• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kadar Ion Kalsium Pada Saliva Perempuan Penyirih Di Lingkungan III Kelurahan Padang Bulan Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kadar Ion Kalsium Pada Saliva Perempuan Penyirih Di Lingkungan III Kelurahan Padang Bulan Medan"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

KADAR ION KALSIUM PADA SALIVA PEREMPUAN PENYIRIH DI LINGKUNGAN III KELURAHAN

PADANG BULAN MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

LESTARI PUTRI JUITA NIM : 080600001

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Fakultas Kedokteran Gigi Bagian Biologi Oral Tahun 2012

Lestari Putri Juita

Kadar Ion Kalsium Pada Saliva Perempuan Penyirih Di Lingkungan III Kelurahan Padang Bulan Medan

xi+41 halaman

Pada penyirih salah satu komponen utamanya adalah kapur (Ca(OH)2

Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik observational dengan rancangan penelitian cross-sectional. Jumlah sampel 50 orang dengan kebiasaan menyirih. Saliva dikumpul pada pot sampel sebanyak 1 ml setelah selesai mengunyah sirih. Analisa kadar ion kalsium pada saliva dilakukan dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA). Data dianalisis dengan uji regresi linier ganda.

) dan pada saat mengunyah sirih kapur dapat terakumulasi dalam gingiva dan pada interdental penyirih yang dapat mengalir dengan saliva. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar ion kalsium pada saliva perempuan penyirih di Lingkungan III Kelurahan Padang Bulan Medan, mengetahui hubungan antara lama kebiasaan menyirih dengan kadar ion kalsium pada saliva perempuan penyirih dan mengetahui hubungan antara frekuensi menyirih dengan kadar ion kalsium pada saliva perempuan penyirih.

Hasil penelitian menunjukkan 50 orang penyirih diperoleh 100% kadar ion kalsium tinggi pada saliva perempuan penyirih. Analisa statistik menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara lama kebiasaan menyirih dan frekuensi menyirih dengan kadar ion kalsium pada saliva.

(3)

hubungan yang signifikan (p < 0,05) antara frekuensi menyirih dengan kadar ion kalsium pada saliva perempuan penyirih di lingkungan III Kelurahan Padang Bulan Medan.

(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji.

Medan, ………….2012

Pembimbing : Tanda tangan

(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan tim penguji

TIM PENGUJI

KETUA : Lisna Unita R, drg., M.kes ANGGOTA : 1. Rehulina Ginting, drg., MSi

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Dalam penulisan skripsi ini penulis telah banyak mendapat bimbingan dan pengarahan serta bantuan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Lisna Unita R, drg., Mkes selaku dosen pembimbing yang telah begitu banyak meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

2. Rehulina Ginting, drg., MSi selaku Ketua Departemen di Departemen Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang banyak memberi masukan untuk membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

3. Prof. Nazruddin, drg. , sp.Ort., Ph.D selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

4. Seluruh staf pengajar dan pegawai Departemen Biologi Oral FKG USU drg. Hj.Minasari Nasution, drg.Yendriwati, M.Kes, Dr.drg. Ameta Primasari, MdSc. M.Kes, drg.Yumi Lindawati yang telah mendidik, membimbing, dan membantu penulis selama menuntut ilmu di masa pendidikan.

5. Mustika Furi, selaku operator yang membantu penelitian di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU.

6. Dra. Maya Fitria M.Kes., yang telah memberikan waktu dan bimbingan dalam penentuan sampel dan pengolahan data.

(7)

semangat, nasehat, kesabaran, doa, kasih sayang dan dukungan baik moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Abangda Nikite Pratama, adinda Ulla Athiyah K dan Sahabat-sahabat penulis Nabila, Aprilia, Yudha, Carissa, Dian, Dara, Betary, Elyza, Fransiska, Hana, Marlina, Zovi, Dharma, Hanum, Dennis, yang telah memberikan semangat sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam penulisan skripsi ini dan penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menghasilkan karya yang lebih baik lagi di kemudian hari.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga hasil karya atau skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan masyarakat.

Medan,……….. 2012 Penulis,

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR GRAFIK ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 2

1.4 Manfaat Penelitian ... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ion Kalsium Dalam Saliva ... 3

2.1.1 Manfaat Kalsium ... 3

2.1.2 Meningkatnya Kadar Ion Kalsium Pada Penyirih... 4

2.1.3 Dampak Meningkatnya Kadar Ion Kalsium Pada Rongga Mulut ... 4

2.2 Komposisi Menyirih ... 4

2.2.1 Cara Mengunyah Sirih ... 5

2.3 Gambaran Klinis Kebiasaan Menyirih Di Rongga Mulut 5

(9)

2.5 Pembentukan ROS Di Rongga Mulut ... 7

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESA PENELITIAN 3.1 Kerangka Teori ... 13

3.2 Kerangka Konsep ... 14

3.3 Hipotesa Penelitian ... 15

(10)

BAB 5 HASIL PENELITIAN

5.1 Karakteristik Umum Subjek yang Diteliti ... 23 5.2 Hasil Pengukuran Kadar Ion Kalsium Pada Saliva Perempuan

Penyirih di Lingkungan III Kelurahan Padang Bulan ... 26 5.3 Hasil Analisis Regresi Linier Lama Kebiasaan Menyirih

Terhadap Kadar Ion Kalsium... 27 5.4 Hasil Analisis Regresi Linier Frekuensi Menyirih

Terhadap Kadar Ion Kalsium... 28 5.5 Hasil Analisis Regresi Linier Lama dan Frekuensi

Menyirih Terhadap Kadar Ion Kalsium... 29

BAB 6 PEMBAHASAN

6.1 Karakteristik Umum Perempuan Penyirih di Lingkungan III

Kelurahan Padang Bulan ... 31 6.1 Kadar Ion Kalsium Pada Saliva Perempuan Penyirih di

Lingkungan III Kelurahan Padang Bulan ... 33 6.1 Hubungan Lama Kebiasaan Menyirih Dengan Kadar Ion

Kalsium ... 35 6.2 Hubungan Frekuensi Menyirih Dengan Kadar Ion Kalsium 36 BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Gambaran karakteristik umum subjek yang diteliti ……….... 24 2. Gambaran variabel penelitian…………....………. 24 3. Nilai rata-rata kadar ion kalsium berdasarkan lama kebiasaan

menyirih………..……… 27 4. Nilai rata-rata kadar ion kalsium berdasarkan frekuensi menyirih 28 5. Lama dan frekuensi kebiasaan menyirih dengan kadar ion

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(13)

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

1. Grafik nilai rata-rata kadar ion kalsium berdasarkan lama kebiasaan menyirih di lingkungan III Kelurahan Padang Bulan ………... 27 2. Grafik nilai rata-rata kadar ion kalsium berdasarkan frekuensi

menyirih di lingkungan III Kelurahan Padang Bulan ………... 28 3. Grafik regresi linier variabel lama kebiasaan menyirih (tahun) terhadap

kadar ion kalsium……….……….……….……… 29 4. Grafik regresi linier variabel frekuensi menyirih (kali/hari) terhadap

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Skema Penelitian 2. Kerangka Teori 3. Kuesioner

4. Informed Consent

5. Ethical Clearance

6. Surat Telah Selesai Penelitian Di Lingkungan III Kelurahan Padang Bulan 7. Hasil Perhitungan Kadar Ion Kalsium Pada Saliva Perempuan Penyirih 8. Hasil Analisa Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kalsium merupakan salah satu komponen elektrolit di dalam saliva yang terdapat dalam bentuk ion. Kadar normal kalsium saliva adalah 1-1,4 mmol/l.1 Pada penyirih salah satu komponen utamanya adalah kapur (Ca(OH)2) dan pada saat mengunyah sirih kapur dapat terakumulasi dalam gingiva dan pada interdental penyirih yang dapat mengalir dengan saliva. Penelitian Ghullam Jillani Khan dkk (2005) menunjukkan ada hubungan signifikan terhadap meningkatnya konsentrasi kalsium antara saliva penyirih dengan tidak penyirih.2 Berdasarkan penelitian (Sah N dkk. 2012) menunjukkan bahwa meningkatnya kelompok periodontitis memiliki hubungan yang signifikan dengan tingginya kalsium pada saliva.

Kebiasaan mengunyah sirih berasal dari Benua Asia terutama India dan menyebar ke Asia Tenggara tepatnya di China, Vietnam, Myanmar, Thailand, Kamboja, Malaysia, Sumatera, dan Bali.

3

4,5

Kebiasaan ini digunakan sebagai makanan, obat, tujuan sosial dan keagamaan.6

Cara dan komposisi menyirih yang paling umum dilakukan oleh penduduk Asia Tenggara adalah dengan mengolesi kapur sirih (Kalsium Hidroksida) dan meletakkan satu dari dua bahan dasar yaitu tembakau atau beberapa potongan kecil buah pinang (Areca catechu), dan gambir di atas lembaran daun sirih (Piper betle

leaves). Kemudian daun sirih dilipat seperti membungkus hadiah untuk mendapatkan

bentuk dan ukuran yang menggumpal, dan terakhir gumpalan tadi dimasukkan ke dalam mulut di antara gigi dan pipi, kemudian dikunyah. Terkadang gumpalan ini dibiarkan berada di dalam mulut selama beberapa jam, bahkan beberapa orang membiarkannya berada di dalam mulut saat tidur.

Mengunyah sirih membutuhkan kekuatan mastikasi, sehingga mengaktifkan sekresi dan meningkatkan laju alir saliva,

6,7,8

(16)

Kegiatan mengunyah sirih melalui beberapa penelitian diketahui dapat menimbulkan kelainan serta efek negatif terhadap mukosa oral, jaringan periodontal serta berpengaruh juga secara sistemik. Jika dikonsumsi sebelum makan kebiasaan mengunyah sirih dapat menyebabkan nafsu makan berkurang, sensasi terbakar dalam perut, diare, stomatitis, glossitis, pharyngitis, mual.4,7,11 Penelitian Parmar G dkk (2008) kasus periodontitis, lesi pada gingiva dan resesi gingiva yang diamati secara klinis lebih tinggi pada penyirih dari pada tidak menyirih.

Berdasarkan hal di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai peningkatan kadar ion kalsium pada saliva perempuan penyirih di Kelurahan Padang Bulan Medan.

12

1.2Perumusan masalah

Dari uraian di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Berapa kadar ion kalsium pada saliva perempuan penyirih di Lingkungan III Kelurahan Padang Bulan Medan?

2. Apakah ada hubungan antara lama kebiasaan dan frekuensi menyirih dengan kadar ion kalsium pada saliva perempuan penyirih di Lingkungan III Kelurahan Padang Bulan Medan?

1.3Tujuan penelitian

1. Untuk mengetahui kadar ion kalsium pada saliva perempuan penyirih di Lingkungan III Kelurahan Padang Bulan Medan.

2. Untuk mengetahui hubungan antara lama kebiasaan dan frekuensi menyirih dengan kadar ion kalsium pada saliva perempuan penyirih di Lingkungan III Kelurahan Padang Bulan Medan.

1.4Manfaat penelitian

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Ion Kalsium Dalam Saliva.

Kalsium merupakan salah satu komponen elektrolit di dalam saliva yang terdapat dalam bentuk ion.13 Saliva merupakan cairan kompleks yang dihasilkan oleh kelenjar saliva yang beperan penting dalam menjaga kesehatan rongga mulut.14 Kadar normal ion kalsium pada saliva adalah 4-5,6 mg/dL (1-1,4 mmol/L). Dikatakan hiperkalsemia ringan jika kadar kalsium 1,43-2 mmol/L. Hiperkalsemia sedang jika kadar kalsium > 3,5 mmol/L.1 Kadar ion kalsium dapat dipengaruhi oleh; jenis kelenjar, sebagian besar kalsium saliva berasal dari kelenjar submandibularis; ritme biologis, kadar kalsium saliva pada pagi dini hari menurun; stimulus, dalam keadaan tanpa stimulasi sebagian besar whole saliva berasal dari kelenjar submandibularis, sedangkan dalam keadaan terstimulasi sebagian besar berasal dari kelenjar parotis; laju alir saliva, merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kadar komponen saliva; penyakit-penyakit sistemik.

2.1.1 Manfaat Kalsium 13

Kalsium pada saliva berperan penting dalam proses remineralisasi enamel gigi dan dentin.15,16 Ion kalsium berperan penting dalam fisiologi intraseluler maupun ekstraseluler. Ion kalsium intraseluler merupakan regulator penting terhadap fungsi sel, antara lain proses kontraksi otot, sekresi hormon, metabolisme glikogen dan pembelahan sel. Salah satu mekanisme patofisiologi yang berkontribusi yaitu peningkatan absorbsi kalsium dari traktus gastrointestinal.

Menyirih salah satu komponen utamanya adalah kapur sirih (Ca(OH)2), efek kalsium dari kapur sirih dapat menghambat rusaknya struktur enamel, berkurangnya gigi karies karena meningkatkan buffer saliva, tingginya pH kapur sirih dapat menetralkan pembentukan asam, tingginya fluoride pada komponen meyirih.

1

(18)

2.1.2 Meningkatnya Kadar Ion Kalsium Pada Penyirih

Pada penyirih salah satu komponen utamanya adalah kapur (Ca(OH)2) dan pada saat mengunyah sirih kapur dapat terakumulasi dalam gingiva dan pada interdental penyirih yang dapat mengalir dengan saliva. Penelitian Ghullam Jillani Khan dkk (2005) menunjukkan ada hubungan signifikan terhadap meningkatnya konsentrasi kalsium antara saliva penyirih dengan tidak penyirih.2

Kalsium diserap dalam duodenum dalam bentuk terionisasi. Saat mengunyah sirih, kapur sirih ikut tertelan bersama saliva, sehingga asupan kadar ion kalsium akan mencapai hingga 52 mmol/hari. Untuk menentukan nilai kadar ion kalsium harus dibandingkan dengan asupan kalsium per hari dan absorbsi normal per hari. Tingkat absorbsi yang lebih tinggi dapat menyebabkan hiperkalsiuria.

2.1.3 Dampak Meningkatnya Kadar Ion Kalsium Pada Rongga Mulut 18

Interaksi antara plak dan saliva mempunyai peranan penting dalam mineralisasi plak, karena saliva merupakan sumber utama ion anorganik kalsium yang berperan membantu proses kalkulus. Hal ini disebabkan, kalsium pada saliva dengan mudah diambil oleh plak dan kalkulus yang terbentuk akan menjadi retensi perlekatan plak dan bakteri. Iritasi yang lama dari mikroba akan memicu terjadinya inflamasi dan gingivitis serta tidak hanya dianggap sebagai penyebab periodontitis tetapi juga secara signifikan berkaitan dengan kesehatan gigi.3,13 Berdasarkan penelitian (Sah N dkk. 2012) menunjukkan bahwa meningkatnya kelompok periodontitis memiliki hubungan yang signifikan dengan tingginya kalsium pada saliva.3

2.2Komposisi Menyirih

Mengunyah sirih menggunakan tiga jenis campuran bahan yang berbeda yaitu, pinang (Areca catechu), daun sirih (Piper betle) dan kapur (Calsium

hydroxide).4,5 Dengan komposisi tambahan lainnya terutama rempah-rempah yaitu,

(19)

Gambar 1. Komposisi menyirih5

Jika biji pinang, daun sirih, kapur dan gambir dikunyah bersama, senyawa tersebut menghasilkan warna kemerahan yang merupakan tanda khas dari menyirih dan ini dapat mewarnai stuktur rongga mulut. Selain itu, senyawa tersebut juga akan meningkatkan stimulasi saliva dan mengurangi rasa lapar.

2.2.1 Cara Mengunyah Sirih

19

(20)

2.3 Gambaran Klinis Kebiasaan Menyirih Di Rongga Mulut

Kebiasaan menyirih ditandai dengan perubahan warna merah kecoklatan pada mukosa oral. Perubahan warna ini sering disertai dengan kerak yang berasal dari komponen menyirih yang tidak mudah dihapus dan dengan kecendrungan deskuamasi dan mengelupas.21

Menyirih dapat menyebabkan iritasi dan hiperplasia mukosa oral.22 Kapur dapat bereaksi sebagai iritan, menyebabkan meningkatnya proliferasi sel dari mukosa oral.19 Mengunyah campuran sirih juga dapat menyebabkan trauma lokal dan luka pada mukosa oral karena sifat abrasifnya.23

2.4 Kapur Sirih Sebagai Bahan Karsinogenik

Di Asia Tenggara, Taiwan dan Papua New Guinea, mengunyah sirih “quid”

(campuran daun sirih, pinang, gambir dan kapur) dengan atau tanpa tembakau diklasifikasikan sebagai bahan karsinogenik dan menyebabkan kanker rongga mulut, penyakit mukosa oral seperti leukoplakia, Oral submucous fibrosis (OSF).

Kapur diperoleh dengan cara membakar deposit-deposit dari galian batu kapur

(Calsium carbonat/CaCO3) atau dengan membakar substansi seperti kerang dan batu

karang. Apabila dibakar dengan suhu tertentu kapur akan mengeluarkan gas yang disebut Carbon dioxide (CO2) dan menjadi Calsium oxide (CaO) dari Calsium carbonate. Calsium oxide ini jika dicampur dengan sedikit air akan mengembang dan menghasilkan Calsium hydroxide serta pelepasan panas. Sebagai komponen menyirih, kapur digunakan dalam bentuk bubuk yang halus dan dalam bentuk pasta.

19,23

Kapur sirih yang ditambahkan pada komposisi menyirih buah pinang dan gambir akan menyebabkan pembentukan oksigen reaktif (Reactive Oxygen Species = ROS) berbentuk superoxide anion (O

8,19

2-), hydroxy radical (OH•), dan hydrogen

peroxide (H2O2). Penelitian Nair UJ dkk, menunjukkan bahwa Calsium Hydroxide

(21)

2.5 Pembentukan ROS Di Rongga Mulut

Mengunyah sirih quid dengan tembakau telah ditetapkan sebagai faktor etiologi utama dalam tingginya insiden kanker rongga mulut di India dan beberapa negara lainnya di benua Asia lainnya. ROS telah terbukti dapat menginduksi oksidatif dan kerusakan kromosom yang dapat terlibat dalam beberapa tahapan proses karsinogenik pada mukosa oral.

Konsentrasi ROS akan meningkat di rongga mulut penyirih segera setelah pinang bersama dengan kapur larut dalam saliva. Hal ini dapat mengakibatkan pembentukan ROS pada mukosa bukal, merusak enzim sebagai pelindung rongga mulut dan dengan demikian menyebabkan kerusakan langsung ke jaringan.

25

Pembentukan ROS dapat juga menyebabkan proliferasi sel, sel penuaan atau apoptosis. Selama paparan kronis, peristiwa ini dapat menyebabkan lesi preneoplastik di rongga mulut dan selanjutnya menjadi maligna.

23

23

2.6 Efek Buruk Kebiasaan Menyirih. 2.6.1 Penyakit Ginjal Kronis.

Mengunyah sirih dikaitkan dengan peningkatan produksi Reactive oxygen species dan mediator inflamasi yang dapat berpotensi menyebabkan kerusakan ginjal tepatnya glomerulus dan meningkatkan UAER (Urinary Albumin Excretion Rate). Menyirih dapat memberi efek simpatomitetik yang dapat meningkatkan tekanan darah yang menyebabkan UAER meningkat.26 Dapat disimpulkan bahwa, penambahan Calcium hydroxide dalam menyirih adalah penyebab utama terhadap penyakit batu kemih pada penyirih.27 Di Taiwan menyirih berhubungan dengan meningkatnya UAER dan albuminuria.26 Berdasarkan penelitian Chang W menunjukkan bahwa, seseorang dengan kebiasaan menyirih memiliki risiko tinggi terhadap penyakit ginjal kronis.28

(22)

Berdasarkan penelitian, kebiasaan menyirih berhubungan dengan periodontitis dan kehilangan gigi. Menyirih memiliki efek berbahaya pada jaringan periodontal, karena kebiasaan menyirih dapat menyebakan kerusakan jaringan periodontal dan kalkulus sehingga dapat menyebabkan kerusakan jaringan gingiva dan membran peiodontal.

Berdasarkan penelitian Chatrchaiwiwatana S, keparahan periodontitis meningkat pada kebiasaan menyirih dari pada tidak menyirih.

17

17

Berdasarkan penelitian Parmar G dkk, kasus periodontitis, lesi pada gingiva dan resesi gingiva yang diamati secra klinis lebih tinggi pada penyirih dari pada tidak menyirih.12 Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hartati Suproyo terlihat bahwa persentase keparahan penyakit periodontal cukup tinggi pada mereka yang mempunyai kebiasaan mengunyah sirih dibandingkan dengan tidak mengunyah sirih.

Selain itu, menyirih menyebabkan berkurangnya gigi karies karena meningkatkan buffer saliva, tingginya pH kapur sirih menetralkan pembentukan asam, efek kalsium dari kapur sirih dapat menghambat rusaknya struktur enamel, tingginya fluoride pada komponen meyirih.

7

2.7.2 Oral submucous fibrosis (OSF) 17

Mengunyah sirih quid adalah penyebab utama Oral Leukoplakia (OL) dan

Oral submucous fibrosis (OSF) (C-H Lee et al., 2003). Risikonya dapat meningkat

dengan frekuensi kebiasaan menyirih seperti sebelumnya di Pakistan, India, Taiwan dan China (Mehta et al, 1981; Maher dkk, 1994; Tang et al, 1997; Shiu et al, 2000).

Oral submucous fibrosis merupakan lesi premaligna pada mukosa rongga

mulut yang diakibatkan oleh mengunyah campuran sirih. Ciri khas dari Oral

submucous fibrosis adalah fibrosis pada mukosa lamina propria, submukosa dan

sering meluas hingga ke bagian muskulus yang mengakibatkan terbentuknya jaringan fibrous yang bertambah padat.

20

Penelitian Hazare et al., 1988, pengunyah sirih memiliki risiko lebih tinggi terhadap OSF dibandingkan dengan tidak menyirih. Selain itu, frekuensi mengunyah sirih berhubungan langsung dengan OSF (Shah dan Sharma, 1988). OSF banyak

(23)

terdapat pada orang yang mengkonsumsi quid, tembakau atau kombinasi dari beberapa bahan tersebut, dengan atau tanpa sirih selama ≥ 5 tahun dari pada penyirih yang mengkonsumsi dalam jangka waktu lebih pendek. OSF bukanlah penyakit terbatas pada rongga mulut saja, tetapi kerongkongan juga dapat terlibat dalam sekitar dua pertiga penderita.

2.7.3 Oral Leukoplakia (OL) 23

Risiko kanker rongga mulut dan Oral leukoplakia (OL) relatif lebih tinggi terjadi pada pengunyah sirih quid dengan tembakau dari pada pengunyah sirih quid

tanpa tembakau (Gupta et al, 1982). OL dan OSF adalah lesi prekanker klinis berbeda yang mendahului perkembangan kanker rongga mulut. Kanker rongga mulut merupakan salah satu penyebab utama kematian di Taiwan sejak 1982.

OL didefinisikan sebagai bercak putih atau plak predominan pada mukosa oral yang tidak dapat dikarateristikkan secara klinis maupun patologis sebagai suatu penyakit dan tidak dikaitkan dengan bahan kimia lain kecuali tembakau.

20

23

2.8 Metode Untuk Menghitung Kadar Ion Kalsium Dalam Saliva. 2.8.1 Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)

Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) adalah suatu alat yang digunakan pada metode analisis untuk penentuan unsur-unsur logam, pengukurannya berdasarkan penyerapan cahaya dengan panjang gelombang tertentu oleh atom logam dalam keadaan bebas (Skoog et al., 2000).

30,31

(24)

Analisa sampel dilakukan melalui pengukuran absorbansi. Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya Spektrofotometri Serapan Atom (SSA).

Sebuah sampel cairan biasanya berubah menjadi gas atom melalui tiga langkah :

a. Desolvation (pengeringan ): larutan pelarut menguap dan sampel kering. b. Penguapan : sampel padat berubah menjadi gas

c. Atomisasi : senyawa berbentuk gas berubah menjadi atom bebas.

Cara kerja SSA berdasarkan atas penguapan larutan sampel, kemudian logam yang terkandung didalamnya diubah menjadi atom bebas. Atom tersebut mengasorbsi radiasi dari sumber cahaya yang dipancarkan dari lampu katoda yang mengandung unsur yang akan ditentukan. Banyaknya penyerapan radiasi kemudian diukur pada panjang gelombang tertentu menurut jenis logamnya.

Gas dari panas mengalir ke dalam pembakaran sehingga menarik cairan ke dalam tabung dari ruang sampel. Cairan ini diubah dimana ion mengalami atomisasi. Atom menyerap cahaya dari sumber. Analisis kuantitatif ini dapat dicapai dengan kadar serapan larutan dengan konsentrasi yang diketahui. Kurva kalibrasi dan persamaan garis dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi berdasarkan serapannya. Warna nyala pada unsur logam berbeda-beda pada kalsium warna nyala merah.

(25)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

Pada penyirih salah satu komponen utamanya adalah kapur (Ca(OH)2). Saat mengunyah sirih kapur dapat terakumulasi dalam gingiva dan pada interdental penyirih yang dapat mengalir dengan saliva. Penelitian Ghullam Jillani Khan dkk (2005) menunjukkan adanya hubungan signifikan terhadap meningkatnya konsentrasi kalsium antara saliva penyirih dengan tidak penyirih.2 Kalsium diserap dalam duodenum dalam bentuk terionisasi. Saat mengunyah sirih kapur sirih ikut tertelan bersama saliva, sehingga asupan kadar ion kalsium meningkat.

Kalsium pada saliva berperan penting dalam proses remineralisasi enamel gigi dan dentin.

18

15,16

Menyirih menyebabkan berkurangnya gigi karies karena meningkatkan buffer saliva, tingginya PH kapur sirih menetralkan pembentukan asam, efek kalsium dari kapur sirih dapat menghambat rusaknya struktur enamel, tingginya fluoride pada komponen meyirih.

Interaksi antara plak dan saliva mempunyai peranan penting dalam mineralisasi plak, karena saliva merupakan sumber utama ion anorganik kalsium yang berperan membantu proses kalkulus. Hal ini disebabkan, kalsium pada saliva dengan mudah diambil oleh plak dan kalkulus yang terbentuk akan menjadi retensi perlekatan plak dan bakteri. Iritasi yang lama dari mikroba akan memicu terjadinya inflamasi dan gingivitis serta tidak hanya dianggap sebagai penyebab periodontitis tetapi juga secara signifikan berkaitan dengan kesehatan gigi.

17

Kapur sirih yang ditambahkan pada komposisi menyirih buah pinang dan gambir akan menyebabkan pembentukan oksigen reaktif (Reactive Oxygen Species = ROS) berbentuk superoxide anion (O

3,13

2-), hydroxy radical (OH•), dan hydrogen

peroxide (H2O2). Penelitian Nair UJ dkk, menunjukkan bahwa Calsium Hydroxide

(26)
(27)

3.1 Kerangka Teori

- Regulator penting terhadap fungsi sel, kontraksi otot, sekresi hormon.

- Kerusakan oksidatif DNA sel - Apoptosis sel

(28)

3.2 Kerangka Konsep

Perempuan Menyirih

• Daun sirih • Pinang • Gambir • Tembakau • KAPUR SIRIH

Kapur sirih Ca(OH)2 (Kalsium Hidroksida)

Kapur terakumulasi dalam gingiva dan interdental

Dapat tertelan bersama saliva

Kalsium diserap dalam duodenum

Kadar ion kalsium ↑↑

(29)

3.2 Hipotesis

1. Kadar ion kalsium tinggi pada saliva perempuan penyirih di Lingkungan III Kelurahan Padang Bulan Medan.

2. Ada hubungan antara lama kebiasaan menyirih menyirih terhadap kadar ion kalsium pada saliva perempuan penyirih di Lingkungan III Kelurahan Padang Bulan Medan.

(30)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik observational. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross-sectional.

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian ini dilakukan di :

1. Lingkungan III Kelurahan Padang Bulan 2. Laboratorium Penelitian Farmasi USU Waktu penelitian :

Bulan Mei sampai bulan Juni 2012.

4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah perempuan penyirih di Lingkungan III Kelurahan Padang Bulan

4.3.2 Sampel

(31)

4.3.2.1 Besar Sampel

Perhitungan besar sampel pada penelitian ini menggunakan rumus, yaitu :

Keterangan: n = banyak sampel

α = level of significant = 5% = 1,96 β = power of test = 10% = 1,282 σ2

µ

= variance 0-µa

Berdasarkan perhitungan di atas diketahui bahwa jumlah sampel adalah 50 orang.

= 10% (ditentukan oleh peneliti)

4.4 Kriteria Sampel 4.4.1 Kriteria inklusi :

1. Subjek bersedia untuk berpartisipasi. 2. Perempuan penyirih

3. Usia 25-60 tahun.

4. Frekuensi menyirih ≥ 5 kali per hari. 5. Lama kebiasaan menyirih ≥ 5 tahun.

6. Komposisi menyirih menggunakan kapur sirih.

4.4.2 Kriteria eksklusi : 1. Penyakit sistemik.

(32)

4.4.3 Variabel Penelitian

4.5 Definisi Operasional

a. Saliva perempuan penyirih adalah saliva yang dihasilkan oleh kelenjar saliva perempuan penyirih dengan kebiasaan menyirih menggunakan kapur sirih.

b. Lama kebiasaan menyirih adalah kondisi yang menunjukkan lamanya seseorang melakukan kebiasaan menyirih dimulai dari waktu pertama kali sampai saat penelitian dilakukan (dalam tahun).

c. Frekuensi menyirih adalah kondisi yang menunjukkan beberapa kali seseorang menyirih dalam satu hari.

e. Berat komposisi sirih adalah jumlah berat setiap bahan maupun ramuan yang digunakan saat menyirih.

d. Kadar ion kalsium pada saliva adalah jumlah kadar ion kalsium yang terdapat pada saliva.

Variabel Bebas

• Saliva perempuan penyirih setelah mengunyah sirih.

Variabel Tergantung • Kadar ion kalsium pada

saliva. Variabel Terkendali

• Perempuan penyirih dengan menggunakan kapur sirih di Kelurahan Padang Bulan Medan.

• Usia 25-60 tahun.

• Frekuensi menyirih ≥ 5 kali per hari. • Lama kebiasaan menyirih ≥ 5 tahun.

Variabel Tidak Terkendali • Berat komposisi sirih

(33)

f. Perempuan penyirih dengan menggunakan kapur sirih adalah perempuan penyirih yang memilki kebiasaan menyirih dengan komponen utama adalah kapur sirih dan komponen lainnya daun sirih, gambir, pinang, tembakau.

4.6 Alat dan Bahan Penelitian 4.6.1 Alat-alat :

1. Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) 2. Pot/wadah sampel

3. Label pot/wadah sampel 4. Termos tempat sampel 5. Labu Ukur 10 ml, 25 ml 6. Corong

7. Kertas saring 8. Spuit 5 cc

9. Beaker glass 250 ml dan 500 ml 10.Pipet Tetes

4.6.2 Bahan: 1. Es batu

2. Saliva perempuan penyirih 3. Larutan Aquabidest

4.7 Prosedur Penelitian 4.7.1 Pengisian Kuesioner

Pemilihan subjek dilakukan melalui wawancara langsung mengenai data pribadi dengan bantuan kuesioner. Kemudian subjek diminta mengisi lembar

informed consent dan diberikan pengarahan mengenai prosedur penelitian yang

(34)

4.7.2 Pengumpulan Saliva

Pengumpulan saliva sesuai kriteria dilakukan dengan metode spitting. Subjek diinstruksikan untuk meludah ke pot sampel dan saliva ditampung setelah subjek selesai menyirih.

4.7.3 Persiapan Sampel Saliva

Sampel saliva dikumpulkan dalam pot sampel dan diberi label. Pot sampel dimasukkan dan disusun dalam termos yang berisi es batu. Analisa kadar ion Kalsium dilakukan di Laboratorium Penelitian Farmasi USU.

4.7.4 Analisa Kuantitatif Kalsium dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)

a. Penentuan Linieritas Kurva Kalibrasi Larutan Baku Kalsium

Larutan baku kalsium (1000 µg/ml) dipipet sebanyak 1 ml dan dimasukkan kedalam labu takar 100 ml lalu diencerkan dengan Aquabidest hingga garis tanda. Dari larutan tersebut (10 µg/ml) dipipet 2,5; 5; 7,5; 10; 12,5 ml, masing-masing dimasukkan kedalam labu takar 25 ml dan diencerkan dengan Aquabidest sampai garis tanda dan diperoleh larutan berkonsentrasi 1, 2, 3, 4, 5 µg/ml. Larutan tersebut diukur dengan SSA pada panjang gelombang absorbansi maksimum 422.7 nm dan dibuat kurva kalibrasi untuk larutan standar kalsium.

b. Analisis Kalsium dan Sampel

(35)
(36)

4.8 Analisa Data Penelitian

Data yang telah diperoleh dilakukan analisis data dengan menggunakan sistem SPSS versi 17. Gambaran statistik meliputi rata-rata, standar deviasi, jumlah dan persentase digunakan untuk menjelaskan kadar ion kalsium pada saliva perempuan penyirih di lingkungan III kelurahan Padang Bulan. Hubungan lama kebiasaan dan frekuensi menyirih diuji dengan uji statistik regresi linier ganda. Derajat kepercayaan diperkirakan 95%. Signifikan statistik diperoleh jika nilai p < 0,05.

4.9 Skema Alur Penelitian

Analisa kadar ion kalsium dengan SSA pada gelombang 422,7 nm. Preparasi sampel saliva

Sampel dibawa ke Laboratorium Penelitian Farmasi USU

Pengumpulan data Analisa data Kesimpulan

Penentuan subjek sesuai kriteria inklusi dan pengisian kuesioner Subjek mengisi lembaran informed consent

(37)

BAB 5

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar ion kalsium pada saliva perempuan penyirih di Lingkungan III Kelurahan Padang Bulan. Subjek yang diteliti adalah sebanyak 50 dengan kebiasaan menyirih. Setiap subjek yang diteliti diberikan pertanyaan sesuai dengan isi kuesioner terlebih dahulu dan harus memenuhi beberapa kriteria inklusi, yaitu: perempuan penyirih usia 25-60 tahun, lama kebiasaan menyirih harus lebih dari 5 tahun, frekuensi menyirih harus lebih dari 5 kali/hari, komposisi menyirih harus menggunakan kapur sirih, dan menyirih dengan cara menguyah. Selanjutnya, subjek yang memenuhi kriteria inklusi diminta untuk meludah pada pot sampel sebanyak 1 ml setelah subjek selesai menyirih.

Pot-pot sampel yang telah berisi sampel saliva disimpan dan disusun dalam termos yang berisi es untuk dibawa ke Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU. Sampel saliva dipipet 1ml ke dalam labu ukur 25ml dan dilarutkan dengan

Aquabidest sampai batas garis, lalu dihomogenkan. Larutan sampel disaring dengan

kertas saring ke dalam labu ukur 10ml, lalu homogenkan. Hasil penyaringan dipipet 4ml kedalam labu ukur 25ml dan dilarutkan dengan Aquabidest sampai batas garis. Hasil preparasi sampel di analisa dengan menggunakan dengan SSA pada gelombang 422,7 nm untuk mengetahui kadar ion kalsium pada sampel.

5.1 Karakteristik Umum Subjek Yang diteliti

(38)

Tabel 1. GAMBARAN KARAKTERISTIK UMUM SUBJEK YANG DITELITI

Berdasarkan tabel 1, maka dapat dideskripsikan beberapa karakterisitk umum sebagai berikut. Umur perempuan penyirih dengan frekuensi terbanyak adalah pada kelompok umur 46-55 tahun sebanyak 18 orang (36,0%) dan umur perempuan penyirih dengan frekuensi yang paling sedikit adalah pada kelompok 56-60 sebanyak 3 orang (6,0%).

Berdasarkan pekerjaan, sebagian besar subjek yang diteliti adalah pedagang sebanyak 48 orang (96,0%) dan yang paling sedikit adalah Ibu rumah tangga sebanyak 2 orang (4,0%). Tingkat pendidikan yang paling umum adalah SMP sebanyak 23 orang (46,0%) dan yang paling jarang adalah tidak bersekolah dan SD sebanyak 11 orang (22,0%).

Tabel 2. GAMBARAN VARIABEL PENELITIAN

Variabel Penelitian n %

Komposisi Menyirih

(39)

Alasan Menyirih Pikiran

Pengobatan

Adat istiadat dan isi waktu luang

18 Umur Pertama Kali Menyirih (tahun)

<20 Lama Kebiasaan Menyirih (tahun)

5-9 Wawasan Perempuan Penyirih Mengenai Efek

Mengunyah Sirih

Gigi Hitam dan biaya mahal

48

Berkumur dengan air Tidak melakukan apapun

30 20

60 40 Frekuensi Menyikat Gigi (kali/hari)

2 Frekuensi Mengkonsumsi Susu Secara Rutin

(40)

Berdasarkan tabel 2, Komposisi menyirih yang paling umum digunakan adalah daun sirih, pinang, gambir, kapur, dan tembakau 50 orang (100%). Cara menyirih yang umum adalah dengan cara mengunyah 50 orang (100%). Alasan menyirih yang terbanyak disebabkan oleh pikiran 18 orang (36,0%) dan yang paling sedikit adalah adat istiadat dan isi waktu luang 8 orang, 8 orang (16,0%).

Umur pertama kali menyirih yang paling banyak frekuensinya adalah umur 31-40 sebanyak 21 orang (42,0%) dan yang paling sedikit adalah umur >41 sebanyak 3 orang (6,0%). Lama kebiasaan menyirih (tahun) terbanyak adalah 10-14 sebanyak 18 orang (36,0%) dan yang paling sedikit adalah >21 sebanyak 8 orang (16,0%). Frekuensi menyirih (kali/hari) terbanyak adalah 15-20 sebanyak 18 orang (36,0%) dan yang paling sedikit >21 sebanyak 2 orang (4,0%). Wawasan perempuan penyirih mengenai efek mengunyah sirih adalah yang menyatakan memiliki efek baik 48 orang (96,0%) dengan alasan gigi kuat 24 orang (48,0%), pikiran jadi nyaman 15 orang (30,0%), gabungan dari beberapa alasan 6 orang (12%) dan nafas wangi 1 orang (2,0%) dan yang menyatakan memiliki efek buruk 2 orang 4 orang (4,0%) dengan alasan gigi hitam dan biaya mahal.

Aktivitas setelah menyirih yang paling sering dilakukan adalah berkumur dengan air sebanyak 30 orang (60,0%) dan yang paling sedikit adalah tidak melakukan apapun sebanyak 20 orang (40,0%). Frekuensi menyikat gigi yang paling banyak dilakukan subjek yang diteliti adalah sebanyak 2 kali/hari sebanyak 47 orang (94,0%) dan yang paling sedikit adalah sebanyak 1 kali sehari sebanyak 3 orang (6,0%). Frekuensi mengkonsumsi susu secara rutin yang terbanyak adalah tidak secara rutin sebanyak 44 orang (88,0%) dan yang paling sedikit adalah secara rutin sebanyak 6 orang (12,0%).

5.2 Hasil Pengukuran Kadar Ion Kalsium Saliva Perempuan Penyirih Di Lingkungan III Kelurahan Padang Bulan

(41)

5.3 Hasil Perhitungan Nilai Rata-Rata Kadar Ion Kalsium Berdasarkan Lama Kebiasaan Menyirih

Tabel 3. NILAI RATA-RATA KADAR ION KALSIUM BERDASARKAN LAMA KEBIASAAN MENYIRIH

Signifikan p < 0,05

Tabel 3 menunjukkan nilai rata-rata kadar ion kalsium pada saliva perempuan penyirih di lingkungan III Kelurahan Padang Bulan berdasarkan lama kebiasaan menyirih, menunjukkan hubungan yang signifikan (p < 0,05) H0 ditolak.

Gambar 3. Grafik nilai rata-rata kadar ion kalsium berdasarkan lama kebiasaan menyirih di lingkungan III Kelurahan Padang Bulan

Gambar 3 menunjukkan pengaruh lama kebiasaan menyirih terhadap kadar ion kalsium pada saliva penyirih. Semakin lama kebiasaan menyirih maka kadar ion kalsium semakin tinggi.

(42)

5.4 Hasil Perhitungan Nilai Rata-Rata Kadar Ion Kalsium Berdasarkan Frekuensi Menyirih

Tabel 4. NILAI RATA-RATA KADAR ION KALSIUM BERDASARKAN FREKUENSI KEBIASAAN MENYIRIH

No Frekuensi Menyirih (kali/hari)

Mean ± SD

(mmol/L) Asymp.Sig

1. 5-18 9,326 ± 3,70 0,002

2. 19-30 12,453 ± 2,05

Signifikan p < 0,05

Tabel 4 menunjukkan nilai rata-rata kadar ion kalsium pada saliva perempuan penyirih di lingkungan III Kelurahan Padang Bulan berdasarkan frekuensi menyirih, menunjukkan hubungan yang signifikan (p < 0,05) H0 ditolak.

Gambar 4. Grafik nilai rata-rata kadar ion kalsium berdasarkan frekuensi menyirih di lingkungan III Kelurahan Padang Bulan

Gambar 4 menunjukkan pengaruh frekuensi dalam sehari menyirih terhadap kadar ion kalsium pada saliva penyirih. Semakin lama frekuensi menyirih maka kadar ion kalsium semakin tinggi.

X

y

K

ada

r Ion K

als

iu

(43)

5.5 Hasil Analisis Regresi Linier Ganda Lama dan Frekeuensi Kebiasaan Menyirih Terhadap Kadar Ion Kalsium

Tabel 5. LAMA DAN FREKUENSI KEBIASAAN MENYIRIH DENGAN KADAR ION KALSIUM

Variabel N B Sig r

Lama (Tahun) 50 0,181 0,001*

O,63

13,74±9,754 Frekuensi (kali/hari) 50 0,132 0,043* 12,88±6,775

Constant 6,212

Uji Regresi linier ganda, signifikan p < 0,05 Keterangan :

Y = Persamaan garis linier a = Constanta

b1 b

= Koefesien untuk lama kebiasaan menyirih 2

x

= Koefesien untuk frekuensi kebiasaan menyirih 1

x

= lama kebiasaan menyirih (tahun) 2

Gambar 5 dan 6 menunjukkan grafik regresi linier variabel lama kebiasaan (tahun) dan frekuensi menyirih (kali/hari) terhadap kadar ion kalsium pada saliva perempuan menyirih di Lingkungan III Kelurahan Padang Bulan Medan. Semakin bertambah lama kebiasaan dan frekuensi menyirih maka kadar ion kalsium semakin tinggi.

= frekuensi menyirih (kali/hari)

(44)
(45)

BAB 6

PEMBAHASAN

Kadar ion kalsium dapat dianalisa dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA).31,32

Hubungan lama kebiasaan dan frekuensi menyirih dengan kadar ion kalsium diuji secara statistik dengan menggunakan regresi linier ganda, dengan tingkat kemaknaan yang diinginkan adalah p < 0,05.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar ion kalsium dan untuk mengetahui hubungan antara lama kebiasaan menyirih dan frekuensi menyirih terhadap kadar ion kalsium saliva perempuan penyirih di lingkungan III Kelurahan Padang Bulan.

6.1 Karakterisitik Umum Perempuan Penyirih Di Lingkungan III Kelurahan Padang Bulan

Berdasarkan tabel 1, dapat dilihat karakteristik umum penyirih seperti: umur, pekerjaan, pendidikan. Bila dibandingkan dengan penelitian Natamiharja L, frekuensi terbanyak dari umur penyirih adalah 15-19 tahun dan 30-34 tahun.7 Menurut pekerjaan hasil penelitian ini berbeda bila dibandingkan dengan penelitian lain yang menemukan kebanyakan pekerjaan dari subjek yang diteliti adalah petani.19 Ini disebabkan para penyirih yang bertani mulai memperdagangkan hasil pertaniannya sendiri di pasar, sehingga mereka lebih condong menjawab pedagang sebagai pekerjaan utamanya. Tingkat pendidikan berbeda pada penelitian Hasibuan S, sebagaian besar subjek penelitian latar belakang pendidikannya adalah tamat SD.19

(46)

potongan biji buah pinang dan gambir, lalu ramuan ini dikunyah. Sambil menyirih, semua penyirih membersihkan gigi dan mulut bagian depan dengan gumpalann tembakau. Gumpalan tersebut digeser-geserkan perlahan dan berulang-ulang tanpa membiarkan tembakau tersebut berada lama-lama didalam mulut.19 Di Papua New Guinea, kegiatan ini dilakukan dengan mengunyah biji pinang terlebih dahulu untuk beberapa saat lalu diikuti dengan mengunyah sirih, baik batang atau kelopaknya dengan sidikit kapur.

Alasan menyirih yang terbanyak disebabkan oleh pikiran, karena adanya kandungan arekolin dalam biji buah pinang, yaitu suatu senyawa ester metil-tetrahidrometil-nikotinat yang bersifat kolinergik. Selain itu hasil hidrolisa kapur pada arekolin akan menghasilkan arekaidin, suatu stimulan sistem syaraf pusat, yang bersama dengan daun sirih menghasilkan euphoria ringan.

7

Menurut lama kebiasaan menyirih hasil ini sesuai dengan penelitian Natamiharja L, dimana subjek memiliki kebiasaan menyirih >10 tahun.

13,17,19

7

Frekuensi menyirih bila dibandingkan dengan penelitian Natamiharja L hampir sama dimana subjek memiliki kebiasaan mengunyah sirih dengan frekuensi >10 kali/hari.

Wawasan perempuan penyirih mengenai efek menyirih yang dirasakan penyirih pada penelitian ini yang terbanyak adalah berpendapat menyirih memiliki efek baik diantaranya ada yang berpendapat; Gigi kuat

,

Kalsium pada saliva berperan penting dalam proses remineralisasi enamel gigi dan dentin.

7

15,16

(47)

masalah yang serius, menurut Nair UJ dkk adanya pembentukan oksigen reaktif

(Reactive Oxygen Species) akibat kapur sirih yang ditambahkan pada komposisi

menyirih buah pinang dan gambir yang dapat menyebabkan kerusakan oksidatif pada DNA sel mukosa bukal penyirih dan menyebabkan kanker rongga mulut.

Berdasarkan penelitian Chatrchaiwiwatana S, kebiasaan menyirih berhubungan dengan meningkatnya periodontitis dan kehilangan gigi. Menyirih dapat menyebabkan kerusakan jaringan periodontal karena adanya efek kolinergik dan kalsium dari komposisi menyirih dalam saliva yang mengalami hipersalivasi dan menyebabkan deposit kalkulus kemudian kerusakan jaringan gingiva dan membran periodontal.

19,23,24

17

Berdasarkan penelitian Sah N dkk, meningkatnya kelompok periodontitis memiliki hubungan yang signifikan dengan tingginya kalsium pada saliva.

Berkumur dengan air minum dipilih sebagai persentase terbanyak disebabkan cara ini lebih mudah dan cepat membersihkan rongga mulut dari ampas-ampas bekas menyirih bila dibandingkan dengan menyikat gigi. Saat penelitian terlihat bahwa kebanyakan para penyirih ini selalu menyediakan botol air minum saat beraktivitas. Frekuensi mengkonsumsi susu yang dijumpai pada penelitian ini adalah tidak rutin karena sebagaian besar subjek pada penelitian ini tidak mampu untuk membeli susu dan sebagian subjek tidak sempat untuk minum susu secara rutin karena pekerjaannya sebagai pedagang.

3

Menyirih dapat menyebabkan iritasi dan hiperplasia mukosa oral.22 Kapur sirih dapat bereaksi sebagai iritan, menyebabkan meningkatnya proliferasi sel dari mukosa oral.20 Mengunyah campuran sirih juga dapat menyebabkan trauma lokal dan luka pada mukosa oral karena sifat abrasifnya.

6.2 Kadar Ion Kalsium Pada Saliva Perempuan Penyirih Di Lingkungan III Kelurahan Padang Bulan

23

(48)

dengan penelitian Khan GJ dkk menunjukkan adanya hubungan signifikan terhadap tingginya konsentrasi kalsium pada saliva penyirih dengan kebiasaan menyirih.2 Menurut Ginayah M dkk, kadar ion kalsium normal pada saliva adalah 1-1,4 mmol/l.1

Dari hasil penelitian ditemukan kadar ion kalsium mulai dari 2,18 mmol- 16,48 mmol/l. Bila dianalisis dari lama kebiasaan menyirih, pada subjek dengan kadar ion kalsium 2,18 mmol/l adalah dengan lama kebiasaan menyirih 5 tahun. Pada subjek dengan kadar ion kalsium 16,48 mmol/l adalah dengan lama kebiasaan menyirih 19 tahun.

Jika dianalisis dari frekuensi menyirih, pada subjek dengan kadar ion kalsium 2,18 mmol/l adalah dengan frekuensi menyirih 5 kali/hari. Pada subjek dengan kadar ion kalsium 16,48 mmol/l adalah dengan frekuensi menyirih 10 kali/hari.

Tingginya kadar ion kalsium pada semua subjek saliva perempuan penyirih pada penelitian ini disebabkan oleh pada penyirih salah satu komponen utamanya adalah kapur (Ca(OH)2) dan pada saat mengunyah sirih kapur dapat terakumulasi dalam gingiva dan pada interdental penyirih yang dapat mengalir dengan saliva (Khan GJ dkk).2 Kalsium diserap dalam duodenum dalam bentuk terionisasi. Saat mengunyah sirih kapur sirih ikut tertelan bersama saliva, sehingga asupan kadar ion kalsium akan mencapai hingga 52 mmol/hari. Untuk menentukan nilai kadar ion kalsium harus dibandingkan dengan asupan kalsium per hari dan absorbsi normal per hari.

Tingginya kadar ion kalsium pada saliva perempuan penyirih pada subjek yang diteliti juga dipengaruhi oleh jenis kapur sirih yang digunakan berbeda dengan penyirih lainnya, karena saat penelitian ini ditemukan beberapa subjek penyirih menggunakan jenis kapur sirih yang berbeda-beda seperti kapur berbentuk pasta, ada yang berbentuk serbuk kapur, dan kapur sirih yang sudah diolah terlebih dahulu yaitu dicampur dengan gambir menjadi serbuk. Sehingga dapat dijadikan salah satu saran untuk penelitian selanjutnya agar mengklasifikasikan jenis kapur sirih yang digunakan setiap penyirih.

18

(49)

perlekatan plak dan bakteri. Iritasi yang lama dari mikroba akan memicu terjadinya inflamasi dan gingivitis serta tidak hanya dianggap sebagai penyebab periodontitis tetapi juga secara signifikan berkaitan dengan kesehatan gigi.3,13 Berdasarkan penelitian (Sah N dkk. 2012) menunjukkan bahwa meningkatnya kelompok periodontitis memiliki hubungan yang signifikan dengan tingginya kalsium pada saliva penyirih.

Kapur sirih yang ditambahkan pada komposisi menyirih buah pinang dan gambir akan menyebabkan pembentukan oksigen reaktif (Reactive Oxygen Species = ROS) berbentuk superoxide anion (O

3

2-), hydroxy radical (OH•), dan hydrogen

peroxide (H2O2). Penelitian Nair UJ dkk, menunjukkan bahwa Calsium Hydroxide

yang berasal dari kapur sirih dicampur dengan pinang berperan penting dalam pembentukan ROS yang dapat menyebabkan kerusakan oksidatif pada DNA sel mukosa bukal pengunyah sirih.23,

Konsentrasi ROS akan meningkat di rongga mulut penyirih segera setelah pinang bersama dengan kapur larut dalam saliva. Hal ini dapat mengakibatkan pembentukan ROS pada mukosa bukal, merusak enzim sebagai pelindung rongga mulut dan dengan demikian menyebabkan kerusakan langsung ke jaringan.

24,25

23

6.3 Hubungan lama kebiasaan menyirih dengan kadar ion kalsium

Tabel 3 berdasarkan lama kebiasaan menyirih kadar ion kalsium pada saliva perempuan penyirih di lingkungan III Kelurahan Padang menunjukkan hubungan yang signifikan (p < 0,05) H0 ditolak. Hipotesa penelitian diterima, yang artinya semakin lama kebiasaan menyirih maka kadar ion kalsium semakin tinggi. Pada hasil penelitian ini ditemukan lama kebiasaan mulai dari 5 tahun sampai 46 tahun dengan kadar ion kalsium pada saliva penyirih semakin tinggi.

6.4 Hubungan frekuensi menyirih dengan kadar ion kalsium

(50)

artinya semakin lama frekuensi menyirih dalam sehari maka kadar ion kalsium semakin menigkat. Pada hasil penelitian ini ditemukan frekuensi menyirih mulai dari 5 tahun sampai 30 tahun dengan kadar ion kalsium pada saliva penyirih semakin tinggi.

Hasil uji Regresi linier ganda (tabel 5) menyatakan bahwa kedua variabel penelitian yaitu, lama menyirih (p = 0,001) dan frekuensi kebiasaan menyirih (p = 0,043) terhadap kadar ion kalsium terdapat hubungan yang signifikan (p < 0,05) yang dalam hal ini (H0

Y = a + b

ditolak). Pada penelitian ini hipotesa penelitian diterima, yang artinya menyirih dapat menyebabkan tingginya kadar ion kalsium pada saliva dan tergantung kepada lama dan frekuensi kebiasaan menyirih. Korelasi derajat kepercayaan dari kedua variabel tersebut adalah 63%, artinya kadar ion kalsium pada saliva penyirih dipengaruhi oleh lama kebiasaan menyirih dan frekuensi menyirih sebesar 63%. Dari hasil tersebut dapat dibuat persamaan regresi linier:

1x1 + b2x

= 6,212 + 0,181 (lama) + 0,132 (frekuensi) 2

Dapat disimpulkan bahwa dengan bertambahnya lama kebiasaan menyirih sebesar 0,181 dan frekuensi menyirih sebesar 0,132 sehingga menghasilkan kadar ion kalsium sekian pada saliva penyirih. Contoh pada subjek penelitian satu pada tabel 2:

Y = a + b1x1 + b2x

= 6,212 + 0,181 (10) + 0,132 (15) 2

= 10,002 mmol

Dapat disimpulkan bahwa pada subjek penelitian satu dengan lama kebiasaan menyirih selama 10 tahun dan frekuensi menyirih sebanyak 15 kali/hari maka kadar ion kalsium pada saliva penyirih tersebut adalah 10,002 mmol. Dari hasil penelitian ini menunjukkan, bertambahnya lama kebisaan dan frekuensi menyirih dapat menyebabkan kadar ion kalsium pada saliva penyirih semakin tinggi.

(51)

memeriksa diet juga tidak dilakukan sebelum pengambilan sampel saliva setelah mengunyah sirih, sehingga penelitian ini belum begitu lengkap.

Berdasarkan penemuan tingginya kadar ion kalsium pada saliva perempuan penyirih di lingkungan III Kelurahan Padang Bulan, tidak dapat disimpulkan bahwa semua penyirih akan mengalami kanker rongga mulut, seperti yang diungkapkan beberapa peneliti. Hal ini disebabkan karena kanker rongga mulut bukan hanya disebabkan satu faktor, seperti meningkatnya konsentrasi ROS (Reactive Oxygen Species) akibat mengkonsumsi kapur sirih dan bahan-bahan lainnya,24,25,26 melainkan multi faktor, seperti: melemahnya kemampuan untuk memetabolisme bahan-bahan karsinogenik, melemahnya kemampuan untuk memperbaiki DNA yang dirusak oleh mutagen dan rusaknya sistem imun tubuh.

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah kadar ion kalsium tinggi pada saliva perempuan penyirih di Lingkungan III Kelurahan Padang Bulan dan ada hubungan antara lama kebiasaan dan frekuensi menyirih dengan kadar ion kalsium pada saliva perempuan penyirih setelah mengunyah sirih di Lingkungan III Kelurahan Padang Bulan (p < 0,05). Sehingga menunujukkan semakin lama kebiasaan menyirih dan frekuensi menyirih dalam sehari maka semakin meningkat kadar ion kalsium pada saliva penyirih.

(52)

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

1. Kadar ion kalsium pada saliva 50 orang perempuan penyirih di Lingkungan III Kelurahan Padang Bulan Medan lebih tinggi dari kadar ion kalsium normal pada saliva.

2. Ada hubungan yang signifikan (p < 0,05) antara lama kebiasaan menyirih dengan kadar ion kalsium pada saliva perempuan penyirih di Lingkungan III Kelurahan Padang Bulan.

3. Ada hubungan yang signifikan (p < 0,05) antara frekuensi menyirih dengan kadar ion kalsium pada saliva perempuan penyirih di Lingkungan III Kelurahan Padang Bulan.

7.2 Saran

(53)

DAFTAR PUSTAKA

1. Ginayah M, Sanusi H. Hiperkalsemia. CDK. 2011: 38(3): 191-4.

2. Khan GJ, Mehmood R, salah ud din, Marwat FM, Ihtesham ul haq, Jamil ur rehman. Secretion of calcium in the saliva of long term tobacco users. J Ayub Med Col Abbottabad 2005; 17(4): 1-3.

3. Sah N, More SP, Bhutani H. Estimation and comparision of salivary calcium levels in healthy subjects and patients with gingivitis and periodontitis: a cross-sectional biochemical study.AOSR. 2012: 2(1): 13-6

4. Vasu S. Betel Chewing. 5 May 1999.

<http://infopedia.nl.sg/articles/SIP_883_2004-12-17.html> . 27 Oktober 2011.

5. Valdes CO. Betel chewing in the Philippines. Oktober 2004.

2011.

6. Lingappa A, Nappalli D, GP Sujatha, Prasad SS. Areca nut to chew or not to chew. e Journal of dentistry 2011; 1(3): 46-50.

7. Natamiharja L, sama R. Kebiasaan mengunyah sirih dan hubungannya dengan indeks penyakit periodontal pada wanita di kecamatan Lau Baleng Kabupaten Karo. Dentika Dental Journal 2004; 9(2): 84-90.

8. Rooney DF. Betel chewing in south east asia. Centre National de la Recherche Scientifique 1995; 2-4.

9. Rooban T, Misrha G, Elizabeth J, Ranganathan K, Saraswathi TR. Effect of habitual arecanut chewing on resting whole mouth salivary flow rate and pH. Indian J Med Sci 2006; 60(3): 95-105

(54)

11.

12.Parmar G, Sangwan P, Vashi P, Kulkarni P, Kumar S. Effect of chewing a mixture of areca nut and tobacco on periodontal tissue and oral hygiene status. Journal of oral science. 2008: 50(1): 57-62.

Walter TM, Sofia HN. Effect of consumption of thmboolam (conventional

betel chewing) in traditional siddha medicine.

<openmed.nic.in/2223/01/Thamboolam.pdf> . 27 Oktober 2011.

13.Malikha NZ, Murdiastuti K, Lastianny SP. Efek radioterapi area kepala dan leher terhadap kadar kalsium saliva. Maj Ked Gi. 2008: 15(2): 117-20.

14.Nanci A. Oral Histology. Canada. Elsevier: 2008: 290-318.

15.Homann V, Kinne-Saffran E, Arnold WH, Gaengler P, Kinne RK. Calcium transport in human salivary glands: a proposed model of calcium secretion into saliva. Histochem Cell Biol. 2006: 125(5): 583-91. Abstract.

16.Almeida PV, Gegio AMT, Machado MANM, De Lima AAS, Azevedo LR.

Saliva composition and functions: A comprehensive review. The Journal of

contemporary dental practice. 2008: 9: 1-8.

17.Chatrchaiwiwatana S. Dental caries and periodontitis associated with betel quid chewing: analysis of two data sets. J Med Assoc. 2006: 89(7): 1004-11. 18.Lin S, Lin Y, Cheema-Dhadli S, Davids MR, Halperin ML. Hypercalcemia

and metabolic alkalosis with betel nut chewing: emphasis on its integrative pathophysiology. Nephrol Dial Transplant. 2002: 17(5):708-14.

19.Hasibuan S. Lesi – lesi mukosa mulut yang dihubungkan dengan kebiasaan

menyirih di kalangan penduduk tanah karo, sumatera utara. Tesis. Jakarta:

Bagian Ilmu Penyakit Mulut FKG UI, 2002: 5 – 37.

20.C-H Lee, et al. The precancer risk of betel quid chewing, tobacco use and alcohol consumption in oral leukoplakia and oral submucous fibrosis in southern Taiwan. Br J Cancer. 2003: 88 (3): 366-72.

21.Trivedy CR, Craig G, Warnakulasuriya S. The oral health consequences of chewing areca nut. Addiction Biology. 2002: 7: 115-25.

(55)

23.Nair U, Bartsch H, Nair J. Alert for an epidemic of oral cancer due to use of the betel quid substitutes gutkha and pan masala: a review of agents anda causative mechanisms. Mutagenesis 2004; 19(4): 251-62.

24.Nair UJ, Friesen M, Richard I, Maclennan R, Thomas S, Bartsch H. Effect of lime composition on the formation of reactive oxygen species from areca nut extract in vitro. Carcinogenesis. 1990: 11(12): 2145 – 8. Abstract.

25.Nair UJ, Obe G, Friesen M, Goldberg MT, Bartsch H. Role of lime in the generation of reactive oxygen species from betel quid ingredients.

Environmental health perspectives. 1992: 98: 203-5.

26.Chin-Hsiao Tseng. Betel nut chewing is independently associated with urinary albumin excretion rate in type 2 diabetes patients. Diabetes care. 2006: 29(2): 462-3.

27.Sian E, Singh S, Robertson WG. The increased risk of urinary stone disease in betel quid chewers. Original paper. 2006: 34(4): 239-43. Abstract.

28.Chang W, Chu H, Yang C, Chen C. The factors of cronic kidney disease: diasbetes, hypertension, smoking, drinking, betelnut chewing. JCM. 2008: 75-9.

29.Scully C, Felix DH. Oral medicine-update for the dental practitioner. Br Dent J 2006; 200(1): 13-4.

30.Asmin LO. Spektrofotometri serapan atom (SSA). Karya Ilmiah. Kendari: Jurusan Fisika FMIPA Universitas Haluoleo,2010: 1-30.

31.Chaydy B. Studi tentang kesensitifan spektrofotometer serapan atom teknik vapor hydride generation accessories (VHGA dibandingkan dengan SSA

nyala pada analisa unsur arsen yang terdapat dalam air minum. Tesis.

(56)

LAMPIRAN 1. Skema Penelitian

Saliva penyirih ditampung dengan metode spitting

Dibawa ke Lab penelitian farmasi USU

Penentuan linieritas kurva kalibrasi larutan baku kalsium. Larutan Sampel dipipet 1 ml ke labu ukur 25 ml

Pengenceran larutan sampel dengan Aquabidest sampai batas garis, larutan dihomogenkan.

Larutan sampel disaring dengan kertas saring dengan corong ke labu ukur 10 ml.

Larutan sampel dihomogenkan

Analisa kadar ion kalsium pada gelombang 422,7 nm. Penyirih

Sampel

(57)

2. Kerangka teori

Berdasarkan hal di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Kadar ion kalsium pada saliva perempuan penyirih di Lingkungan III Kelurahan Padang Bulan.

1. Mengunyah sirih menggunakan tiga jenis campuran bahan yang berbeda yaitu, pinang (Areca catechu), daun sirih (Piper betle) dan kapur (Calsium hydroxide). (Vasu S. (2011))

2. Terdapat hubungan signifikan terhadap meningkatnya konsentrasi kalsium antara saliva penyirih dengan tidak penyirih. (Khan GJ. (2005))

3. Tingginya kelompok periodontitis memiliki hubungan yang signifikan dengan tingginya kalsium pada saliva. (Sah N dkk. 2012)

4. Penambahan Calcium hydroxide dalam menyirih adalah penyebab utama terhadap penyakit batu kemih pada penyirih. (Sian E dkk. (2006))

5. Penambahan kapur sirih (Calsium Oxide dalam bentuk larutan Calsium

Hydroxide) dapat menyebabkan injuri radikal bebas atau pembentukan

Reactive Oxigen Species (ROS). (Rooban T. (2006))

6. Calsium Hydroxide yang berasal dari kapur sirihdicampur dengan pinang

berperan penting dalam pembentukan ROS yang dapat menyebabkan kerusakan oksidatif pada DNA sel mukosa bukal pengunyah sirih dan menyebabkan kanker rongga mulut. (Nair UJ dkk. (1990))

7. Berdasarkan penelitian Chatrchaiwiwatana S, keparahan periodontitis meningkat pada kebiasaan menyirih dari pada tidak menyirih.

(58)

Manfaat

Dibidang Kedokteran Gigi, sebagai informasi mengenai kadar ion kalsium pada saliva perempuan penyirih.

Masalah

1. Berapa kadar ion kalsium pada saliva perempuan penyirih di Lingkungan III Kelurahan Padang Bulan?

2. Apakah ada hubungan lama kebiasaan dan frekuensi menyirih dengan kadar ion kalisum pada saliva perempuan penyirih di Lingkungan III Kelurahan Padang Bulan?

Tujuan

1. Untuk mengetahui kadar ion kalsium pada saliva perempuan penyirih di Lingkungan III Kelurahan Padang Bulan.

(59)

3. Kuesioner

DEPARTEMEN BIOLOGI ORAL FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

KADAR ION KALSIUM PADA SALIVA PEREMPUAN PENYIRIH DI LINGKUNGAN III KELURAHAN PADANG BULAN

No. Kartu: 1

1. Nama _______________________________ 2. Umur _______tahun

3. Pekerjaan :

a. Ibu rumah tangga b. Pedagang c. Petani d. Lainnya 4. Pendidikan :

a. Tidak bersekolah b. SD

c. SMP d. SMA e. Sarjana

5. Komposisi menyirih :

a. Daun sirih + pinang + gambir + kapur + tembakau b. Daun sirih + gambir + pinang + kapur

c. Daun sirih + pinang + kapur d. Lainnya

(60)

b. Ditumbuk terlebih dahulu c. Lain-lain

7. Alasan menyirih : a. Adat istiadat

b. Pengisi waktu luang c. Pengobatan

d. Ketagihan e. Pikiran

8. Umur pertama kali menyirih________tahun. 9. Lama kebiasaan menyirih (tahun):

a. 5 – 9 tahun b. 10 – 14 tahun c. 15 – 19 tahun d. > 20 tahun

10. Frekuensi menyirih setiap hari (kali / hari): a. 5 – 9 kali / hari

b. 10 – 14 kali / hari c. 15 – 19 kali / hari d. >20 kali / hari

11. Apakah kebiasaan menyirih memiliki efek baik/buruk?

Alasan,_____________________________________________________ ___________________________________________________________ 12. Aktivitas setelah menyirih:

a. Berkumur dengan air b. Menyikat gigi

c. Tidak melakukan apa – apa

13. Frekuensi menyikat gigi setiap hari (kali / hari): a. 1 kali / hari

(61)

c. 3 kali / hari

14. Apakah mengkonsumsi obat secara rutin? a. Ya

b. Tidak

15. Jika mengkonsumsi obat, obat apa yang dikonsumsi? a. Vitamin

b. Obat hipertensi c. Obat diabetes melitus d. Obat maag

e. Lainnya

16. Apakah minum susu secara rutin? a. 1 x 1 hari

b. 2 x 1 hari

c. 3 x 1 hari d. Tidak rutin

(62)

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah

Nama :

Umur :

Jenis kelamin :

Alamat :

No.Telp./ HP :

Setelah mempelajari dan mendapatkan penjelasan yang sejelas-jelasnya mengenai penelitian yang berjudul ”Kadar ion kalsium pada saliva perempuan penyirih di lingkungan III Kelurahan Padang Bulan Medan” dan setelah mengetahui dan menyadari sepenuhnya risiko yang mungkin terjadi, dengan ini saya menyatakan bahwa saya bersedia dengan sukarela, secara sadar dan tanpa paksaan menjadi subjek penelitian tersebut dan patuh akan ketentuan-ketentuan yang dibuat peneliti. Jika sewaktu-waktu ingin berhenti, saya berhak untuk tidak melanjutkan mengikuti penelitian ini tanpa ada sanksi apapun.

Medan,

Pembuat pernyataan

(63)

Hasil Pengukuran Kadar Ion Kalsium Saliva Perempuan Penyirih Di Lingkungan III Kelurahan Padang Bulan Medan

(64)

36 36 5 5 2,18 7.777

37 50 5 10 7,22 8.437

38 33 6 10 5,03 8.616

39 49 10 20 10,74 10.662

40 30 8 5 10,82 8.32

41 26 18 30 15,27 13.43

42 43 5 5 6,21 7.777

43 37 19 10 16,48 10.971

44 35 10 10 15,62 9.342

45 39 5 15 3,08 9.097

46 30 5 30 9,06 11.077

47 46 6 5 2,42 7.958

48 53 17 10 10,39 10.609

49 38 10 10 9,37 9.342

50 45 10 20 10,85 10.662

Mean 42,90 13,74 12,88 10,3904 10,399

Sd 8,683 9,754 6,775 3,54895 2,238

(65)

Kadar Ion Kalsium Saliva Perempuan Penyirih Berdasarkan Lama Kebiasaan Menyirih (Tahun) Di Lingkungan III Kelurahan Padang Bulan Medan

(66)

36 48 16 10,66

37 53 17 10,39

38 26 18 15,27

39 37 19 16,48

40 52 20 10,19

41 52 20 11,67

42 58 20 12,34

43 35 25 8,98

44 55 25 10,54

45 52 28 12,1

46 50 30 16,44

47 47 32 15,46

48 54 34 14,37

49 60 40 15,62

50 53 46 14,76

(67)

Kadar Ion Kalsium Saliva Perempuan Penyirih Berdasarkan Frekuensi Menyirih (Kali/Hari) Di Lingkungan III Kelurahan Padang Bulan

(68)

37 40 20 11,64

38 35 20 10,19

39 40 20 13,63

40 43 20 11,17

41 55 20 10,54

42 45 20 12,5

43 53 20 14,76

44 54 20 14,37

45 47 20 15,46

46 58 20 12,34

47 49 20 10,74

48 45 20 10,85

49 26 30 15,27

50 30 30 9,06

Gambar

Gambar 1. Komposisi menyirih5
Tabel 2. GAMBARAN VARIABEL PENELITIAN
Gambar 3. Grafik nilai rata-rata kadar ion kalsium berdasarkan lama kebiasaan menyirih di lingkungan III Kelurahan Padang Bulan
Gambar 4. Grafik nilai rata-rata kadar ion kalsium berdasarkan frekuensi menyirih di lingkungan III Kelurahan Padang Bulan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian didapatkan bahwa parenting stress pada orang tua dalam tingkat sedang (73,1%), distress orang tua dengan tingkat sedang (73,1%), perilaku anak yang sulit

[r]

sesuai dengan hasil survei awal peneliti yang mendapatkan informasi bahwa pada SLB ABC TPI Medan terdapat anak Tunagrahita yang masih bersekolah dengan usia lebih 20

Titik pusat penentu dalam kegiatan manajemen adalah manusia, sebab manusia membuat tujuan dan dia pulalah yang melakukan proses kegiatan untuk mencapai tujuan yang

Demikian Surat Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, dengan mengingat sumpah jabatan dan apabila dikemudian hari pernyataan ini ternyata tidak benar

Acceptability of child to parent (hal yang dapat diterima dari anak oleh orang tua), yaitu stres pengasuhan orang tua karena karakteristik anak seperti intelektual, fisik, dan

The English teacher are suggested to apply peer response technique in teaching learning process, especially in teaching writing because it can help student

Berdasarkan pengujian terhadap 10 data di atas diketahui lebar jalan dan faktor koreksi memiliki nilai yang sama untuk jumlah kendaraan yang bervariasi hal ini dikarenakan