• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1: PENDAHULUAN

G. Sistematika Penulisan…………………………………… ........ ………..1 5

BAB I PENDAHULUAN

Terdiri dari Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Review Study Terdahulu, Kerangka Pemikiran, Rancangan Outline Penulisan dan Sistematika Penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Teori dari teori yang berkaitan dengan: Laporan Keuangan, Shariah Governance, Index SSBSCORE, Good Corporate Governance, Return on Assets (ROA) dan Non Performing Financing (NPF).

BAB III METODE PENELITIAN

Teori dari penjelasan mengenai: Ruang Lingkup Penelitian, Metode Penentuan Sampel, Sumber Data, Hipotesis, Metode Analisis (Uji Sttistik Deskriptif, Uji Normalitas, Uji Asumsi Klasik dan Uji Hipotesis), Variabel Penelitian, Pedoman Penelitian.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Teori dari: Gambaran Umum Objek Penelitian dan Hasil Pengolahan dan Analisis Data (Index SSBSCORE Dewan Pengawas Syariah, Self Assetment

Good Corporate Governance, Return on Assets, Non Performing Financing).

16 BAB V PENUTUP

Bab ini memuat kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan permasalahan yang telah dibahas sebelumnya dan saran penulis untuk penelitian selanjutnya.

17

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Good Corporate Governance (GCG)

1. Pengertian Good Corporate Governance (GCG)

Istilah “Corporate Governance” pertama kali diperkenalkan oleh

Cadbury Committee tahun 1992 dalam laporan yang dikenal dengan Cadbury Report. Laporan ini menandakan pula sebagai titik balik yang menentukan bagi praktik Corporate Governance di seluruh dunia. Dalam Cadbury Report yang dimaksud dengan Corporate Governance adalah suatu sistem yang berfungsi untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi. Corporate governance

merupakan seperangkat aturan yang merumuskan hubungan antara para pemegang saham, manager, kreditor, pemerintah, karyawan dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya baik internal maupun eksternal sehubungan dengan hak-hak dan tanggungjawab mereka.8

Di Indonesia, konsep good corporate governance mulai diperkenalkan pada tahun 1999 setelah pemerintah membentuk Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG). KNKG mengeluarkan Pedoman Umum Good Corporate Governance (GCG) Indonesia pada tahun 2000 yang kemudian direvisi pada

8

Sudarmayanti,”Good Governance (Kepemerintahan yang Baik) dan Good Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan yang Baik)”, (Bandung: CV. Mandar Maju, 2007, bagian ketiga), h. 53.

18

tahun 2006. Isi dari pedoman tersebut adalah setiap perusahaan harus membuat pernyataan tentang kesesuaian penerapan good corporate governance dengan pedoman yang telah dikeluarkan oleh KNKG dalam laporan tahunannya. Hal ini berarti setiap perusahaan telah menerapkan prinsip Good Corporate Governance (GCG).

Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI), mendefinisikan corporate governance sebagai seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengendalikan perusahaan. Tujuan

Corporate Governance adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders).9

Sementara Corporate Governance menurut Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) adalah struktur yang mengatur para pemegang saham, komisaris dan manager dalam menyusun tujuan-tujuan perusahaan dan sarana untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut serta mengawasi kinerja.

Good Corporate Governance (GCG) merupakan sebuah sistem tata kelola perusahaan yang berisi seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara

9

Sony Devano, dan Siti Kurni Rahayu, “Perpajakan: Konsep,Teori, dan Isu”, (Jakarta: Cetakan Pertama, 2006), h. 34.

19

pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya dalam kaitannya dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain, suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan, dengan tujuan untuk meninngkatkan nilai tambah (value added) bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders). Jika pelaksanaan Good Corporate Governance

(GCG) tersebut dapat berjalan dengan efektif dan efisien, maka seluruh proses aktivitas perusahaan akan berjalan dengan baik, sehingga hal-hal yang berkaitan dengan kinerja perusahaan baik yang sifatnya kinerja finansial maupun non finansial akan juga turut membaik.10

Berdasarkan pengertian diatas, Corporate Governance didefinisikan sebagai suatu sistem pengendalian internal perusahaan yang memiliki tujuan utama mengelola risiko yang signifikan guna memenuhi tujuan bisnisnya melalui pengamanan aset perusahaan dan meningkatkan investasi pemegang saham dalam jangka panjang.11

Good Corporate Governance (GCG) terdiri dari dua unsur, yaitu unsur yang berasal dari dalam perusahaan (Corporate Governance internal perusahaan) dan unsur yang berasal dari luar perusahaan (Corporate Governance eksternal perusahaan).

10

Brown, Lawrence, and J., Caylor, ”Corporate Governance and Firm Performance”,Boston Accounting Research Colloquium 15th, Desember, 2004

11 Muh. Arief Effendi, ”The Power of Good Corporate Governance: Teori dan Implementasi”, (Jakarta: Salemba Empat, 2009), h. 1.

20

Corporate Governance internal perusahaan adalah unsur yang selalu diperlukan dalam perusahaan dan sangat berperan dalam mengelola perusahaan. Jika kinerja Corporate Governance internal perusahaan baik maka kinerja perusahaan pun baik dan sebaliknya. Unsur-unsur Corporate Governance

internal perusahaan menurut Kresnohadi adalah Pemegang Saham, Direksi, Dewan Komisaris, Manajer, Karyawan, Sistem dan Komite Audit.12

Corporate Governance eksternal perusahaan adalah unsur yang selalu dibutuhkan atau diperlukan diluar perusahaan dan mempunyai pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Adapun unsur-unsur Corporate Governance eksternal perusahaan menurut Kresnohadi adalah kecukupan undang-undang dan perangkat hukum, Investor, institusi penyedia informasi, akuntan publik, institusi yang memihak kepentingan publik bukan golongan, pemberi pinjaman dan pengesah legalitas.13

2. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance

Konsep Good Corporate Governance baru populer di Asia. Konsep ini relatif berkembang sejak tahun 1990-an. Konsep Good Corporate Governance

baru dikenal di Inggris pada tahun 1992. Negara-negara maju yang tergabung

12

Ariyoto Kresnohadi,”Good Corporate Governance dan Konsep Penegakannya di BUMN dan

Lingkungan Usaha”, (Majalah Usahawan No. 10 Tahun XXIX, 2000), h. 9.

13

Ariyoto Kresnohadi,”Good Corporate Governance dan Konsep Penegakannya di BUMN dan

21

dalam kelompok OECD (kelompok Negara-negara maju di Eropa Barat dan Amerika Utara) mempraktikkan pada tahun 1999.

Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) menawarkan prinsip-prinsip yang menjadi indikator utama dari good corporate governance. Prinsip-prinsip tersebut antara lain: Fairness, Transparency, Accountability, dan Responsibility. Keempat prinsip tersebut penting karena penerapan prinsip good corporate governance secara konsisten terbukti dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan dan juga dapat menjadi penghambat aktivitas rekayasa kinerja yang mengakibatkan laporan keuangan tidak menggambarkan nilai fundamental perusahaan.14

a. Fairness (Keadilan)

Prinsip keadilan merupakan kesetaraan yang harus menjamin adanya perlakuan adil di dalam memenuhi hak dan kewajibannya terhadap stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perlakuan yang sama terhadap pemegang saham, terutama pemegang saham yang hanya memiliki sejumlah kecil saham di dalam perusahaan (pemegang saham minoritas) dan pemegang saham asing yang secara otomatis memiliki akses dan kekuatan yang lebih kecil dibandingkan dengan kelompok yang

14

Thomas S. Khaihatu, “Good Corporate Governance dan Penerapannya di Indonesia”, (Surabaya: Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, vol. 8, no. 1: 1-9. 2006), h. 2.

22

mayoritas. Dengan perlakuan yang adil tersebut diharapkan semua peraturan yang ada ditaati guna melindungi semua pihak yang mempunyai kepentingan terhadap keberlangsungan bisnis.

b. Disclosure/Transparency (Transparasi)

Keputusan Menteri Negara BUMN tahun 2002 mengartikan transparansi merupakan keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan. Jadi dalam prinsip ini, para pemegang saham haruslah diberi kesempatan untuk berperan dalam pengambilan keputusan atas perubahan-perubahan mendasar dalam perusahaan dan dapat memperoleh informasi yang benar, akurat, dan tepat waktu mengenai perusahaan.

c. Accountability (Akuntabilitas)

Yaitu kejelasan fungsi, struktur, sistem dan pertanggungjawaban dalam perusahaan, sehingga pengelolaan perusahaan dapat terlaksana secara efektif dan efisien. Manajemen harus membuat job description

yang jelas kepada semua karyawan dan menegaskan fungsi-fungsi dasar setiap bagian. Dari sini perusahaan akan menjadi jelas hak dan kewajibannya, fungsi dan tanggungjawabnya serta kewenangannya dalam setiap kebijakan perusahaan. Corporate Governance harus menjamin perlindungan kepada pemegang saham khususnya pemegang saham

23

minoritas dan asing serta pembatasan kekuasaan yang jelas di jajaran direksi.

Jika accountability ini diterapkan secara efektif, maka ada kejelasan fungsi, hak, kewajiban, wewenang dan tanggungjawab antara pemegang saham, dewan komisaris serta direksi. Dengan adanya kejelasan maka perusahaan akan terhindar dari kondisi agency problem (benturaan kepentingan peran).15

d. Responsibility (Responsibilitas)

Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) menyatakan bahwa prinsip tanggung jawab ini menekankan pada adanya sistem yang jelas untuk mengatur mekanisme pertanggungjawaban perusahaan kepada shareholder dan stakeholder. Hal ini dimaksudkan agar tujuan yang hendak dicapai dalam good corporate governance dapat direalisasikan, yaitu untuk mengakomodasikan kepentingan dari berbagai pihak yang berkaitan dengan perusahaan seperti masyarakat, pemerintah, asosiasi bisnis, dan sebagainya.

Prinsip tanggung jawab ini juga berhubungan dengan kewajiban perusahaan untuk mematuhi semua peraturan dan hukum yang berlaku, termasuk juga prinsip-prinsip yang mengatur tentang penyusunan dan

15

Mas Ahmad Dariri, “Good Corporate Governance Konsep dan Penerapannya dalam Konteks Indonesia”, (Jakarta: Ray Indonesia, 2005), h. 10.

24

penyampaian laporan keuangan perusahaan. Setiap peraturan dan ketentuan hukum yang berlaku tentu akan diikuti dengan sanksi yang jelas dan tegas. Oleh karena itu kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku akan dapat menghindarkan perusahaan dari sanksi hukum sebagaimana diatur dalam peraturan terkait, dan juga sanksi moral dari masyarakat.16

Menurut Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: KEP-117/M-MBU/2002 bahwa di samping keempat prinsip di atas, masih ada satu prinsip tambahan lagi, yaitu prinsip Kemandirian (Independence). Prinsip ini diartikan sebagai suatu keadaan di mana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

3. Tujuan Good Corporate Governance (GCG)

Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), Good Corporate Governance (GCG) mempunyai enam macam tujuan utama. Keenam tujuan utama tersebut adalah sebagai berikut:

16

Azhar Maksum, “Tinjauan atas Good Corporate Governance di Indonesia”. (Medan: Gelanggang Mahasiswa, Kampus USU, 2005), h. 13.

25

a. Mendorong tercapainya kesinambungan perusahaan melalui pengelolaan yang berdasarkan pada asas transparansi, akuntabilitas, responsibilitas serta kewajaran dan kesetaraan.

a. Mendorong pemberdayaan fungsi dan kemandirian masing-masing organ perusahaan yaitu dewan komisaris, direksi dan rapat umum pemegang saham (RUPS).

b. Mendorong pemegang saham, anggota dewan komisaris dan anggota direksi agar dapat membuat keputusan dan menjalankan tindakannya dilandasi oleh nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.

c. Mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama disekitar perusahaan.

d. Mengoptimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dengan memperhatikan pemangku kepentingan lainnya.

e. Meningkatkan daya saing perusahaan secara nasional maupun internasional sehingga meningkatkan kepercayaan pasar yang dapat mendorong arus investasi dan pertumbuhan ekonomi nasional dan berkesinambungan.

26

4. Manfaat Good Corporate Governance

Dengan penerapan Corporate Governance, tidak hanya kepentingan para investor saja yang dilindungi melainkan juga akan dapat mendatangkan banyak manfaat dan keuntungan bagi perusahaan terkait dan juga pihak-pihak lain yang mempunyai hubungan langsung maupun hubungan tidak langsung dengan perusahaan.

Berbagai manfaat yang diperoleh dengan penerapan Corporate Governance dapat disebut antara lain:17

a. Dengan Good Corporate Governance (GCG) proses pengambilan keputusan akan berlangsung secara lebih baik sehingga akan menghasilkan keputusan yang optimal, dapat meningkatkan efisiensi setra terciptanya budaya kerja yang lebih sehat. Ketiga hal ini jelas akan sangat berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan, sehingga kinerja perusahaan akan mengalami peningkatan.

b. Good Corporate Governance (GCG) akan memungkinkan dihindarinya atau sekurang-kurangnya dapat meminimalkan tindakan penyalagunaan wewenang oleh pihak direksi dalam mengelola perusahaan. Hal ini tentu akan menekan kemungkinan

17

Azhar Maksum, “Tinjauan atas Good Corporate Governance di Indonesia”. (Medan: Gelanggang Mahasiswa, Kampus USU, 2005), h. 8.

27

kerugian bagi perusahaan maupun pihak berkepentingan lainnya sebagai akibat dari tindakan tersebut.

c. Nilai perusahaan di mata investor akan meningkat sebagai akibat dari meningkatnya kepercayaan mereka kepada pengelola perusahaan tempat mereka berinvestasi. Peningkatan kepercayaan investor kepada perusahaan akan dapat memudahkan perusahaan mengakses tambahan dana yang diperlukan untuk berbagai keperluan perusahaan terutama untuk tujuan ekspansi.

d. Bagi para pemegang saham, dengan peningkatan kinerja perusahaan dengan sendirinya juga akan menaikkan nilai saham mereka dan juga nilai deviden yang akan mereka terima. Bagi negara, hal ini juga akan menaikkan jumlah pajak yang akan dibayarkan oleh perusahaan yang berarti meningkatkan pendapatan negara dari sektor pajak.

e. Karena dalam praktik Good Corporate Governance (GCG),

karyawan ditempatkan sebagai salah satu stakeholder yang seharusnya dikelola dengan baik oleh perusahaan, maka motivasi dan kepuasan kerja karyawan juga diperkirakan akan meningkat. Peningkatan ini dalam tahapan selanjutnya tentu akan dapat pula meningkatkan produktivitas dan rasa memiliki (sense of belonging)

28

f. Penerapan Corporate Governance yang konsisten juga akan meningkatkan kualitas laporan keuangan perusahaan. Manajemen akan cenderung untuk tidak melakukan rekayasa terhadap laporan keuangan, karena adanya kewajiban untuk mematuhi aturan dan prinsip akuntansi yang berlaku dan penyajian informasi secara transparan.

5. Corporate Governance pada Perbankan Syariah

Seiring dengan perkembangan industri perbankan syariah khususnya di Indonesia antara lain di tandai dengan semakin beragamnya produk perbankan syariah dan bertambahnya sekmen pasar pelayanan perbankan syariah, maka penerapan Good Corporate Governance (GCG) di lembaga perbankan syariah menjadi sebuah keharusan yang tak terbantahkan. Bahkan bank-bank syariah harus tampil sebagai pionir terdepan dalam mengimplementasikan Good Corporate Governance

(GCG) tersebut.

Dalam kerangka itulah IFSB (Islamic Financial Service Board),

sebuah Badan Penetapan Standar Internasional untuk regulasi lembaga keuangan Islam yang berpusat di Kuala Lumpur, pada tahun 2009 mengekspose draft Good Corporate Governance (GCG) untuk Lembaga Keuangan Syariah yang merupakan pedoman pelaksanaan tata kelola perusahaan lembaga keuangan syariah di semua negara atau yang lebih dikenal dengan istilah Shariah Governance (SG).

29

Keharusan tampilnya bank syariah sebagai pionir penegakan Good Corporate Governance (GCG) dibanding konvensional, menurut Algaoud dan Lewis18 karena permasalahan governance dalam perbankan syariah ternyata sangat berbeda dengan bank konvensional, yaitu:

a. Bank syariah memiliki kewajiban untuk mematuhi prinsip-prinsip syariah

(shariah governance) dalam menjalankan bisnisnya. Karenanya, Dewan Pengawas Syariah (DPS) memainkan peran yang penting dalam

governance structure perbankan syariah.

b. Karena potensi terjadinya information asymmetry sangat tinggi bagi perbankan syariah maka permasalahan agency theory menjadi sangat relevan. Hal ini terkait dengan permasalahan tingkat akuntabilitas dan transparansi penggunaan dana nasabah dan pemegang saham. Karenanya, permasalahan keterwakilan investment account holders dalam mekanisme

Good Corporate Governance (GCG) menjadi masalah strategis yang harus pula mendapat perhatian bank syariah.

c. Dari perspektif budaya korporasi, perbankan syariah semestinya melakukan transformasi budaya di mana nilai-nilai etika bisnis Islami menjadi karakter yang inheren dalam praktik bisnis perbankan syariah.

Konsep Good Corporate Governance (GCG) yang dikeluarkan oleh IFSB (Islamic Financial Service Board) yang sering disebut dengan

18

Lewis, Mervin K. dan Latifa M. Algaud. “Perbankan Syariah Prinsip Praktek Prospek”.

30

Shari’ah Governance sebagian besar memiliki prinsip-prinsip yang sama dengan Good Corporate Governance (GCG) konvensional. Perbedaan yang ada dalam Good Corporate Governance (GCG) syariah dan konvensional hanya terletak pada syariah governace (SG) yaitu kepatuhan pada syariah. Sedangkan prinsip-prinsip transparansi, kejujuran, kehati-hatian, kedisiplinan merupakan prinsip universal yang juga terdapat dalam aturan Good Corporate Governance (GCG) konvensional.19

IFSB menjelaskan tentang definisi Sharia Governance (SG) sebagai berikut:20

Sistem Shariah Governance (SG) merupakan seperangkat pengaturan kelembagaan dan organisasi dimana lembaga keuangan syariah dapat memastikan bahwa terdapat pandangan independen tentang kepatuhan syariah melalui proses penerbitan fatwa syariah yang releven, penyebaran informasi fatwa dan review internal kepatuhan syariah.

Struktur dan proses yang harus dilakukan agar pemenuhan syariah dalam sistem Shariah Governance (SG) terlaksana dengan baik dalam sebuah institusi menurut IFSB adalah sebagai berikut:21

19

Siti Maria Wardayati,”Implikasi Shariah Governance terhadap Reputasi dan Kepercayaan

Bank Syariah”, (Jurnal Universitas Jember, Walisongo, Volume 19, Nomor 1, Mei 2011), h. 4.

20

Islamic Financial Services Board,”Guiding Principles on Shari’ah Governance Systems for

31

a. Pengeluaran pernyataan atau Pengeluaran pernyataan atau resolusi (fatwa) yang releven. Pernyataan atau resolusi syariah mengacu pada opini yang berkenaan dengan hukum yang menyinggung isu-isu mengenai keuangan islam yang diberikan oleh dewan syariah yang telah diberikan mandat. Dewan syariah juga memastikan pelaksanaan pernyataan atau resolusi syariah tersebut kepada indutri jasa keuangan syariah.

b. Penyebaran informasi mengenai pernyataan atau resolusi (fatwa) yang telah diterbitkan kepada personil operasi Lembaga Keuangan Syariah untuk memantau kesesuaian terhadap fatwa pada setiap tngkat operasional dan transaksi sehari-hari.

c. Adanya review/audit kepatuhan syariah internal, dimana berfungsi untuk memverifikasi kepatuhan syariah telah dilaksanakan secara maksimal, serta segala bentuk kejadian atas ketidakpatuhan akan dicatat dan dilaporkan sejauh dapat diatasi dan diperbaiki.

d. Melakukan review/audit terhadap kepatuhan syariah setiap tahun yang berfungsi untuk verifikasi bahwa kepatuhan syariah internal telah dilakukan secara tepat dan dan temuan yang didapat sepatutnya dicatat oleh Dewan Pengawas Syariah.

Ilustrasi mengenai sistem Shariah Governance (SG) di lembaga keuangan syariah dan perbedaannya dengan lembaga keuangan

21

32

konvensional dilihat dari pihak yang menjalankan tata kelola, kontrol dan kepatuhannya adalah sebagai berikut:22

Tabel 2.1

Perbedaan Good Corporate Governance Konvensional dan Syariah

Fungsi Konvensional Syariah

Tata Kelola Dewan Direksi Dewan Syariah Kontrol Auditor internal

Auditor eksternal

Unit Review Syariah Internal Unit Review Syariah Eksternal

Kepatuhan Unit Aturan dan Kepatuhan Keuangan

Unit Kepatuhan Syariah Internal

Sumber: Islamic Financial Services Board 2010.

Konsep Shariah Governance (SG) merupakan sistem tata kelola yang unik dan ekslusif pada lembaga keuangan syariah yang berfungsi untuk memastikan kepatuhan syariah dalam keseluruhan aktivitas dan operasi perusahaan. Elemen penting yang membedakannya dari tata kelola perusahan pada umumnya adalah sejumlah pengaturan kelembagaan dan keorganisasian dalam bentuk Dewan Syariah, Unit Review Syariah Internal atau Eksternal dan Unit Kepatuhan Syariah Internal untuk memenuhi aspek kepatuhan syariah pada seluruh aspek transaksi bisnis dan operasi lembaga keuangan syariah.23

22

Islamic Financial Services Board, h. 4.

23

Ali Rama,”Analisis Komparatif Model Syariah Governance Lembaga Keuangan Syariah:

Studi Kasus Negara ASEAN”, (Laporan Penelitian Publikasi Nasional, Pusat Penelitian dan Penerbitan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014), h. 4.

33 Gambar 2.1

Struktur/Organ Good Corporate Governance (GCG) pada Perbankan Syariah B.

Sumber: PT. Bank Syariah Mandiri Tahun 2013

6. Peraturan Bank Indonesia tentang Good Corporate Governance

Dalam konteks bisnis syariah, pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) merupakan salah satu upaya untuk melindungi kepentingan stakeholders dan meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku serta nilai-nilai etika yang berlaku secara umum pada industri perbankan syariah. Dengan

Struktur/ Organ RUPS

Dewan Pengawas

Syariah Direksi Dewan Komisaris

Komite Struktur/ Organ Pendukung Hubungan Investor CSR Corporate Value Communication Corporate Secretary SKAI Manajemen Risiko Compliance

Komite Remunerasi & Nominasi Komite Pemantau

Risiko Komite Audit

34

menimbang kepentingan tersebut, maka konsep Good Corporate Governance (GCG) syariah sebagaimana dimuat dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/33/PBI/2009 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) Bagi Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) pasal 1 ayat 10 menyebutkan bahwa Good Corporate Governance (GCG) yang selanjutnya disebut GCG adalah suatu tata kelola bank yang menerapkan prinsip-prinsip keterbukaan

(transparancy), akuntabilitas (accuntability), pertanggungjawaban

(responsibility), profesional (professional) dan kewajaran (fairness)

Kemudian dalam penjelasannya, dijelaskan bahwa dalam rangka menerapkan kelima prinsip dasar tersebut, bank wajib berpedoman pada berbagai ketentuan dan persyaratan yang terkait dengan pelaksanaan

Good Corporate Governance (GCG). Selain itu dalam pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG), perbankan syariah juga harus memenuhi prinsip syariah (shariah governance).

Dalam pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) sebagaimana dijelaskan dalam pasal 2 ayat (1) disebutkan bahwa bank wajib melaksanakan Good Corporate Governance (GCG) dalam setiap kegiatan usahanya pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi.

Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) pada Bank Umum Syariah (BUS) paling kurang harus diwujudkan dalam:

35

b. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite-komite dan fungsi yang menjalankan pengendalian intern BUS,

c. Pelaksanaan tugas dan tanggungjawab dewan pengawas syariah, d. Penerapan fungsi kepatuhan, audit intern dan audit ekstern, e. Batas maksimum penyaluran dana, dan

f. Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan BUS.

Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) bagi Unit Usaha Syariah (UUS) paling kurang harus diwujudkan dalam:

a. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab direktur Unit Usaha Syariah, b. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah,

c. Penyaluran dana kepada nasabah pembiayaan inti dan penyimpanan dana oleh deposan inti, dan

d. Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan Unit Usaha Syariah.

B. Kinerja Keuangan

Dalam hubungannya dengan kinerja, laporan keuangan sering dijadikan dasar untuk penilaian kinerja perusahaan. Salah satu jenis laporan keuangan yang mengukur keberhasilan operasi perusahaan untuk suatu periode tertentu adalah laporan laba rugi. Akan tetapi angka laba yang dihasilkan dalam laporan laba rugi seringkali dipengaruhi oleh metode

36

akuntansi yang digunakan,24 sehingga laba yang tinggi belum tentu mencerminkan kas yang besar. Dalam hal ini arus kas mempunyai nilai lebih untuk menjamin kinerja perusahaan di masa mendatang. Arus kas (Cash Flow) menunjukkan hasil operasi yang dananya telah diterima tunai oleh perusahaan serta dibebani dengan beban yang bersifat tunai dan benar-benar sudah dikeluarkan oleh perusahaan.25 Cash flow return on assets (CFROA) merupakan salah satu pengukuran kinerja perusahaan yang menunjukkan kemampuan aktiva perusahaan untuk menghasilkan

Dokumen terkait