• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

H. Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan skripsi ini secara menyeluruh terdapat lima bab untuk membahas Pendidikan Perempuan Menurut Soekarno. Adapun sistematika atau urutan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

Bab 1 Pendahuluan adalah bab pertama dari skripsi, Bab yang berisi: (1) latar belakang masalah, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, (5) metode penelitian, (6) penegasan istilah dan (7) sistematika penulisan skripsi.

Bab II biografi Ir. Soekarno, dalam bab ini berisi tentang, mengenai Perjalanan hidup Ir. Soekarno, masa kecil Ir. Soekarno, masa remaja Ir. Soekarno, pendidikan masa kecil Ir. Soekarno, pendidikan masa remaja Ir. Soekarno, penddikan masa dewasa Ir. Soekarno, dan gelar doctor Ir. Soekarno.

Bab III deskripsi pemikiran, bab ini berisi tentang posisi perempuan pada masa Soekarno dan pendidikan perempuan menurut Soekarno dalam buku Sarinah.

Bab IV pembahasan, Bab ini berisi tentang Relevansi Pendidikan Perempuan menurut Soekarno dalam pendidikan Islam, terdiri dari: (1) Pendidikan islam dalam politik, (2) Pendidikan islam dalam pekerjaan, (3) Pendidikan islam dalam keluarga, (4) Pendidikan islam dalam kecantikan.

BAB II

BIOGRAFI Ir. SOEKARNO

A. Perjalanan Hidup Ir. Soekarno

Seokarno lahir pada Kamis Pon tanggal 18 sapar 1831 tahun saka, bertepatan dengan 6 juni 1901 di Lawang Sekateng Blitar, Surabaya. Saat fajar menyingsing, karena itu ia disebut sebagai Putra Sang Fajar. Hari lahirnya ditandai oleh angka serba enam, tanggal enam bulan enam. Bintangnya adalah Gemini, lambang kekembaran. Gemini adalah simbol kecerdesan dan memiliki banyak akal. Ia adalah anak kedua dari bapak dan ibunya. Kakak perempuan Soekarno adalah Sukarmini lahir dua tahun sebelumnya (Soyomukti, 2012: 13).

Ayahnya bernama Raden Sukemi Sosrodiharjo, semasa hidupnya menjabat sebagai guru dan kepala sekolah. Ayah Bung Karno adalah keturunan raja-raja Kediri pada abad ke-12. Sosok ayah yang banyak memberikan ajaran kasih sayang dan cinta kasih terhadap sesama. Ayahnya adalah seorang pemegang

teguh kearifan lokal Jawa yang berdasarkan semangat “welas asih” dan cinta

kasih. Pak Sukemi adalah penganut Theosof, Beliau mengajarkan prinsip

menyayangi makhluk hidup dalam perkataan “Tat Twan Asi, Tat Twam Asi”

yang artinya “Dia adalah Aku dan Aku adalah Dia, Engkau adalah Aku dan Aku

adalah Engkau” (Soyomukti, 2012: 15).

Ibunya bernama Ida Ayu Nyoman Rai lebih dikenal dengan sebutan Idayu, ibunda Soekarno merupakan keturunan bangsawan Bali yang

menentang penjajahan Belanda. Raja Singaraja yang terakhir adalah paman Ibunda Bung Karno.

Waktu kecil Soekarno diberi nama Koesnososro Soekarno. Tapi nasib malang menimpa Kusno. Ia dihadapkan pada kondisi yang sulit karena ia sering sakit-sakitan dan badannya menjadi kurus. Banyak sumber yang mengatakan bahwa Kusno terserang penyakit Thypus yang hebat sehingga kondisi kesehatannya melemah dan kondisi tersebut semakin parah saat dia menginjak usia 11 tahun. Selain itu, riwayat kesehatan Kusno saat kecil tidak hanya masalah Thypus namun tercatat penyakit lain yang dideritanya, diantaranya yaitu Malaria dan Disentri(Suseno, 2014: 15-16).

Raden Sukemi yang menginginkan putranya menjadi seorang kesatria yang akan mengabdi tanah air. Ia mengubah nama Kusno menjadi Soekarno. Soekarno berasal dari Karna, yaitu seorang pahlawan terbesar dalam cerita Mahabarata, Karna adalah pejuang bagi negaranya dan seorang patriot yang sakti(Kasenda, 2014: 220).

Soekarno memiliki Sembilan istri dan 13 anak, yaitu (1) Siti Oetari, (2) Inggit Ganarsih ibu angkat dari Ratna Djuami dan Kartika. (3) Fatmawati ibu dari Guntur Soekarnoputera, Megawati Soekarnoputri, Rachmawati Soekarnoputi, Sukmawati Soekarnoputeri dan Guruh Soekarnoputera. (4) Hartini ibu dari Muhammad Taufan Soekrnoputera, tetapi pada tahun 1986, dia telah meninggal dalam usia 30 tahun karena sakit kanker usus, dan Bayu Soekarnoputera. (5) Ratna Sari Dewi Soekarno ibu dari Karina Kartika Sari Dewi Soekarno. (6) Haryati ibu dari Ayu Gembirowati, (7) Yurike Sanger, (8)

Kartini Manoppo ibu dari Totok Suryawan, (9) Heldy Djafa(Susilo, 2008: 34- 58).

Selama hidupnya, Soekarno mempunyai beberapa orang terdekat yang mampu mempengaruhi kepribadian dan kemimpinannya. Di antara mereka ada yang mengajari tentang makna kasih sayang dan mengajarinya makna ketulusan sebuah persahabatan dan juga ada yang menjadi teman setia dalam perjuangan meraih kemerdekaan. Berikut beberapa orang yang terdekat Bung Karno, yaitu: (1) Sarinah, pengasuh sekaligus pembimbing: mengajari Bung Karno untuk mengenal cinta kasih tetapi bukan dalam pengertian jasmaniah dan mengajari untuk mencintai rakyat. (2) Oei Hong Kian, Dokter gigi yang murah hati: Seorang dokter gigi yang sering melayani kesehatan gigi Bung Karno dalam kondisi apapun, Oei Hong Kang selalu menunjukkan kesetiaannya pada Bung Karno, termasuk ketika ia sudah lengser dari jabatan sebagai presiden. (3) Arif, Supir Taksi dan Teman Sejati: Arif mengabdi menjadi sopir pribadi Bung Karno hingga tahun 1960-an. (4) HR. Rasuna Said, Teman pejuang kemerdekaan: Hubungan Bung Karno dengan Hajah Rangkoyo Rasuna Said dalam hal memperjuangkan kemerdekaan Indonesia sangatlah dekat. Ia mengawali kiprahnya dalam organisasi Sarekat Rakyat dan kemudian menjadi anggota Persatuan Muslim Indonesia (permi). (5) Kennedy, teman yang paling mengerti: John F. Kennedy adalah presiden Amerika Serikat pada periode 20 Januari 1961 sampai 22 November 1963. Kennedy adalah satu-satunya presiden Amerika Serikat yang dapat mengerti dan menghormati Bung Karno sebagai sosok sahabat dan pemimpin sekaligus.

Keduanya juga mempunyai persamaan sifat, sama-sama gemar membaca dan menanyakan segala peristiwa. Kennedy juga memberikan bantuan kepada Indonesia berupa menyumbangkan 10 pesawat Hercules tipe B terdiri dari 8 kargo dan 2 tanker, beras 37.000 ton, dan ratusan senjata selama perang perebutan Irian Barat. Tetapi, hubungan mereka harus berakhir di tahun 1963 karena terbunuhnya kennedy. (6) Fidel Castro, kawan terbaik: Fidel Castro merupakan Presiden Kuba yang anti Amerika. Ia juga menjalin persahabatan yang hangat dengan Bung Karno. Mereka juga mempunyai kemiripan sifat, yakni tidak pernah mau didikte Amerika. Salah satu peristiwa yang sempat menunjukkan kedekatan kedunya adalah pasca terjadinya peristiwa G30S/PKI di Indonesia (Islafatun, 2013: 87-105).

1. Masa Kecil Ir. Soekarno

Sejak kecil, Soekarno memiliki kegemaran membaca buku. Perkenalannya dengan dunia buku pertama kali adalah saat ia sudah bisa membaca di umur 6 tahun. Jika ayahnya pulang dari mengajar dan membawa buku cerita tipis tentang cerita-cerita anak belanda, sejak itu Soekarno suka sekali membaca buku. Suatu saat ayahnya mengajak ke perpustakaan di tengah kota dan Soekarno melihat sebuah buku yang amat menarik judulnya

David Copperfield” karangan Charles Dickens, buku inilah yang kemudian membawa Soekarno pada kesukaan membaca dunia sastra(Suseno, 2014: 18). Dalam masa kanak-kanak Soekarno hidup bersama ayah bundanya serta neneknya di Tulungagung, Jawa Timur. Ketika masih

kecil Soekarno sering mendengar cerita-cerita kepahlawanan dari ibunya, sehingga berbagai kisah kepahlawanan itu ikut membina watak dan kepribadian Bung Karno.Waktu Soekarno masih kecil, ia merupakan anak yang pemberani dan suka berkelahi, tidak aneh bila sering pulang kerumah dengan muka bengkak-bengkak atau benjut karena dipukul temannya. Hebatnya lagi kalau berkelahi ia jarang kalah karena sifatnya yang pemberani. Sifat pemberaninya itu merupakan warisan dari kedua orang tuanya.

Pada usia 10 tahun Soekarno suka bergaul dengan semua orang, bahkan di antara teman-temannya ia seakan-akan menjadi jago atau pemimpinnya.Ia adalah seorang anak yang prakarsa, sehingga ia sering menentukan permainan apa yang menjadi acara pada hari itu. Kalau Soekarno bermain jangkrik semua temannya pun juga bermain jangkrik, dalam berbagai permainan Soekarno selalu menang saat bermian seperti urusan memanjat pohon, berkelahi, mengumpulkan cap rokok dan cap cerutu. Pada umumnya Soekarno tetap seorang anak yang baik dan berjiwa pemimpin pada masa kecilnya, ia memang suka berkelahi tetapi dengan alasan yang jelas, seperti membela teman-temannya yang tidak kuat.

Salah satu kesukaan Soekarno waktu kecil adalah menonton wayang. Dalam permainan wayang yang ia sukai adalah tokoh Bima, yang dilukiskan sebagai keadilan, pembela kebenaran, dan satria sejati.

Pahlawan Bima di dalam cerita wayang itu mempengaruhi jiwa Soekarno. Tokoh wayang Bima disebut Werkudara.

Saat Soekarno berumur 6 tahun, ayahnya dipindahtugaskan untuk mengajar di Mojokerto, walaupun gaji ayahnya dinaikkan kehidupan ekonominya masih serba pas-pasan dan tak jauh berubah. Bahkan, dalam

buku biografinya, Penyambung Lidah Rakyat, Bung Karno menamakan

Mojokerto sebagai kota yang identik dengan “kesedihan di masa muda”. Ia

dan orang tuanya tinggal di tempat yang kondisinya miskin. Dikisahkan, bahwa saat malam lebaran, anak-anak seusianya bergembira dengan bermain petasan, Bung Karno tidak bisa melakukan hal yang sama. Bahkan, pada saat Hari Lebaran Bung Karno hanya bisa berbaring di tempat tidurnya yang kecil, hatinya sedih karena teman-temannya diluar bersuka ria bermain petasan, sementara ia hanya berdiam diri dirumah, walaupun ia juga menginginkannya tetapi harapannya tidak terkabulkan karena kondisinya yang serba pas-pasan (Soyomukti, 2009: 58-59).

Kehidupan Soekarno pada masa kecilnya masih serba pas-pasan, bahkan masih banyak kekurangan. Ibunda Soekarno seorang wanita yang ulet dan hemat, guna menghemat uang belanja seringkali Ibu Idayu tidak langsung membeli beras, tetapi membeli gabah. Tiap hari gabah itu ditumbuk di lesung supaya menjadi beras kemudian ditanak sampai matang. Seringkali

Soekarno ikut membantu ibunya untuk menumbuk gabah, ia

Pada waktu kecil, Soekarno sudah akrab dengan rakyat kecil. Di rumah Soekarno lebih banyak diasuh oleh pembantu rumah tangga, bernama Mbok Sarinah. Mbok Sarinah ini mempunyai pengaruh besar pada jiwa Soekarno, ia pernah memberi nasihat pada Soekarno waktu masih kecil dengan kata-kata,

“Karno, yang terutama harus engkau cintai adalah ibumu. Kemudian engkau harus pula mencintai rakyat jelata. Engkau harus

mencintai manusia sesamanya” (Soyomukti, 2012: 90).

Satu bagian di dalam riwayat hidup Soekarno, di zaman kanak-kanak yang menarik perhatian ialah perasaan belas kasih terhadap orang-orang yang hidup melarat, yang kemudian dinamakannya Kaum Marhaen. Ia suka bergaul dengan orang-orang yang miskin. Dari pergaulan itu ia menarik beberapa pelajaran dan kesan yang kemudian hari ternyata menentukan aliran peruangannya. Perhatian terhadap rakyat kecil ini atau Wong Cilik adalah pengaruh dari pegasuhannya yaitu Mbok Sarinah.

2. Masa Remaja Ir. Soekarno

Pada usia 14 tahun, Soekarno telah tamat dari Europesche Lagere School (ELS), kemudian ia meneruskan sekolahnya ke Hogere Burger Scool (HBS) di Surabaya. Selama bersekolah di Surabaya, ia tinggal di rumah H.U.S Tjokroaminoto. Selama Soekarno di rumah Haji Umar Said Tjokrominoto, ia membayar uang kost sebesar 11 gulden. Di tempat kostnya, Soekarno juga hidup sederhana, kamarnya sungguh sempit, tanpa jendela, hanya ada kursi dan meja belajar dari kayu,

gantungan baju dan tempat tidur sangat sederhana, lampunya juga hanya remang-remang dengan watt kecil. Orang tuanya tiap bulan hanya mengirim 12,5 gulden. Jadi, uang saku Soekarno harus berhemat sehingga tidak pernah jalan-jalan di restoran, tidak pernah hidup berfoya-foya dan berhura-hura. Kadang-kadang Soekarno memang menonton bioskop, biasanya ia duduk di kelas belakang layar. Bagi yang karcisnya mahal disediakan tempat duduk di depan layar, tetapi ada juga karcis kelas kambing, yaitu di belakang layar.

Pada saat Soekarno muda, di Indonesia belum ada orang yang memiliki sepeda motor, hanya ada sepeda yang merupakan harta kekayaan berharga. Pada masa itu ia belum mempunyai sepeda, seingga ia giat untuk menabung berbulan-bulan hanya untuk membeli sepeda tersebut. Kemudian tabungannya yang berbulan-bulan sudah terkumpul berjumlah 8 Rupiah dan cukup untuk membeli sepeda baru merk Fongers yang paling bermutu pada waktu itu.

Pada suatu hari, Harsono putera Haji Umar Said Tjokroaminoto meminjam sepeda Soekarno tanpa izin terlebih dahulu pada pemiliknya. Tiba-tiba Harsono mengalami nasib yang sial, ia menabrak pohon sehingga sepeda itu bengkok-bengkok. Mula-mula ia berdiam diri karena takut. Setelah Soekarno mengetahui, bahwa Harsono yang merusakkan sepeda barunya, ia menjadi sangat marah kemudian menendang pantatnya Harsono sampai menangis karena kesakitan. Setelah itu, Soekarno menjadi iba hatinya dan menyesali kelakuannya, lalu berdiam

diri dan giat menabung lagi, setelah tabungannya terkumpul ia membeli sepeda Fongers baru. Tetapi, sepeda barunya itu diberikan kepada Harsono

Tjokroaminoto. Sementara sepedanya yang rusak sudah lama

diperbaiki(Tugiyono, 2000: 9-10).

Pada pertunjukkan wayang, tokoh yang menjadi idolanya adalah Bima atau Werkudara, sosok Bima merupakan pahlawan yang saleh dari tradisi Jawa. Selain Bima, Karna juga menjadi panutan Soekarno. Pada bioskop, Soekarno juga mempunyai tokoh idola, yaitu Norman Kerry. Bahkan ia juga pernah terpengaruh pada gaya sisiran rambut dan potongan kumis Norman Kerry, untuk beberapa waktu itu ia menyisir rambutnya dan membiarkan kumisnya tumbuh seperti model tokoh idolanya. Tetapi, masa puber itu hanya sebentar, ia kembali pada kepribadiannya. Rekreasi yang disukai Soekarno adalah suka berjalan kaki dan naik sepeda berkeliling kota dan masuk kampung keluar kampung, bahkan pernah bersepeda keliling Pulau Jawa pada masa mudanya(Kasenda, 2014: 219-220).

Soekarno waktu muda tidak terlihat menyukai suatu cabang olahraga, seperti bermain bulu tangkis, tenis, sepak bola maupun catur dan bridge. Tetapi, ia sangat mementingkan olahraga aerobik alamiah, seperti berjalan kaki dan berenang di kali. Selain itu, ia juga sering berdarmawisata ke pegunungan, misalnya ke daerah Wlingi 20 km dari kota Blitar. Bahkan ketika tahun 1918,

ia pergi ke Wlingi tiba-tiba Gunung Kelud meletus, beruntung ia dan teman-temannya dapat terhindar dari bahaya bencana alam itu.

Masih ada lagi kesukaan Soekarno yang jarang dimiliki teman-temannya, yaitu membaca buku. Ia seringkali meminjam dan membaca buku dari perpustakaan perkumpulan Theosofi. Ayahnya memang anggota Perkumpulan Theosofi, yaitu perkumpulan orang yang tekun mempelajari dan membahas berbagai aliran agama dan aliran spiritual yang hidup dalam masyarakat. Tentu saja, sebagian besar buku perpustakaan Theosofi terdiri dari buku humaniora, filsafat dan renungan kebatinan dari para pemikir dan filosof. Tidak ada buku tentang hiburan, roman, novel olahraga, dan hura-hura.

Pada usia 16-18 tahun, Bung Karno sudah gemar membaca buku filsafat karena itu ia tidak asing dengan buah pikiran para ahli filsafah, seperti Rabindranath Tagore, Vivekananda, Mahatma Gandhi dan juga para tokoh keagamaan dan negarawan, seperti Martin Luther dan Sun Yat Sen. B. Pendidikan Ir. Soekarno

1. Pendidikan Masa Kecil Ir. Soekarno

Pada usia 6 tahun, Soekarno dimasukkan ke sekolah desa di Tulungagung. Waktu itu dia tidak kelihatan rajin pada saat di sekolahan, malahan ia termasuk murid yang pemalas, karena terganggu oleh cerita-cerita wayang. Kemudian ketika ayahnya dipindah di Mojokerto, ia pun

ikut pindah bersama ayahnya, di kota inilah ia meneruskan sekolahnya yang dipimpin oleh ayahnya.

Pada usia 13 tahun, Soekarno telah lulus dari Sekolah Dasar Bumiputera. Ayahnya yang bercita-cita agar Soekarno dapat meneruskan pelajarannya ke sekolah menengah kemudian ke perguruan tinggi. Ayah Soekarno adalah seorang mantra guru atau kepala sekolah Bumiputera yang bercita-cita tinggi. Kalau Soekarno tamat sekolah dasar Bumiputera 5 tahun, pasti tidak dapat meneruskan pelajarannya karena tidak dapat berbahasa belanda. Karena itu Bapak Sukemi Sosrodihardjo meminta bantuan ibu guru bahasa Belanda, yaitu Juffrouw M.P. de La Riviere untuk mengajar bahasa Belanda pada Soekarno. Tiap hari ia belajar bahasa Belanda selama satu jam. Pada waktu yang singkat ia sudah pandai berbahasa Belanda.

Sesudah itu ayah Soekarno membawanya ke Sekolah dasar Belanda atau Europesche Lagere School (ELS). Tetapi, bahasa Belanda Soekarno yang dipandang masih kurang oleh Kepala Sekolah belanda, terpaksa ia diharuskan kembali mengulang di kelas V sekolah belanda, bukannya duduk di kelas IV. Agar tidak melanggar batas usia, maka ayahnya menurunkan umur Soekarno menjadi berusia 12 tahun. Tentu hal tersebut tidak menyenangkan Soekarno tetapi apa boleh buat terpaksa ia menerima. Di Sekolah Dasar Belanda, Soekarno mempunyai banyak teman-teman kelas berbangsa Belanda dan juga keturunan Tionghoa. Di sini, ia mulai tampak kerajinannya, bahkan ia menjadi anak yang

terpandai sehingga di luar sekolah diambilnya pelajaran-pelajaran bahasa Perancis.

2. Pendidikan Masa Remaja Ir. Soekrno

Pada usia 14 tahun, Soekarno telah tamat ELS dan lulus Klein Ambtenaar Examen (Ujian Calon Pegawai Rendahan). Kemudian ia meneruskan sekolahnya ke HBS di Surabaya. HBS itu kependekan dari Hogere Burger School artinya sekolah bagi para warga kelas atas. Sebenarnya HBS itu sekolah menengah pertama dan sekaligus sekolah menengah umum. Lama belajarnya lima tahun dan tamatannya dapat meneruskan ke perguruan tinggi. Di sekolah tersebut semua bahasa Eropa modern, yaitu Inggris, Jerman dan Perancis serta bahasa klasik seperti bahasa latin. Selama bersekolah di surabaya, ia tinggal di rumah H.U.S. Tjokroaminoto yang pada waktu itu menjadi pemimpin Sarekat Islam.

Ketika Soekarno belajar di HBS Surabaya, jumlah muridnya ada 300 orang. Hanya 20 orang yang berbangsa Indonesia. Semua murid Indonesia diwajibkan memakai pakaian daerah. Waktu itu Soekarno juga selalu memakai kain batik dengan blangkon (tutup kepala) dan jas serta selop. Kalau ke sekolah ia selalu berjalan kaki, karena jaraknya hanya 1 km, ia adalah orang yang hemat, ia mampu menabung untuk membeli sepeda Fongers dua kali, yang satu untuk dirinya sendiri dan yang kedua kalinya diberikan kepada Harsono.

Pergaulan antar murid di HBS itu ternyata tidak wajar dan tidak sehat. Sehingga anak-anak belandabersikap angkuh dan memandang

rendah terhadap murid pribumi atau Indonesia. Apalagi terhadap Soekarno yang tampak menonjol di antara kawan-kawannya,dimana ia mempunyai tubuh yang tegap dan tinggi dibandingkan kawan-kawannya, lagi pula Soekarno mempunyai keberanian.

Selama bersekolah di HBS surabaya, ia tinggal di rumah (in de kost) Haji Umar Said Tjokroaminoto yang pada waktu itu menjadi pemimpin Sarekat Islam di kampong Peneleh, Surabaya. Rumah kost itu dikelola oleh Ibu Umar Said Tjokroaminoto, seorang wanita bangsawan dan puteri seorang patih. Di rumah itu juga banyak anak Indonseia yang kelak memainkan peranan dalam sejarah Indonesia, diantaranya Abikusno Tjokrosuyoso yang kemudian menjadi Menteri Pekerjan Umum dalam Kabinet RI yang pertama, Hermen Kartawisastra dan Alimin, pemimpin muda Sarekat Islam yang menjadi Komunis. Rumah Haji Umar Said Tjokroaminoto sering kali dikunjungi oleh pemimpin-pemimpin sarekat Islam yang lain, diantaranya Agus Salim, Suryopranoto, dan Abdul Muis (Tugiyono, 2000: 13).

Haji Umar Said Tjokroaminoto mempunyai keyakinan pada Soekarno, bahwa ia kelak akan menjadi pemimpin bangsa, karena masih muda dan tumbuh jiwa pemimpin yang besar. Haji Umar Said Tjokroaminoto pernah berkata tentang Soekarno,

“Ikutilah anak ini, dia akan mejadi pemimpin. Aku bangga karena

telah memberinya tempat berteduh di rumahku” (Tugiyono, 2000: 14)

Banyak orang yang mempunyai instuisi bahwa Soekarno akan menjadi pemimpin, diantaranya Nenek Bung Karno, Ibu Ida Ayu Nyoman Rai, Profesor Hartagh, guru bahasa Jerman Bung Karno di HBS, Dr. Douwes Dekker, dan Dr. Danudirja Setiabudhi. Bahkan hampir semua bangsa Indonesia pada zaman penjajahan, baik terang-terangan maupun tersembunyi dalam batin menaruh harapan besar bahwa kelak Bung Karno akan menjadi pemimpinnya.H.U.S Tjokroaminoto sendiri sering mengajak Bung Karno pergi untuk mengikuti rapat dan pertemuan politik. Bakat kepemimpinan Bung Karno makin tampak sejak ia duduk di bangku HBS. Pernah pada suatu waktu Bung Karno mengikuti pertemuan antar-pelajar, ketika itu ada seorang tokoh pelajar yang berbicara dan mengatakan, bahwa pelajar harus pandai dan menguasai bahasa belanda dengan baik. Rupanya Soekarno tidak sepaham dengan pendapat ini, tiba-tiba untuk pertama kalinya Soekarno naik ke meja dan berpidato dengan nada keras, Soekarno berkata,

“Tidak betul itu, kita tidak mutlak harus pandai dan menguasai

bahasa Belanda. Ingatlah, tanah Indonesia ini jauh lebih luas daripada negeri Belanda. Penduduknya juga jauh lebih banyak daripada bangsa Belanda, mengapa kita harus menguasai bahasa

mereka”

Kemudian Soekrno melanjutkan,

“adalah lebih penting untuk mempelajari bahasa Melayu. Marilah kita kembangkan bahasa Melayu yang dapat mempersatukan

Apa yang diuraikan Soekarno itu menjadi bukti bahwa semangat kebangsaan atau nasionalisme sudah tumbuh dan berkembang pada dirinya sejak muda, kemudian Bahasa Melayu tersebut berkembang menjadi Bahasa Indonesia. H.U.S. Tjokroaminoto sangat tertarik pada pemuda ini, kelihatan dalam dirinya bakat untuk menjadi orang terkemuka di masa depan. Apalagi setelah Soekarno berpidato di muka rapat-rapat pemuda dengan suaranya yang lantang, gerak-geriknya yang menarik hati dan pilihan kata yang bersemangat, sehingga memperlihatkan tanda-tanda bahwa ia mempunyai bakat yang besar untuk menjadi ahli pidato.

Soekarno kerap sekali menulis dalam Utusan Hindia yang dipimpin oleh Tjokroaminoto, di sinilah ia memakai nama Bima dalam tulisan-tulisannya, Kemudian ia memasuki Sarekat Islam. Ia juga tertarik pada ajaran agama Islam, ketika Kyai Haji Ahmad Dahlan ketua

Dokumen terkait