• Tidak ada hasil yang ditemukan

SITUS PRA SEJARAH SANGIRAN kabupaten

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SITUS PRA SEJARAH SANGIRAN kabupaten "

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I kebudayaannya pun masih tergolong sangat sederhana. Mulai dari kehidupan yang berpindah dari tempat satu ke tempat lain untuk mencari sumber makanan (nomaden) , mencari makan dengan berburu dan meramu (food gathering), hidup mengelompok tpi belum mengenal pembagian tugas.

Nah untuk mengetahui secara langsung, Universitas Negeri Surabaya (UNESA) prodi S1 Pendidikan Sejarah melakukan Perkuliahan Luar Kelas (PLK) dengan tujuan Museum Trinil – Candi Sukuh – Museum sangiran – Situs Matesih

1.2 Rumusan Masalah adanya bukti bukti yang ada di lapangan. Dengan begitu mahasiswa lebih mengetahui dan mudah untuk mempelajari tentang sejarah pada masa Pra aksara.

1.4 Manfaat Penelitian

(2)

untuk belajar, mengamati dan meneliti bukti bukti penemuan yang ada, selain itu dengan Perkuliahan Luar Kelas (PLK) dapat memberikan rasa santainya belajar akan tetapi member ilmu yang lebih manfaat dan mudah untuk selalu di ingat oleh mahasiswa. Dengan adanya Perkuliahan Luar Kelas(PLK) mahasiswa dapat mengetahui secara langsung tetang bukti bukti kehidupan dan kebudayaan masa lampau.

BAB II

LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian zaman praaksara

Gambar 1 zaman praaksara

(3)

masyarakatnya sudah mengenal tulisan, sehingga + tahun 4000 bangsa Mesir sudah memasuki zaman sejarah

2.2 Sumber informasi zaman praaksara

Sumber informasi yang dapat digunakan untuk mengetahui kehidupan zaman praaksara:

1. Fosil 2. Artefak

Fosil adalah sisa-sisa makhluk hidup yang telah membatu karena adanya proses kimiawi. Fosil merupakan peninggalan masa lampau yang sudah tertanam ratusan peninggalan masa lampau yang sudah tertanam ratusan bahkan ribuan tahun di dalam tanah.

Contoh fosil antara lain fosil manusia, fosil binatang, fosil pepohonan (tumbuhan).

Gambar2 fosil manusia

Selain fosil yang menjadi sumber Praaksara juga terdapat artefak yaitu peninggalan masa lampau berupa alat kehidupan/hasil budaya yang terbuat dari batu, tulang, kayu dan logam

(4)

2.3 Pembabakan zaman praaksara

1. Pembabakan Zaman Praaksara berdasarkan Geologi Geologi adalah ilmu yang mempelajari bumi secara keseluruhan.

Berdasarkan geologi, terjadinya bumi sampai sekarang dibagi ke dalam empat zaman. Zaman-zaman tersebut merupakan periodisasi atau pembabakan Praaksara yang terdiri dari:

a. ARKAEKUM/zaman tertua

Zaman ini berlangsung kira-kira 2500 juta tahun, pada saat itu kulit bumi masih panas, sehingga tidak ada kehidupan. Dari penjelasan ini tentu Anda ingin bertanya kapan muncul kehidupan? Untuk itu simak uraian berikutnya.

b. PALEOZOIKUM/zaman primer atau zaman hidup tua

Zaman ini berlangsung 340 juta tahun. Makhluk hidup yang muncul pada zaman ini seperti mikro organisme, ikan, ampibi, reptil dan binatang yang tidak bertulang punggung. Untuk lebih mengenal bintang-binatang

tersebut amatilah gambar berikut ini.

Gambar5 ikan tak bertulang belakang

c. MESOZOIKUM/zaman sekunder atau zaman hidup pertengahan Zaman ini berlangsung kira-kira 140 juta tahun. Pada zaman pertengahan ijenis reptil mencapai tingkat yang terbesar sehingga pada zaman ini sering disebut juga dengan zaman reptil. Amati gambar berikut:

(5)

Setelah berakhirnya zaman sekunder ini, maka muncul kehidupan yang lain yaitu jenis burung dan binatang menyusui yang masih rendah sekali tingkatannya. Sedangkan jenis reptilnya mengalami kepunahan.

Selanjutnya berlangsunglah zaman hidup baru d. NEOZOIKUM/zaman hidup baru

Zaman ini dibedakan menjadi 2 zaman, yaitu: 1) Tersier/zaman ketiga

Zaman ini berlangsung sekitar 60 juta tahun. Yang terpenting dari zaman ini ditandai dengan berkembangnya jenis binatang menyusui seperti jenis primat, contohnya kera.

2) Kuartier/zaman keempat

Zaman ini ditandai dengan adanya kehidupan manusia sehingga merupakan zaman terpenting. Dan zaman ini dibagi lagi menjadi dua zaman yaitu yang disebut dengan zaman Pleistocen dan Holocen

2.4 Manusia purba di Indonesia

Manusia yang hidup pada zaman Praaksara sekarang sudah berubah menjadi fosil. Fosil manusia yang ditemukan di Indonesia dalam perkembangan terdiri dari beberapa jenis. Hal ini diketahui dari kedatangan para ahli dari Eropa pada abad ke-19, di mana mereka

tertarik untuk mengadakan penelitian tentang fosil manusia di Indonesia. Penyelidikan fosil manusia selain dilakukan oleh orang-orang eropa, juga dilakukan oleh para ahli dari Indonesia, yaitu seperti Prof. Dr. Sartono, Prof. Dr. teuku Jacob, Dr. Otto Sudarmadji dan Prof. Dr. Soejono.

(6)

a. Meganthropus

Seperti yang telah diuraikan pada materi sebelumnya, Von Koenigswald menemukan tengkorak di Desa Sangiran tahun 1941. Tengkorak yang ditemukan berupa tulang rahang bawah, dan gigi geliginya yang tampak mempunyai batang yang tegap dan geraham yang besar-besar. Dari penemuan tersebut, maka oleh Von Koenigswald diberi nama

Meganthropus Palaeojavanicus yang artinya manusia raksasa tertua dari Pulau Jawa. Fosil tersebut diperkirakan hidupnya antara 20 juta – 15 juta tahun yang lalu, dan berasal dari lapisan Jetis.

b. Pithecanthropus/Homo Erectus

Dengan kedatangan Eugene Dubouis ke Pulau jawa tahun 1890 di Trinil, Ngawi ditemukan tulang rahang, kemudian tahun 1891 bagian tengkorak dan tahun 1892 ditemukan tulang paha kiri setelah disusun hasil

penemuan fosil-fosil tersebut oleh Eugene Dubouis diberi nama

Pithecanthropus Eractus artinya manusia kera yang berjalan tegak. Dan sekarang fosil tersebut dinamakan sebagai Homo Erectus dari Jawa. Homo Erectus hidupnya diperkirakan antara 1,5 juta – 500.000 tahun yang lalu dan berasal dari Pleistocen tengah atau lapisan Trinil

c. Homo Sapiens

Homo Sapiens adalah jenis manusia purba yang memiliki bentuk tubuh yang sama dengan manusia sekarang. Mereka telah memiliki sifat seperti manusia sekarang. Kehidupan mereka sangat sederhana, dan hidupnya mengembara.

Jenis fosil Homo Sapiens yang ditemukan di Indonesia terdiri dari:

1. Fosil manusia yang ditemukan di daerah Ngandong lembah Sungai Bengawan Solo tahun 1931 – 1934. Fosil ini setelah diteliti oleh Von Koenigswald dan Weidenreich diberi nama Homo Sapiend Soloensis (Homo Soloensis).

(7)

2.5 Perkembangan kehidupan zaman praaksara

Berikut ini Anda akan mengikuti paparan perkembangan manusia Indonesia yang hidup pada zaman Praaksara. Kehidupan masyarakat (manusia) pada zaman Praaksara terbagi menjadi 3 periode, yaitu: a. Masa berburu dan mengumpulkan makanan

Pada masa ini secara fisik manusia masih terbatas usahanya dalam menghadapi kondisi alam. Tingkat berpikir manusia yang masih rendah menyebabkan hidupnya berpindah-pindah tempat dan menggantungkan hidupnya kepada alam dengan cara berburu dan mengumpulkan makanan b. Masa bercocok tanam

Pada masa ini kemampuan berpikir manusia mulai berkembang. Sehingga timbul upaya menyiapkan persediaan bahan makanan yang cukup dalam suatu masa tertentu. Dalam upaya tersebut maka manusia bercocok tanam dan tidak lagi tergantung kepada alam.

c. Masa perundagian

Pada masa ini masyarakat sudah mengenal teknik-teknik pengolahan logam. Pengolahan logam memerlukan suatu tempat serta keahlian

(8)

2.6 Peninggalan budaya zaman praaksara 1) Batu Tua/Palaeolithikum

Merupakan suatu masa di mana hasil buatan alat-alat dari batunya masih kasar dan belum diasah/diupam, sehingga bentuknya masih sederhana. Contohnya: kapak genggam

Gambar7 kapak genggam 2) Batu Tengah Madya/Mesolithikum

Merupakan masa peralihan di mana cara pembuatan alat-alat kehidupannya lebih baik dan lebih halus dari zaman batu tua. Contohnya: Pebble/Kapak Sumatera

Gambar 8 kapak perimbas 3) Batu Muda/Neolithikum

Merupakan suatu masa di mana alat-alat kehidupan manusia dibuat dari batu yang sudah dihaluskan, serta bentuknya lebih sempurna dari zaman sebelumnya.

(9)

Gambar9 kapak lonjong

2.7 Kedatangan nenek moyang bangsa Indonesia

Menurut Von Heine Geldern, nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Yunnan, China bagian Selatan.

Kedatangan nenek moyang dari wilayah Yunnan ke wilayah nusantara terbagi dalam dua gelombang yakni:

1. Proto Melayu: tiba di wilayah nusantara kira-kira tahun 2000 SM, mereka membawa kebudayaan Neolithikum. Arah persebaran proto melayu terbagi dalam 2 cabang yakni: Bangsa yang membawa peralatan kapak lonjong (ras papua melanesoid) , datang dari Yunnan melalui Filipina, kemudian menyebar ke Sulawesi Utara, Maluku, bahkan sampai ke Papua. Cabang yang kedua adalah Ras Austronesia, membawa kebudayaan kapak persegi, menyebar melalui Yunnan, Malaya, Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara.

(10)

2. Deutro Melayu: sampai di wilayah Nusantara kira-kira tahun 500 SM, membawa kebudayaan Dongson, wilayah Vietnam bagian utara, benda yang dibawa antara lain: nekara, candrasa, bejana, arca, manik-manik. Alur penyebaran Melayu Muda ini, berawal dari daratan Asia, Thailand, Malaysia Barat, kemudian menyebar ke wilayah Nusantara.

Gambar 11 hasil kebudayaan Dongson (nekara dan moko)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Sumber Data Penelitian

Untuk sumber penelitian kali ini dlakukan dengan pengamatan di

(11)

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Pada teknik pengumpulan data kami melakukan dokumentasi dengan berupa foto dan video. Tak itu saja kami juga mencatat dan merekam penjelasan dari pemandu penelitian dan dosen kami sendiri. setelah pemandu penelitian menjelaskan kami juga mempertanyakan segala sesuatu yang belum jelas atau apabila ada sesuatu yang belum jelas

3.3 Teknik Analisa Data

Dari catatan lapangan dan juga penjelasan dari pemandu penelitin dan juga dosen kami juga mencari data sekunder melalui buku dan juga di internet.

\

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

(12)

4.1Museum Trinil

GAMBAR 12 MUSIUM SANGIRAN

Museum Trinil terletak di Dukuh Pilang, Desa Kawu, Kec. Kedunggalar, Kabupaten Ngawi dengan jarak tempuh sekitar 15 km ke arah barat dari pusat kota Ngawi. Trinil merupakan kawasan di lembah Sungai Bengawan Solo yang menjadi hunian kehidupan purba, tepatnya zaman Plistosen Tengah, kurang lebih 1,5 juta tahun yang lalu yang terdapat di kota Ngawi Situs ini dibangun atas prakarsa dari Prof. Teuku Jacob ahli antropologi dari Universitas Gadjah Mada.. Saat ini Trinil berdiri sebuah museum yang menempati area seluas tiga hektar, dimana koleksinya di antaranya:

 fosil tengkorak Pithecantrophus erectus,

 fosil tulang rahang bawah macan purba (Felis tigris),

 fosil gading dan gigi geraham atas gajah purba (Stegodon trigonocephalus), dan

 fosil tanduk banteng purba (Bibos palaeosondaicus).

(13)

Pada September 1981 Augene Dubois menemukan fosil gigi geraham di permukaan air kali Bengawan Solo.pada Oktober1891 di temukan kembali fosil atap tengkorak.awalnya angene doboes menamainya anthropitichus manusia kera sepertiorang . seperti orang hutan 1892 agust menemukan tulang paha lurus yang artinya manusiaini sudah berdiri tegak sehingga disebut pithecanthropus erectus

Pithecant artinya kera anthropus artinya manusia erectus berdiri tegak sehingga artinya adalah manusia kera yang berdiri tegak. pada tahun 1895 dia kembali ke belanda dengan membawa semua hasilnya yang ditemukan di trinil. Bahkan penemuan pada tahap pertama angene doboes mengumpulkan hasil galianya di museum leiden di belanda.

Untuk penemuan fosil di Indonesia tahap pertama dikumpulkan di museum belanda dan tahap kedua di bawa ke jerman dan tahap ketiga tahun 1953 dibawa ke UCM, dan yang ada di trinil hanya ada tugu peringatan sebagai tombol sejarah bahwa disitulah fosil pithecanthropus erectus ditemukan. Pada tugu, tertulis: P.e. 175m (gambar anak panah), ONO serta di bawahnya tertera 1891/95. Artinya Pithecanthropus erectus (P.e.) ditemukan sekitar 175 meter dari monumen itu, mengikuti arah tanda panah (arah barat daya), pada ekskavasi yang dilakukan dari tahun 1891 hingga 1895.

Gambar13 tugu peringatan

(14)

Karena penemuan itu masih outodok dan akhirnya manusia purba yang ditemuka di trinil dianggap seperti wau-wau raksasa. Akhirnya ditemukan lagi di daerah ngandong , di pacitan ,di india, di afrika, akhirnya manusia itu di adakan lagi bahwa manusia purba itu pithecanthropus trinil adalah temuan manusia purba pertama di Indonesia dan pithecanthropus

adalah manusia pertama dunia javament.

Menginjakkan kaki di halaman museum, wisatawan disambut dengan bangunan gapura museum dengan latar belakang patung gajah purba. Patung gajah ini cukup besar untuk ukuran gajah sekarang, dengan gading yang sangat panjang, dan anatominya lebih mirip Mammoth tetapi tanpa bulu. Selain patung gajah, juga terdapat monumen penemuan Pithecanthropus erectus yang dibuat oleh Dubois. Setelah itu wisatawan bisa menggali informasi lebih jauh dengan melihat koleksi museum yang jumlahnya mencapai 1.200 fosil terdiri dari 130 jenis. Di dalam Museum dipamerkan beberapa replika fosil manusia purba berupa replika Phitecantropus Erectus yang ditemukan di Karang Tengah (Ngawi), Phitecantropus Erectus yang ditemukan di Trinil (Ngawi), serta fosil-fosil yang berasal dari Afrika dan Jerman, yakni Australopithecus Afrinacus dan Homo Neanderthalensis. Kendati hanya berupa replika, namun fosil tersebut dibuat mendekati bentuk aslinya. Sementara fosil-fosil yang asli disimpan di beberapa museum di Belanda dan Jerman.

Di dalam museum pengunjung bisa menyaksikan patung manusia purba serta tulang-tulang manusia purba seperti fosil tengkorak manusia purba (Phitecantropus Erectus Cranium Karang Tengah Ngawi), fosil tengkorak manusia purba (Pithecantropus Erectus Cranium Trinil – Trinil Area), fosil gigi geraham atas gajah (Stegodon Trigonocephalus Upper Molar Trinil Area), fosil tulang paha manusia purba (Phitecantropus Erectus Femur Trinil Area), fosil tanduk kerbau (Bubalus Palaeokerabau Horn Trinil Area), fosil tanduk banteng (Bibos Palaeosondaicus Horn Trinil Area) dan fosil gading gajah purba (Stegodon Trigonocephalus Ivory Trinil Area).

Selain itu terdapat beberapa fosil teng- korak beserta peta sebarannya di seluruh dunia dilengkapi dengan lampu-lampu kecil seperti : Australopithecus Afrinacus Cranium Taung Bostwana Afrika Selatan, Homo Neanderthalensis Cranium Neander Dusseldorf Jerman dan Homo Sapiens Cranium. Yang tak kalah menarikny adalah adanya sebuah tugu tempat penemuan manusia purba. Selain fosil manusia.

(15)

Trigonocephalus). Fosil-fosil hewan ini umumnya lebih besar dan panjang daripada ukuran hewan sekarang. Misalnya saja fosil gading gajah purba yang panjangnya mencapai 3,15 meter—bandingkan dengan gajah sekarang yang panjang gadingnya tak lebih dari 1,5 meter.

Gambar 14 petung manusia purba Yang ada dalam museum

Gambar15 fosil tengkorak homo sapien

(16)

Cikal-bakal Museum Trinil

(17)

merasa ikut bertanggungjawab atas kelestarian tempat itu, dan melanjutkan eksplorasi.

Kehadiran Wirodiharjo di Trinil sangat berarti, karena ia menjadi tempat untuk bertanya bagi para pengunjung tentang fosil di Trinil. Pada awalnya, walaupun tempat tersebut sekarang terkenal sebagai daerah fosil, namun waktu itu tidak satupun fosil ia temukan di Trinil. Untuk itu ia mengumpulkan setiap fosil yang ditemukan warga di Sungai Bengawan Solo dengan cara membeli atau ditukar dengan barang atau beras sesuai permintaan warga. Dari hari ke hari, fosil yang dikumpulkan dari tiga desa, sebelah barat Desa Kawu, sebelah utara Desa Gemarang dan sebelah timur Desa Ngancar semakin bertambah banyak.

Setelah ditinjau oleh Kepala Seksi Kebudayaan Depdikbud Ngawi, Mukiyo, ia mendapat bantuan tiga almari untuk menyimpan fosil-fosil yang terkumpul. Sejak saat itulah, Wirodiharjo terkenal dengan sebutan Wiro Balung, yang berarti Pak Wiro yang suka mengumpulkan tulang (balung-balung).

Pada tahun 1980/1981 Pemprov Jatim mendirikan museum untuk menampung fosil-fosil di atas lahan Wiro Balung yang peresmiannya dilakukan oleh Gubernur Jatim “Soelarso” pada 20 Nopember 1991. Namun sayang, Wiro Balung tidak bisa menyaksikan peiesmian karena dia telah meninggal dunia pada 1 April 1990 akibat kecelakaan. Setelah Wiro Balung meninggal dunia, keahliannya diteruskan anaknya

4.2Candi Sukuh

Candi Sukuh terletak di Dusun Sukuh, Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Provinsi Jawa Tengah. Berada di lereng barat Gunung Lawu pada ketinggian 910 m dpl. Candi Sukuh ditemukan tahun 1815 oleh Johnson pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Raffles. Tahun 1842 van der Vlis membuat sebuah buku berjudul Prote Erner Reschrijten op Soekoeh Tjeto. Tahun 1864-1867 Hoopermans menulis buku berjudul Hindoe Ouiheiden ran Java. Invetarisasi di Candi Sukuh dilakukan oleh Verboek tahun 1889 dilanjutkan oleh Kacbel tahun 1910. Usaha pelestarian Candi Sukuh dilakukan oleh Dinas Purbakala sejak tahun 1917. Komplek Candi Sukuh didirikan pada abad 15 M.

(18)

simbol, antara lain sepasang arca penjaga, arca lembu, gajah, garuda, dan kura-kura, yoni, lingga berbentuk phallus dalam ukuran besar dan kecil, serta lingga berbentuk phallus yang digambarkan berhadapan dengan vagina, penggalan cerita Sudamala, Garudeya, Samudramanthana, pandai besi, dan Nawaruci. Dari artefak yang ditemukan kedua candi itu merupakan candi yang diperuntukan bagi penganut agama Hindu Siwa dalam menjalani upacara diksa.

Denah Candi Sukuh Secara Horizontal dan Vertikal

Candi Sukuh terletak pada ketinggian 910 meter, dan terdiri dari 3 teras yang dibangun pada sebuah lahan miring dengan sudut kemiringan 120. Bangunan candi Sukuh mempunyai konsep triloka yang menghadap ke belakang.

1. Durloka: bagian bumi,

2. Diswarloka: dunia perantara, dan 3. Swarloka bagian tempat para dewa .

Bagian dari candi Sukuh pola halamannya semakin ke

belakang, semakin suci. Keistimewaan candi ini adalah orientasinya menghadap ke gunung dan menghadap ke arah barat. Arah barat timur merupakan arah mata angin bukan arah benda-benda yang dianggap suci yang sering dipakai untuk memperingati roh leluhur dan merupakan orientasi kosmis berasal dari pengaruh India.

(19)

- Teras Pertama

Di Candi Sukuh terdapat pintu gerbang bagian teras yang paling luar, disebut gapura madurasa yang terhubung atapnya. Madurasa artinya rasanya madu. Sedangkan gapura yang tidak menggunakan penghubung disebut bentar. Ada bagian kaki, tubuh, dan atap. Di bagian kaki ada batu penahan dinding yang disebut talut. Dan bagian atapnya terdapat mukakala (wajah dengan mata melotot) yang menjadikan candi ini berbeda dengan candi yang lain.

Bagian atap

Di bagian samping candi ini terdapat sayap kanan dan sayap kiri yang berhias naga dan berhias bhuta. Di bagian Pipi gapura sebelah utara terdapat relief yang melukiskan raksasa sedang menelan orang, diperkirakan sebagai sengkalan memet yang berbunyi gapura bhuta mangan wong = 1359 saka (Musses 1923: 269). Sedangkan pipi gapura sebelah selatan terdapat relief yang melukiskan raksasa sedang

menggigit ekor ular, sebagai angka tahun dalam bentuk gambar

(20)

Bagian tengah anak tangga yang dipagari, terdapat hiasan lingga dan yoni dalam bentuk natural. Lingga berarti asas laki-laki dan yoni berarti asas perempuan. Pertemuan keduanya menghasilkan kehidupan, itu disimbolkan natural. Vulva: kelamin wanita, dan Phallus : alat kelamin laki-laki, Valistik berarti pemujaan lambang kesuburan.

Lingga dan Yoni

- Teras Kedua

(21)

- Teras Ketiga

(22)

Tepat di atas candi utama di bagian tengah terdapat sebuah bujur sangkar yang kelihatannya merupakan tempat menaruh sesajen . Di sini terdapat bekas-bekas kemenyan, dupa dan hio yang dibakar, sehingga terlihat masih sering sebagai tempat pemujaan.

Kemudian pada bagian kiri candi induk terdapat serangkaian relief-relief yang merupakan mitologi utama Candi Sukuh dan telah diidentifikasi sebagai relief cerita Kidung Sudamala. Urutan reliefnya adalah sebagai berikut.

1. Relief Pertama

(23)

menggambarkan Sadewa yang sedang berjongkok dan diikuti oleh seorang punakawan atau pengiring. Berhadapan dengan Sadewa terlihatlah seorang tokoh wanita yaitu Dewi Durga yang juga disertai seorang punakawan.

2. Relief Kedua

Pada relief kedua ini dipahat gambar Dewi Durga yang telah berubah menjadi seorang raksasi (raksasa wanita) yang berwajah mengerikan. Dua orang raksasa mengerikan; Kalantaka dan Kalañjaya menyertai Batari Durga yang sedang murka dan mengancam akan membunuh Sadewa. Kalantaka dan Kalañjaya adalah jelmaan bidadara yang dikutuk karena tidak menghormati Dewa sehingga harus terlahir sebagai para raksasa berwajah buruk. Sadewa terikat pada sebuah pohon dan diancam dibunuh dengan pedang karena tidak mau membebaskan Durga. Di belakangnya terlihat antara lain ada Semar. Terlihat wujud hantu yang melayang-layang dan di atas pohon sebelah kanan ada dua ekor burung hantu. Lukisan mengerikan ini kelihatannya ini merupakan lukisan di hutan Setra Gandamayu (Gandamayit) tempat pembuangan para dewa yang diusir dari sorga karena pelanggaran.

(24)

Pada bagian ini digambarkan bagaimana Sadewa bersama

punakawannya, Semar berhadapan dengan pertapa buta bernama Tambrapetra dan putrinya Ni Padapa di pertapaan Prangalas.

Sadewa akan menyembuhkannya dari kebutaannya. 4. Relief Keempat

Adegan di sebuah taman indah di mana sang Sadewa sedang bercengkerama dengan Tambrapetra dan putrinya Ni Padapa serta seorang punakawan di pertapaan Prangalas. Tambrapetra berterima kasih dan memberikan putrinya kepada Sadewa untuk dinikahinya.

Arca

Berikut ini beberapa arca di Candi Sukuh

(25)

Patung Garuda yang merupakan bagian dari cerita pencarian tirta amerta (air kehidupan) yang terdapat dalam kitab Adiparwa, kitab pertama Mahabharata. Pada bagian ekor sang Garuda terdapat sebuah prasasti yang bertuliskan Jawi Kuno.

Kemudian sebagai bagian dari kisah pencarian amerta tersebut di bagian ini terdapat pula tiga patung kura-kura yang melambangkan bumi dan penjelmaan Dewa Wisnu. Bentuk kura-kura ini menyerupai meja dan terdapat didepan pintu masuk yang ketiga, 2 diantara pintu dan 1 di depan sedikit menjauh, ada kemungkinan memang didesain sebagai tempat menaruh sesajian.

(26)

4.3Museum Sangiran

Sangiran memiliki luas kurang lebih 48 km2 dan sebagian besar berada dalam wilayah administrasi Kecamatan Kalijambe, Kabupaten, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. 17 km sebelah utara kota Surakarta, di lembah Bengawan Solo dan di kaki Gunung Lawu. Ada sebagian yang merupakan bagian dari Kabupaten Karang anyar (kecamatan Gondangrejo). Pada tahun 1977 Sangiran ditetapkan oleh Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia sebagai cagar budaya dan pada tahun 1996 situs ini terdaftar dalam situs Warisan Dunia UNESCO.

Formasi Kalibeng

Gambar di atas adalah sungai kecil purba yang dinamakan Sungai

kalicemoro. Diprediksikan manusia purba dan hewan purba berkumpul di tempat ini karena insting alaminya mencari sumber air untuk

melangsungkan hidupnya seperti salah satunya untuk minum. Terdapat batu napal batu lempung biru yang diendapkan oleh merin , diatas batu napal tadi mengandung moluska-moluska yang bisa hidup dengan

(27)

tersebut disebabkan karena terdapat pembekuan es di kutub. Pembekuan es di kutub itu membutuhkan material air laut dengan pengurangan debit air kedalaman 100 meter. Sehingga air laut yang kedalamannya kurang dari 100 meter maka akan menjadi dangkal, kejadian ini disebut formasi Kalibeng. Air tersebut mengandung gas metana sehingga terdapat

gelembung-gelembung yang kedalamannya belum diprediksikan. Formasi Kabuh

Di formasi kabuh ini sudah menjadi daratan penuh yang banyak mengandung material vulkanik yang terangkut oleh sungai fluvial. 300.000-250.000 tahun yang lalu. Kondisi sangiran bukan rawa tetapi sudah hutan terbuka (open forest) padang rumput yang luas buktinya dengan adanya sedimen yang terangkut ini. Populasi hewan dan manusia purba merasakan kenyaman pada formasi ini karena di formasi ini

merupakan golden age bagi homo erectus, dimana hewan purba disini merebak, yang diikuti manusia yang merebak juga disini sudah ditemukan banyak tumbuhan, sungai dan sumber kehidupan yang lain. Mereka

banyak sekali yang minum di sungai. Sebelum formasi ini, terdapat lapisan greezbank yaitu lapisan material polanik terbentuk material vulkanik, seperti pasir, gamping, dll. Antara pasir dan gamping kalau diaduk menjadi keras dengan kurun waktu 500 ribu yang tahun lalu. Floranya seperti semak, daunnya yang runcing seperti pakis, tumbuhan dikotil, jati, mahoni.

(28)

Di formasi pucangan ini, mengandung lempung hitam dan terdapat moluska-moluska dengan kedalaman 50 meter. Ciri khusus di formasi ini terdapat keong rawa gastropoda. Terdapat fosil moluska-moluska yang kompak disebabkan belum adanya vegetasi. Di formasi pucangan ini didominasi fauna mangrove atau bakau. Semakin keatas akar-akar pohon cenderung tidak mencari makan melainkan air dengan didominasi akar yang panjang-panjang. Kandungan humusnya sedikit. Terdapat kerang yang terbentuk rapi secara horizon, karena mati serentak dikarenakan oleh kejadian alam seperti pengurangan debit air sehingga tidak mampu beradaptasi. Dan bagaikan sampah-sampah yang terbawa arus sungai. Formasi Notopuro

Van Konigswald melakukan penelitian di formasi Notopuro ini untuk menemukan missing linknya Charles Darwin1930-an dan berhasil

menemukan alat serpih dan alat bilah. Hasil karya manusia

paleoantropoginya, biologis, dan arkaelogisnya. Formasi notopuro terletak tidak selaras di atas Formasi Kabuh. Litologi penyusunnya terdiri dari breksi lahar berseling dengan batupasir tufaan dan konglomerat vulkanik. Makin ke atas, sisipan batupasir tufaan makin banyak. Juga terdapat sisipan atau lensa – lensa breksi vulkanik dengan fragmen kerakal, terdiri dari andesit dan batuapung, yuang merupakan ciri khas Formasi

Notopuro. Formasi ini pada umumnya merupakan endapan lahar yang terbentuk pada lingkungan darat, berumur Plistosen Akhir dengan ketebalan mencapai lebih dari 240 meter.

(29)

Salah satu objek wisata menarik di Kabupaten Sragen adalah Museum Sangiran yang berada di dalam kawasan Kubah Sangiran. Kubah tersebut terletak di Depresi Solo, di kaki Gunung Lawu (kurang lebih 17 km dari Kota Solo).

Kehadiran Sangiran merupakan contoh gambaran kehidupan manusia masa lampau karena situs ini merupakan situs fosil manusia purba paling lengkap di Jawa. Luasnya mencapai 56 km2 yang meliputi tiga kecamatan di Kabupaten Sragen, yaitu Kecamatan Gemolong, Kalijambe, dan Plupuh, serta satu kecamatan di Kabupaten Karanganyar, yaitu Kecamatan Gondangrejo.

Sangiran merupakan situs terpenting untuk perkembangan berbagai bidang ilmu pengetahuan terutama untuk penelitian di bidang antropologi, arkeologi, biologi, paleoantropologi, geologi, dan tentu saja untuk bidang kepariwisataan. Keberadaan Situs Sangiran sangat bermanfaat untuk mempelajari kehidupan manusia prasejarah karena situs ini dilengkapi dengan fosil manusia purba, hasil-hasil budaya manusia purba, fosil flora dan fauna purba beserta gambaran stratigrafinya.

Sangiran dilewati oleh sungai yang sangat indah, yaitu Kali Cemoro yang bermuara di Bengawan Solo. Daerah inilah yang mengalami erosi tanah sehingga lapisan tanah yang terbentuk tampak jelas berbeda antara lapisan tanah yang satu dengan lapisan tanah yang lain. Dalam lapisan-lapisan tanah inilah yang hingga sekarang banyak ditemukan fosil-fosil manusia maupun binatang purba.

(30)

Berdasarkan hal tersebut, Situs Sangiran ditetapkan sebagai Warisan Dunia Nomor 593 oleh Komite World Heritage pada saat peringatan ke-20 tahun di Merida, Meksiko.

(31)
(32)

3. Fosil reptilia

(33)

5. Fosil Kayu Dikotil

(34)
(35)

Situs Watu Kandang merupakan situs peninggalan jaman pra sejarah yang terletak di Dukuh Ngasinan Lor, Desa Karangbangun, Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah. Situs tersebut berupa tatanan batu-batu alam yang teratur dan diduga merupakan tinggalan jaman Megalithikum (2500 – 1500 SM).

Orientasi Watu Kandang ini ke arah Barat dan Timur, dimana sebelah timur berhadapan dengan Gunung Lawu, Bangun,dan Ganoman. Maka dari itu bisa disimpulkan batu-batu ini sebagai tempat pemujaan kapada alam semesta terutama menyembah gunung-gunung tersebut. Hal ini menunjukan pada masa itu, orang sudah pempunyai pandangan tertentu terhadap Roh atau Dewa. Mreka muleai mempunyai pandangan hidup yang tidak berhenti setelah orang itu meninggal. Orang yang meninggal dianggap pergi kesuatu tempat yang lebih baik, dan orang yang sudah meninggal masih dapat dihubungi pada orang yang masih hidup didunia ini begitu sebaliknya. dianggap orang yang panting berpengaruh, maka selalu diusahakan agar selalu ada hubungan untuk dimintai nasehat atau perlindungan bila ada kesulitan terhadap kehidupan didunia. Hal ini bisa dilahat terhadap bentuk Watu Kandang yang menyerupai Kubur Batu dan Menhir. Inti kepercayaan itu semua terhadap roh nenek moyang semakin berkembang dari zaman ke zaman, dan secara umum dilakukan oleh setiap masyarakat di dunia.

(36)

tempat tinggal arwah nenek moyang. Si mati biasanya dibekali bermacam-macam barang sehari-hati seperti perhiasan, periuk dan lain-lain, dikubur bersama-sama dengan maksud agar perjalanan si mati ke dunia arwah dan kehidupan selanjutnya akan terjamin sebaik-baiknya. Kematian dipandang tidak membawa perubahan esensiil dalam kedudukan, keadaan ataupun sifat seseorang. Seseorang bermartabat rendah akan rendah juga kedudukannya di akhirat. Dan biasanya hanya orang-orang terkemuka atau yang telah pernah berjasa dalam masyarakat sajalah yang akan mencapai tempat khusus di alam baka. Tapi di pihak lain, jasa, amal atau kebaikan – yaitu bekal untuk mendapatkan tempat khusus di akhirat dapat diperoleh dengan mengadakan pesta-pesta tertentu yang mencapai titik puncaknya dengan mendirikan bangunan-bangunan batu besar (megalitik). Memberi atau menempatkan si mati di dalam tempat yang direka dengan bangunan batu-batu besar, seperti peti batu, mengelilingnya dengan batu-batu besar-tegak dengan hiasan-hiasan berukir maupun lukisan yang melambangkan kehidupan si mati dan masyarakatnya, hal ini akan memberi keuntungan pada kedua belah pihak yaitu yang mati dan yang ditinggalkan. Jadi batu-batu besar demikian menjadi pelindung bagi tingkat budi baik seseorang.

Jadi tradisi pendirian bangunan-bangunan megalitik (mega berarti besar, lithos berarti batu) selalu berdasarkan kepercayaan akan adanya hubungan antara yang hidup dan yang mati, terutama kepercayaan kepada adanya pengaruh kuat dari yang telah mati terhadap kesejahteraan masyarakat dan kesuburan tanaman.

BENTUK DARI WATU KANDANGB

1. Punden Berundak dimana Batu Kadang ini berdiri condong sehingga seperti punden berundakyang biasanya disembah sebagai nenek moyang mereka.

2. Menhir dimana bentuk dari salah satu dari Watu Kandang yang besar dan berdiri tegak seperti tugu, maka bisa diasumsikan bahwa Watu Kandang bisa jadi sebagai Tugu yang menurut mereka suci, dan sebagai tempat pemujaan roh-roh nenek moyang.

3. Dolmen dimana Watu Kandang itu membentuk seperti meja di tengah-tengah Watu Kandangyang lainya, maka bisa diperkirakan sebagai tempat meletakkan sesaji kepada roh nenekmoyangnya. 4. Lumbung Batu yang mana Watu Kandang berbentuk besar dan

(37)

disimpulkan salah sutu Wutu Kandang Juga sebagai tempat pengupasan kulit padi.

5. Gerabah dimana ditemukan berbagai manik-manik yang terbuat dari tanah liat disekitar Watu Kandang.

6. Manik juga ditemukan manik-manik kecil yang berbentuk Heksagonal, Tetragonal, Silinder, Cornder.

7. Kubur Batu yaitu kuburan atau tempat letak jenazah karena bentuk Watu Kandang yang membentuk persegi empat dengan ukuran batu dan jarak batu sama dan teratur membentuk

(38)
(39)

BAB V PENUTUP

KESIMPULAN :

(40)

air memang cenderung dipinggiran sungai. Seperti halnya situs Sangiran atau situs sambung macan Sragen juga dibantaran sungai Bengawan solo. SARAN :

Sebagai warga negara yang baik dan khususnya kita sebagaisiswa/siswi harus bisa melestarikan kekayaan budaya baik itu wisata maupun sejarah bangsa. Agar tidak punah oleh waktu. Selain itu kita juga harus bisa menjaganya agar tetap lestari danberkembang.

DAFTAR PUSTAKA http://tentangkaranganyar.blogspot.com/

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Sudrajat,%20S.Pd., %20M.Pd/DIKTAT%20PRASEJARAH%20INDONESIA.pdf

Gambar

Gambar 1 zaman praaksara
Gambar 8 kapak perimbas
Gambar 10 Hasil budaya proto melayu
Gambar 11 hasil kebudayaan Dongson (nekara dan moko)
+4

Referensi

Dokumen terkait

Masalah fluktuasi harga yang besar dalam jangka pendek. • Dalam jangka pendek

Penelitian ini bertujuan untuk mengertahui Pengaruh Corporate Social Responsibilty Terhadap Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas sebagai variabel moderating pada

Dengan demikian partisipasi mempunyai posisi yang penting dalam pembangunan (Conyers,1991) memberikan tiga alasan utama sangat pentingnya partisipasi masyarakat

peningkatan kemampuan ber-Bahasa Inggris dan kesimpulan akhir penggunaan WhatsApp sebagai media pembelajaran bagi peserta didik.Hasil menunjukkan tingkat respon

https://docs.google.com/document/d/1TEoskkGemp0uquG2 (diakses 25 Juni 2015 Pukul 09:50 AM).. 8 Tidak hanya itu ada pula penyanyi dangdut Any Arlita yang khas dengan suara

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala kasih karuniaNya dan segala berkat yang berlimpah sehingga penulis mendapat

[r]

 Mengumpulkan data dan masalah dihadapi siswa yang berhubungan dengan materi pelajaran eksak, sosial dan seni serta strategi pembelajarannya.