• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rencana Aksi Energi Terbarukan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun Laporan D-25

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Rencana Aksi Energi Terbarukan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun Laporan D-25"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

1

Rencana Aksi Energi Terbarukan

Provinsi Nusa Tenggara Barat

Tahun 2010-2025

Laporan D-25

TIM CASINDO NUSA TENGGARA BARAT

Agustus 2011

(2)
(3)

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas ijin dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan kegiatan penyusunan dokumen “Rencana Aksi Energi Terbarukan Provinsi Nusa Tenggara Barat”. Penyusunan dokumen ini merupakan kerjasama antara Fakultas Teknik Universitas Mataram dengan Energy research Center of the Netherlands yang bernaung dibawah Proyek CASINDO. Dokumen ini diharapkan menjadi acuan bagi instansi pemerintah dan swasta dalam pengembangan energi terbarukan di Provinsi Nusa Tenggara Barat, tidak hanya pengembangan energi terbarukan untuk pembangkitan listrik, melainkan juga untuk kebutuhan lainnya seperti industri dan bahan bakar memasak skala rumah tangga. “Rencana Aksi Energi Terbarukan Provinsi Nusa Tenggara Barat” merupakan tindak lanjut dari diberlakukannya Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional, dimana Pemerintah Pusat telah menetapkan target pemanfaatan energi terbarukan pada tahun 2025 sebesar 17 %.

Lebih lanjut, dokumen ini memuat data dan informasi mengenai pemanfaatan energi terbarukan saat ini, potensi energi terbarukan dan peluang pengembangannya, target pengembangan energi terbarukan serta rencana aksi yang diperlukan untuk mencapai target yang telah ditentukan.

Tersusunnya dokumen ini tidak terlepas dari dukungan dan kerja sama semua stakeholder terkait, untuk itu tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaiannya, dan semoga kerja sama yang baik dapat lebih ditingkatkan lagi di masa yang akan datang. Akhir kata semoga dokumen ini dapat bermanfaat bagai pengembangan energi nasional, dan lebih khususnya bagi pengembangan energi daerah Nusa Tenggara Barat.

Mataram, Agustus 2011

(4)

ii

DAFTAR ISI

Halaman KATA PENGANTAR ………...……… i DAFTAR ISI ………...……… ii DAFTAR TABEL ………...………... iv DAFTAR GAMBAR ………...……….. vi 1 PENDAHULUAN ……...……….. 1 1.1 Latar Belakang ……...……… 1

2 PEMANFAATAN ENERGI TERBARUKAN SAAT INI ……...……… 2

2.1 Kebijakan Energi Saat Ini ……...……… 2

2.1.1 Kebijakan Energi Nasional (KEN) ……...… 2

2.1.1.1 Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006 ... 2

2.1.1.2 Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2010 ... 4

2.1.1.3 Kebijakan Pengembangan Energi Baru Terbarukan Skala Kecil ……...……… 5

2.1.1.4 Kebijakan Pengembangan Panas Bumi ... 6

2.1.2 Kebijakan Energi Daerah (KED) ... 7

2.1.2.1 Keputusan Gubernur Nomor 110 Tahun 2007 ... 7

2.1.2.2 Bumi Sejuta Sapi (BSS) ... 8

2.2.2.3 Desa Mandiri Energi (DME) ... 9

2.2 Pemanfaatan Energi Terbarukan Saat Ini ……...………… 11

2.2.1 PLTMH ……...……… 12

2.2.2 PLTS ……...………... 13

2.2.3 Biogas ……...……… 15

3 PELUANG PENGEMBANGAN ENERGI TERBARUKAN ……...……… 20

3.1 Potensi Energi Terbarukan ……...……….. 20

3.2 Peluang Pengembangan ……...……… 21

3.2.1 Tenaga Air ……...………. 21

(5)

iii 3.2.3 Biogas ……...……… 22 3.2.4 Geothermal ……...……… 22 3.2.5 Biofuel ……...……… 23 3.2.6 Biomassa ……...……… 23 3.2.7 Tenaga Angin ……...……… 24

3.3 Supply Demand Analysis ……...……… 25

3.3.1 Supply Demand Micro Analysis ……...…… 25

3.3.2 Supply Demand Macro Analysis ……...… 30

4 RENCANA AKSI PENGEMBANGAN ENERGI TERBARUKAN ……... 31

4.1 Target Pengembangan Energi Terbarukan ……...……... 31

4.2 Rencana Aksi ……...……... 31

4.3 Strategi Implementasi ……...……... 35

4.3.1 Kelembagaan Pelaksana ……...……... 35

4.3.2 Skema Pendanaan ……...……... 37

4.3.3 Sumber Daya Manusia dan Teknologi ……... 39

4.3.4 Rencana Detail Implementasi ……...……... 39

(6)

iv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Target Pertumbuhan Populasi Sapi ... 9

2 Daftar Pengembangan Desa Mandiri Energi ... 10

3 Pembangunan Energi Terbarukan (sampai dengan 31 Desember 2010) ... 12

4 Produksi Energi Listrik PLTMH Tahun 2010 ... 13

5 Produksi Energi Listrik PLTS Tahun 2010 ... 14

6 Biaya Konstruksi Digester Biogas ... 15

(7)

v

8 Data Konsumsi Energi Per Jenis Bahan Bakar ... 17

9 Konsumsi Energi dalam SBM Tahun 2010 ... 18

10 Potensi Energi Terbarukan dan Pemanfaatannya Saat Ini ... 20

11 Peluang Pengembangan Energi Terbarukan ... 21

12 Peluang Pengembangan Potensi Tenaga Air ... 21

13 Populasi Ternak Sapi di Provinsi Nusa Tenggara Barat ... 22

14 Peluang Pengembangan Sumberdaya Geothermal ... 23

15 Luas Penanaman Jarak Pagar ... 23

16 Potensi Limbah Perkebunan untuk Biomassa ... 24

17 Data Kecepatan Angin ... 24

18 Contoh Kasus PLTMH untuk Supply Demand Micro Analysis ... 25

19 Jumlah Kandang Kolektif di Provinsi Nusa Tenggara Barat ... 27

20 Peluang Pengembangan Biogas ... 27

21 Peluang Pengembangan Geothermal ... 28 22 Peluang Pengembangan Biofuel/Jarak Pagar ... 28 23 Peluang Pengembangan Biofuel/Jarak Pagar (dalam SBM) ... 29

24 Peluang Pengembangan Biogas untuk Pembangkitan Listrik ... 29

25 Proyeksi Pemanfaatan Energi Terbarukan (dalam SBM) ... 30

26 Target Pengembangan Energi Terbarukan (dalam SBM) ... 31

27 Rencana Pembangunan PLTM ... 32

28 Rencana Pembangunan PLTMH ... 32

29 Rencana Pembangunan Solar Home System (SHS) 50 Wp ... 33

30 Rencana Pembangunan PLTS Terpusat ... 33

31 Rencana Pembangunan Biogas ... 34

32 Rencana Pembangunan PLTP ... 34

33 Rencana Pembangunan PLT Biomassa ... 35

34 Rencana Pembangunan SKEA ... 35

35 Skema Sharing Pendanaan Pemerintah dan Swasta ... 37

(8)

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 1 Target Energy Mix KEN ... 3 2 POTENSI MIKROHIDRO DAN PENGEMBANGANNYA DI DUSUN MURPEJI,

DESA DASAN GERIA, KEC. LINGSAR, KAB. LOMBOK BARAT

... 5

3 Potensi Energi Panas Bumi di Sembalun, Kab. Lombok Timur ... 6 4 Target Energy Mix KED untuk Pembangkitan Listrik ... 8 5 PLTMH Lantan di Desa Lantan, Kec. Batukliang Utara, Kab. Lombok Tengah (on

grid) ... 12 6 PLTS Komunal (on grid) di Pulau Gili Terawangan ... 14 7 Biogas Skala Rumah Tangga di Desa Gapura, Kec. Pujut, Kab. Lombok Tengah

... 15 8 Penggunaan Energi Saat Ini ... ... 18 9 Energi Mix untuk Pembangkitan Listrik Kondisi Saat Ini ... 19

(9)
(10)

1

Bab 1

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Sumberdaya energi adalah kekayaan alam yang bernilai strategis dan sangat penting untuk mendukung keberlanjutan kegiatan ekonomi. Mengingat peran strategis sumberdaya energi, pengelolaan energi yang meliputi penyediaan, pemanfaatan dan pengusahaannya harus dilakukan secara berkeadilan, berkelanjutan, dan optimal agar dapat memberikan nilai tambah yang sebesar besarnya bagi kesejahteraan rakyat.

Sebagai acuan pengelolaan energi, Pemerintah pusat menetapkan Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN). Dalam KEN, dicantumkan target energy mix yang menjadi acuan pengembangan energi nasional. Sebagai tindak lanjut, Pemerintah daerah perlu menetapkan rencana aksi dalam rangka mencapai target energy mix nasional. Rencana aksi tersebut menjadi pedoman baik bagi institusi pemerintah dan swasta di daerah untuk mengembangkan energi terbarukan. Hal ini sejalan dengan ikhtiar Pemerintah pusat dan daerah yang ingin mengurangi peran energi konvensional dan menggantinya dengan energi terbarukan yang tersedia lokal serta lebih ramah lingkungan.

Dalam penyusunan rencana aksi, dilakukan kajian mengenai status pemanfaatan energi terbarukan saat ini, pemetaan peluang pengembangan potensi energi terbarukan yang tersedia kemudian penentuan target pengembangan selanjutnya. Sebagai langkah pendukung, dibentuk tim yang beranggotakan stakeholder terkait, yang melaksanakan tugasnya berdasarkan rencana detail implementasi pengembangan energi terbarukan.

(11)

2

Bab 2

Pemanfaatan Energi Terbarukan Saat Ini

Dalam Kebijakan Energi Nasional, salah satu kebijakan utama pengembangan energi nasional adalah meningkatkan diversifikasi energi melalui upaya pemanfaatan energi terbarukan seperti panas bumi, tenaga air, energi surya, energi angin dan biomassa minimal sebesar 17 % dari total energy mix pada tahun 2025. Dengan memanfaatkan energi terbarukan ketergantungan penggunaan bahan bakar fosil pada sistem penyediaan energi nasional dapat menurun. Selain itu, isu pemanasan global yang dikaitkan dengan konsumsi bahan bakar fosil menjadi salah satu alasan untuk mengurangi tingkat penggunaan bahan bakar fosil. Mengingat peran energi terbarukan yang sangat penting dalam sistem penyediaan energi nasional, diperlukan kebijakan yang mendukung keberlanjutan pelaksanaannya.

2.1 Kebijakan Energi Saat Ini

2.1.1 Kebijakan Energi Nasional (KEN)

2.1.1.1. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006

Mengingat masih besarnya potensi energi terbarukan yang belum dimanfaatkan di Indonesia, namun kontribusinya dalam target energy mix nasional semakin menurun, di lain pihak akibat melambungnya harga minyak dunia sementara ketersediaan cadangannya di dalam negeri semakin habis, Pemerintah kemudian menetapkan Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional.

Kebijakan Energi Nasional bertujuan untuk mengarahkan upaya-upaya dalam mewujudkan keamanan pasokan energi dalam negeri termasuk dalam hal penyediaan dan pemanfaatannya, dengan sasaran sebagai berikut.

a. Tercapainya elastisitas energi lebih kecil dari satu pada tahun 2025. b. Terwujudnya target energy mix pada tahun 2025, sebagaimana

(12)

3

Gambar 1. Target Energy Mix KEN

 Minyak bumi menjadi kurang dari 20%;

 Gas Bumi menjadi lebih dari 30%;

 Batubara menjadi lebih dari 33%;

 Bahan bakar nabati menjadi lebih dari 5%;

 Panas bumi menjadi lebih dari 5%;

 Biomassa, nuklir, mikrohidro, tenaga surya, dan tenaga angin menjadi 5%;

 Batubara yang dicairkan menjadi lebih dari 2%.

Sasaran tersebut di atas dicapai melalui penerapan kebijakan utama dan kebijakan pendukung sebagai berikut.

a. Kebijakan Utama

 Penyediaan energi;

 Pemanfaatan energi;

 Kebijakan harga energi;

 Pelestarian lingkungan.

b. Kebijakan Pendukung

 Pengembangan infrastruktur energi;

 Kemitraan pemerintah dan dunia usaha;

 Pemberdayaan masyarakat;

 Penelitian dan pengembangan.

Peraturan Presiden (Perpres) ini mengamanatkan kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral untuk menetapkan Blueprint Pengelolaan

(13)

4

Energi Nasional sebagai dasar bagi penyusunan pola pengembangan dan pemanfaatan masing-masing jenis energi.

Blueprint Pengelolaan Energi antara lain memuat hal-hal sebagai berikut. a. Kebijakan mengenai jaminan keamanan pasokan energi dalam

negeri;

b. Kebijakan mengenai kewajiban pelayanan publik (public service obligation);

c. Pengelolaan sumberdaya energi dan pemanfaatannya.

Bagian akhir Perpres mengatur mengenai kebijakan harga energi yang disesuaikan secara bertahap sampai batas waktu tertentu sampai menuju harga keekonomiannya. Namun dengan syarat, pentahapan dalam penyesuaian harga energi tersebut harus memberikan dampak optimum terhadap diversifikasi energi.

Untuk memfokuskan dan mencapai target pengembangan energi terbarukan yang telah ditetapkan, pada tahun 2010, Pemerintah membentuk unit eselon satu di bawah Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, yaitu Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Dirjen EBT KE).

Saat ini Pemerintah dalam hal ini Dewan Energi Nasional sedang menyusun Kebijakan Energi Nasional (KEN) baru yang akan ditetapkan setelah mendapatkan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. Berdasarkan bahan presentasi Dirjen EBT KE tahun 2010, target energy mix dalam KEN baru direvisi menjadi 25 % pada tahun 2025, dari target sebelumnya 17 % pada tahun 2025.

2.1.1.2. Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2010

Dalam rangka mempercepat diversifikasi energi khususnya dalam pembangkitan tenaga listrik, pemerintah menetapkan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2010 yang menugaskan PT. PLN (Persero) untuk melakukan percepatan pembangunan pembangkit tenaga listrik yang menggunakan energi terbarukan seperti air dan panas bumi sebagai sumber energinya.

Di Provinsi Nusa Tenggara Barat, proyek pembangkit listrik yang termasuk dalam Perpres Nomor 4 Tahun 2010 adalah Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Sembalun 2 x 10 MW dan PLTP Hu’u 2 x 10 MW beserta pembangunan transmisi 70 kV.

(14)

5 2.1.1.3. Kebijakan Pengembangan Energi Baru Terbarukan Skala Kecil

Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) bertujuan untuk elektrifikasi daerah-daerah terpencil yang belum terjangkau oleh jaringan listrik PLN. Namun pada perkembangannya, banyak potensi energi air baik skala mikro/minihidro yang terletak di daerah pelayanan PLN. Oleh karena itu, saat ini PLTMH tidak hanya berfungsi sebagai pembangkit listrik mandiri yang memenuhi kebutuhan listrik masyarakat daerah terpencil (stand alone/off grid), namun juga diimplementasikan sebagai PLTMH on grid yang terinterkoneksi dengan jaringan distribusi PLN sehingga listrik yang dibangkitkan langsung dibeli oleh PLN.

Gambar 2. Potensi Mikrohidro dan Pengembangannya di Dusun Murpeji, Desa Dasan Geria, Kecamatan Lingsar,

Kabupaten Lombok Barat

Untuk menarik minat swasta agar tertarik berinvestasi di bidang kelistrikan, khususnya pembangkitan listrik yang memanfaatkan sumber energi terbarukan yang ramah lingkungan, Pemerintah menetapkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 31 Tahun 2009 yang mengatur harga pembelian tenaga listrik oleh PT. PLN (Persero) dari pembangkit listrik yang menggunakan energi terbarukan dengan kapasitas di bawah 10 MW. Harga pembelian tenaga listrik ditetapkan sebagai berikut.

a. Rp. 656/kWh x F, jika terinterkoneksi pada Tegangan Menengah; b. Rp. 1.004/kWh x F, jika terinterkoneksi pada Tegangan Rendah.

Dimana F adalah faktor insentif sesuai dengan lokasi, dengan besaran untuk wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu 1,3. Mengingat kondisi kelistrikan di Provinsi Nusa Tenggara Barat saat ini dalam kondisi siaga, di mana jika terjadi gangguan atau sedang dilakukan pemeliharaan pada salah satu mesin pembangkit akan mengakibatkan pemadaman bergilir. Oleh karena itu, Pemerintah Daerah dan PT. PLN

(15)

6

(Persero) Wilayah NTB berkepentingan mendorong partisipasi badan usaha swasta, koperasi dan swadaya masyarakat untuk berperan dalam meningkatkan kemampuan penyediaan tenaga listrik khususnya yang memanfaatkan sumber energi terbarukan yang ramah lingkungan di daerah.

2.1.1.4. Kebijakan Pengembangan Panas Bumi

Target pemanfaatan panas bumi dalam Kebijakan Energi Nasional ditetapkan sebesar lebih dari 5 % dari keseluruhan target energy mix pada tahun 2025. Kebijakan Pemerintah Republik Indonesia tentang pengembangan panas bumi secara umum tertuang dalam Undang-undang Nomor 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi. Untuk mengoptimalkan pemanfaatan panas bumi, kegiatan pengusahaan panas bumi pada sisi hulu yang merupakan kegiatan yang padat modal dan padat teknologi diatur dalam undang-undang ini. Sedangkan kegiatan pada sisi hilir yang berkaitan dengan pemanfaatannya diatur tersendiri

atau mengikuti peraturan peundang-undangan di bidang

ketenagalistrikan yang berlaku.

Gambar 3. Potensi Energi Panas Bumi di Sembalun, Kabupaten Lombok Timur

Untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik di dalam wilayah usahanya dan sebagai upaya untuk mewujudkan pemanfaatan panas bumi sebesar lebih dari 5 % dalam target bauran energi pada tahun 2025, Pemerintah menetapkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 32 Tahun 2009 yang mengatur tentang pembelian tenaga listrik pada pembangkit listrik tenaga panas bumi di dalam wilayah kerja pertambangan panas bumi yang berasal dari :

a. Pemenang lelang wilayah kerja pertambangan panas bumi;

b. Pemegang wilayah kerja pertambangan panas bumi yang telah ada, berdasarkan peraturan perundang-undangan sebelum diundangkan-nya Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi.

(16)

7

Harga patokan tertinggi yang diberlakukan di sisi tegangan tinggi adalah sebesar 9,70 sen US$/kWh untuk pembelian tenaga listrik oleh PT. PLN (Persero).

Potensi panas bumi di Provinsi Nusa Tenggara Barat yang telah menjadi Wilayah Kuasa Pertambangan dan telah dilelang terletak di Hu’u, Kabupaten Dompu. Rencana pengembangan potensi ini menjadi PLTP dengan kapasitas terbangkit 3 x 20 MW telah tercantum dalam Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT. PLN (Persero).

2.1.2 Kebijakan Energi Daerah (KED)

2.1.2.1 Keputusan Gubernur Nomor 110 Tahun 2007

Peraturan daerah di bidang energi yang diberlakukan di Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu Keputusan Gubernur Nomor 110 Tahun 2007 tentang Kebijakan Sektor Ketenagalistrikan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat. Kebijakan Sektor Ketenagalistrikan Daerah Nusa Tenggara Barat bertujuan untuk mengarahkan upaya-upaya dalam mewujudkan penyediaan tenaga listrik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, serta sebagai pedoman dalam pembangunan dan pengembangan ketenagalistrikan guna mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat di Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Sasaran Kebijakan Sektor Ketenagalistrikan Daerah Nusa Tenggara Barat adalah sebagai berikut.

1. Terwujudnya keseimbangan antara penyediaan dengan kebutuhan tenaga listrik ;

2. Tersedia infrastruktur tenaga listrik yang mampu memaksimalkan akses masyarakat perdesaan sehingga pada tahun 2020 seluruh desa sudah berlistrik dengan rasio elektrifikasi sebesar 90%; 3. Terwujudnya bauran energi (energy mix) yang seimbang pada tahun

2020 yaitu peranan masing-masing sumber energi primer terhadap penyediaan tenaga listrik, serta menekan penggunaan bahan bakar minyak sebagai energi primer, sebagaimana yang ditunjukkan gambar 4.

(17)

8

Sumber : Keputusan Gubernur Nomor 110 Tahun 2007

Gambar 4. Target Energy Mix KED untuk Pembangkitan Listrik a. Bahan bakar minyak menjadi kurang dari 23 %;

b. Penggunaan bahan bakar nabati (biofuel) lebih dari 9%; c. Batubara menjadi lebih dari 28 %;

d. Energi terbarukan khususnya tenaga air dan panas bumi mencapai 38%;

e. Energi terbarukan lainnya yang meliputi angin, surya, dan biomassa 2%.

Saat ini pemanfaatan energi di Provinsi Nusa Tenggara Barat masih sangat bergantung pada bahan bakar fosil yang didatangkan dari luar daerah. Di sisi lain, potensi energi terbarukan seperti panas bumi dan air baik skala mikro atau pun minihidro banyak tersedia namun pemanfaatannya masih belum optimal. Untuk mencapai target energi bauran dalam Kebijakan Energi Daerah, diperlukan kebijakan pendukung yang mengatur strategi dan rencana aksi yang diperlukan.

Di Provinsi Nusa Tenggara Barat, meskipun target energy mix daerah telah ditetapkan dalam Kebijakan Sektor Ketenagalistrikan Daerah, namun angka-angka tersebut perlu untuk dievaluasi kembali karena tidak mencerminkan kondisi energi daerah yang sesungguhnya.

2.1.2.2 Bumi Sejuta Sapi (BSS)

Program NTB BSS adalah program percepatan (akselerasi) pengembangan peternakan sapi dengan lebih mengutamakan pemberdayaan sumberdaya

(18)

9

lokal dengan tujuan agar sesegera mungkin dapat tercapai populasi optimal sesuai dengan daya dukung wilayah sehingga peternakan sapi di NTB dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap pendapatan masyarakat pedesaan, memenuhi kebutuhan daging nasional, memenuhi permintaan bibit sapi bagi daerah-daerah lain, dan memenuhi kebutuhan konsumsi daging dalam daerah. Dengan demikian, secara tidak langsung peternakan sapi diharapkan dapat menjadi lokomotif penggerak atau pengungkit sektor ekonomi lainnya dalam rangka meningkatkan perekonomian, kesehatan, kecerdasan dan kesejahteraan masyarakat.

Target pertumbuhan populasi sapi program Bumi Sejuta Sapi disajikan pada tabel 1.

Tabel 1. Target Pertumbuhan Populasi Sapi

Tahun Populasi Pro Regular (ekor)

Populasi Pro Percepatan (ekor) 2008 546.114 546.114 2009 587.247 602.333 2010 631.511 683.347 2011 679.111 780.724 2012 730.299 897.832 2013 785.346 1.032.507

Sumber : Blue Print Program Bumi Sejuta Sapi, 2009

Namun target pertumbuhan populasi di atas, tidak diintegrasikan dengan kebijakan pengembangan energi terbarukan, yaitu target pembangunan biogas. Padahal peningkatan jumlah populasi sapi, juga meningkatkan produksi kotoran ternak yang jika tidak ditangani dengan baik berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan dan masalah sosial. Untuk mengatasinya, diperlukan integrasi antara program Bumi Sejuta Sapi dan target pembangunan biogas, serta koordinasi yang intensif dari pihak terkait seperti Dinas Peternakan, Dinas Pertambangan dan Energi dan Hivos (pengembang biogas), sehingga tidak saja peningkatan populasi sapi yang dicapai melainkan juga terpenuhinya kebutuhan energi untuk rumah tangga dan penanggulangan masalah lingkungan.

2.1.2.3 Desa Mandiri Energi (DME)

Di samping pembangunan instalasi energi terbarukan, Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat mendorong terwujudnya program Desa Mandiri Energi (DME) yang bertujuan untuk menjaga pasokan energi bagi masyarakat, meragamkan sumber energi masyarakat, meningkatkan produktivitas kegiatan ekonomi masyarakat desa,

(19)

10

meningkatkan kesempatan kerja, dan meningkatkan kesejahteraan pada umumnya melalui penyediaan energi terbarukan yang terjangkau dan berkelanjutan. Program Desa Mandiri Energi (DME) adalah program terobosan atau program unggulan yang dilaksanakan oleh Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi NTB tahun 2009 – 2013.

Di Nusa Tenggara Barat, pengembangan DME diarahkan pada pemanfaatan potensi setempat baik berbasis nabati maupun non nabati yang arahnya mengikuti kebijakan Pemerintah Pusat.

Sasaran utama DME adalah terwujudnya pemenuhan energi dari sumber daya lokal serta penciptaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan di desa miskin, desa daerah tertinggal, desa transmigrasi, desa pesisir, desa pulau kecil dan desa daerah perbatasan. Daftar pengembangan Desa Mandiri Energi di Provinsi Nusa Tenggara Barat disampaikan pada tabel 2.

Tabel 2. Daftar Pengembangan Desa Mandiri Energi

No Kabupaten Kecamatan Desa Dme Berbasis Pemanfaatan

Awal

1. Lombok Barat Sekotong Buwun Mas PLTS Penerangan

Narmada Sedau PLTMH Penerangan

2. Lombok Utara Bayan Akar-Akar PLTS Penerangan

Mumbul Sari PLTS Penerangan

3. Lombok Tengah Praya Timur Mujur PLTS Penerangan

Praya Barat Daya Kabul Jarak Pagar Penerangan

dan Memasak

Batu Jangkih PLTS Penerangan

Pujut Prabu Jarak Pagar Penerangan

Batukliang Utara Lantan PLTMH dan

Biogas

Penerangan dan Memasak

Pringgarata Pemepek PLTMH Penerangan

4. Lombok Timur Sakra Timur Lepak PLTS Penerangan

Jerowaru Pemongkong PLTS Penerangan

Suela Perigi PLTS Penerangan

Aikmel Kalijaga Selatan Biogas Memasak

Kalijaga Timur PLTMH dan Jarak Pagar

Penerangan dan Memasak

5. Sumbawa Maronge Maronge PLTS Penerangan

Batulanteh Tepal PLTS dan PLTMH Penerangan

Baturotok PLTS dan PLTMH Penerangan

6. Sumbawa Barat Sekongkang Talonang PLTS Penerangan

(20)

11

No Kabupaten Kecamatan Desa Dme Berbasis Pemanfaatan

Awal

7. Dompu Kilo Taropo PLTS Penerangan

Manggelewa Soriutu Jarak Pagar Penerangan

dan Memasak

8. Bima Langgudu Kerampi PLTS Penerangan

Dumu PLTS Penerangan

Tambora Oi Marai PLTMH Penerangan

Donggo Bumi Pajo PLTS Penerangan

Sumber : Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi NTB, 2010

Selain itu, pada tahun 2009, diberikan bantuan 4 (empat) unit alat produktif di 4 (empat) desa lokasi pembangunan PLTMH, dengan tujuan agar listrik yang dihasilkan PLTMH tidak semata-mata digunakan untuk kebutuhan konsumtif melainkan juga untuk usaha produktif. Lokasi-lokasi tersebut adalah sebagai berikut.

 1 paket pengolahan pakan ternak di PLTMH Lantan, Desa Lantan, Kecamatan Batukliang Utara, Kabupaten Lombok Tengah;

 1 paket mesin peralatan pertukangan kayu di PLTMH Selenaik, Desa Sedau, Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat;

 1 paket mesin pengolah biji kopi di PLTMH Baturotok, Desa Baturotok, Kecamatan Batu Lanteh, Kabupaten Sumbawa;

 1 paket pengolah biji kopi di PLTMH Tepal, Desa Tepal, Kecamatan Batu Lanteh, Kabupaten Sumbawa.

2.2 Pemanfaatan Energi Terbarukan Saat Ini

Provinsi Nusa Tenggara Barat memiliki potensi energi terbarukan yang cukup melimpah, di antaranya energi air, panas bumi, angin, biomassa, biogas dan surya. Meskipun memiliki potensi energi terbarukan yang melimpah namun pemanfaatannya baru dilakukan secara terbatas karena pertimbangan biaya dan teknologi yang terbatas. Jenis energi terbarukan yang dikembangkan sejauh ini adalah energi air skala kecil melalui pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) dan Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM), energi surya untuk penerangan rumah tangga perdesaan serta pemanfaatan biogas dan biomassa untuk bahan bakar memasak skala rumah tangga. Lebih rincinya disajikan pada tabel 3.

(21)

12

Tabel 3. Pembangunan Energi Terbarukan (sampai dengan 31 Desember 2010)

No Kabupaten/Kota Pembangunan Energi Terbarukan (Unit) PLTMH PLTS Biodisel Biogas SKEA

1 Kota Mataram - - - - - 2 Lombok Utara 3 407 - 1 - 3 Lombok Barat 5 1206 - 9 - 4 Lombok Tengah 3 948 1 45 - 5 Lombok Timur 1 1241 - 12 1 6 Sumbawa Barat - 609 - 2 - 7 Sumbawa 2 1014 - 4 - 8 Dompu 1 908 1 9 9 Bima 2 934 - 2 1 10 Kota Bima - - - - - Total 17 9.476 2 84 2

Sumber : Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi NTB, 2010

2.2.1 PLTMH

Pembangunan PLTMH off grid untuk daerah-daerah terpencil yang belum terjangkau listrik PLN dilakukan oleh Pemerintah, dengan sumber pembiayaan baik dari anggaran daerah ataupun anggaran Pemerintah Pusat.

Setiap tahun Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat melalui Dinas Pertambangan dan Energi melakukan studi pendahuluan yang jika dinilai layak ditingkatkan menjadi Detail Design Engineering. Setelah masa konstruksi selesai, pengelolaan PLTMH diserahkan kepada swadaya masyarakat setempat atau Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) atau koperasi di level desa. Penetapan tarif dan susunan pengurus kelembagaan dibina oleh Dinas Energi dan Sumber daya Mineral di tingkat kabupaten bersama-sama dengan Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Gambar 5. PLTMH Lantan di Desa Lantan, Kecamatan Batukliang Utara, Kabupaten Lombok Tengah (on grid)

(22)

13

Untuk menghitung produksi energi listrik yang dihasilkan PLTMH digunakan asumsi sebagai berikut.

1. Karena sebagian besar PLTMH yang dibangun di Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah PLTMH off grid, maka pola operasi setiap hari adalah rata-rata 17 - 20 jam, kecuali PLTMH Lantan dan PLTMH Pengga yang memiliki perjanjian interkoneksi (jual beli) listrik dengan PLN;

2. Lama bulan basah di Pulau Lombok adalah 6 (enam) bulan dimulai dari Bulan November, Desember, Januari, Februari, Maret dan April; 3. Lama bulan basah di Pulau Sumbawa adalah 4 (empat) bulan dimulai

dari Bulan Desember, Januari, Februari dan Maret;

4. Lifetime PLTMH dengan perawatan yang baik dapat mencapai 25 tahun dengan faktor kapasitas 50% - 80%. Faktor kapasitas PLTMH dengan umur operasi di bawah 5 (lima) tahun adalah 90% sedangkan PLTMH dengan umur operasi di atas 5 (tahun) adalah 50%-70%. Tabel 4. Produksi Energi Listrik PLTMH Tahun 2010

No PLTMH Yang Beroperasi Kapasitas (kW) Produksi Energi (kWh) 1 PLTMH Teres Genit 30 97.740 2 PLTMH Santong I 40 98.464 3 PLTMH Santong 2 25 69.233 4 PLTMH Murpeji 50 162.900 5 PLTMH Selenaik Atas 25 69.233 6 PLTMH Selenaik 22 60.925 7 PLTMH Aik Berik 22 60.925 8 PLTMH Lantan 100 390.960 9 PLTMH Bunut Jambul 30 97.740 10 PLTMH Tepal 30 64.796 11 PLTMH Oi Marai 200 435.600 12 PLTMH Pengga 400 868.800 Total 924 2.477.314 kWh Setara 3.948,09 SBM 2.2.2 PLTS

PLTS tersebar adalah jenis PLTS yang paling banyak digunakan di Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan skala kebutuhan untuk rumah tangga (Solar Home System/PLTS). Sistem PLTS dirancang sedemikian rupa sehingga mudah untuk dirakit dan dioperasikan oleh masyarakat desa yang awam. Namun kemudahan dalam hal ini sekaligus menjadi titik lemah PLTS dalam program listrik

(23)

14

perdesaan. Banyak PLTS yang dibagikan dalam bentuk bantuan diperjualbelikan oleh penerima bantuan. Karakteristik PLTS yang diinstal secara individual di masing-masing rumah, mengakibatkan lemahnya pengawasan dan berkurangnya fungsi lembaga pengelola yang telah dibentuk.

Gambar 6. PLTS Komunal (on grid) di Pulau Gili Terawangan Untuk menghitung produksi energi listrik PLTS tersebar dan PLTS komunal (terpusat), digunakan asumsi sebagai berikut.

1. Pola operasi harian PLTS tersebar/PLTS komunal adalah 8 jam per hari;

2. Efisiensi PLTS adalah 80%;

3. PLTS tersebar/PLTS komunal dengan tahun pemasangan di bawah 2006 diasumsikan sudah tidak berfungsi/beroperasi lagi. Tabel 5. Produksi Energi Listrik PLTS Tahun 2010

No Kabupaten Unit yang Beroperasi Produksi Energi (kWh) SHS PLTS Komunal 1 Lombok Utara 405 2 50.341 2 Lombok Barat 1203 3 155.227 3 Lombok Tengah 944 4 160.016 4 Lombok Timur 1235 6 173.682 5 Sumbawa Barat 608 1 82.694 6 Sumbawa 1013 1 129.998 7 Dompu 908 - 106.054 8 Bima 934 - 109.091 Total 7.250 17 967.104 kWh Setara 592,83 SBM

(24)

15 2.2.3 Biogas

Pemanfaatan biogas di Provinsi Nusa Tenggara Barat masih terbatas pada pemenuhan kebutuhan bahan bakar memasak untuk rumah tangga. Pembangunan biogas antara lain dilaksanakan melalui skema percontohan oleh Pemerintah Daerah dan program BIRU (Program Biogas Rumah) yang dikelola oleh HIVOS (Institut Humanis untuk Kerjasama Pembangunan) dengan dukungan teknis dari SNV (Organisasi Pembangunan Belanda). Program ini didanai sepenuhnya oleh Kedutaan Besar Kerajaan Belanda di Jakarta dan didukung oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia.

Gambar 7. Biogas Skala Rumah Tangga di Desa Gapura, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah

Di Provinsi Nusa Tenggara Barat Program BIRU telah berjalan sejak Bulan Juli 2010 dengan melibatkan 5 (lima) mitra lokal di Kabupaten Lombok Barat, Kabupaten Lombok Tengah dan Kabupaten Lombok Timur. Masing-masing mitra lokal memiliki pekerja konstruksi yang telah dilatih oleh HIVOS dan beberapa supervisor. Adapun biaya konstruksi bergantung dari ukuran digester biogas ditunjukkan pada tabel 6.

Tabel 6. Biaya Konstruksi Digester Biogas

Ukuran (m3) 4 6 8 10 12

Biaya Konstruksi Rp. 5,3 Juta Rp. 6 Juta Rp. 6,7 Juta Rp. 7,6 Juta Rp. 8,5 Juta Subsidi Rp. 2 Juta Rp. 2 Juta Rp. 2 Juta Rp. 2 Juta Rp. 2 Juta Biaya yang Ditanggung

Konsumen

Rp. 3,3 Juta Rp. 4 Juta Rp. 4,7 Juta Rp. 5,6 Juta Rp. 6,5 Juta Sumber : Hivos, 2011

(25)

16

Untuk menghitung konsumsi energi biogas di Provinsi Nusa Tenggara Barat, digunakan asumsi sebagai berikut.

1. Ukuran digester yang digunakan adalah 4 m3 (untuk 3 ekor sapi); 2. Gas yang dihasilkan sebanyak 1 m3 dan dapat digunakan untuk

kebutuhan memasak selama 4 (empat) jam;

3. Biogas yang dibangun dibawah tahun 2009 sudah tidak berfungsi lagi.

Tabel 7. Produksi Energi Biogas Tahun 2010

No Kabupaten Jumlah Biogas yang Beroperasi (Unit)

Produksi Gas Dalam Setahun (m3) 1 Lombok Utara 1 292 2 Lombok Barat 9 23.652 3 Lombok Tengah 61 1.086.532 4 Lombok Timur 19 105.412 5 Sumbawa 1 292 6 Dompu 7 14,308 Total 98 1.230.488 M3 Setara 1.300,60 SBM

Dari Profil Energi Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat diperoleh konsumsi energi per jenis bahan bakar periode tahun 2001 sampai dengan 2005. Data periode tahun 2001 sampai dengan 2005 kemudian diekstrapolasikan sehingga diperoleh data konsumsi energi per jenis bahan bakar hingga tahun 2010 seperti yang ditunjukkan pada tabel 8.

(26)

17

Tabel 8. Data Konsumsi Energi Per Jenis Bahan Bakar

Jenis Energi Tahun

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Avtur (KL) 6.331,00 8.324,00 8.002,00 10.995,00 10.420,00 12.069,10 12.934,48 14.165,83 14.773,73 16.113,88 Premium (KL) 131.866,00 138.777,00 148.470,00 169.912,10 181.710,43 193.394,29 209.195,27 224.016,24 236.353,60 250.906,45 Minyak Tanah (KL) 176.172,00 164.506,00 177.810,00 134.930,00 130.181,87 120.253,10 104.696,01 85.302,73 77.650,62 61.613,01 Solar untuk Listrik (KL) 87.698,41 89.732,90 91.851,50 98.575,68 131.092,56 128.479,54 142.966,74 158.233,50 171.226,55 179.406,36 Solar untuk Transportasi (KL) 102.448,00 102.957,00 98.764,00 103.301,40 92.932,23 94.474,38 91.646,70 89.305,26 85.548,65 84.800,56 LPG (Ton) - - 1.839,10 2.980,13 2.767,32 3.457,07 3.921,18 4.385,29 4.691,45 5.277,41 Batubara 491.412,83 493.874,81 496.349,12 498.835,83 501.363,71 503.826,09 506.325,06 508.822,61 511.315,13 513.800,33

(27)

18

Data konsumsi energi per jenis bahan bakar tahun 2010 hasil ekstrapolasi kemudian diseragamkan satuannya dalam SBM (setara barel minyak), untuk selanjutnya dibandingkan dengan data konsumsi energi yang berasal dari energi terbarukan PLTMH, PLTS dan biogas.

Tabel 9. Konsumsi Energi dalam SBM Tahun 2010

Jenis Energi Konsumsi Energi dalam SBM

Avtur 94.922,06

Premium 1.462.157,36

Minyak Tanah 365.204,95

Solar untuk Listrik 1.163.826,98 Solar untuk Transportasi 550.109,73 LPG 44.987,79 Batubara 2.563.503,97 Energi Terbarukan (PLTMH, PLTS dan biogas) 5.832,58

Gambar 8. Penggunaan Energi Saat ini

Dari perhitungan di atas diketahui bahwa pemanfaatan energi terbarukan di Provinsi Nusa Tenggara Barat baru sebesar 0,12 %. Sementara target yang ditetapkan dalam KED adalah sebesar 40 %. Konsumsi bahan bakar minyak masih mendominasi sebesar 73,09 % yang terdiri dari avtur 1,91 %, solar (transportasi dan listrik) 34,45 %, minyak tanah 7,34 % dan premium 29,39 %. Sedangkan target pengurangan yang ditetapkan pada Kebijakan Energi Daerah yaitu kurang dari 23 % pada tahun 2025.

(28)

19

Gambar 9. Energy Mix untuk Pembangkitan Listrik Kondisi Saat ini

Sedangkan untuk pembangkitan listrik, pemakaian batubara yang berasal dari pembangkitan listrik milik PT. Newmont Nusa Tenggara masih mendominasi sebesar 50,97 %, disusul oleh solar sebesar 48,92 %. Kontribusi energi terbarukan masih sangat kecil masing-masing yaitu PLTMH sebesar 0,25 % dan PLTS sebesar 0,12 %.

(29)

20

Bab 3

Peluang Pengembangan Energi Terbarukan

3.1 Potensi Energi Terbarukan

Potensi energi terbarukan dapat dikelompokkan menjadi:

a. Energi setempat (local energy/isolated), yaitu potensi energi yang hanya dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan energi setempat (lokal);

b. Energi yang diperjualbelikan (tradable energy/on grid), yaitu potensi energi yang pemanfaatannya untuk memenuhi kebutuhan energi setempat dan apabila ada kelebihan energi (excess power) dapat dijual ke pihak lain melalui interkoneksi. Pengelompokan tersebut dapat berubah dengan terjadinya perubahan kondisi. Misalkan PLTMH yang tadinya hanya dapat dimanfaatkan untuk melistriki perkampungan di sekitarnya (energi setempat) berubah menjadi energi yang diperjualbelikan setelah adanya jaringan transmisi listrik.

Berdasarkan informasi dan survey yang dilakukan oleh Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Nusa Tenggara Barat, potensi energi terbarukan yang ada dapat dikelompokkan menjadi energi setempat (local energy) dan energi yang diperjualbelikan (tradable energy). Pengelompokkan ini ditabelkan sebagai berikut.

Tabel 10. Potensi Energi Terbarukan dan Pemanfaatannya Saat Ini

Jenis Energi Potensi Kapasitas

Terpasang Pemanfaatan Minihydro 198,75 MW - - Microhydro 13,73 MW 0,979 MW 1.274,02 SBM/Tahun Geothermal 145 MWe - - Biofuel

- Crude Jatropha Oil - Cake 115.186 SBM 125.424 SBM - - - - Biomass 667.479 SBM Listrik - - Biogas 61.198.712 m3/Tahun 98 m3 1.300,60 SBM/Tahun Angin - - - Surya - 0,448 MW 640,81 SBM/Tahun Arus laut - - -

(30)

21 3.2 Peluang Pengembangan

Berdasarkan data potensi energi terbarukan, peluang pengembangan potensi energi terbarukan di Nusa Tenggara Barat adalah sebagai berikut.

Tabel 11. Peluang Pengembangan Energi Terbarukan

Jenis Energi Peluang Pengembangan Kapasitas Maksimum

PLTM Connect to grid (tradeable) 198,75 MW

PLTMH Rural electrification (local) 12,57 MW

PLTP Connect to grid (tradeable) 145 MWe

Biofuel

- Crude Jatropha Oil - Cake

Commercial Household use

115.186 SBM 125.424 SBM

PLT Biomassa Electricity 667.479 SBM Listrik

Biogas Household use 10.220.185 m3/Tahun

SKEA Electricity -

PLTS Electricity -

PLT Arus laut Electricity -

3.2.1 Tenaga Air

Pengelompokkan potensi energi air ke dalam kelompok energi setempat (local energy) dan energi yang diperjualbelikan (tradable energy) berdasarkan daya terbangkit. Potensi dengan daya terbangkit di bawah 1 MW (< 1 MW) tergolong dalam kelompok energi setempat (local energy), sedangkan potensi dengan daya terbangkit di atas 1 MW (> 1 MW) termasuk dalam kelompok energi yang diperjualbelikan (tradable energy).

Tabel 12. Peluang Pengembangan Potensi Tenaga Air

No Kab/Kota Peluang Pengembangan Local (MW) Tradable (MW) 1 Lombok Utara 1,99 12,50 2 Lombok Barat 1,19 - 3 Lombok Tengah 1,08 1,40 4 Lombok Timur 0,42 25,36 5 Sumbawa Barat 0,30 40,00 6 Sumbawa 4,82 119,50 7 Dompu 0,61 - 8 Bima 3,33 - Total 13,73 198,75

(31)

22 3.2.2 Tenaga Surya

Intensitas penyinaran matahari di Provinsi Nusa Tenggara Barat rata-rata sebesar 4,51 Watt/m2/Jam. Pemanfaatan energi surya untuk pembangkitan tenaga listrik selain dilaksanakan oleh Pemerintah melalui Program Listrik Perdesaan, juga berkembang dari inisiatif masyarakat dan partisipasi pihak lain melalui dana Cooperate Social Responsibility (CSR), misal program LIMAR (Listrik Mandiri Rakyat) PLN. Namun karena daya listrik yang dibangkitkan terbatas untuk memenuhi kebutuhan listrik rumah tangga sederhana, maka potensi energi surya dikelompokkan dalam energi setempat (local energy).

3.2.3 Biogas

Potensi sumberdaya ternak sapi dapat dilihat dari perkembangan populasinya di seluruh kabupaten/kota se-NTB seperti tercantum pada tabel 13.

Tabel 13. Populasi Ternak Sapi di Provinsi Nusa Tenggara Barat

No Kab/Kota 2004 2005 2006 2007 2008 r (%) 1. Mataram 938 952 996 1.292 714 - 2,69 2. Lombok Barat 102.460 106.695 112.648 110.462 121.582 4,46 3. Lombok Tengah 72.159 72.519 73.891 74.843 75.744 1,22 4. Lombok Timur 60.896 60.135 60.677 64.947 64.414 1,47 5. Sumbawa Barat 15.449 17.941 20.224 21.737 29.337 17,83 6. Sumbawa 68.690 75.650 88.964 102.095 114.595 13,68 7. Dompu 43.164 49.947 52.339 58.897 61.120 9,20 8. Bima 57.087 59.012 61.874 62.398 65.988 3,71 9. Kota Bima 5.191 8.314 9.763 11.165 12.616 26,24 Jumlah 426.034 451.165 481.376 507.836 546.114 6,41

Sumber : Blue Print Program Bumi Sejuta Sapi , 2009

Pengembangan biogas lebih diarahkan di Pulau Lombok, mengingat sistem pemeliharaan menggunakan kandang yang diterapkan. Kandang kolektif dipandang lebih potensial untuk pengembangan biogas yang menghasilkan listrik.

3.2.4 Geothermal (panas bumi)

Sumberdaya geothermal terdapat di 3 (tiga) lokasi yaitu di Sembalun, Kabupaten Lombok Timur sebesar 70 MWe, di Maronge, Kabupaten Sumbawa sebesar 6 MWe dan di Hu’u, Kabupaten Dompu sebesar 69 MWe.

(32)

23

Tabel 14. Peluang Pengembangan Sumberdaya Geothermal

No Kab/Kota Lokasi

Potensi Geothermal

(MWe)

Local Tradable

1 Lombok Timur Sembalun - 70

2 Sumbawa Maronge - 6

3 Dompu Hu'u - 69

Total 0 145

Sumber : Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi NTB 2010 , diolah

3.2.5 Biofuel

Penanaman jarak pagar (Jatropha curcas) di Provinsi Nusa Tenggara Barat sebagian besar diusahakan oleh swasta dan sebagian kecil adalah perkebunan percontohan milik instansi pemerintah. Luas penanamannya adalah sebagai berikut .

Tabel 15. Luas Penanaman Jarak Pagar

No Kabupaten/Kota Luas Penanaman (Ha) 1 Lombok Utara 21,50 2 Lombok Barat 245,50 3 Lombok Tengah 1.769,18 4 Lombok Timur 1.699,70 5 Sumbawa Barat 873,00 6 Sumbawa 992,50 7 Dompu 612,89 8 Bima 1.213,00 9 Kota Bima 8,00 Total 7.435,27

Sumber : Nusa Tenggara Barat Dalam Angka 2010

3.2.6 Biomassa

Biomassa dapat berupa kayu dan berbagai jenis limbah pertanian seperti sekam, sabut dan tempurung kelapa. Penggunaan biomassa untuk energi dapat dikelompokkan menjadi: gasifikasi, pirolisa, dan pembakaran langsung. Gasifikasi menghasilkan gas metan untuk pembakaran, pembangkitan listrik, dan menggerakkan turbin. Pirolisa menghasilkan arang untuk pembakaran, misalkan untuk memasak. Pembakaran langsung adalah seperti yang banyak

(33)

24

dilakukan di pedesaan untuk memasak, atau dapat juga untuk pemanasan boiler untuk pembangkitan listrik (banyak dilakukan di perkebunan).

Tabel 16. Potensi Limbah Perkebunan untuk Biomassa

No Kabupaten/Kota Sekam (Ton) Bonggol Jagung (Ton) Kulit Kacang (Ton) Tempurung Kelapa (Ton) Sabut Kelapa (Ton) Batang Ketela (Ton) Tebu (Ton) 1 Lombok Utara - - - 7.868 5.193 - - 2 Kota Mataram 6.401 8 3 15 10 - - 3 Lombok Barat 55.901 18.983 2.176 6.429 4.243 23.938 - 4 Lombok Tengah 107.852 6.656 1.112 5.961 3.934 11.422 - 5 Lombok Timur 87.324 48.776 263 4.820 3.181 11.571 1 6 Sumbawa Barat 17.106 6.414 46 527 348 94 9 7 Sumbawa 107.422 60.504 342 1.481 978 4.653 101 8 Dompu 45.179 14.638 64 241 159 1.420 - 9 Bima 86.360 27.158 1.625 633 418 6.254 9 10 Kota Bima 10.272 2.181 162 116 76 8.696 - Total 523.817 185.318 5.792 28.090 18.539 68.049 120

Sumber : Nusa Tenggara Barat Dalam Angka 2010, diolah

3.2.7 Tenaga Angin

Data kecepatan angin di Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu : Tabel 17. Data Kecepatan Angin

No Lokasi Kecepatan Rata-rata (m/s) Ket 1 Kab. Lobar

Giligede 4,1 Data Lapan

2 Kab. Loteng

Kute 5,3 Data Lapan

3 Kab. Lotim

Dusun Selayar , Desa Gelanggang

3,4 Percontohan oleh Lapan 7 kW, skrg rusak

Sambelia 4,1 Data Lapan

Tembere 4,0 Data Lapan

Sajang 4,0 Data Lapan

4 Kab. Dompu

Doropeti 3,6 Data Lapan

Soriutu, Manggelewa 3,5 Survey Pendahuluan

Distamben NTB

(34)

25 No Lokasi Kecepatan Rata-rata (m/s) Ket 5 Kab. Bima

Bajopulau 3,9 Data Lapan

Pai, Sape 3,3 Data Lapan

Sumber : Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi NTB, 2010

3.3 Supply Demand Analysis

Analisa supply dan demand dibagi menjadi dua yaitu :

3.3.1. Supply Demand Micro Analysis a. PLTM/PLTMH

Supply Demand Micro Analysis dibuat berdasarkan pengamatan di lapangan. Analisis ini menjadi pertimbangan karena sifat dan peluang pemanfaatan energi terbarukan yang sangat “site spesific”. Misalnya tujuan pembangunan PLTMH pada awalnya adalah untuk memenuhi kebutuhan energi setempat dengan mempertimbangkan jumlah dana pembangunan yang tersedia. Namun pada perkembangan selanjutnya, karena pemakaian listrik oleh masyarakat setempat lebih kecil daripada daya yang dibangkitkan, maka terdapat excess power yang dapat dijual ke PLN. Untuk lebih jelasnya diambil beberapa contoh kasus sebagai berikut .

Tabel 18. Contoh Kasus PLTMH untuk Supply Demand Micro Analysis

No Lokasi Jumlah KK KK Berlistrik PLTMH Listrik/KK (W) Total Supply (MW) Total Potensi (MW) Pemanfaatan (%) 1 PLTMH Teres Genit, Desa Bayan, Kec. Bayan, Kab. Lombok Utara

1.494 298 100 0,030 0,030 99,33

2 PLTMH Lantan, Desa Lantan, Kec.

Batukliang Utara, Kab. Lombok Tengah

1.669 850 100 0,085 0,100 85,00

3 PLTMH Bunut Jambul, Desa Tete Batu, Kec. Sikur, Kab. Lombok Timur

(35)

26 No Lokasi Jumlah KK KK Berlistrik PLTMH Listrik/KK (W) Total Supply (MW) Total Potensi (MW) Pemanfaatan (%) 4 PLTMH Tepal, Desa Tepal, Kec. Batulanteh, Kab. Sumbawa 450 290 100 0,029 0,035 82,86 5 PLTMH Oi Marai, Desa Oi Marai, Kec. Tambora, Kab. Bima

535 200 100 0,020 0,200 10,00

Dari contoh kasus di atas, diketahui bahwa pemanfaatan potensi energi air di 4 (empat) contoh kasus yaitu PLTMH Teres Genit, PLTMH Lantan, PLTMH Bunut Jambul dan PLTMH Tepal rata-rata sebesar 91,55 % dari daya yang dibangkitkan. Sedangkan PLTMH Oi Marai karena dibangun di dekat lokasi pemukiman transmigrasi dengan jumlah penduduk kecil sehingga pemanfaatannya masih rendah sebesar 10% dari daya yang dibangkitkan. Di samping jumlah penduduk, faktor lain yang mempengaruhi adalah pola pemanfaatan listrik oleh masyarakat. Di PLTMH Teres Genit, PLTMH Lantan dan PLTMH Tepal selain digunakan untuk penerangan, listrik PLTMH digunakan untuk menggerakkan kegiatan produktif. Misalnya cottage/pariwisata di PLTMH Teres Genit, pengolahan pakan ternak di PLTMH Lantan dan pengolahan kopi di PLTMH Tepal. Sedangkan PLTMH Oi Marai, listrik yang dihasilkan murni digunakan untuk kebutuhan penerangan sehingga persentase daya yang termanfaatkan dari seluruh daya terbangkit kecil.

Karena pembangunan PLTMH diarahkan pada pengembangan usaha produktif, nilai 91,55% digunakan untuk mengeneralisasi pemanfaatan potensi energi air setempat (local) di lokasi lain, dengan catatan pemanfaatan potensi tetap mempertimbangkan ketersediaan dana. Potensi energi air yang diperjualbelikan (tradable) pemanfaatannya maksimal atau 100%.

b. PLTS

Pengembangan PLTS baik tersebar dan komunal disesuaikan dengan kebutuhan dan pola pemukiman daerah tersebut. Misalnya PLTS komunal lebih tepat diimplementasikan di daerah dengan pola pemukiman mengumpul (cluster), sedangkan PLTS tersebar lebih cocok untuk daerah dengan pola pemukiman yang terpencar.

c. Biogas

Berdasarkan data dari dokumen Blue Print Bumi Sejuta Sapi Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Barat, serta asumsi setiap peternak anggota memiliki

(36)

27

sapi masing-masing 2 (dua) ekor, maka potensi biogas di Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah :

Tabel 19. Jumlah Kandang Kolektif di Provinsi Nusa Tenggara Barat

No Kab/Kota Populasi Sapi Jumlah Kandang Kolektif Peternak Anggota (KK) Daya Tampung Kandang (Ekor) 1 Lombok Barat 67.229 324 7.890 15.780 2 Lombok Tengah 80.574 226 4.580 9.160 3 Lombok Timur 70.240 228 5.728 11.456 Total 218.043 259 18.198 36.396

Berdasarkan perhitungan di atas, potensi sapi untuk pengembangan biogas adalah 16,7 % dari seluruh potensi yang ada. Sehingga asumsi yang digunakan untuk menghitung jumlah sapi yang potensial untuk pengembangan biogas adalah :

 Potensi sapi untuk pengembangan biogas adalah 16,7 % dari seluruh potensi yang ada;

 Mempertimbangkan sistem pemeliharaan intensif menggunakan kandang yang diterapkan, pengembangan biogas hanya dilakukan di Pulau Lombok;  Tren pertumbuhan populasi sapi mengikuti skenario program Bumi Sejuta

Sapi.

Tabel 20. Peluang Pengembangan Biogas

No Kab/Kota Jumlah Sapi

(Ekor) Produksi Biogas (m3/tahun) 1 Lombok Utara 10.706 2.110.132 2 Lombok Barat 12.687 2.500.565 3 Lombok Tengah 15.205 2.996.929 4 Lombok Timur 13.255 2.612.559 Total 51.853 ekor 10.220.185

d. PLTP (Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi)

Asumsi yang digunakan yaitu :

 Karena tergolong energi yang diperjualbelikan (tradable energy), sumberdaya panasbumi diasumsikan dapat dimanfaatkan maksimal sebesar cadangan yang tersedia;

 Tahapan rencana pembangunan mengikuti Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT. PLN (Persero) Wilayah Nusa Tenggara Barat.

(37)

28

Tabel 21. Peluang Pengembangan Geothermal

No Kab/Kota Pengembangan Geothermal (MWe) 1 Sembalun, Kab. Lombok Timur 70 2 Maronge, Kab. Sumbawa 6 3 Hu’u, Kab. Dompu 69 Total 145 e. Biofuel

Terdapat 2 (dua) komponen yang dapat dimanfaatkan dari biji jarak pagar (Jatropha curcas) yaitu minyak dan cake (ampas biji yang masih mengandung minyak). Asumsi yang digunakan dalam perhitungan adalah :

 Faktor rendemen/expelling ratio adalah 30 %;

 Setiap 1 Ha tanaman jarak pagar menghasilkan 2.100 kg Crude Jatropha Oil atau 2.307 liter;

 Setiap 1 Ha tanaman jarak pagar menghasilkan 4.900 kg cake.

Tabel 22. Peluang Pengembangan Biofuel/Jarak Pagar

No Kab/Kota CJO(kg) Cake (kg)

1 Lombok Utara 45.150 105.350 2 Lombok Barat 515.550 1.202.950 3 Lombok Tengah 3.715.278 8.668.982 4 Lombok Timur 3.569.370 8.328.530 5 Sumbawa Barat 1.833.300 4.277.700 6 Sumbawa 2.084.250 4.863.250 7 Dompu 1.287.069 3.003.161 8 Bima 2.547.300 5.943.700 9 Kota Bima 16.800 39.200 Total 15.614.067 36.432.823

(38)

29

Tabel 23. Peluang Pengembangan Biofuel/Jarak Pagar (dalam SBM)

No Kab/Kota CJO(SBM) Cake (SBM)

1 Lombok Utara 333 363 2 Lombok Barat 3.803 4.141 3 Lombok Tengah 27.408 29.844 4 Lombok Timur 26.331 28.672 5 Sumbawa Barat 13.524 14.727 6 Sumbawa 15.376 16.742 7 Dompu 9.495 10.339 8 Bima 18.792 20.462 9 Kota Bima 124 135 Total 115.186 125.424 f. PLT Biomassa

Pemanfaatan biomassa secara langsung seperti kayu bakar dan arang untuk keperluan memasak rumah tangga tidak termasuk dalam pemanfaatan energi terbarukan. Adapun yang termasuk dalam pemanfaatan energi terbarukan adalah untuk pembangkitan listrik melalui proses gasifikasi biomassa. Peluang pengembangannya ditabelkan sebagai berikut.

Tabel 24. Peluang Pengembangan Biogas untuk Pembangkitan Listrik

g. Sistem Konversi Energi Angin (SKEA)

Pengembangan energi angin di Provinsi Nusa Tenggara Barat mengacu pada dokumen Master Plan Pembangunan Ketenagalistrikan Tahun 2010 sampai

No Kabupaten/Kota Limbah

Biomassa (Ton) Dalam SBM

Dalam SBM Listrik 1 Lombok Utara 13.061 22.503 9.001 2 Kota Mataram 6.436 12.425 4.970 3 Lombok Barat 111.670 212.335 84.934 4 Lombok Tengah 136.937 260.361 104.145 5 Lombok Timur 155.936 322.413 128.965 6 Sumbawa Barat 24.545 51.074 20.430 7 Sumbawa 175.481 372.510 149.004 8 Dompu 61.701 127.136 50.854 9 Bima 122.456 250.163 100.065 10 Kota Bima 21.503 37.777 15.111 Total 829.726 1.668.698 667.479

(39)

30

dengan 2014, yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.

3.3.2. Supply Demand Macro Analysis

Supply demand macro dimaksudkan untuk menghitung pemakaian energi terbarukan di dalam target bauran energi primer. Data supply dan pemakaian energi terbarukan diperoleh dari kajian supply demand micro, sedangkan data pemakaian energi total diperoleh dari data Profil Energi Daerah Tahun 2005 yang diinterpolasikan.

Tabel 25. Proyeksi Pemanfaatan Energi Terbarukan (dalam SBM)

No Jenis Energi Pemanfaatan 2010 2015 2020 2025

1 PLTM Grid - 96.942 99.338 99.338 2 PLTMH Local 1.274 1.449 1.953 1.953 3 PLTS Local 641 927 1.142 1.357 4 Biogas Local 1.301 9.648 9.847 10.046 5 PLTP Grid - 289.974 579.947 608.944 6 Biofuel Commercial - 255.019 270.291 286.477 7 PLT Biomassa Industry - 707.451 749.817 794.719 8 SKEA Local - 1.342 1.342 1.342

(40)

31

Bab 4

Rencana Aksi Pengembangan

Energi Terbarukan

4.1 Target Pengembangan Energi Terbarukan

Berdasarkan proyeksi pemanfaatan energi terbarukan pada sub bab 3.2.2, target pengembangan energi terbarukan Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah :

Tabel 26. Target Pengembangan Energi Terbarukan (dalam SBM)

Jenis Energi 2010 2025 PLTM - 100.000 PLTMH 1.274 2.000 PLTS 641 1.500 Biogas 1.301 10.000 PLTP - 600.000 Biofuel - 300.000 PLT Biomassa - 800.000 SKEA - 1.500 4.2 Rencana Aksi

Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) adalah pembangkit listrik yang menggunakan tenaga air sebagai penggeraknya, dengan memanfaatkan tinggi terjunnya (head, dalam meter) dan jumlah debit airnya (m3/detik). PLTA skala besar umumnya menggunakan bendungan yang tinggi dan genangannya luas. Berbeda dengan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) yang umumnya menggunakan sistem run off river sehingga lebih diterima oleh semua pihak.

Berdasarkan skala daya listrik yang dibangkitkan, pembangkitan listrik dengan memanfaatkan tenaga air dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

 < 10 kW : pikohidro

 10 – 1 MW : mikrohidro

 1 MW – 10 MW : minihidro

 > 10 MW : PLTA

Target pengembangan energi terbarukan di atas dapat dirinci per jenis energi sebagai berikut.

(41)

32 a. PLTM

Tahapan pengembangan hingga tahun 2025 ditabelkan sebagai berikut. Tabel 27. Rencana Pembangunan PLTM

Nama Kabupaten 2010 2015 2020 2025

PLTM Segara Lombok Utara - 5,8 MW - -

PLTM Kokok Putih Lombok Timur - 3,8 MW - -

PLTM Santong Lombok Utara - 0,85 MW - -

PLTM Kukusan Lombok Timur - 0,2 MW - -

PLTA Sumbawa Sumbawa - 10 MW - -

PLTM Bintang Bano Sumbawa Barat - 8 MW - -

PLTM Rea Sumbawa Barat - 5,7 MW - -

PLTM Rhee Sumbawa - 4,3 MW - -

PLTM Kokok Putih - 2 Lombok Utara - 1,8 MW - -

PLTM Sesaot Lombok Barat - - 1 MW -

Total - 40,45 MW 1 MW -

Kebutuhan Dana (Rp.) - 699.785.000.000 30.488.511.119 -

Keterangan. Suku bunga yang digunakan 12 %

Angka adalah akumulasi setiap 5 (lima) tahun

Biaya investasi USD 2.000/kW (tanpa jaringan transmisi/distribusi)

b. PLTMH

Tahapan pengembangan hingga tahun 2025 ditabelkan sebagai berikut. Tabel 28. Rencana Pembangunan PLTMH

Nama Kabupaten 2010 2015 2020 2025

PLTMH Murpeji Lombok Utara 0,05 - - -

PLTMH Kok Sabang Lombok Utara - 0,05 - -

PLTMH Sedau Lombok Barat - 0,08 - -

PLTMH Pemotoh Lombok Tengah - 0,03 - -

PLTMH Kalijaga Timur Lombok Timur - 0,025 - -

PLTMH Kalijaga Selatan Lombok Timur - 0,012 - -

PLTMH Sesaot Lombok Barat - 0,05 - -

PLTMH Karang Sidemen Lombok Tengah - 0,05 - -

PLTMH Jelateng Lombok Barat - 0,022 - -

PLTMH Tepal - 2 Sumbawa - 0,098 - -

PLTMH Baturotok - 2 Sumbawa - - 0,441 -

PLTMH Rarak Ronges Sumbawa Barat - - 0,05 -

(42)

33

Total 0,05 MW 0,417 MW 0,516 MW -

Kebutuhan Dana (Rp.) 1.648.258.000 10.425.000.000 22.734.207.713 -

Keterangan. Suku bunga yang digunakan 12 %

Angka adalah akumulasi setiap 5 (lima) tahun

Biaya investasi USD 2.890/kW (tanpa jaringan transmisi/distribusi)

c. PLTS

Terdiri dari rencana pembangunan Solar Home System (SHS) dan PLTS Terpusat . Tahapan pengembangan hingga tahun 2025 ditabelkan sebagai berikut.

Tabel 29. Rencana Pembangunan Solar Home System (SHS) 50 Wp

Kabupaten/Kota 2010 2015 2020 2025 Lombok Utara 100 300 200 200 Lombok Barat - 400 200 200 Lombok Tengah 100 400 200 200 Lombok Timur - 400 200 200 Sumbawa Barat - 200 150 150 Sumbawa - 300 200 200 Dompu - 200 150 150 Bima - 300 200 200

Total 200 Unit 2.500 Unit 1.500 Unit 1.500 Unit Kebutuhan Dana (Rp.) 1.200.000.000 15.000.000.000 15.861.075.149 27.952.633.875

Keterangan. Suku bunga yang digunakan 12 %

Angka adalah akumulasi setiap 5 (lima) tahun Biaya investasi USD 694/unit (50 Wp)

Tabel 30. Rencana Pembangunan PLTS Terpusat

Kabupaten/Kota 2010 2015 2020 2025 Lombok Utara - 0,01 0,01 0,01 Lombok Barat 0,005 0,01 0,01 0,01 Lombok Tengah - 0,01 0,01 0,01 Lombok Timur - 0,015 0,015 0,015 Sumbawa Barat - 0,005 0,005 0,005 Sumbawa - 0,005 0,005 0,005 Dompu - 0,01 0,01 0,01 Bima - 0,01 0,01 0,01 Total 0,005 MW 0,075 MW 0,075 MW 0,075 MW Kebutuhan Dana (Rp.) 389.250.000 5.838.750.000 10.289.872.503 18.134.271.226

Keterangan. Suku bunga yang digunakan 12 %

Angka adalah akumulasi setiap 5 (lima) tahun

(43)

34 d. Biogas

Biogas dihasilkan dari limbah kotoran ternak atau limbah industri makanan. Sejauh ini, pengembangan biogas di Provinsi Nusa Tenggara Barat baru memanfaatkan kotoran ternak (sapi) yang dipelihara dengan sistem kandang. Tahapan pengembangan hingga tahun 2025 ditabelkan sebagai berikut.

Tabel 31. Rencana Pembangunan Biogas

Kabupaten/Kota 2010 2015 2020 2025 Lombok Utara 1 130 3 3 Lombok Barat 9 154 4 4 Lombok Tengah 61 184 4 4 Lombok Timur 19 161 4 4 Sumbawa 1 - - - Dompu 7 - - -

Total 98 Unit 629 Unit 15 Unit 15 Unit

Kebutuhan Dana (Rp.) 519.400.000 3.333.700.000 140.106.164 246.914.933

Keterangan. Suku bunga yang digunakan 12 %

Angka adalah akumulasi setiap 5 (lima) tahun Biaya investasi USD 153/m3

e. PLTP

Tahapan pengembangan geothermal untuk pembangkitan listrik ditabelkan sebagai berikut.

Tabel 32. Rencana Pembangunan PLTP

Kabupaten 2010 2015 2020 2025 Lombok Timur - 40 MW 20 MW - Sumbawa - 20 MW 40 MW 6 MW Dompu - 20 MW 40 MW - Total - 60 MW 60 MW 6 MW Kebutuhan Dana (Rp.) - 622.800.000.000 1.097.586.400.297 193.432.226.416

Keterangan. Suku bunga yang digunakan 12 %

Angka adalah akumulasi setiap 5 (lima) tahun

Biaya investasi USD 1.200/kW (tanpa jaringan transmisi/distribusi)

f. PLT Biomassa

Tahapan pengembangan gasifikasi biomassa hingga tahun 2025 ditabelkan sebagai berikut.

(44)

35

Tabel 33. Rencana Pembangunan PLT Biomassa

Kabupaten 2010 2015 2020 2025 Lombok Tengah - 0,03 - - Sumbawa - - 0,03 - Dompu - - - 0,03 Total - 0,03 MW 0,03 MW 0,03 MW Kebutuhan Dana (Rp.) - 389.250.000 685.991.500 1.208.951.415

Keterangan. Suku bunga yang digunakan 12 %

Angka adalah akumulasi setiap 5 (lima) tahun

Biaya investasi USD 1.500/kW (tanpa jaringan transmisi/distribusi)

g. SKEA (Sistem Konversi Energi Angin)

Tahapan pengembangan SKEA hingga tahun 2025 ditabelkan sebagai berikut. Tabel 34. Rencana Pembangunan SKEA

Kabupaten/Kota 2010 2015 2020 2025 Lombok Barat - 0,60 MW - - Lombok Tengah - 0,60 MW - - Lombok Timur - 0,65 MW - - Dompu 0,65 MW - - Total - 2,50 MW - - Kebutuhan Dana (Rp.) - 108.125.000.000 - -

Keterangan. Suku bunga yang digunakan 12 %

Angka adalah akumulasi setiap 5 (lima) tahun

Biaya investasi USD 5.000/kW (tanpa jaringan transmisi/distribusi)

4.3 Strategi Implementasi

Untuk melaksanakan rencana aksi di atas, maka strategi implementasi yang diperlukan adalah :

a. Membentuk dan menjalankan kelembagaan pelaksana; b. Menyusun dan menerapkan skema pendanaan;

c. Menyiapkan sumber daya manusia dan teknologi; d. Menyusun rencana detail implementasi.

4.3.1. Kelembagaan Pelaksana

Kelembagaan pelaksana adalah lembaga yang bertanggung jawab terhadap pengembangan energi terbarukan. Lembaga ini dapat merupakan unit yang berada di bawah payung Forum Ketenagalistrikan dan Energi Daerah (FORKENDA) yang telah lama terbentuk di Nusa Tenggara Barat.

(45)

36

Nama lembaga : Tim Pengembangan Energi Terbarukan

Pembina : Gubernur NTB

Ketua Umum : Bappeda Provinsi NTB

Ketua Harian : Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi NTB Pengembangan PLTA/PLTM

Koordinator : Dinas Pekerjaan Umum Provinsi NTB

Anggota : - Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I

- Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi NTB - PT. PLN Wilayah NTB

- Badan Lingkungan Hidup Provinsi NTB - Dinas Kehutanan Provinsi NTB

Pengembangan PLTMH

Koordinator : Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi NTB

Anggota : - Dinas Pekerjaan Umum Provinsi NTB

- Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Provinsi NTB

- Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi NTB

Pengembangan PLTS

Koordinator : Dinas Pertambangan dan Energi

Anggota : - PT. PLN (Persero) Wilayah NTB

- Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi NTB - Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Provinsi NTB Pengembangan Biogas

Koordinator : Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi NTB

Anggota : Dinas Peternakan Provinsi NTB

Pengembangan Geothermal

Koordinator : Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi NTB Anggota : - PT. PLN Wilayah NTB

- Badan Lingkungan Hidup Provinsi NTB - Dinas Kehutanan Provinsi NTB

Pengembangan Biofuel (Biodiesel dan Bioethanol)

Koordinator : Dinas Perkebunan Provinsi NTB

Anggota : - Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi NTB

- Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi NTB

- Pertamina;

- Asosiasi industri/pedagang.

(46)

37

Pengembangan Biomassa

Koordinator : Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi NTB

Anggota : - Dinas Pertanian Provinsi NTB

- Dinas Perkebunan Provinsi NTB - Dinas Kehutanan Provinsi NTB

- Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi NTB

- Asosiasi Industri/pedagang

Gagasan mengenai lembaga yang bertanggung jawab terhadap pengembangan energi terbarukan telah diimplementasikan oleh Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Nusa Tenggara Barat, namun hanya untuk 2 (dua) jenis pengembangan energi yaitu PLTMH dan biofuel, yaitu :

1. Keputusan Gubernur Nusa Tenggara Barat Nomor 328 Tahun 2010 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Teknis Pengembangan dan Pengelolaan PLTMH;

2. Keputusan Gubernur Nomor 468 Tahun 2009 tentang Pembentukan Tim Koordinasi dan Tim Teknis Program Aksi Penyediaan dan Pemanfaatan Energi Alternatif (Biofuel).

Namun sejak tahun 2011, anggaran dinas/badan di lingkup Provinsi Nusa Tenggara Barat dibuat mengacu pada indikator kinerja masing-masing. Misalnya kinerja Dinas Pekerjaan Umum adalah di bidang pemukiman dan sarana wilayah sehingga tidak mungkin dibebani dengan tanggung jawab pengembangan PLTA/PLTM yang merupakan kinerja Dinas Pertambangan dan Energi.

4.3.2. Skema Pendanaan

Mengingat biaya teknologi pemanfaatan energi terbarukan yang masih tinggi, diperlukan sharing pendanaan antara Pemerintah/Pemerintah Daerah melalui dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan pihak swasta/IPP, skema sharing pendanaan adalah sebagai berikut.

Tabel 35. Skema Sharing Pendanaan Pemerintah dan Swasta

Bantuan Pemerintah

Biaya Investasi Rp.

Tahun 2015 Tahun 2020 Tahun 2025

Sharing 25 % 1.099.272.525.000 883.339.623.334 180.731.248.399

Sharing 50 % 732.848.350.000 588.893.082.223 120.487.498.932

Sharing 75 % 366.424.175.000 294.446.541.111 60.243.749.466

Gambar

Gambar                                                                                                                                         Halaman
Gambar 3. Potensi Energi Panas Bumi di Sembalun,  Kabupaten Lombok  Timur
Tabel 1. Target Pertumbuhan  Populasi Sapi
Tabel 2. Daftar Pengembangan Desa Mandiri Energi
+5

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Data yang digunakan untuk skripsi ini adalah data pertumbuhan penduduk pada kecamatan Tebing Tinggi, data yang diolah pada skripsi ini adalah data pertumbuhan penduduk

Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai R Square sebesar 0,845 Hal ini menunjukkan bahwa besarnya kontribusi pengaruh disiplin kerja dan komunikasi terhadap kinerja

Kekuatan sosial dan politik, kecenderungan, dan konteksnya perlu diperhatikan untuk menentukan seberapa jauh perubahan tersebut berpengaruh terhadap tingkah laku

Oleh karena itu digunakan lag 8 sebagai input pada permodelan NN untuk meramalkan residual dari model SARIMA (2,1,0)(0,1,1) 7. Sehingga diperoleh hasil peramalan dengan

menggunakan nama tokoh sebagai namanya. Karya tulis ini diharapkan akan dapat memberikan pemahaman kepada pembaca tentang nama-nama jalur di Kuantansingingi yang

Sejalan dengan masalah itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) langkah-langkah yang ditempuh dalam penerapan pembelajaran kooperatif teknik keliling kelompok dengan

Hasil uji bivariat terhadap 11 variabel, berhubungan dengan Partus Abnormal adalah variabel Kondisi Kehamilan, Jarak Kelahiran, Kadar Hb, Tekanan Darah, Kondisi

Terdapat perbedaan asam amino yang mempengaruhi struktur permukaan protein selubung virus dengue serotipe 3 pada dua strain yang beredar di Surabaya.. Analisis