• Tidak ada hasil yang ditemukan

Situs Matesih/Watu Kandang

Dalam dokumen SITUS PRA SEJARAH SANGIRAN kabupaten (Halaman 34-40)

Situs Watu Kandang merupakan situs peninggalan jaman pra sejarah yang terletak di Dukuh Ngasinan Lor, Desa Karangbangun, Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah. Situs tersebut berupa tatanan batu-batu alam yang teratur dan diduga merupakan tinggalan jaman Megalithikum (2500 – 1500 SM).

Orientasi Watu Kandang ini ke arah Barat dan Timur, dimana sebelah timur berhadapan dengan Gunung Lawu, Bangun,dan Ganoman. Maka dari itu bisa disimpulkan batu-batu ini sebagai tempat pemujaan kapada alam semesta terutama menyembah gunung-gunung tersebut. Hal ini menunjukan pada masa itu, orang sudah pempunyai pandangan tertentu terhadap Roh atau Dewa. Mreka muleai mempunyai pandangan hidup yang tidak berhenti setelah orang itu meninggal. Orang yang meninggal dianggap pergi kesuatu tempat yang lebih baik, dan orang yang sudah meninggal masih dapat dihubungi pada orang yang masih hidup didunia ini begitu sebaliknya. dianggap orang yang panting berpengaruh, maka selalu diusahakan agar selalu ada hubungan untuk dimintai nasehat atau perlindungan bila ada kesulitan terhadap kehidupan didunia. Hal ini bisa dilahat terhadap bentuk Watu Kandang yang menyerupai Kubur Batu dan Menhir. Inti kepercayaan itu semua terhadap roh nenek moyang semakin berkembang dari zaman ke zaman, dan secara umum dilakukan oleh setiap masyarakat di dunia.

Upacara yang paling menyolok adalah upacara pada waktu penguburan, terutama bagi mereka yang dianggap terkemuka oleh masyarakat. Pelaksanaan penguburan dilakukan dengan cara langsung maupun tak langsung di tempat yang sering dihubungan dengan asal-usul anggota masyarakat atau tempat-tempat yang sudah dianggap sebagai

tempat tinggal arwah nenek moyang. Si mati biasanya dibekali bermacam-macam barang sehari-hati seperti perhiasan, periuk dan lain-lain, dikubur bersama-sama dengan maksud agar perjalanan si mati ke dunia arwah dan kehidupan selanjutnya akan terjamin sebaik-baiknya. Kematian dipandang tidak membawa perubahan esensiil dalam kedudukan, keadaan ataupun sifat seseorang. Seseorang bermartabat rendah akan rendah juga kedudukannya di akhirat. Dan biasanya hanya orang-orang terkemuka atau yang telah pernah berjasa dalam masyarakat sajalah yang akan mencapai tempat khusus di alam baka. Tapi di pihak lain, jasa, amal atau kebaikan – yaitu bekal untuk mendapatkan tempat khusus di akhirat dapat diperoleh dengan mengadakan pesta-pesta tertentu yang mencapai titik puncaknya dengan mendirikan bangunan-bangunan batu besar (megalitik). Memberi atau menempatkan si mati di dalam tempat yang direka dengan bangunan batu-batu besar, seperti peti batu, mengelilingnya dengan batu-batu besar-tegak dengan hiasan-hiasan berukir maupun lukisan yang melambangkan kehidupan si mati dan masyarakatnya, hal ini akan memberi keuntungan pada kedua belah pihak yaitu yang mati dan yang ditinggalkan. Jadi batu-batu besar demikian menjadi pelindung bagi tingkat budi baik seseorang.

Jadi tradisi pendirian bangunan-bangunan megalitik (mega berarti besar, lithos berarti batu) selalu berdasarkan kepercayaan akan adanya hubungan antara yang hidup dan yang mati, terutama kepercayaan kepada adanya pengaruh kuat dari yang telah mati terhadap kesejahteraan masyarakat dan kesuburan tanaman.

BENTUK DARI WATU KANDANGB

1. Punden Berundak dimana Batu Kadang ini berdiri condong sehingga seperti punden berundakyang biasanya disembah sebagai nenek moyang mereka.

2. Menhir dimana bentuk dari salah satu dari Watu Kandang yang besar dan berdiri tegak seperti tugu, maka bisa diasumsikan bahwa Watu Kandang bisa jadi sebagai Tugu yang menurut mereka suci, dan sebagai tempat pemujaan roh-roh nenek moyang.

3. Dolmen dimana Watu Kandang itu membentuk seperti meja di tengah-tengah Watu Kandangyang lainya, maka bisa diperkirakan sebagai tempat meletakkan sesaji kepada roh nenekmoyangnya. 4. Lumbung Batu yang mana Watu Kandang berbentuk besar dan

disimpulkan salah sutu Wutu Kandang Juga sebagai tempat pengupasan kulit padi.

5. Gerabah dimana ditemukan berbagai manik-manik yang terbuat dari tanah liat disekitar Watu Kandang.

6. Manik juga ditemukan manik-manik kecil yang berbentuk Heksagonal, Tetragonal, Silinder, Cornder.

7. Kubur Batu yaitu kuburan atau tempat letak jenazah karena bentuk Watu Kandang yang membentuk persegi empat dengan ukuran batu dan jarak batu sama dan teratur membentuk

Gambar diatas terlihat batu yang tertata rapi melingkar. batu apabila di amati seperti tempat untuk berkumpul,

BAB V PENUTUP

KESIMPULAN :

Sangiran adalah sebuah situs arkeologi (Situs Manusia Purba)di Jawa, Indonesia. Sangiran terletak di sebelah utara Kota Solodan berjarak sekitar 15 km (tepatnya di desa krikilan, kec Kalijambe, Kab.Sragen). Gapura Situs Sangiran berada di jalur jalan raya Solo–Purwodadi dekat perbatasan antara Gemolong dan Kalioso (Kabupaten Karanganyar). Gapura ini dapat dijadikan penanda untuk menuju Situs Sangiran, Desa Krikilan. Jarak dari gapura situs Sangiran menuju Desa Krikilan ± 5 km. Museum Trinil atau Kepurbakalaan Trinil terletak di dukuh Pilang, desa Kawu, Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Ngawi. Berjarak 14 km dari Kota Ngawi ke arah Barat daya, pada KM 10 jalan Raya Ngawi -Solo ada pertigaan belok ke arah Utara. Dan Sepanjang 3 km perjalanan baru sampailah pada Museum Trinil. Dan Letaknya sendiri di Pinggiran kali Bengawan Solo, dan layaknya situs-situs kepurbakalaan yang ada di tanah

air memang cenderung dipinggiran sungai. Seperti halnya situs Sangiran atau situs sambung macan Sragen juga dibantaran sungai Bengawan solo. SARAN :

Sebagai warga negara yang baik dan khususnya kita sebagaisiswa/siswi harus bisa melestarikan kekayaan budaya baik itu wisata maupun sejarah bangsa. Agar tidak punah oleh waktu. Selain itu kita juga harus bisa menjaganya agar tetap lestari danberkembang. DAFTAR PUSTAKA http://tentangkaranganyar.blogspot.com/ http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Sudrajat,%20S.Pd., %20M.Pd/DIKTAT%20PRASEJARAH%20INDONESIA.pdf http://www.eastjava.com/tourism/ngawi/ina/trinil.html

Dalam dokumen SITUS PRA SEJARAH SANGIRAN kabupaten (Halaman 34-40)

Dokumen terkait