ialah suatu aqad atau perikatan untuk menghalalkan hubungan kelamin antar laki-laki dan perempuan dalam rangka mewujudkan kebahagiaan hidup berkeluarga yang diliputi rasa ketentraman serta kasih sayang dengan cara yang diridhai Allah (Zakiah,darajat. 1995 :38)

2. Prinsip-Prinsip Pernikahan dalam Islam

Ada beberapa prinsip perkawinan menurut agama Islam yang perlu diperhatikan agar perkawinan itu benar-benar berarti dalam hidup manusia melaksanakan tugasnya mengabdi kepada Tuhan.

a. Pilihan jodoh yang tepat.

b. Pernikahan didahului dengan pinangan.

c. Ada ketentuan tentang larangan perkawinan antara laki-laki dan perempuan. d. Pernikahan didasarkan atas suka rela antara pihak-pihak yang bersangkutan. e. Ada persaksian dalam akad nikah.

f. Pernikahan tidak ditentukan untuk waktu tertentu. g. Ada kewajiban membayar maskawin/mahar atas suami. h. Ada kebebasan mengajukan syarat dalam akad nikah. i. Tanggung jawab pimpinan keluarga pada suami.

j. Ada kewajiban bergaul dengan baik dalam kehidupan rumah tangga(Tihami, 2009 :12)

18 3. Rukun Pernikahan.

a. Rukun Pernikahan.

Jumhur ulama sepakat bahwa rukun pernikahan itu terdiri atas. 1) Adanya calon suami dan istri yang akan melakukan perkawinan. 2) Adanya wali dari pihak calon pengantin wanita.

Akad nikah akan dianggap sah apabila ada seorang wali atau wakilnya yang akan menikahkannya.

3) Adanya dua orang saksi.

4) Sighat akad nikah, yaitu ijab kabul yang diucapkan oleh wali atau wakilnya dari pihak wanita, dan dijawab oleh calon pengantin laki-laki (Ghazaly,2006 : 48)

4. Tujuan Pernikahan

Tujuan perkawinan menurut agama Islam ialah untuk memenuhi petunjuk agma dalam rangka mendirikan keluarga yang harmonis, sejahtera dan bahagia. Harmonis dalam menggunakan hak dan kewajiban anggotan keluarga, sejahtera artinya terciptanya ketenangan lahir dan batin disebabkan terpenuhinya keperluan hidup lahir dan bathinyanya sehingga timbullah kebhagiannya, yakni kasih sayang antar anggota keluarga(Zakiah, darajat .1995:48)

Lima (5) tujuan perkawinan menurut Zakiah Daradjat : a. Mendapatkan dan melangsungkan keturunan

19

b. Memenuhi hajat manusia menyalurkan syahwat dan menumpahkan kasih sayang.

c. Memenuhi panggilan agama; memelihara diri dari kejahatan dan kerusakan.

d. Menumbuhkan kesungguhan untuk bertanggung jawab menerima hak dan kewajiban, serta bersungguh-sungguh untuk memperoleh harta kekayaan yang halal

e. Membangun rumah tangga untuk membentuk masyarakat yang tenteram atas dasar cinta dan kasih sayang (Zakiyah,darajar .1995 :49)