BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Anak Tunagrahita merupakan istilah yang digunakan untuk menyebutkan suatu kondisi anak yang memiliki keterbatasan mental. Banyak istilah yang digunakan untuk menyatakan keadaan Tunagrahita seperti mental subnormal, defisit mental, defisit kognitif, cacat mental, defisiensi mental, terbelakang mental, lemah ingatan, dan febleminded (Effendi, 2006). Sebelum istilah Tunagrahita, kata yang menggambarkan kondisi ini ialah Retardasi Mental (Schalock, Luckasson, & Shogren et al., 2007; Soemantri, 2007). Tunagrahita ditandai dengan IQ yang kurang atau dibawah rata-rata.
menunjukkan bahwa cukup banyak orang tua yang memiliki anak Tunagrahita di Indonesia khususnya di Sumatera Utara.
Keluarga dapat mengalami permasalahan dengan adanya anak mereka yang Tunagrahita. Sejak awal orang tua harus dihadapkan dengan kenyataan bahwa anak mereka adalah anak yang memiliki kebutuhan khusus maka orang tua akan memerlukan waktu untuk menerima keadaan ini. Ketika orang tua mengetahui anak mereka memiliki keterbatasan maka akan menimbulkan berbagai perasaan seperti rasa kekecewaan atau tidak sesuai dengan harapan (Faradina, 2016). Penelitian yang dilakukan Anggraini (2013) menyatakan bahwa sebanyak 34,5 % orang tua merasa sangat kecewa dan 65,5 % merasa tidak sangat kecewa karena anaknya tergolong anak disabilitas dan 58,6 % orang tua merasa malu dengan kondisi anaknya. Orang tua juga merespon keadaan ini dengan berbeda-beda pada setiap orang tua seperti syok, marah, menyangkal, dan kesedihan yang mendalam (Kaur, 2013).
Selain pada penerimaan anak Tunagrahita, banyak stresor yang dihadapi orang tua dalam merawat anak Tunagrahita sehingga akan mempengaruhi pengasuhan yang diberikan orang tua. Stresor ini akhirnya menjadi parenting
stress pada orang tua dalam merawat anak Tunagrahita. Stressor tersebut seperti
memiliki keterbatasan intelektual. Maka anak dengan Tunagrahita dapat mempengaruhi pengasuhan orang tua.
Faktor finansial mempengaruhi tanggung jawab orang tua untuk memenuhi kebutuhan anak Tunagrahita yang memerlukan pelayanan pendidikan. Hal ini seperti yang dinyatakan Brooks (2008 dalam Astriamitha, 2012) bahwa faktor ekonomi sosial keluarga yang merupakan pendidikan, pendapatan, dan pekerjaan orangtua akan mempengaruhi stres pada orang tua. Kemudian faktor anak Tunagrahita yang memiliki batasan untuk melakukan keterampilan dasar dapat menjadi parenting stresspada orang tua. Anak Tunagrahita juga dapat disertai dengan gangguan kepribadian (Wink, Erickson, Chambers, & McDougle, 2010), cemas (Davis, Saeed, & Antonacci, 2008), dan gangguan perilaku terutama hiperaktif (Totsika, Hastings, Emerson, Berridge, & Lancaster, 2011).
Anak Tunagrahita memiliki masalah dalam berperilaku dan tidak dapat menyesuaikan diri dengan sosial dan lingkungannya. Penelitian yang dilakukan Sofinar (2012) menunjukkan bahwa anak Tunagrahita dengan tingkat sedang dapat memiliki perilaku yang berbeda-beda seperti mau menang sendiri/egois, suka berbuat kerusakan, tidak mau diam, tidak mau dilarang, pendendam, pendiam, mudah bosan, dan sayang dengan anak kecil.
Perilaku pengasuhan orang tua yang tepat sangat diperlukan untuk mengasuh anak Tunagrahita karena dapat mempengaruhi perkembangan dan keberhasilan mereka. Maka sangat penting bagi orang tua merawat anak Tunagrahita dengan tepat. Perawatan tersebut harus sesuai dengan kebutuhan anak akibat keterbatasan mereka, yaitu mengasuh agar dapat melakukan kegiatan perawatan diri, mobilitas, dan fungsi sosial (Teles, Rosa, & Rosana, 2016).
Parenting stress pada orang tua akan memiliki dampak yang saling
berkaitan dengan sumber stres tersebut. Parenting stress dapat saling berkaitan dengan diagnosis, tingkat keparahan anak, perilaku anak, dukungan keluarga, serta kualitas hubungan suami istri (Karasavvidis, Avgerinou, & Lianou et al., 2011). Sesuai dengan penelitian lain yang dilakukan Neece, Green, dan Baker (2012) menyatakan bahwa parenting stress pada orang tua dapat saling mempengaruhi dengan perilaku anak Tunagrahita. Orang tua juga akan mengalami masalah fungsi psikologi dalam memberi perawatan pada anak Tunagrahita, karena ketidakmampuan orang tua dalam memberikan perawatan untuk anak mereka (Karrasavidis et al., 2011). Hal yang menjadi perhatian ialah bahwa keadaan parenting stress akan dapat menimbulkan parenting yang bersifat negatif (Walker, 2000).
sesuai dengan hasil survei awal peneliti yang mendapatkan informasi bahwa pada SLB ABC TPI Medan terdapat anak Tunagrahita yang masih bersekolah dengan usia lebih 20 tahun.Kebutuhan anak untuk tetap bersekolah dapat menjadi stressor juga bagi orang tua dalam merawat anaknya.
Penelitian-penelitian sebelumnya banyak yang mengkaji terkait parenting
stress pada orang tua yang memiliki anak Tunagrahita. Berdasarkan penelitian
literatur yang dilakukan Karasavvidis dan koleganya (2011), menyatakan bahwa terdapat kesamaan parenting stress pada tingkat gejala dan dampak dari disabilitas anak pada budaya Barat dan Timur, namun terdapat perbedaan pada kategori dukungan sosial yang tersedia untuk orang tua. Penelitian sebelumnya banyak yang melihat parenting stress pada orang tua dengan anak Tunagrahita berusia lebih muda atau preshcool (Johnston, Hessl, & Blasey et al., 2003; Astriamitha, 2012). Namun pada penelitian lainnya juga ditemukan bahwa usia anak yang semakin tua dapat memicu parenting stress pada orang tua (Gallagher, Beckman, & Cross, 1983; Karasavvidis et al., 2011).
mengetahui parenting stress pada orang tua dalam merawat anak Tunagrahita di SLB ABC Taman Pendidikan Islam (TPI) Medan.
1.2. Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini ialah “Bagaimana parenting stresspada orang tua dalam merawat anak Tunagrahita di SLB ABC Taman Pendidikan Islam (TPI) Medan?”. Parenting
stress ini ditinjau dari tingkat perilaku anak yang sulit, distress orang tua, dan
tidak berfungsinya interaksi orang tua-anak serta melihat parenting stresspada orang tua yang memiliki anak Tunagrahita berusia di bawah dan diatas 12 tahun 1.3. Tujuan penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini ialah untuk mengidentifikasi parenting
stress pada orang tua dalam merawat anak Tunagrahita di SLB ABC Taman
Pendidikan Islam (TPI) Medan. 1.3.2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini ialah :
1. Untuk mengidentifikasi parenting stresspada orang tua dalam merawat anak Tunagrahita di SLB ABC Taman Pendidikan Islam (TPI) Medan yang dilihat dari tingkat distress orang tua.
3. Untuk mengidentifikasi parenting stresspada orang tua dalam merawat anak Tunagrahita di SLB ABC Taman Pendidikan Islam (TPI) Medan yang dilihat dari tingkat tidak berfungsinya interaksi orang tua-anak.
1.4. Manfaat penelitian
1.4.1. Bagi pendidikan keperawatan
Penelitian ini berguna sebagai bahan literaturuntuk pendidikan keperawatan jiwa dan komunitas dalam mengedukasi orang tua dengan anak Tunagrahitauntuk mengetahui parenting stresspada orang tua sehingga dapat menjadi pengetahuan bagi orang tua untuk merawat anak Tunagrahita dengan baik.
1.4.2. Bagi pelayanan keperawatan
Hasil penelitian ini dapat menjadi pertimbangan bagi praktisi perawat dalam melihat orang tua secara holistic untuk mengedukasi orang tua dalam memberi perawatan pada anak dengan Tunagrahita agar tercapai perawatan orang tua yang maksimal terhadap anak Tunagrahita.
1.4.3. Bagi penelitian keperawatan