• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

H. Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penulisn skripsi ini merujuk kepada pedoman umum karya ilmiah yang tercantum dalam pedoman akademik program strata 1 tahun 2017/507 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Agar penulisan skripsi ini bersift sistematis dan mempermudah tahapan demi tahapan maka penulis membaginya menjadi lima bab dimana setiap babnya terdiri dari beberapa subab, adapun sistematikanya adalah sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan

Terdiri dari latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat menelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.

BAB II : Kajian Teoritis

Bab ini akan menguraikan landasasan teori yang digunakan dalam penulisan yaitu Teori Manajemen Citra Organisasi, konseptualisasi Public Relations serta pengertian dan konsep citra.

BAB III : Gambaran Umum

Bab ini membahas tentang profil, Visi, Misi serta Struktur manajemen Lembaga Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Depok.

BAB IV : Hasil Temuan Penelitian

20 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Alfabeta, 2010), h. 89

Dalam bab ini akan diuraikan hasil temuan dilapangan yang menjawab rumusan masalah berupa strategi Public Relations dalam membangun Citra Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Depok serta analisis indikator keberhasilannya dalam membangun citra lembaga kaitannya dengan Teori Manajemen Citra Organisasi.

BAB V : Analisis Penelitian

Dalam bab ini akan diuraikan hasil analisis penelitian terkait temuan penelitian yang menjawab rumusan masalah berupa strategi Public Relations dalam membangun Citra Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Depok serta analisis indikator keberhasilannya dalam membangun citra kaitannya dengan Teori Manajemen Citra Organisasi.

BAB VI : Penutup

Dalam bab ini penulis memberikan kesimpulan dan pembahasan keseluruhan bab dan temuan hasil penelitian yang telah dilaksanakan. Kemudian juga menambahkan saran serta mencantumkan daftar pustaka yang digunakan sebagai bahan rujukan.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Teori Manajemen Citra Organisasi (Joseph Eric Massey)

Joseph Eric Massey memaparkan bahwa teori ini menjelaskan bagaimana menciptakan dan memelihara citra organisasi. Organisasi berkomunikasi secara strategis dengan para pemangku kepentingan untuk mendukung citra yang diinginkan dan mencegah yang tidak diinginkan.

Perubahan pada lingkungan organisasi, dan perubahan pada organisasi itu sendiri menimbulkan tantangan pada pengelolaan citra. Tantangan tersebut terletak pada kemampuan organisasi memahami perubahan yang terjadi dan terus menyesuaikan citra organisasi untuk mengantisipasi dan atau merespon perubahan lingkungan.21

Teori Manajemen Citra Organisasi ini menjelaskan dua alasan mengapa mengelola citra organisasi sangat penting. Pertama, citra menentukan tanggapan stakeholder terhadap organisasi secara kognitif, afektif, dan dalam perilaku. Kedua, citra yang tersampaikan (shared images) memungkinkan hubungan saling ketergantungan antara

21 Joseph Eric Massey, A Theory of Organizational Image Management:

Antecedents, Processes & Outcomes, (Orlando: International Academy of Business Disciplines Annual Conference, 2003), h.17-18

organisasi dengan para stakeholder. Lebih lanjut lagi Massey mengatakan bahwa meskipun persepsi tiap orang pada perusahaan sangat khas, citra kolektif pada perusahaan (collectively shared image) pada sebagian besar stakeholder, apabila dikelola dengan baik akan memungkinkan untuk mengkoordinasikan kegiatan organisasi yang konsisten dengan harapan para stakeholder.22

Pada teori ini Massey juga menjelaskan bahwa terdapat tiga tahap citra organisasi, yang pertama tahap penciptaan citra, tahap pemeliharaan citra, dan tahap memperbaiki citra organisasi.23

a. Tahap pertama, bagi organisasi yang baru didirikan atau tidak dikenali harus menciptakan suatu citra organisasi pada berbagai pemaku kepentingan.

b. Pada tahap kedua, ketika organisasi berhasil menciptakan suatu citra, yang harus dilakukan adalah memelihara citra tersebut. Pemeliharaan citra adalah proses yang berkelanjutan yang membutuhkan komunikasi dengan para stakeholder. Demi keberhasilan maintenance, organisasi harus mencari feedback dari stakeholder lalu menyesuaikan strategi komunikasi dengan kepentingan dan menyesuaikan strategi komunikasi mereka sesuai temuan tersebut.

22 Joseph Eric Massey, A Theory of Organizational Image Management:

Antecedents, Processes & Outcomes, h.16

23 Joseph Eric Massey, A Theory of Organizational Image Management:

Antecedents, Processes & Outcomes, h.6-9

Hal ini oleh Massey disebut proses dialogis. Ketika organisasi secara strategis berkomunikasi dengan stakeholder dalam rangka mempengaruhi persepsi mereka, di sisi lain mereka membentuk ide-ide mereka sendiri tentang citra organisasi. Jika sebuah organisasi gagal untuk memantau dan menyesuaikan diri dengan feedback dari stakeholder, keberhasilan manajemen citra organisasi terancam gagal.

c. Selanjutnya, tahap ketiga, yang tidak harus selalu dilalui, adalah pemulihan citra. Tahap ini terjadi ketika perusahaan menghadapi krisis citra yang telah menjadi suatu ancaman bagi keberlangsungan organisasi atau perusahaan. Oleh karena itu, perlu dirancang komunikasi yang strategis dengan para stakeholder untuk mengembalikan citra. Apabila upaya tersebut berhasil, maka langkah berikutnya adalah kembali ke tahap kedua yaitu pemeliharaan citra. Namun apabila tidak berhasil, perusahaan akan terancam gagal atau berhenti beroperasi (failure), atau terpaksa melakukan restrukturisasi organisasi.

Setidaknya restrukturisasi ini akan melibatkan pengembangan identitas baru, dan dalam kasus yang lebih serius akan dapat menyebabkan merger (bagi perusahaan), perubahan nama atau tindakan lainnya yang membutuhkan proses untuk kembali ke tahap pertama, yaitu penciptaan citra (image creation).

Manajemen citra ini menurut Akh Muwafik Saleh adalah suatu proses kegiatan untuk menggerakan dan mengendalikan suatu usaha kerja sama dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan yaitu berupa kesan, perasaan, gambaran dari publik terhadap perusahaan yang dengan sengaja diciptakan dari sebuah objek, orang atau suatu organisasi yang telah ditentukan24

Proses manajemen citra ini merupakan salah satu tugas utama dari departemen public relations atau Humas dalam sebuah organisasi atau perusahaan atau lembaga.

Menurut Sutojo citra perusahaan akan terlihat baik apabila memiliki manfaat dengan meliputi hal-hal berikut ini:25 1) Memberikan daya saing jangka menengah dan panjang

yang mantap (mid and long term sustainable competitive position).

2) Menjadi perisai selama masa krisis (an insurance for adverse times).

3) Menjadi daya tarik eksekutif handal (attracting the best executives available).

4) Meningkatkan efektifitas strategi pemasaran (increasing the effectiveness of marketing instruments).

24 Akh Muwafik Saleh, Public Service Communication, (Malang: Umm Press, 2010), h. 188

25 Sendi Triwilopo, “Pengaruh Comunity Social Responsibility (CSR) Terhadap Citra Perusahaan”, Jurnal Bisnis Darmajaya, Vol. 02 No. 01, 2016, h. 93

5) Dapat memberikan penghematan biaya operasional (cost saving).

Hal yang penting dalam citra perusahaan menurut teori ini adalah komunikasi secara strategis dengan para stakeholder untuk mendukung citra yang diinginkan dan mencegah yang tidak diinginkan. Konsep tentang citra perusahaan atau organisasi dalam teori ini memandang sebuah citra organisasi atau perusahaan yang di-person-kan, jadi kesan yang terbentuk pada pembentukan citra tidak berbeda dengan kesan yang timbul pada seseorang. Massey menjelaskan pada gambar berikut:

Gambar 2.1 Relationship Between Reputation, Identity and Image (hubungan Antara Reputasi, Identitas, dan Citra

Organisasi)

Sumber: Joseph Eric Massey, A Theory of Organizational Image Management: Antecedents, Processes & Outcomes, h. 28

Massey menyebutkan ada perbedaan antara Organizational identities (identitas organisasi), dengan Organizational reputations (reputasi organisasi) dan dengan citra organisasi (Organizational images). Identitas organisasi didasarkan pada nilai-nilai inti organisasi; dan tindakan yang diambil dan persepsi yang dimiliki oleh internal stakeholders.

Sedangkan reputasi organisasi adalah hal yang dikembangkan oleh external stakeholders dan didasarkan pada tindakan organisasi. Reputasi organisasi tidak statis, mereka dinamis, tetapi mereka lebih menetap dan tidak mudah berubah ketimbang citra organisasi. Adapun citra organisasi adalah persepsi para stakeholders atas tindakan organisasi, dan kurang tahan lama atau tidak menetap, dibandingkan dengan reputasi organisasi. Menurut Massey “organizational image are the perseptions of stakeholder of organizational actions, and are less durable than organizational reputations”.26 Dengan kata lain reputasi dalam perusahaan jauh lebih stabil karena dibangun seiring waktu dibanding citra perusahaan. Dalam pengertian ini citra lebih berkaitan dengan apa yang dibangun atau digambarkan di benak publik eksternal dan sifatnya lebih mudah berubah. Karenanya mengelola citra organisasi membutuhkan dialog yang tanggap atas lingkungan perusahaan.

26 Joseph Eric Massey, A Theory of Organizational Image Management:

Antecedents, Processes & Outcomes, (Orlando: International Academy of Business Disciplines Annual Conference, 2003), h.12

2. Tahap Citra Organisasi a. Tahap Penciptaan Citra

Proses pembentukkan citra atau penciptaan citra adalah tahap awal dimana public relations harus bekerja keras untuk menentukan kearah mana citra lembaga atau organisasi akan dibentuk. Menurut Salomon dan Rakhmat sikap seseorang bersumber pada organisasi kognitif pada informasi dan pengetahuan yang kita miliki. Tidak akan ada teori sikap atau aksi sosial yang tidak didasarkan pada penyelidikan tentang dasar-dasar kognitif. Efek kognitif dari komunikasi sangat mempengaruhi proses pembentukan citra seseorang.27

Citra terbentuk berdasarkan pengetahuan dan informasi-informasi yang diterima seseorang.

Komunikasi tidak akan secara langsung menimbulkan perilaku tertentu, tetapi cenderung mempengaruhi cara kita mengorganisasikan citra kita tentang lingkungan.

Public relations digambarkan sebagai input–output, proses intern dalam model ini adalah pembentukan citra, sedangkan input adalah stimulus. yang diberikan dan output adalah tanggapan atau perilaku tertentu.

27 Witri Cahyati, “implementasi Corporate Social Responsibility dalam Pembentukan Citra PT Pertamina UP III Bandung”, Mimbar Vol. XXIX No.

2, 2008, h. 171

Citra itu sendiri digambarkan melalui persepsi kognitif-motivasi-sikap.28

Model pembentukan citra ini menunjukkan bagaimana stimulus yang berasal dari luar diorganisasikan dan mempengaruhi respons. Stimulus (rangsang) yang diberikan kepada individu dapat diterima maupun ditolak. Jika rangsangan ditolak proses selanjutnya tidak akan berjalan, hal ini menunjukkan bahwa rangsang tersebut tidak efektif dalam mempengaruhi individu karena tidak ada perhatian dari individu tersebut. Sebaliknya, jika rangsangan itu diterima oleh individu, berarti terdapat komunikasi dan terdapat perhatian dari organisme, dengan demikian proses selanjutnya dapat berjalan.29 Empat komponen persepsi- kognisi- motivasi- sikap diartikan sebagai citra individu terhadap rangsang ini disebut sebagai “picture in our head”

oleh Walter Lipman. Jika stimulus mendapat perhatian, individu akan berusaha untuk mengerti tentang rangsang tersebut. Persepsi diartikan sebagai hasil pengamatan terhadap unsur lingkungan yang dikaitkan dengan suatu proses pemaknaan.

Kemampuan mempersepsi itulah yang dapat

28 Witri Cahyati, “implementasi Corporate Social Responsibility dalam Pembentukan Citra PT Pertamina UP III Bandung”, Mimbar Vol. XXIX No.

2, 2008, h. 171

29 Sholeh Soemirat dan Elvirano Ardianto, Dasar-Dasar Public Relations, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), h. 115

melanjutkan proses pembentukan citra. Persepsi atau pandangan individu akan positif apabila informasi yang diberikan oleh rangsang dapat memenuhi kognisi individu.

Kognisi yaitu suatu keyakinan diri dari individu terhadap stimulus. Keyakinan ini akan timbul apabila individu telah mengerti rangsang tersebut. Sehingga individu harus diberikan informasi–informasi yang cukup yang dapat mempengaruhi perkembangan kognisinya. Motivasi dan sikap yang ada akan menggerakkan respons seperti yang diinginkan oleh pemberi rangsang. Motif adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan. Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berfikir dan merasa dalam menghadapi obyek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu. Sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi. Sikap menentukan apakah orang harus pro atau kontra terhadap sesuatu, menentukan apa yang disukai, diharapkan dan diinginkan. Sikap mengandung aspek evaluatif, artinya mengandung nilai menyenangkan

atau tidak menyenangkan. Sikap ini juga dapat diperteguh atau diubah.30

Proses pembentukan citra pada akhirnya akan menghasilkan sikap, pendapat, tanggapan atau perilaku tertentu.

b. Tahap Pemeliharaan Citra

Tahap pemeliharaan citra erat kaitannya dengan strategi public relations sebagaimana terdapat dua komponen yang akan dipilih oleh public relations sebuah organisasi atau lembaga, yakni sebagai berikut:31

1) komponen sasaran, umumnya adalah para stakeholder dan publik yang mempunyai kepentingan yang sama. Sasaran umum tersebut secara struktural dan formal yang dipersempit melalui upaya segmentasi yang dilandasi

"seberapa jauh sasaran itu menyandang opini bersama (common opinion), potensi polemik, dan pengaruhnya bagi masa depan organisasi, lembaga, Hama perusahaan dan produk yang menjadi perhatian sasaran khusus". Maksud sasaran khusus di sini adalah yang disebut publik sasaran (target public).

30 Sholeh Soemirat dan Elvirano Ardianto, Dasar-Dasar Public Relations, h. 116

31 Juwito, Public Relations, (Surabaya: UPN Press, 2008), h. 40-45

2) Kedua, komponen sarana yang pada pemeliharaan citra dalam strategi Public Relations berfungsi untuk mengarahkan ketiga kemungkinan tersebut ke arah posisi atau dimensi yang menguntungkan.

Hal tersebut dilaksanakan melalui pola dasar "The 3-C's option" (Conservation, Change dan Crystallization) dari stakeholder yang disegmentasikan menjadi publik sasaran seperti publications, events, news, kepedulian pada komunitas, pendekatan dan bernegosiasi, serta tanggung jawab sosial.

c. Tahap Pemulihan Citra

Dalam sebuah lembaga atau organisasi citra (image) sangatlah penting karena apabila sebuah citra itu jatuh akan dibutuhkan sumber daya yang cukup banyak untuk memulihkannya. Citra yang negatif dalam sebuah lembaga atau organisasi akan berdampak langsung terhadap dukungan dan kepercayaan dari publik. Untuk memulihkan citra yang negatif dibutuhkan strategi yang handal oleh public relations, tidak hanya secara teknik dan manajemen dalam keadaan normal, seorang public relations harus memiliki kemampuan dalam mengantisipasi, menghadapi atau menangani suatu

krisis (tidak stabil) kepercayaan dan penurunan citra.32

Menurut William Benoit pemulihan citra dari sebuah citra yang negatif harus mempertimbangkan untuk memberikan respon yang cepat dan tepat terhadap serangan atau keluhan yang terjadi pada masa krisis. Dua komponen yang harus diperhatikan adalah organisasi harus memberikan tanggung jawab dengan melakukan tindakan dan tindakan yang dibangun harus berkaitan dengan mempertimbangkan efek yang akan memunculkan reaksi positif.33

Pemulihan citra pasca krisis merupakan fase yang paling penting dalam siklus hidup citra, pada fase ini akan terlihat kebangkitan organisasi atau lembaga bisa jadi akan lebih kuat dari kondisi sebelumnya atau sekedar berjuang memulihkan citranya, untuk mengidentifikasi bagaimana seorang public relations menangani krisis citra yang menerpa maka dilakukan identifikasi sebagai berikut:34

1) Melakukan penilaian terhadap prinsip-prinsip yang dianut oleh lembaga atau organisasi meliputi kebijakan, kepemimpinan, struktur, prosedur,

32 Selvina L. Lengkong dkk, “Strategi Public Relations dalam Pemulihan Citra Perusahaan (Studi Kasusu Rumah Makan Kawan Baru Megamas Manado)”, e-journal “Acta Diurna” Volume VI. No. 1, 2007, h. 3

33 Selvina L. Lengkong dkk, “Strategi Public Relations dalam Pemulihan Citra Perusahaan (Studi Kasusu Rumah Makan Kawan Baru Megamas Manado)”, e-journal “Acta Diurna” Volume VI. No. 1, 2007, h. 4

34 Pemulihan Reputasi Pasca Krisis, Artikel diakses pada 4 Oktober 2020 pukul 18.45 WIB dari https://zulfatunmahmudah.id/?p=254

karyawan, budaya dan pola hubungan yang tercipta.

2) Penilaian setelah krisis terjadi yang mencakup kecepatan penanganan krisis, strategi yang digunakan, informasi yang masuk dan keluar, dan segala sesuatu yang mencakup kinerja pegawai.

3) Langkah terakhir ini melakukan tinjauan eksternal yang mencakup pemberitaan media, mobilisasi publik, kecenderungan opini publik dengan melakukan pendekatan yang melatar belakanginya terjadi krisis citra tersebut.

B. Kajian Pustaka 1. Strategi

Strategi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus, dalam komunikasi strategi digunakan demi kelancaran komunikasi. 35 Secara terminologi dalan suatu strategi terdapat beberapa hal sebagai berikut:36

a. Suatu rencana tindakan yang dirancang untuk mencapai tujuan,baik tujuan jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang.

35 Pengertian Strategi, Artikel diakses pada 23 September 2020 pukul 19.55 WIB dari https://kbbi.web.id/strategi.html

36 Kustadi Suhandang, Strategi Dakwah, (Bandung: PR Remaja Rosdakarya, 2014) hlm. 101.

b. Analisis terhadap lingkungan, baik yang bersifat eksternal maupun internal, yang menunjukkan adanya kekuatan dan kelemahan dalam hal pencapaian tujuannya.

c. Keputusan pilihan guna pelaksanaan yang tepat dan terarah dalam pencapaian tujuan yang telah ditentukan.

d. Rancangan guna menjamin ketepatan tercapaianya tujuan dan sasaran.

Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan.

Tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus menunjukkan bagaimana taktik operationalnya.37

Istilah strategi pada awalnya digunakan dikalangan militer dalam menjalankan tugas-tugasnya di lapangan.

Konsep strategi yang semula diterapkan dalam kemiliteran dan dunia politik, seiring berkembangnya ilmu pengetahuan kemudian banyak diterapkan pula dalam bidang manajemen, dunia usaha, pengadilan dan pendidikan.38 Berikut beberapa pendapat mengenai pengertian strategi sebagai berikut:

37 Achmad Syarifuddin, Laporan Penelitian Strategi Komunikasi dalam Dakwah Bi Al-Kitabah, (Palembang: Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Raden Fatah, 2015), Cet Ke-1, hlm. 21.

38 Komarudin, Ensiklopedi Manajemen, (Jakarta:Bumi Aksara, 1994), cet. Ke-1 h. 539

1) Menurut Onong Uchjana Efendy strategi merupakan perencanaan (planning) dan manajemen untuk mencapai tujuan.39

2) Stephen Robbins mendifinisikan strategi sebagai penentu tujuan jangka panjang perusahaan dan memutuskan arah tindakan serta mendapatkan sumber-sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan.40

3) William F. Glueck dan Lawrence R. Jauch memberikan definisi strategi sebagai suatu kesatuan rencana yang menyeluruh, komprehensif dan terpadu yang diarahkan untuk mencapai tujuan perusahaan, maka dari itu diperlukan strategi yang handal dan hebat untuk mengatasi persaingan antar-perusahaan.41

Dengan melihat beberapa penjelasan mengenai strategi maka dapat dipahami strategi pada awalnya dikenal dalam dunia militer yang kemudian berkembang kedalam ilmu pengetahuan yang mengandung makna kegiatan yang terencana dengan perencanaan yang dilakukan secara keseluruhan dan sejalan dengan tujuan yang akan dicapai baik dalam jangka waktu dekat maupun jangka panjang.

39 Onong Uchjana Effendy, Human Relations dan Public Relations, (Bandung: Mandar Maju, 1993), h. 29

40 Morissan, Manajemen Public Relations: Strategi menjadi Humas Profesional. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), h. 158

41 Herdiana A. Nana, Manajemen Strategi Pemasaran, (Jawa Barat: CV Pustaka Setia, 2015), h. 197-198

2. Ruang Lingkup Public Relations a. Pengertian Public Relations

Public relations adalah usaha yang direncanakan secara terus menerus dan disengaja guna membangun dan mempertahankan pengertian timbal balik antara organisasi dan masyarakat.42 Bidang Public Relations semakin kuat dan berkembang karena berkembangnya demokrasi, dimana orang-orang memiliki kebebasan untuk mengeluarkan pendapat atau berbicara, dan mengambil berbagai keputusan dalam suatu komunitas.

Kegiatan public relations adalah mediator yang menjembatani kepentingan organisasi, lembaga atau perusahaan dengan publiknya yang terkait dengan kegiatan public relations itu sendiri.43 Dengan pengertian diatas para ahli memberikan beberapa pandangan terkait public relations sepertia yang dijelaskan sebagai berikut:

1. Menurut Cutlip, Center dan Broom, Public Relations adalah fungsi manajemen yang membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dan bermanfaat antara organisasi dengan publik yang mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan organisasi tersebut.44 2. IPRA (International Public Relations Association),

mendefinisikan public relations adalah Public

42 Collin Coulson & Thomas, Public Relations (Pedoman Praktisi Untuk Public Relations), (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2002), h. 3

43 Elvinaro Ardianto, Handbook Of Public Relations, Penghantar Komprehensif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), h. 5

44 Rachmat Kriyantono, Public Relations Writing, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), h. 5

Relations sebagai fungsi manajemen yang khas dan mendukung pembinaan, pemeliharaan jalur bersama antara organisasi dengan publiknya, menyangkut aktivitas komunikasi, pengertian, penerimaan, kerja sama, melibatkan manajemen dalam menghadapi persoalan atau permasalahan, membantu manajemen untuk mampu menanggapi opini publik, mendukung manajemen untuk mengikuti dan memanfaatkan perubahan secara efektif, bertindak sebagai sistem peringatan dini dalam mengantisipasi kecenderungan penggunaan penelitian serta teknik komunikasi yang sehat dan etis sebagai sarana umum.45

3. Menurut Frank Jefkins, mengemukakan bahwa Public Relations adalah sesuatu yang merangkum keseluruhan komunikasi yang terencana, baik ke dalam maupun ke luar, antara suatu organisasi dengan khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan – tujuan yang spesifik berlandaskan pada saling pengertian.46

Public relations dapat dikatakan sesuatu yang menjembatani hubungan antara organisasi dengan masyarakat, melalui komunikasi yang baik dengan public guna menghindari kesalahpaham dan membangun citra yang baik untuk lembaga atau organisasi. Dalam public relations komunikasi yang persuasif , efektif dan efisien

45 Syarifuddin S. Gassing & Suryanto, Public Relations, (Yogyakarta : Andi Offset, 2016), h. 9

46 Syarifuddin S. Gassing & Suryanto, Public Relations,h. 9

merupakan cara yang dilakukan untuk menciptakan hubungan yang harmonis agar suasana yang diciptakan dapat kondusif ketika memberikan informasi mengenai kebijakan yang berkaitan antara lembaga dan masyarakatnya.

b. Fungsi Public Relations

Sebuah organisasi dikatakan berhasil ada pada orang lain atau khalayak yang berkaitan dengan organisasi tersebut. Dalam public relations mendapatkan citra yang baik merupakan salah satu tujuan yang akan dicapai, dengan memahami fungsi public relations maka kita dapat mencapai tujuan dari public relations itu sendiri. Fungsi public relation sebagaimana menurut Cutlip, Center, dan Canfield ketika menjalankan tugas dan operasionalnya adalah sebagai berikut:47

1. Menunjang aktivitas utama manajemen dalam mencapai tujuan bersama (fungsi melekat pada manajemen lembaga atau organisasi).

2. Membina hubungan yang harmonis antara badan/organisasi dengan publiknya yang merupakan khalayak sasaran.

3. Mengidentifikasi segala sesuatu yang berkaitan dengan opini, persepsi dan masyarakat terhadap lembaga atau organisasi yang diwakilinya dan sebaliknya.

47 Artis, “Strategi Komunikasi Public Relations”, Jurnal Sosial Budaya, Volume 8, Nomor 2, 2011, h. 5.

4. Melayani keinginan publik dan memberikan saran kepada pimpinan manajemen demi tujuan dan manfaat bersama.

5. Menciptakan komunikasi dua arah timbal balik dan mengatur arus informasi, publikasi serta pesan dari badan/organisasi ke publiknya demi tercapainya citra positif bagi kedua belah pihak.

Dengan singkat dapat dikatakan bahwa fungsi public relations adalah memelihara, mengembangkan, mempertahankan adanya komunikasi timbal balik yang diperlukan dalam menangani, mengatasi masalah yang muncul atau meminimalkan munculnya masalah.

c. Tujuan Public Relations

Tujuan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

Tujuan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

Dokumen terkait