• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

G. Sistematika Penulisan Skripsi

Untuk memudahkan penjelasan terhadap pokok-pokok permasalahan yang akan dikaji maka perlu adanya sistematika penulisan sehingga pembahasan akan lebih sistematis dan runtut.

Pada halaman pembuka mencakup halam judul, halaman nota pembimbing, halaman pengesahan, halaman pernyataan keaslian tulisan,halaman motto, halaman persembahan, abstrak dan daftar isi.

BabI Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, metode penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan skripsi.

BabII berisi tentang Kompilasi Ayat tentang surat An-Nahl, Kosa kata (mufrodat) dan pokok-pokok isi kandungannya surat An-Nahl ayat 90 serta Penafsirannya menurut beberapa Mufasir.

Bab III Asbabun Nuzul dan Munasabah berisi tentang sejarah turunnya suarat An-Nahl, tema dan tujuan utama surat An-Nahl, hubungan surat An-Nahl dengan surat sebelumnya (Surat Al-Hijr) dan surat sesudahnya (Surat Al-Isra‟).

Bab IV Pembahasan pada bab ini membahas tentang pendidikan Akhlak dalam Surat An-Nahl ayat 90 dan Relevansi Surat An-Nahl ayat 90 dengan kurikulum Akidah akhlak yang ada di madrasah tsanawiyah

Bab V Pada bab terakhir yaitu penutup yang meliputi kesimpulan dan saran-saran.

BAB II

KOMPILASI AYAT A. Redaksi Surat An-Nahl Ayat 90

Sesuai dengan judul bab ini, maka penulis menyajikan kompilasi ayat-ayat yang menjadi tema pembahasan dalam skripsi ini. Adapun ayat-ayat yang dikaji adalah ayat 90 dari surat An-Nahl:



































Artinya:

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan dan Dia melarang (Melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan, Dia memberi pengajaran kepada kamu agar kamu dapat mengambil pelajaran” (Al-Qur‟an dan Terjemahnya, 2010 : 420)

B. Arti Kosa Kata ( Mufrodat)

Setelah menyajikan teks ayat dan terjemahnya, perlu bagi penulis untuk menyajikan beberapa kosakata penting terkait dengan ayat tersebut . Kosa kata yang disajikan sesuai dengaan urutan tulisan :

   

dengan keadilan (Dia) menyuruh Allah Sesungguhnya

   

Hubungan kerabat yang punya

dan memberikan

bantuan dan kebaikan

    

Dan mungkar Perbuatan keji Dari dan (Dia) melarang

    

ingat/kalian mengerti

agar kalian Diamengajar

kalian

Dan kedurhakaan

(Departemen Agama RI, 2007: 277)

1. لدعي– لدع

Adala-ya‟dilu yang memiliki arti keadilan(Yunus,1990:258) ngadlun: keadilan (Bakry,1953:2) Kata „adl adalah bentuk msdar adala-ya‟dilu

-„adlan-wa udulan-wa-adalatan. Kata kerja ini berakar pada huruf-huruf „ain,

dal, dan lam.Yang makna pokoknya adalah al-istiwa‟ (Keadaan lurus) dan

makna yang bertolak belakang yakni menyimpang atau lurus, sama dan

bengkok atau berbeda. Jadi seorang „adl adalah berjalan lurus. Pada dasarnya pula seorang yang „adl berpihak kepada yang benar karena

semuanya harus sama-sama memperoleh haknya(Shihab, 2007:5). Dalam hal ini لدعلا / al-adlu secara bahasa berarti persamaan dalam segala perkara, tidak lebih dan tidak kurang. Disinidimaksudkankesetimpalandalam kebaikandankeburukan(Maraghi,1987:233)

2. ًاٌْسُح– ُيُسْحَي- َيُسَح

Khasuna - yahsunu-khusnan yang memiliki arti baik, bagus(Yunus,1990:103) Ihsan yang artinya Perbaikan (Bakry,1953:25) kata al-Ihsan memiliki arti membalas kebaikan dengan yang lebih banyak

dari padanya, dan memebalas kejahatan dengan memberi

maaf(Maraghi,1987:233) al-ihsan menurut Ar-Raghib Al-Asfahani digunakan untuk dua hal pertama memberi nikmat kepada pihak lain,dan kedua perbuatan baik (Shihab, 2002:699)

3. ءاتيا/ Ita‟i

Kata ( ءاتيا ) Ita‟i/ yang memiliki arti Pemberian terambil dari kata kerja ataa- yu‟tii yang makna kata ita‟ii merupakan bentuk masdar dari kata kerja tersebut kata ita‟i merupakan sesuatu yang dampak dan

ganjarannya tidak tergambarkan atau terlukiskan karena ia dinilai Allah sebagai sesuatu yang agung(Shihab,2002:700).

4. ًَتْرُق- ْةَتاَرَق

ْةَتاَرَق

-ًَتْرُق yang memiliki arti keluarga, kaum kerabat, karib(Yunus,1990:335) Kata muqarabiinييترقه / berarti orang-orang yang didekatkan, jamak dari kata al-muqarrab, bentuk isim maf‟ul dari kata

qarraba. Kata dasarnya adalah qaruba–yaqrobu–qurb-dan qurban/ –برق برقي

– برق -

ىاترق berarti dekat, mendekat, berdekatan dengan. Kedekatan yang terkandung pada arti asalnya meliputi kedekatandari segi tempat,waktu,nisbat dan kedudukan, pemeliharaan, penjagaan dan kemampuan(Shihab,2007:644)

5. ( اهٌي- اهً)

Naha adalah bentuk fiil madhi, bentuk mudhari‟nya yanha

dan masdarnya adalah nahyan.Kata naha yang memiliki arti melarang supaya tidak melampaui batas.Kata naha digunakan dengan arti menahan diri dari hawa nafsu. Jadi maksud naha dalam kata ini ialah Allah melarang manusia untuk tidak melampaui batas atau menahan hawa nafsunya(Shihab, 2007:692)

6. ءاَشْحى ََ َف– شحاىف- هشح اَف

ءاَشْحى ََ َف – شحاىف -هشحاَفyang memiliki arti zina dosa yang sangat keji (Yunus,1990:308) Kata fahisyah adalah bentuk kata sifat yang terambil dari akar kata yang terdiri atas tiga huruf yaitu fa-ha- syin, Ibnu Faris di dalam kitabnya, Mu‟jamu Muqayis lughah menjelaskan bahwa

akar tersebut menunjukkan pada arti hal-hal yang buruk. Demikian pula Ibnu manzhur di dalam kitabnya, Lisanul „Arab mengatakan bahwa segala

karakter yang buruk, baik perbuatan maupun perkataan disebut al-fukhsy. Kata al-fukhsy, al-fakhisyah dan al-fakhisy banyak digunakan di dalam hadis dengan makna yang menunjukkan pada maksiat dan dosa yang amat keji yang mudharatnya sangat besar. Ibnu katsir mengatakan bahwa kebanyakan kata tersebut digunakan di dalam arti zina. Kata

al-fakhsya‟ digunakan untuk dua macam redaksi yaitu ada dalam bentuk

positif(yang tidak didahului kata “tidak”) dan ada di dalam bentuk negatif (yang didahului oleh kata “tidak”). Di dalam bentuk positif dikatakan Allah melarang perbuatan al-fakhsya‟ dan al-munkar (Shihab dkk, 2007:202) al-fakhsya‟ dalam ayat ini maksudnya ialah perkataan dan

perbuatan yang buruk termasuk di dalam perbuatan yang zina, minum khamar, rakus, tamak, mencuri serta perbuatan lain yang tercela(Maraghi,1987:234)

7. )ركٌولا) Al-Munkar

Dari segi bahasa berarti sesuatu yang tidak dikenal sehingga diingkari atau yang memiliki arti ingkar. Ibnu Taymiyah mendefinisikan munkar dari segi pandangan syariat sebagai “Segala sesuatu yang dilarang oleh agama” (Shihab, 2002:701) dalam ayat ini maksud dari kata al-munkar ialah apa yang diingkari oleh akal berupa

dorongan-dorongan kekuatan emosional, seperti memukul dengan keras,membunuh dan menganiaya manusia(Maraghi, 1987:234)

8. ) يغثلا ) Al-Baghyu

Baghi yang memiliki arti kedurhakaan/menyombongkan, terambil dari kata bagha yang berarti meminta /menuntut, kemudian maknannya menyempit sehingga pada umumnya ia digunakan dalam arti menuntut hak pihak orang lain tanpa hak dan dengan cara aniaya atau tidak wajar. Kata tersebut mencakup segala pelanggaran hak dalam bidang interaksi sosial, baik pelanggaran itu lahir tanpa sebab seperti perampokan, pencurian dan lain sebagainnya(Shihab, 2002:702) yang dimaksud dalam ayat ini ialah menyombongkan diri

kepada manusia yang melakukan kedzaliman dan

permusuhan(Maraghi, 1987:234). 9. Al-Wadh‟u

Al-wadh‟u yang memiliki arti mengajar atau pembelajaran,

yang dimaksud al-wadh‟u dalam ayat ini yaitu pengingatan akan

kebaikan dengan memberi nasehat dan petunjuk(Maraghi, 1987:234) 10. )ركذ )Dzakara

Dzikir yang memiliki arti mengingat-ingat apa yang telah diketahui sebelumnya. Kata ad-dzikr merupakan salah satu nama kitab Suci Al-qur‟an yang berarti peringatan/Petunjuk.Dalam ayat ini

supayamenjadikanpelajaran atau petunjuk bagi kita semua(Shihab, 2007:191)

C. Pokok Kandungan Surat An-Nahl ayat 90

Setelah menyajikan teks ayat dan terjemahnya, selanjutnya penulis akan menyajikan beberapa pokok kandungan ayat 90 dari surat An-Nahl.



































Artinya:

“Sesunguhnya Allah menyuruh (Kamu) berlaku adil dan berbuat kebijakan dan dia melarang (Melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepada kamu agar kamu dapat mengambil pelajaran (Q.S An-Nahl ayat, 90)

1. Kandungan Al-Lubab Quraish Shihab

Allah secara terus menerus memerintahkan siapapun diantara hamba-hamba untuk berlaku adil dalam sikap, ucapan, tindakkan alau terhadap diri sendiri.Juga menganjurkan berbuat ihsan yakni yang lebih utama dari pada keadilan dan juga pemberian apapun yang dibutuhkan dan sepanjang kemampuan, lagi dengan tulus kepada kaum kerabat.Disisi lainAllahmelarang

segala macam dosa, lebih-lebih perbuatan keji yang amat dicela oleh agama dan akal sehat seperti zina.

Demikian juga kemungkaran yakni hal-hal yang yang bertentangan dengan adat istiadat yang sesuai dengan nilai-nilai agama, dan melarang juga penganiayaan yakni segala sesuatu yang melampaui batas kewajaran.Demikian Allah memberi pengajaran dan bimbingan menyangkut segala aspek kebajikan agar manusia selalu ingat dan mengambil pelajaran yang berharga (Shihab, 2012:187)

2. Kandungan dari Tafsir Ibnu Katsir

Allah Ta‟ala menerangkan bahwa dia menyuruh hamba-hambanya berlaku adil, yaitu bersikap tengah-tengah atau seimbang, serta dianjurkan berbuat ihsan. Firman Allah “Dan memberi kepada kaum Kerabat” berarti

menyuruh supaya bersilaturrahimkepada kerabat. Dan Allah melarang dari

perbuatan keji dan kemungkaran “Fawakhisy” ialah berbagai perbuatan yang diharamkan.

Munkarat berarti perbuatan haramyang dilakukanseseorang dengan terang-terangan”. Dia memeberi pengajaran kepada kamu yakni dia menyuruhmu kepada kebaikan dan melarangmu dari keburukan, agar kamu

3. Kandungan Tafsir Al-Maraghi

Kata adil sebagaimana terdapat pada ayat tersebut menurut Al-Maraghi adalah Al-Musawah fi kull syai‟in bi laa ziyadatah wala nuqsban

fih(Memperlakukan segala sesuatusecara sama tanpa menambah dan Sedangkan yang dimaksud adil dalam ayat tersebut ialah al-mukafa‟ah fi al -Khair wa al-syarr (memenuhi yang baik dan yang buruk).

Sedangkan kata ihsan lebih tinggi dari pada kata Al-Khair adapun kata itai dzilqurba berarti memberikan hak kaum kerabat dengan cara bersilaturrahmi dan berbuat baik. Kata Al-fakhsya‟ berarti sesuatu berupa ucapan dan perbuatan

yang dinilai buruk seperti berbuat zina, meminum khamr.Sedangkan kata Al-Munkar adalah sesuatu yang timbul karena desakan amarah dengan kuat seperti memukul dengan bengis. Adapun kata al-baghy berarti merasa lebih tinggi dari orang lain dan memaksa orang lain dengan cara memusuhi dan berbuat dzalim. Dan kata al-wa‟dz berarti mengingatkan orang lain agar berbuat baik dengan

memberikan nasehat dan petunjuk(Maraghi, 1992:240)

Kesimpulan yang dapat diambil dari ayat tersebut ialah bahwa Allah menyuruh manusia agar berbuat adil yaitu menunaikan kadar kewajiban berbuat baik dan terbaik dengan meningkatkan kepatuhan dan menjunjung tinggi perintah Tuhan, berbuat kasih sayang pada ciptaan-Nya dengan bersilaturahmi kepada mereka.

Selanjutnya kata adil digunakan untuk kegiatan yang lebih khusus.Kata adil dihubungkan dengan tugas seorang hakim yang memutuskan suatu perkara. Allah berfirman:





















































Artinya:“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat

kepada yang berhak menerimannya, dan (Menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memeberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepada kamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi maha

melihat”(Qs.An-Nisa ayat 58)

4. Tafsir al-Azhar Tiga perintah tiga larangan

Sesungguhya Allah memerintahkan berlaku adil dan berbuat ihsan dan

memberi kepada keluarga yang terdekat”. Tiga hal yang diperintahkan Allah supaya dilakukan sepanjang waktu sebagai alamat dari ta‟at kepada tuhan.

Pertama jalan Adil: yaitu menimbang yang sama berat, menyalahkan yang salah dan membenarkan mana yang benar, mengembalikan hak kepada yang yang mempunyai dan jangan berlaku dzalim/ aniaya. Lawan dari adil ialah dzalim, yaitu memungkiri kebenaran karena kehendak mencari keuntungan bagi diri sendiri, mempertahankan perbuatan yang salah.

Yang selanjutnya yaitu Ihsan yang artinya selalu mempertinggi mutu amalan, berbuat yang lebih baik dari pada yang sudah-sudah. Ihsan yang kedua ialah kepada sesama mahluk yaitu berbuat lebih tinggi lagi dari keadila.Al-Qurtubi menulis dalam tafsirnya,maka sesungguhnyaAllah suka sekali hambanya berbuat Ihsan sesama mahluk, sampaipun kepada burung yang engkau pelihara dalam sangkarnya, dan kucing di dalam rumah.

“Dan melarang dari pada yang keji- keji yang dibenci dan aniaya”

inilah tiga larangan Allah yang sepantasnya dijauhi oleh orang yang beriman kepada Allah. Allah melarang segala perbuatan yang keji-keji yaitu dosa yang amat merusak pergaulan dan keturunan. Yang di dalam Al-Quran biasa disebut dengan al-fahsya‟ yang dituju ialah segala yang berhubungan dengan

zina. Segala pintu yang menuju kepada zina, baik berhubungan dengan pakaian yang memabukkan aurat, atau cara-cara lain yang menimbulkan nafsu

syahwat yang menuju ke perbuatan zina.“DiberiNya nasehat kepada kamu,

supaya kamu ingat”. Ketiga perintah yang waib kamu kerjakan itu dan larangan yang wajib kamu jauhi itu ialah untuk keselamatan dirimu sendiri supaya kamu selamat dalam pergaulan hidup (Hamka, 1983:280)

5. Tafsir Al-Quranul majid An-Nuur

Allah menyuruh manusia berlaku adil dan ihsan serta teteap berjalan imbang ,tidak melampaui batas, dan tidak menguranginnya. Selain itu Allah menyuruh manusia berebuat ihsan dan berbuat kebajikan kepada

mahluk-Nya.Martabat ihsan yang tertinggi adalah berbuat ihsan kepada orang yang berbuat buruk kepada kita.Nabi telah memerintahakan kita untuk berbuat ihsan. Diriwayatkan dari As-Sya‟bi bahwasannya Nabi bersabda:

يه ًلإ يسحت ىأ ى اسحلاأ سيل كىيلا ءاسأ يه ًلا يسحت ىأ : ى اسحلاآ

كيلإ يسحا

“ Ihsan adalah kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat buruk

kepadamu dan bukanlah ihsan itu kamu berbuat baik kepada orang yang

berbuat baik kepadamu”.Waiitaaidzil qurba yang artinya dan memberikan pertolongan kepada kerabat. Memberi apa yang diperlukan kepada para kerabat. Ayat ini menunjukkan tugas menghubungi rahim (Menjalin hubungan persaudaraan) serta kerabat,dan mendorong kita memberi sedekah mereka. Masuk kedalam pengertian kerabat disini adalah kerabat yang dekat dan kerabat yang jauh.Karenannya, kita dituntut oleh agama supaya memberikan pertolongan yang mereka butuhkan. Allah menyuruhmu untuk berlaku adil, berbuat ihsan, dan memberi pertolongan kepada kaum kerabat.Selain itu Allah mencegah kamu untuk berbuat keji, munkar, dan zalim. Tujuannya supaya kamu mengambil pelajaran dengan perintah tersebut, lalukamu mengamalkan apa yang mendatangkan keridhaan Allah dan mendatangkan kebaikan didunia dan diakhirat(Ashiddieqy, 2000:581)

Kesimpulan dari pendapat beberapa mufasir tadi ialah bahwasannya :

a. Al-Lubab Quraish Shihab

Allah selalu memerintahkan hambanya untuk selalu bersikap adil,dalam sikap /ucapan,tindakan, anjuran berbuat ihsan, memberi yang dibutuhkan kepada kerabat. Allah melarang berbuat keji, penganiayaan, segala yang melewati kewajaran dan Allah memberikan pelajaran dari setiap peristiwa yang terjadi. b. Tafsir Ibnu Katsir

Allah menyuruh hambanya untuk berlaku adil, sikap tengah-tengah, seimbang, berbuat ihsan, bersilaturrahim kepada kerabat, merlarang perbuatan keji dan mungkar (Fawakhisy) perbuatan yang diharamkan, dan memberi pengajaran

yakni amar ma‟ruf nahi mungkar agar kamu bisa mengambil pelajarannya.

c. Tafsir Al-Maraghi

Allah menyuruh manusia agar berbuat adil yaitu menunaikan kadar kewajiban berbuat baik dan terbaik dengan meningkatkan kepatuhan dan menjunjung tinggi perintah Tuhan, berbuat kasih sayang kepada ciptaan-Nya dengan bersilaturahmi kepada mereka.

d. Tafsir Al-Azhar

Allah menyuruh manusia untuk melaksanakan tiga perintah dan tiga larangan yaitu berlaku adil, ihsan, memberi kepada keluarga terdekat dan melarang dari yang keji, penganiayaan, dan zina

e. Tafsir Al- Qur‟annul majid An-Nurr

Allah menyuruh manusia untuk berlaku adil, tidak melampaui batas dan tidak mengurangi, berbuat ihsan, berbuat kebajikan kepada mahluk-Nya Dan mencegah dari keji, mungkar dan dzalim. Agar kamu dapat mengambil pelajaran dengan hal tersebut dan mengamalkanya.

BAB III

A. Asbabun Nuzul dan Munasabah 1. Asbabun Nuzul

Kata asbab merupakan jamak taksir dari sabab yang artinya

“sebab”.Menurut lisan al-Arab diartikan saluran, yaitu segala sesuatu yang menghubungkan satu benda ke benda lainya (Efendi, Fathurrohman, 2014:77) Kata nuzul adalah isim masdar dari nazala yang berarti menurunkan sesuatu atau kejadian sesuatu (Budiharjo, 2012:21).

Secara Etimologi kata Asbab an-nuzul berarti turunnya ayat-ayat al-Quran yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Muhammad SAW secara berangsur-angsur yang bertujuan untuk memperbaiki akidah, ibadah, akhlak dan pergaulan manusia yang sudah menyimpang dari kebenaran. Asbab an-nuzul (sebab turun ayat) disini dimaksudkan sebab-sebab yang secara khusus berkaitan dengan turunnya ayat-ayat tertentu.Sedangkan menurut sebagian

ulama‟seperti imam Asy-Sya‟bi mengatakan turunnya Al-qur‟an ke Baitul

izzah pertama-tama dimulai pada malam lailatul qadar.Setelah ini diturunkan secara berangsur-angsur.Sedikit demi sedikit dalam berbagai kesempatan dari beberapa waktu yang berlainan (Abdul jalal, 2012, 51-55).

Dalam suarat An-Nahl ayat 90 disini penulis tidak menemukan asbabun nuzulnya akan tetapi dalam ayat 91-92 ada munasabah atau hubungannya dengan asbabun nuzul dari ayat 90.

Ketika itu Rasulullah, apabila menerima seseorang memeluk agama islam langsung dibaiat (Diadakan janji setia). Sehubungan dengan itu, maka Allah SWT Menurunkan ayat 91 dan 92 sebagai ketegasan bahwa bagi mereka yang sudah berbaiat dengan Rasulullah SAW janganlah sekali-kali mengingkari baiat itu. Jangan seperti wanita yang merajut intalan benang dengan kokoh kemudian merusaknya kembali.Sungguh perbuatan sia-sia.Ini gambaran bagi orang-orang yang sudah baiat kemudian kembali kepada kekufuran.

Ayat ke-91 diturunkan untuk memeberi perintah agar kaum muslimin berbaiat kepada Rasulullah SAW. Yakni berjanji setia untuk mempertahankan panji-panji islam dan memeluk islam dengan penuh konsekuen. Saidah Al-Ashdiyah, seorang majnun (gila) yang pekerjannya hanya menggulung dan mengurai rambut terus menerus, tidak bosan melakukan bongkar pasang. Sehubungan dengan itu maka Allah SWT menurunkanayat ke 92 sebagai perumpamaan bagi orang-orang yang telah mengikuti perjanjian kemudian mengingkarinya. Mereka tidak lebih dalah orang yang majnunn(Gila) yang menggelung rambut kemudian mengurainyan kembali.

2. Munasabah

Kata Munasabah berasal dari kataةثساٌه - ةساٌي - ةساً merupakan bentuk tsulasi mujaradnya ةساً yang berarti hubungan sesuatu dengan sesuatu yang lain (Ahmad Bin Faris Bin Zakariyah, V, 1976:423) munasabah berarti muqorobah ( ةتراقه( atau kedekatan dan kemiripan. Dengan demikian munasabah menurut istilah ialah adanya kecocokan, kepantasan dan keserasian antara ayat dengan ayat antara surat dengan surat (Budiharjo, 2012: 39)

Munasabah secara etimologi berarti kedekatan (almuqarrabah) dan kemiripan atau keserupaan (Al-Musyakalah).Ia juga bisa berarti hubungan atau persesuaian. Secara terminologi munasabah adalah Ilmu Al-Qur‟an

yang digunakan untuk mengetahui hubungan antar ayat atau surat dalam

Al-qur‟an secara keseluruhan dan latar belakang penempatan tertibnya ayat dan

suratnya. Menurut shihab seperti yang dikutib Baidan bahwa munasabah adalah kemirip-miripan yang terdapat pada hal-hal tertentu dalam al-qur‟an

baik surat maupun ayat-ayatnya yang menghubungkan uraian satu dengan yang lainnya (Baidan,2010:184-185)Munasabah dibagi menjadi tujuh macam yaitu:

b. Hubungan antara satu ayat dengan ayat setelahya.

c. Hubungan antara akhiran ayat dengan awal ayat (Said, 2014:xxii) d. Tartib surah-surah dalam Alqur‟an dan hikmah dibalik peletakan satu

surah pada tempatnya.

e. Hubungan antara pembukaan surah dengan akhir surah sebelumnya. f. Hubungan antara awal surah dengan isi surah.

Dari berbagai macam munasabah diatas, disini penulis hanya akan menerapkan munasabah antara Ayat dan Surat yaitu antara ayat sebelumnya (An-Nahl ayat 89) dan sesudahnya (An-Nahl ayat 91) serta Surat sebelum(Al-Hijr) dan sesudahnya (Al-Isra‟).

1) Munasabah Ayat

Surat An-Nahl ayat 90 memiliki munasabah (Korelasi) dengan ayat sebelum dan sesudahnya. Dalam surat An-Nahl ayat 89 menjelaskan tentang kesaksian para nabi terhadap umatnya dihari kebangkitan, dan Nabi Muhammad SAW akan bersaksi atas umat yang sekarang ini dan juga akan bersaksi atas seluruh umat manusia. Dan diturunkan Al-Qur‟an yang

menjelaskan segala sesuatu dan menjadi petunjuk untuk manusia (Imani, 2005: 633).

Kemudian dilanjutkan ayat 90, dijelaskan bahwa Allah memerintahkan kepada manusia agar melakukan keadilan dan bermuarah hati serta

memaafkan anggota-anggota keluarga dan orang yang ada disekitar kita. Setelah itu dijelaskan lagi mengenai tiga prinsip negatif yang harus dijauhi manusia diantaranya adalah: perbuatan keji (fakhsya) mengisyaratkan pada dosa-dosa yang laten dan tersembunyi, sedangkan kata munkar (perbuatan menjijikkan)merujuk pada perbuatan dosa terang-terangan, sementara baghy (keangkuhan) merujuk pada apapun pelanggaran yang dilakukan terhadap hak-hak diri sendiri serta penindasan dan pengagu1ngan diri sendiri dalam kaitannya dengan orang lain (Imani,2005:637)

Di akhir ayat ditekankan kembali agar manusia menjalankan prinsip-prinsip tersebut yaitu prinsip-prinsip kebangkitan kembali prinsip-prinsip keadilan, kemurahan hati, dan penyimpangan berupa perbuatan keji, mungkar, serta menciptakan kehidupan dunia yang tenang dari segala jenis malapetaka dan kerusakan (Imani,2005:638)

Dilanjutkan pada ayat 91, bahwa Allah menyuruh manusia untuk menepati janji dan melarang membatalkan sumpah yang sudah diikrarkan.Masalah sumpah (ayman, jamak dari yamin) yang disebutkan dalam ayat tersebut memiliki makna yang mencakup baik sumpah yang dilakukan manusia dengan Allah maupun mereka lakukan dengan sesamanya dengan namaAllah. Dengan kata lain setiap jenis komitmen yang dibuat atas namaAllah dan dengan sumpah yang menyertakan nama-namaNya (Imani, 2005:641).

2) Munasabah Surat

a) Munasabah surat An-Nahl dengan surat sebelumnya (Al-Hijr)

Sebagaimana umumnya surah-surah yang turun di mekah sebelum hijrah berisi soal-soal ketauhidan, kerasulan, dan hari kiamat, begitu pula kedua surah ini. Pada bagian akhir surat al-Hijr (ayat 92-93), Allahmenyatakan bahwa manusia akan dimitai pertanggung jawabannya pada hari kiamat atas apa yang dikerjakannya di dunia. Pada wal surat An-Nahl Allah menegaslan kepastian datangnya hari kiamat. Pada bagian pertama surat Al-Hijr, Allah menerangkan tentang kebenaran al-qur‟an

serta jaminan-Nya untuk memeliharanya, sedang dalam surat An-Nahl terdapat ancaman bagi mereka yang mendustakan kebenaran Al-Qur‟an itu

(Departemen agama RI, 2009:278 )

b) Surat An-Nahl dengan Surat Sesudahnya(Al-Isra‟)

Dalam Suarat An-Nahl Allah menyebutkan perselisihan orang-orang yahudi tentang hari sabat, kemudian dalam surat al-Isra‟ dijelaskan syarat

Dokumen terkait