PENGARUH SISTEM SHARIAH GOVERNACE TERHADAP KUALITAS TATA KELOLA PERBANKAN SYARIAH
(Studi Pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Indonesia Tahun 2013)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
YELLA NOVELA DARA AMELIA
NIM 1111046100117
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
ii
PENGARUH SISTEM SHARIAH GOVERNANCE TERHADAP KUALITAS TATA KELOLA PERBANKAN SYARIAH
(Studi pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia Tahun 2013)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh :
YELLA NOVELA DARA AMELIA
NIM : 1111046100117
Pembimbing
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
v ABSTRACT
Yella Novela Dara Amelia. 1111046100117. The effect of Shariah Governance on the The quality of governance Islamic Banking (studies on Islamic Banks and Sharia Business Units In 2013). Concentration of Islamic Banking, Muamalat Studies Program Faulty of Sharia and Law. Syarif Hidayatullah State Islamic University, Jakarta, 2015.
The research aims to know the Effect of Shariah Governance (SG), Return on Assets (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR) and Non Performing Financing (NPF) Islamic Banking and to know about the most dominant factor significantly affected to GCG Islamic banking. The data used in this study is the 2013 annual data published by each bank. The analytical method used is Multiple Linear Regression.
The results showed that the SG, ROA, CAR and NPL simultaneously significant effect on corporate governance, while the SG of the most dominant factor affecting to GCG. The results also show that the NPF significant effect on corporate governance of Islamic banking in Indonesia.
vi
ABSTRAK
Yella Novela Dara Amelia. 1111046100117. Pengaruh Shariah Governance
Terhadap Kualitas Tata Kelola Perbankan Syariah (studi pada Bank Umum Syariah
dan Unit Usaha Syariah Tahun 2013). Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat,
Fakultas Syariah dan Hukum. Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah,
Jakarta, 2015.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Shariah Governance
(SG), Return On Assets (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Non
Performing Financing (NPF) Perbankan Syariah dan untuk mengetahui faktor yang
paling dominan berpengaruh nyata terhadap Good Corporate Governance (GCG)
perbankan syariah. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data tahunan
2013 yang dipublikasi oleh masing-masing bank. Metode analisis yang digunakan
adalah Regresi Linear Berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa SG, ROA, CAR dan NPF secara
simultan berpengaruh signifikan terhadap GCG, sedangkan SG faktor yang
berpengaruh paling dominan terhadap GCG. Hasil penelitian juga menunjukkan
bahwa NPF berpengaruh signifikan terhadap GCG perbankan syariah di Indonesia.
Kata Kunci: SG, ROA, CAR, NPF, Regresi Linear Berganda.
vii
KATA PENGANTAR
Segala Puji hanya Allah SWT, Tuhan Semesta Alam yang telah melimpahkan
karunia-Nya kepada segenap umat manusia. Shalawat serta salam senantiasa
tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW, manusia yang sempurna
keimanannya, manusia yang agung akhlak dan tutur katanya, hingga patutlah
menjadi teladan seluruh umat manusia lainnya.
Alhamdulillahirobbilalamin, penelitian yang berjudul “PENGARUH
SHARIAH GOVERNANCE TERHADAP KUALITAS GCG PERBANKAN
SYARIAH DI INDONESIA” telah dapat penulis selesaikan. Penulisan karya
ilmiah dalam bentuk skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan
studi strata satu (S1) guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Merupakan suatu kehormatan bagi penulis untuk mempersembahkan yang
terbaik kepada kedua orang tua, seluruh keluarga penulis, almamater dan
pihak-pihak yang telah ikut andil dalam penyelesaian karya ilmiah ini. Sebagai bentuk
penghargaan, penulis sampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A., selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah.
2. Bapak AM. Hasan Ali, M.A. dan Bapak H. Abdurrauf. Lc., MA., selaku ketua dan
sekretaris Program Studi Muamalat (Hukum Ekonomi Islam) yang telah
viii
3. Bapak Ahmad Chairul Hadi, MA, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
telah banyak meluangkan waktu selama 4 tahun ini untuk memberikan nasehat,
arahan serta masukan bagi penulis.
4. Bapak Ali Rama SE., M.Ec, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu serta memberikan arahan dan masukan agar skripsi ini
terselesaikan dengan baik dan lancar.
5. Bapak Prof. Dr. H. Fathurrahman Djamil, MA. dan Bapak H. Abdurrauf. Lc.,
MA., selaku dosen penguji sidang munaqasah penulis yang telah banyak
memberikan saran dan pandangan yang luas untuk melengkapi isi karya tulis ini.
6. Segenap staff dosen dan staff akademik Fakultas Syariah dan Hukum yang telah
memberikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat serta bantuan bagi penulis.
7. Kedua orang tua tercinta yang selalu yang selalu memberikan semangat dan selalu
berdo’a serta selalu menjadi motivasi disetiap langkah penulis, Ayahanda (Papa)
Alexander dan Ibunda (Mama) Yeni Mutiara, terimakasih telah mendidik dan
membesarkan hingga saat ini.
8. Keluarga besar Ridwan M Noor dan H. Aidin Basrin, selaku keluarga besar
penulis, yang senantiasa memberikan semangat, dorongan serta do’a kepada
penulis.
9. Keluarga Besar Perbankan Syariah C angkatan 2011, Keluarga HandCare
Indonesia dan Keluarga Lingkar Studi Ekonomi Syariah (LiSEnSi) UIN Jakarta
ix
10. Sahabat-sahabat penulis, Siti Haura Ibtisamah, Hanni Khairani, Meiga Gemala,
Novita Zuhrowiya, Assy Shella dan Astri Wulandari, sahabat (Ciwlabs
Kesayangan) tempat tawa dan sedih, selalu memberikan inspirasi, do’a, semangat
dan dukungan. Terimakasih atas kebersamaan, kehangatan dan kekeluargaan
selama 4 tahun di Universitas Islam Negeri Jakarta ini.
11. Andy Azhari, teman istimewa yang telah banyak memberikan motivasi, nasehat,
semangat dan menemani dalam sedih maupun senang bagi penulis.
12. Serta seluruh pihak yang telah bekerja namun belum mampu penulis sebutkan satu
persatu.
Semoga Allah SWT dengan Ridho-Nya membalas segala kebaikan dengan
pahala yang berlipat ganda. Dengan segala kekurangan, besar harapan penuls agar
skripsi ini mampu memberikan manfaat serta pengetahuan bagi penulis pribadi dan
para pembaca lainnya. Semoga Allah SWT senantiasa membimbing dan
memberikan petunjuk dalam setiap langkah.
Jakarta, Juli 2015
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………...……….……….i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI………...……….…ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQASYAH……....……iii
LEMBARPERNYATAAN………...……….iv
ABSTRAK………....……….v
KATA PENGANTAR………...…………vii
DAFTAR ISI………...………..x
BAB 1: PENDAHULUAN………...……….1
A. Latar Belakang………...………...…………..1
B. Identifikasi Masalah………...…………..9
C. Rumusan Masalah………...…………..10
D. Tujuan Penelitian………...….………..11
E. Manfaat Penelitian………...…………11
F. Metode Penelitian………...………12
xi
3. Tujuan Good Corporate Governance (GCG)………...…….24
4. Manfaat Good Corporate Governance (GCG)………...…………26
5. Corporate Governance pada Perbankan Syariah...28
6. Peraturan Bank Indonesia tentang Corporate Governance...33
B. Kinerja Keuangan………...……….35
C. Risiko………...………39
1. Pengertian Manajemen Risiko………...………39
2. Pembiayaan………...………41
3. Kualitas Pembiayaan Non Performing Financing (NPF)…...….41
D. Faktor-faktor yang mempengaruhi Good Corporate Governance (GCG)
pada 12 Bank Umum Syariah dan 21 Unit Usaha Syariah di
Indonesia………...……....………..44
1. Shariah Governance (SG) dan Good Corporate Governance
(GCG)………...………....44
2. Kinerja Keuangan dan Good Corporate Governance (GCG)...…46
3. Risiko dan Good Corporate Governance (GCG)………...46
E. Tujuan (Review) Terdahulu………...….47
BAB III: Metode Penelitian………...55
A. Ruang Lingkup Penelitian………...…….56
B. Metode Pengumpulan Data………...……..51
C. Operasional Variabel Penelitian………...…..57
xii
E. Metode Analisis………...62
F. Uji Asumsi Klasik………...63
G. Pengujian Hipotesis………...66
H. Kerangka Konseptual………...…………..72
BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN………...………..73
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian…………...………….73
1. Gambaran Umum Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah di Indonesia………...…………..73
2. Deskripsi Sampel Penelitian………...………..75 B. Penemuan dan Pembahasan………...………..…77 1. Uji Asumsi Klasik………...………..77 2. Uji Normalitas Data………...………..78 3. Uji Multikolinearitas………...…….79 4. Uji Heteroskedastisitas………...81
5. Uji Autokorelasi……….………...83
C. Analisis Regresi………...…….………...85
D. Pengujian Hipotesis………..……...87
1. Uji Statistik F (Simultan)………...…………..87 2. Uji Statistik t (Parsial)………...89
3. Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)……...…………92
E. Pembahasan………...……….93
xiii
A. Kesimpulan………...….97
B. Implikasi………...98
C. Saran………...99
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan Perbedaan Corporate Governance Konvensional dan Syariah...32
Tabel 2.2 Kualitas Pembiayaan dan Kriteria...42
Tabel 2.3 Ringkasan Penelitian Terdahulu...48
Tabel 4.1 Proses Seleksi Sampel...77
Tabel 4.2 Hasil Uji Multikolinearitas………...……….81
Tabel 4.3 Hasil Uji Autokorelasi………...…………84
Tabel 4.4 Hasil Analisis Regresi………...……..85
[image:15.612.101.531.107.441.2]xv
[image:16.612.115.529.102.434.2]DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Struktur/Organ Good Corporate Governance Perbankan Syariah...33 Gambar 3.1 Skema Kerangka Pemikiran………...……….72
Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-P Plot………...…….79
xvi
[image:17.612.117.531.110.432.2]DAFTAR GRAFIK
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar tahun Penelitian, Sampel Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha
Syariah (UUS), Data GCG, Shariah Governace (SG), Return On Asset
(ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Non Performing Financing
(NPF)………...………..104
Lampiran 2 Index SSBSCORE penilaian terhadap tiga (3) indikator Dewan Pengawas Syariah (DPS) / Shariah Governance (SG)…………...…..106
Lampiran 3 Uji Normalitas P-P Plot………...………..108
Lampiran 4 Uji Multikolinearitas………..…...……109
Lampiran 5 Uji Heteroskedastisitas………...…….110
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Good Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan) merupakan suatu subjek yang memiliki banyak aspek. Salah satu topik utama dalam tata kelola
perusahaan adalah menyangkut masalah akuntabilitas dan tanggung jawab atau
mandat, khususnya implementasi pedoman dan mekanisme untuk memastikan
perilaku yang baik dan melindungi kepentingan pemegang saham. Fokus utama lain
adalah efisiensi ekonomi yang menyatakan bahwa sistem tata kelola perusahaan harus
ditujukan untuk mengoptimalisasi hasil ekonomi, dengan penekanan kuat pada
kesejahteraan para pemegang saham. Ada pula sisi lain yang merupakan subjek dari
tata kelola perusahaan, seperti sudut pandang pemangku kepentingan, yang menunjuk
perhatian dan akuntabilitas lebih terhadap pihak-pihak lain selain pemegang saham,
misalnya karyawan atau lingkungan.
Sampai saat ini para ahli tetap menghadapi kesulitan dalam mendefinisikan
GCG yang dapat mengakomodasikan berbagai kepentingan. Tidak terbentuknya
definisi yang akomodatif bagi semua pihak yang berkepentingan dengan GCG
disebabkan karena cakupan GCG yang lintas sektoral. Definisi CGC menurut Bank
Dunia adalah aturan, standar dan organisasi di bidang ekonomi yang mengatur
2
tugas dan wewenang serta pertanggungjawabannya kepada investor (pemegang
saham dan kreditur). Tujuan utama dari GCG adalah untuk menciptakan sistem
pengendaliaan dan keseimbangan (check and balances) untuk mencegah penyalahgunaan dari sumber daya perusahaan dan tetap mendorong terjadinya
pertumbuhan perusahaan. Inti dari kebijakan tata kelola perusahaan adalah agar
pihak-pihak yang berperan dalam menjalankan perusahaan memahami dan
menjalankan fungsi dan peran sesuai wewenang dan tanggung jawab. Pihak yang
berperan meliputi pemegang saham, dewan komisaris, komite, direksi, pimpinan unit
dan karyawan. Konsep Good Corporate Governance (GCG) adalah konsep yang sudah saatnya diimplementasikan dalam perusahaan-perusahaan dan bank-bank yang
ada di Indonesia, karena melalui konsep yang menyangkut struktur perseroan, yang
terdiri dari unsur-unsur RUPS, direksi dan komisaris dapat terjalin hubungan dan
mekanisme kerja, pembagian tugas, kewenangan dan tanggung jawab yang harmonis,
baik secara intern maupun ekstern dengan tujuan meningkatkan
perusahaan-perusahaan dan bank-bank demi kepentingan shareholders dan stakeholders.
Konsep tata kelola perusahaan (GCG) saat ini pun sudah sangat di terapkan di
perbankan syariah, mengingat perkembangan produk lembaga keuangan syariah yang
dicapai di industri perbankan syariah satu dasawarsa terakhir telah mengalami
perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan ini ditandai oleh beberapa
3
ketiga yang berhasil dihimpun dan semakin baiknya proses penyaluran dana yang
dilakukan oleh bank syariah.
Pada tahun 2006 Bank Indonesia menerbitkan Peraturan Bank Indonesia
(Nomor/8/4/PBI/2006) tentang pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) bagi bank umum. Peraturan itu harus diterapkan oleh semua bank umum yang
beroperasi di Indonesia, dan laporan pelaksanaannya yang pertama kali harus
disampaikan untuk posisi laporan Akhir Desember 2007. Peraturan itu berlaku untuk
semua jenis bank umum, termasuk Bank Umum Syariah (BUS) dan bank umum
konvensional yang memiliki Unit Usaha Syariah (UUS). Bahkan untuk bank syariah
kewajiban untuk menetapkan GCG kemudian ditegaskan dalam pasal 34
Undang-undang nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah (UU Perbankan Syariah).
Serta, pada 9 Desember 2009, Bank Indonesia melaui Peraturan Bank Indonesia
Nomor 11/33/PBI/2009 dan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/13/DPbs tanggal
30 April 2010, tentang pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah telah mengamanahkan untuk melaksanakan suatu
tata kelola Bank yang menerapkan prinsi-prinsip keterbukaan, akuntabilitas,
pertanggungjawaban, profesional dan kewajaran. Bank Syariah dalam rangka
menjalankan amanah dengan Peraturan Bank Indonesia tersebut, membentuk
Pedoman Kebijakan GCG dalam rangka melindungi steakholders dan meningkatkan
kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku serta nilai-nilai atau
4
memiliki Pedeoman Pelaksanaan GCG yang berdasarkan pada lima prinsip dasar
yaitu keterbukaan (transparency), akuntabilitas (accontability), pertanggungjawaban (responsibility), profesional (professional) dan kewajaran (fairness), dimana ke lima prinsip dasar GCG tersebut sejalan dengan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan
secara islami yang berdasarkan Persaudaraan (ukhuwah) Keadilan (“adalah) Kemaslahatan (maslahah) dan Keseimbangan (tawazun).1
Sistem GCG yang efektif bagi bank syariah dibangun dengan memperhatikan
sejumlah pilar mekanisme GCG, antara lain: 1. Peran dan tanggung jawab Dewan
Pengawas Syariah (DPS). 2. Bank syariah harus memiliki sistem pengawasan internal
dan manajemen risiko yang tangguh. 3. Dalam konteks syariah, auditor eksternal
tidak saja berperan untuk memberikan opini bahwa laporan keuangan bank telah
disajikan secara wajar dan sesuai standar akuntansi yang berlaku. Auditor eksternal
juga bekerja sama kepada DPS dan auditor internal untuk melaporkan laporan
keuangan suatu Bank Syariah. 4. Transformasi budaya korporasi. 5. Perangkat hukum
dan peraturan Bank Indonesia.2
Berdasarkan hasil penelitian dan laporan Bank Dunia dan ADB krisis
perbankan yang terjadi di Indonesia dan keruntuhan perusahaan-perusahaan besar
dunia disebabkan oleh karena buruknya pelaksanaan praktik-praktik Good Corporate
1
http://www.bnisyariah.co.id/en/tata-kelola-perusahaan/ diakses pada tanggal 12 desember 2014 pukul 17:12.
2
5
Governance (GCG). Selain itu, Good Corporate Governance (GCG) juga dapat meningkatkan nilai suatu perusahaan dengan cara meningkatkan kinerja keuangan
perusahaan. Prinsip-prinsip dasar dari Good Corporate Governance (GCG) pada
dasarnya memiliki tujuan untuk memberikan kemajuan terhadap kinerja suatu
perusahaan. Dengan demikian, pengaruh kinerja perusahaan terhadap Good Corporate Governance (GCG) sangat berpengaruh, karena penerapan Good Corporate Governance (GCG) yang profesional sangat penting sehubungan dengan meningkatnya kondisi persaingan globalisasi yaitu dengan memberikan prioritas
terhadap pebaikan penerapan Good Corporate Governance (GCG), perusahaan-perusahaan dapat mengarah pada biaya lebih rendah dan kenaikan kinerja.
Perusahaan-perusahaan yang dikelola baik yaitu perusahaan yang menerepkan
prinsip-prinsip pertanggungjawaban, akuntabilitas, keadilan dan transparansi akan
terciptanya perusahaan yang baik dan perusahaan yang baik pula, akan membantu
terciptanya hubungan yang kondusif dan dapat dipertanggungjawabkan diantara
elemen dalam perusahaan (kepemilikan instutisional, kepemilikan manajerial, dewan
komisaris dan pemegang saham) yang berperan dalam meningkatkan kinerja
keuangan. Selain meningkatkan kinerja perusahaan, Good Corporate Governance
(GCG) dalam kinerja perusahaan merupakan kunci sukses bagi perusahaan untuk
memperoleh keuntungan, para investor yakin bahwa perusahaan yang menerapkan
praktek GCG telah berupaya meminimalkan risiko yang akan menguntungkan diri
sendiri, sehingga meningkatkan kinerja perusahaan yang pada akhirnya dapat
6
Selain itu, dalam rangka melaksanakan PBI No. 11/33/PBI/2009 tentang
pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, maka setiap tahun bank syariah wajib mempublikasikan Laporan hasil Self Assessment atas pelaksanaan Tata Kelola yang dicantumkan pada Laporan Tahunan
Good Corporate Governance. Laporan Self AssessmentGood Corporate Governance
merupakan hasil penilaian atas pelaksanaan tata kelola yang dilakukan
masing-masing bank, baik dalam nilai komposit dan prdikat komposit, yang merupakan hasil
akhir dari laporan pelaksanaan prinsip tata kelola.
Selain itu juga, desain modal tata kelola perusahaan corporate governance
dalam perspektif Islam memiliki fitur yang unik dan karakteristik yang khas
dibandingkan dengan konsep tata kelola perusahaan pada umumnya. Berbeda dengan
lembaga keuangan konvensional, lembaga keuangan syariah punya kewajiban untuk
memastikan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip syariah pada seluruh produk,
instrumen, operasi, preaktek dan manajemennya. Konsekuensi, lembaga keuangan
syariah membutuhkan sisitem tata kelola untuk memastikan kepatuhan terhadap
syariah. Istilah Shariah Governance diperkenalkan dalam sistem tata kelola lembaga keuangan syariah sebagai respon ketiadaan istilah corporate governance dalam literatur islam. Meskipun sebenarnya konsep shariah governance (SG) memiliki kesamaan peran dan fungsi yang sama dengan institusi hisbah dalam sejarah
masyarakat Islam klasik, yaitu sebagai lembaga khusus yang mengawasi berjalannya
7
(SG) adalah keberadaan Dewan Pengawas Syariah (DPS) sebagai bagian dari struktur
organisasi perusahaan yang berperan penting dalam proses supervisi, monitoring,
audit dan pemberian opini terhadap kepatuhan syariah pada lembaga keuangan atau
perusahaan yang menawarkan produk dan layanan syariah.3
Volume pertumbuhan produk dan layanan perbankan syariah dalam kurun
waktu tahun terakhir khususnya Bank Umum Syariah (BUS) mengalami peningkatan
yang cukup pesat. Pertumbuhan yang pesat juga didukung kinerja yang bagus, baik
dari segi profitabilitas maupun pengelolaan dan risiko yang harus dihadapi. Bank
Syariah kini mulai menunjukkan bahwa mereka mampu menggunakan aset, modal
dan mengontrol pembiayaannya dengan baik. Pertama, untuk aktivitas penggunaan
aset yang dihitung menggunakan rasio ROA, bank syariah mampu menghasilkan
menghasilkan 2,11 persen pada Oktober 2012. Kedua, selain ROA bank syariah juga
mampu meghasilkan sisi modal yang sangat baik untuk mengukur kecukupan modal
yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung risiko, standar angka
terbaik untuk rasio CAR pada bank menurut Surat Edaran Bank Indonesia
No.6/23/DPNP Tahun 2004 adalah lebih dari 12%, Bank Umum Syariah dan Unit
Usaha Syariah di Indonesia sampai saat ini sudah mencapai nilai CAR lebih dari
12%.4 Besarnya nilai CAR menunjukkan tingkat kepekaan bank terhadap
3Ali Rama “
Analisis Komparatif Praktek Shariah Governance Lembaga Keuangan Syariah: Studi Kasus Negara ASEAN”, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jurnal
(2014)
4 Rina Nuraini Dewi, “Pengaruh Capital Adequacy, Non Performing Loan, Operating
8
kepentingan umum, semakin tinggi nilai CAR, maka bank semakin peka terhadap
kepentinagn publik, Akan tetapi, apabila nilai CAR rendah, maka menunjukkan
bahwa kepekaan bank terhadap publik rendah.5 Selain itu juga, bank syariah mampu
meningkatkan jumlah penyaluran dana (pembiayaan) perbankan syariah menjaadi
Rp.135,58 Triliun pada akhir 2012. Peningkatan jumlah pembiayaan ini harus
memperhatikan risiko gagal bayar. Pada periode yang sama, bank syariah mampu
mengontrol risiko gagal bayar yang dihitung menggunakan rasio Non Performing
Financing (NPF) menjadi 2,58 persen. Sebagai lembaga keuangan, tentunya risiko
keuangan menjadi hal yang penting untuk selalu diperhatikan oleh Bank, walaupun
begitu bank juga perlu mengantisipasi seluruh kemungkinan risiko yang dapat terjadi.
Dengan demikian, dapat dikatakan bank syariah telah mengontrol aktivitas
pembiayaan dengan baik karena telah mampu menurunkan angka NPF. Sebagai
lembaga keuangan, tentunya risiko keuangan menjadi hal yang penting untuk selalu
diperhatikan oleh Bank, walaupun begitu bank juga perlu mengantisipasi seluruh
kemungkinan risiko yang dapat terjadi.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, hal ini mendorong
penulis untuk meneliti apakah terdapat pengaruh Shariah Governance (SG), Return On Assets (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Non Performing Financing
(NPF) terhadap Good Corporate Governance (GCG) pada Perbankan Syariah di
5Ika Permatasari, Retno Novitasary, “Pengaruh Implementasi Good Corporate Governance
9
Indonesia. Dalam penelitian ini saya mengangkat judul “Pengaruh Shariah Governance Terhadap Kualitas GCG Perbankan Syariah Di Indonesia”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, bahwa sebab terjadinya krisis perusahaan
dan perbankan adalah lemahnya penerapan kualitas GCG sehingga berdampak buruk
pada kinerja suatu perusahaan. Sistem Good Corporate Governance (GCG) pada
suatu perbankan syariah masih sangat lemah karena itulah, disini disimpulkan bahwa
identifikasi masalah dari latar belakang diatas adalah:
a. Krisis perbankan yang terjadi di Indonesia dan keruntuhan
perusahaan-perusahaan besar dunia disebabkan karena buruknya pelaksanaan
praktik-praktik Good Corporate Governance (GCG).
b. Lemahnya tata kelola, salah satunya dipengaruhi buruknya kinerja keuangan.
Kinerja keuangan disini di proksikan pada Return on Assets (ROA), kecukupan modal Capital Adequacy Ratio (CAR) dan tingginya tingkat risiko pembiayaan
Non Performing Financing (NPF). Jadi, semakin bagus kinerja keuangan suatu perusahaan itu, akan berpengaruh besar pada baiknya tingkat kesehatan dan
penerapan Good Corporate Governance (GCG).
c. Penerapan good corporate governane pada bank syariah menjadi sangat penting. Ini dikarenakan bank syariah memiliki perbedaan yang mendasar
10
(SG). Dan penerapan shariah governance (SG) inilah yang menjadi pilar penting keberlangsungan entitas bank syariah. Salah satu turunan dari
penerapan shariah governace (SG) ini adalah adanya keberadaan Dewan Pengawas Syariah (DPS). Yang mana tugas dari para DPS ini adalah
mengawasi operasional perbankan syariah agar sesuai dengan prinsip-prinsip
syariah.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, menunjukkan bahwa sebab terjadinya krisis
perbankan terutama perbankan syariah di Indonesia itu adalah lemahnya praktik/tata
kelola (GCG) perusahaan sehingga berdampak buruk terhadap kinerja keuangan
perbankan syariah, serta penerapan shariah compliance adalah dengan adanya Dewan
Pengawas Syariah (DPS) yang selama ini tidak adanya penilaian khusus terhadap
Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang diatur oleh undang-undang khusus perbankan
syariah di Indonesia. Dengan demikian, dapat disimpulakan bahwa rumusan
masalahnya adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana pengaruh Shariah Governance terhadap Good Corporate Governance (GCG) ?
11
c. Bagaimana pengaruh Kecukupan Modal terhadap Good Corporate Governance (GCG) ?
d. Bagaimana pengaruh Risiko Pembiayaan terhadap Good Corporate Governance (GCG) ?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan penjabaran rumusan masalah diatas dimaksudkan untuk
memenuhi tujuan penulisan karya tulis. Tujuannya antara lain:
a. Untuk menganalisis pengaruh Shariah Governance terhadap Good Corporate Governance (GCG).
b. Untuk menganalisis pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Good Corporate Governance (GCG).
c. Untuk menganalisis pengaruh Kecukupan Modal terhadap Good Corporate Governance (GCG).
d. Untuk menganalisis pengaruh Risiko Pembiayaan terhadap Good Corporate Governance (GCG).
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
12 a. Bagi Perbankan Syariah
Dengan adanya penelitian ini diharapkan perbankan syariah di
Indonesia memperoleh gambaran mengenai pengaruh Shariah Governance
terhadap kualitas Good Corporate Governance sehingga mampu
meningkatkan kinerja perusahaan termasuk kinerja keuangan suatu perbankan
syariah
b. Bagi Akademisi
Dapat memperluas khazanah ilmu pengetahuan mahasisiwa dan
mahasisiwi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tentang pengaruh Shariah Governance, Return on Asset (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR) dan
Non Performing Financing (NPF) terhadap Good Corporate Governance
(GCG) diukur dengan Indeks penilaian terhadap Dewan Pengawas Syariah
(DPS) sesuai dengan undang-undang perbankan syariah yang berlaku. Dan
menjadi sumber referensi bagi penelitian sejenis dan dapat dijadikan sebagai
bahan perbandingan dari penelitian yang telah ada maupun yang akan
dilakukan.
F. Metode Penelitian
a. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kuantitatif. Penelitian
13
pengumpulan dan analisis data kuantitatif serta menggunakan metode pengujian
statistik.6
b. Pendekatan Penelitian
Jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
bersifat kuantitatif. Penelitian kuantitatif bersifat terinci, luas, banyak menggunakan
literatur yang terkait dengan tema yang diajukan sebagai pendukung, memiliki
prosedur yang terinci jelas, hipotesis telah sejak awal dirumuskan dan ditulis secara
lengkap sebelum melaksanakan penelitian di lapangan. Penelitian kuantitatif
dimaksudkan untuk melihat fenomena yang ada, kemudian dibandingkan dengan
teori yang dimiliki.7
Jenis pendekatan lainnya yang digunakan khususnya dalam Shariah
Governance (SG) penelitian ini adalah Analisis Isi (content analysis). Penelitian
content analysis yaitu penelitian yang pembahasan mendalam terhadap isi suatu informasi. Pelopor analisis isi adalah Harold D. Lasswell, yang memelopori teknik
symbol coding, yaitu mencatat lambang atau pesan secara sistematis, kemudian diberi interpretasi.
c. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu
laporan tahunan (annual report) dan laporan Self Assement GCG selama 2013 dari 12
6
Prof. Dr. Asep Hermawan, M.Sc. Penelitian Bisnis (Jakarta: Grasindo, 2013) h.19
7
14
Bank Umum Syariah (BUS) dan 21 Unit Usaha Syariah (UUS) di Indonesia pada
tahun 2013.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
bersumber dari Bank Indonesia dan Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha
Syariah (UUS) yang terkait dalam penelitian ini.
d. Metode Pengumpulan dan Analisis Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan library research dan internet research.
Metode analisis yangdigunakan dalam penelitian adalah analisis regresi
linear berganda, dimana data yang terkumpul diolah menggunakan software data statistik SPSS version 20.00.
e. Teknis Penulisan
Teknik penulisan dalam penelitian ini penulis berpedoman pada buku
panduan penulisan skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN
15
G. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Terdiri dari Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Batasan dan
Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Review Study Terdahulu,
Kerangka Pemikiran, Rancangan Outline Penulisan dan Sistematika
Penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Teori dari teori yang berkaitan dengan: Laporan Keuangan, Shariah Governance, Index SSBSCORE, Good Corporate Governance, Return on Assets (ROA) dan Non Performing Financing (NPF).
BAB III METODE PENELITIAN
Teori dari penjelasan mengenai: Ruang Lingkup Penelitian, Metode
Penentuan Sampel, Sumber Data, Hipotesis, Metode Analisis (Uji Sttistik
Deskriptif, Uji Normalitas, Uji Asumsi Klasik dan Uji Hipotesis), Variabel
Penelitian, Pedoman Penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN
Teori dari: Gambaran Umum Objek Penelitian dan Hasil Pengolahan dan
Analisis Data (Index SSBSCORE Dewan Pengawas Syariah, Self Assetment
Good Corporate Governance, Return on Assets, Non Performing
16 BAB V PENUTUP
Bab ini memuat kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan
permasalahan yang telah dibahas sebelumnya dan saran penulis untuk
17
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Good Corporate Governance (GCG)
1. Pengertian Good Corporate Governance (GCG)
Istilah “Corporate Governance” pertama kali diperkenalkan oleh
Cadbury Committee tahun 1992 dalam laporan yang dikenal dengan Cadbury Report. Laporan ini menandakan pula sebagai titik balik yang menentukan bagi praktik Corporate Governance di seluruh dunia. Dalam Cadbury Report yang dimaksud dengan Corporate Governance adalah suatu sistem yang berfungsi untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi. Corporate governance
merupakan seperangkat aturan yang merumuskan hubungan antara para
pemegang saham, manager, kreditor, pemerintah, karyawan dan pihak-pihak
yang berkepentingan lainnya baik internal maupun eksternal sehubungan
dengan hak-hak dan tanggungjawab mereka.8
Di Indonesia, konsep good corporate governance mulai diperkenalkan pada tahun 1999 setelah pemerintah membentuk Komite Nasional Kebijakan
Governance (KNKG). KNKG mengeluarkan Pedoman Umum Good Corporate Governance (GCG) Indonesia pada tahun 2000 yang kemudian direvisi pada
8
Sudarmayanti,”Good Governance (Kepemerintahan yang Baik) dan Good Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan yang Baik)”, (Bandung: CV. Mandar Maju, 2007, bagian
18
tahun 2006. Isi dari pedoman tersebut adalah setiap perusahaan harus membuat
pernyataan tentang kesesuaian penerapan good corporate governance dengan pedoman yang telah dikeluarkan oleh KNKG dalam laporan tahunannya. Hal
ini berarti setiap perusahaan telah menerapkan prinsip Good Corporate Governance (GCG).
Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI), mendefinisikan corporate governance sebagai seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak
kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan internal dan
eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau
dengan kata lain suatu sistem yang mengendalikan perusahaan. Tujuan
Corporate Governance adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders).9
Sementara Corporate Governance menurut Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) adalah struktur yang mengatur para pemegang saham, komisaris dan manager dalam menyusun tujuan-tujuan
perusahaan dan sarana untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut serta mengawasi
kinerja.
Good Corporate Governance (GCG) merupakan sebuah sistem tata kelola perusahaan yang berisi seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara
9
19
pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah,
karyawan, serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya dalam
kaitannya dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain, suatu
sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan, dengan tujuan untuk
meninngkatkan nilai tambah (value added) bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders). Jika pelaksanaan Good Corporate Governance
(GCG) tersebut dapat berjalan dengan efektif dan efisien, maka seluruh proses
aktivitas perusahaan akan berjalan dengan baik, sehingga hal-hal yang berkaitan
dengan kinerja perusahaan baik yang sifatnya kinerja finansial maupun non
finansial akan juga turut membaik.10
Berdasarkan pengertian diatas, Corporate Governance didefinisikan sebagai suatu sistem pengendalian internal perusahaan yang memiliki tujuan
utama mengelola risiko yang signifikan guna memenuhi tujuan bisnisnya
melalui pengamanan aset perusahaan dan meningkatkan investasi pemegang
saham dalam jangka panjang.11
Good Corporate Governance (GCG) terdiri dari dua unsur, yaitu unsur yang berasal dari dalam perusahaan (Corporate Governance internal perusahaan) dan unsur yang berasal dari luar perusahaan (Corporate Governance eksternal perusahaan).
10
Brown, Lawrence, and J., Caylor, ”Corporate Governance and Firm Performance”,Boston Accounting Research Colloquium 15th, Desember, 2004
11 Muh. Arief Effendi, ”The Power of Good Corporate Governance: Teori dan Implementasi”,
20
Corporate Governance internal perusahaan adalah unsur yang selalu diperlukan dalam perusahaan dan sangat berperan dalam mengelola perusahaan.
Jika kinerja Corporate Governance internal perusahaan baik maka kinerja perusahaan pun baik dan sebaliknya. Unsur-unsur Corporate Governance
internal perusahaan menurut Kresnohadi adalah Pemegang Saham, Direksi,
Dewan Komisaris, Manajer, Karyawan, Sistem dan Komite Audit.12
Corporate Governance eksternal perusahaan adalah unsur yang selalu dibutuhkan atau diperlukan diluar perusahaan dan mempunyai pengaruh
terhadap kinerja keuangan perusahaan. Adapun unsur-unsur Corporate Governance eksternal perusahaan menurut Kresnohadi adalah kecukupan undang-undang dan perangkat hukum, Investor, institusi penyedia informasi,
akuntan publik, institusi yang memihak kepentingan publik bukan golongan,
pemberi pinjaman dan pengesah legalitas.13
2. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance
Konsep Good Corporate Governance baru populer di Asia. Konsep ini relatif berkembang sejak tahun 1990-an. Konsep Good Corporate Governance
baru dikenal di Inggris pada tahun 1992. Negara-negara maju yang tergabung
12
Ariyoto Kresnohadi,”Good Corporate Governance dan Konsep Penegakannya di BUMN dan
Lingkungan Usaha”, (Majalah Usahawan No. 10 Tahun XXIX, 2000), h. 9.
13
Ariyoto Kresnohadi,”Good Corporate Governance dan Konsep Penegakannya di BUMN dan
21
dalam kelompok OECD (kelompok Negara-negara maju di Eropa Barat dan
Amerika Utara) mempraktikkan pada tahun 1999.
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) menawarkan prinsip-prinsip yang menjadi indikator utama dari good corporate governance. Prinsip-prinsip tersebut antara lain: Fairness, Transparency, Accountability, dan Responsibility. Keempat prinsip tersebut penting karena penerapan prinsip good corporate governance secara konsisten terbukti dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan dan juga dapat menjadi penghambat
aktivitas rekayasa kinerja yang mengakibatkan laporan keuangan tidak
menggambarkan nilai fundamental perusahaan.14
a. Fairness (Keadilan)
Prinsip keadilan merupakan kesetaraan yang harus menjamin
adanya perlakuan adil di dalam memenuhi hak dan kewajibannya
terhadap stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perlakuan yang sama terhadap
pemegang saham, terutama pemegang saham yang hanya memiliki
sejumlah kecil saham di dalam perusahaan (pemegang saham minoritas)
dan pemegang saham asing yang secara otomatis memiliki akses dan
kekuatan yang lebih kecil dibandingkan dengan kelompok yang
14
Thomas S. Khaihatu, “Good Corporate Governance dan Penerapannya di Indonesia”,
22
mayoritas. Dengan perlakuan yang adil tersebut diharapkan semua
peraturan yang ada ditaati guna melindungi semua pihak yang
mempunyai kepentingan terhadap keberlangsungan bisnis.
b. Disclosure/Transparency (Transparasi)
Keputusan Menteri Negara BUMN tahun 2002 mengartikan
transparansi merupakan keterbukaan dalam melaksanakan proses
pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi
materiil dan relevan mengenai perusahaan. Jadi dalam prinsip ini, para
pemegang saham haruslah diberi kesempatan untuk berperan dalam
pengambilan keputusan atas perubahan-perubahan mendasar dalam
perusahaan dan dapat memperoleh informasi yang benar, akurat, dan
tepat waktu mengenai perusahaan.
c. Accountability (Akuntabilitas)
Yaitu kejelasan fungsi, struktur, sistem dan pertanggungjawaban
dalam perusahaan, sehingga pengelolaan perusahaan dapat terlaksana
secara efektif dan efisien. Manajemen harus membuat job description
yang jelas kepada semua karyawan dan menegaskan fungsi-fungsi dasar
setiap bagian. Dari sini perusahaan akan menjadi jelas hak dan
kewajibannya, fungsi dan tanggungjawabnya serta kewenangannya dalam
23
minoritas dan asing serta pembatasan kekuasaan yang jelas di jajaran
direksi.
Jika accountability ini diterapkan secara efektif, maka ada kejelasan fungsi, hak, kewajiban, wewenang dan tanggungjawab antara pemegang
saham, dewan komisaris serta direksi. Dengan adanya kejelasan maka
perusahaan akan terhindar dari kondisi agency problem (benturaan kepentingan peran).15
d. Responsibility (Responsibilitas)
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) menyatakan bahwa prinsip tanggung jawab ini menekankan pada adanya
sistem yang jelas untuk mengatur mekanisme pertanggungjawaban
perusahaan kepada shareholder dan stakeholder. Hal ini dimaksudkan agar tujuan yang hendak dicapai dalam good corporate governance dapat direalisasikan, yaitu untuk mengakomodasikan kepentingan dari berbagai
pihak yang berkaitan dengan perusahaan seperti masyarakat, pemerintah,
asosiasi bisnis, dan sebagainya.
Prinsip tanggung jawab ini juga berhubungan dengan kewajiban
perusahaan untuk mematuhi semua peraturan dan hukum yang berlaku,
termasuk juga prinsip-prinsip yang mengatur tentang penyusunan dan
15
Mas Ahmad Dariri, “Good Corporate Governance Konsep dan Penerapannya dalam Konteks
24
penyampaian laporan keuangan perusahaan. Setiap peraturan dan
ketentuan hukum yang berlaku tentu akan diikuti dengan sanksi yang
jelas dan tegas. Oleh karena itu kepatuhan terhadap ketentuan yang
berlaku akan dapat menghindarkan perusahaan dari sanksi hukum
sebagaimana diatur dalam peraturan terkait, dan juga sanksi moral dari
masyarakat.16
Menurut Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor:
KEP-117/M-MBU/2002 bahwa di samping keempat prinsip di atas, masih
ada satu prinsip tambahan lagi, yaitu prinsip Kemandirian
(Independence). Prinsip ini diartikan sebagai suatu keadaan di mana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan
pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang
sehat.
3. Tujuan Good Corporate Governance (GCG)
Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), Good Corporate Governance (GCG) mempunyai enam macam tujuan utama. Keenam tujuan utama tersebut adalah sebagai berikut:
16
25
a. Mendorong tercapainya kesinambungan perusahaan melalui
pengelolaan yang berdasarkan pada asas transparansi, akuntabilitas,
responsibilitas serta kewajaran dan kesetaraan.
a. Mendorong pemberdayaan fungsi dan kemandirian masing-masing
organ perusahaan yaitu dewan komisaris, direksi dan rapat umum
pemegang saham (RUPS).
b. Mendorong pemegang saham, anggota dewan komisaris dan
anggota direksi agar dapat membuat keputusan dan menjalankan
tindakannya dilandasi oleh nilai moral yang tinggi dan kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan.
c. Mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab sosial
perusahaan terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan
terutama disekitar perusahaan.
d. Mengoptimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dengan
memperhatikan pemangku kepentingan lainnya.
e. Meningkatkan daya saing perusahaan secara nasional maupun
internasional sehingga meningkatkan kepercayaan pasar yang dapat
mendorong arus investasi dan pertumbuhan ekonomi nasional dan
26
4. Manfaat Good Corporate Governance
Dengan penerapan Corporate Governance, tidak hanya kepentingan para investor saja yang dilindungi melainkan juga akan dapat
mendatangkan banyak manfaat dan keuntungan bagi perusahaan terkait
dan juga pihak-pihak lain yang mempunyai hubungan langsung maupun
hubungan tidak langsung dengan perusahaan.
Berbagai manfaat yang diperoleh dengan penerapan Corporate Governance dapat disebut antara lain:17
a. Dengan Good Corporate Governance (GCG) proses pengambilan keputusan akan berlangsung secara lebih baik sehingga akan
menghasilkan keputusan yang optimal, dapat meningkatkan
efisiensi setra terciptanya budaya kerja yang lebih sehat. Ketiga hal
ini jelas akan sangat berpengaruh positif terhadap kinerja
perusahaan, sehingga kinerja perusahaan akan mengalami
peningkatan.
b. Good Corporate Governance (GCG) akan memungkinkan dihindarinya atau sekurang-kurangnya dapat meminimalkan
tindakan penyalagunaan wewenang oleh pihak direksi dalam
mengelola perusahaan. Hal ini tentu akan menekan kemungkinan
17
27
kerugian bagi perusahaan maupun pihak berkepentingan lainnya
sebagai akibat dari tindakan tersebut.
c. Nilai perusahaan di mata investor akan meningkat sebagai akibat
dari meningkatnya kepercayaan mereka kepada pengelola
perusahaan tempat mereka berinvestasi. Peningkatan kepercayaan
investor kepada perusahaan akan dapat memudahkan perusahaan
mengakses tambahan dana yang diperlukan untuk berbagai
keperluan perusahaan terutama untuk tujuan ekspansi.
d. Bagi para pemegang saham, dengan peningkatan kinerja perusahaan
dengan sendirinya juga akan menaikkan nilai saham mereka dan
juga nilai deviden yang akan mereka terima. Bagi negara, hal ini
juga akan menaikkan jumlah pajak yang akan dibayarkan oleh
perusahaan yang berarti meningkatkan pendapatan negara dari
sektor pajak.
e. Karena dalam praktik Good Corporate Governance (GCG),
karyawan ditempatkan sebagai salah satu stakeholder yang seharusnya dikelola dengan baik oleh perusahaan, maka motivasi
dan kepuasan kerja karyawan juga diperkirakan akan meningkat.
Peningkatan ini dalam tahapan selanjutnya tentu akan dapat pula
meningkatkan produktivitas dan rasa memiliki (sense of belonging)
28
f. Penerapan Corporate Governance yang konsisten juga akan meningkatkan kualitas laporan keuangan perusahaan. Manajemen
akan cenderung untuk tidak melakukan rekayasa terhadap laporan
keuangan, karena adanya kewajiban untuk mematuhi aturan dan
prinsip akuntansi yang berlaku dan penyajian informasi secara
transparan.
5. Corporate Governance pada Perbankan Syariah
Seiring dengan perkembangan industri perbankan syariah
khususnya di Indonesia antara lain di tandai dengan semakin beragamnya
produk perbankan syariah dan bertambahnya sekmen pasar pelayanan
perbankan syariah, maka penerapan Good Corporate Governance (GCG) di lembaga perbankan syariah menjadi sebuah keharusan yang tak
terbantahkan. Bahkan bank-bank syariah harus tampil sebagai pionir
terdepan dalam mengimplementasikan Good Corporate Governance
(GCG) tersebut.
Dalam kerangka itulah IFSB (Islamic Financial Service Board),
sebuah Badan Penetapan Standar Internasional untuk regulasi lembaga
keuangan Islam yang berpusat di Kuala Lumpur, pada tahun 2009
mengekspose draft Good Corporate Governance (GCG) untuk Lembaga Keuangan Syariah yang merupakan pedoman pelaksanaan tata kelola
perusahaan lembaga keuangan syariah di semua negara atau yang lebih
29
Keharusan tampilnya bank syariah sebagai pionir penegakan Good Corporate Governance (GCG) dibanding konvensional, menurut Algaoud dan Lewis18 karena permasalahan governance dalam perbankan syariah ternyata sangat berbeda dengan bank konvensional, yaitu:
a. Bank syariah memiliki kewajiban untuk mematuhi prinsip-prinsip syariah
(shariah governance) dalam menjalankan bisnisnya. Karenanya, Dewan Pengawas Syariah (DPS) memainkan peran yang penting dalam
governance structure perbankan syariah.
b. Karena potensi terjadinya information asymmetry sangat tinggi bagi perbankan syariah maka permasalahan agency theory menjadi sangat relevan. Hal ini terkait dengan permasalahan tingkat akuntabilitas dan
transparansi penggunaan dana nasabah dan pemegang saham. Karenanya,
permasalahan keterwakilan investment account holders dalam mekanisme
Good Corporate Governance (GCG) menjadi masalah strategis yang harus pula mendapat perhatian bank syariah.
c. Dari perspektif budaya korporasi, perbankan syariah semestinya
melakukan transformasi budaya di mana nilai-nilai etika bisnis Islami
menjadi karakter yang inheren dalam praktik bisnis perbankan syariah.
Konsep Good Corporate Governance (GCG) yang dikeluarkan oleh IFSB (Islamic Financial Service Board) yang sering disebut dengan
18
Lewis, Mervin K. dan Latifa M. Algaud. “Perbankan Syariah Prinsip Praktek Prospek”.
30
Shari’ah Governance sebagian besar memiliki prinsip-prinsip yang sama dengan Good Corporate Governance (GCG) konvensional. Perbedaan yang ada dalam Good Corporate Governance (GCG) syariah dan konvensional hanya terletak pada syariah governace (SG) yaitu kepatuhan pada syariah. Sedangkan prinsip-prinsip transparansi,
kejujuran, kehati-hatian, kedisiplinan merupakan prinsip universal yang
juga terdapat dalam aturan Good Corporate Governance (GCG) konvensional.19
IFSB menjelaskan tentang definisi Sharia Governance (SG) sebagai berikut:20
Sistem Shariah Governance (SG) merupakan seperangkat pengaturan kelembagaan dan organisasi dimana lembaga keuangan
syariah dapat memastikan bahwa terdapat pandangan independen tentang
kepatuhan syariah melalui proses penerbitan fatwa syariah yang releven,
penyebaran informasi fatwa dan review internal kepatuhan syariah.
Struktur dan proses yang harus dilakukan agar pemenuhan syariah
dalam sistem Shariah Governance (SG) terlaksana dengan baik dalam sebuah institusi menurut IFSB adalah sebagai berikut:21
19
Siti Maria Wardayati,”Implikasi Shariah Governance terhadap Reputasi dan Kepercayaan
Bank Syariah”, (Jurnal Universitas Jember, Walisongo, Volume 19, Nomor 1, Mei 2011), h. 4.
20
31
a. Pengeluaran pernyataan atau Pengeluaran pernyataan atau resolusi (fatwa)
yang releven. Pernyataan atau resolusi syariah mengacu pada opini yang
berkenaan dengan hukum yang menyinggung isu-isu mengenai keuangan
islam yang diberikan oleh dewan syariah yang telah diberikan mandat.
Dewan syariah juga memastikan pelaksanaan pernyataan atau resolusi
syariah tersebut kepada indutri jasa keuangan syariah.
b. Penyebaran informasi mengenai pernyataan atau resolusi (fatwa) yang
telah diterbitkan kepada personil operasi Lembaga Keuangan Syariah
untuk memantau kesesuaian terhadap fatwa pada setiap tngkat
operasional dan transaksi sehari-hari.
c. Adanya review/audit kepatuhan syariah internal, dimana berfungsi untuk
memverifikasi kepatuhan syariah telah dilaksanakan secara maksimal,
serta segala bentuk kejadian atas ketidakpatuhan akan dicatat dan
dilaporkan sejauh dapat diatasi dan diperbaiki.
d. Melakukan review/audit terhadap kepatuhan syariah setiap tahun yang
berfungsi untuk verifikasi bahwa kepatuhan syariah internal telah
dilakukan secara tepat dan dan temuan yang didapat sepatutnya dicatat
oleh Dewan Pengawas Syariah.
Ilustrasi mengenai sistem Shariah Governance (SG) di lembaga keuangan syariah dan perbedaannya dengan lembaga keuangan
21
32
konvensional dilihat dari pihak yang menjalankan tata kelola, kontrol dan
kepatuhannya adalah sebagai berikut:22
[image:50.612.131.522.131.406.2]Tabel 2.1
Perbedaan Good Corporate Governance Konvensional dan Syariah
Fungsi Konvensional Syariah
Tata Kelola Dewan Direksi Dewan Syariah Kontrol Auditor internal
Auditor eksternal
Unit Review Syariah Internal Unit Review Syariah Eksternal
Kepatuhan Unit Aturan dan Kepatuhan Keuangan
Unit Kepatuhan Syariah Internal
Sumber: Islamic Financial Services Board 2010.
Konsep Shariah Governance (SG) merupakan sistem tata kelola yang unik dan ekslusif pada lembaga keuangan syariah yang berfungsi untuk memastikan kepatuhan
syariah dalam keseluruhan aktivitas dan operasi perusahaan. Elemen penting yang
membedakannya dari tata kelola perusahan pada umumnya adalah sejumlah
pengaturan kelembagaan dan keorganisasian dalam bentuk Dewan Syariah, Unit
Review Syariah Internal atau Eksternal dan Unit Kepatuhan Syariah Internal untuk
memenuhi aspek kepatuhan syariah pada seluruh aspek transaksi bisnis dan operasi
lembaga keuangan syariah.23
22
Islamic Financial Services Board, h. 4. 23
Ali Rama,”Analisis Komparatif Model Syariah Governance Lembaga Keuangan Syariah:
33 Gambar 2.1
Struktur/Organ Good Corporate Governance (GCG) pada Perbankan Syariah
B.
Sumber: PT. Bank Syariah Mandiri Tahun 2013
6. Peraturan Bank Indonesia tentang Good Corporate Governance
Dalam konteks bisnis syariah, pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) merupakan salah satu upaya untuk melindungi kepentingan stakeholders dan meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku serta nilai-nilai etika yang
berlaku secara umum pada industri perbankan syariah. Dengan
Struktur/ Organ RUPS
Dewan Pengawas
Syariah Direksi Dewan Komisaris
Komite
Struktur/ Organ Pendukung
Hubungan Investor
CSR
Corporate Value
Communication
Corporate Secretary
SKAI
Manajemen Risiko
Compliance
Komite Remunerasi & Nominasi Komite Pemantau
[image:51.612.133.522.120.440.2]34
menimbang kepentingan tersebut, maka konsep Good Corporate Governance (GCG) syariah sebagaimana dimuat dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/33/PBI/2009 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) Bagi Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) pasal 1 ayat 10 menyebutkan bahwa Good Corporate Governance (GCG) yang selanjutnya disebut GCG adalah suatu tata kelola bank yang menerapkan prinsip-prinsip keterbukaan
(transparancy), akuntabilitas (accuntability), pertanggungjawaban
(responsibility), profesional (professional) dan kewajaran (fairness)
Kemudian dalam penjelasannya, dijelaskan bahwa dalam rangka
menerapkan kelima prinsip dasar tersebut, bank wajib berpedoman pada
berbagai ketentuan dan persyaratan yang terkait dengan pelaksanaan
Good Corporate Governance (GCG). Selain itu dalam pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG), perbankan syariah juga harus memenuhi prinsip syariah (shariah governance).
Dalam pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) sebagaimana dijelaskan dalam pasal 2 ayat (1) disebutkan bahwa bank
wajib melaksanakan Good Corporate Governance (GCG) dalam setiap kegiatan usahanya pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi.
Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) pada Bank Umum Syariah (BUS) paling kurang harus diwujudkan dalam:
35
b. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite-komite dan fungsi yang
menjalankan pengendalian intern BUS,
c. Pelaksanaan tugas dan tanggungjawab dewan pengawas syariah,
d. Penerapan fungsi kepatuhan, audit intern dan audit ekstern,
e. Batas maksimum penyaluran dana, dan
f. Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan BUS.
Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) bagi Unit Usaha Syariah (UUS) paling kurang harus diwujudkan dalam:
a. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab direktur Unit Usaha Syariah,
b. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah,
c. Penyaluran dana kepada nasabah pembiayaan inti dan penyimpanan dana
oleh deposan inti, dan
d. Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan Unit Usaha Syariah.
B. Kinerja Keuangan
Dalam hubungannya dengan kinerja, laporan keuangan sering
dijadikan dasar untuk penilaian kinerja perusahaan. Salah satu jenis laporan
keuangan yang mengukur keberhasilan operasi perusahaan untuk suatu
periode tertentu adalah laporan laba rugi. Akan tetapi angka laba yang
36
akuntansi yang digunakan,24 sehingga laba yang tinggi belum tentu
mencerminkan kas yang besar. Dalam hal ini arus kas mempunyai nilai
lebih untuk menjamin kinerja perusahaan di masa mendatang. Arus kas
(Cash Flow) menunjukkan hasil operasi yang dananya telah diterima tunai oleh perusahaan serta dibebani dengan beban yang bersifat tunai dan
benar-benar sudah dikeluarkan oleh perusahaan.25 Cash flow return on assets (CFROA) merupakan salah satu pengukuran kinerja perusahaan yang menunjukkan kemampuan aktiva perusahaan untuk menghasilkan
laba operasi. CFROA lebih memfokuskan pada pengukuran kinerja
perusahaan saat ini dan CFROA tidak terikat dengan harga saham.26
Laporan keuangan sebagai produk informasi yang dihasilkan perusahaan,
tidak terlepas dari proses penyusunannya. Kebijakan dan keputusan yang
diambil dalam rangka proses penyusunan laporan keuangan akan
mempengaruhi penilaian kinerja perusahaan. Menurut Theresia27
manajemen laba merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja
24
Kieso E. Donald, dan Weygandt J Jerry.” Akuntansi Intermediate. Jilid Satu, Edisi Ketujuh”,
(Binarupa Aksara. 1995).
25
Pradhono dan Yulius Jogi Cristiawan. “Pengaruh Economic Value Added,Residual Income, Earnings dan Arus Kas Operasi terhadap Return yang diterima oleh Pemegang Saham (Studi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta)”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 6, No. 2,November. 2004.
26
Cornett M. M, J. Marcuss, Saunders dan Tehranian H. ”Earnings Management,Corporate Governance, and True Financial Performance”. http://papers.ssrn.com/. 2006
27
Theresia Dwi Hastuti. “Hubungan antara Good Corporate Governance dan Struktur
37
perusahaan. Manajemen akan memilih metode tertentu untuk mendapatkan
laba yang sesuai dengan motivasinya.
Bryshaw dan Eldin (1989) menemukan bukti bahwa alasan
manajemen melakukan manajemen laba adalah: (1) skema kompensasi
manajemen yang dihubungkan dengan kinerja perusahaan yang disajikan
dalam laba akuntansi yang dilaporkan; serta (2) fluktuasi dalam kinerja
manajemen dapat mengakibatkan intervensi pemilik untuk mengganti
manajemen dengan pengambilalihan secara langsung.28 Cornett et al.,
menemukan adanya pengaruh mekanisme Corporate
Governance terhadap penurunan discretionary accru-als sebagai ukuran dari manajemen laba dan berhubungan positif dengan CFROA. Hasil ini
diinterpretasikan sebagai indikasi bahwa CFROA merupakan fungsi
positif dari indikator mekanisme corporate governance. Mekanisme corporate governance dapat mengurangi dorongan manajer melakukan earnings management, sehingga CFROA yang dilaporkan merefleksikan keadaan yang sebenarnya.29
Manajemen laba dilakukan oleh manajer pada faktor-faktor
fundamental perusahaan, yaitu dengan intervensi pada penyusunan
laporan keuangan berdasarkan akuntansi akrual. Padahal kinerja
28
Ekowati Dyah Lestari, “Pengaruh Good Corporate Governance terhadap kinerja Keuangan (Studi Kasus pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2009)”. (Skripsi Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro, Semarang. 2011), h. 15.
29
Cornett M. M, J. Marcuss, Saunders dan Tehranian H. ”Earnings Management, Corporate
38
fundamental perusahaan tersebut digunakan oleh pemodal untuk menilai
prospek perusahaan, yang tercermin pada kinerja saham. Manajemen laba
yang dilakukan manajer pada laporan keuangan tersebut akan
mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan, yang selanjutnya akan
mempengaruhi kinerja saham.30
Dalam penelitian ini menggunakan alat ukur rasio Return On Assets
(ROA) sebagai dasar pengukuran kinerja finansial keuangan dan Capital Adequacy Ratio (CAR). Return On Assets adalah rasio laba setelah pajak dalam satu tahun terakhir terhadap rata-rata volume usaha dalam periode
yang sama. Return On Assets menggambarkan perputaran aktiva yang diukur dengan rasio perbandingan antara laba setelah pajak dengan total
aset. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank memperoleh
keuntungan secara keseluruhan sedangkan Capital Adequacy Ratio adalah
rasio yang memperlihatkan seberapa jauh aktiva bank yang mengandung
risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut
dibaiayai dari dana modal sendiri bank di samping memperoleh
dana-dana dari sumber-sumber di luar bank, seperti dana-dana masyarakat, pinjaman
(hutang).31 Kedua rasio ini dirumuskan sebagai:
30
Haris Wibisono, Pengaruh Earnings Management Terhadap Kinerja Di Seputar SEO. (Tesis S2. Magister Sains Akuntansi Universitas Diponegoro, Semarang, 2004).
31
Brigham dan Houston,”Fundamental Of Financial Management: Dasar-Dasar Manajemen
39
Capital Adequacy Ratio (CAR) = �
� � � � � �� � ��� x 100% Return On Assets (ROA) =
x 100%
C. Risiko
1. Pengertian Manajemen Risiko
Manajemen risiko merupakan proses antisipasi terhadap risiko agar
kerugian tidak terjadi kepada organisasi. Menurut Peraturan Bank
Indonesia Nomor 11/25/PBI/2010 mengenai Perubahan atas PBI Nomor
5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko, Risiko adalah poteni
kerugian akibat terjadinya suatu peristiwa (events) tertentu dan Manajemen Risiko adalah serangkaian metodelogi dan prosedur yang
digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, menatau dan
mengendalikan risiko yang timbul dari seluruh kegiatan usaha bank. Ada
8 jenis risiko yang wajib dikelola atau dipertimbangakan oleh Bank
Umum:32
1. Risiko Kredit, yaitu risiko yang timbul akibat kegagalan debitur dan/atau
pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada Bank.
32 Lia Kartika Sari, “
Penerapan Manajemen Risiko Pada Perbankan Indonesia”, (Jurnal
40
2. Risiko Pasar, yaitu risiko pada posisi rekening administratif termasuk
transaksi derivatif, akibat perubahan secara keseluruhan dari kondisi psar,
termasuk risiko perubahan harga option.
3. Risiko Likuditas, yaitu risiko akibat ketidakmampuan Bank untuk
memenuhi kewajiban yang jatuh waktu dari sumber pendanaan arus kas
dan/atau dari aset likud berkualitas tinggi yang dapat digunakan tanpa
menggangu aktivitas dan kondisi keuangan bank.
4. Risiko Operasional, yaitu risiko akibat adanya ketidakcukupan dan/atau
tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sisitem
atau adanya problem eksternal yang memepengaruhi operasional bank.
5. Risiko Hukum, yaiti risiko akibat tuntutan hukum dan/atau kelemahan
aspek yuridis.
6. Risiko Reputasi, yaitu risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan
stakeholder yang bersumber dari persepsi negatif terhadap bank.
7. Risiko Stratejik, yaitu risiko akibat ketidaktepatan dalam pengambilan
dan/atau pelaksanaan suatu keputusan strategi serta kegagalan dalam
mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.
8. Risiko Kepatuhan, yaitu risiko akibat bank tidak meatuhi atau tidak
melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang
berlaku.
9. Risiko Investasi, yaitu risiko yang terjadi di perusahaan ada yang dapat
41
yang tidak dapat diatasi oleh perusahaan ini biasanya karena tidak dapat
dikontrol perusahaan.
10.Risiko Imbal Hasil, yaitu