• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. PENDIDIKAN SEBELUM DAN SESUDAH KEMERDEKAAN

2.1 Situasi Timor Leste Sebelum Kemerdekaan

Timor Leste telah banyak mengalami permasalahan sejak menjadi jajahan Portugis, sampai negara ini merdeka pada tahun 2002 silam. Selama 450 tahun di bawah jajahan Portugis, masyarakat Timor Leste sangat terbelakang. Karena sebagian besar dari mereka buta huruf, tidak dapat menulis, membaca, dan tidak mendapatkan pendidikan yang semestinya. Agama, juga tidak berkembang di wilayah ini. Hanya sekitar 27 persen saja masyarakat yang memeluk agama Katholik, agama mayoritas rakyat Portugis.31

Namun tidak dapat dipungkiri bahwa antara Timor Leste dan Portugis memiliki keterikatan sejarah yang sangat panjang, dan yang menyebabkan hubungan antara kedua negara tidak terputus hingga sekarang. Karena bagaimana pun identitas rakyat Portugis telah menyatu dengan masyarakat Timor Leste selama berabad abad. Setelah sekian abad berada di bawah jajahan Portugis, pemerintahan Portugis sempat menelantarkan Timor Leste, karena terjadi masalah di dalam negeri. Timor Leste akhirnya terlantar karena tidak mempunyai pemerintahan sendiri dan memutuskan untuk berintegrasi dengan Indonesia. Selama berada di bawah pemerintahan Indonesia, berbagai pembangunan mulai dilakukan.

Pada bidang pendidikan RI juga banyak melakukan investasi. Dengan masuknya Timor Timur ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia setelah lama menjadi daerah jajahan Portugal

31

Pembicaraan: Sejarah Indonesia, (http://sejarah timor timur sebelum merdeka/pembicaraan: sejarah_indonesia, diakses pada 1 November 2009)

ditanggapi secara positif oleh pemerintah Indonesia dengan bersikap konsekuen, seraya menanggapi masalah keamanan, pembangunan fisik bagi wilayah Timor Timur mulai disiapkan. Tahun 1980 pembangunan secara besar besaran mulai dilakukan dengan prioritas di bidang pertanian, pendidikan, kesehatan, dan perhubungan. Selama 10 tahun pertama, pemerintah pusat telah mengalokasikan dana pembangunan Rp 430 milyar yang dampaknya segera terlihat.32 Tingkat buta aksara yang semula 98 persen dari jumlah penduduk, pada tahun 1990 menyusut menjadi 44 persen. Derajat kesehatan masyarakat juga meningkat dengan dibangunnya sejumlah rumah sakit, ratusan Puskesmas dan Poliklinik. Sedangkan pembangunan ekonomi pertanian dan perhubungan telah meningkatkan pendapatan 4 kali lipat menjadi 190 dalam AS pada tahun 1988.33

Dari sektor pendidikan, kehidupan beragama, ekonomi, dan pembangunan infrastruktur dilakukan secara optimal. Tidak heran selama kurang lebih 23 tahun bergabung dengan Indonesia, menjadi Provinsi bungsu ke 27, yang disebut provinsi Timor Timur, Timor Leste menjadi suatu wilayah yang selangkah lebih maju dibandingkan saat berada di bawah jajahan Portugis. Upaya Timor Leste sebagai negara yang terbilang baru, dalam merumuskan identitas nasional pasca kemerdekaannya adalah suatu hal yang baru. Upayanya merumuskan identitas dan karakter nasional yang berupa suku bangsa, agama, kebudayaan, dan bahasa,

32

Decolonization East Timor. (Departemen of Information/Republic of Indonesia,, t..t), hal. 16.

33

Kedaulatan Rakyat, 29 Januari 1999, “Menunggu Reaksi Opsi Baru atas Timor Timur”, (Tajuk Rencana)

mengalami beberapa pengaruh dominan, dari Portugis, Indonesia, dan dari Timor leste sendiri sebagai suatu wilayah yang telah memiliki kebudayaan turun temurun dari nenek moyang.

Sebagai sebuah Negara baru yang telah merdeka, dan tidak lagi berada di bawah pemerintahan negara manapun, Timor Leste memerlukan sebuah identitas nasional. Kata “Identitas” berasal dari kata identity berarti ciri-ciri, tanda-tanda, atau jati diri yang melekat pada seseorang atau sesuatu yang membedakannya dengan yang lain. Sedangkan “Nasional” menunjuk pada sifat khas kelompok yang memiliki ciri-ciri kesamaan, baik fisik seperti, budaya, agama, bahasa, maupun non-fisik seperti, keinginan, cita-cita, dan tujuan. Jadi, “Identitas Nasional” adalah identitas suatu kelompok masyarakat yang memiliki ciri dan melahirkan tindakan secara kolektif yang diberi sebutan nasional.34

Kemudian dari pengaruh identitas yang berupa bahasa, bahasa Indonesia mulai diajarkan kepada seluruh masyarakat Timor Leste. Kegiatan belajar mengajar mulai dilakukan dengan penggunaan bahasa ini. Maka pemerintah mulai merancang kurikulum yang berbahasa Indonesia, membangun sarana pendidikan, mengatur media pendidikan, dan juga mendatangkan guru-guru yang menguasai bahasa Indonesia, yang diharapkan dapat menyampaikan ide, informasi, dan konsep kepada para siswa di Timor Leste yang sebelumnya belum pernah mengenal bahasa dan kebudayaan Indonesia. Sejak berada di bawah pemerintahan

34

FX Djoko Pranowo & Ary Natalina, Identitas Nasional, dalam http://arynatalina.staff. unadarma.ac.id/Downloads/files/12108/Identitas+Nasional.ppt, diakses tanggal 20 November 2009

Indonesia, angka buta huruf masyarakat Timor Leste menjadi menurun drastis. Jadi selama berada di bawah pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia, masyarakat Timor Leste tidak hanya diajarkan membaca menulis saja, namun juga diajarkan berbahasa Indonesia, dikenalkan tentang aneka warna kebudayaan Indonesia, dan diajarkan untuk memiliki keyakinan dan kepercayaan (beragama).

2.1.1 Filosofi Landasan Pendidikan

Dalam dunia pendidikan ada dua istilah yang hampir sama bentuknya dan juga sering digunakan, yaitu paedagogie dan paedagigiek.

Paedagogie berarti pendidikan, sedangkan paedagigiek artinya ilmu pendidikan. Istilah ini berasal dari kata pedagogia (Yunani) yang berarti pergaulan dengan anak-anak.35 Adapun menurut Tim Dosen FIP-IKIP Malang yang dikutip dari Carter V Good dalam “Dictionary of education” pendidikan adalah: Seni, praktek atau profesi sebagai pengajar Ilmu yang sistematis atau pengajaran yang berhubungan dengan prinsip dan metode-metode mengajar, pengawasan dan bimbingan murid dalam arti luas digantikan dengan istilah pendidikan.36

Sedangkan pendidikan menurut Carter V Good dimaknai oleh Djumransjah sebagai proses sosial yang dapat mempengaruhi individu. Pendidikan menentukan cara hidup seseorang, karena terjadinya modifikasi dalam pandangan seseorang disebabkan pula oleh terjadinya

35

M.Djumaransyah, Filsafat Pendidikan (Malang, Banyumedia Publishing,2008),hal 21.

36

Tim Dosen FIP-IKIP, Pengantar dasar-dasar Kependidikan (Surabaya: Usana Offset Printing,

pengaruh interaksi antara kecerdasan, perhatian, pengalaman dan sebagainya. Pengertian ini dapat dikatakan hampir sama dengan apa yang dikatakan Godfrey Thompson bahwa pendidikan merupakan pengaruh lingkungan atas individu untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang tetap di dalam kebiasaan tingkah lakunya, pikirannya dan sikapnya. 37

Dalam pengertian yang sederhana dan umum, makna pendidikan sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan, baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan kebudayaan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh tokoh UNESCO bahwa “education is now engaged is preparinment for a tipe society which does not exist”. Atau sekarang ini pendidikan sibuk mempersiapkan manusia bagi suatu tipe masyarakat yang belum ada.38

Berdasarkan beberapa pengertian pendidikan yang telah diuraikan tadi, maka terdapat beberapa ciri atau unsur umum yang dapat disimpulkan sebagai berikut: 39

a. Pendidikan mengandung tujuan yang ingin dicapai, yaitu individu yang kemampuan-kemampuan dirinya berkembang sehingga bermanfaat untuk kepentingan hidupnya, baik sebagai seorang individu maupun warga negara atau warga masyarakat.

37

M.Djumsansjah,.op.cit., hal.24

38

M.Djumsansjah,.Ibid., hlm.22

b. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan perlu melakukan usaha yang disengaja dan terencana untuk memilih isi (bahan materi), strategi kegiatan dan teknik penilaian yang sesuai.

c. Kegiatan tersebut dapat diberikan di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat berupa pendidikan jalur sekolah (formal) dan pendidikan jalur sekolah (informal dan nonformal).

2.1.2 Pendidikan Timor Leste Sebelum Kemerdekaan

Timor Timur resmi menjadi provinsi ke-27 Indonesia setelah disahkannya UU no. 7 tahun 1976 tentang “ Pengesahan Penyatuan Timor Timur ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia”. Timor Timur menjadi provinsi paling unik karena provinsi Indonesia lainnya merupakan bekas jajahan Belanda, dan Timor Timur merupakan satu-satunya provinsi Indonesia bekas jajahan Bangsa Portugis.40 Setelah bergabung dengan Indonesia berbagai infrastruktur mulai di bangun di provinsi termuda pada masa itu. Mulai dari dibangunnya sekolah hingga bandara. Bangunan sekolah mulai dari Sekolah Dasar hingga pembangunan Universitas di Timor Timur. Bandara Komoro (sekarang Bandara Nicolau Lobato) dibangun di Dili sehingga berbagai pesawat dapat mendarat dan terbang ke dan dari Timor Timur. Banyak subsidi dari dana APBN yang dicurahkan oleh Pemerintah Indonesia untuk memajukan provinsi termudanya yaitu Timor Timur. GNP per kapita Timor Timur sebesar $1500 semasa integrasi.41

40

Masa integrasi paling indah (UUD pengesahan Timor Timur jadi bagian dari Indo)

Pada masa kedudukan Indonesia proses pendidikan di Timor -Timur (nama Timor Leste sebelum merdeka) berjalan dengan baik seperti halnya dengan provinsi lainnya di Indonesia. Hal ini terbukti dengan adanya jumlah sekolah di Timor Timur meningkat sehingga pada tahun 1985. Pada tahun 1992, Universitas Timor Timur (UNTIM) didirikan. Mutu pendidikan yang ditawarkan oleh universitas tersebut sangat diragukan dan mahasiswa yang mendaftar berjumlah hanya beberapa ratus.42 Karena, banyak orang Timor Leste berkuliah di daerah lain di Indonesia. Lain halnya dengan masa penjajahan Portugal, negara Portugal tidak berusaha keras untuk mendidik penduduk Timor Leste. Sampai akhir dari masa penjajahan 450 tahun kolonisasinya, pendidikan hanya didirikan untuk memenuhi pembutuhan untuk penjabat administrasi.43 Angka buta huruf diduga hanya 10 persen pada akhir kekuasaan Portugal.44 Tidak terlepas dari proses perkembangan bahasa Portugis juga tidak merata karena hanya bisa dimengerti dan digunakan oleh kalangan yang terdidik, sedangkan pendudukan yang melek huruf tetap menggunakan bahasa daerahnya masing-masing. Penggunaan bahasa Portugis pun dihapus dan diganti bahasa Indonesia untuk mengintegrasikan masyarakat Timor Timur dengan masyarakat Indonesia lainnya.

42

Jones, Gavin W, 2003, Ibid., hal 46

43

Jones, Gavin W, 2003, Ibid., hal 41

44

Saldanha, Joao Mariano de Sousa, 1994, The Political Economy of East Timor Development, Pustaka Sinar Harapan: Jakarta. Hal 60

Dokumen terkait