• Tidak ada hasil yang ditemukan

“KERJASAMA BILATERAL ANTARA TIMOR LESTE DAN INDONESIA DI BIDANG PENDIDIKAN PASCA DEKLARASI TIMOR LESTE”.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "“KERJASAMA BILATERAL ANTARA TIMOR LESTE DAN INDONESIA DI BIDANG PENDIDIKAN PASCA DEKLARASI TIMOR LESTE”."

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

Sarjana Ilmu Komunikasi Peminatan/Konsentrasi Hubungan Internasional pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur

SKRIPSI

Oleh :

Lucia Francisca Rosario Da Silva NPM. 0944010011

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

PEMINATAN/KONSENTRASI HUBUNGAN INTERNASIONAL SURABAYA

(2)

Nama : Lucia Francisca Rosario Da Silva

NPM : 0944010011

Program Studi : Hubungan Internasional Tahun Akademik : 2013/2014

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan skripsi saya yang berjudul :

“KERJ ASAMA BILATERAL ANTARA TIMOR LESTE DAN INDONESIA DI BIDANG PENDIDIKAN PASCA DEKLARASI TIMOR LESTE” Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan plagiat maka saya akan menerima sanksi yang telah ditetapkan.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya,

Surabaya, 23 Desember 2013 Yang menyatakan,

(3)

Disusun Oleh:

LUCIA FRANCISCA ROSARIO DA SILVA NPM. 0944010011

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui,

Pembimbing Utama

Dr. J ojok Dwir idotjahjono, S.Sos, MSi NPT. 370119500421

Mengetahui D E K A N

(4)

NPM. 0944010011

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Pr ogram Studi Ilmu Komunikasi Peminatan/Konsentrasi Hubungan

Internasional pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Univer sitas Pembangunan “Veteran” J awa Tmur

Pada tanggal 23 Desember 2013

Pembimbing Utama Tim Penguji

a. Ketua

Dr. J ojok D, S.Sos, MSi Dr. J ojok D, S.Sos, MSi

NPT. 370119500421 NPT. 370119500421

b. Sekretaris

J uwito. S.Sos, MSi NPT. 367049500361 c. Anggota

Dr s. Saifuddin Zuhr i. MSi NPT. 370069400351 Mengetahui

D E K A N

(5)

berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kerjasama Bilateral Antara Timor Leste Dan Indonesia Di Bidang Pendidikan Pasca Deklarasi Kemerdekaan Timor Leste”.

Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan skripsi ini banyak terdapat kekurangan-kekurangan. Selesainya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari adanya arahan dan bimbingan dari dosen pembimbing tunggal Sarah Anabarja S.IP, M.Hub.Int yang dengan segala perhatian dan kesabaran rela meluangkan waktu untuk penulis. Terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan.

Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan banyak terima kasih yang setinggi-tingginya kepada semua pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, antara lain yang terhormat :

1. Prof. Dr. Ir. H.Teguh Soedarto,MP selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Dra. Hj.Suparwati,MSi selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

3. Dr. Jojok D, S.Sos, M.Msi selaku Ketua Program Studi

(6)

dukungannya, keluarga dari mama baptis yaitu Lina D.C Silva dan keluarga, yang selalu memberikan dorongan moril dan materiil, serta keluarga dari om Aleixo Da Silva dan keluarga, atas nasihat-nasihat rohanianya, keluarga dari tante Siska Da Silva atas dukungan moral dan materiilnya.

6. Sahabat-sahabat (Aning, Kiky, Novi, Hesty, K’vee, Zakya) serta sepupu-sepupu (Beiby, Chadra, Jenny, Alejario Viera) terkasih yang selalu memberikan semangat dan menemani disaat suka maupun duka.

7. Last but not least, terima kasih buat Pedro Alvaro Soares Sarmento atas

support nya selama ini kepada penulis. Thanks for everything penulis hanturkan banyak terima kasih atas dukungannya.

Akhirnya penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Segala saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kebaikan skripsi ini.

Surabaya, 23 Desember 2013

(7)

HALAMAN PERNYATAAN TIDAK MELAKUKAN PLAGIAT ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI ... iii

HALAMAN PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

ABSTRAK ... xi

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Kerangka Pemikiran ... 9

1.4.1 Peringkat Analisis ... 9

1.4.2 Landasan Teoritik ... 9

1.4.2.1 Kerjasama Internasional ... 9

1.4.2.2 Kepentingan Nasional ... 10

1.4.2.3 Strategi Nasional ... 12

1.5 Hipotesa ... 15

1.6 Metodologi Penelitian ... 15

1.6.1 Definisi Konseptual dan Definisi Operasional ... 15

(8)

1.10 Teknik Analisis Data ... 18

II. PENDIDIKAN SEBELUM DAN SESUDAH KEMERDEKAAN TIMOR LESTE ... 20

2.1 Situasi Timor Leste Sebelum Kemerdekaan ... 21

2.1.1 Filosofi landasan Pendidikan ... 24

2.1.2 Pendidikan Timor Leste Sebelum Kemerdekaan ... 26

2.2 Situasi Timor Leste Sesudah Kemerdekaan ... 28

2.2.1 Pendidikan Timor Leste Setelah Kemerdekaan Sampai Saat Ini ... 28

2.2.2 Persiapan Perubahan Bahasa Di Timor Leste ... 29

III. KERJ ASAMA BILATERAL YANG TERTUANG DALAM PERJ ANJ IAN JOINT MINISTERIAL STATEMENT ... 32

3.1 Sejarah Timor Leste Pasca Deklarasi Kemerdekaan 1999 ... 32

3.2 Pembangunan Bangsa Dan Pengembangan Pembangunan Serta Pendidikan Di Timor Leste Pasca Kemerdekaan ... 33

3.3 Strategi Nasional Timor Leste Dalam Menjalin Hubungan Kerjasama dengan Republik Indonesia ... 34

3.4 Realisasi Kerjasama Timor Leste – Republik Indonesia Yang Tertuang Dalam Joint Ministerial Statement ... 39

(9)

3.5.1 Hambatan Nasional ... 42

3.5.2 Hambatan Di Lapangan ... 43

IV. KESIMPULAN... 50

(10)

antar kedua negara

2. Lampiran Pertanyaan Hasil Wawancara Dengan Mahasiswa Timor Leste di Indonesia

3. Lampiran Surta Pernyataan Permohonan Ijin Belajar 4. Lampiran Surat Dikti

5. Lampiran Surat Permohonan Perpanjangan Visa 6. Lampiran Surat Jaminan Pembiayaan

7. Lampiran Surat Pernyataan Tidak Bekerja

8. Lampiran Surat Pernyataan Mematuhi Peraturan Undang Undang Indonesia 9. Lampiran Foto Copy Pasport Timor Leste

10. Lampiran Foto Copy Visa 11. Lampiran Foto Copy Kitas 12. Lampiran Foto Copy Buku Biru

(11)

Judul :

“KERJ ASAMA BILATERAL ANTARA TIMOR LESTE DAN INDONESIA DI BIDANG PENDIDIKAN PASCA DEKLARASI KEMERDEKAAN TIMOR LESTE

Kerjasama bilateral Timor Leste – Indonesia terjalin setelah dilakukan penandatanganan Joint Ministerial Statement (Commision For Bilateral Cooperation) antar kedua negara ini, yang berlangsung pada tanggal 7-8 Oktober 200. Pada realisasi kerjasama bilateral menghadapi berbagai hambatan baik hambatan nasional maupun hambatan di lapangan yang dirasakan oleh para mahasiswa yang sedang studi di Indonesia. Hambatan tersebut adalah bidang administrasi, birokrasi dan bahasa.

Strategi Nasional yang harus dilaksanakan Timor Leste adalah membangun dan menjalin kerjasama internasional dalam kerjasama bilateral dengan Indonesia dibidang pendidikan .Dimana dalam penandatanganan tersebut terdapat pasal 18 yang menyatakan bahwa “Kedua belah pihak bersepakat untuk mengembangkan kerjasama di bidang pendidikan, kebudayaan, pariwisata, arsip dan lingkungan”. Realisasi dari pasal tersebut antara lain adalah dilakukannya beberapa kegiatan berkaitan dengan pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan dan kapasitas SDM aparatnya di bidang transportasi, seperti yang tertuang dalam

Joint Ministerial Statement serta bidang Pembangunan dan secar khususnya di bidang pendidikan perguruan tinggi, yang mengagendakan realisasi kerjasama RI-Timor Leste dalam wujud pendirian Universitas RI-Timor di perbatasan RI – RI-Timor Leste.

(12)

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya pendidikan merupakan salah satu kegiatan yang tidak bisa terlepas dari kehidupan manusia dan sangat mempengaruhi kehidupan manusia di era globalisasi ini. Hal ini tentu juga merupakan landasan bagi sebuah negara yang baru mendapat kemerdekaan di tahun 2002 yaitu negara Timor Leste. Seperti yang diketahui bersama bahwa pendidikan di negara Timor Leste cukup baik, dan sudah banyak menciptakan sarjana muda. Akan tetapi masyarakat Timor Leste menyadari bahwa banyak permasalahan yang sekarang dihadapi sehingga mendorong masyarakat khususnya para pelajar untuk menempuh pendidikan atau ilmu di negara tetangga seperti Indonesia.

(13)

Indonesia, 4). Riwayat Hidup. Dan syarat dan ketentuan secara birokrasinya terdiri dari; 1). Surat Permohonan Perpanjangan Visa, 2) Surat Permohonan Perpanjangan Kitas ,dan 3). Surat DIKTI.1 Untuk dapat memenuhi atau mematuhi syarat-syarat yang berlaku maka perlu menjalani hubungan bilateral antara kedua negara dalam hal ini adalah negara Timor Leste dan Indonesia. Tidak bisa dipungkiri bahwa mayoritas atau sebagian besar masyarakat khususnya para pelajar dari Timor Leste, menuntut ilmu di negara Indonesia. Hal ini tentu sangatlah relevan, mengingat tata letak geografis (wilayah) sangat dekat dan juga banyak kesamaan budaya sehingga mendorong masyarakat khususnya para pelajar untuk menuntut ilmu di Indonesia.

Dalam kehidupan nyata hubungan bilateral antara Timor Leste dengan Indonesia telah berlangsung belum cukup lama. Kedua negara ini mulai mengembangkan hubungan yang sangat erat diberbagai bidang baik ekonomi, politik, budaya, keamanan dan juga pendidikan. Hal ini terbukti dengan banyaknya jalinan kerja sama antara kedua negara ini pada tanggal 7-8 Oktober 2002 ditandai dengan penandatanganan perjanjian kerjasama di Jakarta, dan dibukanya hubungan diplomatik secara resmi. Pertemuan Pertama Tingkat Menteri Komisi Bersama Timor Leste – Indonesia (Joint Commission Timor Leste – Indonesia) sebagai tindak lanjut memorandum kesepahaman mengenai kerjasama bilateral yang

1

(14)

ditandatangani antara Pemerintah RI dan Timor Leste pada saat kunjungan Presiden Xanana Gusmao ke Jakarta bulan Juli 2002 akan diselenggarakan pada tanggal 7- 8 Oktober 2002. Delegasi RI dipimpin oleh Menteri Luar Negeri, Hassan Wirayuda dan delegasi Timor Leste akan dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Timor Leste, Jose Ramos Horta. Komisi Bersama ini bertujuan membahas berbagai upaya peningkatan hubungan bilateral termasuk masalah residual yang belum terselesaikan sebagai konsekuensi berdirinya Timor Leste sebagai negara berdaulat.2

Apabila dilihat dari sejarah setelah kurang dari dua puluh empat tahun menjadi bagian dari wilayah kedaulatan Indonesia, Timor-Timur (sekarang lebih dikenal dengan sebutan Timor Leste) pada akhirnya memilih berpisah dan merdeka. Di bawah pengawasan United Mission In East Timor (UNAMET) pada tanggal 30 Agustus 1999 di Timor-Timur sudah terlaksana jajak pendapat yang menghantar wilayah ini memasuki sejarah baru, dan hasil dari jajak pendapat tersebut menyatakan bahwa 334,580 rakyat Timor-Timur yang mewakili 78,5 persen dari total pemilih yang memilih opsi sebagai negara merdeka, dan hanya 21,5 persen suara yang mewakili 94,388 rakyat Timor-Timur menerima opsi otonomi yang ditawarkan oleh B.J Habibie selaku Presiden Republik Indonesia pada waktu itu.3 Ibu kota Timor Leste, Dili, hampir dihancurkan dan ratusan

2

Suara Merdeka, 3, Juli, 2002 [diakses pada tanggal 31, Juli 2013]

3

(15)

orang dipindahkan dari rumahnya, kebanyakan terpaksa masuk dalam truk-truk atau kapal dan dibuang ke provinsi tetangga, Timor Barat.4

Pengakuan langsung Indonesia terhadap kedaulatan RDTL, partisipasinya Indonesia dalam perayaan kemerdekaan pada 20 Mei 2002, dibukanya hubungan diplomatik, saling kunjung pejabat tinggi kedua negara dan sejumlah perjanjian serta kerjasama yang telah ditandatangani oleh kedua pemerintah di Jakarta dan Dili, merupakan refleksi nyata dari semangat rekonsiliasi dan komitmen hubungan baru mereka. Hubungan kedua negara memperoleh fondasi yang semakin kukuh ketika Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) melakukan kunjungan ke Timor-Leste pada 8-9 April 2005. Dalam kunjungannya, Presiden SBY menggaris bawahi pentingnya hubungan bilateral RI dan Republik Demokratik Timor Leste (RDTL) yang menurut pandangannya hanya akan bisa berhasil baik apabila kedua negara mampu menghasilkan hubungan komprehensif. Artinya, hubungan bilateral kedua Negara harus mencakup banyak bidang, yakni sosial, ekonomi, budaya, keamanan dan bahkan pendidikan itu sendiri.

Pengakuan Internasional terhadap kemerdekaan Timor-Timur pada tahun 2002 semakin mengukuhkan posisinya sebagai negara berdaulat, dengan sebutan resmi Republic Democratic Timor Leste (RDTL). Tantangan sebagai Negara baru berasal dari faktor domestik dan internasional serta beberapa masalah yang dihadapi antara lain persoalan

(16)

pembentukan pemerintahan baru, birokrasi, lembaga parlemen, partai politik, hukum nasional dan sistem ekonomi yang ideal. Sedangkan dalam lingkup internasional, sebagai sebuah negara independen, RDTL tidak hanya memperoleh kesempatan luas untuk ikut serta berperan mempengaruhi konstelasi politik regional dan global, tetapi juga menghadapi berbagai tantangan eksternal dalam menjalankan politik luar negerinya.

Adanya masalah Pendidikan, khususnya pendidikan perguruan tinggi, di identifikasikan oleh pemerintah baru Timor Leste sebagai salah satu prioritas untuk pembangunan, tetapi ada banyak masalah yang butuh diatasi. Sekarang ada 14 lembaga pendidikan tinggi di Timor Leste, tetapi dari jumlah ini, hanya Universitas Nasional Timor Lorosa’e adalah universitas umum, yang menerima 70 persen pembiayaan dari pemerintah Timor Leste.5

Oleh karena itu ada 13 lembaga yang menerima pembiayaan dari berbagai organisasi internasional seperti Bank ANZ, USAID dan kelompok perusahaan Cina di Hong Kong. Menurut penyelidikan pada tahun 2003, kebanyakan kondisi di lembaga swasta adalah mengawatirkan karena ada fasilitas minim dan material terbatas. Institut ini kekurangan laboratorium, perpustakaan yang lengkap, fasilitas-fasilitas kesenian dan olahraga, dan staf perguruan berkualitas. Kira-kira 50 persen profesor yang

5

(17)

sekarang ada di Timor Leste, hanya menyelesaikan Stratum Satu dan sisanya hanya menyelesaikan studi dijenjang diploma saja.6

Situasi ini membuat pengajar tidak bisa memberi cukup perhatian kepada mahasiswanya, menyiapkan pelajaran dan materi, mengoreksi tugas-tugas ataupun menghadiri kuliah. Juga, pemerintah belum menentukan syarat kurikulum atau mengumumkan secara resmi peraturan tentang bahasa dalam proses pendidikan. Sampai sekarang lembaga pendidikan mengambil sistem pendidikan dari Indonesia, Portugis dan negara-negara lain.7

Jumlah mahasiswa Timor Leste yang melanjutkan studinya di Indonesia selalu meningkat disetiap tahunnya. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat Timor Leste sangat antusias untuk menuntut ilmu di Indonesia. Disini penulis mencoba untuk menjelaskan mengenai adanya sebuah peningkatan pada jumlah mahasiswa Timor Leste yang melanjutkan studi mereka di Indonesia, dimana hal tersebut mulai terlihat dengan jelas pada tahun 2003 saat hubungan diplomatik kedua negara Timor Leste Indonesia resmi dibuka pada tanggal 20 Mei 2002 hingga 2009.8

Semenjak dibukanya hubungan bilateral antara Timor Leste dan Indonesia mulai terlihat pada awal tahun 2003 lalu, jumlah mahasiswa

sama Sosio-Kultur Indonesia-Timor Leste: Penguatan Aspek soft Power”, makalah yang

(18)

Timor Leste yang melanjutkan studinya ke Indonesia lebih banyak dibandingkan sebelum Timor Leste merdeka. Kemudian pada tahun 2004 dan 2006 jumlah mahasiswa Timor Leste di Indonesia semakin meningkat hingga 2.950 orang. Kemudian juga dilihat dari Juni dan Agustus 2007 yang lalu telah tercatat mahasiswa Timor Leste yang belajar di Indonesia yaitu berjumlah 3.800 orang.9

Sedangkan dari periode 2008-2009 jumlah mahasiswa Timor Leste terus bertambah mencapai 5.100 orang dan masih menurut data yang penulis dapatkan bahwasanya angka setiap tahunnya rata-rata 500 hingga 1000 orang yang melanjutkan studi mereka di Indonesia. Dengan semakin banyak antusias warga Timor Leste untuk belajar keIndonesia maka Pemerintah Timor Leste akan manargetkan sedikitnya 5.000 mahasiswa Timor Leste yang akan melanjutkan pendidikan tinggi di seluruh Indonesia.10

Dengan jumlah tersebut pemerintah Timor Leste berharap mahasiswa yang melanjutkan pendidikan di Indonesia dapat membentuk sumber daya manusia yang berkualitas dan setelah lulus akan kembali ke Timor Leste untuk membangun Timor Leste. Sehingga dari sini pun juga dapat terlihat kerjasama Timor Leste dan Indonesia dalam bidang pendidikan ini memang telah terjalin cukup baik karena bagi mereka para mahasiswa Timor Leste yang sedang belajar di Indonesia maupun yang

9

Ketua UNESTIL (União Estudante de Timor Leste), 5 Juli 2013, Surabaya

10

Komisi Perencanaan, Timor Lorosa’e, Rencana Pembangunan Nasional, terjemahan USAID,

(19)

hendak belajar disini, tidaklah terlepas dari adanya jalinan kerjasama yang sangat baik antara pemerintah Timor Leste dengan Pemerintah Indonesia hingga sekarang.

Dalam penulisan ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kerjasama Timor Leste dengan Indonesia dalam konteks kerjasama bilateral di bidang pendidikan pasca deklarasi timor leste dan difokuskan pada mahasiswa Timor Leste yang melanjutkan studinya di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka dapat dituliskan bahwa permasalahannya adalah “Bagaimana Strategi Nasional dari Pemerintah Timor Leste dalam meningkatkan hubungan bilateral dengan pemerintah Indonesia dibidang pendidikan khususnya di pendidikan perguruan tinggi pasca deklarasi kemerdekaan Timor Leste?”

1.3 Tujuan Penelitian

(20)

1.4 Kerangka Dasar Pemikiran

1.4.1 Peringkat Analisis / Level Of Analysis

Menurut Patrick Morgan dalam buku yang ditulis oleh Mas’oed peringkat analisis dibagi dalam lima golongan, yaitu : individu, perilaku kelompok, negara bangsa, perilaku negara-bangsa, dan sistem internasional atau global.11 Peringkat analisis pada dasarnya merupakan sebuah proses menetapkan unit analisa dan unit eksplanasi. Unit analisa adalah unit yang perilakunya akan dijelaskan dalam penelitian. Sedangkan unit eksplanasi adalah yang pengaruhnya terhadap unit yang akan di jelaskan. Dalam penulisan ini penulis tidak menggunakan peringkat analisis karena sudah tergambar jelas di rumusan masalah bahwa dalam penulisan ini hanya menceritakan strategi pemerintah Timor Leste dalam membangun hubungan bilateral dengan Indonesia di bidang pendidikan pasca kemerdekaan Timor Leste.

1.4.2 Landasan Teoritik

1.4.2.1Kerjasama Internasional

Kerjasama dapat didefinisikan sebagai serangkaian hubungan yang tidak didasarkan pada kekerasan atau paksaan dan disahkan secara hukum, seperti dalam sebuah Organisasi Internasional seperti PBB atau Uni Eropa. Aktor negara membangun hubungan kerjasama melalui suatu organisasi internasional dan rezim internasional, yang didefinisikan sebagai

11

Mothar Mas’Oed 2003. “Tingkat-Tingkat Analisa” Dalam Ilmu Hubungan Internasional:

(21)

seperangkat aturan yang disetujui, regulasi, norma, dan prosedur pengambilan keputusan, dimana harapan para aktor dan kepentingan negara bertemu dalam suatu lingkup hubungan internasional. Kerjasama Internasional terdiri dari tiga bagian yaitu ;

1. Kerjasama Bilateral: Perjanjian yang dilakukan oleh dua negara saja dan bersifat Treaty Contract.

Contoh: Indonesia – Timor Leste.

2. Kerjasama Regional: Perjanjian yang dilakukan oleh beberapa negara yang terdapat dalam satu kawasan, bersifat LawMaking Treaty terbatas dan Treaty Contract. Contoh: ASEAN, Uni Eropa.

3. Kerjasama Multilateral: Perjanjian yang dilakukan oleh negara-negara tanpa dibatasi oleh suatu region tertentu, bersifat internasional dengan bersifat Law Making Treaty.12

Contoh : PBB, FIFA.

1.4.2.2Kepentingan Nasional

Menurut Jack C. Plano dan Roy Olton, kepentingan nasional (National Interest) adalah tujuan mendasar serta faktor yang paling menentukan yang memandu para pembuat keputusan dalam merumuskan politik luar negeri. Kepentingan nasional merupakan konsepsi yang sangat umum, tetapi merupakan unsur yang menjadi kebutuhan sangat vital bagi negara, kemerdekaan, keutuhan wilayah, keamanan militer, dan

12

(22)

kesejahteraan ekonomi.13 Konsep kepentingan nasional menurut Morgenthau adalah pada dasarnya kepentingan nasional terdiri dari dua elemen yaitu :

“Elemen yang pertama didasarkan pada pemenuhan kebutuhan sendiri, dan yang kedua mempertimbangkan berbagai kondisi lingkungan strategis di sekitarnya. Dalam rangka pemenuhan kebutuhan sendiri, dapat diperoleh dengan cara melindungi kelangsungan hidup bangsa dalam mempertahankan kedaulatan integrasi wilayah nasional, sistem politik, dan identitas budaya dari ancaman bangsa lain.

Adapun pertimbangan adanya berbagai kondisi lingkungan strategis adalah demi menjalankan kebijakan politik luar negeri melalui upaya diplomasi demi tercapainya perdamaian dunia.14” Menurut Mohtar Mas’oed dalam penulisannya, bahwa kepentingan nasional menurut Hans Morgenthau adalah : penggunaan kekuasaan secara bijaksana untuk menjaga berbagai kepentingan yang dianggap paling vital bagi kelestarian negara. Kepentingan nasional merupakan konsepsi yang sangat umum tetapi merupakan unsur kebutuhan yang sangat vital bagi negara yaitu mencakup kepentingan kelangsungan hidup bangsa dan negara, kemerdekaan, keutuhan wilayah, keamanan militer dan kesejahteraan ekonomi.15

Sementara Charles W. Kegley dan Eugene R. Wittkopf menyatakan bahwa tujuan dari sebuah negara dalam rangka mencapai kepentingan nasional adalah:

13

Mothar Mas’oed, Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi, LP3ES, Jakarta, 1990. Hal 78.

14

Hans J. Morgenthau, “Another “Great Debate”: The National Interest of the United States,”in Classics of International Relation, 3rded, ed. John A. Vasquest (New Jersey: Prentice Hall, 1966), 147.

15

Hans J. Morgenthau, Politics Amoung Nations, dalam bukunya Mochtar Mas’oed, Ilmu

(23)

“The State should promote the internal welfare of its citizens, provide for defenseagainst external aggression, and preserve the state’s values and way of life. …

No country can long af ord to pursue its own welfare in ways that reduce the security and welfare of its competitor.16”

Pernyataan diatas menyebutkan bahwa sudah seharusnya negara mensejahterakan masyarakat sipilnya dengan berbagai fasilitas yang di sediakan oleh pemerintah. Untuk mencapai kesejahteraan tersebut maka suatu negara harus menjalankan suatua kerjasama internasional untuk mencapai kepentingan nasional (kesejahteraan) di berbagai bidang, termasuk bidang pendidikan.

Konsep ini digunakan untuk menjelaskan kepentingan nasional Timor Leste dalam upaya menciptakan Sumber Daya Manusia yang intelek dan berkompeten guna dapat memajukan Pembangunan Nasional Negara Timor Leste itu sendiri.

1.4.2.3Strategi Nasional

Perkataan strategi berasal dari kata Yunani yang pada awalnya hanya dikenal di kalangan militer “the art of general” atau seni seorang panglima dan penggunaannya dalam peperangan. Antoine Henri Jomini mengartikan strategi “sebagai seni penyelenggaraan perang diatas peta dan meliputi seluruh kawasan operasi”.17 Hal tersebut berbanding jauh dengan pendapat Karl von Clausewitz yang mengartikan strategi merupakan

16

Charles J. Kegley and Eugene R. Wittkopf, World Trend and Transformation Politics, 8thed (Boston: Bedford/St. Martin’s, 2001), 653 – 54.

(24)

“pengetahuan tentang penggunaan pertempuran untuk kepentingan memenangkan peran”.18 Di abad ke – 20 Liddell Hart merumuskan strategi adalah “seni untuk mendistribusikan dan menggunakan sarana-sarana militer untuk mencapai tujuan-tujuan politik”. Selanjutnya adalah Beaufre mendefinisikan strategi “sebagai seni menggunakan kekuatan demikian rupa sehingga kekuatan itu memberikan sumbangan yang paling efektif untuk mencapai tujuan yang ditentukan oleh kebijkaksanaan, tetapi definisi ini berlaku bagi seluruh seni perang”.19

Dalam perkembangannya, pengertian istilah dari strategi lebih condong ke arah militer sehingga ada tiga pengertian strategi yakni; a). Strategi Militer yang sering disebut sebagai strategi murni yaitu penggunaan kekuatan militer untuk tujuan perang militer, b). Strategi Besar (Grand Strategy) yaitu strategi yang mencakup strategi militer dan non militer sebagai usaha dalam pencapaian tujuan perang, dan c). Strategi Nasional yaitu strategi yang mencakup strategi besar dan diorientasikan pada upaya optimalisasi pelaksanaan pembangunan dan kesejahteraan bangsa.20

(25)

mengestimasi permasalahan yang akan timbul, mampu membuat desain yang tepat dan menggunakan teknologi masa depan, 2). Terpadu komprehensif integral. Strategi harus merupakan kajian dari konsep yang mencakup permasalahan yang memerlukan pemecahan yang mencakup

permasalahan yang memerlukan pemecahan secara utuh menyeluruh, 3). Memperhatikan dimensi ruang dan waktu. Pendekataan ruang

dilakukan karena strategi akan berhasil bila di dukung oleh lingkungan sosial budaya dimana strategi dan manajemen tersebut dioperasionalkan. Sedangkan pendekatan waktu sangat fluktuatif terhadap perubahan ketidakpastian kondisi yang berkembang sehingga strategi dapat bersifat temporer dan kontemporer.21 Sekarang strategi sudah menjadi “Seni dan Ilmu yang mengembangkan dan menggunakan ”Maka dapat disimpulkan strategi nasional adalah cara melaksanakan politik nasional dalam mencapai sasaran dan tujuan yang diterapkan oleh politik nasional.22

Dalam penelitian ini penulis menggunakan konsep strategi nasional untuk menjelaskan strategi apa yang akan dilakukan oleh Timor Leste guna membangun kembali kerjasama bilateral yang sempat merenggang karena konflik masa lalu.

21

www//http://law-and-politics/1921043-politik-dan-strategi-nasional/. Di akses pada tanggal 25 september 2013.

22

(26)

1.5 Hipotesa

Dalam hal pencapaian kepentingan Negara Timor Leste yang ingin dicapai maka Timor Leste membutuhkan strategi nasional untuk membangun hubungan baik dengan Negara lain seperti Indonesia. Oleh karena itu Strategi Nasional yang harus dilaksanakan Timor Leste adalah membangun dan menjalin kerjasama internasional dalam kerjasama bilateral dengan Indonesia dibidang pendidikan dengan ditandatangani

Joint Ministerial Commision For Bilateral Cooperation antar kedua negara ini.

1.6 Metodologi Penelitian

1.6.1 Definisi Konseptual dan Definisi Operasional

Kerjasama dalam Hubungan Internasional menurut Dougherty dan Pfaltzgraff dapat didefinisikan sebagai :“Serangkaian hubungan-hubungan yang tidak didasarkan pada kekerasan / pelaksanaan dan disahkan secara umum, seperti dalam sebuah organisasi internasional seperti PBB / Uni Eropa. Aktor-aktor Negara membangun hubungan-hubungan kerjasama melalui suatu organisasi internasional, dan rezim internasional yang didefinisikan sebagai seperangkat atura-aturan yang disetujui, regulasi-regulasi, norma-norma, dan prosedur-prosedur, pengambilan keputusan, dimana harapan-harapan para aktor, dan kepentingan-kepentingan Negara bertemu dalam suatu lingkup hubungan internasional”.23

23

(27)

Kerjasama internasional pada umumnya berlangsung pada situasi yang bersifat desentralisasi yang kekurangan institusi dan norma yang efektif bagi unit-unit berbeda secara kultur dan terpisah secara geografis, sehingga kebutuhan untuk mengatasi masalah yang menyangkut kurang memadainya informasi tentang motivasi-motivasi dan tujuan-tujuan dari berbagai pihak sangatlah penting.

Definisi Operasional : First Meeting of the Indonesia – Timor Lestes Joint Ministerial Commision For Bilateral Cooperation, merupakan refleksi nyata dari kerjasama bilateral yang dilakukan antara kedua negara ini yaitu Timor Leste dan Indonesia

1.6.2 Definisi Konseptual : Strategi Nasional

Sekarang strategi telah menjadi “Seni dan Ilmu yang mengembangkan dan menggunakan sumber daya nasional”, termasuk dalam perdangangan bebas dan juga membangun sumber daya manusia.Strategi yang mengintegrasikan semua kebijakan di segala bidang dan semua kekuatan bangsa untuk mencapai tujuan yang disebut “Strategi Akbar” (Grand Strategy) atau “Strategi Nasional”.24 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian Strategi Nasional adalah seni dan ilmu mengembangkan dan menggunakan berbagai kekuatan nasional, baik di masa damai maupun di masa perang, untuk mendukung pencapain tujuan yang ditetapkan untuk politik nasional.25

24

Hasnan Habib, Kapita Seleka: Strategi dan Hubungan Internasional, CSIS, Jakarta, 1997, Hal 84

25

Pengerian Strategi Nasional menurut Kamus Bahasa Indonesia

(28)

Definisi Operasional : Pendidikan peruguruan tinggi.

Salah satu strategi yang dilakukan oleh pemerintah Timor Leste adalah dengan menjalin kerjasama sama bilateral dalam bidang pendidikan khususnya dengan Indonesia untuk menangani persoalan mahasiswa Timor Leste yang melanjutkan pendidikan tinggi di Indonesia.

1.7 Tipe Penelitian

Penulisan ini menggunakan tipe penelitian deskriptif guna untuk mengetahui atau mengkaji lebih dalam mengenai strategi pemerintah Timor Leste dalam membangun hubungan bilateral dengan Indonesia khususnya dibidang pendidikan. Punaji Setyosari menjelaskan bahwa penelitian deskripsi adalah penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikann suatu keadaan, peristiwa, objek apakah orang, atau sebutan sesuatu yang berkaitan dengan variabel variabel yang bisa dijelaskan baik dengan angka maupun kata-kata.26

1.8 J angkauan Penelitian

Dalam skripsi ini, penulis membatasi dalam penelitian dan pengamatannya atas strategi apa yang akan Timor Leste gunakan dalam membangun hubungan kerjasama bilateral dengan Indonesia di bidang pendidikan khususnya. Adapun jangkauan penelitian yang penulis gunakan

26 Punaji Setyosari. 2010.

(29)

adalah dari tahun 2002 awal terjalinnya hubungan kerjasama Timor Leste dan Indonesia di bidang pendidikan dengan penandatanganan Joint Ministerial Statement pada tanggal 7-8 oktober 2002. Hingga pada tahun 2009 ketika terjadinya peningkatan secara drastis sebanyak 5.100 mahasiswa Timor Leste yang melanjutkan jenjang pendidikannya di Indonesia

1.9 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data skripsi ini dilakukan dengan cara studi pustaka dan wawancara, yaitu teknik pengumpulan data primer seperti wawancara langsung dari pihak-pihak yang bersangkutan, data sekunder dari buku-buku, ataupun majalah, Koran, media masa termasuk internet, dan literatur yang sesuai.

1.10 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dari skripsi ini adalah:

I. Bab I berisi tentang pendahuluan yang memuat tentang: Alasan Pemilihan Judul. Tujuan penulisan, Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Kerangka Dasar Pemikiran, Hipotesa, Jangkauan Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

(30)

III. Bab III ini akanmenjelaskan tentang kerjasama bilateral yang tertuang dalam perjanjian Join Ministerial Statment.

(31)

Ide dasar pendidikan itu adalah kerja membangun manusia supaya bisa bertahan melindungi diri terhadap alam serta mengatur hubungan antara manusia.27 Melalui pendidikan terjadi proses dimana suatu kompleks pengetahuan dan kecakapan diteruskan kepada generasi selanjutnya. Setiap generasi baru pada gilirannya akan menggali dan mengembangkan pengetahuan dan kecakapan baru yang diperlukan untuk merespon dan mengatasi tantangan yang tidak dikenal lewat pendidikan pengetahuan dan kecakapan terdahulu.28 Pendidikan menurut pengertian Ki Hajar Dewantoro adalah pendidikan merupakan daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin dan karakter), pikiran (intelektual) dan tubuh anak. Ketiganya tidak bisa dipisahkan, agar kita dapat memajukan kesempurnaan hidup, kehidupan dan penghidupan anak didik selaras dengan dunianya.29 Dalam konteks globalisasi, pendidikan harus mampu mempertahankan budaya dan jati diri bangsa di tengah gencarnya gempuran beraneka ragam budaya dan peradaban bangsa lain. Sebagai salah satu negara yang baru sebelas tahun merdeka Timor Leste harus mampu menjadi bangsa yang mandiri dalam arti sanggup memenuhi berbagai kebutuhan masyarakat sesuai dengan harapan, cita-cita, dan impiannya.30

27

Freud, Sigmund. 2007. Das Unbehagen in der Kultur,Frankfurt/Main : Fischer Taschenbuch Verlag, REPRINT. (pertama terbit 1930) hal 55-56

28

Ibid,. 55-56

29

Pengertian Pendidikan di akses dari Paradigma-Pendidikan-Nasional-Abad XXI pdf.hal 5.

(32)

2.1 Situasi Timor Leste Sebelum Kemerdekaan

Timor Leste telah banyak mengalami permasalahan sejak menjadi jajahan Portugis, sampai negara ini merdeka pada tahun 2002 silam. Selama 450 tahun di bawah jajahan Portugis, masyarakat Timor Leste sangat terbelakang. Karena sebagian besar dari mereka buta huruf, tidak dapat menulis, membaca, dan tidak mendapatkan pendidikan yang semestinya. Agama, juga tidak berkembang di wilayah ini. Hanya sekitar 27 persen saja masyarakat yang memeluk agama Katholik, agama mayoritas rakyat Portugis.31

Namun tidak dapat dipungkiri bahwa antara Timor Leste dan Portugis memiliki keterikatan sejarah yang sangat panjang, dan yang menyebabkan hubungan antara kedua negara tidak terputus hingga sekarang. Karena bagaimana pun identitas rakyat Portugis telah menyatu dengan masyarakat Timor Leste selama berabad abad. Setelah sekian abad berada di bawah jajahan Portugis, pemerintahan Portugis sempat menelantarkan Timor Leste, karena terjadi masalah di dalam negeri. Timor Leste akhirnya terlantar karena tidak mempunyai pemerintahan sendiri dan memutuskan untuk berintegrasi dengan Indonesia. Selama berada di bawah pemerintahan Indonesia, berbagai pembangunan mulai dilakukan.

Pada bidang pendidikan RI juga banyak melakukan investasi. Dengan masuknya Timor Timur ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia setelah lama menjadi daerah jajahan Portugal

31

(33)

ditanggapi secara positif oleh pemerintah Indonesia dengan bersikap konsekuen, seraya menanggapi masalah keamanan, pembangunan fisik bagi wilayah Timor Timur mulai disiapkan. Tahun 1980 pembangunan secara besar besaran mulai dilakukan dengan prioritas di bidang pertanian, pendidikan, kesehatan, dan perhubungan. Selama 10 tahun pertama, pemerintah pusat telah mengalokasikan dana pembangunan Rp 430 milyar yang dampaknya segera terlihat.32 Tingkat buta aksara yang semula 98 persen dari jumlah penduduk, pada tahun 1990 menyusut menjadi 44 persen. Derajat kesehatan masyarakat juga meningkat dengan dibangunnya sejumlah rumah sakit, ratusan Puskesmas dan Poliklinik. Sedangkan pembangunan ekonomi pertanian dan perhubungan telah meningkatkan pendapatan 4 kali lipat menjadi 190 dalam AS pada tahun 1988.33

Dari sektor pendidikan, kehidupan beragama, ekonomi, dan pembangunan infrastruktur dilakukan secara optimal. Tidak heran selama kurang lebih 23 tahun bergabung dengan Indonesia, menjadi Provinsi bungsu ke 27, yang disebut provinsi Timor Timur, Timor Leste menjadi suatu wilayah yang selangkah lebih maju dibandingkan saat berada di bawah jajahan Portugis. Upaya Timor Leste sebagai negara yang terbilang baru, dalam merumuskan identitas nasional pasca kemerdekaannya adalah suatu hal yang baru. Upayanya merumuskan identitas dan karakter nasional yang berupa suku bangsa, agama, kebudayaan, dan bahasa,

32

Decolonization East Timor. (Departemen of Information/Republic of Indonesia,, t..t), hal. 16.

33

(34)

mengalami beberapa pengaruh dominan, dari Portugis, Indonesia, dan dari Timor leste sendiri sebagai suatu wilayah yang telah memiliki kebudayaan turun temurun dari nenek moyang.

Sebagai sebuah Negara baru yang telah merdeka, dan tidak lagi berada di bawah pemerintahan negara manapun, Timor Leste memerlukan sebuah identitas nasional. Kata “Identitas” berasal dari kata identity berarti ciri-ciri, tanda-tanda, atau jati diri yang melekat pada seseorang atau sesuatu yang membedakannya dengan yang lain. Sedangkan “Nasional” menunjuk pada sifat khas kelompok yang memiliki ciri-ciri kesamaan, baik fisik seperti, budaya, agama, bahasa, maupun non-fisik seperti, keinginan, cita-cita, dan tujuan. Jadi, “Identitas Nasional” adalah identitas suatu kelompok masyarakat yang memiliki ciri dan melahirkan tindakan secara kolektif yang diberi sebutan nasional.34

Kemudian dari pengaruh identitas yang berupa bahasa, bahasa Indonesia mulai diajarkan kepada seluruh masyarakat Timor Leste. Kegiatan belajar mengajar mulai dilakukan dengan penggunaan bahasa ini. Maka pemerintah mulai merancang kurikulum yang berbahasa Indonesia, membangun sarana pendidikan, mengatur media pendidikan, dan juga mendatangkan guru-guru yang menguasai bahasa Indonesia, yang diharapkan dapat menyampaikan ide, informasi, dan konsep kepada para siswa di Timor Leste yang sebelumnya belum pernah mengenal bahasa dan kebudayaan Indonesia. Sejak berada di bawah pemerintahan

34

(35)

Indonesia, angka buta huruf masyarakat Timor Leste menjadi menurun drastis. Jadi selama berada di bawah pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia, masyarakat Timor Leste tidak hanya diajarkan membaca menulis saja, namun juga diajarkan berbahasa Indonesia, dikenalkan tentang aneka warna kebudayaan Indonesia, dan diajarkan untuk memiliki keyakinan dan kepercayaan (beragama).

2.1.1 Filosofi Landasan Pendidikan

Dalam dunia pendidikan ada dua istilah yang hampir sama bentuknya dan juga sering digunakan, yaitu paedagogie dan paedagigiek.

Paedagogie berarti pendidikan, sedangkan paedagigiek artinya ilmu pendidikan. Istilah ini berasal dari kata pedagogia (Yunani) yang berarti pergaulan dengan anak-anak.35 Adapun menurut Tim Dosen FIP-IKIP Malang yang dikutip dari Carter V Good dalam “Dictionary of education” pendidikan adalah: Seni, praktek atau profesi sebagai pengajar Ilmu yang sistematis atau pengajaran yang berhubungan dengan prinsip dan metode-metode mengajar, pengawasan dan bimbingan murid dalam arti luas digantikan dengan istilah pendidikan.36

Sedangkan pendidikan menurut Carter V Good dimaknai oleh Djumransjah sebagai proses sosial yang dapat mempengaruhi individu. Pendidikan menentukan cara hidup seseorang, karena terjadinya modifikasi dalam pandangan seseorang disebabkan pula oleh terjadinya

35

M.Djumaransyah, Filsafat Pendidikan (Malang, Banyumedia Publishing,2008),hal 21.

36

Tim Dosen FIP-IKIP, Pengantar dasar-dasar Kependidikan (Surabaya: Usana Offset Printing,

(36)

pengaruh interaksi antara kecerdasan, perhatian, pengalaman dan sebagainya. Pengertian ini dapat dikatakan hampir sama dengan apa yang dikatakan Godfrey Thompson bahwa pendidikan merupakan pengaruh lingkungan atas individu untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang tetap di dalam kebiasaan tingkah lakunya, pikirannya dan sikapnya. 37

Dalam pengertian yang sederhana dan umum, makna pendidikan sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan, baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan kebudayaan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh tokoh UNESCO bahwa “education is now engaged is preparinment for a tipe society which does not exist”. Atau sekarang ini pendidikan sibuk mempersiapkan manusia bagi suatu tipe masyarakat yang belum ada.38

Berdasarkan beberapa pengertian pendidikan yang telah diuraikan tadi, maka terdapat beberapa ciri atau unsur umum yang dapat disimpulkan sebagai berikut: 39

a. Pendidikan mengandung tujuan yang ingin dicapai, yaitu individu yang kemampuan-kemampuan dirinya berkembang sehingga bermanfaat untuk kepentingan hidupnya, baik sebagai seorang individu maupun warga negara atau warga masyarakat.

37

M.Djumsansjah,.op.cit., hal.24

38

M.Djumsansjah,.Ibid., hlm.22

39 M.Djumsansjah,.

(37)

b. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan perlu melakukan usaha yang disengaja dan terencana untuk memilih isi (bahan materi), strategi kegiatan dan teknik penilaian yang sesuai.

c. Kegiatan tersebut dapat diberikan di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat berupa pendidikan jalur sekolah (formal) dan pendidikan jalur sekolah (informal dan nonformal).

2.1.2 Pendidikan Timor Leste Sebelum Kemerdekaan

Timor Timur resmi menjadi provinsi ke-27 Indonesia setelah disahkannya UU no. 7 tahun 1976 tentang “ Pengesahan Penyatuan Timor Timur ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia”. Timor Timur menjadi provinsi paling unik karena provinsi Indonesia lainnya merupakan bekas jajahan Belanda, dan Timor Timur merupakan satu-satunya provinsi Indonesia bekas jajahan Bangsa Portugis.40 Setelah bergabung dengan Indonesia berbagai infrastruktur mulai di bangun di provinsi termuda pada masa itu. Mulai dari dibangunnya sekolah hingga bandara. Bangunan sekolah mulai dari Sekolah Dasar hingga pembangunan Universitas di Timor Timur. Bandara Komoro (sekarang Bandara Nicolau Lobato) dibangun di Dili sehingga berbagai pesawat dapat mendarat dan terbang ke dan dari Timor Timur. Banyak subsidi dari dana APBN yang dicurahkan oleh Pemerintah Indonesia untuk memajukan provinsi termudanya yaitu Timor Timur. GNP per kapita Timor Timur sebesar $1500 semasa integrasi.41

40

Masa integrasi paling indah (UUD pengesahan Timor Timur jadi bagian dari Indo)

(38)

Pada masa kedudukan Indonesia proses pendidikan di Timor -Timur (nama Timor Leste sebelum merdeka) berjalan dengan baik seperti halnya dengan provinsi lainnya di Indonesia. Hal ini terbukti dengan adanya jumlah sekolah di Timor Timur meningkat sehingga pada tahun 1985. Pada tahun 1992, Universitas Timor Timur (UNTIM) didirikan. Mutu pendidikan yang ditawarkan oleh universitas tersebut sangat diragukan dan mahasiswa yang mendaftar berjumlah hanya beberapa ratus.42 Karena, banyak orang Timor Leste berkuliah di daerah lain di Indonesia. Lain halnya dengan masa penjajahan Portugal, negara Portugal tidak berusaha keras untuk mendidik penduduk Timor Leste. Sampai akhir dari masa penjajahan 450 tahun kolonisasinya, pendidikan hanya didirikan untuk memenuhi pembutuhan untuk penjabat administrasi.43 Angka buta huruf diduga hanya 10 persen pada akhir kekuasaan Portugal.44 Tidak terlepas dari proses perkembangan bahasa Portugis juga tidak merata karena hanya bisa dimengerti dan digunakan oleh kalangan yang terdidik, sedangkan pendudukan yang melek huruf tetap menggunakan bahasa daerahnya masing-masing. Penggunaan bahasa Portugis pun dihapus dan diganti bahasa Indonesia untuk mengintegrasikan masyarakat Timor Timur dengan masyarakat Indonesia lainnya.

42

Jones, Gavin W, 2003, Ibid., hal 46

43

Jones, Gavin W, 2003, Ibid., hal 41

44

(39)

2.2 Situasi Timor Leste Sesudah Kemerdekaan

2.2.1 Situasi Pendidikan Setelah Kemerdekaan Sampai Saat Ini

Pendidikan adalah kebutuhan dasar bagi setiap orang. Pada pasal 59.1 Konstitusi Republik Demokratika Timor Leste mengatakan bahwa “Negara akan mengakui dan menjamin hak setiap warga negara atas pendidikan dan kebudayaan, dan Negara wajib memajukan pembentukan suatu sistem umum pendidikan dasar yang universal dan wajib, dan selama memungkinkan bebas biaya berdasarkan undang-undang”.45

Pada tanggal 4 – 6 September 2003 telah terlaksana pertemuan

School Of Ministry (SOM) dan Komisi Bersama II antara Pemerintah RI dan Pemerintah Timor Leste di Dili. Dalam pertemuan tersebut ditandatangani Joint Statement : Second Meeting of the Indonesia – Timor Leste, Joint Ministerial Commission for Bilateral Cooporation, oleh Dr. N. Hassan Wirajuda, selaku menteri Luar Negeri Republik Indonesia dan Dr. Jose Ramos Hosta, selaku perwakilan Menteri Luar Negeri dan Kerjasama Timor Leste Pemberian Beasiswa Timor Lorosae Scholarship, kepada mahasiswa Timor Leste yang sedang melanjutkan program S1 di Indonesia, dengan sumber dana dari pemerintahan Jepang, Jerman, Norwegia dan Ford Foundation dan UNDP. Saat ini jumlah mahasiswa warga negara Timor Leste yang sedang melanjutkan pendidikan program S1 pada perguruan tinggi di Indonesia mulai Januari 2006 sampai dengan Desember 2006 sebanyak 868 orang (termasuk beberapa orang program

(40)

S2), dengan jumlah terbanyak atas biaya sendiri dan sisanya biaya sponsor.46

2.2.2 Persiapan Perubahan Bahasa

Sejak lepasnya Timor Leste dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, muncul hal baru dalam penetapan bahasa. Mau tidak mau, konstitusi Republik Demokratik Timor Leste telah mengesahkan, lewat artikel 13 alinea 1, bahwa Bahasa Portugis and Bahasa Tetum adalah bahasa ofisial (bahasa resmi) Republik Demokratik Timor Leste. Bahasa Portugis yang terkubur selama pemerintahan Soeharto telah hadir kembali, sedangkan Bahasa Tetum (bahasa ibu Timor Leste, meskipun ada bahasa daerah tersendiri di setiap wilayah Timor Leste) yang mengalami perubahan selama masa Kolonialis Portugis dan Indonesia, yaitu Tetum Terik (bahasa Tetum asli) ke dalam Tetum Prasa (bahasa Tetum yang banyak menyerap kosakata dari Bahasa Portugis dan Bahasa Indonesia) tidak ditata dengan benar oleh penjajah. Bahasa Tetum yang sudah membudaya ini menjadi tidak diurus oleh karena para penjajah, dan para linguis butuh waktu lebih untuk menata bahasa ibu tersebut47.

Perubahan administrasi pemerintahan yang berujung pada berubahnya kebijakan bahasa di Timor Leste turut memberi dampak pada sistem pendidikan dari Taman Kanak-kanak sampai Universitas. Bahasa

46

Data Skripsi Alfonsuso Simalang, 2010, “Kesepakatan Antara Indonesia dan Timor Leste”, Skripsi, Skripsi, Universitas Hasanudin, Makasar,.hal.29.

47

Dionisio Duarte Savio, 2012, Berita Timor Leste Menggunakan Bahasa Pengantar Indonesia

(41)

pengantar telah berubah dari bahasa Indonesia ke bahasa Portugis dan Tetum. Hal Ini membuat para pendidikan maupun siswa mengalami kesulitan dalam proses belajar-mengajar. Buku pelajaran harus diterjemahkan ke dalam bahasa Portugis dan Tetum, sedangkan buku-buku pelajaran yang didatangkan dari negara-negara Crystal Lake Public Library (CPLP) Komunitas Negara Berbahasa Portugis sulit digunakan para guru karena kebanyakan berasal dari kaum yang belum fasih berbahasa Portugis.

Setiap tahun banyak pelajar Timor Leste yang memilih untuk kuliah di Indonesia, mengingat bahasa Indonesia lebih mudah dipahami dan biaya kuliah di Indonesia lebih murah dibandingkan dengan Portugis, Australia, dan negara-negara lain. Generasi yang berbekal bahasa Indonesia ini harus berhadapan dengan generasi yang baru lahir di era kemerdekaan: manusia Timor Leste yang, mulai beradaptasi di lingkungan ‘Portugis’, lebih fasih berbicara dengan bahasa tersebut, dan generasi fasih bahasa Indonesia ini berperan sebagai pengajar. Tentu bisa dibayangkan kesulitan komunikasi yang terjadi akibat beda bahasa ini. Konsekuensinya, para murid harus diliburkan selama 9 bulan guna memberikan kesempatan kepada para guru untuk mengikuti kursus bahasa Portugis.48

Mengingat Timor Leste yang dahulu pernah bernama Timor Timur, karena lebih kurang 25 tahun menjadi bagian dari wilayah Indonesia, telah meraih kemerdekaannya pasca era reformasi, diperlukan banyak proses di segala bidang untuk mengurus diri sendiri. Karena kemerdekaan yang

(42)

hakiki adalah kemerdekaan yang memberikan kebebasan dalam semua hal, ekonomi, sosial, politik dan juga kemerdekaan menentukan bahasa nasional.49

Saat ini di Timor Leste masih banyak masyarakatnya yang menggunakan bahasa Indonesia. Menurut Ramos Horta, dalam presentasinya di Action Asia Peace Builder forum ke 4 di Excelcior Resort, Kota Dili, 21 September 2012 ada sekitar 26 persen penduduk Timor Leste yang menggunakan bahasa Indonesia, 13 persen menggunakan bahasa Portugis dan selebihnya menggunakan bahasa daerah, termasuk bahasa Tetum. Jumlah pengguna bahasa Indonesia di Timur Leste bisa bertambah lagi, karena ada sekitar 6000 pelajar Timur Leste yang saat ini belajar di Indonesia50.

Sebenarnya, bahasa Indonesia menjadi salah satu pilihan untuk digunakan sebagai bahasa nasional di Timor Leste. Realitasnya saat ini masyarakat Timor Leste tidak memiliki bahasa nasional. Namun, entah karena kepentingan politik dan pertimbangan lain, bahasa Portugis saat ini menjadi mata pelajaran wajib, walau sesungguhnya para pelajar, murid atau siswa lebih dekat dengan bahasa Indonesia, karena setiap hari pelajaran bahasa Indonesia mereka dapatkan dari siaran televisi Indonesia.

49

www//http://bahasa.kompasiana.com/2012/10/24/bahasa-di-timor-leste. Di akses pada tanggal 10 September 2013

50

(43)

3.1 Timor Leste Pasca Deklarasi Kemerdekaan Tahun 1999

Hukum internasional telah lama mengakui bahwa “semua bangsa berhak untuk menentukan nasibnya sendiri.”51 Empat puluh enam tahun lalu, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah mendeklarasikan bahwa “rakyat di seluruh penjuru dunia sungguh-sungguh menginginkan berakhirnya berbagai bentuk kolonialisme”, karena “menghalangi cita-cita PBB untuk perdamaian universal.”52 Dari tahun 1960-an sampai tahun 1980-an, kebanyakan negara jajahan mendapatkan kedaulatan mereka. Ketika Dewan Perwalian menyelesaikan tugasnya pada tahun 1994, wilayah dalam daftar PBB tentang wilayah-wilayah yang tak berpemerintahan sendiri (non-self-governing) tinggal sedikit. Timor-Leste merupakan yang terbesar di antaranya. Pada tahun 1999, PBB menyelenggarakan referendum untuk penentuan nasib sendiri di Timor-Leste, dan para pemilih memilih untuk merdeka, sehingga akhirnya negara baru tersebut menjadi pemerintahan sendiri pada tahun 2002.53

51

Pasal 1, Ayat 1 dari Kovenan Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik dan Kovenan Internasional tentang Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya, keduanya disetujui pada tahun 1966 dan dijalankan sejak tahun 1976.

52

Resolusi Majelis Umum PBB 1514 (XV) (1960) tentang Pemberian Kemerdekaan kepada Negara-negara dan Bangsa-bangsa Jajahan

53

(44)

Sebagai negara yang baru merdeka tahun 2002, maka Timor Leste masih harus menghadapi kenyataan banyaknya masalah yang timbul berkaitan dengan kondisi keamanan negara, pada tahun 2006 terjadi krisis keamanan dan keefektifan pemerintahan yang terjadi di ibu kota Dili Timor-Leste.54

3.2 Pembangunan Bangsa Dan Pengembangan Pembangunan Serta Pendidikan Di Timor Leste Pasca Kemerdekaan

Hampir setiap bangsa baru dalam sejarah, termasuk banyak negara yang makmur dan sudah lama merdeka, memerlukan waktu yang lama untuk membangun perdamaian, kesatuan nasional, pemerintahan konstitusional yang stabil, dan penegakan hukum. Pembangunan negara memerlukan kesabaran, waktu dan percobaan serta belajar dari kesalahan.

Prioritas politik negara-negara anggota PBB mulai bergeser dari Timor-Leste setelah tentara Indonesia pergi. Tetapi kebutuhan untuk dukungan internasional, termasuk untuk adanya suatu pemerintahan transisi, baru saja dimulai. Semua misi PBB memiliki kekurangan yang sistemik dan struktural, termasuk orientasi darurat / krisis, mandat, perencanaan dan pengangkatan yang berjangka pendek, staf internasional yang kualifikasinya di bawah standar, tidak menggunakan kapasitas lokal, sekedar menyenangkan negara-negara yang berkuasa, dan terlalu banyak

(45)

fokus tentang tonggak-tonggak bersejarah (misalnya pemilihan umum).55 Pengembangan kapasitas, pendampingan, dan penyerahan kekuasaan kepada staf orang Timor Leste dilakukan secara tergesa-gesa, dan dengan cara yang buruk. United National Administration East Timor (UNTAET) telah menjalankan pemerintahan selama 2 tahun sebelum menyadari bahwa peralihan lebih penting dibandingkan pemerintahan. Banyak penasihat internasional yang hanya memiliki sedikit pengalaman mengajar, dan dipekerjakan dengan kontrak jangka pendek. Dengan semua posisi internasional berakhir pada setiap pergantian misi (setiap satu atau dua tahun), banyak staf internasional menghabiskan lebih banyak waktu untuk mengorientasikan diri atau mencari posisi lain, bukannya menjalankan pekerjaan mereka atau mentransferkan ketrampilan mereka kepada mitra lokal mereka. Melihat sejarah Timor-Leste, banyak staf orang lokal yang memiliki pendidikan dan pengalaman kerja yang terbatas, namun mereka harus mengisi posisi-posisi dan memikul tanggung jawab yang biasanya memerlukan pendidikan bertahun-tahun atau pelatihan di lapangan.

3.3 Strategi Nasional Timor Leste dalam Menjalin Hubungan Kerjasama Dengan Republik Indonesia

Pendidikan merupakan fondasi dasar pembangunan dan faktor penyumbang vital bagi proses pengentasan kemiskinan. Pendidikan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan seseorang untuk

55 Ibid

(46)

berpartisipasi sepenuhnya dalam perekonomian dan kehidupan masyarakat. Pendidikan membantu mereka yang hidup dalam kemiskinan untuk meningkatkan pendapatan sehingga terjadi peningkatan standar hidup.56 Demikian juga Timor Leste sebagai bangsa yang baru merdeka, maka masalah pokok di bidang pendidikan adalah sangat diperlukan dalam meningkatkan kualitas hidup warganegara dalam membangun negara. Bukti nyata dalam mengatasi masalah pendidikan di Timor Leste adalah aktivitas yang relevan di sekolah-sekolah serta lembaga-lembaga perguruan tinggi.

Sampai saat ini Timor Leste menghadapi dua hambatan utama dalam usaha meningkatkan bidang pendidikan. Pertama, kekurangan biaya dan perlengkapan yang bisa dibeli dengan uang. Kedua, hambatan-hambatan yang bukan material sifatnya, dimana penambahan uang tidak akan segera memperlihatkan efeknya.57

Realisasi strategi nasional membina hubungan kerjasama dengan pemerintah Indonesia adalah tanggal 4 Maret 2011, yaitu dilakukan pertemuan antar dua negara RI-Timor Leste, sebagai perwujudan dari hubungan kerja sama bilateral kedua negara. Dalam Pertemuan ke-5 Bersama Tingkat Menteri antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Demokratik Timor Leste, kedua negara pada tanggal 4 Maret 2011 di Jakarta, kedua negara berkomitmen untuk memelihara

56 C. E. Beeby. Pendidikan di Timor Leste, (Jakarta: LP3ES Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan ekonomi dan Sosial, 2003), Hal 2-3

(47)

hubungan baik yang telah ada dan meningkatkan kerjasama di berbagai bidang.58 Menteri Luar Negeri Timor Leste selain datang sebagai pemimpin delegasi Timor Leste untuk pertemuan komisi bersama tingkat menteri tapi juga melakukan kunjungan kepada presiden RI untuk menyerahkan surat resmi Presiden Timor Leste kepada Presiden RI berkaitan dengan bentuk hubungan kerjasama dua negara RI-Timor Leste. Selain itu, Menteri Luar Negeri Republik Indonesia dan Menteri Luar Negeri Timor Leste juga membahas persiapan rencana kunjungan Perdana Menteri Timor Leste ke Indonesia yang dilaksanakan pada 22 maret 2011.59 Dalam pertemuan tersebut kedua Menteri Luar Negeri juga membahas isu bilateral yang mencakup perkembangan tindak lanjut rekomendasi Laporan Akhir Komisi Kebenaran dan Persahabatan (KKP) RI-Timor Leste, untuk isu-isu politik dan keamanan, kepolisian, perbatasan, hukum dan peradilan, perdagangan, investasi dan keuangan, kerjasama teknik. perhubungan, komunikasi dan pekerjaan umum, pertanian, perikanan dan kehutanan, serta pendidikan dan sosial budaya.60

Bentuk kesepakatan kerjasama bilateral Negara Indoensia -Timor Leste ditunjukkan dengan ditandatangani nota perjanjian bilateral MoU bidang pendidikan pada tanggal 2 Juli 2002 di Jakarta, dan telah diratifikasi sebanyak 22 statement yang kesemuanya membahas tentang

58 http://www.antaranews.com/berita/109549/indonesia-timor-leste-terus-perkuat-hubungan. Di akses pada tanggal 18 November 2013

59 http://www.bppk.depkeu.go.id/index.php/id/berita/1003-kunjungan-wakil-menteri- keuangan-timor-leste. Di akses pada tanggal 8 April 2013

(48)

kerjasama yang sudah dilakukan sebelumnya dalam isu-isu perbatasan, perdagangan dan keuangan, masalah hukum, sosial, pendidikan dan budaya, transportasi dan telekomunikasi.61

Adapun dari ke 22 pernyataan dalam joint statement yang telah disepakati, maka point 1,2,3,4, 5 dan 18 merupakan dasar dari pembahasan dalam penelitian ini. Dan masing-masing statement tersebut diuraikan sebagai berikut:

Pasal 1:

Pertemuan komisi bersama tingkat menteri untuk kerja sama bilateral antara pemerintah Republik Indonesia - Republik Demokrasi Tmor Leste yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 7-8 Oktober 2002, delegasi dari Indonesia dipimpin oleh Dr. Hassan Wirajuda selaku Menteri Luar Negeri, dan delegasi dari Timor Leste dipimpin oleh senior untuk urusan Luar Negeri dan kerjasama Dr.Jose Ramos Horta.

Pasal 2:

Delegasi Timor Leste mengungkapkan rasa terima kasih yang mendalam untuk kunjungan bersejarah dari Kepala Negara Presiden Megawati Soekarno Puteri, selaku presiden NKRI saat itu atas kunjungannya yang bertepatan dengan hari kemerdekaan Timor Leste.

Pasal 3:

Mengingat langkah-langkah yang sudah diambil sejak perjanjian pada bulan Februari 2001 di Bali untuk pembentukan hubungan diplomatik

61 http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/berita/791, Joint statement Kerja Sama Bilateral

(49)

antar kedua negara ini pemerintah Timor Leste menyampaikan apresiasi atas perjanjian dan penunjukan duta besar pertama mereka ke Indonesia, sedangkan pemerintah Indonesia sedang dalam proses untuk menunjuk duta besar untuk Timor Leste.

Pasal 4:

Para pihak MoU yang ditanda tangani antara kedua negara ini pada tanggal 2 Juli 2002 menyetujui untuk membentuk komisi bersama untuk kerjasama bilateral, memfasilitasi, konsultasi dan kerja sama antar kedua negara ini di segala bidang. Hal ini refleksi dari kepentingan bersama dalam memperkuat hubungan persahabatan dan kerjasama timbal balik secara abadi.

Pasal 5:

Pertemuan membahas cara-cara untuk mengatasi masalah residual serta untuk meningkatkan hubungan bilateral antar kedua negara dalam bentuk menemukan daerah baru dalam kerja sama atas dasar rekonsiliasi, saling menghormati antar kedua negara. Pertemuan ini mencatat cara menyelesaikan sisa masalah untuk hubungan masa depan antar dua negara dan karena itu dalam pertemuan ini mensepakati untuk membentuk lima kelompok kerja sama yaitu pada isu-isu perbantasan, perdagangan dan keuangan, masalah hukum, sosial, pendidikan dan budaya, transportasi dan telekomunikasi.

Pasal 18:

(50)

3.4 Realisasi Kerjasama Timor Leste-Republik Indonesia Yang Tertuang Dalam Joint Statement

3.4.1 Kerjasama Bidang Pelatihan SDM Transportasi

Untuk meningkatkan pengetahuan dan kapasitas SDM aparatnya di bidang transportasi, Pemerintah Timor Leste tengah menjajaki kerjasama dengan Pemerintah Indonesia. Penandatanganan Memorandum of Understanding (MOU) atau Nota Kesepahaman di bidang kerjasama pendidikan dan pelatihan di bidang transportasi di antara kedua negara dilakukan oleh RI-Timor Leste di Jakarta. Penandatangan dilakukan oleh Menteri Perhubungan kedua negara dengan disaksikan oleh Presiden RI.62

Selain dengan Kementerian Perhubungan juga dilakukan penandatanganan MoU di bidang lain dengan empat kementerian yaitu Kementerian Perdagangan, Kementerian Dalam Negeri, Pekerjaan Umum dan Kementerian Luar Negeri. Informasi yang diperoleh menyebutkan berdasarkan MoU tersebut Kementerian Perhubungan RI akan menyediakan pengetahuan, sarana, dan prasarana yang diperlukan sesuai dengan kapasitas kedua belah pihak. Sementara itu, pihak Kementerian Infrastruktur Timor Leste akan menugaskan peserta serta menyediakan biaya diklat.63

MoU tersebut juga memuat aturan mengenai hak kekayaan intelektual, kerahasiaan, batasan personel, amandemen, penyelesaian

62

www.dephub.go.id . Penandatanganan Nota Kerjasama MoU bidang pendidikan transportasi Menteri Perhubungan RI-Timor Leste, Jakarta 21-22Maret 2011.

(51)

ketidaksesuaian, masa berlaku, jangka waktu, dan pengakhiran. Untuk Kementerian Perhubungan, institusi pelaksana dari MOU tersebut adalah Badan Pengembangan SDM Perhubungan sedangkan dari Kementerian Infrastruktur Timor Leste adalah Directorate General Of Transport, Equipment, and Communications. Dengan penandatanganan MOU ini, kerjasama bidang diklat transportasi antara RI-Timor Leste dapat memenuhi aspek politis dan legalitas. Selama ini kerjasama tersebut telah berjalan terutama bidang transportasi darat namun sebelumnya belum memiliki payung hukum.64

3.4.2 Pembangunan Sarana Pendidikan Tingkat Univer sitas Di Timor Leste Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan mendirikan perguruan tinggi di wilayah perbatasan RI – Timor Leste. Hasil rapat kerja Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan Komisi X DPR RI di Gedung DPR, Jakarta mengagendakan realisasi kerjasama RI-Timor Leste dalam wujud pendirian Universitas Timor di perbatasan RI – Timor.65 Dalam raker tersebut Menteri pendidikan dan Kebudayaan menjelaskan, berdasarkan amanat UU No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, dalam satu kabupaten / kota minimal terdapat satu Akademi Komunitas (AK). Ia menambahkan, sejak tahun 2012 sudah berdiri 35 AK, dan tahun

64.http://www.dephub.go.id/mobile/read/berita/berita-umum/timor-leste-jajaki-kerjasama-dengan-ri-untuk-pendidikan-pelatihan-sdm-transportasi-4160, Jakarta 22 Maret 2011. Diakses pada tanggal 16 Oktober 2013

(52)

2013 diharapkan berdiri AK baru sebanyak 27 dan tahun 2014 ditargetkan 30 AK baru.66 Selanjutnya dalam pertemuan tersebut juga dilakukan pembahasan tujuan didirikan PTN termasuk Akademi Komunitas dengan harapan bisa membuka akses bagi calon mahasiswa yang ada di pelosok dengan mempertimbangkan kerja sama dengan perguruan tinggi swasta (PTS). Rapat kerja Menteri Pendidikan dan Budaya dengan Komisi X DPR RI dipimpin oleh Ketua Komisi X DPR RI mengagendakan pembahasan RKA K/L 2014 dan lain-lain.67

Terselenggaranya kerja sama bilateral Indonesia – Timor Leste merupakan perwujudan dari keinginan Timor Leste untuk memajukan negaranya dengan memperhatikan kepentingan nasional. Adapun tujuan dari diselenggarakannya hubungan bilateral Timor Leste – Indoensia dalam bidang pendidikan perguruan tinggi adalah untuk kepentingan nasional dalam upaya memajukan pendidikan di Timor Leste. Hal ini sesuai dengan pernyataan Charles W. Kegley dan Eugene R. Wittkopf menyatakan bahwa tujuan dari sebuah negara dalam rangka mencapai kepentingan nasional adalah:

The State should promote the internal welfare of its citizens, provide for defense against external aggression, and preserve the state’s values and way of life. … No country can long af ord to pursue its own welfare in ways that reduce the security and welfare of its competitor.68”

66 http://www.setkab.go.id/nusantara-10228-kemdikbud-akan-dirikan-universitas-di-perbatasan-ri-timor-leste.html . Diakses pada tanggal 12 September 2013

67 WID/Humas Kemendikbud/ES. Diakses pada tanggal 8 Desember 2013

(53)

Yang artinya bahwa sudah seharusnya negara mensejahterakan masyarakat sipilnya dengan berbagai fasilitas yang di sediakan oleh pemerintah. Untuk mencapai kesejahteraan tersebut maka suatu negara harus menjalankan suatua kerjasama internasional untuk mencapai kepentingan nasional (kesejahteraan) di berbagai bidang, termasuk bidang pendidikan. Konsep ini digunakan untuk menjelaskan kepentingan nasional Timor Leste dalam upaya menciptakan Sumber Daya Manusia yang intelek dan berkompeten guna dapat memajukan Pembangunan Nasional negara Timor Leste itu sendiri.

3.5 Analisa Hambatan 3.5.1 Hambatan Nasional

(54)

yang mengakibatkan pada generasi baru yang lebih memilih untuk melanjutkan pendidikan perguruan tingginya di negara lain seperti Indonesia. Kini para ahli ekonomi menyatakan bahwa setelah terjadinya krisis maka pertumbuhan ekonomi tahun 2009 mengalami penurunan gangguan terhadap penyediaan bahan-bahan yang berhubungan dengan krisis meningkatkan inflasi sampai di atas tingkat rendah yang pernah dicapai sebelumnya, sehingga mengakibatkan kemerosotan dalam persaingan internasional. Krisis yang terjadi juga membuat pembayaran kembali hutang-hutang bank menjadi lebih buruk.”69

3.5.2 Hambatan di lapangan

Pada hambatan di lapangan yang berkaitan dengan kerja sama di bidang pendidikan dengan pihak Indonesia lebih pada hambatan yang dihadapi oleh para mahasiswa yang melanjutkan sekolah tinggi di Indonesia (studi pada mahasiswa Timor Leste di Surabaya). Terdapat 3 (tiga) hambatan dilapangan yang harus di hadapi oleh para mahasiswa antara lain: 70

a. Administrasi

Mahasiswa harus membuat surat ijin belajar yang diajukan ke universitas setempat, lalu harus membuat surat sponsor biaya sendiri ditunjukkan untuk diri sendiri sebagai tanda bukti bahwa mahasiswa

69

Ibid. Hal.11

70

(55)

membiayai dirinya sendiri untuk sekolah di Indonesia surat ini di keluarkan oleh pihak kampus (kepala BAAK). Surat mematuhi peraturan Undang-Undang di Indonesia, membuat surat SKLD (Surat Keterangan Lapor Diri). Serta permohonan perpanjangan visa.71

b. Birokrasi

Membuat perpanjangan visa selama 3 kali periode perpanjangan, baru setelah itu dilanjutkan mendapatkan KITAS yaitu kartu ijin tinggal sementara. Dalam pembuatan VISA tersebut, maka biaya yang harus dikeluarkan oleh mahasiswa adalah Rp.250.000,- KITAS memiliki batas waktu 2 tahun dengan biaya pengurusan Rp.750.000,- per dua tahun.72

c. Bahasa

Mengingat tidak semua mahasiswa Timor Leste faham dengan bahasa Indonesia, maka dalam proses belajar mengajar mahasiswa mengalami kendala. Apalagi berdasarkan fakta dilapangan, disebutkan bahwa para pengajar lebih sering menggunakan bahasa Jawa saat melakukan pengajaran.73 Kendala ini sangat dirasakan oleh para mahasiswa, mereka merasa bahwa bahasa Indonesia saja mereka belum benar-benar hafal apa lagi bahasa Jawa sebagai daerah Jawa Timur. Menurut mereka penggunaan bahasa selama proses belajar mengajar sangat

71

Wawancara dengan Marciano, mahasiswa Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, Fakultas Pertanian. 26 November 2013

72

Wawancara dengan Machy Alves, mahasiswa Universitas UPN Veteran Jatim Surabaya, Fakultas Teknik Sipil. 26 November 2013.

73

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan judul di atas maka penulisan akan membedakan dengan kedua penelitian terdahulu oleh karena itu penulisan akan menekankan pada kepetingan Timor Leste

“Diplomasi Timor Leste - Indonesia dalam Penyelesaian Permasalahan Hak Asasi Manusia: dari Multilateral menuju Bilateral” Gusti Ayu Agustina Riski; 105 halaman; jurusan

Perjanjian bilateral yang dibuat antara Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan Republik Demokratik Timor Leste menetapkan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh setiap orang ,

Kemudian peneliti juga memberikan pertanyaan terkait pekerjaan mereka sebagai local staff pada kantor perwakilan Indonesia di Timor Leste yaitu KBRI Dili yang

masyarakat Timor Leste merupakan petani dan Menurut Pomery (bab 8) dalam Hal Hill & Joāo Mariano S aldanha mengatakan bahwa paling tidak terdapat 25%

Data-data dan dokumen tersebut didapatkan dari hasil teknik pengumpulan data yaitu melalui wawancara tidak langsung dengan beberapa narasumber terkait Timor-Leste dan

Kerjasama pada bidang ekonomi baru terjadi pada tahun 2008 dengan MoU yang. ditandatangani yaitu perihal kerjasama pada bidang industri kecil dan

Berdasarkan kesepakatan pemerintah dengan sebuah perusahaan minyak yang beroperasi di Laut Timor, pada tahun 2007, Perpustakaan Nasional Timor Leste diharapkan menjadi investasi