• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

4.9 Skema Alur Penelitian

Analisa kadar ion kalsium dengan SSA pada gelombang 422,7 nm. Preparasi sampel saliva

Sampel dibawa ke Laboratorium Penelitian Farmasi USU

Pengumpulan data Analisa data Kesimpulan

Penentuan subjek sesuai kriteria inklusi dan pengisian kuesioner Subjek mengisi lembaran informed consent

Instruksikan subjek meludah pada pot sampel sebanyak 1 ml setelah selesai mengunyah sirih

BAB 5

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar ion kalsium pada saliva perempuan penyirih di Lingkungan III Kelurahan Padang Bulan. Subjek yang diteliti adalah sebanyak 50 dengan kebiasaan menyirih. Setiap subjek yang diteliti diberikan pertanyaan sesuai dengan isi kuesioner terlebih dahulu dan harus memenuhi beberapa kriteria inklusi, yaitu: perempuan penyirih usia 25-60 tahun, lama kebiasaan menyirih harus lebih dari 5 tahun, frekuensi menyirih harus lebih dari 5 kali/hari, komposisi menyirih harus menggunakan kapur sirih, dan menyirih dengan cara menguyah. Selanjutnya, subjek yang memenuhi kriteria inklusi diminta untuk meludah pada pot sampel sebanyak 1 ml setelah subjek selesai menyirih.

Pot-pot sampel yang telah berisi sampel saliva disimpan dan disusun dalam termos yang berisi es untuk dibawa ke Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU. Sampel saliva dipipet 1ml ke dalam labu ukur 25ml dan dilarutkan dengan

Aquabidest sampai batas garis, lalu dihomogenkan. Larutan sampel disaring dengan

kertas saring ke dalam labu ukur 10ml, lalu homogenkan. Hasil penyaringan dipipet 4ml kedalam labu ukur 25ml dan dilarutkan dengan Aquabidest sampai batas garis. Hasil preparasi sampel di analisa dengan menggunakan dengan SSA pada gelombang 422,7 nm untuk mengetahui kadar ion kalsium pada sampel.

5.1 Karakteristik Umum Subjek Yang diteliti

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka didapatkan beberapa karakteristik umum subjek yang diteliti.

Tabel 1. GAMBARAN KARAKTERISTIK UMUM SUBJEK YANG DITELITI Variabel n % Umur 25-35 tahun 36-45 tahun 46-55 tahun 56-60 tahun 12 17 18 3 24 34 36 6 Pekerjaan Pedagang

Ibu Rumah Tangga

48 2 96 4,0 Pendidikan SMA SMP Tidak bersekolah/SD 16 23 11 32 46 22 Total 50 100

Berdasarkan tabel 1, maka dapat dideskripsikan beberapa karakterisitk umum sebagai berikut. Umur perempuan penyirih dengan frekuensi terbanyak adalah pada kelompok umur 46-55 tahun sebanyak 18 orang (36,0%) dan umur perempuan penyirih dengan frekuensi yang paling sedikit adalah pada kelompok 56-60 sebanyak 3 orang (6,0%).

Berdasarkan pekerjaan, sebagian besar subjek yang diteliti adalah pedagang sebanyak 48 orang (96,0%) dan yang paling sedikit adalah Ibu rumah tangga sebanyak 2 orang (4,0%). Tingkat pendidikan yang paling umum adalah SMP sebanyak 23 orang (46,0%) dan yang paling jarang adalah tidak bersekolah dan SD sebanyak 11 orang (22,0%).

Tabel 2. GAMBARAN VARIABEL PENELITIAN

Variabel Penelitian n %

Komposisi Menyirih

Daun sirih, pinang, gambir, kapur, tembakau Lainnya 50 - 100 - Cara Menyirih Mengunyah Ditumbuk 50 - 100 -

Alasan Menyirih Pikiran

Pengobatan

Adat istiadat dan isi waktu luang

18 16 16 36 32 32 Umur Pertama Kali Menyirih (tahun)

<20 20-30 31-40 >41 8 18 21 3 16 36 42 6 Lama Kebiasaan Menyirih (tahun)

5-9 10-14 15-20 >21 15 18 9 8 30 36 18 16 Frekuensi Menyirih (kali/hari)

5-9 10-14 15-20 >21 13 17 18 2 26 34 36 4 Wawasan Perempuan Penyirih Mengenai Efek

Mengunyah Sirih Baik

Gigi Kuat

Pikiran Jadi Nyaman Gabungan

Nafas Wangi Buruk

Gigi Hitam dan biaya mahal

48 24 15 6 1 2 2 96 48 30 12 2 4 4 Aktivitas Setelah Menyirih

Berkumur dengan air Tidak melakukan apapun

30 20

60 40 Frekuensi Menyikat Gigi (kali/hari)

2 1 47 3 94 6 Frekuensi Mengkonsumsi Susu Secara Rutin

Tidak rutin Rutin 44 6 88 12 Total 50 100

Berdasarkan tabel 2, Komposisi menyirih yang paling umum digunakan adalah daun sirih, pinang, gambir, kapur, dan tembakau 50 orang (100%). Cara menyirih yang umum adalah dengan cara mengunyah 50 orang (100%). Alasan menyirih yang terbanyak disebabkan oleh pikiran 18 orang (36,0%) dan yang paling sedikit adalah adat istiadat dan isi waktu luang 8 orang, 8 orang (16,0%).

Umur pertama kali menyirih yang paling banyak frekuensinya adalah umur 31-40 sebanyak 21 orang (42,0%) dan yang paling sedikit adalah umur >41 sebanyak 3 orang (6,0%). Lama kebiasaan menyirih (tahun) terbanyak adalah 10-14 sebanyak 18 orang (36,0%) dan yang paling sedikit adalah >21 sebanyak 8 orang (16,0%). Frekuensi menyirih (kali/hari) terbanyak adalah 15-20 sebanyak 18 orang (36,0%) dan yang paling sedikit >21 sebanyak 2 orang (4,0%). Wawasan perempuan penyirih mengenai efek mengunyah sirih adalah yang menyatakan memiliki efek baik 48 orang (96,0%) dengan alasan gigi kuat 24 orang (48,0%), pikiran jadi nyaman 15 orang (30,0%), gabungan dari beberapa alasan 6 orang (12%) dan nafas wangi 1 orang (2,0%) dan yang menyatakan memiliki efek buruk 2 orang 4 orang (4,0%) dengan alasan gigi hitam dan biaya mahal.

Aktivitas setelah menyirih yang paling sering dilakukan adalah berkumur dengan air sebanyak 30 orang (60,0%) dan yang paling sedikit adalah tidak melakukan apapun sebanyak 20 orang (40,0%). Frekuensi menyikat gigi yang paling banyak dilakukan subjek yang diteliti adalah sebanyak 2 kali/hari sebanyak 47 orang (94,0%) dan yang paling sedikit adalah sebanyak 1 kali sehari sebanyak 3 orang (6,0%). Frekuensi mengkonsumsi susu secara rutin yang terbanyak adalah tidak secara rutin sebanyak 44 orang (88,0%) dan yang paling sedikit adalah secara rutin sebanyak 6 orang (12,0%).

5.2 Hasil Pengukuran Kadar Ion Kalsium Saliva Perempuan Penyirih Di Lingkungan III Kelurahan Padang Bulan

Hasil penelitian menunjukkan kadar ion kalsium saliva perempuan penyirih di lingkungan III Padang Bulan. Dari 50 orang penyirih, sebanyak 50 orang (100%) ditemukan kadar ion kalsium pada saliva perempuan penyirih setelah mengunyah sirih lebih tinggi dari kadar ion kalsium normal pada saliva (tabel pada lampiran).

5.3 Hasil Perhitungan Nilai Rata-Rata Kadar Ion Kalsium Berdasarkan Lama Kebiasaan Menyirih

Tabel 3. NILAI RATA-RATA KADAR ION KALSIUM BERDASARKAN LAMA KEBIASAAN MENYIRIH No Lama Menyirih (Tahun) Mean ± SD (mmol/L) Asymp.Sig 1. 5-16 9,302 ±3,289 0,001 2. 17-26 11,982 ±2,621 3. 27-36 14,592 ±1,864 4. 37-46 15,190 ± 0,608 Signifikan p < 0,05

Tabel 3 menunjukkan nilai rata-rata kadar ion kalsium pada saliva perempuan penyirih di lingkungan III Kelurahan Padang Bulan berdasarkan lama kebiasaan menyirih, menunjukkan hubungan yang signifikan (p < 0,05) H0 ditolak.

Gambar 3. Grafik nilai rata-rata kadar ion kalsium berdasarkan lama kebiasaan menyirih di lingkungan III Kelurahan Padang Bulan

Gambar 3 menunjukkan pengaruh lama kebiasaan menyirih terhadap kadar ion kalsium pada saliva penyirih. Semakin lama kebiasaan menyirih maka kadar ion kalsium semakin tinggi.

K ada r Ion K als iu m X y

5.4 Hasil Perhitungan Nilai Rata-Rata Kadar Ion Kalsium Berdasarkan Frekuensi Menyirih

Tabel 4. NILAI RATA-RATA KADAR ION KALSIUM BERDASARKAN FREKUENSI KEBIASAAN MENYIRIH

No Frekuensi Menyirih (kali/hari) Mean ± SD (mmol/L) Asymp.Sig 1. 5-18 9,326 ± 3,70 0,002 2. 19-30 12,453 ± 2,05 Signifikan p < 0,05

Tabel 4 menunjukkan nilai rata-rata kadar ion kalsium pada saliva perempuan penyirih di lingkungan III Kelurahan Padang Bulan berdasarkan frekuensi menyirih, menunjukkan hubungan yang signifikan (p < 0,05) H0 ditolak.

Gambar 4. Grafik nilai rata-rata kadar ion kalsium berdasarkan frekuensi menyirih di lingkungan III Kelurahan Padang Bulan

Gambar 4 menunjukkan pengaruh frekuensi dalam sehari menyirih terhadap kadar ion kalsium pada saliva penyirih. Semakin lama frekuensi menyirih maka kadar ion kalsium semakin tinggi.

X y K ada r Ion K als iu m

5.5 Hasil Analisis Regresi Linier Ganda Lama dan Frekeuensi Kebiasaan Menyirih Terhadap Kadar Ion Kalsium

Tabel 5. LAMA DAN FREKUENSI KEBIASAAN MENYIRIH DENGAN KADAR ION KALSIUM

Variabel N B Sig r Lama (Tahun) 50 0,181 0,001* O,63 13,74±9,754 Frekuensi (kali/hari) 50 0,132 0,043* 12,88±6,775 Constant 6,212

Uji Regresi linier ganda, signifikan p < 0,05 Keterangan :

Y = Persamaan garis linier a = Constanta

b1 b

= Koefesien untuk lama kebiasaan menyirih 2

x

= Koefesien untuk frekuensi kebiasaan menyirih 1

x

= lama kebiasaan menyirih (tahun) 2

Gambar 5 dan 6 menunjukkan grafik regresi linier variabel lama kebiasaan (tahun) dan frekuensi menyirih (kali/hari) terhadap kadar ion kalsium pada saliva perempuan menyirih di Lingkungan III Kelurahan Padang Bulan Medan. Semakin bertambah lama kebiasaan dan frekuensi menyirih maka kadar ion kalsium semakin tinggi.

= frekuensi menyirih (kali/hari)

Gambar 5. Grafik regresi linier variabel lama kebiasaan menyirih (tahun) terhadap kadar ion kalsium

Gambar 6. Grafik regresi linier variabel frekuensi menyirih (kali/hari) terhadap kadar ion kalsium

BAB 6

PEMBAHASAN

Kadar ion kalsium dapat dianalisa dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA).31,32

Hubungan lama kebiasaan dan frekuensi menyirih dengan kadar ion kalsium diuji secara statistik dengan menggunakan regresi linier ganda, dengan tingkat kemaknaan yang diinginkan adalah p < 0,05.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar ion kalsium dan untuk mengetahui hubungan antara lama kebiasaan menyirih dan frekuensi menyirih terhadap kadar ion kalsium saliva perempuan penyirih di lingkungan III Kelurahan Padang Bulan.

6.1 Karakterisitik Umum Perempuan Penyirih Di Lingkungan III Kelurahan Padang Bulan

Berdasarkan tabel 1, dapat dilihat karakteristik umum penyirih seperti: umur, pekerjaan, pendidikan. Bila dibandingkan dengan penelitian Natamiharja L, frekuensi terbanyak dari umur penyirih adalah 15-19 tahun dan 30-34 tahun.7 Menurut pekerjaan hasil penelitian ini berbeda bila dibandingkan dengan penelitian lain yang menemukan kebanyakan pekerjaan dari subjek yang diteliti adalah petani.19 Ini disebabkan para penyirih yang bertani mulai memperdagangkan hasil pertaniannya sendiri di pasar, sehingga mereka lebih condong menjawab pedagang sebagai pekerjaan utamanya. Tingkat pendidikan berbeda pada penelitian Hasibuan S, sebagaian besar subjek penelitian latar belakang pendidikannya adalah tamat SD.19

Berdasarkan tabel 2 cara menyirih yang digunakan adalah dengan mengunyah dimulai dengan memilih beberapa lembar daun sirih (1-3 lembar) yang sudah diolesi dengan kapur yang berbentuk pasta digunakan untuk membungkus potongan-Hal ini penting diketahui para tenaga kesehatan agar dapat merencanakan langkah-langkah yang tepat dalam program penyuluhan sesuai dengan latar belakang pendidikan dan pekerjaan.

potongan biji buah pinang dan gambir, lalu ramuan ini dikunyah. Sambil menyirih, semua penyirih membersihkan gigi dan mulut bagian depan dengan gumpalann tembakau. Gumpalan tersebut digeser-geserkan perlahan dan berulang-ulang tanpa membiarkan tembakau tersebut berada lama-lama didalam mulut.19 Di Papua New Guinea, kegiatan ini dilakukan dengan mengunyah biji pinang terlebih dahulu untuk beberapa saat lalu diikuti dengan mengunyah sirih, baik batang atau kelopaknya dengan sidikit kapur.

Alasan menyirih yang terbanyak disebabkan oleh pikiran, karena adanya kandungan arekolin dalam biji buah pinang, yaitu suatu senyawa ester metil-tetrahidrometil-nikotinat yang bersifat kolinergik. Selain itu hasil hidrolisa kapur pada arekolin akan menghasilkan arekaidin, suatu stimulan sistem syaraf pusat, yang bersama dengan daun sirih menghasilkan euphoria ringan.

7

Menurut lama kebiasaan menyirih hasil ini sesuai dengan penelitian Natamiharja L, dimana subjek memiliki kebiasaan menyirih >10 tahun.

13,17,19

7

Frekuensi menyirih bila dibandingkan dengan penelitian Natamiharja L hampir sama dimana subjek memiliki kebiasaan mengunyah sirih dengan frekuensi >10 kali/hari.

Wawasan perempuan penyirih mengenai efek menyirih yang dirasakan penyirih pada penelitian ini yang terbanyak adalah berpendapat menyirih memiliki efek baik diantaranya ada yang berpendapat; Gigi kuat

,

Kalsium pada saliva berperan penting dalam proses remineralisasi enamel gigi dan dentin.

7

15,16

Menurut Lingappa A dkk, bahan-bahan yang digunakan dalam menyirih dapat mengurangi tingkat karies antara lain; meningkatkan sistem buffer saliva, pH saliva yang tinggi dari kapur sirih pada penyirih dapat menetralkan pembentukan asam, efek dari ion kalsium dapat menghambat pelepasan enamel.6,17; Pikiran jadi nyaman dan nafas wangi, menurut Lingappa A dkk, efek lain dari menyirih seperti nafas segar dan menghasilkan stimulus pada sistem saraf pusat sehingga menghasilkan efek nyaman pada pengguna.6,11 Tetapi, kebiasaan menyirih sudah menjadi kebiasaan bahkan kecanduan bagi penyirih sehingga menyebabkan efek buruk pada penyirih, bukan hanya pada rongga mulut tetapi dapat berdampak sistemik.6 Efek samping bervariasi mulai dari masalah yang kurang serius seperti pewarnaan gigi dan mukosa mulut sampai

masalah yang serius, menurut Nair UJ dkk adanya pembentukan oksigen reaktif

(Reactive Oxygen Species) akibat kapur sirih yang ditambahkan pada komposisi

menyirih buah pinang dan gambir yang dapat menyebabkan kerusakan oksidatif pada DNA sel mukosa bukal penyirih dan menyebabkan kanker rongga mulut.

Berdasarkan penelitian Chatrchaiwiwatana S, kebiasaan menyirih berhubungan dengan meningkatnya periodontitis dan kehilangan gigi. Menyirih dapat menyebabkan kerusakan jaringan periodontal karena adanya efek kolinergik dan kalsium dari komposisi menyirih dalam saliva yang mengalami hipersalivasi dan menyebabkan deposit kalkulus kemudian kerusakan jaringan gingiva dan membran periodontal.

19,23,24

17

Berdasarkan penelitian Sah N dkk, meningkatnya kelompok periodontitis memiliki hubungan yang signifikan dengan tingginya kalsium pada saliva.

Berkumur dengan air minum dipilih sebagai persentase terbanyak disebabkan cara ini lebih mudah dan cepat membersihkan rongga mulut dari ampas-ampas bekas menyirih bila dibandingkan dengan menyikat gigi. Saat penelitian terlihat bahwa kebanyakan para penyirih ini selalu menyediakan botol air minum saat beraktivitas. Frekuensi mengkonsumsi susu yang dijumpai pada penelitian ini adalah tidak rutin karena sebagaian besar subjek pada penelitian ini tidak mampu untuk membeli susu dan sebagian subjek tidak sempat untuk minum susu secara rutin karena pekerjaannya sebagai pedagang.

3

Menyirih dapat menyebabkan iritasi dan hiperplasia mukosa oral.22 Kapur sirih dapat bereaksi sebagai iritan, menyebabkan meningkatnya proliferasi sel dari mukosa oral.20 Mengunyah campuran sirih juga dapat menyebabkan trauma lokal dan luka pada mukosa oral karena sifat abrasifnya.

6.2 Kadar Ion Kalsium Pada Saliva Perempuan Penyirih Di Lingkungan III Kelurahan Padang Bulan

23

Penelitian mengenai kadar ion kalsium pada saliva perempuan penyirih ini merupakan penelitian pertama yang dilakukan di lingkungan III Kelurahan Padang Bulan, Sumatera Utara. Dari hasil penelitian menunjukkan kadar ion kalsium pada saliva tinggi setelah mengunyah sirih sebanyak 50 orang (100%). Hasil ini sesuai

dengan penelitian Khan GJ dkk menunjukkan adanya hubungan signifikan terhadap tingginya konsentrasi kalsium pada saliva penyirih dengan kebiasaan menyirih.2 Menurut Ginayah M dkk, kadar ion kalsium normal pada saliva adalah 1-1,4 mmol/l.1

Dari hasil penelitian ditemukan kadar ion kalsium mulai dari 2,18 mmol- 16,48 mmol/l. Bila dianalisis dari lama kebiasaan menyirih, pada subjek dengan kadar ion kalsium 2,18 mmol/l adalah dengan lama kebiasaan menyirih 5 tahun. Pada subjek dengan kadar ion kalsium 16,48 mmol/l adalah dengan lama kebiasaan menyirih 19 tahun.

Jika dianalisis dari frekuensi menyirih, pada subjek dengan kadar ion kalsium 2,18 mmol/l adalah dengan frekuensi menyirih 5 kali/hari. Pada subjek dengan kadar ion kalsium 16,48 mmol/l adalah dengan frekuensi menyirih 10 kali/hari.

Tingginya kadar ion kalsium pada semua subjek saliva perempuan penyirih pada penelitian ini disebabkan oleh pada penyirih salah satu komponen utamanya adalah kapur (Ca(OH)2) dan pada saat mengunyah sirih kapur dapat terakumulasi dalam gingiva dan pada interdental penyirih yang dapat mengalir dengan saliva (Khan GJ dkk).2 Kalsium diserap dalam duodenum dalam bentuk terionisasi. Saat mengunyah sirih kapur sirih ikut tertelan bersama saliva, sehingga asupan kadar ion kalsium akan mencapai hingga 52 mmol/hari. Untuk menentukan nilai kadar ion kalsium harus dibandingkan dengan asupan kalsium per hari dan absorbsi normal per hari.

Tingginya kadar ion kalsium pada saliva perempuan penyirih pada subjek yang diteliti juga dipengaruhi oleh jenis kapur sirih yang digunakan berbeda dengan penyirih lainnya, karena saat penelitian ini ditemukan beberapa subjek penyirih menggunakan jenis kapur sirih yang berbeda-beda seperti kapur berbentuk pasta, ada yang berbentuk serbuk kapur, dan kapur sirih yang sudah diolah terlebih dahulu yaitu dicampur dengan gambir menjadi serbuk. Sehingga dapat dijadikan salah satu saran untuk penelitian selanjutnya agar mengklasifikasikan jenis kapur sirih yang digunakan setiap penyirih.

18

Tingginya kadar ion kalsium pada saliva menyebabkan, kalsium pada saliva dengan mudah diambil oleh plak dan kalkulus yang terbentuk akan menjadi retensi

perlekatan plak dan bakteri. Iritasi yang lama dari mikroba akan memicu terjadinya inflamasi dan gingivitis serta tidak hanya dianggap sebagai penyebab periodontitis tetapi juga secara signifikan berkaitan dengan kesehatan gigi.3,13 Berdasarkan penelitian (Sah N dkk. 2012) menunjukkan bahwa meningkatnya kelompok periodontitis memiliki hubungan yang signifikan dengan tingginya kalsium pada saliva penyirih.

Kapur sirih yang ditambahkan pada komposisi menyirih buah pinang dan gambir akan menyebabkan pembentukan oksigen reaktif (Reactive Oxygen Species = ROS) berbentuk superoxide anion (O

3

2-), hydroxy radical (OH•), dan hydrogen

peroxide (H2O2). Penelitian Nair UJ dkk, menunjukkan bahwa Calsium Hydroxide

yang berasal dari kapur sirih dicampur dengan pinang berperan penting dalam pembentukan ROS yang dapat menyebabkan kerusakan oksidatif pada DNA sel mukosa bukal pengunyah sirih.23,

Konsentrasi ROS akan meningkat di rongga mulut penyirih segera setelah pinang bersama dengan kapur larut dalam saliva. Hal ini dapat mengakibatkan pembentukan ROS pada mukosa bukal, merusak enzim sebagai pelindung rongga mulut dan dengan demikian menyebabkan kerusakan langsung ke jaringan.

24,25

23

6.3 Hubungan lama kebiasaan menyirih dengan kadar ion kalsium

Tabel 3 berdasarkan lama kebiasaan menyirih kadar ion kalsium pada saliva perempuan penyirih di lingkungan III Kelurahan Padang menunjukkan hubungan yang signifikan (p < 0,05) H0 ditolak. Hipotesa penelitian diterima, yang artinya semakin lama kebiasaan menyirih maka kadar ion kalsium semakin tinggi. Pada hasil penelitian ini ditemukan lama kebiasaan mulai dari 5 tahun sampai 46 tahun dengan kadar ion kalsium pada saliva penyirih semakin tinggi.

6.4 Hubungan frekuensi menyirih dengan kadar ion kalsium

Tabel 4 berdasarkan frekuensi menyirih kadar ion kalsium pada saliva perempuan penyirih di lingkungan III Kelurahan Padang Bulan Medan menunjukkan hubungan yang signifikan (p < 0,05) H0 ditolak. Hipotesa penelitian diterima, yang

artinya semakin lama frekuensi menyirih dalam sehari maka kadar ion kalsium semakin menigkat. Pada hasil penelitian ini ditemukan frekuensi menyirih mulai dari 5 tahun sampai 30 tahun dengan kadar ion kalsium pada saliva penyirih semakin tinggi.

Hasil uji Regresi linier ganda (tabel 5) menyatakan bahwa kedua variabel penelitian yaitu, lama menyirih (p = 0,001) dan frekuensi kebiasaan menyirih (p = 0,043) terhadap kadar ion kalsium terdapat hubungan yang signifikan (p < 0,05) yang dalam hal ini (H0

Y = a + b

ditolak). Pada penelitian ini hipotesa penelitian diterima, yang artinya menyirih dapat menyebabkan tingginya kadar ion kalsium pada saliva dan tergantung kepada lama dan frekuensi kebiasaan menyirih. Korelasi derajat kepercayaan dari kedua variabel tersebut adalah 63%, artinya kadar ion kalsium pada saliva penyirih dipengaruhi oleh lama kebiasaan menyirih dan frekuensi menyirih sebesar 63%. Dari hasil tersebut dapat dibuat persamaan regresi linier:

1x1 + b2x

= 6,212 + 0,181 (lama) + 0,132 (frekuensi) 2

Dapat disimpulkan bahwa dengan bertambahnya lama kebiasaan menyirih sebesar 0,181 dan frekuensi menyirih sebesar 0,132 sehingga menghasilkan kadar ion kalsium sekian pada saliva penyirih. Contoh pada subjek penelitian satu pada tabel 2:

Y = a + b1x1 + b2x

= 6,212 + 0,181 (10) + 0,132 (15) 2

= 10,002 mmol

Dapat disimpulkan bahwa pada subjek penelitian satu dengan lama kebiasaan menyirih selama 10 tahun dan frekuensi menyirih sebanyak 15 kali/hari maka kadar ion kalsium pada saliva penyirih tersebut adalah 10,002 mmol. Dari hasil penelitian ini menunjukkan, bertambahnya lama kebisaan dan frekuensi menyirih dapat menyebabkan kadar ion kalsium pada saliva penyirih semakin tinggi.

Penelitian ini memiliki kekurangan disebabkan penelitian ini tidak menghitung berat setiap masing-masing komposisi menyirih yang mungkin berpengaruh terhadap kadar ion kalsium. Pemeriksaan oral hygiene secara klinis dan

memeriksa diet juga tidak dilakukan sebelum pengambilan sampel saliva setelah mengunyah sirih, sehingga penelitian ini belum begitu lengkap.

Berdasarkan penemuan tingginya kadar ion kalsium pada saliva perempuan penyirih di lingkungan III Kelurahan Padang Bulan, tidak dapat disimpulkan bahwa semua penyirih akan mengalami kanker rongga mulut, seperti yang diungkapkan beberapa peneliti. Hal ini disebabkan karena kanker rongga mulut bukan hanya disebabkan satu faktor, seperti meningkatnya konsentrasi ROS (Reactive Oxygen Species) akibat mengkonsumsi kapur sirih dan bahan-bahan lainnya,24,25,26 melainkan multi faktor, seperti: melemahnya kemampuan untuk memetabolisme bahan-bahan karsinogenik, melemahnya kemampuan untuk memperbaiki DNA yang dirusak oleh mutagen dan rusaknya sistem imun tubuh.

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah kadar ion kalsium tinggi pada saliva perempuan penyirih di Lingkungan III Kelurahan Padang Bulan dan ada hubungan antara lama kebiasaan dan frekuensi menyirih dengan kadar ion kalsium pada saliva perempuan penyirih setelah mengunyah sirih di Lingkungan III Kelurahan Padang Bulan (p < 0,05). Sehingga menunujukkan semakin lama kebiasaan menyirih dan frekuensi menyirih dalam sehari maka semakin meningkat kadar ion kalsium pada saliva penyirih.

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

1. Kadar ion kalsium pada saliva 50 orang perempuan penyirih di Lingkungan III Kelurahan Padang Bulan Medan lebih tinggi dari kadar ion kalsium normal pada saliva.

2. Ada hubungan yang signifikan (p < 0,05) antara lama kebiasaan menyirih dengan kadar ion kalsium pada saliva perempuan penyirih di Lingkungan III Kelurahan Padang Bulan.

3. Ada hubungan yang signifikan (p < 0,05) antara frekuensi menyirih dengan kadar ion kalsium pada saliva perempuan penyirih di Lingkungan III Kelurahan Padang Bulan.

7.2 Saran

Perlu penelitian lebih lanjut mengenai kadar ion kalsium pada saliva penyirih, termasuk bahan-bahan dalam menyirih yang menyebabkan meningkatnya kadar ion kalsium dan jenis kapur sirih yang digunakan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ginayah M, Sanusi H. Hiperkalsemia. CDK. 2011: 38(3): 191-4.

2. Khan GJ, Mehmood R, salah ud din, Marwat FM, Ihtesham ul haq, Jamil ur rehman. Secretion of calcium in the saliva of long term tobacco users. J Ayub Med Col Abbottabad 2005; 17(4): 1-3.

3. Sah N, More SP, Bhutani H. Estimation and comparision of salivary calcium levels in healthy subjects and patients with gingivitis and periodontitis: a cross-sectional biochemical study.AOSR. 2012: 2(1): 13-6

4. Vasu S. Betel Chewing. 5 May 1999.

<http://infopedia.nl.sg/articles/SIP_883_2004-12-17.html> . 27 Oktober 2011.

5. Valdes CO. Betel chewing in the Philippines. Oktober 2004.

2011.

6. Lingappa A, Nappalli D, GP Sujatha, Prasad SS. Areca nut to chew or not to chew. e Journal of dentistry 2011; 1(3): 46-50.

7. Natamiharja L, sama R. Kebiasaan mengunyah sirih dan hubungannya dengan indeks penyakit periodontal pada wanita di kecamatan Lau Baleng Kabupaten Karo. Dentika Dental Journal 2004; 9(2): 84-90.

8. Rooney DF. Betel chewing in south east asia. Centre National de la Recherche Scientifique 1995; 2-4.

9. Rooban T, Misrha G, Elizabeth J, Ranganathan K, Saraswathi TR. Effect of habitual arecanut chewing on resting whole mouth salivary flow rate and pH. Indian J Med Sci 2006; 60(3): 95-105

10.Reddy MS, Naik SR, Bagga Op, Chuttani HK. Effect of chronic tobacco betel lime quid chewing on human salivary secretions. Am J Clin Nutr 1980; 33(1): 77-80.

11.

12.Parmar G, Sangwan P, Vashi P, Kulkarni P, Kumar S. Effect of chewing a

Dokumen terkait