• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Badab Penasehatan, Pembinaan, dan Pelestarian perkawinan (BP4) dalam Menekan Angka Perceraian (Studi Kasus di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Karanggede) - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Peran Badab Penasehatan, Pembinaan, dan Pelestarian perkawinan (BP4) dalam Menekan Angka Perceraian (Studi Kasus di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Karanggede) - Test Repository"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERAN BADAN PENASEHATAN PEMBINAAN DAN PELESTARIAN PERKAWINAN (BP4) DALAM MENEKAN ANGKA PERCERAIAN

(STUDI DI KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) KECAMATAN KARANGGEDE KABUPATEN BOYOLALI)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Disusun oleh AHMAD WIJAYA

211 11 027

JURUSAN AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi

MOTTO

Belajar Untuk Kemudian Mengabdi Dan Bermanfaat

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini peneliti persembahkan untuk:

 Orang tua peneliti, Bapak Sumyani dan Ibu Endang Sri Rahayu

 Saudara peneliti, Mas Abdul Wahib, Mas M. Syafii Hazami, Adhek Laila Rahmawati.

 Dosen-dosen di IAIN Salatiga khususnya dosen-dosen di lingkungan Fakultas Syariah

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Alhamdulillahi robbil’aalamiin, segala puji dan syukur kami panjatkan

atas kehadiran Allah swt yang telah memberikan taufiq sertahidayah-Nya yang tiada terhingga, sehingga peneliti dapat menyelesaikanskripsi ini dengan judul

“Peran Badab Penasehatan, Pembinaan, dan Pelestarian perkawinan (BP4) dalam

Menekan Angka Perceraian (Studi Kasus di KUA Kecamatan Karanggede)”. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw, kepada keluarga, sahabat-sahabatnya, serta parapengikutnya yang setia. Beliaulah sebagai rasul utusan Allahuntuk membimbing umat manusia dari zaman jahiliyah sampai pada zamanyang modern ini.Beliau juga lah yang selalu menjadi inspirasi dalam langkah-langkah kita.

Alhamdulillah berkat kerja keras serta dukungan dari berbagai pihak, skripsi yang peneliti susun ini dapat terselesaikan tanpa ada suatu halangan apapun. Tentunya dalam skripsi ini pun tidak akan dapat terselesaikan dengan sempurna tanpabantuan dari berbagai pihak yang telah berkenan membantu peneliti. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga. 2. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag selaku Dekan Fakultas Syariah.

(9)
(10)

x ABSRTAK

Wijaya, Ahmad. Peran Badab Penasehatan, Pembinaan, dan Pelestarian perkawinan (BP4) dalam Menekan Angka Perceraian (Studi Kasus di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Karanggede). Skripsi. Jurusan Syariah. Jurusan Ahwal Al-Syakhsiyyah. Fakultas Syari‟ah. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing Heni Satar Nurhaida, M.Si.

Kata Kunci: Peran, BP4, Perceraian, KUA.

Skripsi yang peneliti tulis ini berusaha mengungkap Badan penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) merupakan lembaga semi resmi yang bertugas membantu Departemen Agama dalam meningkatkan mutu perkawinan dengan mengembangkan gerakan keluarga sakinah dan pendidikan agama di lingkungan keluarga dan penasehatan tentang masalah perkawinan kepada masyarakat. BP4 mempunyai tujuan mempertinggi mutu perkawinan guna mewujudkan keluarga sakinah menuju ajaran Islam untuk mencapai masyarakat dan bangsa Indonesia yang maju, mandiri, sejahtera, materiil dan spriritual. Berangkat dari hal-hal tersebut, peneliti membahas pada dua fokus masalah dalam skripsi ini, yaitu Bagaimana peran BP4 dalam menekan angka perceraian di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali? Serta kendala apa saja yang dihadapi oleh BP4 dalam memberikan penyuluhan untuk menekan angka perceraian ?

Melalui penelitian kualitatif, peneliti mengungkap fokus permasalahan diatas. Dengan metode tersebut peneliti langsung melakukan observasi lapangan untuk melihat secara langsung pelaksanaan penyuluhan di KUA tersebut. Selain itu, untuk menambah data peneliti juga melakukan wawancara kepada berbagai narasumber sesuai dengan data yang dibutuhkan. Peneliti juga menggunakan data serta dokumentasi yang ada pada KUA Kecamatan Karanggede untuk melengkapi data yang peneliti butuhkan. Dan untuk menguji hasil temuan data tersebut maka peneliti mengadakan analisis data dengan menggunakan kerangka teoritik yang peneliti buat.

Hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa peran yang dilakukan oleh pihak BP4 KUA Kecamatan Karanggede dalam menekan angka perceraian adalah melalui langkah-langkah sebagai berikut seperti penasehatan yang dilakukan oleh Tokoh Agama, Pemerintah Desa, dan Puskesmas, kemudian juga pembinaan dan pelestarian. Kendala yang dihadapi oleh BP4 dalam melaksanakan program kerjanya adalah sebagai berikut kendala dari segi Sumber Daya Manusia (SDM) BP4, Rendahnya anggaran dana yang diberikan kepada KUA Kecamatan Karanggede dibanding volume tugasnya, serta rendahnya alat penunjang berupa sarana dan prasarana yang diberikan oleh pemerintah, seperti kurangnya komputer dan peralatan administrasi lain yang dapat menunjang kinerja BP4.

(11)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……….

LEMBAR BERLOGO ……..………....

NOTA PEMBIMBING …………..…..……….

LEMBAR PENGESAHAN KELULUSAN………..

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .………

(12)

xii

4. Sumber Data ………. 5. Prosedur Pengumpulan Data ... 6. Analisis Data ... G. Tinjauan Pustaka………... H. Sistematika Penulisan .………...

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pernikahan

1. Pengertian Pernikahan ………. 2. Prinsip-Prinsip Pernikahan Dalam Islam ……… 3. Rukun Pernikahan ………... 4. Akibat-Akibat Dari Perceraian ……… C. Badan Penasehatan, Pembinaan, Dan Pelestarian Perkawinan

(BP4)

1. Sejarah Berdirinya BP4 ………... 2. Pengertian Umum BP4 ……… 3. Pengertian Pembinaan ………. 4. Usaha dan kegiatan BP4 ………..

(13)

xiii

5. Visi dan Misi BP4……… 6. Tujuan BP4 ……….. 7. Peranan BP4 Dalam Upaya Penyelesaian Perselisihan

Perkawinan ………..

8. Susunan Organisasi BP4 ………. 9. Pengurus Organisasi BP4 ………

BAB III HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum KUA Kecamatan Karanggede

1. Sejarah Berdirinya KUA Kecamatan Karanggede ………….. 2. Landasan Hukum KUA Kecamatan Karanggede ……… 3. Struktur Organisasi KUA Kecamatan Karanggede …………. 4. Tugas dan wewenang KUA Kecamatan Karanggede ………. 5. Rancangan dan Strategi KUA Kecamatan Karanggede …….. 6. Data Pernikahan, Rujuk, Cerai, dan Talak Tahun 2004-2015

di KUA Kecamatan Karanggede ………

7. Sarana dan Prasarana KUA Kecamatan Karanggede ……….. B. Badan Penasehatan, Pembinaan, Dan Pelestarian Perkawina

(BP4)

1. Sejarah BP4 di KUA Kecamatan Karanggede ……… 2. Landasan Hukum ………. 3. Struktur Organisasi BP4 ………. 4. Tugas dan Wewenang BP4 ………

(14)

xiv

5. Upaya BP4 Kecamatan Karanggede Dalam Menekan angka

Perceraian ………

6. Program-Program BP4 Dalam Menekan Angka Perceraian 7. Metode Pembinaan Yang Dilakukan oleh BP4 ……….. 8. Kendala-Kendal Yang Dihadapi BP4 ………

BAB IV ANALISIS

A. Peran Badan Penasehatan, Pembinaan, Dan Pelestarian Perkawina (BP4) Dalam Menekan Angka Perceraian Di Kua Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali

1. Penasehatan Perkawinan ………. 2. Pembinaan Perkawinan ………... 3. Pelestarian Perkawinan ………. B. Analisis Terhadap Kendala BP4 dalam Mencegah Terjadinya

(15)

xv

DAFTAR PUSTAKA ..……….

LAMPIRAN

(16)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Terbentuknya keluarga yang kokoh merupakan syarat penting bagi kesejahteraan masyarakat, berkaitan dengan itu haruslah diakui pula pentingnya langkah persiapan untuk membentuk sebuah keluarga. Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Oleh karena itu pengertian perkawinan dalam ajaran agama Islam mempunyai nilai ibadah, sehingga Pasal 2 Kompilasi Hukum Islam menegaskan bahwa perkawinan adalah akad yang sangat kuat (mitsqan ghalidhan) untuk menaati perintah Allah, dan melaksanakannya merupakan ibadah ( Zainudin, 2006:7).

(17)

2

Dalam kehidupan berumah tangga, wajar-wajar saja suami dengan isteri mengalami perselisihan karena berbagai masalah yang mereka hadapi. Sering dikatakan bahwa perselisihan dalam keluarga merupakan bumbu penyedap, asal dapat di kelola dengan baik. Perselisihan suami dengan isteri, bisa berupa masalah prinsip, perbedaan sikap mendasar dan watak yang sudah mendarah daging, atau karena hanya persolan-persolan sepele yang tidak berarti. Manakala perselisihan atau konflik dalam rumah tangga tersebut tidak di kelola secara baik, berkecenderungan akan mengalami percekcokan, kegersangan hidup rumah tangga dan tidak jarang pada akhirnya memuncak pada terjadinya perceraian.(Redaksi Ayah Bunda, 2002: 36)

Sungguh tragis pada awalnya pernikahan itu diawali dengan berbagai impian manis dan harus berujung perceraian, yang kebanyakan penyebabnya hanyalah masalah salah paham atau masalah kecil saja. Melihat dan mencermati masalah-masalah perceraian maka diperlukan suatu pencegahan, untuk itu dibutuhkan suatu peran dari Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) dalam menanggulangi kasus percerian tersebut khususnya di daerah Karanggede Kabupaten Boyolali dengan daftar peristiwa nikah dan talak yang terjadi pada bulan januari sampai desember 2015, jumlah pernikahan yang terjadi pada tahun 2015 adalah 411 pernikahan dan perceraian sebanyak 46 kasus perceraian. Melihat banyaknya perceraian maka di perlukan suatu pembinaan keagamanan.

(18)

3

atau penyempurnaan atau usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik.

Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) merupakan lembaga semi resmi yang bertugas membantu Departemen Agama dalam meningkatkan mutu perkawinan dengan mengembangkan gerakan keluarga sakinah dan pendidikan agama di lingkungan keluarga dan penasehatan tentang masalah perkawinan kepada masyarakat. Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) mempunyai tujuan mempertinggi mutu perkawinan guna mewujudkan keluarga sakinah menuju ajaran Islam untuk mencapai masyarakat dan bangsa Indonesia yang maju, mandiri, sejahtera, materiil dan spiritual.

Sedangkan istilah keagamaan berasal dari kata “agama” yang

mendapatkan imbuhan ke-an, dimaksudkan untuk menjelaskan hal-hal tentang agama. Yang dimaksud agama disini adalah agama Islam. Pada dasarnya percerain itu dalam Islam adalah hal yang dibenci Allah akan tetapi diperbolehkan, untuk itu lebih baik kita semua sebagai umat muslim lebih baik menghindari hal yang dibenci Allah.

(19)

4

PERCERAIAN (STUDI DI KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) KECAMATAN KARANGGEDE KABUPATEN BOYOLALI).

B. Rumusan Masalah

Sebagai pokok permasalahan yang berangkat dari latar belakang masalah, maka penulis mengambil beberapa hal yang dijadikan sebagai rumusan masalah atau fokus dalam penelitian, adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana peran Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinann (BP4) dalam menekan angka perceraian di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali?

2. Kendala apa saja yang dihadapi oleh Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) dalam memberikan penyuluhan untuk menekan angka perceraian di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali.

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui Bagaimana peran Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinann (BP4) dalam menekan angka perceraian di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali?

(20)

5 D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan yang hendak dicapai dari penelitihan ini antara lain : 1. Pembaca dapat mengetahui konsep Badan Penasehatan Pembinaan dan

Pelestarian Perkawinan (BP4) dalam menekan angka perceraian di Kantor Agama Islam (KUA) Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali.

2. Pembaca dapat mengetahui Kendala apa saja yang dihadapi oleh Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) dalam memberikan pembinaan untuk menekan angka perceraian di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Karnggede Kabupaten Boyolali.

E. Penegasan Istilah

Agar di dalam penelitian ini tidak terjadi penafsiran yang berbeda dengan maksud penulis, maka penulis akan menjelaskan istilah di dalam judul ini. Istilah yang perlu penulis jelaskan adalah :

1. Peran

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia peran adalah seperangkat tingkat yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat ( Departemen pendidikan dan kebudayaan .1988 :667). Pengertian lain peran menurut Soeryono Soekanto, peran dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat (Suryono Soekanto. 1998 : 667). 2. Penasehatan

(21)

6

penulis adalah upaya seseorang atau lembaga untuk memberikan nasehat kepada masyarakat dalam membina rumah tangga yang sakinah.

3. Pembinaan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pembinaan adalah a) proses, cara, perbuatan, membina (negara dan sebagaianya) b) Pembaruan atau penyempurnaan.

c) Usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik.

Sedangkan yang dimaksud oleh penulis adalah orang yang memberikan pendidikan, pembinaan dan penerangan kepada masyarakat tentang Agama Islam, khususnya dalam kasus yang penulis bahas adalah pembinaan dalam perceraian.

4. Pelestariaan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pelestariaan adalah a) Proses, cara , perbuatan melestariakan.

b) Perlindungan dari kemusnahan atau perusakan, pengawetan atau konservasi.

c) Menjadikan (membiarkan) tetap tidak berubah, membiarkan tetap dengan keadaan semula, mempertahankan kelangsungan hodup dan sebagainya (http://Kbbi.web.id. Lestari. 2012/2016)

(22)

7

pelestarian masyarakat tentang pentingnya menjaga keharmonisan dalam berkeluarga dan menekan angka perceraian.

5. Perkawinaan

Ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Zainudin, 2006 : 7).

6. Perceraian

Berahkirnya suatu pernikahan, saat kedua pasangan tak ingin melanjutkan kehidupan pernikahannya, mereka bisa meminta pemerintah untuk dipisahkan (Wikipedia bahasa Indonesia).

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

(23)

8

Pelestarian Perkawinan (BP4) dalam menekan angka perceraian di Kantor Urusan Agama (KUA ) di Karanggede.

Karena semua itu bisa diketahui dengan penulis harus terjun langsung kelapangan guna mengadakan penelitian pada obyek yang dibahas (Mukhtar, 2007:29), sehingga data yang diperoleh bisa bervariasi, akurat dan lengkap.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitihan Kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi lainnya (Meleong, 2008 :6). 2. Kehadiran Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti hadir dalam lokasi guna memperoleh data. Selain itu penulis juga harus membaur dengan obyek penelitian dan juga berperan dan berpartisipi dalam seluruh rangkain Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) dalam mencegah perceraian, dengan tujuan penulis mendapatkan data yang akurat. Kehadiran penulis sebagai peneliti diketahui statusnya sebagai peneliti.

3. Lokasi Penelitian

(24)

9 4. Sumber Data

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dari proses penelitian, penulis menggunakan obyek penelitian berupa informan. Sedangkan untuk mendapatkan informan tersebut penulis harus terjun di KUA Karanggede Kabupaten Boyolali. Baik itu dari pegawai Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) maupun pasangan pasutri yang bercerai.

5. Prosedur Pengumpulan Data a. Observasi

Yaitu metode pengumpulan data dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara langsung dengan sistematika terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki (Arikunto, 1987:128). Oleh karena itu peneliti harus terjun langsung di KUA Karanggede Kabupaten Boyolali agar bisa mengamati kinerja dari Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) dalam melakukan pembinaan guna menekan angka perceraian dan observasi dalam lingkungan masyarakat tersebut.

b. Wawancara

(25)

10 c. Dokumentasi

Mencari data mengenai beberapa hal, baik berupa catatan dan data dari Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) di Kantor Urusan Agama (KUA) dan para suami isteri Pasutri yang dimintai keterangan mengenai perceraian. Metode ini digunakan sebagai salah satu pelengkap dalam memperoleh data.

d. Studi Pustaka

Studi pustaka yaitu peneliti yang mencari data dari bahan-bahan tertulis (M. Amirin, 1990:135) berupa catatan, buku-buku, surat kabar, makalah dan sebagainya.

6. Analisis Data

Menganalisa data artinya, menguraikan data, menjelaskan data, sehingga dari data-data tersebut dapat ditarik pengertian-pengertian yang kemudian dipahami sehingga menghasilkan sebuah kesimpulan. Dalam penelitian ini penulis menentukan bentuk analisa terhadap data-data tersebut, antara lain dengan metode:

a. Deskriptif

(26)

11 b. Kualitatif

Adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan terhadap manusia pada kawasan sendiri berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasa(Meleong, 2003:3). Penulis menggunakan metode ini untuk memperoleh data dengan cara membaur dalam masyarakat dan melakukan pengamatan langsung pada masyarakat Karanggede.

G. Tinjauan Pustaka

Penelitian tentang peran Badan Penasehatan Pembinaan Dan Pelestarian Perkawinan (Bp4) dalam menekan angka perceraain (studi Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali telah dilakukan oleh :

(27)

12

adalah: a) Itikad baikpasangan suami istri, b) Lingkungan sosial yang mendukung c) Peningkatan kualitas mediator, d) Keterbukaan klien. Sedangkan faktor penghambat mediasi adalah: a) Tidak ingin masalah diketahui orang lain, b) Ketidakperdulian masing-masing pihak (suami istri), c) Masalah yang diadukan sudah terlalu berat, d) Faktor psikologis, e) Faktor biaya (Nurlia,2013)

(28)

13

Dari kajian sebelumnya hanya fokus pada bagaimana peran Badan Penasehatan Pembinaan Dan Pelestarian Perkawinan (Bp4) Dalam Mencegah Kasus Perceraian tersebut di Jakarta yang dilakukan oleh Nurfia dan Depok yang dilakukan oleh Rifki yang ahkirnya dalam penelitiannya menghasilkan kesimpulan yang berbeda-beda, oleh karena itu penulis bermaksud untuk mengkaji lebih dalam lagi tentang pencegahan peristiwa perceraian yang terjadi di Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali yang dilakukan oleh Badan Penasehatan Pembinaan Dan Pelestarian Perkawinan (Bp4). Fokus penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam penelitiannya adalah bagaimana peran Badan Penasehatan Pembinaan Dan Pelestarian Perkawinan (Bp4) dalam menekan angka perceraian dan apa sja kendala yang menghambat peran Badan Penasehatan Pembinaan Dan Pelestarian Perkawinan (Bp4) dalam melakukan penekanan angka perceraian di Kecamatan Karanggede.

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan penlitian ini terdiri dari lima bab yang saling berkaitan yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

BAB 1 : Merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, tinjauan pustaka, metedo penelitian dan sistematika penulisan. BAB II : Dalam bab ini berisi kajian pustaka yang menjelaskan tentang

(29)

14

Penasehatan Pembinaan Dan Pelestarian Perkawinan (Bp4) dan tugas dan tujuan Badan Penasehatan Pembinaan Dan Pelestarian Perkawinan (Bp4).

BAB III : Bab ini berisi tentang hasil penelitian yang dilakukan di KUA Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali, yaitu hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis berupa konsep peran Badan Penasehatan Pembinaan Dan Pelestarian Perkawinan (Bp4) di KUA Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali dalam menekan angka perceraian dan gambaran umum Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali.

BAB IV : Dalam bab ini berisi tentang analisa data, yaitu bagaimana faktor atau kendala yang menghambat, pemecahan masalah dan keberhasilan peran Badan Penasehatan Pembinaan Dan Pelestarian Perkawinan (Bp4) dalam menekan angka perceriaan di kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali.

(30)

15 BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pernikahan

1. Pengertian Pernikahan

Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Tim Redaksi Fokusmedia .200 :1)

Allah berfirman dalam Al-qu‟an surat An-Nuur ayat 32-33

ْاْووْوُكَي ْنِأ ْمُكِئبَمِأو ْمُكِدبَبِع ْهِم َهْىئِحِلَّصلُاَو ْمُكْىِم َئَمَيَلاٌا اْوُحِكِوَأَو

ٌمْ ِلَع ٌ ِ َو ُ ُ َو ِ ِلْ َ ُهِم ُ ُ ُمِ ِىْ ُي َااَ َ ُ

(31)

16

dalam arti kiasan daripada arti yang sebenarnya jarang sekali dipakai pada saat ini (Muhtar, 1974 :11)

Menurut istilah Hukum Islam, terdapat beberapa definisi, di antaranya

adalah :“Perkawinan menurut syara‟ yaitu akad yang ditetapkan syara‟ untuk

membolehkan bersenang-senang antara laki-laki dengan perempuan dan menghalalkan bersenang-senangnya perempuan dengan laki-laki”. Abu Yahya Zakariya Al-Anshary mendefinisikan :“ Nikah menurut istilah syara’ ialah yang mengandung ketentuan hukum kebolehan hubungan seksual dengan lafaz nikah atau dengan kata-kata yang semakna dengannya”(Ghazaly :8)

Pengertian lain nikah adalah: Mengumpulkan. Menurut syara‟ artinya :

akad yang telah terkenal dan memenuhi rukun-rukun serta syarat (yang telah tertentu) untuk berkumpul.

Firman Allah :

ِءاَسِنْلا َنِم ْمُكَل َب اَط اَم اْوُحِكْنَاف

“Maka nikahilah wanita-wanita yang kami senangai. “(Idris dan Ahmadi, 1994 : 198)(QS. An-Nisa‟: 3)

Dalam Kompilasi Hukum Islam, pengertian perkawinan dan tujuannya dinyatakan dalam pasal 2 dan 3 sebagai berikut :

Pasal 2 : Perkawinan menurut Hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau mutsaqon ghalizhan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.

Pasal 3 : Perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah.

(32)

17

Allah sebagai jalan bagi manusia untuk beranak-pinak, berkembang biak, dan melestarikan hidupnya setelah masing-masing pasangan siap melakukan perannya yang positif dalam memwujudkan tujuan perkawinan (Ghazaly :11)

Selain beberapa pengertian diatas juga disebutkan bahwa perkawinan ialah suatu aqad atau perikatan untuk menghalalkan hubungan kelamin antar laki-laki dan perempuan dalam rangka mewujudkan kebahagiaan hidup berkeluarga yang diliputi rasa ketentraman serta kasih sayang dengan cara yang diridhai Allah (Zakiah,darajat. 1995 :38)

2. Prinsip-Prinsip Pernikahan dalam Islam

Ada beberapa prinsip perkawinan menurut agama Islam yang perlu diperhatikan agar perkawinan itu benar-benar berarti dalam hidup manusia melaksanakan tugasnya mengabdi kepada Tuhan.

a. Pilihan jodoh yang tepat.

b. Pernikahan didahului dengan pinangan.

c. Ada ketentuan tentang larangan perkawinan antara laki-laki dan perempuan. d. Pernikahan didasarkan atas suka rela antara pihak-pihak yang bersangkutan. e. Ada persaksian dalam akad nikah.

f. Pernikahan tidak ditentukan untuk waktu tertentu. g. Ada kewajiban membayar maskawin/mahar atas suami. h. Ada kebebasan mengajukan syarat dalam akad nikah. i. Tanggung jawab pimpinan keluarga pada suami.

(33)

18 3. Rukun Pernikahan.

a. Rukun Pernikahan.

Jumhur ulama sepakat bahwa rukun pernikahan itu terdiri atas. 1) Adanya calon suami dan istri yang akan melakukan perkawinan. 2) Adanya wali dari pihak calon pengantin wanita.

Akad nikah akan dianggap sah apabila ada seorang wali atau wakilnya yang akan menikahkannya.

3) Adanya dua orang saksi.

4) Sighat akad nikah, yaitu ijab kabul yang diucapkan oleh wali atau wakilnya dari pihak wanita, dan dijawab oleh calon pengantin laki-laki (Ghazaly,2006 : 48)

4. Tujuan Pernikahan

Tujuan perkawinan menurut agama Islam ialah untuk memenuhi petunjuk agma dalam rangka mendirikan keluarga yang harmonis, sejahtera dan bahagia. Harmonis dalam menggunakan hak dan kewajiban anggotan keluarga, sejahtera artinya terciptanya ketenangan lahir dan batin disebabkan terpenuhinya keperluan hidup lahir dan bathinyanya sehingga timbullah kebhagiannya, yakni kasih sayang antar anggota keluarga(Zakiah, darajat .1995:48)

(34)

19

b. Memenuhi hajat manusia menyalurkan syahwat dan menumpahkan kasih sayang.

c. Memenuhi panggilan agama; memelihara diri dari kejahatan dan kerusakan.

d. Menumbuhkan kesungguhan untuk bertanggung jawab menerima hak dan kewajiban, serta bersungguh-sungguh untuk memperoleh harta kekayaan yang halal

e. Membangun rumah tangga untuk membentuk masyarakat yang tenteram atas dasar cinta dan kasih sayang (Zakiyah,darajar .1995 :49)

B. Perceraian/Talak

1. Pengertian Perceraian

Perceraian merupakan salah satu sebab putusnya perkawinan. UU perkawinan menyebutkan adanya 16 hal penyebab perceraian. Penyebab perceraian tersebut lebih dipertegas dalam rujukan Pengadilan Agma, yaitu Kompilasi Hukum Islam (KHI), dimana yang pertama adalah melanggar hak dan kewajiban. Cerai dalam kamus diartikan sebagai pisah, putus hubungan suami-istri atau lepasnya ikatan perkawinan. Namun menurut hukum cerai ini harus berdasarkan pada aturan hukum yang berlaku (Bahari, 2012. 12)

Islam menyebut perceraian dengan sebutan “Talak”, talak berasal dari

(35)

Al-20

Jaziri, talak ialah : “ Talak ialah menghilangkan ikatan perkawinan atau

mengurangi pelepasan ikatannya dengan mengunakan , perceraian, dan kata

tertentu”. Sedangkan menurut Abu Zakaria Al-Ashari, talak ialah: “melepaskan

tali akad nikah dengan kata dan yang semacamnya”. Jadi talak adalah

menghilangkan ikatan perkawinan sehingga setelah hilangnya ikatan

perkawinan itu istri tidak lagi halal bagi suaminya” (Tihami & Sahrani,

2002:17)

2. Macam-Macam Cerai

Perkawinan dapat putus karena kematian, perceraian, dan atas putusan pengadilan. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan mengenal 2 (dua) jenis gugatan perceraian, yakni :

a. Cerai Talak, yaitu cerai khusus bagi yang beragama Islam, di mana suami (pemohon) mengajukan permohonan kepada Pengadilan Agama untuk memperoleh izin untuk menjatuhkan talak kepada istri. Berdasarkan agama Islam, cerai dapat dilakukan oleh suami dengan mengikrarkan talak kepada istri, namun agar sah secara hukum suami mengajukan permohonan menjatuhkan ikrar talak terhadap termohon di hadapan Pengadilan Agama.

(36)

21

Berdasarkan data yang ada, cerai gugat di Indonesia mencapai 70% dari gugatan cerai yang diajukan ke Pengadilan Agama( Bahari. 2012. 17)

3. Alasan-Alasan Bercerai

Terdapat berbagai alasan yang dapat mendasari pasangan suami istri untuk bercerai. Tentu saja alasan-alasan ini diajukan sebagai dasar pada saat istri mengajukan gugatan cerai atau suami mengajukan permohonan talak di Pengadilan Agama. Alasan-alasan ini diatur dalam Pasal 116 Kompilasi Hukum Islam dan Pasal 19 PP Nomor 9 Tahun 1975, yakni sebagai berikut : 1) Suami/istri berbuat zina, pemabuk, pemadat, penjudi yang susah

disembuhkan.

2) Salah satu pihak meninggalkan yang lain selama 2 (dua) tahun berturut-turut tanpa ada izin atau alasan yang jelas dan benar, artinya dengan sadar dan sengaja meninggalkan pasanganya.

3) Salah satu pihak dihukum penjara selama 5 (lima) tahun atau lebih setelah perkawinan dilangsungkan.

4) Salah satu pihak bertindak kejam dan suka menganiaya pasangannya. 5) Salah satu pihak tak dapat menjalankan kewajibanya sebagai suami/istri

karena cacat badan atau penyakit yang dideritanya.

6) Terjadi perselisihan dan pertengkaran terus-menerus tanpa kemungkinan untuk rukun kembali.

(37)

22

8) Salah satu pihak beralih agama atau murtad yang mengakibatkan ketidak harmonisan dalam keluarga dan tidak bisa hidup rukun.

Pembatasan pada alasan-alasan terjadinya/dikabulkannya suatu perceraian sebagaimana diatur pasal tersebut sejalan dengan prinsip UU No. 1 Tahun 1974 yang mempersulit terjadinya perceraian karena tujuan perkawinan yang dikehendaki para penyusun UU No. 1 Tahun 1974 adalah untuk membentuk keluarga yang bahagia kekal dan sejahtera (Bahrani. 2012. 21) 4. Akibat-Akibat Dari Perceraian

a. Dampak/akibat perceraian bagi seorang (mantan) istri di antaranya sebagai berikut :

1) Istri yang dicerai talak oleh suaminya berhak mendapatkan nafkah

iddah (waktu tunggu) dan mut‟ah (hadiah dari mantan suami). Nafkah

iddah adalah pemberian nafkah dari (mantan) suami kepada (mantan) istrinya selama 3 bulan berturut-turut selama masa tunggu setelah

diucapkanya talak oleh mantan suami. Sedangakan mut‟ah adalah

kado terahkir dari (mantan) suami kepada mantan istri sebagai akibat

dari adanya perceraian. Mut‟ah berupa benda/perhiasan ataupun uang.

2) Pada umumnya mantan istri mendapatkan hak pemeliharaan anak bila anak belum berumur 12 tahun ke atas (belum baligh/mummayiz) dengan berdasarkan putusan hakim di pengadilan.

(38)

23

tidaklah termasuk di hitung harta bersama yang dibagi dua karena harta warisan tetap dimiliki oleh masing-masing.

b. Dampak/akibat perceraian bagi seorang (mantan) suami di antaranya sebagai berikut :

1) Suami yang digugat cerai istrinya. Maka suami tidak berhak

meberikan nafkah iddah dan mut‟ah.

2) Mantan suami tetap wajib membiayai dan menafkahi anaknya untuk kepentingan kehidupannya sehari-hari dan biaya pendidikannya. Inilah yang disebut dengan kewajiban alimentasi.

3) Mantan suami juga berhak mendapatkan bagiannya pada harta gono-gini yakni setengah dari hartanya bersamanya (Bahari .2012 .hal.21-22)

C. Badan Penasehataan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4)

1. Sejarah Berdirinya Badan Penasehataan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (Bp4)

Kementerian agama (yang kemudian dirubah dirubah menjadi departemen Agama ) dibentuk di Indonesia oleh pemerintah Indonesia menjelang usia 5 bulan kemerdekaan Republik Indonesia, tepatnya tanggal 3 januari 1946.Tugas pokok kementerian agama sebagaimana dijelaskan oleh Menteri Agama yang pertama Bapak H.M .Rasyidi sebagai berikut :

”Pemerintah Republik Indonesia mengadakan kementerian Agama tersendiri

(39)

24

untuk memeluk agama masing-masing dan untuk beribadat menurut

agamanya dan kepercayaannya itu.”

Salah satu tugas kementerian Agama pada saat itu adalah untuk melaksanakan Undang-undang nomor 22 tahun 1946 tentang pengawasan dan pencatatan Nikah, Talak dan Rujuk yang dilakukan menurut agama Islam.

Tugas kementerian Agama sebagaimana tercantum dalam undang-undang tersebut diatas adalah hanya mengawasi dan mencatat peristiwa pernikahan, talak, dan rujuk, tidak termasuk bagaimana upaya untuk memelihara dan merawat dan menjaga kelestarian pernikahan yang telah dilaksanakan oleh masyarakat, sehingga hal itu terserah pasangan masing-masing bagaimana caranya melakukan hal tersebut.Dengan kata lain bahwa kementerian agama (Departemen Agama ) tidak mempunyai tugas langsung untuk menangani dan memberikan jalan keluar kasus-kasus yang terjadi dalam keluarga.

(40)

25

Bandung, dan di Yogyakarta yang kemudian dipersatukan menjadi Badan penasehat perkawinan dan penyelesaian perceraian (BP4). Pada kesempatan konperensi Dinas Departemen Agama ke VII tanggal 25 s.d 30 januari 1961 di Cipayung diumumkan bahwa BP4 yang bersifat nasional telah berdiri pada tanggal 3 januari 1960 dan sejak saat itulah berlaku Anggaran Dasar dan dan anggaran Rumah tangga yang baru.Tujuan didirikannya BP4 adalah untuk mempertinggi kualitas perkawinan, mencegah perceraian sewenang-wenang dan mewujudkan rumah tangga yang bahagia sejahtera menurut tuntunan agama islam.

Berdasarkan keputusan Menteri Agama RI Nomor 85 tahun 1961 ditetepakanlah bahwa BP4 sebagai satu-satunya badan yang bergerak dalam bidang penasehatan perkawinan, talak dan rujuk dan upaya untuk mengurangi angka perceraian yang terjadi di Indonesia .Keputusan menteri agama tersebut kemudian diperkuat dengan keputusan Menteri Agama No; 30 tahun 1977 tentang penegasan Pengakuan BP4 pusat, dan dengan KMA tersebut kepanjangan BP4 dirubah menjadi Badan penasehatan Perkawinan, perselisihan dan perceraian sampai dengan sekarang .(Direktur Urais, DR. H . Ahmad Sutarmadi, Amal bakti Juni-juli 1997, hal 21-22)

2. Pengertian Umum Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestariaan Perkawinaan (BP4)

(41)

26

mawaddah warahmah. Pada tahun 1950-1954 dilakukan penilaian terhadap statistik Nikah, Talak dan Rujuk (NTR) di seluruh Indonesia dan ditemukan fakta-fakta yang menunjukkan labilnya perkawinan mencapai 60-70%. Hal tersebut terjadi karena petugas NTR hanya 15 yang mengawasi dan mencatat pernikahan, sedangkan pemeliharaan dan perawatan selanjutnya diserahkan kepada suami istri. Bukanlah tugas Departemen Agama untuk menyelesaikan kasus krisis perkawinan rumah tangga, hal tersebut mengakibatkan tingginya angka perceraian dan banyak diantaranya yang sewenang-wenang, dalam hal ini hanya wanita yang menderita (Rudisantoso/ Desember 30,2013)

Badan Penasehatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) terbentuk karena belum efektifnya peran Pengadilan Agama dalam mempersukar terjadinya perceraian atau dalam arti mengurangi terjadinya perceraian. Namun, mereka selangkah lebih berhasil dalam memberikan konsultasi pada kesulitan-kesulitan perkawinan dari pada pejabat NTR Jadi, pada dasarnya Badan Penasehatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) itu dibentuk karena meningkatnya angka perceraian dan labilnya perkawinan yang disebabkan oleh kurangnya berperanya petugas NTR dalam kasus percerian dan kurang efektifnya Pengadilan Agama dalam mempersulit terjadinya perceraian.

(42)

27

Perceraian), sebagai sebuah organisasi masyarakat yang bergerak dibidang usaha mengurangi perceraian, mempertinggi nilai perkawinan dengan jalan memberikan nasihat bagi 16 mereka yang mengalami krisis. Usaha-usaha yang dilakukan P-4 ini berpengaruh luas ke daerah-daerah lainnya yang ada di Indonesia.

Pada tanggal 3 Oktober 1954 di Bandung, didirikan organisasi yang sejenis dengan nama BP4 (Badan Penasehat Perkawinan dan Penyelesaian Perceraian). Kemudian di Yogyakarta didirikan BKRT (Badan Kesejahteraan Rumah Tangga) pada tanggal 3 Januari 1960, seluruh organisasi yang sejenis meleburkan diri dan menjadi satu serta bersifat nasional dengan nama Badan Penasehatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) yang berpusat di Jakarta dengan cabang-cabangnya diseluruh Indonesia.

Berdirinya Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) ini dikukuhkan dengan surat keputusan Menteri Agama No. 85 tahun 1961 yang mengakui bahwa Badan Penasehatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) satu-satunya badan yang berusaha dibidang Penasehatan perkawinan dan pengurangan perceraian dalam rangka melaksanakan penetapan Menteri Agama No. 53 tahun 1958 pasal 4 angka 3 huruf f, angka 4 huruf e dan pasal 11 angka 5 huruf a. Dengan keputusan Menteri Agama tersebut.

(43)

28

Penasehatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) sebagai satu-satunya badan yang bergerak dibidang Penasehatan perkawinan, pengurangan perceraian dalam rangka menunjang program Departemen Agama.

landasan bergeraknya dipergunakan anggaran dasar Badan Penasehatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) yang disahkan oleh Konfrensi (BP4) ke-IV di Jakarta pada tanggal 20 Desember 1976 serta anggaran rumah tangga Badan Penasehatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) yang tersebut diberi nama Badan Penasehat Perkawinan Perselisihan dan Perceraian (BP4) yang disahkan oleh rapat pleno pengurus Badan Penasehatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) tanggal 18 Mei 1977 (Hasil Munas dan Pemilihan Keluarga Sakinah Teladan Tingkat Nasional. Jakarta,2005:1)

3. Pengertian Pembinann

Pembinaan yang dimaksud dengan “membina” disini adalah segala

upaya pengelolaan atau penanganan berupa merintis, melatih, membiasakan, memelihara, mencegah, mengawasi, menyantuni, mengarahkan serta mengembangkan kemampuan suami-istri untunk mewujudkan keluarga sakinah dengan mengadakan dan menggunakan segala daya , upaya dan dana yang dimiliki (Departemen Agama, 2005:4).

(44)

29

dan bahkan juga saling melindungi guna untuk menwujudkan keluarga yang kekal dan abadi selamanya sesuai dengan arti dari sebuah pernikahan itu sendiri.

Tujuaan membimbing keluarga adalah yang tiada lain ialah demi terwujudnya kebahagian yang abadi dari dunia hingga akhirat bagi keluarga itu, termasuk pihak suami sendiri, maka cara-cara yang paling tepat untuk mencapainya pun tiada lain ialah cara-cara bijaksana sesuai dengan yang diajarka oleh syariat Islam. Cara-cara itu tidak bia dilepaskan dari konsep Islam yang ajaranya jelas-jelas membimbing manusia menuju kebahagiaan abadi, kebahagiaan hidup di dunia hingga akhirat (Halim, 2005: 261).

Persiapan dalam melakukan apapun awal dari keberhasilan. Apalagi untuk sebuah pernikahan, sebuah moment besar dalam kehidupan seorang laki-laki dan seorang perempuan momen besar bagi seorang laki-laki karena dia akan bertambah amanah yakni dari tanggung jawab atas dirinya sendiri menjadi tanggung jawab terhadap sebuah keluarga (Takariawan, 2009: 24).

Untuk sebuah peristiwa bersejarah itulah laki-laki dan perempuan Muslim hendaknya memiliki kesiapan diri secara moral spiritual, konsepsional, fisik, material dan sosial.

a. Persiapan Moral dan Spiritual

(45)

30

Sehingga pada saatnya nanti diharuskan mempersiapkan diri untuk siap menanggung semua yang pada sebelumnya belum pernah dijalankan yaitu seorang laki-laki pada nantinya akan menjadi imam dalam sebuah rumah tangga dan akan menjadi bapak dari hasil pernikahan tersebut, kemudian persiapkan pula juga seorang perempuan yang pada nantinya juga akan menjadi seorang ibu dari anak-anak yang dihassilkan dari perrnikahan tersebut.

Sebelum memutuskan untuk menikah, persiapkan diri dari segi moral sangat signifikan. Ingatlah peryataan Allah bahwa wanita yang beriman adalah untuk laki-laki yang beriman dan wanita pezina adalah untuk laki-laki pezina. Yang keji hanya layak medapatkan yang keji pula.

Artinya:. wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki- laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga) (QS An-Nur: 26).

Jika ingin mendapatkan pasangan yang baik maka jadikan diri anda baik terlebih dahulu, jika anda ingin mencari istri yang salihah maka jadikan diri anda saleh terlebih dahulu, karena Allah sudah menetapkan akan hal itu semua sesuai dengan ayat yang ada diatas.

b. Persiapan Konsepsional

(46)

31

saja kalau kemudian dalam kehidupan berumah tanggaa terjadi berbagai bentuk yang tidak sesaui dengan sunnah kenabian disebabkan oleh ketidak mengertian (Takariawan, 2009: 28).

Dari sekian banyak pernikahan yang sudah berlangsung bahwa teraya masih ada juga kejadian dimasayrakat mengenai betapa pentingya mengetahui ilmu-ilmu pernikahan, karena banyak dari sekian pernikahan di masayarakat yang tidak mau tahu terhadap betapa pentingya ilmu tentang pernikahan itu sendiri.

c. Persiapan Fisik

Kesiapan fisik ditandai dengan adanya kesehatan yang memadai sehingga kedua belah pihak akan mampu melaksanakan fungsinya sebagai suami atau istri dengan optimal. Apabila diantara indikator

„mampu‟ yang dituntut dalam melaksanakan pernikahan adalah

kemampuan melaksanakan jimak maka salah satu aspek kesehatan yang dituntut pada laki-laki dan perempuan adalah menyangkut kemampuan berhubungan suami istri secara wajar (Takariawan, 2009: 32).

(47)

32

Maka dari itu sebelum melangsungkan sebuah pernikahan alangkah baiknya dari setiap calon mengetahui dari setiap riwayat kesehatan dari masing-masing calon pengantin apakah pada nantinya akan diberlangsungkan sebuah pernikahan apa tidak sehingga pada nantinya tidak ada penyesalan setelah terjadinya penikahan tersebut.

d. Persiapan Materil

Islam tidak menghendaki kita berpikiran meterialistis bahwa orintasi dalam kehidupan hanyalah materi. Akan teapi, tidak bisa dipungkiri lagi bahwa materi mrupakan salah satu sarana ibadah kepada Allah. Masyrakat indonesia tidak akan bisa menunaikan ibadah haji apabila tidak memiliki cukup dana untuk berangkat ketanah suci, serta biaya menetap maupun pulangya. Termasuk juga biaya bagi keluarga yang ditinggalkan selama hampir sebulan ((Takariawan, 2009: 34).

Dari urian diatas jangankan haji, sedangkan sholatpun tidak akan sah kalau auratnya tidak tertutup dan untuk menutup itu aurat maka dibutuhkan juga materi untuk beribadah kepada Allah, selain itu pun kita tidak akan bisa beribadah tanpa kita makan sedangkan biaya untuk makan pun juga kita membutuhkan yang namanya materi. Allah berfirman:

Artinya: Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi (sumber) penghidupan.

(48)

33

kepada istri dan anak-anknya nanti, maka apabila ingin melangsungkan sebuah pernikahan alangkah baiknya sudah memiliki pekerjaan karena pada nantinya seorang laki-laki tidak akan hidup sendiri setelah dia melaksanakan sebuah pernikahan.

e. Persiapan sosial

Menikah menyebabkan pelakunya mendapatkan status sosial ditengah masyrakat. Jika sewaktu lajang dia masih menjadi bagian dari keluarga bapak ibunya, sehingga belum diperhintungkan dalam kegiatan kemasyarakatan, setelah menikah mereka mulai dihitung sebagai keluarga tersendiri (Takariawan, 2009: 38).

Membiasakan diri terlibat dalam masyarakat merupakan sebuah persiapan bahwa sudah siap dengan apa yang akan terjadi nantinya, karena pada suatu saat nanti mau tidak mau kita pasti bakalan kembali pada masyarakat maka dari itu persiapan sosial dalam hal ini sangat dibutuhkan apabila dari masing-masing calon pengantin sudah dewasa pastinya sudah tidak akan asing lagi dengan kagiatan yang ada di masyarakat itu sendiri.

Agama Islam senantiasa menyuruh kita untuk memeiliki kepedulian dan keterlibatan sosial. Allah Swt. Telah berfirman.

(49)

34

dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri, (QS An-Nisa ayat 36).

Oleh sebab itu Islam sangat menghargai keserasian dalam kehidupan bermasyarakat kemudian jangalah pernah merasakan malu apa bila sudah dihadapkan dengan masyarakat secara langsung, karena pada duluya yang tidak pernah tersentuh oleh kegiatan yang ada di masyarakat maka setelah melangsungkan sebuah pernikahan dan sudah memiliki keluarga maka dengan sendirinya sudah harus bisa berinteraksi dengan masyarakat secara langsung yang tanpa harus disuruh sudah harus bisa membiasakan dengan sendirinya karena persiapan sosial disini sangatlah penting karena kita pada akhirnya akan menjadi masyarakat juga.

4. Usaha Dan Kegiatan Badan Penasehatan, Pembinaan Dan Pelestarian Perkawinan (BP4)

Untuk mencapai tujuan sebagaimana yang telah disebutkan diatas, BP4 menentukan berbagai usaha sebagai berikut :

a. Memberikan nasehat dan penerangan mengenai nikah, talak, cerai, dan rujuk kepada yang akan melakukannya baik perorangan maupun kelompok.

b. Mencegah terjadinya perceraian (cerai talak atau cerai gugat) sewenang-wenang, poligami yang tidak bertanggung jawab, perkawianan dibawah umur dan perkawinan di bawah tangan.

(50)

35

d. Memberikan bimbingan dan penyuluhan undang-undang perkawinan dan hukum munakahat.

e. Bekerjasama dengan istansi, lembaga dan organisasi yang memiliki kesamaan tujuan baik di dalam maupun di luar negeri.

f. Menerbitkan majalah , buku, brosur, dan penerbitan lain.

g. Menyelenggarakan kursus, penataran, diskusi, seminar dan kegiatan yang sejenis.

h. Meningkatkan penghayatan dan pengamalan ajaran islam dalam rangka membina keluarga (rumah tangga ) sehat, bahagia dan sejahtera.

i. Meningkatkan pelaksanaan pedoman penghayatan dan pengamalan pancasila (P4) dalam keluarga.

j. Berperan serta aktif dalam kegiatan lintas sektoral yang bertujuan membina keluarga (rumah tangga ) sehat, bahagia dan sejahtera.

k. Usaha lain yang dipandang bermanfaat bagi kebahagiaan dan kesejahteraan keluarga (rumah tangga)

Usaha tersebut telah dijabarkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan antara lain sebagai berikut :

a. Membentuk korps penasihat perkawinan BP4 di semua tingkatan (pusat, propinsi, Kabupaten, kota madya dan kecamatan )

b. Menyelenggarakan penataran bagi anggota korps penasehat perkawinan BP4

c. Memberikan Penasehatan pra nikah bagi calon pengantin.

(51)

36

e. Memberikan Penasehatan bagi pasangan yang mengajukan gugatan cerai ke pengadilan agama.

f. Menerbitkan majalah nasehat perkawinan dan keluarga (sekarang dirubah menjadi perkawinan dan keluarga yang disebarkan ke seluruh Indonesia. g. Membuka biro Penasehatan perkawinan dan konsultasi keluarga di tingkat

pusat dan tingkat propinsi.

h. Menyelenggarakan pendidikan kerumahtanggaan bagi remaja usia nikah. i. Membuka Penasehatan perkawinan melalui Hot line Telepon

j. Menyelenggarakan pemilihan ibu teladan setiap tiga tahun sekali di semua tingkatan.

k. Menyelenggarakan seminar, lokakarya dan sebagainya dalam kaitannya dengan upaya pembinaan keluarga bahagia dan sejahtera.

l. Membuka biro konsultasi jodoh ( Direktur Urais, DR. H . Ahmad Sutarmadi, Amal bakti Juni-juli 1997, hal 21-22)

5. VISI dan Misi Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4)

Adapun Visi dan Misi dari BP4 adalah sebagai berikut : Visi BP4 adalah mewujudkan keluarga sakinah dengan landasan keimanan dan ketaqwaan yang kokoh sebagai pilar pembangunan bangsa.

Sedangkan Misi BP4 adalah :

(52)

37

b. Memberikan pelayanan terhadap keluarga yang bermasalah melalui konseling.

c. Memperkuat kapasitas kelembagaan BP4 dalam rangka mengoptimalkan program dan pencapaian tujuan (Hasil Munas dan Pemilihan Keluarga Sakinah Teladan Tingkat Nasional, Jakarta.2005 :6).

6. Tujuan Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4)

Tujuan Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) sebagaimana tercantum dalam Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) BP4 yaitu : Mempertinggi mutu perkawinan guna mewujudkan keluarga sakinah menurut ajaran Islam untuk mencapai masyarakat dan bangsa Indonesia yang maju, mandiri, sejahtera, materiil dan spriritual (Hasil Munas dan Pemilihan Keluarga Sakinah Teladan Tingkat Nasional, Jakarta.2005 :31).

7. Peranan Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) Dalam Upaya Penyelesaian Perselisihan Perkawinan

Peraturan Mentri Agama No. 3 Tahun 1975 Pasal 28 ayat (3)

menyebutkan bahwa “Pengadilan Agama dalam berusaha mendamaikan

kedua belah pihak dapat meminta bantuan kepada Badan Penasehat Perkawinan, Perselisihan dan Perceraian (BP4) agar menasehati kedua suami

(53)

38

ada dua juta perkawinan, tetapi yang memilukan perceraian bertambah menjadi dua kali lipat, setiap 100 orang yang menikah, 10 pasangannya bercerai, dan umumnya mereka yang baru berumah tangga (Subekti, 1982: 23). Islam dengan tegas menyatakan dalam Al-Quran bahwa perceraian itu adalah suatu perbuatan yang halal, tetapi paling dibenci Allah. Tapi, faltanya, perceraian itu menjadi fenomena yang terjadi di masyarakat Indonesia.

Dalam Al-Quran 80 persen ayat membicarakan tentang penguatan bangunan rumah tangga, hanya sebagian kecil yang membicarakan masalah penguatan negara, bangsa apalagi masyarakat, sebab keluarga adalah sendi dasar terciptanya masyarakat yang ideal, mana mungkin negara dibangun di atas bangunan keluarga yang berantakan.

Apabila angka perceraian di masyarakat terus mengalami peningkatan, itu menjadi bukti kegagalan dari kerja Badan Penasehat pembinaan Pembinaan Pelestarian Perkawinan (BP4). Kasus perceraian suami-isteri ternyata jumlah isteri yang menggugat cerai suami makin meningkat. Hal merupakan fenomena baru di enam kota besar di Indonesia. Terbesar adalah di Surabaya.

(54)

39

gugat cerai isteri sebanyak 13.415 kasus. Selanjutnya, di Medan dari 3.244 kasus sebanyak 1.967 (70 persen) adalah isteri gugat cerai suami dan suami gugat cerai isteri hanya 811 kasus. Di Makassar dari 4.723 kasus sebanyak 3.081 (75 persen) adalah isteri gugat cerai suami, dan suami gugat cerai isteri hanya 1.093 kasus. Sedangkan di Semarang dari 39.082 kasus sebanyak 23.653 (70 persen) adalah isteri gugat cerai suami dan suami gugat cerai isteri hanya 12.694 kasus.

Penyebab perceraian tersebut antara lain karena ketidakharmonisan rumah tangga mencapai 46.723 kasus, faktor ekonomi 24.252 kasus, krisis keluarga 4. 916 kasus, cemburu 4.708 kasus, poligami 879 kasus, kawin paksa 1.692 kasus, kawin bawah umur 284 kasus, penganiayaan dan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebanyak 916 kasus. Suami atau isteri dihukum lalu kawin lagi 153 kasus, cacat biologis (tidak bisa memenuhi kebutuhan biologis) 581 kasus, perbedaan politik 157 kasus, gangguan pihak keluarga 9. 071 kasus, dan tidak ada lagi kecocokan (selingkuh) sebanyak 54. 138 kasus.

(55)

40

8. Susunan Organisasi Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4)

a. Organisasi Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) disusun sesuai dengan jenjang administrasi pemerintah mulai dari tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, dan Kecamatan;

b. Organisasi Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) mempunyai bidang-bidang sesuai kebutuhan meliputi :

1) Bidang Konsultasi/Konseling, Mediasi, Advokasi dan Penasehatan Perkawinan dan Keluarga.

2) Bidang Pendidikan, Pelatihan, dan Kursus. 3) Bidang Kemitraan, Kerjasama dan Wirausaha. 4) Bidang Humas dan Publikasi,dokumentasi

c. Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) Pusat sampai Tingkat Kecamatan memiliki tenaga Konselor dan Penasihat Perkawinan dan Keluarga (Yusuf, 2014:15)

9. Pengurus Organisasi Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4)

(56)

41

b.Pembina di tingkat Kecamatan adalah Camat; Dewan Pertimbangan BP4 terdiri dari unsur pejabat Kementerian Agama dan Peradilan Agama, institusi terkait, ulama, tokoh organisasi Islam dan cendikiawan;

c.Tim Ahli BP4 terdiri dari tokoh dan para ahli yang berpengalaman dalam pelaksanaan program pembinaan dan penguatan perkawinan dan keluarga yang sakinah yang secara operasional memberikan dukungan kepada pengurus BP4 dalam pelaksanaan program terutama dalam bentuk pemikiran, ide dan gagasan.

d.Pengurus BP4 terdiri dari ketua umum dan wakil ketua umum, ketua-ketua, sekretaris umum, wakil sekretaris umum, bendahara, wakil bendahara, serta bidang-bidang.

e.Pengurus BP4 sebagaimana dimaksud ayat (4) adalah pribadi muslim dan muslimah dari instansi pemerintah, ormas Islam, tenaga professional, serta tenaga ahli dari berbagai disiplin ilmu terkait fungsi BP4.

(57)

42 BAB III

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum KUA Kecamatan Karanggede 1. Sejarah Berdirinya KUA Kecamatan Karanggede

Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Karanggede merupakan institusi pemerintah di bawah Kementerian Agama Kabupaten Boyolali yang mempunyai tugas dan fungsi untuk melaksanakan sebagian tugas dan fungsi pemerintah di bidang pembangunan agama di Kecamatan, khususnya di bidang urusan agama Islam.KUA Kecamatan Karanggede telah berumur lebih dari setengah abad. KUA ini sendiri mulai dibentuk pada tahun 1964. Walaupun Kantor Urusan Agama (KUA) Kecmatan Karanggede berdiri pada tahun 1964, namun Register Nikah (Akta Nikah) yang ada dan tersimpan dengan rapi sampai sekarang mulai tahun 1982. Dari tahun ketahun sejak berdirinya, KUA Kecamatan Karanggede mengalami peningkatan frekuensi pernikahan seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan penduduk yang sangat pesat walaupun hanya terdiri dari enam Kelurahan.

Dilihat dari kondisi geografisnya KUA KecamatanKaranggede terletak di Wilayah Kabupaten Boyolali bagian utara yang berjarak

(58)

43

Kantor Urusan Agama (KUA) kecamatan Karanggede terletak di Jl. Raya Karanggede Wonosegoro Km. 01 atau di Dukuh Trayon,

Desa Kebonan, dengan batas wilayah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara : Wilayah Kecamatan Wonosegoro b. Sebelah Selatan : Wilayah Kecamatan Simo c. Sebelah Timur : Wilayah Kecamatan Klego

d. Sebelah Barat : Wilayah KecamatanSuruh dan Kecamatan Susukan (Kabupaten Semarang)

Adapun batas-batas lokasi Kantor Urusan agama (KUA)

kecamatan Karanggede :

a. Sebelah Utara : Jalan Desa

b. Sebelah selatan : Masjid Baitul Maghfur c. Sebelah Timur : Perumahan warga d. SebelahBarat : Perumahan warga

Kantor Urusan Agama ( KUA ) Kecamatan Karanggede sejak

berdirinya telah mengalami beberapa kali pergantian Kepala sebagai

berikut :

Tabel 3.1

NO N A M A PERIODE KETERANGAN

1 MUHTAROM

(59)

44

2. LandasanHukum Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Karanggede

a. Undang-undang RI No. 22 Tahun 1946 tentang Pencatatan NTR; b. Undang-undang RI No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan;

c. Undang-undang RI No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat; d. Undang-undang RI No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf;

e. Undang-Undang RI No. 17 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji;

f. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan UU 1/1974;

(60)

45

h. Peratura Pemerintah No. 48 Tahun 2015 tentang Perubahanatas Peraturan Pemerintah No.47 Tahun 2004 Tentang tarif atas jenis penerimaan negara bukan pajak yang berlaku pada Departemen Agama;

i. Keputusan Menteri Agama No. 3 Tahun 1999 tentang Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah;

j. Keputusan Menteri Agama No. 517 Tahun 2001 tentang Penataan Organisasi Kantor Urusan Agama Kecamatan;

k. Keputusan Menteri Agama No. 168 Tahun 2000 tentang Pedoman Perbaikan Pelayanan Masyarakat di Lingkungan Departemen Agama;

l. Peraturan Menteri Agama No. 30 Tahun 2005 tentang Wali Hakim; m. Peraturan Menteri Agama No. 11 Tahun 2007 tentang Pencatatan

Nikah;

n. Peraturan Menteri Agama No. 24 Tentang Pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak atas Biaya Nikah atau Rujuk Di luar Kantor Urusan Agama Kecamatan;

o. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. PER/62/M. PAM/6/2005 tentang Jabatan Fungsional Penghulu dan Angka Kreditnya;

(61)

46

q. Surat Edaran Sekretaris Jenderal Kementerian Agama No. SJ/DJ.II/HM.01/3327/2015 Tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No.48 Tahun 2015;

r. Surat Edaran Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji No: DJ.1/Pw.01/1487/2005 tentang Petunjuk Pengisian Formulir NR;

s. Keputusan Dirjen Bimas Islam No. DJ.II/748 Tahun 2015 Tentang Petunjuk teknis pengelolaan penerimaan Negara Bukan Pajak Atas Biaya Nikah atau Rujuk diluar Kantor Urusan Agama Kecamatan; t. Instruksi Dirjen Bimas Islam No. DJ.II/369/2013 Tentang

Penerapan Sistem Informasi Manajemen Nikah (SIMKAH) Pada Kantor Urusan Agama Kecamatan

u. Dan beberapa peraturan perundang-undangan yang lain.( Sumber:KUA Kecamatan Karanggede, 2015: 1-2)

3. Struktur Organisasi KUA Kecamatan Karanggede

Adapun struktur organisasi KUA Kecamatan Karanggede pada tahun 2016 adalah sebagai berikut:

a. Kepala : TRI PITUAH, S.Pd.I NIP : 19611019 198703 1 002 Pangkat / Golongan : Penata Tingkat I (III/d) b. Pengelola Urusan Agama : UMAR

(62)

47

Pangkat/Golongan : Penata Muda Tk. I (III/b) c. Pengelola Administrasi dan Dokumentasi: MUKALIM, S.Sy

NIP : 19680120 200701 1 030

Pangkat/Golongan : Penata Muda (IlI/a) d. Pengolah Data : WARTINI

NIP. : 19820314 200910 2 001

Pangkat/Golongan : Pengatur Muda Tk l (II/b) e. Penyuluh Agama Islam Fungsional : Drs. ROJAK

NIP. : 19650525 200701 1 047

Pangkat/Golongan : Penata Muda Tk l (III/b)

f. Staf Wiyata Bhakti : MUHAMMAD SUKRON,S,Pd.I. g. Staf Wiyata Bhakti : MUFIDAH,SH.I.

h. Staf Wiyata Bhakti : DYAH TRISNIA OKTASARI,SH i. Staf Wiyata Bhakti : EKA ASTRIANI, S.Pd

4. Tugas Dan Wewenang KUA Kecamatan Karanggede

(63)

48

agar tugas dan fungsi yang embannya dapat dicapai dengan hasil yang baik.Untuk itu, sebagai laporan atas hasil kinerja yang dapat dicapai oleh Kantor Urusan Agama Kecamatan Karanggede, maka dibuatlah laporan akuntabilitas kinerja berikut ini.

(64)

49

tupoksinya dengan baik dan memuaskan.( Sumber: KUA Kecamatan Karanggede, 2015: 4-5)

Dalam rangka untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, serta untuk mereformasi sistem birokrasi yang selama ini dinilai berbelit-belit dan memakan waktu yang panjang maka usaha yang dilakukan antara lain dengan :

a. Mendelegasikan setiap tugas pelayanan pada masyarakat kepada masing-masing pegawai.

b. Membuat jadwal pernikahan berikut petugas penghulunya secara periodik setiap hari, sehingga tidak terjadi penumpukan pelayanan nikah pada salah satu penghulu saja.

c. Membekali setiap penghulu dan pegawai wawasan tugasnya masing-masing berikut aspek hukum dan prosedur hukumnya. d. Kepala KUA selalu memonitoring setiap hari dan memberikan

arahan terhadap beban tugas yang diberikan kepada setiap pegawai.

e. Setiap pegawai diberikan kewajiban untuk berupaya memberikan kemudahan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat sepanjang seluruh persyaratan administratifnya telah dipenuhi berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.( Sumber: KUA Kecamatan Karanggede, 2015: 5)

(65)

50

Agama, maka diterbitkan Keputusan Menteri Agama No. 18 tahun 1975, Jo. Instruksi Menteri Agama nomor 1 tahun 1975 tentang Susunan Organisasi Departemen Agama.Dalam Keputusan Menteri Agama tersebut, pada pasal 717 menyebutkan bahwa Kantor Urusan Agama di Kecamatan mempunyai tugas untuk melaksanakan sebagian tugas Kantor Departemen Agama di Kabupaten atau Kotamadya dalam wilayah Kecamatan di bidang Urusan Agama Islam. ( Sumber: KUA Kecamatan Karanggede,2015: 2)

Untuk melaksanakan tugas tersebut, pada pasal 718 disebutkan fungsi KUA sebagai berikut;

a. Menyelenggarakan statistik dokumentasi.

b. Menyelenggarakan surat-menyurat, mengurus surat, kearsipan, pengetikan dan rumah tangga Kantor Urusan Agama.

c. Melaksanakan pencatatan Nikah dan Rujuk, mengurus dan membina masjid, zakat, wakaf, baitul maal dan ibadah sosial, kependudukan dan membina kesejahteraan keluarga sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam dan berdasarkan aturan yang berlaku.( Sumber:KUA Kecamatan Karanggede, 2015: 3)

(66)

51

berkedudukan di wilayah Kecamatan dan bertanggung jawab kepada Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota yang dikoordinasi oleh Kepala Seksi Urusan Agama Islam/Bimas Islam/Bimas dan Kelembagaan Agama Islam dan dipimpin oleh seorang Kepala, yang tugas pokoknya melaksanakan sebagian tugas Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota di bidang Urusan Agama Islam dalam wilayah Kecamatan. Dengan demikian, eksistensi KUA Kecamatan sebagai institusi pemerintah dapat diakui keberadaannya, karena memiliki landasan hukum yang kuat dan merupakan bagian dari struktur pemerintahan di tingkat Kecamatan.( Sumber:KUA Kecamatan Karanggede, 2015: 3)

Dalam hubungannya dengan tugas pokok dan fungsi KUA, maka KUA Kecamatan Karanggede dalam mengelola tugasnya di bidang keagamaan dan bidang lain yang mempunyai hubungan dengan bidang tugasnya, mempunyai jalur vertikal wilayah dengan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Boyolali, Kanwil Kementerian Agama Provinsi dan Kementerian Agama Pusat, serta jalur horizontal yaitu semua kantor instansi di tingkat Kecamatan (Sumber:KUA Kecamatan Karanggede,2015:3).

5. Rancangan Dan Strategi

(67)

52

a. Mewujudkan sistem administrasi, dokumentasi dan pelayanan Publik yang baik dan akuntabel.

b. Menciptakan pelayanan yang memuaskan kepada masyarakat dalam pencatatan nikah dan rujuk.

c. Mewujudkan keluarga yang harmonis, bahagian dan sejahtera serta terwujudnya kemandirian keluarga.

d. Mewujudkan pembinaan sistem pengelolaan masjid, zakat, wakaf, baitul maal dan visos yang profesional dan produktif untuk meningkatkan kesejahteraan ummat.

e. Meningkatkan pemahaman masyarakat dalam bidang pangan halal dan kehidupan ummat beragama.

f. Meningkatkan pelayanan haji yang memuaskan dan berkualitas sehingga terwujud jama‟ah haji yang mandiri(Sumber: Akuntabilitas Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Karanggede tahun 2015).

Dalam melaksanakan rancangan program kerja diatas, maka strategi yang disusun oleh KUA Kecamatan Karanggede dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Mengadakan peningkatan sistem administrasi, dokumentasi dan pelayanan publik.

(68)

53

c. Meningkatkan pembinaan dan kualitas keluarga sakinah sehingga terwujud kemandirian keluarga.

d. Meningkatkan pembinaan sistem pengelolaan masjid, zakat, wakaf, baitul maal dan visos yang profesional dan produktif untuk meningkatkan kesejahteraan ummat.

e. Mewujudkan pemahaman masyarakat dalam bidang pangan halal dan kehidupan ummat beragama.

f. Mewujudkan pelayanan haji yang memuaskan dan berkualitas

sehingga terwujud jama‟ah haji yang mandiri(Sumber:

Akuntabilitas Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Karanggede tahun 2015).

6. Data Pernikahan, Rujuk, Cerai dan Talak Tahun 2004-2015 Tabel 3.2

NO TAHUN NIKAH RUJUK TALAK CERAI

1 2004 500 0 6 12

2 2005 494 0 9 47

3 2006 536 0 13 26

4 2007 540 0 9 28

5 2008 588 0 17 38

6 2009 561 0 20 47

(69)

54

8 2011 512 0 10 21

9 2012 483 0 20 46

10 2013 481 0 9 35

11 2014 452 0 12 32

12 2015 411 0 22 49

(Sumber: Akuntabilitas Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Karanggede tahun 2015)

7. Sarana dan Prasarana KUA Kecamatan Karanggede

(70)

55

B. Badan Penasehatan, Pembinaan, dan Pelestarian Perkawinann (BP4) Kecamatan Karanggede

1. Sejarah BP4 di KUA Kecamatan Karanggede

Salah satu tugas kementerian Agama pada saat didirikan adalah untuk melaksanakan Undang-undang nomor 22 tahun 1946 tentang pengawasan dan pencatatan Nikah, Talak dan Rujuk yang dilakukan menurut agama Islam.Tugas kementerian Agama sebagaimana tercantum dalam undang-undang tersebut diatas adalah hanya mengawasi dan mencatat peristiwa pernikahan, talak, dan rujuk, tidak termasuk bagaimana upaya untuk memelihara dan merawat dan menjaga kelestarian pernikahan yang telah dilaksanakan oleh masyarakat, sehingga hal itu terserah pasangan masing-masing bagaimana caranya melakukan hal tersebut.Dengan kata lain bahwa kementerian agama (Departemen Agama) tidak mempunyai tugas langsung untuk menangani dan memberikan jalan keluar kasus-kasus yang terjadi dalam keluarga.

(71)

56

kasus-kasus yang terjadi di dalam keluarga. Dari maksud tersebut berdirilah lembaga penasehatan perkawinan di beberapa kota besar di pulau Jawa, seperti di Jakarta, Di Bandung, dan di Yogyakarta yang kemudian dipersatukan menjadi Badan penasehat perkawinan dan penyelesaian perceraian (BP4). Pada kesempatan konperensi Dinas Departemen Agama ke VII tanggal 25 sampai dengan 30 januari 1961 di Cipayung diumumkan bahwa BP4 yang bersifat nasional telah berdiri pada tanggal 3 januari 1960 dan sejak saat itulah berlaku Anggaran Dasar dan dan anggaran Rumah tangga yang baru.Tujuan didirikannya BP4 adalah untuk mempertinggi kualitas perkawinan, mencegah perceraian sewenang-wenang dan mewujudkan rumah tangga yang bahagia sejahtera menurut tuntunan agama islam.

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian terdahulu yang dilakuan oleh Zulkarnaen (2017) yang berjudul Pengaruh Religiusitas dan Etika Kerja Islam Terhadap Kinerja Karyawan Melalui Motivasi Kerja

Berdasarkan data produksi perusahaan, maka tujuan dari proyek six sigma ini adalah mengurangi jumlah kecacatan yang timbul pada proses pembuatan keramik dengan

“ Pelaksanaan program BPJS Kesehatan pada Laboratorium Klinik Patra Medica Pati merupakan salah satu upaya dari manajemen Laboratorium Klinik Patra Medica Pati

Dalam praktek kehidupan nyata para ulama membagi pengertian shalawat dengan tiga bagian, yakni shalawat oleh Allah, para malaikat, dan kaum mukminin. 3 Sebagaimana yang

Euroopan unionin tuomioistuin on siis vähitellen, tässä käsiteltyjen tapausten myötä, tulkintojensa kautta mahdollistanut sosiaalisten ja ympäristöllisten näkökohtien

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan prevalensi kolonisasi kulit oleh bakteri potensial patogen penyebab IDO serta menganalisis apakah jenis kelamin,

Menjadi pertanyaan yang meng ge- lisahkan terhadap realitas kebangsa an mutakhir kita: apakah kita masih memiliki kedaulatan? Apakah jumlah utang luar negeri yang terus membengkak,

Proses Pendirian Pasar Tradisional sebagai Destinasi Pariwisata Kata “mendirikan” di dalam kamus besar bahasa Indonesia memiliki makna membuat atau membangun, sehingga sama