Rencana Aksi Pengembangan Energi Terbarukan
4.3 Strategi Implementasi
4.3.2. Skema Pendanaan
Mengingat biaya teknologi pemanfaatan energi terbarukan yang masih tinggi, diperlukan sharing pendanaan antara Pemerintah/Pemerintah Daerah melalui dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan pihak swasta/IPP, skema sharing pendanaan adalah sebagai berikut.
Tabel 35. Skema Sharing Pendanaan Pemerintah dan Swasta
Bantuan Pemerintah
Biaya Investasi Rp.
Tahun 2015 Tahun 2020 Tahun 2025
Sharing 25 % 1.099.272.525.000 883.339.623.334 180.731.248.399
Sharing 50 % 732.848.350.000 588.893.082.223 120.487.498.932
Sharing 75 % 366.424.175.000 294.446.541.111 60.243.749.466
38
Pembiayaan kegiatan pengembangan energi terbarukan selain berasal dari anggaran negara antara lain APBN dan APBD juga dapat berasal dari sumber pendanaan lain yang beragam, yaitu :
Tabel 36. Sumber Pendanaan Pengembangan Energi Terbarukan
Lembaga Peranan dalam Pengembangan Energi Terbarukan (EBT)
Pemerintah
Dirjen EBT dan KE 1. Penyiapan rumusan kebijakan dan standarisasi energi terbarukan seperti : PLTS, PLTMH, Biogas dan Bahan Bakar Nabati (BBN)
Kementrian Koperasi dan UKM
Implementasi dalam rangka pengembangan usaha perdesaan: PLTMH
Kementerian
Pembangunan Daerah Tertinggal
Implementasi dalam rangka pengembangan daerah tertinggal: PLTMH, PLTS, BBN
Departemen Perindustrian dan Perdagangan
Implementasi dalam rangka pengembangan industri perdesaan: BBN
Departemen Pertanian Implementasi dalam rangka peningkatan kesejahteraan petani: BBN
Lembaga Donor
GTZ Perintisan pengembangan teknologi dan pengelolaan EBT: PLTMH
GEF – SGP Pendanaan implementasi EBT dalam rangka konservasi lingkungan: PLTMH
JICA Implementasi EBT untuk pengembangan usaha di perdesaan: PLTMH
Kedubes Jepang Implementasi EBT dalam rangka pembangunan berbasis masyarakat: PLTMH
Kedubes Jerman Aplikasi EBT dengan pendekatan partisipatif untuk pelestarian hutan: PLTMH
Lembaga Swadaya Masyarakat dan Asosiasi
YBUL Fasilitasi penyediaan EBT bekerjasama dengan GEF: PLTMH
IBEKA Pengembangan EBT untuk pemberdayaan
masyarakat: PLTMH
Khaula Karya Pengembangan EBT melalui usaha waralaba layanan energi perdesaan
PPLH Pengelolaan EBT dalam rangka pendidikan lingkungan bagi masyarakat: PLTMH
METI Forum komunikasi dan pertukaran informasi dalam pengembangan EBT
Asosiasi Hidro Bandung Pengembangan teknologi dan implementasi EBT: PLTMH
Hivos Implementasi EBT dalam rangka pembangunan berbasis masyarakat: Biogas untuk penerangan dan memasak
Lembaga Keuangan, Swasta dan BUMN
39 ADB Pembiayaan proyek berwawasan lingkungan: PLTMH World Bank Pendanaan program listrik perdesaan bekerjasama
dengan DJLPE (sekarang Dirjen EBT dan KE)
PLN Implementasi dan dukungan pengembangan EBT: PLTA, PLTP, PLTB, PLTS, biofuel
Pertamina Implementasi dan dukungan pengembangan EBT: biofel
Selain yang tersebut di atas, pembiayaan dapat berasal dari dana Coorporate Social Responsibility (CSR) perusahaan dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) lainnya seperti rencana pembangunan PLTMH Kalijaga Timur oleh PT. Newmont Nusa Tenggara dan program Listrik Mandiri Rakyat (LIMAR) oleh PT. PLN (Persero).
4.3.3 Sumber Daya Manusia dan Teknologi
Dalam rangka mengidentifikasi dan menyediakan sumber daya manusia dan teknologi yang dibutuhkan untuk mencapai target pengembangan energi terbarukan, langkah-langkah yang ditempuh adalah :
a. Meningkatkan kompetensi SDM daerah di bidang energi terbarukan melalui pendidikan dan latihan teknis yang diselenggarakan oleh lembaga-lembaga pendidikan dan latihan yang sesuai dan terakreditasi;
b. Menyediakan dana Comdev di bidang energi terbarukan untuk mendidik SDM daerah di wilayah proyek energi yang bersangkutan;
c. Meningkatkan kualitas SDM dilakukan secara berkesinambungan sehingga dapat mengikuti perkembangan teknologi khususnya bidang energi terbarukan;
d. Melaksanakan penelitian dan pengembangan teknologi energi terbarukan
untuk menjamin keberlanjutan ketersediaan energi;
e. Melaksanakan penelitian energi yang ditekankan pada penelitian terapan sebagai tindak lanjut dari penelitian yang ada dengan cara bekerja sama antara lembaga penelitian baik dalam dan luar negeri seperti ITB (Institut Teknologi Bandung), BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi), Pusair (Puslitbang Air Kementerian Pekerjaan Umum) dan P3TKEBT (Pusat Penelitian dan Pengembangan Ketenagalistrikan dan Energi Baru Terbarukan).
4.3.4 Rencana Detail Implementasi a. PLTM
1) Mendorong implementasi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) atau minihydro untuk memperbaiki tingkat bauran energi yang dikelola oleh PLN;
40
2) Meningkatkan unsur Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) pada keseluruhan komponen pembangkit;
3) Pihak swasta yang terlibat dalam pembangunan PLTA/minihydro berkewajiban untuk melaksanakan program Coorporate Social Responsibility (CSR) bagi masyarakat lokal yang tinggal di sekitar pembangkit;
4) Menciptakan iklim investasi yang sehat dan aman;
5) Dukungan pemerintah dalam bentuk pendanaan dapat diberikan dalam bentuk kebijakan feed in tariff, kredit investasi dan pembebasan pajak impor.
b. PLTMH
1) Melakukan inventarisasi dan identifikasi pemanfaatan energi air skala kecil, mikro dan mini hidro khususnya bagi masyarakat pedesaan dan daerah terpencil;
2) Meningkatkan kegiatan studi kelayakan/detail engineering design di lokasi-lokasi yang potensial untuk pembangunan mikrohidro;
3) Mendorong pembangunan mikrohidro off grid di daerah-daerah yang belum terjangkau listrik PLN untuk meningkatkan rasio elekrifikasi; 4) Mendorong penelitian dan pengembangan serta pabrikasi lokal
komponen pembangkit microhydro;
5) Pemberdayaan komunitas lokal untuk kegiatan produktif yang berpeluang meningkatkan taraf penghasilan yang melibatkan peran dari berbagai pihak/instansi terkait;
6) Menciptakan iklim investasi yang sehat dan aman;
7) Dukungan pemerintah dalam bentuk pendanaan dapat diberikan dalam bentuk kebijakan feed in tariff dan kredit investasi.
c. PLTS
1) Pemberian bantuan SHS dan PLTS terpusat dilakukan di daerah-daerah yang tidak memiliki potensi energi setempat lain untuk dikembangkan; 2) Menciptakan iklim investasi yang sehat dan aman;
3) Dukungan pemerintah dalam bentuk pendanaan dapat diberikan dalam bentuk kebijakan feed in tariff, kredit investasi dan pembebasan pajak impor.
d. PLTP
1) Melakukan inventarisasi dan evaluasi potensi melalui eksplorasi secara intensif untuk merubah status potensi sumberdaya spekulatif dan hipotetik menjadi cadangan terduga, mungkin dan terbukti;
2) Pengembangan potensi panas bumi baik untuk pemanfaatan langsung (pengeringan hasil pertanian dan lain-lain) dan tidak langsung (pembangkitan listrik);
41
3) Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) skala kecil yang pembiayaannya dapat berasal dari pemerintah, IPP dan koperasi lokal;
4) Pemerintah berkontribusi secara tidak langsung melalui pemberian subsidi tarif dan kredit investasi yang ditetapkan melalui kebijakan feed in tariff dan subsidi pendanaan;
5) Meningkatkan unsur Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) pada keseluruhan komponen pembangkit;
6) Menciptakan kondisi yang kondusif bagi investor pengembangan energi panas bumi.
e. Biogas
1) Melakukan indentifikasi desa/dusun yang siap untuk pembangunan biogas;
2) Berkoordinasi secara intensif dengan pihak pengembang biogas seperti Hivos;
3) Menciptakan iklim investasi yang sehat dan aman;
4) Dukungan pemerintah dalam bentuk pendanaan dapat diberikan dalam bentuk subsidi pembangunan, kredit investasi dan pembebasan pajak impor.
f. Biofuel
1) Membuat regulasi mengenai tata niaga dan pasar biofuel oleh pemerintah;
2) Meningkatkan pengembangan pemanfaatan tanaman jarak (Jatropha Curcas) sebagai bahan bakar lain untuk pembangkit tenaga listrik dan bahan bakar memasak rumah tangga;
3) Mendorong kegiatan penelitian dan pengembangan di bidang upgrading kualitas biofuel, pengkajian dan penerapan blending dan sistem budidaya bahan baku jarak pagar;
4) Implementasi program terpadu dimulai dari sistem budidaya jarak pagar yang baik hingga pemanfaatan biofuel di sisi hilir untuk menjamin kontinuitas bahan baku;
5) Menciptakan iklim investasi yang sehat dan aman;
6) Dukungan pemerintah dalam bentuk pendanaan dapat diberikan dalam bentuk subsidi tarif, kredit investasi dan pembebasan pajak impor.
g. PLT Biomassa
1) Pemanfaatan biomassa dengan bahan bakar kayu hasil hutan wajib memperhatikan konsep pemberdayaan hutan produksi yang berkelanjutan;
2) Mensosialisasikan secara intensif kepada masyarakat mengenai penggunaan limbah pertanian seperti tempurung kelapa dan sekam padi sebagai bahan bakar untuk membangkitkan listrik;
42
3) Menciptakan iklim investasi yang sehat dan aman; 4) Implementasi program ”Hutan Cadangan Energi Daerah”.
h. Energi terbarukan lainnya
1) Merintis pengembangan teknologi-teknologi baru seperti energi gelombang energi arus dan Ocean Thermal Energy Conversion (OTEC), dan lain-lain;
2) Menciptakan iklim investasi yang sehat dan aman;
3) Dukungan pemerintah dalam bentuk pendanaan dapat diberikan dalam bentuk subsidi tarif, kredit investasi dan pembebasan pajak impor.
43