• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi agama dalam masyarakat adat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Implementasi agama dalam masyarakat adat"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

D. Implementasi Sistem religi terhadap masyarakat adat di Indonesia Bangsa Indonesia, berdasarkan ideologi pancasila, mengakui lima agama. Tetapi dengan adanya lebih dari 500 suku bangsa, maka suatu fakta adalah bahwa negara kita sekurang-kurangnya ada sekian banyak kepercayaan pula yang tak dapat kita abaikan demikian saja1.

Sistem religi mempunyai wujud sebagai sistem keyakinan, dan gagasan tentang Tuhan, dewa, roh halus, neraka, surga, dan sebagainya, tetapi mempunyai juga wujud berupa upacara, baik yang bersifat musiman maupun yang kadangkala, dan selain itu setiap sistem religi juga mempunyai wujud sebagai benda-benda suci dan benda-benda religius2. Indonesia kaya akan suku bangsa

yang sedemikian banyaknya tetapi masih ada suku bangsa yang masih mengakui akan kepercayaan bukan agama. Sistem religi yang di anut suku bangsa di Indonesia sangatlah beragam. Sistem keyakinan yang dianut suku –suku bangsa yang ada di Indonesia sangatlah beragam pula. Sistem keyakinan secara khusus mengandung banyak subunsur. Menngenai ini para ahli antropologi biasanya menaruh perhatian terhadap konsepsi tentang dewa – dewa yang baik maupun yang jahat; sifat dan tanda dewa – dewa; konsepsi tentang mahluk – mahluk halus seperti roh – roh leluhur, roh – roh lain yang baik maupun yang jahat, hantu, dan lain – lain; konsepsi tentang dewa tertinggi dan pencipta alam; masalah terciptanya dunia dan alam (kosmogoni); masalah menganai bentuk dan sifat – sifat dunia dan alam (kosmologi); konsepsi tentang hidup dan maut; konsepsi tentanng dunia roh, dunia akhirat dan lain – lain. Adapun sitem kepercayaan dan gagasan, pelajaran, aturan agama, dongeng suci tentang riwayat dewa – dewa (mitologi), biasanya tercantum dalam suatu himpunan buku – buku yang biasanya juga dianggap sebagai kesusteraan suci3. Di indonesia sendiri konsepsi tersebut

sama seperti yang di ungkapkan para ahli Antropologi.

(2)

Masyarakat Indonesia sebelum adanya pengaruh Hindu-Buddha juga telah mempercayai adanya kekuatan di luar diri mereka. Hal ini juga tidak terlepas dari kehidupan mereka. Mereka hidup dari berladang dan bersawah. Dalam mengolah/mengerjakan ladang atau terutama sawah harus ada kerjasama diantara mereka, seperti gotong royong membuat parit, membuat pintu air, bahkan mendirikan rumah. Kehidupan ini hanya dapat berjalan dalam masyarakat yang sudah teratur, yang telah mengetahui hak dan kewajibannya. Ini berarti telah ada organisasi dan yang menjadi pusat organisasi ialah desa dan ada aturan-aturan yang harus dipatuhi bersama sama. Kepentingan desa berarti kepentingan bersama. Dalam suasana untuk saling memahami, saling menghargai, tolong menolong dan bertanggung jawab, maka muncullah faktor baru, yakni pemimpin (ketua desa/datuk). Yang memegang pimpinan adalah ketua adat, yang dianggap memiliki kelebihan dari yang lain. Ia harus melindungi anggotanya dari serangan kelompok lain, atau ancaman binatang buas sehingga tercipta kemakmuran, kesejahteraan dan ketentraman. Pemimpin bekerja untuk kepentingan seluruh desa, maka masyarakat berhutang budi kepada pemimpinnya. Sifat kerja sama antara rakyat dan pemimpinnya membentuk persatuan yang kuat, memunculkan kepercayaan, yakni memuja roh nenek moyang, memuja roh jahat dan roh baik bahkan mereka percaya bahwa tiap-tiap benda memiliki roh. Dengan demikian muncullah Animisme, Dinamisme, dan Totemisme 4.

A. Animisme, yaitu sistem kepercayaan terhadap ruh – ruh yang mempunyai kekuatan ajaib. Di Indonesia masih ada yang menganut Animisme ini contohnya seperti:

(a) Suku Buru sudah terbentuk sejak lama, jadi tidak heran jika mereka masih mempertahankan kepercayaan tradisional yang kental melekat dalam suku ini. Sebagian dari mereka masih mempertahankan kepercayaan tradisional yang memuja benda-benda dan roh. Dewa tertingginya adalah Opo Hebe Snulat dan utusan kepercayaannya yaitu Nabiat. Selain kepercayaan

4 Imran Ramadhan, Muhammad. “Sistem Kepercayaan Masyarakat Indonesia”. Diaskes dari

(3)

tersebut, sudah ada beberapa orang yang menganut agama Islam dan Kristen Protestan. Mereka yang beragama Islam tinggal di bagian utara pulau dan yang beragama Kristen Protestan tinggal di Selatan pulau.

(b) Suku Toraja, Meski saat ini sudah banyak suku Toraja yang menganut agama Islam atau Kristen, kepercayaan suku Toraja sebelumnya adalah animisme yang mempercayai banyak dewa yang diberi nama aluk. Menurut mitos Toraja, nenek moyang mereka turun dari surga menggunakan tangga dan kemudian digunakan oleh orang Toraja sebagai media komunikasi dengan Puang Matua, sang pencipta. Menurut aluk, dunia ini dibagi menjadi tiga yaitu dunia atas, dunia manusia, dan dunia bawah. Dewa-dewa Toraja antara lain Pong Banggal di Rante (dewa bumi), Indo’ Ongon-Ongon (dewi penyebab gempa bumi), Pong Lalondong (dewi kematian), dan Indo’ Belo Tumbang (dewi obat-obatan), dan masih banyak lagi.5

B. Dinamisme

Merupakan kepercayaan terhadap benda – benda Ghaib. Kekuatan ajaib tersebut terdapat pada pohon, keris, patung, gung dan lain lain. Contohnya seperti :

(1) Suku Konjo. Masyarakat Konjo percaya satu hal bahwa hutan akan memberi kesuburan bagi tanah mereka, menjaga sumber mata air desa. Mereka percaya bahwa hutan masih ada maka tanah mereka akan subur. Hutan yang lebat juga akan memberikan mereka sumber air yang banyak. Sebagian besar Orang Konjo masih memanfaatkan air yang ada di sumber-sumber air yang biasanya keluar di samping pohon-pohon yang besar. Orang Konjo yang ada di dalam kawasan adat masih jarang yang memanfaatkan air tanah dengan membuat sumur. Kesakralan Hutan bagi masyarakat Konjo juga karena hutan adalah tempat menyelenggaraan ritual adat

(4)

mereka. Konon nenek moyang orang Konjo dimakamkan di hutan adat tersebut. Setiap tahun, ada upacara adat menziarahi makan tersebut perangkat adat Tanatowa. Selain itu, hutan adat juga digunakan sebagai media pemilihan Ammatowa (pemimpin tertinggi adat Orang Konjo). 6

(2) Suku Bima

Meskipun agama mayoritas masyarakat Bima adalah Islam, tapi ada satu kepercayaan yang masih dianut oleh suku Bima yang disebut dengan Pare No Bongi, yaitu kepercayaan terhadap roh nenek moyang. Pare No Bongi merupakan kepercayaan asli orang Bima. Dunia roh yang ditakuti adalah Batara Gangga sebagai dewa yang memiliki kekuatan yang sangat besar sebagai penguasa. Kemudian ada lagi Batara Guru, Idadari sakti dan Jeneng, roh Bake dan roh Jim yang tinggal di pohon, gunung yang sangat besar dan berkuasa untuk mendatangkan penyakit, bencana, dan lainnya. Mereka juga percaya adanya sebatang pohon besar di Kalate yang dianggap sakti, Murmas tempat para dewa Gunung Rinjani; tempat tinggal para Batara dan dewi-dewi. Roh-roh nenek moyang di jaman awal disebut Marafu dan tempat kediamannya disebut parafu. Generasi di bawahnya disebut Waro. Dalam kepercayaan suku Bima, selama hidupnya kebutuhan umum dan kontak dengan Tuhan dalam kerajaan roh-roh saling melengkapi. Segala

kebutuhan makhluk bumi disanggupi oleh roh-roh itu. Apabila dalam keadaan sakit atau kekurangan hujan, seseorang akan mendatangi perantara dengan penuh harap.Marafu dan Waro tinggal di batu-batu besar, di gunung-gunung, sedangkan roh orang biasa berada di sekiar kuburannya sendiri, kecuali roh kepala suku. Hal ini karena, dari waktu ke waktu boleh naik ke gunung dimana Tuhan berada.7

6 Editor. “Suku Konjo”. Diaskes dari http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1128/suku-konjo. Pada tanggal 23 Apr. 2016 pukul 14.02 WIB.

7 Editor, “Kepercayaan terhadap roh nenek moyang suku Bima”. Diaskes dari

(5)

C. Totemisme

Merupakan kepercayaan kepercayaan bahwa hewan tertentu dianggap suci dan dipujakarena memiliki kekuatan supranatural. Contoh tetonisme di masyarakat adat di Indonesia seperti:

(1) Suku Bima

Sisa-sisa totemisme dapat dilihat pada: Pada kedua ujung bubungan rumah dipasang kepala kerbau, kambing atau domba yang masih bertanduk. Pada masa berikutnya, menjelang masuk abad XX hal itu mengalami perubahan evolusi, kemudian diganti dengan kayu yang berbentuk tanduk yang menjulang ke atas. Sekarang bentuk seperti itu menjadi perhiasan dan ciri khas rumah Bima.lalu ipergunakan sebagai nama marga (Bima : londo dou) seperti : Londo dou deke (Bima : deke = tokek), Londo dou duna (Bima : duna = belut) dan Londo dou gande (Bima : gande = laba-laba)8.

(2) Kebudayaan-kebudayaan penduduk Irian dan Melanesia. Yaitu formasi deret pegunungan karang yang melingkari pantai timur Australia mulai dari Irian di Indonesia Timur, hingga ke Selandia Baru. Penduduk Melanesia, temasuk Irian juga

menunjukkan ciri-ciri khas berupa kompleks ciri-ciri Melanesoid. Dipandang dari sudut etnografi, ciri khas kebudayaan penduduk Melanesia yaitu sistem sosial yang berdasarkan aktivitas berkebun dan aktivitas meramu sagu, upacara balai laki-laki keramat dan rahasia, upacara-upacara inisiasi dengan sistem perlambangan totemisme, upacara pesta babi, dan gerakan-gerakan raja adil (cargo-cults)9.

pukul 14.04 WIB

8 Editor, “Kepercayaan terhadap roh nenek moyang suku Bima”. Diaskes dari

http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1112/pare-no-bongi pada tanggal 23 April 2016 pukul 14.17 WIB

9 Nur Azizah Fadilah. “Aneka warna masyarakat dan kebudayaan”. Diaskes dari

(6)

Referensi

Dokumen terkait

Melihat pentingnya selulase dalam biokonversi selulosa menjadi glukosa sebagai bahan untuk produksi etanol, maka diperlukan optimasi terhadap produksi selulase kasar dari

metode LSB, namun pesan tidak langsung dibaca. Ketika ditambahkan noise salt and pepper dengan nilai 0.01, pesan yang terdapat dalam citra, masih dapat diambil kembali dari citra

Faktor-faktor yang akan digunakan untuk peramalan jumlah penumpang pesawat terbang dari Bandar Udara Abdulrachman Saleh adalah: pertumbuhan Jumlah Penduduk

3) Memuat unsur-unsur POA (Planning of Action ) terdiri dari : Prioritas Masalah, Nama Kegiatan , Tempat, Waktu Pelaksanaan, Tujuan, Sasaran, Metode yang

Indonesia Fibreboard Industry tidak memiliki dokumen SIUP, namun sebagai perusahaan PMA izin perdagangannya telah tercakup di dalam surat Izin Usaha Tetap (IUI)-nya,

Karena pada kenyataannya, ketersediaan sarana dan prasarana hanya dapat berdampak positif jika masyarakat dapat memanfaatkan secara baik, yang berarti pengetahuan,

Has il penelitian menunjukkan bahwa nilai Kuat Tekan maksimum campuran agregat dari berbagai quarry dengan menggunakan standar SK SNI diperoleh pada quarry Danau

[r]