• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.6 SISTEMATIKA PENULISAN

Penelitian ini terbagi menjadi beberapa bab. Bab 1 membahas mengenai latar belakang dilakukannya penelitian, rumusan masalah, batasan masalah, tujauan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab 2 membahasa mengenai landasan-landasan teori yang digunakan dan menjadi acuan bagi penulis dalam menyusun penelitian. Selain itu diuraikan pula mengenai referensi-referensi yang relevan dan berhubungan untuk pembahasan masalah yang dikaji dalam skripsi ini. Bab 3 membahas mengenai alat-alat yang digunakan dalam penelitian, alur penelitian dan konfigurasi pada perangkat. Bab 4 membahas mengenai data yang diperoleh dalam penelitian dan pembahasan mengenai data tersebut.

4

9Kesimpulan dan saran pengembangan tesis untuk kedepannya dideskripsikan pada bab 5.

5

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Pustaka

Penelitian ini meneliti tentang kinerja otomasi jaringan Border Gateway Protocol (BGP) menggunakan library Python Paramiko dan Napalm pada sistem operasi Linux Ubuntu 18.04. Fungsi dari otomasi jaringan pada penelitian ini sebagai proses mengotomasikan konfigurasi jaringan yang diletakkan pada suatu program menggunakan bahasa pemprograman Python. Terdapat 2 library Python yang nantinya akan dilakukan perbandingan yaitu Paramiko dan Napalm. Penelitian menggunakan parameter konvergensi, nilai throughput dan delay untuk melakukan analisa.

Penelitian sebelumnya Kukuh Nugroho berjudul “Perbandingan Kinerja Paramiko dan Netmiko Dalam Proses Otomasi Jaringan” membahas konfigurasi jaringan secara otomatis (Network Automation) dengan routing OSPF menggunakan script Python library Paramiko dan Netmiko sebagai pembanding dalam penelitian tersebut [5]. Routing dilakukan secara terpusat pada sebuah komputer yaitu Ubuntu Docker yang didalamnya sudah diberikan program Python untuk melakukan konfigurasi ke semua perangkat router. Penelitian yang mejalankan dua library secara otomasi untuk kemudian dibandingkan menggunakan parameter konvergensi, nilai throughput dan delay dengan bantuan software Wireshark untuk menghitung waktu pemberian perintah konfigurasi ke router. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh bahwa library paramiko memberikan waktu konvergensi ke perangkat router 4,14 kali lebih cepat dibandingkan library Netmiko.

Penelitian Paul Mihăilă berjudul “Network Automation and Abstraction using Python Programming Methods” membahas konfigurasi jaringan menggunakan network automation pada bahasa pemrograman Python [6]. Penelitian mengontrol perangkat jaringan dengan program library Paramiko dan Netmiko. Pada penelitian ini juga meneliti mengenai standarisasi untuk otomasi perangkat multi vendor programabilitas menggunakan standar NTAF (Network Test Autimation Forum), berdasarkan XMPP dan metode driver yang nanti akan diterapkan juga pada library Napalm dan Napalm mendukung sebagian besar vendor penting. Namun pada

6

penelitian ini tidak terdapat analisa terhadap perbandingan library Python Napalm, maka dari itu penelitian ini dijadikan dasar penelitian yang akan dilakukan.

Penelitian Song Xing berjudul “On the Application of BGP Routing Views”

membahas pengukuran Web dan penyebaran jaringan untuk memperkirakan jumlah alamat IP server web akif [4]. Dua atribut pada table BGP seperti NEXT_HOP dan AS-PATH yang digunakan untuk mencari tahu server Web yang aktif. Serta terdapat lebih banyak data BGP dari router untuk masuk ke jalur AS agar memperoleh gateway yang efisien untuk komunikasi data.

Penelitian Siti Ummi Masruroh berjudul “Performance Evaluation of Routing Protocol RIPv2, OSPF, EIGRP With BGP” membahas perbandingan kinerja kombinasi internal dengan menggunakan parameter QoS untuk memperoleh nilai [7].

Hasil yang didapat yaitu kombinasi dari protokol routing OSPF-BGP dengan memiliki throughput tinggi, packet loss yang rendah dan nilai jitter terkecil.

Penelitian Selamat Muslimin berjudul “Analisis Performance Routing Border Gateway Protokol (BGP) Pada Jaringan Ipv4 dan Ipv6” membahas penggunaan routing BGP menggunakan protokol jaringan IPv4 dan IPv6 yang melakukan pengujian menggunakan parameter throughput untuk mendapatkan performansi kinerja BGP pada IPv4 dan IPv6 [8]. Penelitian menggunakan bantuan sofrware iperf yang berfungsi mengatur parameter throughput, delay, packet loss untuk mendapatkan parameter terbaik guna meningkatkan performansi jaringan. Dari hasil penelitian memperoleh hasil dari pengukuran throughput IPv4 memiliki ukuran paket yang lebih rendah yaitu rata-rata 66,85 MBps, sedangkan throughput IPv6 mendapatkan ukuran paket yang lebih tinggi dengan rata-rata 68,44 MBps. Nilai yang dihasilkan throughput berpengaruh terhadap ukuran paket yang lebih besar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

2.2 Otomasi Jaringan

Otomasi jaringan merupakan proses pengotomatisan jaringan untuk penyediaan, manajemen, serta keamanan jaringan dari fisik maupun virtual. Otomasi jaringan ini dapat memaksimalkan efisiensi dan fungsional jaringan, serta proses berulang yang dapat dilakukan secara otomatis. Otomasi jaringan sendiri dapat mengikuti perkembangan jaringan yang sangat besar, sehingga dengan digunakannya otomasi jaringan dapat menurunkan biaya operasional dibandingkan melakukkannya secara manual yang juga dapat terjadinya human error yang lebih tinggi saat

7

konfigurasi jaringan. Cara kerja dari otomasi jaringan sendiri dengan menentukan cara paling efektif untuk dilakukannya konfigurasi dan penglolaan jaringan. Otomasi jaringan ini berbasis API yang menggantikan perintah berjenis line command, API dapat dilakukan menggunakan bahasa pemprograman seperti Python, java dan Go [9].

Otomasi jaringan juga merupakan suatu proses mengotomatisasi konfigurasi perangkat jaringan seperti router dan multi-layer switch yang sudah termasuk dalam suatu program dengan menggunakan bahasa pemrograman tertentu [6].

Program batas jaringan didasarkan pada metode pemrograman umum, seperti java dan Python. Gunakan sistem operasi yang mendukung eksekusi bahasa pemrograman tertentu untuk menjalankan program otomatisasi jaringan. Dengan otomatisasi jaringan, administrator jaringan tidak perlu lagi melakukan konfigurasi perangkat jaringan secara manual, tetapi hanya perlu menggunakan satu program untuk menyelesaikan konfigurasi perangkat. Hasilnya, tugas administrator yang kompleks dapat diselesaikan dalam waktu yang lebih singkat. Otomatisasi jaringan tidak hanya dapat menjalankan fungsi otomatis dari konfigurasi peralatan, tetapi juga dapat mengotomatiskan pengelolaan dan pengoperasian peralatan jaringan. Program dengan berbasis script dapat menyederhanakan waktu, tenaga, dan kesalahan manusia, dan oleh karena itu banyak digunakan di dunia jaringan dan administrator sistem untuk mengotomatiskan tugas konfigurasi [10].

2.3 Library Python

Python merupakan bahasa pemprograman interpretative multiguna yang lebih menekankan pada keterbacaan kode agar lebih mudah untuk memahami sintaks serta mudah untuk dipelajari. Bahasa Python muncul pada tahun 1991, dirancang oleh seorang bernama Guido van Rossum yang sampai saat ini masih dikembangkan oleh Python Software Foundation. Bahasa Python sendiri mendukung system operasi Linux. Python adalah bahasa pemrograman open source yang juga dapat digunakan di berbagai sistem operasi (seperti Linux, Windows, MacOS, dll.) serta dapat dijalankan dengan cara syntax interpreter dan script [11].

2.3.1 Paramiko

Paramiko merupakan salah satu library pada Python yang digunakan sebagai SSHv2 server maupun client [12]. SSHv2 sebagai server dapat menentukan pengguna yang dapat mengakses atau saluran yang izinkan untuk dilalui, sedangkan SSHv2

8

sebagai client dapat mengotentikasi menggunakan sandi atau password. Library Paramiko pada Python yang membuat koneksi dengan perangkat jarak jauh melalui SSH. Paramiko menggunakan SSH2 sebagai pengganti SSL untuk membuat koneksi yang aman antara dua perangkat [13]. Perintah pada library Paramiko dapat mengeksekusi menggunakan mode privilege, serta dapat melakukan konfigurasi dengan mode global “conn_send”. Selain itu paramiko merupakan library asli Python yang mengakibatkan tidak dapat dikombinasikan selain source code dari bahasa pemrograman Python.

2.3.2 Napalm

NAPALM (Network Automation and Programmability Abstraction Layer with Multi-Vendor Support) adalah sebuah library atau pustaka Python yang dapat kita gunakan untuk keperluan network automation and programmability. NAPALM memiliki sejumlah fungsi yang dapat digunakan untuk memanipulasi konfigurasi atau untuk mengambil data dari perangkat jaringan [14]. Napalm mendukung beberapa OS jaringan seperti, Arista EOS, Cisco IOS, Cisco IOS-XR, Cisco NX-OS and Juniper JunOS. Kebanyakan Napalm digunakan untuk mendapatkan information, misalkan OS version, host name and list interface. Dengan NAPALM dapat melakukan penggantian atau penggabungan konfigurasi lengkap. NAPALM juga memungkinkan untuk mengembalikan perubahan dan melakukan konfigurasi berbeda untuk membantu penyimpangan konfigurasi di jaringan.

2.3.3 Perbedaan Paramiko dan Napalm

Tabel 2.1 Perbedaan Library Paramiko dan Napalm

No Paramiko Napalm

1. Tidak support file JASON Support file JASON

2. Tidak mendukung banyak vendor Mendukung banyak vendor (seperti Arista, Cisco, dan Juniper)

3. File .py mencakup spesifikasi seperti IP add, DHCP, dan routing

File .py mencakup IP Add, DHCP, dan routing secara terpisah

4. Paramiko tidak dapat melihat spesifikasi perangkat

Napalm dapat melihat spesifikasi perangkat (seperti IP Add, DHCP, routing dll)

9 2.4 Secure Shell (SSH)

SSH (Secure Shell) merupakan protokol jaringan yang berada di lapisan aplikasi pada protokol TCP / IP, memfasilitasi sistem komunikasi yang aman diantara dua sistem yang menggunakan arsitektur klien server dengan memerluka kunci umum dan password yang aman kerahasiaannya. SSH digunakan untuk mengendalikan komputer jarak jauh (remote), mengirim file, membuat terowongan yang terenkripsi (tunnel/port forwarding) dan lain-lain [15]. SSH berada pada port 22 yang merupakan sebuah protokol jaringan kriptografi untuk komunikasi yang aman, login antarmuka baris pemerintah, perintah eksekusi jarak jauh dan layanan jaringan [16]. Port forwarding menyediakan kemampuan untuk mengkonversi koneksi TCP tidak aman ke koneksi SSH aman untuk pengalihan koneksi dari suatu IP ke IP lain sehingga seolah-olah klien menghubungi IP tujuan secara langsung, dengan port forwarding melalui SSH akan membentuk sambungan yang aman antara komputer lokal dengan komputer remote melalui layanan yang disampaikan.

2.4.1 SSH Server

SSH server dapat saling terhubung dengan SSH client dikarenakan memiliki kunci yang sama dengan aman dan terenkripsi pada perangkat jaringan dengan melakukan verifikasi. Koneksi antara SSH server dan client tidak akan terhubung apabila tidak memiliki kunci yang sama untuk melakukan verifikasi. SSH server digunakan sebagai penerima permintaan (request) dari client dan mengeksekusi perintah seperti layanan ataupun command yang diminta oleh client.

2.4.2 SSH Client

SSH client dapat menghubungkan koneksi dengan menggunakan kunci yang sama, kemudian akan melakukan enkripsi yang bertujuan untuk memastikan kerahasiaan dan keutuhan data yang akan ditukar antar client dan server. Dapat disebut bahwa SSH client sebagai awal dilakukannya koneksi dengan memanggil SSH server menggunakan PuTTY, dilanjut dengan SSH server mengirimkan public key ke SSH client dan akan direspon oleh SSH client dengan memberikan jawaban pada SSH server berupa verifikasi.

10 2.5 Routing

Routing merupakan proses berpindahannya data melalui jaringan dengan melalui beberapa segmen jaringan menggunakan peralatan yang disebut router [17].

Router digunakan untuk memilihkan jalur data yang tepat sesuai tujuan yang dituju.

Router mengolah informasi mengenai arah jalur yang akan dilalui dalam sebuah table routing yang terdiri dari routing statis berupa administrator jaringan akan melakukan update secara manual sehingga hanya dapat digunakan pada jaringan dengan skala yang kecil dan terdapat routing dinamis yang dapat melakukan update table routing secara otomatis dapat digunakan pada jaringan dengan skala yang lebih besar.

Pada protokol routing dinamis terdapat Interior Gateway Protocol (IGP) dan Exterior Gateway Protocol (EGP) . IGP digunakan pada satu jaringan Autonomous System (AS) yang sama, dalam IGP terbagi menjadi dua (2) jenis yaitu Distance Vector merupakan jenis routing protokol yang melakukan pemilihan jalur berdasarkan jarak dri router ke tujuan dan Link State merupakan jenis routing protokol yang memilih jalur berdasarkan kondisi link. Terdapat beberapa jenis Distance Vector seperti RIP dan EIGR, sedangkan pada Link State terdapat OSPF dan IS-IS. Protokol routing EGP digunakan untuk menghubungkan jaringan antar AS seperti Border Gateway Protocol (BGP).

2.5.1 BGP

Border Gateway Protocol (BGP) merupakan satu-satunya yang berfungsi sebagai EGP yang digunakan untuk menghubungkan reouter-router yang berbeda AS.

BGP terletak dibagian terluar dari suatu AS [18]. Border Gateway Protocol adalah protokol perutean area luas yang lazim, internet terdiri dari Autonomous System yang menggunakan BGP untuk mengimplementasikan perutean IP antar-AS dan intra-AS berdasarkan sekumpulan atribut. BGP router bertukar informasi perutean pada pertukaran data awal dan setelah pembaruan tambahan, ketika pembaruan terjadi, router mengirim bagian tabel perutean mereka yang telah berubah. Protokol BGP menggunakan empat jenis pesan yaitu pesan terbuka dengan memulai komunikasi, perbarui pesan yaitu menyediakan pembaruan yang dikirim menggunakan TCP, notification message yaitu untuk menutup sesi aktif dan pesan tetap hidup yaitu memberi tahu rekan BGP bahwa perangkat aktif dan dikirim cukup sering untuk mencegah sesi kedaluarsa. Kelebihan yang dimiliki BGP yaitu

11

mendukung VLSM dan CIDR [18]. Sedangkan kekurangan yang dimiliki berupa konfigurasi yang lebih kompleks.

Gambar 2.1 Klasifikasi Protokol Perutean Dinamis

12 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian berisi uraian diagram alur penelitian, diagram simulasi yang akan dijelaskan dalam flowchart, alat yang digunakan dan rancangan topologi jaringan. Diagram alur penelitian menjelaskan mengenai tahap penelitian.

Selanjutnya diagram alur simulasi yang menjelaskan mengenai proses simulasi jaringan penelitian. Dalam proses simulasi membutuhkan alat pendukung yang berfungsi untuk menunjang jalannya penelitian. Penelitian ini juga membutuhkan topologi jaringan yang digunakan sebagai objek pengambilan data untuk proses analisis penelitian.

3.1 Diagram Alur Penelitian

Tahapan pada proses yang akan dilakukan dalam penelitian ini digambarkan dalam diagram alur penelitian pada Gambar 3.1. Pada tahap pertama dimulai dengan melakukan instalasi Ubuntu Network Automation pada GNS3 yang sudah mendukung Network Automation. Pada Ubuntu Network Automation nantinya akan diberikan program konfigurasi menggunakan kedua library Python yaitu Paramiko dan Napalm serta sudah termasuk konfigurasi BGP sesuai dengan bahasa pemrograman Python yang sudah mendukung Network Automation. Kemudian dilanjutkan dengan membuat topologi jaringan pada GNS3 yang terdiri dari 1 buah Ubuntu Network Automation, 1 buah switch, 8 buah router dan 4 buah client.

Setelah membangun topologi jaringan dilanjutkan dengan membuat dua program konfigurasi BGP menggunakan library Paramiko dan Napalm yang diletakkan pada Ubuntu Network Automation dengan menjalankan program library Paramiko terlebih dahulu. Setelah berhasil library Paramiko dijalankan dilakukannya otomasi BGP dari Network Automation melalui switch hingga ke masing-masing interface untuk pengambilan data. Dilanjutkan dengan library Napalm dijalankan hingga pengambilan data dilakukan untuk melakukan analisis dan diambil kesimpulan.

Pengambilan data yang akan hasilkan menggunakan bantuan perangkat lunak Wireshark berupa kinerja waktu yang diperlukan Ubuntu Network Automation untuk berhasil melakukan konfigurasi BGP sampai dengan tersambung router serta

13

client, nilai throughput dan delay juga akan dilakukan analisis, berikut uraian dari parameter yang digunakan.

Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian

14 3.2 QoS

Quality of Service (QoS) adalah kemampuan sebuah jaringan untuk menyediakan layanan lebih baik bagi layanan trafik. Parameter QoS terdiri dari throughput, delay, jitter dan packet loss. Penjalasan parameter QoS yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu throughput dan delay yang akan diuraikan sebagai berikut.

3.2.1 Troughput

Throughput merupakan kecepatan transfer data. Throughput adalah jumlah total kedatangan paket yang sukses diamati pada tujuan selama interval waktu tertentu dibagi oleh durasi interval waktu tersebut. Perhitungan throughput terdapat pada persamaan 3.1 dan Tabel 3.2 berdasarkan standarisasi TIPHON [19].

Persamaan perhitungan throughput :

𝑇𝑟𝑜𝑢𝑔ℎ𝑝𝑢𝑡 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐷𝑎𝑡𝑎 𝑌𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑖𝑘𝑖𝑟𝑖𝑚 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑖𝑟𝑖𝑚 𝐷𝑎𝑡𝑎

(3.1) Tabel 3.2 Standarisasi Throughput Menurut TIPHON

Kategori Throughput Throughput (bps) Index

Sangat Bagus 100 4

Bagus 75 3

Sedang 50 2

Buruk <25 1

3.2.2 Delay

Delay adalah waktu yang dibutuhkan sebuah data untuk menempuh jarak dari asal ke tujuan. Delay dapat dipengaruhi oleh jarak media fisik, kongesti atau waktu lama proses yang lama. Perhitungan delay terdapat pada persamaan 3.2 dan Tabel 3.3 berdasarkan standarisasi TIPHON [19].

Persamaan perhitungan delay :

𝐷𝑒𝑙𝑎𝑦 = 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑃𝑎𝑘𝑒𝑡 𝐷𝑖𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎 − 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑃𝑎𝑘𝑒𝑡 𝐷𝑖𝑘𝑖𝑟𝑖𝑚 (3.2) Tabel 3.3 Standarisasi Delay Menurut TIPHON

Kategori Delay Besar Delay(ms) Index

Sangat Bagus <150 4

15

Bagus 150 - 300 3

Sedang 300 - 450 2

Jelek >450 1

3.3 Alat Yang Digunakan

Dalam penelitian ini memerlukan beberapa alat penunjang yang digunakan sebagai media dalam membantu proses pengambilan data agar dapat berjalan dengan baik, alat penunjang terdiri dari perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software).

3.3.1 Perangkat Keras (Hardware)

Perangkat keras atau hardware merupakan perangkat yang memiliki bukti fisik digunakan sebagai perangkat keras utama yang digunakan pada penelitian ini yaitu satu buah PC.

1. PC (Personal Computer)

Pada PC yang digunakan untuk penelitian ini menggunakan system operasi Ubuntu 18.04 64-Bit. PC akan menggunakan GNS3 sebagai penghubung jaringan dalam proses penelitian ini. Untuk spesifikasi PC yang digunakan dalam penelitian ini terdapat pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Spesifikasi PC Host OS

Sistem Operasi Windows 10 64 bit

Processor Intel(R) Core i3-6006U [email protected]

RAM 8 GB

Hardisk 1 TB

3.3.2 Perangkat Lunak (Software)

Perangkat lunak atau software merupakan perangkat yang tidak memiliki bukti non fisik yang dimana pada penelitian ini akan diinstal pada PC menggunakan beberapa perangkat lunak seperti berikut :

1. GNS3 VM (Virtual Machines)

16

Untuk menjalankan virtualisasi perangkat dalam jumlah yang banyak akan memerlukan resource yang besar. GNS3 VM (Virtual Machines) sebagai alternatif agar komponen-komponen GNS3 dapat berjalan dengan optimal tanpa memberatkan jalannya CPU komputer fisik dan resiko kehilangan workspace lebih kecil. GNS3 VM sendiri merupakan virtualisasi sistem operasi Linux yang terinstal GNS3 server. Pada GNS3 GUI Windows version memiliki batasan dalam menjalankan virtualisasi Qemu, namun dapat berjalan optimal pada sistem Linux.

GNS3 VM dapat dibangun pada server VPS (Virtual Private Server) ataupun dedicated server jika memerlukan resource yang besar dalam menjalankan simulasi. GNS3 VM yang dibangun pada server VPS atau dedicated server disebut GNS3 remote server, dimana komputer fisik tidak menggunakan resource komputer tetapi menggunakan remote VPN terhadap GNS3 VM tersebut. GNS3 VM sendiri terinstal secara VPS (Virtual Private Server) yang merupakan server fisik yang dibagi menjadi beberapa server virtual atau maya yang menggunakan teknologi virtualisasi sehingga dapat menginstal OS dan software tambahan sesuai kebutuhan.

2. Wireshark

Wireshark digunakan untuk melakukan analisis protokol jaringan dengan menangkap trafik yang dikirimkan pengirim ke penerima yang dituju pada penelitian ini. Untuk spesifikasi perangkat lunak terdapat pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5 Spesifikasi Perangkat Lunak

GNS3 VM Sistem Operasi Ubuntu 18.04

RAM 16 GB

Hardisk 32G

CPU 4 Core

Automation Network Sistem Operasi Ubuntu 18.04

RAM 16 GB

Hardisk 32G

CPU 4 Core

Router 1 RAM 700 MB

Router 2 RAM 700 MB

17

Router 3 RAM 700 MB

Router 4 RAM 700 MB

Router 5 RAM 700 MB

Router 6 RAM 700 MB

Client 1 Sistem Operasi Ubuntu 18.04

RAM 700 MB

CPU 1 Core

Hardisk 30 GB

Client 2 Sistem Operasi Ubuntu 18.04

RAM 700 MB

CPU 1 Core

Hardisk 30 GB

Client 3 Sistem Operasi Ubuntu 18.04

RAM 700 MB

CPU 1 Core

Hardisk 30 GB

Client 4 Sistem Operasi Ubuntu 18.04

RAM 700 MB

CPU 1 Core

Hardisk 30 GB

3.4 Rancangan Topologi

Penelitian ini menggunakan topologi jaringan otomasi BGP dengan perangkat jaringan yang terdiri dari 8 (delapan) buah router Cisco, 1 (satu) buah switch, 4 (empat) buah host dan 1 (satu) buah Ubuntu Network Automation seperti yang terdapat pada Gambar 3.2.

18

Gambar 3.2 Topologi Network Automation

Gambar 3.3 tertera Ubuntu Network Automation terhubung dengan switch agar dapat tersambung dengan seluruh router pada jaringan saat melakukan pengiriman program otomasi. Untuk melakukan pengiriman program menggunakan ICMP dari satu Client ke Client yang lain untuk memastikan program otomasi yang berasal dari Ubuntu Network Automation berhasil melakukan konfigurasi jaringan BGP ke setiap router pada jaringan. Untuk melakukan konfigurasi memerlukan alamat IP yang sebelumnya sudah di masukkan di setiap PC pada jaringan yang digunakan agar saat melakukan konfigurasi BGP dapat saling terhubung. Alamat IP disetiap interface yang terdiri dari router, host dan Ubuntu Network Automation ditera pada Table 3.6.

Tabel 3.6 Alamat IP Perangkat Jaringan

Perangkat Interface Alamat IP Perangkat Interface Alamat IP

R1 F0/0 10.10.10.2/28 R5 F0/0 10.10.10.6/28

F1/0 192.168.9.1/24 F1/0 192.168.90.1/24

F1/1 192.168.10.1/24 F1/1 192.168.60.2/24

R2 F0/0 10.10.10.3/28 F2/0 192.168.80.1/24

F1/0 192.168.20.1/24 F2/1 192.168.30.2/24

F1/1 192.168.40.1/24 R6 F0/0 10.10.10.7/28

F2/0 192.168.30.1/24 F1/0 192.168.100.1/24

F2/1 192.168.10.2/24 F1/1 192.168.80.2/24

R3 F0/0 10.10.10.4/28 F2/0 192.168.20.2/24

F1/0 192.168.49.1/24 F2/1 192.168.70.2/24

19

F1/1 192.168.50.1/24 R7 F0/0 10.10.10.8/28

R4 F0/0 10.10.10.5/28 F1/0 192.168.101.1/24

F1/0 192.168.40.2/24 F1/1 192.168.100.2/24

F1/1 192.168.70.1/24 R8 F0/0 10.10.10.9/28

F2/0 192.168.60.1/24 F1/0 192.168.89.1/24

F2/1 192.168.50.2/24 F1/1 192.168.90.2/24

Host A Eth0 192.168.9.2/24 Ubuntu Host D Eth0 192.168.101.2/24

Tabel 3.6 menguraikan tentang alamat IP dari perangkat interface pada jaringan yang digunakan yang bertujuan untuk melakukan konfigurasi secara otomatis tanpa memerlukan pemilihan rute lagi. Pada konfigurasi jaringan menggunakan prefix 28 dengan netmask 255.255.255.240 pada network 10.10.10.1 karena pada topologi yang digunakan memiliki router dengan jumlah 8 (delapan) buah.

3.5 Konfigurasi Perangkat

3.5.1 Konfigurasi SSH pada Router

Melakukan konfigurasi SSH (Secure Shell) disetiap router pada jaringan yang sebelumnya sudah diberikan konfigurasi alamat IP pada router yang terhubung dengan Ubuntu Network Automation beserta dengan pemberian username dan password. Hal ini bertujuan agar saat melakukan konfigurasi program Paramiko dan Napalm dapat dilakukan. Konfigurasi SSH ini akan memberikan akses pada kedua library Python tersebut sehingga program dapat melakukan remote beserta konfigurasinya.

Gambar 3.3 Konfigurasi Alamat IP Router

R1(config)# int f0/0

R1(config)# ip add 10.10.10.2 255.255.255.240 R1(config)# no sh

R1(config)# exit

R1(config)# username laras secret proposal123 R1(config)# username laras privilege 15

20

Gambar 3.4 menjelaskan konfigurasi yang akan dilakukan pada seluruh router berupa IP address pada setiap interface yang akan digunakan beserta dengan username dan password sama agar dapat saling terhubung secara langsung serta memberikan konfigurasi privilege 15 agar dapat langsung tehubung ke mode privileged router.

Gambar 3.4 Konfigurasi SSH Pada Router

Gambar 3.4 melakukan konfigurasi SSH pada setiap router agar library Paramiko dan Napalm dapat memberikan akses. Pada konfigurasi ip domain-name untuk membuat DNS domain name agar dapat menterjemahkan alamat IP ke tujuan.

Konfigurasi crypto key generate rsa modulus 1024 digunakan sebagai kunci yang akan digunakan oleh server dan client saat berkomunikasi dengan panjang data key 1024. Konfigurasi line vty 0 4 sebagai metode autentikasi username dan password.

Konfigurasi SSH dilakukan setiap router yang ada pada topologi agar SSH dapat melakukan remote pada setiap konfigurasi router yang menggunakan library

Konfigurasi SSH dilakukan setiap router yang ada pada topologi agar SSH dapat melakukan remote pada setiap konfigurasi router yang menggunakan library