• Tidak ada hasil yang ditemukan

RELEVANSI PENDIDIKAN PEREMPUAN DALAM BUKU SARINAH KARYA SOEKARNO DENGAN PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "RELEVANSI PENDIDIKAN PEREMPUAN DALAM BUKU SARINAH KARYA SOEKARNO DENGAN PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

RELEVANSI PENDIDIKAN PEREMPUAN DALAM

BUKU SARINAH KARYA SOEKARNO DENGAN

PENDIDIKAN ISLAM

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

Lilik Setyowasih

NIM: 111-13-246

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

MOTTO

َنيِعِشاَخْلا ىَلَع لاِإ ٌةَريِبَكَل اَهَّ نِإَو ِةلاَّصلاَو ِرْبَّصلاِب اوُنيِعَتْساَو

Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) salat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh

berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk ( Qs. Al-Baqarah: 45)

Keberhasilan adalah kemampuan untuk melewati dan

mengatasi dari satu kegagalan ke kegagalan berikutnya tanpa

kehilangan semangat.

(8)

PERSEMBAHAN

 Kedua orang tua saya bapak Riyanto dan ibu Muji Rahayu, yang telah

memberikan dukungan moril maupun doa yang tiada henti untuk kesuksesan

saya. Ucapan terima kasih saja takkan pernah cukup untuk membalas kebaikan

orang tua, karena itu terimalah persembahan bakti dan cintaku untuk bapak dan

ibuku.

 Kakak saya Watik Ariyanti dan Ery Pitono, yang selalu memberikan motivasi

yang tiada hentinya kepada saya. Semoga menjadi kakak yang terbaik dalam

hidupku. Dan adik saya Ika Purdiasari, yang merupakan motivator dalam

hidupku, dukungan, kasih sayang dan doa yang tiada henti.

 Sahabat-sahabat saya Ani Rufaidah, Putri Laelatul Fauziah, Ani Erfiana, dan

Gatot Tomy Pamungkas, terima kasih atas motivasi dan bantuan semoga tetap

terjalin silaturrahmi yang tak pernah putus.

 Teman-teman angkatan 2013 yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima

kasih atas kebersamaannya, bantuan, kritik dan saran semoga tetap terjalin

silaturahmi yang tak pernah putus.

 Teman-teman PPL di MA AL-BIDAYAH, terima kasih atas kebersamaan selama

PPL yang penuh dengan canda tawa, tangis, dan kasih sayang selama, semoga

tetap terjalin silaturahmi yang tak pernah putus.

 Teman-teman KKN di Desa Sendang Rejo, terima kasih untuk canda tawa, tangis,

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala

limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pendidikan Perempuan menurut Soekarno”

dapat diselesaikan. Sholawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad

SAW, dan mudah-mudahan kita mendapat Syafa’atnya di hari kiamat. Amin.

Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak dapat selesai tanpa kerja

keras, semangat dan do’a, terlepas dari bantuan, bimbingan serta dukungan dari

berbagai pihak, dengan segenap ketulusan dan kerendahan hati penulis

menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

 Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

 Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga

 Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. ketua jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN

Salatiga.

 Ibu Dr. Lilik Sriyanti, M.Si. selaku pembimbing yang telah banyak

meluangkan banyak waktu dalam memberikan arahan, bimbingan kritik

dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

 Bapak Imam Mas Arum, M.Pd. selaku Pembimbing Akademik yang telah

memberikan pengarahan dan motivasi kepada penulis

 Bapak/ibu dosen dan seluruh karyawan IAIN yang telah memberikan

(10)
(11)

ABSTRAK

Setyowasih, lilik. 2017. Relevansi Pendidikan Perempuan dalam Buku Sarinah Karya Soekarno Dengan Pendidikan Islam. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Salatiga. Pembimbing: Dr. Hj. Lilik Sriyanti, M.Si.

Kata Kunci: Pendidikan Perempuan, Menurut Soekarno

Dalam sejarah, posisi perempuan berada di bawah kezaliman kaum laki-laki, tidak mendapatkan hak dan kedudukan yang sewajarnya dalam masyarakat, terutama hak untuk mendapatkan pendidikan. Masyarakat menganggap kaum perempuan adalah kaum yang lemah dan bodoh. Sehingga menjadikan pendidikan bagi perempuan menjadi terbatas. Dengan demikian, Soekarno mempunyai gagasan terhadap kaum perempuan untuk mendapatkan hak yang seharusnya diberikan, yaitu pendidikan. Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahaui gagasan Soekarno terhadap pendidikan bagi perempuan. Pertanyaan utama yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah 1) Bagaimana pendidikan perempuan menurut Soekarno 2) Bagaimana relevansi pendidikan perempuan menurut Soekarno dengan pendidikan Islam.

Penelitian ini bersifat Library Research yaitu penelitian yang menggunakan cara untuk mendapatkan data dan informasi dengan memanfaatkan fasilitas yang ada diperpustakaan dengan menggunaka salah satu sumber, yaitu buku. Adapun sumber data menggunakan sumber data primer, yaitu: buku, “Sarinah Kewajiban Wanita dalam Perjuangan Republik Indonesia”. Dan sumber data sekunder, yaitu: buku,

Pendidikan di Mata Soekarno”.

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN BERLOGO ... ii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHASAAN... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Kajian Pustaka yang Relevan ... 9

F. Definisi Operasional ... 10

G. Metodologi Penelitian ... 13

(13)
(14)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Gambar Cover Buku Sarinah

2. Lembar Konsultasi Pembimbing

3. Daftar Riwayat Hidup

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di Indonesia, dapat dikatakan bahwa sejarah adalah milik kaum laki-laki.

Tema-tema sentral dalam sejarah dipenuhi dengan tema sejarah politik dan militer

yang erat kaitannya dengan masalah kekuasaan dan keperkasaan, yang dapat

dikatakan milik kaum laki-laki. Corak sejarah yang androsentris seperti ini

menempatkan perempuan hanya sebagai figuran. Keadaan ini memang tidak adil

karena sesungguhnya perempuan dapat dipandang sebagai pribadi yang mandiri,

yang bisa menggerakkan sejarah (Astuti, 2013: 138).

Perjalanan sejarah banyak meninggalkan kesan fakta jika perempuan

mempunyai peran penting. Peningkatan derajat kaum perempuan merupakan

salah satu pokok dalam masalah kesejahteraan umum dan perkembangan

kecerdasan penduduk Indonesia tidaklah kuat dan cepat apabila pendidikan kaum

perempuannya diabaikan (Kartodirjo, 1977: 244). Apalagi pendidikan

mempunyai peran penting dalam menciptakan kesejahteraan dan kemakmuran

rakyat termasuk memajukan peradapan suatu bangsa. Melalui pendidikan,

manusia akan lebih mengenal diri, lingkungan dan perubahan yang terjadi

disekitar. Jadi, dengan pendidikan manusia akan jauh lebih peduli dengan apa

yang telah terjadi dan apa yang seharusnya terjadi.

Pendidikan perempuan adalah suatu proses ditransfer ilmu kepada

(16)

laki-laki. Tidak ada perbedaan antara kaya dan miskin, jenis kelamin laki-laki maupun

perempuan, semua memiliki hak yang sama untuk belajar, belajar merupakan

suatu kewajiban yang diwajibkan oleh Islam atas setiap muslim laki-laki dan

wanita (Al-Abrasyi, 1970:6).

Pada zaman dulu, kaum perempuan selalu berada di bawah kezaliman

kaum laki-laki, tidak memperoleh hak-hak menurut undang-undang dan tidak

mendapatkan kedudukan dalam masyarakatsebagaimana yang sewajarnya

diberikan kepada mereka. Perempuan sama sekali tidak mempunyai hak untuk

mendapatkan pendidikan, perempuan harus tinggal dirumah dan tidak mempunyai

andil dalam kehidupan masyarakat, dipaksa kawin dan bertindak, diwarisi dan

tidak mewarisi, dikuasai dan tidak pernah menguasai (Nizar, 2011: 207).

Perempuan Indonesia haruslah bersyukur kepada Allah Swt, karena jaman

sekarang banyak perempuan Indonesia memiliki hak yang sama dengan laki-laki,

dimana kaum perempuan diperbolehkan untuk mendapatkan pendidikan yang

lebih tinggi dan mencapai kebebasan untuk berkarir dalam bidang apapun, baik

dalam dunia bisnis maupun pemerintahan. Hal ini dapat dibuktikan dengan

banyaknya anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang beranggotakan

perempuan dibandingkan dengan kaum laki-laki, bahkan ribuan

perempuan-perempuan Indonesia tidak mendekam di rumah, tetapi bekerja di luar rumah,

seperti kantor-kantor, pabrik-pabrik, guru, dokter, wartawandan sebagainya.

Bahkan saat ini banyak perempuan-perempuan Indonesia tidak ingin kalah

dengan kaum laki-laki, agar mereka tidak dianggap sebagai kaum yang lemah dan

(17)

perempuan juga tidak lupa untuk mengemban tugas perannya sebagai pengurus

rumah tangga.

Berbeda dengan masa lalu, dimana pendidikan menjadi suatu hal yang

tidak penting bagi perempuan Indonesia. Hanya perempuan yang dari keluarga

terhormat yang dapat mengenyam pendidikan, bukan cuma pendidikan saja yang

dibatasi tetapi juga pekerjaan. Dulu, perempuan tidak diperbolehkan untuk

bekerja diluar rumah, mereka harus melakukan pekerjaan rumah, seperti

memasak, mencuci, dan membersihkan rumah. Menurut Nurani Soyomukti

mengatakan, jaman dulu kaum laki-laki selalu diutamakan daripada kaum

perempuan karena kaum laki-laki dianggap mempunyai kemampuan berpikir

yang baik dan dianggap lebih layak untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan

tenaga dan pikirannya. Sedangkan perempuan hanya dianggap sebagai budak,

sehingga menyebabkan mereka harus terkurung dan terkucilkan (Soyomukti,

2009: 9). Semua itu diperkuat dengan adanya budaya feodalisme yang

menempatkan perempuan sebagai manusia kedua yang layak ditempatkan sebagai

pelengkap, dimana perempuan dijadikan sebagai selir dan pembantu istana pada

para tuan tanah, raja, dan bangsawan. Cara pandang feodal ini, tentunya juga

melanggengkan cara pandang masyarakat terhadap perempuan, yang berakibat

pada penindasan perempuan yang memalukan, para perempuan yang diserahkan

kehormatannya pada penguasa-penguasa dan tentara-tentaranya. Bisa dilihat pada

zaman penjajahan Jepang perempuan diperbudak untuk melampiaskan nafsu

tentara Jepang dengan kerja romusha yang memakan banyak korban, darah, dan

(18)

laki-laki lebih superior dibandingkan dengan perempuan, akhirnya telah menempatkan

kaum perempuan pada situasi yang tidak menguntungkan. Dalam kondisi sepereti

itu muncullah Soekarno untuk menyerukan perlunya persamaan hak dan adanya

kesetaraan gender, juga mengajak kaum perempuan untuk mempejuangkan nasib

mereka. Soekarno mengungkapkan didalam bukunya yang berjudul Sarinah,

yaitu:

“Berjuanglah, bangkitlah sehebat-hebatnya, sebab tiada orang lain dapat

menolong wanita, melainkan wanita sendiri!” (Soekarno, 2010: 332).

Perempuan adalah salah satu agent of change yang tidak bisa

dipandang sebelah mata. Keberadaannya sangat menentukan peradapan suatu

bangsa. Baik buruknya perempuan menjadi cerminan baik buruknya suatu

bangsa. Sejarah pun telah mencatat nama-nama agung perempuan yang pernah

dilahirkan di dunia ini. Hampir setiap negara memiliki perempuan-perempuan

agung yang mampu menjadi perubahan bagi masyarakatnya, tidak terkecuali

negara Indonesia (Astuti, 2013: 138). Tampilnya perempuan Indonesia

disebabkan karena keresahannya melihat kondisi sosial disekitarnya yang tidak

adil. Ketidakadilan dan kezaliman ini terlihat jelas ketika Indonesia berada

dibawah cengkeraman penjajah, baik Portugis, Belanda, dan Jepang. Rakyat

yang tertindas, kemiskinan yang merajalela, dan pembantaian semena-mena

sehingga menyebabkan tampilnya perempuan-perempuan agung ke ranah publik.

Sebagai seorang pemikir dan aktivis, Soekarno memiliki perhatian luas

terhadap permasalahan-permasalahan bangsa, salah satunya adalah masalah

(19)

memiliki perhatian khusus terhadap masalah perempuan. Ketika Soekarno Pidato

dalam Kongres Kaum Ibu pada tanggal 22 Desember 1928, kemudian ia

mengambil kesempatan ini untuk mengemukakan pendapatnya tentang

perempuan. Kongres tersebut sangat penting dan merupakan satu-satunya

kongres yang membahas persoalan perempuan, yang menyatakan bahwa

pentingnya kesetaraan hak antara perempuan dan laki-laki untuk mewujudkan

persatunan nasional. Soekarno menungkapkan didalam bukunya yang berjudul

Sarinah, yaitu:

“Hak dan kewajiban kaum laki-laki dan perempuan adalah sama, jika kaum laki-laki selalu ambil bagian dalam setiap aktivitas sosial kemasyarakatan, maka kaum perempuan juga memiliki hak dan kewajiban yang sama pula untuk ambil bagian di dalamnya, untuk mengangkat harkat dan derajat kaum perempuan, maka yang sangat krusial untuk dilakukan adalah pemberdayaan perempuan di segala

aspek kehidupan, dan terutama adalah di bidang pendidikan”

(Soekarno, 2010: 196).

Rendahnya akses kaum perempuan ke dunia pendidikan, antara lain

disebabkan oleh masih berkembangnya anggapan bahwa laki-laki adalah tulang

punggung keluarga, dan merekalah yang lebih memperoleh pendidikan agar

kelak mendapat pekerjaan yang layak. Sementara perempuan tidak memiliki

tanggung jawab sebesar laki-laki dalam hal memperoleh pekerjaan dan

memberikan nafkah kepada keluarga.

Pada tahun 1946 ibu kota Indonesia pindah di Yogyakarta, Soekarno

memberikan beberapa kursus-kursus informal bagi kader-kader politik Indonesia

(20)

politik itulah yang kemudian dijadikan buku yang berjudul Sarinah, Kewadjiban

Wanita dalam Perdjoangan Republik Indonesia. Sarinah merupakan nama

seorang perempuan yang menjadi pembantu di keluarga Soekarno. Tetapi,

Soekarno tidak memperlakukannya sebagai pembantu dan dimatanya Sarinah

adalah orang yang sangat berjasa bagi pembentukan jiwa dan kepribadian

dirinya, itulah sebabnya Soekarno sangat mengagumi sosok perempuan yang

bernama Sarinah (Kurniawan, 2009: 153). Penghormatan Soekarno terhadap

seorang Sarinah, menuntunnya pada satu cita-cita untuk memperjuangkan

hak-hak kaum perempuan. Jadi, Soekarno ingin mengenang perempuan yang telah

berjasa dalam merawatnya sejak kecil dengan melekatkan nama perempuan itu

menjadi judul buku tersebut.

Soekarno bukanlah seorang pemikir yang memfokuskan perhatian

pada masalah perempuan. Namun, lewat pemikirannya yang tertuang dalam buku

Sarinah, Soekarno berhasil meyakinkan rakyat bahwa dia adalah orang yang

berpihak pada perempuan, terutama peran perempuan dalam kehidupan bangsa.

Soekarno adalah tokoh masa lalu yang mampu berbicara banyak hal tentang

situasi kehidupan sosial-politik yang tengah dihadapinya dan dihadapi

negaranya, yaitu terutama rakyatnya.

Berdasarkan latar belakang diatas, kemudian mendorong saya untuk

meneliti pemikiran Soekarno tentang perempuan. Perempuan adalah ciptaan

Tuhan yang dianugerahi potensi dan kemampuan untuk berperan dan bekerja

(21)

mendapat kesempatan mengembangkan jiwanya, mendapat pendidikan sekolah

dan bekerja diluar rumah dalam bidang-bidang yang sesuai dengan bakatnya.

Sehingga saya tertarik untuk meneliti lebih lanjut melalui skripsi ini yang

berjudul “RELEVANSI PENDIDIKAN PEREMPUAN DALAM BUKU

SARINAH KARYA SOEKARNO DENGAN PENDIDIKAN ISLAM”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penulisan skripsi ini

dapat saya rumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Pendidikan Perempuan menurut Ir. Soekarno?

2. Bagaimana Relevansi Pendidikan Perempuan menurut Soekarno dengan

Pendidikan Islam?

C. Tujuan Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, ada beberapa tujuan yang dapat diambil

oleh penulis sesuai dengan rumusan masalah diatas, diantaranya:

1. Untuk mengetahui Pendidikan Perempuan menurut Ir. Soekarno

2. Untuk mengetahui Relevansi Pendidikan Perempuan menurut Soekarno

dengan Pendidikan Islam.

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini, diharapkan mempunyai kegunaan sebagai berikut:

1. Manfaat teoritik, adanya penelitian ini dapat menjadi sumbangan pemikiran

serta tambahan wawasan pengetahuan pada para pembaca dalam pendidikan

(22)

2. Manfaat praktik

a. Untuk menjadikan anak bangsa bisa lebih bebas medapatkan pendidikan

baik laki-laki maupun perempuan.

b. Untuk menjadikan generasi masa depan yang unggul, inovatif, kreatif,

mandiri sesuai dengan kemampuan zaman tanpa membedakan laki-laki

maupun perempuan.

c. Agar timbulnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan

perempuan sebagaimana halnya bagi kaum laki-laki. Karena seorang

perempuan mempunyai peranan yang sangat penting untuk anak dan

keluarganya.

E. Kajian Pustaka yang Relevan

Untuk menghindari kesalah pahamanan dalam mengartikan, maka

penulis akan mencoba memberikan sebuah penegasan istilah yang digunakan

dalam penelitian ini. Dan akan lebih mudah setelah dijelaskan lebih lanjut secara

terperinci sebagai berikut:

1. Achmad Rois Wizda tahun 2009 jurusan Syari’ah berjudul “Pemikiran

Soekarno Tentang Kemitrasejajaran Perempuan dan Laki-laki (Studi

Konteks Analisis Dalam Buku Sarinah)” Universitas Islam Negeri Sunan

Kalijaga Yogyakarta. Skripsi ini fokus membahas dalam kemitrasejajaran

laki-laki dan perempuan dalam keluarga. Perbedaan antara skripsi ini dengan

skripsi yang ditulis oleh peneliti adalah dalam skripsi ini lebih menekankan

pada konsep kemitrasejajaran perempuan dan laki-laki dalam rumah tangga

(23)

sedangkan dalam skripsi yang ditulis oleh peneliti lebih menekankan tentang

pemikiran Soekarno terkait dengan pendidikan yang menyoroti posisi

perempuan. Dimana perempuan harus diberi kebebasan dan hak yang sama

dengan laki-laki agar mereka dapat mengembangkan pemikirannya dan

keahlian dalam bidang apapun, dengan demikian mereka dapat menciptakan,

memperdayakan diri dan berkontribusi bagi kehidupan.

2. Mahide Hayshfgal tahun 1996 jurusan Aqidah Filsafat berjuduul “Status dan

Fungsi Wanita (Kajian atas Buku Sarinah)” Institut Agama Islam Negeri

Sunan Kalijaga Yogyakarta. Skripsi ini membahas tentang status dan fungsi

Wanita menurut Soekarno dalam keluarga. Dimana antara perempuan dan

laki-laki terdapat kesetaraan, oleh karena itu perempuan dalam rumah tangga

berkedudukan sebagai ibu dan berkewajiban menjalankan fungsi kodrati yang

ada pada dirinya dengan penuh kemerdekaan memilih. Sedangkan, skripsi

yang peneliti tulis membahas tentang pemikiran Soekarno dalam pendidikan

perempuan yang harus sejajar dengan laki-laki, agar perempuan mempunyai

kemampuan dan keahlian yang sama dengan laki-laki, dengan demikian

perempuan-perempuan tidak dapat ditindas oleh kaum laki-laki.

Dari beberapa literatur yang penulis temukan, belum ada penelitian

pemikiran Soekarno tentang pendidikan perempuan. Soekarno yang berusaha

untuk memperjuangkan hak-hak kaum perempuan dan melepaskan dari belenggu

tradisi, yang atas nama agama, telah mempersempit kebebasan kaum perempuan

(24)

laki-laki. Berdasarkan hal tersebut membuat peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian yang mengenai relevansi pendidikan perempuan dalam buku Sarinah

karya Soekarno dengan pendidikan Islam.

F. Definisi Operasional 1. Pendidikan

Pendidikan dapat diartikan sebagai Social Continuity of Life.

Pendidikan sebagai upaya manusia dewasa dalam membimbing kepada yang

belum dewasa untuk mencapai kedewasaan. Jadi, pendidikan dalam arti luas

meliputi perbuatan atau usaha generasi tua untuk mengalihkan

(melimpahkan) pengetahuan, pengalaman, kecakapan serta ketrampilannya

kepada generasi muda, sebagai usaha untuk menyiapkan mereka agar dapat

memenuhi fungsi hidupnya baik jasmaniah maupun rohaniah (Mansur, 2007:

199).

Menurut (Purwanto,1998:10) Pendidikan ialah pimpinan yang

diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak,

dalampertumbuhannya (jasmani dan rohani) agar berguna bagi diri sendiri

dan bagi masyarakat. Maka pendidikan dapat diartikan sebagai suatu sistem

sosial yang menjadikan keluarga dan sekolah berperan penting untuk

membentuk generasi muda tidak hanya dari aspek intelektual saja tetapi juga

dari aspek jasmani dan rohani sehingga akan terbentuk generasi muda

(25)

Dapat disimpulkan bahwa pendidikan secara umum dapat diartikan

sebagai pengajaran, bimbingan, dan pembiasaan sehingga tujuan hidupnya

lebih tertata. Namun, pendidikan disini juga tidak lupa menekankan arti

penting moral yang tinggi sehingga akan tercipta manusia yang tidak hanya

cakap namun juga beradap.

2. Perempuan

Dalam kamus Bahasa Indonesia disebutkan, perempuan adalah

orang yang mempunyai puka, dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak dan

menyusui (Alwi, 2002:856). Adapun pengertian perempuan secara etimologi

berasal dari kata empu yang artinya dihargai.

Perempuan dalam Islam diibaratkan tiang negara, oleh karena itu

bila wanitanya rusak maka rusaklah suatu negara. Perempuan merupakan

satu soal masyarakat yang teramat penting. Dalam hal pendidikan, Islam

tidak membeda-bedakan tua maupun muda, tanpa membedakan umur, tanpa

membedakan dan melihat keunikan tabiat antar laki-laki dan wanita. Oleh

karena itu, perempuan perlu diaktualisasikan, dikembangkan semua potensi

yang ada agar bisa menjadi manusia yang mempunyai kepribadian utuh

(kafah), karena dengan pendidikan, perkembangan individu akan menjadi

mandiri.

Jadi, pendidikan perempuan merupakan wahana untuk

mengembangkan sumber daya manusia terutama bagi perempuan yang

bernuansa ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) serta iman dan takwa

(26)

mengembangkan dan menguasai iptek dengan tetap dilandasi nilai-nilai

agama, moral dan budaya luhur bangsa.

3. Relevansi Pendidikan Perempuan menurut Ir. Soekarno dengan Pendidikan Islam

Kaum perempuan harus menempatkan dirinya pada posisi yang

lebih tinggi, setidaknya dalam konteks pendidikan. Ilmu pengetahuan harus

dijadikan pegangan bagi kelompok perempuan karena mereka adalah guru

yang paling pertama bagi anaknya kelak. Tugas perempuan yang cukup

berat itulah yang mulia dimata Soekarno.

Dengan kehadiran Islam telah dimulai satu tradisi bagi kaum

perempuan dengan diberikannya kemerdekaan dan hak-hak mereka yang

selama ini tidak pernah mereka dapatkan, derajat mereka terangkat sebagai

manusia. Selain itu, dalam Islam terkandung unsur-unsur persamaan antara

manusia, baik laki-laki dan perempuan maupun antarbangsa, suku, dan

keturunannya yang merupakan tema utama sekaligus prinsip dalam ajaran

Islam. Perbedaan yang diakui dalam Islam kemudian menjadi ukuran tinggi

rendahnya seseorang, hanyalah nilai ibadah dan takwanya kepada Allah.

Manusia dalam pandangan Islam baik laki-laki maupun perempuan memiliki

kedudukan yang sama. Maka Islam juga tidak membedakan antara amal

perbuatan yang dilakukan oleh laki-laki dengan perempuan.

Dalam bidang pendidikan, Al-Qur’an dan Hadist memberikan

pujian kepada siapa pun, termasuk kaum perempuan yang mampu

(27)

perempuan juga mendapatkan pendidikan dan pengajaran sama seperti

laki-laki sehingga lahirlah orang-orang yang berintelektual dari kalangan

perempuan. Posisi perempuan selalu berada pada ruang yang tidak memiliki

posisi tawar tinggi, setidaknya di dalam rumah tangga atau kehidupan

bermasyarakat.

G. Metodologi Penelitian 1. Jenis penelitian

Penelitian skripsi ini termasuk jenis penelitian kepustakaan atau

disebut Library Research yaitu penelitian yang menggunakan cara untuk

mendapatkan data dan informasi dengan memanfaatkan fasilitas yang ada di

perpustakaan seperti buku, koran, majalah dan lain sebagainya (Mardalis,

1996: 28)

2. Sumber data

Penelitian ini berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran

penyajian laporan (Arikunto, 1987: 135). Sedangkan data-data tersebut dibagi

menjadi dua, yaitu primer dan sekunder.

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah sumber data yang paling utama

digunakan dan sesuai dengan permasalahan dalam peneliti ini. Adapun

sumber data primer dalam penelitian ini, yaitu: Buku, “Sarinah

Kewajiban Wanita dalam Perjuangan Republik Indonesia”, penulis

Soekarno

(28)

Sumber data sekunder adalah buku-buku, artikel, dan sumber

data lain yang berkaitan dengan penelitian ini. Diantara sumber tersebut,

yaitu:

1) Buku “Pendidikan di Mata Soekarno”, penulis Syamsul Kurniawan.

2) Buku “Perempuan di Mata Soekarno”, penulis Nurani Soyomukti

3) Buku “Dwitunggal Soekarno-Hatta Pahwalan Proklamator

Kemerdekaan Indonesia”, penulis Tugiyono Ks, Sutrisno Kutoyo

dan Ratna Evy

4) Buku “Bung Karno Panglima Revolusi”, penulis Peter Kasenda.

3. Metode Pengumpulan Data

Data penelitian dicari dengan pendekatan Library Research, yaitu

penelitian perpustakaan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Mengumpulkan buku-buku yang ada relevansinya dengan kajian

permasalahan. Dalam hal ini penulis mengumpulkan buku-buku maupun

data mengenai Soekarno dan Pendidikan Perempuan menurut Soekarno.

b. Mengidentifikasi semua permasalahan yang berkaitan dengan penelitian.

Setelah diperoleh data mengenai pendidikan perempuan menurut

Soekarno, kemudian diidentifikasi berdasarkan rumusan masalah yang

ingin dijawab oleh penulis.

c. Menarik suatu kesimpulan sebagai hasil suatu penelitian tentang pokok

permasalahan. Dari data-data yang telah diidentifikasi, maka penulis

menarik kesimpulan mengenai pendidikan perempuan menurut

(29)

4. Analisis Data

Untuk menganalisis data penulis menggunakan dua metode, yaitu:

a. Metode Deskriptif

Metode Deskriptif yaitu “perumusan filsafat tersembunyi

dideskripsikan sedemikian rupa sehingga terus menerus ada referensi

pada masalah konkret sedetail-detailnya” (Anton dan Achmadi, 1994:

112). Penulis melakukan analisis data dengan metode deskripsi, yaitu

menggambarkan pemikiran Soekarno tentang Pendidikan Perempuan.

b. Metode Analisis

Metode analisis (content analysis), yaitu menganalisis semua

data yang telah didapatkan sehingga nantinya akan mendapatkan data

yang akurat untuk ditulis dan dapat dikombinasikan sesuai dengan

materi data yang dibutuhkan. Metode content analisis adalah suatu

metode untuk mengungkapkan isi pemikiran tokoh yang diteliti

(Nawawi, 1995:68). Soedjono memberikaan definisi content analysis

adalah usaha untuk mengungkapkan isi buku yang menggambarkan

situasi penulis dan masyarakatnya pada waktu itu ditulis (Soedjono,

1999: 14).

H. Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan skripsi ini secara menyeluruh terdapat lima bab untuk

membahas Pendidikan Perempuan Menurut Soekarno. Adapun sistematika atau

(30)

Bab 1 Pendahuluan adalah bab pertama dari skripsi, Bab yang berisi: (1)

latar belakang masalah, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat

penelitian, (5) metode penelitian, (6) penegasan istilah dan (7) sistematika

penulisan skripsi.

Bab II biografi Ir. Soekarno, dalam bab ini berisi tentang, mengenai

Perjalanan hidup Ir. Soekarno, masa kecil Ir. Soekarno, masa remaja Ir.

Soekarno, pendidikan masa kecil Ir. Soekarno, pendidikan masa remaja Ir.

Soekarno, penddikan masa dewasa Ir. Soekarno, dan gelar doctor Ir. Soekarno.

Bab III deskripsi pemikiran, bab ini berisi tentang posisi perempuan pada

masa Soekarno dan pendidikan perempuan menurut Soekarno dalam buku

Sarinah.

Bab IV pembahasan, Bab ini berisi tentang Relevansi Pendidikan

Perempuan menurut Soekarno dalam pendidikan Islam, terdiri dari: (1)

Pendidikan islam dalam politik, (2) Pendidikan islam dalam pekerjaan, (3)

Pendidikan islam dalam keluarga, (4) Pendidikan islam dalam kecantikan.

(31)

BAB II

BIOGRAFI Ir. SOEKARNO

A. Perjalanan Hidup Ir. Soekarno

Seokarno lahir pada Kamis Pon tanggal 18 sapar 1831 tahun saka,

bertepatan dengan 6 juni 1901 di Lawang Sekateng Blitar, Surabaya. Saat fajar

menyingsing, karena itu ia disebut sebagai Putra Sang Fajar. Hari lahirnya

ditandai oleh angka serba enam, tanggal enam bulan enam. Bintangnya adalah

Gemini, lambang kekembaran. Gemini adalah simbol kecerdesan dan memiliki

banyak akal. Ia adalah anak kedua dari bapak dan ibunya. Kakak perempuan

Soekarno adalah Sukarmini lahir dua tahun sebelumnya (Soyomukti, 2012: 13).

Ayahnya bernama Raden Sukemi Sosrodiharjo, semasa hidupnya

menjabat sebagai guru dan kepala sekolah. Ayah Bung Karno adalah keturunan

raja-raja Kediri pada abad ke-12. Sosok ayah yang banyak memberikan ajaran

kasih sayang dan cinta kasih terhadap sesama. Ayahnya adalah seorang pemegang

teguh kearifan lokal Jawa yang berdasarkan semangat “welas asih” dan cinta

kasih. Pak Sukemi adalah penganut Theosof, Beliau mengajarkan prinsip

menyayangi makhluk hidup dalam perkataan “Tat Twan Asi, Tat Twam Asi”

yang artinya “Dia adalah Aku dan Aku adalah Dia, Engkau adalah Aku dan Aku

adalah Engkau” (Soyomukti, 2012: 15).

Ibunya bernama Ida Ayu Nyoman Rai lebih dikenal dengan sebutan

(32)

menentang penjajahan Belanda. Raja Singaraja yang terakhir adalah paman

Ibunda Bung Karno.

Waktu kecil Soekarno diberi nama Koesnososro Soekarno. Tapi nasib

malang menimpa Kusno. Ia dihadapkan pada kondisi yang sulit karena ia sering

sakit-sakitan dan badannya menjadi kurus. Banyak sumber yang mengatakan

bahwa Kusno terserang penyakit Thypus yang hebat sehingga kondisi

kesehatannya melemah dan kondisi tersebut semakin parah saat dia menginjak

usia 11 tahun. Selain itu, riwayat kesehatan Kusno saat kecil tidak hanya masalah

Thypus namun tercatat penyakit lain yang dideritanya, diantaranya yaitu Malaria

dan Disentri(Suseno, 2014: 15-16).

Raden Sukemi yang menginginkan putranya menjadi seorang kesatria

yang akan mengabdi tanah air. Ia mengubah nama Kusno menjadi Soekarno.

Soekarno berasal dari Karna, yaitu seorang pahlawan terbesar dalam cerita

Mahabarata, Karna adalah pejuang bagi negaranya dan seorang patriot yang

sakti(Kasenda, 2014: 220).

Soekarno memiliki Sembilan istri dan 13 anak, yaitu (1) Siti Oetari, (2)

Inggit Ganarsih ibu angkat dari Ratna Djuami dan Kartika. (3) Fatmawati ibu dari

Guntur Soekarnoputera, Megawati Soekarnoputri, Rachmawati Soekarnoputi,

Sukmawati Soekarnoputeri dan Guruh Soekarnoputera. (4) Hartini ibu dari

Muhammad Taufan Soekrnoputera, tetapi pada tahun 1986, dia telah meninggal

dalam usia 30 tahun karena sakit kanker usus, dan Bayu Soekarnoputera. (5)

Ratna Sari Dewi Soekarno ibu dari Karina Kartika Sari Dewi Soekarno. (6)

(33)

Kartini Manoppo ibu dari Totok Suryawan, (9) Heldy Djafa(Susilo, 2008: 34-

58).

Selama hidupnya, Soekarno mempunyai beberapa orang terdekat yang

mampu mempengaruhi kepribadian dan kemimpinannya. Di antara mereka ada

yang mengajari tentang makna kasih sayang dan mengajarinya makna ketulusan

sebuah persahabatan dan juga ada yang menjadi teman setia dalam perjuangan

meraih kemerdekaan. Berikut beberapa orang yang terdekat Bung Karno, yaitu:

(1) Sarinah, pengasuh sekaligus pembimbing: mengajari Bung Karno untuk

mengenal cinta kasih tetapi bukan dalam pengertian jasmaniah dan mengajari

untuk mencintai rakyat. (2) Oei Hong Kian, Dokter gigi yang murah hati: Seorang

dokter gigi yang sering melayani kesehatan gigi Bung Karno dalam kondisi

apapun, Oei Hong Kang selalu menunjukkan kesetiaannya pada Bung Karno,

termasuk ketika ia sudah lengser dari jabatan sebagai presiden. (3) Arif, Supir

Taksi dan Teman Sejati: Arif mengabdi menjadi sopir pribadi Bung Karno hingga

tahun 1960-an. (4) HR. Rasuna Said, Teman pejuang kemerdekaan: Hubungan

Bung Karno dengan Hajah Rangkoyo Rasuna Said dalam hal memperjuangkan

kemerdekaan Indonesia sangatlah dekat. Ia mengawali kiprahnya dalam

organisasi Sarekat Rakyat dan kemudian menjadi anggota Persatuan Muslim

Indonesia (permi). (5) Kennedy, teman yang paling mengerti: John F. Kennedy

adalah presiden Amerika Serikat pada periode 20 Januari 1961 sampai 22

November 1963. Kennedy adalah satu-satunya presiden Amerika Serikat yang

dapat mengerti dan menghormati Bung Karno sebagai sosok sahabat dan

(34)

Keduanya juga mempunyai persamaan sifat, sama-sama gemar membaca dan

menanyakan segala peristiwa. Kennedy juga memberikan bantuan kepada

Indonesia berupa menyumbangkan 10 pesawat Hercules tipe B terdiri dari 8

kargo dan 2 tanker, beras 37.000 ton, dan ratusan senjata selama perang perebutan

Irian Barat. Tetapi, hubungan mereka harus berakhir di tahun 1963 karena

terbunuhnya kennedy. (6) Fidel Castro, kawan terbaik: Fidel Castro merupakan

Presiden Kuba yang anti Amerika. Ia juga menjalin persahabatan yang hangat

dengan Bung Karno. Mereka juga mempunyai kemiripan sifat, yakni tidak pernah

mau didikte Amerika. Salah satu peristiwa yang sempat menunjukkan kedekatan

kedunya adalah pasca terjadinya peristiwa G30S/PKI di Indonesia (Islafatun,

2013: 87-105).

1. Masa Kecil Ir. Soekarno

Sejak kecil, Soekarno memiliki kegemaran membaca buku.

Perkenalannya dengan dunia buku pertama kali adalah saat ia sudah bisa

membaca di umur 6 tahun. Jika ayahnya pulang dari mengajar dan membawa

buku cerita tipis tentang cerita-cerita anak belanda, sejak itu Soekarno suka

sekali membaca buku. Suatu saat ayahnya mengajak ke perpustakaan di

tengah kota dan Soekarno melihat sebuah buku yang amat menarik judulnya

David Copperfield” karangan Charles Dickens, buku inilah yang kemudian

membawa Soekarno pada kesukaan membaca dunia sastra(Suseno, 2014: 18).

Dalam masa kanak-kanak Soekarno hidup bersama ayah bundanya

(35)

kecil Soekarno sering mendengar cerita-cerita kepahlawanan dari ibunya,

sehingga berbagai kisah kepahlawanan itu ikut membina watak dan

kepribadian Bung Karno.Waktu Soekarno masih kecil, ia merupakan anak

yang pemberani dan suka berkelahi, tidak aneh bila sering pulang kerumah

dengan muka bengkak-bengkak atau benjut karena dipukul temannya.

Hebatnya lagi kalau berkelahi ia jarang kalah karena sifatnya yang

pemberani. Sifat pemberaninya itu merupakan warisan dari kedua orang

tuanya.

Pada usia 10 tahun Soekarno suka bergaul dengan semua orang,

bahkan di antara teman-temannya ia seakan-akan menjadi jago atau

pemimpinnya.Ia adalah seorang anak yang prakarsa, sehingga ia sering

menentukan permainan apa yang menjadi acara pada hari itu. Kalau

Soekarno bermain jangkrik semua temannya pun juga bermain jangkrik,

dalam berbagai permainan Soekarno selalu menang saat bermian seperti

urusan memanjat pohon, berkelahi, mengumpulkan cap rokok dan cap cerutu.

Pada umumnya Soekarno tetap seorang anak yang baik dan berjiwa

pemimpin pada masa kecilnya, ia memang suka berkelahi tetapi dengan

alasan yang jelas, seperti membela teman-temannya yang tidak kuat.

Salah satu kesukaan Soekarno waktu kecil adalah menonton wayang.

Dalam permainan wayang yang ia sukai adalah tokoh Bima, yang dilukiskan

(36)

Pahlawan Bima di dalam cerita wayang itu mempengaruhi jiwa Soekarno.

Tokoh wayang Bima disebut Werkudara.

Saat Soekarno berumur 6 tahun, ayahnya dipindahtugaskan untuk

mengajar di Mojokerto, walaupun gaji ayahnya dinaikkan kehidupan

ekonominya masih serba pas-pasan dan tak jauh berubah. Bahkan, dalam

buku biografinya, Penyambung Lidah Rakyat, Bung Karno menamakan

Mojokerto sebagai kota yang identik dengan “kesedihan di masa muda”. Ia

dan orang tuanya tinggal di tempat yang kondisinya miskin. Dikisahkan,

bahwa saat malam lebaran, anak-anak seusianya bergembira dengan bermain

petasan, Bung Karno tidak bisa melakukan hal yang sama. Bahkan, pada saat

Hari Lebaran Bung Karno hanya bisa berbaring di tempat tidurnya yang

kecil, hatinya sedih karena teman-temannya diluar bersuka ria bermain

petasan, sementara ia hanya berdiam diri dirumah, walaupun ia juga

menginginkannya tetapi harapannya tidak terkabulkan karena kondisinya

yang serba pas-pasan (Soyomukti, 2009: 58-59).

Kehidupan Soekarno pada masa kecilnya masih serba pas-pasan,

bahkan masih banyak kekurangan. Ibunda Soekarno seorang wanita yang ulet

dan hemat, guna menghemat uang belanja seringkali Ibu Idayu tidak

langsung membeli beras, tetapi membeli gabah. Tiap hari gabah itu ditumbuk

di lesung supaya menjadi beras kemudian ditanak sampai matang. Seringkali

Soekarno ikut membantu ibunya untuk menumbuk gabah, ia

(37)

Pada waktu kecil, Soekarno sudah akrab dengan rakyat kecil. Di

rumah Soekarno lebih banyak diasuh oleh pembantu rumah tangga, bernama

Mbok Sarinah. Mbok Sarinah ini mempunyai pengaruh besar pada jiwa

Soekarno, ia pernah memberi nasihat pada Soekarno waktu masih kecil

dengan kata-kata,

“Karno, yang terutama harus engkau cintai adalah ibumu. Kemudian engkau harus pula mencintai rakyat jelata. Engkau harus

mencintai manusia sesamanya” (Soyomukti, 2012: 90).

Satu bagian di dalam riwayat hidup Soekarno, di zaman

kanak-kanak yang menarik perhatian ialah perasaan belas kasih terhadap

orang-orang yang hidup melarat, yang kemudian dinamakannya Kaum Marhaen. Ia

suka bergaul dengan orang-orang yang miskin. Dari pergaulan itu ia menarik

beberapa pelajaran dan kesan yang kemudian hari ternyata menentukan

aliran peruangannya. Perhatian terhadap rakyat kecil ini atau Wong Cilik

adalah pengaruh dari pegasuhannya yaitu Mbok Sarinah.

2. Masa Remaja Ir. Soekarno

Pada usia 14 tahun, Soekarno telah tamat dari Europesche Lagere

School (ELS), kemudian ia meneruskan sekolahnya ke Hogere Burger Scool

(HBS) di Surabaya. Selama bersekolah di Surabaya, ia tinggal di rumah

H.U.S Tjokroaminoto. Selama Soekarno di rumah Haji Umar Said

Tjokrominoto, ia membayar uang kost sebesar 11 gulden. Di tempat kostnya,

Soekarno juga hidup sederhana, kamarnya sungguh sempit, tanpa jendela,

(38)

gantungan baju dan tempat tidur sangat sederhana, lampunya juga hanya

remang-remang dengan watt kecil. Orang tuanya tiap bulan hanya mengirim

12,5 gulden. Jadi, uang saku Soekarno harus berhemat sehingga tidak pernah

jalan-jalan di restoran, tidak pernah hidup berfoya-foya dan berhura-hura.

Kadang-kadang Soekarno memang menonton bioskop, biasanya ia duduk di

kelas belakang layar. Bagi yang karcisnya mahal disediakan tempat duduk di

depan layar, tetapi ada juga karcis kelas kambing, yaitu di belakang layar.

Pada saat Soekarno muda, di Indonesia belum ada orang yang

memiliki sepeda motor, hanya ada sepeda yang merupakan harta kekayaan

berharga. Pada masa itu ia belum mempunyai sepeda, seingga ia giat untuk

menabung berbulan-bulan hanya untuk membeli sepeda tersebut. Kemudian

tabungannya yang berbulan-bulan sudah terkumpul berjumlah 8 Rupiah dan

cukup untuk membeli sepeda baru merk Fongers yang paling bermutu pada

waktu itu.

Pada suatu hari, Harsono putera Haji Umar Said Tjokroaminoto

meminjam sepeda Soekarno tanpa izin terlebih dahulu pada pemiliknya.

Tiba-tiba Harsono mengalami nasib yang sial, ia menabrak pohon sehingga

sepeda itu bengkok-bengkok. Mula-mula ia berdiam diri karena takut.

Setelah Soekarno mengetahui, bahwa Harsono yang merusakkan sepeda

barunya, ia menjadi sangat marah kemudian menendang pantatnya Harsono

sampai menangis karena kesakitan. Setelah itu, Soekarno menjadi iba

(39)

diri dan giat menabung lagi, setelah tabungannya terkumpul ia membeli

sepeda Fongers baru. Tetapi, sepeda barunya itu diberikan kepada Harsono

Tjokroaminoto. Sementara sepedanya yang rusak sudah lama

diperbaiki(Tugiyono, 2000: 9-10).

Pada pertunjukkan wayang, tokoh yang menjadi idolanya adalah

Bima atau Werkudara, sosok Bima merupakan pahlawan yang saleh dari

tradisi Jawa. Selain Bima, Karna juga menjadi panutan Soekarno. Pada

bioskop, Soekarno juga mempunyai tokoh idola, yaitu Norman Kerry.

Bahkan ia juga pernah terpengaruh pada gaya sisiran rambut dan potongan

kumis Norman Kerry, untuk beberapa waktu itu ia menyisir rambutnya dan

membiarkan kumisnya tumbuh seperti model tokoh idolanya. Tetapi, masa

puber itu hanya sebentar, ia kembali pada kepribadiannya. Rekreasi yang

disukai Soekarno adalah suka berjalan kaki dan naik sepeda berkeliling kota

dan masuk kampung keluar kampung, bahkan pernah bersepeda keliling

Pulau Jawa pada masa mudanya(Kasenda, 2014: 219-220).

Soekarno waktu muda tidak terlihat menyukai suatu cabang

olahraga, seperti bermain bulu tangkis, tenis, sepak bola maupun catur dan

bridge. Tetapi, ia sangat mementingkan olahraga aerobik alamiah, seperti

berjalan kaki dan berenang di kali. Selain itu, ia juga sering berdarmawisata

ke pegunungan, misalnya ke daerah Wlingi 20 km dari kota Blitar. Bahkan

(40)

ia pergi ke Wlingi tiba-tiba Gunung Kelud meletus, beruntung ia dan

teman-temannya dapat terhindar dari bahaya bencana alam itu.

Masih ada lagi kesukaan Soekarno yang jarang dimiliki

teman-temannya, yaitu membaca buku. Ia seringkali meminjam dan membaca buku

dari perpustakaan perkumpulan Theosofi. Ayahnya memang anggota

Perkumpulan Theosofi, yaitu perkumpulan orang yang tekun mempelajari

dan membahas berbagai aliran agama dan aliran spiritual yang hidup dalam

masyarakat. Tentu saja, sebagian besar buku perpustakaan Theosofi terdiri

dari buku humaniora, filsafat dan renungan kebatinan dari para pemikir dan

filosof. Tidak ada buku tentang hiburan, roman, novel olahraga, dan

hura-hura.

Pada usia 16-18 tahun, Bung Karno sudah gemar membaca buku

filsafat karena itu ia tidak asing dengan buah pikiran para ahli filsafah,

seperti Rabindranath Tagore, Vivekananda, Mahatma Gandhi dan juga para

tokoh keagamaan dan negarawan, seperti Martin Luther dan Sun Yat Sen.

B. Pendidikan Ir. Soekarno

1. Pendidikan Masa Kecil Ir. Soekarno

Pada usia 6 tahun, Soekarno dimasukkan ke sekolah desa di

Tulungagung. Waktu itu dia tidak kelihatan rajin pada saat di sekolahan,

malahan ia termasuk murid yang pemalas, karena terganggu oleh cerita-cerita

(41)

ikut pindah bersama ayahnya, di kota inilah ia meneruskan sekolahnya yang

dipimpin oleh ayahnya.

Pada usia 13 tahun, Soekarno telah lulus dari Sekolah Dasar

Bumiputera. Ayahnya yang bercita-cita agar Soekarno dapat meneruskan

pelajarannya ke sekolah menengah kemudian ke perguruan tinggi. Ayah

Soekarno adalah seorang mantra guru atau kepala sekolah Bumiputera yang

bercita-cita tinggi. Kalau Soekarno tamat sekolah dasar Bumiputera 5 tahun,

pasti tidak dapat meneruskan pelajarannya karena tidak dapat berbahasa

belanda. Karena itu Bapak Sukemi Sosrodihardjo meminta bantuan ibu guru

bahasa Belanda, yaitu Juffrouw M.P. de La Riviere untuk mengajar bahasa

Belanda pada Soekarno. Tiap hari ia belajar bahasa Belanda selama satu jam.

Pada waktu yang singkat ia sudah pandai berbahasa Belanda.

Sesudah itu ayah Soekarno membawanya ke Sekolah dasar Belanda

atau Europesche Lagere School (ELS). Tetapi, bahasa Belanda Soekarno

yang dipandang masih kurang oleh Kepala Sekolah belanda, terpaksa ia

diharuskan kembali mengulang di kelas V sekolah belanda, bukannya duduk

di kelas IV. Agar tidak melanggar batas usia, maka ayahnya menurunkan

umur Soekarno menjadi berusia 12 tahun. Tentu hal tersebut tidak

menyenangkan Soekarno tetapi apa boleh buat terpaksa ia menerima. Di

Sekolah Dasar Belanda, Soekarno mempunyai banyak teman-teman kelas

berbangsa Belanda dan juga keturunan Tionghoa. Di sini, ia mulai tampak

(42)

terpandai sehingga di luar sekolah diambilnya pelajaran-pelajaran bahasa

Perancis.

2. Pendidikan Masa Remaja Ir. Soekrno

Pada usia 14 tahun, Soekarno telah tamat ELS dan lulus Klein

Ambtenaar Examen (Ujian Calon Pegawai Rendahan). Kemudian ia

meneruskan sekolahnya ke HBS di Surabaya. HBS itu kependekan dari

Hogere Burger School artinya sekolah bagi para warga kelas atas.

Sebenarnya HBS itu sekolah menengah pertama dan sekaligus sekolah

menengah umum. Lama belajarnya lima tahun dan tamatannya dapat

meneruskan ke perguruan tinggi. Di sekolah tersebut semua bahasa Eropa

modern, yaitu Inggris, Jerman dan Perancis serta bahasa klasik seperti bahasa

latin. Selama bersekolah di surabaya, ia tinggal di rumah H.U.S.

Tjokroaminoto yang pada waktu itu menjadi pemimpin Sarekat Islam.

Ketika Soekarno belajar di HBS Surabaya, jumlah muridnya ada

300 orang. Hanya 20 orang yang berbangsa Indonesia. Semua murid

Indonesia diwajibkan memakai pakaian daerah. Waktu itu Soekarno juga

selalu memakai kain batik dengan blangkon (tutup kepala) dan jas serta

selop. Kalau ke sekolah ia selalu berjalan kaki, karena jaraknya hanya 1 km,

ia adalah orang yang hemat, ia mampu menabung untuk membeli sepeda

Fongers dua kali, yang satu untuk dirinya sendiri dan yang kedua kalinya

diberikan kepada Harsono.

Pergaulan antar murid di HBS itu ternyata tidak wajar dan tidak

(43)

rendah terhadap murid pribumi atau Indonesia. Apalagi terhadap Soekarno

yang tampak menonjol di antara kawan-kawannya,dimana ia mempunyai

tubuh yang tegap dan tinggi dibandingkan kawan-kawannya, lagi pula

Soekarno mempunyai keberanian.

Selama bersekolah di HBS surabaya, ia tinggal di rumah (in de

kost) Haji Umar Said Tjokroaminoto yang pada waktu itu menjadi pemimpin

Sarekat Islam di kampong Peneleh, Surabaya. Rumah kost itu dikelola oleh

Ibu Umar Said Tjokroaminoto, seorang wanita bangsawan dan puteri seorang

patih. Di rumah itu juga banyak anak Indonseia yang kelak memainkan

peranan dalam sejarah Indonesia, diantaranya Abikusno Tjokrosuyoso yang

kemudian menjadi Menteri Pekerjan Umum dalam Kabinet RI yang pertama,

Hermen Kartawisastra dan Alimin, pemimpin muda Sarekat Islam yang

menjadi Komunis. Rumah Haji Umar Said Tjokroaminoto sering kali

dikunjungi oleh pemimpin-pemimpin sarekat Islam yang lain, diantaranya

Agus Salim, Suryopranoto, dan Abdul Muis (Tugiyono, 2000: 13).

Haji Umar Said Tjokroaminoto mempunyai keyakinan pada

Soekarno, bahwa ia kelak akan menjadi pemimpin bangsa, karena masih

muda dan tumbuh jiwa pemimpin yang besar. Haji Umar Said Tjokroaminoto

pernah berkata tentang Soekarno,

“Ikutilah anak ini, dia akan mejadi pemimpin. Aku bangga karena

(44)

Banyak orang yang mempunyai instuisi bahwa Soekarno akan

menjadi pemimpin, diantaranya Nenek Bung Karno, Ibu Ida Ayu Nyoman

Rai, Profesor Hartagh, guru bahasa Jerman Bung Karno di HBS, Dr.

Douwes Dekker, dan Dr. Danudirja Setiabudhi. Bahkan hampir semua

bangsa Indonesia pada zaman penjajahan, baik terang-terangan maupun

tersembunyi dalam batin menaruh harapan besar bahwa kelak Bung Karno

akan menjadi pemimpinnya.H.U.S Tjokroaminoto sendiri sering mengajak

Bung Karno pergi untuk mengikuti rapat dan pertemuan politik. Bakat

kepemimpinan Bung Karno makin tampak sejak ia duduk di bangku HBS.

Pernah pada suatu waktu Bung Karno mengikuti pertemuan antar-pelajar,

ketika itu ada seorang tokoh pelajar yang berbicara dan mengatakan, bahwa

pelajar harus pandai dan menguasai bahasa belanda dengan baik. Rupanya

Soekarno tidak sepaham dengan pendapat ini, tiba-tiba untuk pertama

kalinya Soekarno naik ke meja dan berpidato dengan nada keras, Soekarno

berkata,

“Tidak betul itu, kita tidak mutlak harus pandai dan menguasai

bahasa Belanda. Ingatlah, tanah Indonesia ini jauh lebih luas daripada negeri Belanda. Penduduknya juga jauh lebih banyak daripada bangsa Belanda, mengapa kita harus menguasai bahasa

mereka”

Kemudian Soekrno melanjutkan,

“adalah lebih penting untuk mempelajari bahasa Melayu. Marilah kita kembangkan bahasa Melayu yang dapat mempersatukan

(45)

Apa yang diuraikan Soekarno itu menjadi bukti bahwa semangat

kebangsaan atau nasionalisme sudah tumbuh dan berkembang pada dirinya

sejak muda, kemudian Bahasa Melayu tersebut berkembang menjadi Bahasa

Indonesia. H.U.S. Tjokroaminoto sangat tertarik pada pemuda ini, kelihatan

dalam dirinya bakat untuk menjadi orang terkemuka di masa depan. Apalagi

setelah Soekarno berpidato di muka rapat-rapat pemuda dengan suaranya

yang lantang, gerak-geriknya yang menarik hati dan pilihan kata yang

bersemangat, sehingga memperlihatkan tanda-tanda bahwa ia mempunyai

bakat yang besar untuk menjadi ahli pidato.

Soekarno kerap sekali menulis dalam Utusan Hindia yang

dipimpin oleh Tjokroaminoto, di sinilah ia memakai nama Bima dalam

tulisan-tulisannya, Kemudian ia memasuki Sarekat Islam. Ia juga tertarik

pada ajaran agama Islam, ketika Kyai Haji Ahmad Dahlan ketua

Persyarikatan Muhammadiyah dari Yogyakarta berkunjung ke rumah H.U.S

Tjokroaminoto dan mengadakan dakwah, ia sangat terpesona oleh apa yang

diuraikannya. Sejak pertemuannya dalam pengajian yang pertama itu,

Soekarno kemudian menghadiri tabligh-tabligh Kyai Haji Ahmad Dahlan

yang lain apabila sedang berdakwah di Surabaya.

Pada tanggal 10 juni 1920, soekarno lulus dari HBS. Sesudah lulus

dari Hogere Burger School, ia dan kawan-kawannya sepakat untuk

(46)

Ibunda Bung Karno dengan tegas melarang, Soekarno tetap ingin pergi ke

luar negeri dan berkata kepada Ibunya,

“Apa salahnya bersekolah di lur negeri”

Dengan cepat Ibunya bertanya,

“Apa sebabnya Karno begitu ingin bersekolah di negeri Belanda?

Apakah ingin memperoleh ilmu pengetahuan dan ijazah? Ataukah

berharap dapat mengawini gadis Belanda?”

Soekrno menjwab,

“ingin mendapat ilmu pengetahuan dan ijazah.”

Ibunya menjawab,

“kalau begitu, belajar di sini, di Indonesia juga akan mendapat ilmu pengetahuan dan ijazah” (Susilo, 2016: 25)

Maka Soekarno melepaskan niatnya untuk pergi ke negeri

Belanda dan bersiap-siap pergi ke Bandung untuk menjadi mahasiswa

Technische Hoge School(THS) yang sekarang dikenal sebagai ITB (Institut

Teknologi Bandung).

3. Pendidikan Masa Dewasa Ir. Soekarno

Pada tahun 1920 Soekarno lulus pendidikan Hogere Burger School

di Surabaya. Ia melanjutkan ke Technische Hoge School (sekarang ITB)

dibandung. Ia mengambil jurusan teknik sipil. Di sana, ia tinggal di kediaman

Haji Sanusi yang merupakan sahabat Tjokroaminoto dan masih termasuk

anggota Sarekat Islam. Ketika di THS, ia juga aktif di berbagai kegitan,

bersama Ki Hajar Dewantara, Tjipto Mangunkusumo, dan Douwes Deker. Ia

(47)

seorang yang rajin belajar dan telah menyelesaikan studinya di banyak

tempat, ternyata lebih banyak memperoleh ilmunya dengan cara mencari

sendiri, baik berguru pada tokoh-tokoh yang berpengaruh maupun melalui

buku-buku yang ia baca. Meskipun ia memiliki sekitar 26 gelar akademis di

sepanjang hidupnya, namun gelar-gelar yang ia terima itu berupa doktor

Honoris Causa (Islafatun, 2013: 28).

Dia semakin pintar dan gemar membaca buku bahkan gemar

membaca karya orang-orang besar dunia. Di antaranya, ia mengagumi

Thomas Jefferson dengan Declaration of Independence yang ditulis tahun

1776 (Suseno, 2014: 29). Pada 25 Mei 1926, Soekarno berhasil

menyelesaikan studinya dan mendapatkan gelar Insinyur. Dengan gelar yang

dimiliki, ia dinobatkan sebagai seorang ahli perancang bangunan, pekerja

jalan raya, dan pegairan. Soekarno berkata,

“Dengan dua orang kawan bangsa Indonesia yang berhasil

bersama-sama denganku, maka pada tanggal 25 Mei 1926 aku

memperoleh promosi dengan gelar “Ingenciur”. Ijazahku dalam

jurusan teknik sipil menentukan, bahwa aku adalah seorang spesialis dalam pekerjaan jalan raya dan pengairan. Aku sekrang

diberi hak untuk menuliskan namaku: Ir. Raden

Soekarno”(Islafatun, 2013: 33)

Setelah menyelesaikan studinya di THS, Soekarno tidak berhenti

dari kiprah berorganisasi. Di tahun 1926, ia kembali mendirikan Algemene

Studie Club yang didirikan oleh Dr. Soetomo. Organisasi inilah yang mejadi

cikal bakal berdirinya Partai Nasional Indonesia tahun 1927 (Islafatun, 2013:

34). Selain belajar tekun sebagai mahasiswa untuk mencapai gelar insinyur,

(48)

Sementara itu, pergaulannya yang semakin meluas di kota Bandung menjadi

pusat pergerakan nasional. Di kota Bandung, tempat berdiamnya Dr. Tjipto

Mangunkusumo, Dr. Douwes Dekker kemudian menjadi Dr. Danudirdja

Setiabudhi, Drs. Sosrokartono, dan kakak kandung Ibu Raden Ajeng Kartini

juga menetap di Bandung. Demikian pula Abdul Muis dan Otto

Iskandardinata dan Sutan Syahrir yang juga menetap di Bandung. Bung

Karno juga mempunyai banyak teman mahasiswa yang sama-sama peduli

pada nasib bangsanya, diantaranya ialah Iskaq dan Anwari. Sedangkan, Dr

Tjipo Manngunkusomo yang lebih tua, lebih senior di panggil “sepku” atau

my chief alias my boss oleh Bung Karno. Sep itu dari kata Chef bahasa

belanda yang artinya sama dengan Chief. Kemudian Soekarno dan

teman-temannya sepakat untuk membentuk suatu studi-klub seperti yang didirikan

oleh Dr. Sutomo di Surabaya, yang berhasil mendirikan perkumpulan di

antara kaum cendekiawan Indonesia dengan nama Indonesische Studie

Club(Tugiyono, 2000: 22-23).

Bung Karno kemudian aktif dalam kegiatan organisasi pemuda

Tri Koro Darmo yang dibentuk sebagai organisasi dari Budi Oetomo. Pada

tahun 1918, nama organisasi tersebut kemudian ia ganti menjadi Jong Java

(pemuda jawa). Selain itu, kegemarannya dalam menulis kembali

ditekuninya dengan aktif menulis di harian Oetoesan Hindia yang juga di

(49)

Pada akhirnya, di Bandung didirikan studi klub, bernama

Generale Studie Club atau Algemeene Studie Club yang dipimpin oleh

Soekarno dan didampingi oleh Iskaq dan Anwari. Menurut Bung Karno,

Studie Club sebagai persiapan untuk membentuk partai politik yang

berhaluan kebangsaan atau nasionalisme. Jadi, bukan berpaham marxisme

atau komunisme dan islamisme.

Pada tanggsal 25 Mei 1925, Soekarno dapat menyelesaikan

studinya di THS setelah melalui perjuangan selama 5 tahun. Ia dapat lulus

setelah membuat skripsi tentang perencanan sebuah pelabuhan, sejak itu

nama resminya menjadi Ir. Soekarno kependekan dari Insinyur. Pencapaian

gelar akademis bukan hanya kemenangan bagi Bung Karno pribadi, tetapi

juga merupakan kemenangan bagi seluruh bangsa Indonesia terutama bagi

pergerakan kemerdekaan nasional. Kemudian pada tanggal 26 Juli 1926

membangun biro teknik bersama temannya untuk menopang

ekonominya(Suseno, 2014: 21).

C. Gelar Doctor Ir. Soekarno

Kepintaran dan kejeniusan Soekarno juga bias dilihat dari 26 gelar

Doktor Honoris Causa yang telah diterima Bung Karno Selama Hidupnya, 26

gelar doktor tersebut, yaitu:

a. Tanggal 30 januari 1951, Doktor HC dalam Ilmu Hukum dari Far Eastern

University, Manila, Filipina.

b. Tanggal 19 September 1952, Doktor HC dalam Ilmu Hukum dari Universitas

(50)

c. Tanggal 24 Mei 1956, Doktor HC dalam Ilmu Hukum dari Columbia

University, New York, Amerika Serikat.

d. Tanggal 27 Mei 1956, Doktor HC dalam Ilmu Hukum dari Michigan

University, Michigan, Amerika Serikat.

e. Tanggal 28 Juni 1956, Doktor HC dalam Ilmu Hukum dari Mc Gill

University, Montreal, Kanada.

f. Tanggal 23 Juni 1956, Doktor HC dalam Ilmu Teknik drai Berlin University,

West Berlin, Jerman Barat.

g. Tanggal 11 September 1956, Doktor HC dalam Ilmu Hukum dari

Lomonosov University, Moskow, USSR (Uni Soviet).

h. Tanggal 13 September 1956, Doktor HC dalam Ilmu Hukum dari Beograd

University, Belgrado, Yugoslavia.

i. Tanggal 23 September 1956, Doktor HC dalam Ilmu Hukum dari Karlova

University, Praha, Cekoslovakia.

j. Tanggal 27 April 1959, Doktor Hc dalam Ilmu Hukum dari Istanbul

University, Istanbul, Turki.

k. Tanggal 30 April 1959, Doktor HC dalam Ilmu Hukum dari Warsaw

University, Warsawa, Polandia.

l. Tanggal 20 Mei 1959, Doktor HC dalam Ilmu Hukum dari Brazil University,

Ro de Jeneira, Brazillia.

m. Tanggal 11 April 1960, Doktor HC dalam Ilmu Politik dari Sofia University,

(51)

n. Tanggal 13 April 1960, Doktor HC dalam Ilmu Politik dari Bucharest

University, Bucharest, Rumania.

o. Tanggal 17 April 1960, Doktor HC dalam Ilmu Mesin dari Budapest

University, Budapest, Hungaria.

p. Tanggal 24 April 1960, Doktor HC dalam Ilmu Filsafat dari Al-Azhar

University, Kairo, Mesir.

q. Tanggal 5 Mei 1960, Doktor Hc dalam Ilmu Sosial dan Politik dari La Paz

University, La Paz, Bolivia.

r. Tanggal 13 September 1962, Doktor HC dalam Ilmu Teknik dari Institut

Teknologi Bandung, Bandung, Indonesia.

s. Tanggal 2 Febuari 1963, Doktor HC dalam Ilmu-ilmu Pengetahuan

Kemasyarakatan dari University Indonesia.

t. Tanggal 29 April 1963, Doktor HC dalam Ilmu-ilmu Pengetahuan Hukum,

Politik dan Hubungan-hubungan Internasional dan Universitas Hasanuddin,

Makasar, Indonesia.

u. Tanggal 14 Januari 1964, Doktor HC dalam Ilmu Hukum dan Politik dari

Royal Khmre University, Phom Penh, Kamboja.

v. Tanggal 2 Agustus 1964, Doktor HC dalam Ilmu Hukum dari University of

the Philipiness, Manila, Filipina.

w. Tanggal 3 November 1964, Doktor HC dalam Ilmu Pengetahuan Politik dari

Universitas Pyongyang, Pyongyang, Korea Utara.

x. Tanggal 2 Desember 1964, Doktor HC dalam Ilmu Ushuluddin Jurusan

(52)

y. Tanggal 23 Desember 1964, Doktor HC dalam Ilmu Sajarah dari University

Padjadjaran, Bandung, Indonesia.

z. Tanggal 3 Agstus 1965, Doktor HC dalam Ilmu Filsafat Ilmu Tuhiddari

(53)

BAB III

DESKRIPSI PEMIKIRAN

A. Posisi Perempuan pada Masa Ir. Soekarno

Dalam sejarah, perempuan merupakan kelompok yang tertindas,

ketertindasan perempuan sangat meluas hampir seluruh masyarakat Indonesia,

terutama pada masa Soekarno. Penindasan terhadap perempuan disebabkan oleh

masyarakat perbudakan, feodal, kapitalisme, hingga patriaki. Masyarakat itulah

yang membuat kaum perempuan mengalami ketertindasan. Ketertindasan yang

menyebabkan kaum perempuan mengalami kesengsaraan sehingga membuat

kaum perempuan berada pada posisi yang tidak menguntungkan. Soekarno

mengungkapkan didalam bukunya yang berjudul Sarinah, yaitu:

Saya bukan ahli fiqih. Tentunya agama Islam mempunyai hukum-hukum tertentu tentang perempuan. Tetapi saya mengetahui, bahwa di dalam masyarakat Islam, dulu, dan sekarang, ada beberapa aliran tentang posisi perempuan. Ada yang “kolot”, ada yang “modern”, ada yang “sedang”. Semuanya membawa dalil-dalilnya sendiri. Mana yang benar? Mana yang salah? (Soekarno, 2010: 9).

Berbicara tentang masyarakat dulu dan sekarang pastinya berbeda,

masyarakat dulu yang masih kuat dengan budaya kekolotannya membuat kaum

laki-laki bertindak sewenangnya kepada perempuan, seperti mengurung

perempuan di dalam rumah dan tidak diperbolehkan untuk keluar rumah, dimana

mereka hanya berdiam diri di dalam rumah dan melayani suami, merawat anak,

(54)

Keadaan yang dialami kaum perempuan dapat dicontohkan, seperti teman

Soekarno yang sebagai guru sekolah di Bengkulu, ia mempunyai istri yang

sangat dicintainya, akan tetapi ia tidak memperbolehkan istrinya untuk keluar

rumah apalagi bertemu orang lain. Dengan demikian, membuat istrinya tidak

menyukainya dan ia merasa bahwa dirinya terkurung. Soekarno mengungkapkan,

Ternak masih melihat dunia-luaran, tetapi di beberapa daerah di Indonesia masih banyak Zubaida-Zubaida dan Saleha-Saleha yang dikurung antara dinding-dinding yang tinggi. Yang mereka lihat sehari-hari hanyalah suami dan anak, periuk nasi dan batu pipisan saja. Ya, sekali-sekali mereka boleh keluar, sekali-sekali, kalau sang suami mengizinkan (Soekarno, 2010: 8).

Jadi, Menurut Soekarno adalah seorang laki-laki harus memberi

kemerdekaan yang lebih kepada perempuan, karena perempuan bukanlah

patung atau benda yang harus disimpan didalam rumah, tetapi sosok perempuan

yang harus diperhatikan dan dimuliakan. Maka sebagai laki-laki harus memberi

kebebasan perempuan untuk mendapatkan pengetahuan yang luas. Penindasan

dan ketidakadilan yang dialami kaum perempuan semakin bertambah sehingga

menyebabkan merosostnya kedudukan perempuan dalam masyarakat. Menurut

Soekarno, masyarakat harusnya bersikap adil kepada perempuan, walaupun

secara fisik perempuan dan laki-laki itu berbeda tetapi mempunyai posisi yang

sama dan peran mereka sama-sama dibutuhkan untuk kemajuan bangsa

Indonesia. Perempuan itu berbeda dengan laki-laki, namun juga sama dengan

laki-laki. Ada kondisi umum yang menjadikan perempuan sama dengan laki-laki,

(55)

berbeda, tetapi bukan berarti untuk dibedakan. Soekarno mengungkapkan

didalam bukunya yang berjudul Sarinah, yaitu:

Alangkah baiknya masyarakat yang sama adil di dalam hal ini. Yang sama adil pula di dalam segala hal yang lain-lain. Saya akui, adalah perbedaan yang fundamental antara laki-laki dan perempuan. Perempuan tidak sama dengan laki-laki, laki-laki tidak sama dengan perempuan. Itu tiap-tiap hidung mengetahuinya (Soekarno, 2010: 24).

Selain itu perbedaan gender juga membuat kaum perempuan mengalami

ketidakadilan dalam posisinya, posisi yang tidak adil dalam masyarakat.

Masyarakat yang memandang bahwa peran dan kedudukan perempuan dan

laki-laki itu berbeda. Sebab, kodrat perempuan adalah sebagai ibu maupun istri, yang

sebagai penjaga rumah tangga, sedangkan laki-laki kodratnya sebagai pencari

nafkah. Soekarno mengungkapkan didalam bukunya yang berjudul

Sarinah,yaitu:

Kodrat alam menetapkan perempuan dibawah laki-laki, sempurnakannlah perempuan itu untuk lebih sempurna mengabdi laki-laki! (Soekarno, 2010: 153).

Hanya dikarenakan kodrat perempuan adalah dalam wilayah domestik,

membuat mereka harus tetap didialam rumah dan tidak diperbolehkan untuk

keluar rumah, dengan demikian membuat kaum perempuan tidak memperoleh

haknya untuk berperan aktif dalam ranah publik. Bangsa Indonesia tidak akan

maju apabila posisi perempuan selalu direndahkan apalagi berada dibelakang.

Menurut Muslhikhati (2004: 32) mengatakan, penyebab perempuan pada posisi

terbelakang adalah salah perempuan sendiri, yaitu karena kebodohan dan sikap

Referensi

Dokumen terkait

Karena khusuknya, mereka tidak mendengar seorang prajurit yang datang tergesa-gesa hendak melaporkan bahwa rombongan Baginda telah tiba.“Sampaikan kepada Tuan Putri, Baginda

Mereka disekresikan oleh jaringan perifer dalam bentuk glutamin (untuk menghindari nitrogen yang dikeluarkan dari tubuh) yang diambil oleh hepatosit mana NH3 tersebut

dalam hal pemusnahan minuman beralkohol dilaksanakan setelah putusan Pengadilan yang sudah memperoleh keputusan hukum tetap, dilakukan oleh Pejabat Kejaksaan dan disaksikan

keberhasilan proses pendidikan di sekolah. Kompetensi pedagogis ini terkait dengan cara mengajar yang baik dan tepat, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan

Permasalahan selanjutnya adalah tidak semua guru di sekolah terutama guru di tingkat Sekolah Dasar mampu membuat atau merancang alat peraga pembelajaran sebagai alat bantu

Penentuan bahan kajian muatan lokal didasarkan pada kriteria berikut; (a) Kesesuaian dengan tingkat perkembangan peserta didik, (b) Kemampuan guru dan ketersediaan

PENGANGKATAN DOSEN PEMBIMBING SKRIPSI/ TUGAS AKHIR PROGRAM SARJANA (S1) FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2017/2018 PROGRAM STUDI

airlock antara bagian dalam dan luar. Akses ambulans ke unit darurat tidak akan melalui koridor rumah sakit terbuka untuk akses publik. Semua ambulans harus ditandai dengan