• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKEMA PROSES PRODUKSI PROGRRAM ACARA CITA-CITAKU DI TRANS

Riset → Ide Reporter / PA

Menghubungi Narasumber (izin Liputan)

Menyusun Rundown Reporter & Campers

Riset Lapangan Casting talen

Persiapan alat & administrasi PA & UPM

Pitching Produser + tim liputan

Liputan / Shoting Reporter & campers

Time code (master shot) Campers Naskah VO Reporter Editing Naskah Asprod Preview I Produser + Asprod Editing Editor Voice Over Duber & PA Print Kaset MOA (Master onAir)

Preview II Produser + QC

Keterangan :

1. Riset Materi Liputan

Riset adalah pencarian tema, bahan, dan materi liputan. Riset dilakukan oleh reporter dan dibantu oleh campers (camera person) yang akan terjun ke lapangan untuk proses liputan atau pengambilan gambar (Shoting). Tema yang diusung dalam program acara cita-citaku terbagi dalam kategori-kategori yang akan ditayangkan dalam tiap minggunya. kategori-kategori antara lain petualangan, hobby, makanan, wirausaha / kreatif, petani darat / hewan, yang keseluruhannya terdapat dalam berbagai profesi di Indonesia. Riset biasanya dilakukan melalui internet, media cetak seperti tabloid, Koran, dan majalah, radio ataupun melalui kontributor daerah. melalui riset seorang reporter mendapat gambaran mengenai konsep, materi liputan, ide dan jalan cerita pada saat tahapan proses produksi selanjutnya. Selain itu, riset dilakukan untuk memperoleh data narasumber dan alamat atau lokasi liputan. Ide atau tema liputan tentunya harus dapat menarik bagi anak-anak (laki-laki khususnya) dan menarik untuk divisualkan misalnya, memiliki bentuk atau ciri khas yang unik, memiliki warna yang menarik dan beragam, memiliki sisi lain yang menarik dan belum diketahui khalayak.

Hal-hal yang perlu diriset sebagai persiapan liputan antara lain:

a. Akar masalah (Apa saja yang akan diliput) b. Lokasi (Jarak, suhu, medan, dll)

c. Narasumber (Utama dan pengganti)

Kendala yang dihadapi saat riset biasanya untuk memperoleh data dan nomer telepon narasumber, tidak jarang nomer telepon narasumber yang tercantum di internet hanya berupa nomer palsu, untuk mengatasinya seorang reporter harus lebih memperdalam riset atau menenyakan melalui contributor daerah setempat.

2. Menghubungi Narasumber

Narasumber program Cita-Citaku umumnya adalah para pengusaha, perajin, petani (agrobisnis), peternak, atau seseorang yang mempunyai profesi yang unik dan kreatif. Melalui riset, seorang reporter dapat memperoleh data narasumber berupa alamat atau nomer telepon yang sangat diperlukan untuk menghubungi narasumber guna penyampaian permohonan izin liputan. Selain itu, dengan menghubungi narasumber, seorang reporter mendapat gambaran yang lebih jelas terhadap materi liputan, apakah materi tersebut layak untuk divisualkan, menarik minat audien, serta bagaimana kondisi lapangan tempat liputan.

Peran narasumber dalam proses produksi adalah sebagai informan untuk mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan materi liputan yang kemudian hasil data tersebut akan diolah menjadi naskah untuk tahapan voice over (pengisi suara).

Fixer: Fixer merupakan orang yang menginformasikan mengenai narasumber. Informasinya dapat berupa alamat, nomor

telepon, dll. Peran fixer sangat membantu tugas reporter dalam memperoleh data narasumber. Namun demikian terkadang fixer juga menghambat kinerja seorang reporter. Seperti banyaknya tuntutan misal, tuntutan materi yang sangat besar, on screen, hingga ikut langsung terlibat dalam proses liputan. Apabila menemui fixer tersebut, hal untuk mengatasinya adalah mengabaikan dan mencari narasumber lain.

3. Penyusunan Rundown Liputan

Tahapan proses produksi selanjutnya adalah penyusunan rundown. Rundown adalah serangkaian ide cerita yang akan dieksekusi pada saat proses liputan. Rundown di buat oleh reporter dan di bantu oleh camera person ( campers ) sebagai tim liputan. Ide yang unik dan kreatif dalam menentukan jalan atau cerita sangat diperlukan, karena dengan jalan cerita yang menarik akan menentukan keberhasilan program nantinya. Dalam program Cita-Citaku, rundown terdiri dari tiga segmen, yaitu :

a. Segmen I

Bercerita tentang pengenalan tokoh atau talent bersama teman-temannya. Di segmen ini menceritakan tentang latar belakang dan kegiatan talent, serta pemunculan masalah

Menampilkan masalah yang dihadapi talen dan usaha talent dalam mencari jalan keluar untuk menyelesaikan masalahnya

c. Segmen III

Bercerita mengenai penyelesaian dari masalah yang ditampilkan. Talent ikut terjun langsung melakukan pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan profesi yang dicita-citakan.

Susunan rundown liputan tidak hanya terpatok pada aturan diatas, namun untuk variasi ceritera, reporter juga dapat merubah susunan rundown, agar audience tidak jenuh dengan jalan ceritera yang monoton.

4. Pitching

Setelah ide cerita (rundown) disusun, tahapan selanjutnya adalah pitching. Pitching merupakan rapat kecil antara produserdengan tim produksi (reporter dan campers) yang akan liputan sebagai evaluasi materi dan rundown. Hal-hal yang dibahas dalam pitching umumnya mengenai ide, tema dan konsep liputan nantinya apakah secara keseluruhan telah sesuai dengan konsep program Cita-Citaku, dan aman untuk ditayangkan kerpada anak-anak.

5. Persiapan Alat dan Administrasi

Persiapan akhir sebelum proses liputan adalah persiapan alat dan administrasi dengan menggunakan formulir good request. Alat yang digunakan dalam proses liputan antara lain :

a. Kamera Sony PD 170 b. Battery 170 c. Tripod d. Charger e. Gun mic f. Lighting (lampu HVL)

g. Accu light set

h. Raincoat 170

i. Sony Mini DV 32

Sedangkan administrasi meliputi budgeting, transportasi dan akomodasi selama liputan melalui UPM (Unit Production Manager).

6. Riset Lapangan & Casting Talen

Casting merupakan penyeleksian tiga atau empat orang anak sebagai talen. Umumnya casting diadakan di Sekolah Dasar atau perumahan sekitar lokasi liputan. Kriteria anak untuk menjadi talent antara lain:

a. Anak usia 6 - 12 tahun (umumnya anak laki-laki, kelas 5 atau 6 Sekolah Dasar)

c. Ekspresif d. Komunikatif 7. Liputan atau Shoting

Liputan merupakan salah satu bagian terpenting dari rangkaian proses produksi. Tim liputan Cita-Citaku terdiri dari seorang rerporter dan satu orang campers. Lama proses liputan untuk satu episode Cita- Citaku adalah 3-4 hari. Selama proses liputan, campers bertanggung jawab akan persiapan peralatan yang akan digunakan pada saat liputan serta kualitas dan kelengkapan gambar. Sedangkan reporter berperan sebagai pengarah talen dan menentukan jadwal liputan. Disinilah reporter juga merangkap peran sebagai Program Director (PD).

Kendala yang dihadapi saat proses taping antara lain keadaan cuaca yang tidak dapat diprediksi. Apabila terjadi perubahan cuaca yang signifikan, dapat dijelaskan melalui narasi. Sedangkan perubahan cahaya yang tidak terlalu signifikan dapat diatasi pada saat proses editing.

Kaset yang digunakan dalam proses liputan adalah Soni Mini DV 32. Kaset yang telah melalui proses taping disebut Master Shot.

8. Menyusun Naskah

Menulis naskah adalah salah satu tugas utama seorang reporter televisi. Naskah adalah tulisan yang menceritakan fakta lapangan. Penulisan naskah harus didasarkan pada fakta atau informasi pada saat

proses liputan. Menulis naskah untuk program anak-anak tentu berbeda dengan naskah pada berita bulletin. Seorang reporter harus dapat menceritakan suatu rangkaian peristiwa yang mengandung informasi berdasarkan rundown liputan sebagai alur cerita (telling story). Penggunaan bahasa yang sederhana dan lugas sangat dianjurkan untuk penulisan naskah program anak-anak. Bahasa yang sederhana dapat digambarkan dengan penggunaan bahasa Indonesia baku dengan pola kalimat SPOK (Subyek, Predikat, Obyek, Keterangan). Penggunakan gaya bahasa dan ekspresi anak-anak seperti, hehehe… (tawa), aduuuh… (ekspresi sakit atau kesal), waaah… (ekspresi kagum), yaah… (ekspresi kecewa), dll juga sangat diperlukan agar naskah tidak membosankan bagi anak-anak. Dalam durasi 30 menit, seorang reporter menyusun naskah untuk durasi 21 menit. Selain itu dalam penyusunan naskah, seorang reporter televisi juga harus memperhatikan kesesuaian antara gambar (video), dan suara (audio: termasuk VO dan Natsound). Komposisi voice over dalam satu epiosode Cita-Citaku adalah 80%.

Hal yang harus diperhatikan dalam penulisan naskah:

a. Be Presice

Jangan gunakan kata-kata yang bias dengan fakta yang ditemui di lapangan, pilih bahasa percakapan

Jangan bertele-tele, Keep it simple, singkat, satu kalimat mewakili satu ide, usahakan membuat kalimat dengan menggunakan pola kalimat SPOK, hindari istilah-istilah yang tidak familiar

c. Be Coherent

Cerita memiliki bagian awal, tengah dan akhir (kronologis), ciptakan struktur cerita yang saling berkaitan satu sama lain tanpa kehilangan ide besar

d. Be Spesific

Penjelasan dalam naskah harus spesifik dan tidak ambigu

e. Show don’t just tell 9. Editing Naskah

Naskah yang telah dibuat reporter tidak serta merta langsung diproses dalam voice over (VO). Melainkan masih melalui proses editing naskah. Dalam program Cita-Citaku, editing naskah dilakukan oleh asisten produser (asprod). Editing naskah bertujuan untuk mengoreksi dan menyempurnakan naskah sebelum proses dubbing atau vo.

10.Timecode

Timecode merupakan pemberian kode pada master shot. Timecode dilakukan oleh campers setelah proses liputan. Timcoce dilakukan dengan tujuan untuk memudahkan proses editing nantinya.

Melalui timecode, seorang campers dapat menentukan gambar mana yang baik untuk kemudian diolah nelalui proses selanjutnya, yaitu video editing.

11.Voice Over (VO)

Karena Cita-Citaku merupakan program acara anak-anak, maka

voice over dalam program Cita-Citaku dilakukan oleh seorang dubber anak dan ditemani oleh asisten produksi (PA). Peran PA dalam proses voice over ini adalah sebagai pendamping dubber dan memberikan pengarahan kepada dubber mengenai intonasi, ejaan, pengucapan, tempo dan irama.

12.Video Editing

Jenis editing yang diterapkan pada program acara Cita-citaku adalah cut to cut editing. Untuk program anak-anak tidak dibenarkan menggunakan terlalu banyak video effect, hal ini dimaksudkan untuk memudahkan anak untuk memahami jalan cerita. Pada program acara Cita-Citaku Trans7 video effect yang dipergunakan hanya efek flash (cahaya) pada segmen ketiga dengan maksud memberi kesan flash back dari kejadian yang telah terjadi pada segmen-segmen sebelumnya.

Kendala yang dihadapi editor dalam proses editing biasanya pada gambar. Stok gambar yang diambil dari campers terkadang jumping. Upaya yang dapat diambil untuk mengatasi biasanya

disisipkan intercut atau cut away diantara dua potongan gambar. Selain itu komposisi cahaya dalam gambar terkadang tidak sesuai dengan shot sebelumnya, namun hal ini dapat diatasi dengan balancing color dalam proses editing. Komposisi audio dalam tayangan Cita-Citaku terdiri dari vo, backsound, dan natsound. Berbeda pada tayangan Si Bolang yang lebih banyak bercerita melalui gambar, Cita-Citaku bercerita melalui narasi. Komposisi Voice Over dalam satu episode Cita-Citaku adalah 80%.

13.Preview Video

Previw video dalam program Cita-Citaku dilakukan sebanyak dua kali. Preview pertama kali dilakukan oleh asprod atau produser ketika proses editing telah selesai. Hal ini bertujuan untuk mengevaluasi kualitas gambar dan suara setelah melalui proses editing. Apabila kualitas gambar dan suara baik, maka tahapan selanjutnya adalah print kaset. Print merupakan proses pemindahan tayangan ke kaset setelah selesai melalui editing dan preview yang kemudian kaset tersebut dinamakan Master on Air (MOA). Sebelum tayang, kaset MOA masih harus melalui preview untuk kedua kalinya oleh Quality Control (QC). Apabila kualitas audio dan video dirasa telah sempurna dan layak untuk tayang, MOA di data di Library dan siap untuk ditayangkan. Setelah penayangan, MOA dikembalikan ke library untuk disimpan dan dapat dipinjam dengan menggunakan form apabila dibutuhkan sewaktu-waktu (misal, untuk re run atau tayangan ulang).

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian hasil studi dan pembahasan diatas, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Suatu program anak yang baik tentunya harus mengandung nilai-nilai yang mendidik (to educate). Nilai yang diusung dalam program acara Cita- Citaku merupakan nilai pembelajaran akan pemecahan suatu masalah kepada anak, sehingga seorang anak dapat berrpikir kreatif untuk mencari jalan keluar dan pemecahan dari masalah yang ditampilkan. Cita-Citaku tidak mengandung unsur konflik, dimana konflik diartikan sebagai pertentangan antara tokoh yang jahat dan yang baik. Karena hal ini dapat memicu adegan yang mengandung unsur kekerasan bahkan perkelahian yang dinilai kurang tepat untuk disajikan kepada anak-anak.

2. Proses produksi program Cita-Citaku secara garis besar terdiri tiga tahapan yaitu, tahapan pra produksi, produksi atau peliputan, dan pasca produksi. Pada tahapan pra produksi meliputi riset, menghubungi narasumber, menyusun rundown atau sinopsis, pitching, persiapan alat dan administrasi, riset lapangan serta casting talen. Pada tahap produksi meliputi proses peliputan. Serta paska produksi meliputi penyusunan naskah, voice over, dan editing.

3. Pada serangkaian proses produksi kendala yang dihadapi sudah dapat diatasi dengan baik oleh tim produksi. Kendala cuaca buruk yang tidak dapat diprediksi pada saat proses liputan dapat diatasi dengan penjelasan dalam naskah voice over sehingga tidak terlihat perbedaan yang mencolok (jumping) dengan adegan sebelumnya. Sedangkan perbedaan cahaya antara adegan satu dengan yang lain dapat diatasi dengan balancing color

pada proses eding. Selain itu, kendala yang dihadapi pada proses editing adalah kurangnya stok gambar, namun hal ini dapat diatasi dengan menyisipkan intercut atau cut away untuk menghindari jump cut atau

jumping

4. Untuk menghasilkan suatu tayangan yang baik dan menarik diperlukan kerjasama antar tim yang solid. Keberhasilan program Cita-Citaku ditentukan oleh kecakapan dan kreativitas tim liputan (reporter dan campers) baik ketika mengolah suatu ide menjadi suatu rangkaian cerita yang unik dan menarik. Serta peran editor dalam mengolah gambar dan suara menjadi suatu sajian yang berkualitas baik komposisi visual maupun audio nya.

5. Dalam kegiatan Kuliah Kerja Media di program acara Cita-Citaku Trans 7, penulis lebih banyak dilibatkan dalam kinerja reporter. Kinerja reporter sangat menentukan keberhasilan program dalam meraih prosentase share audien sebesar-besarnya. Dapat disimpulkan peran rerporter dalam program acara anak dengan segmentasi kids edutainment ini adalah bagaimana menghasilkan suatu program (episode) yang menarik,

menghibur, informatif dan mendidik sekaligus yang terangkum dalam satu tayangan per episode nya.

B. Saran

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama magang, penulis memberikan saran untuk disampaikan dan diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain :

1. Diperlukan pengoptimalan kinerja antar tim produksi untuk mencapai target share yang diharapkan. Prosentase share merupakan tolak ukur dalam menentukan keberhasilan suatu program. Target share program Cita-Citaku selalu meningkat setiap minggunya. Berawal dari 4% pada awal penayangan (2006), hingga kini mencapai 10% (februari 2009) dan ditargetkan selanjutnya untuk mencapai 13 %.

2. Dalam mengolah ide kedalam rundown diharapkan dapat menciptakan suatu ciri khas yang kuat sebagai identitas program Cita-Citaku yang membedakan dengan program anak lainnya seperti Si Bolang, Asal Usul, Koki Cilik, yang tayang pada jam tayang yang berurutan.

3. Cita-Citaku merupakan program striping yang hadir lima kali dalam satu minggu, oleh karena itu diperlukan variasi dalam konsep program acara agar khalayak tidak jenuh dengan design program yang monoton. Misalnya dengan penayangan episode kontinyu yang terdiri dari dua atau tiga episode. Selain sebagai variasi, strategi ini juga dapat mengikat audiern untuk selalu mengikuti setiap penayangannya dimana setiap

episodenya menampilkan ketegangan yang berbeda-beda serta memancing rasa ingin tahu audien.

4. Trans 7 sebagai instansi Kuliah Kerja Media penulis diharapkan untuk lebih memperhatikan dan dapat memberikan bimbingan yang lebih focus dan terprogram dalam pelatihan magang. Hal ini dapat membantu peserta magang baik dalam kegiatan pengamatan selama magang maupun dalam pencarian data guna penyusunan laporan magang.

5. Penulis juga mengharapkan Program Diploma III Penyiaran Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta untuk menambah sarana dan fasilitas perkuliahan sebagai peningkatan kualitas sistem perkuliahan. Misalnya pengadaan alat praktek yang sesuai dengan standar broadcasting yang diterapkan pada media komunikasi baik radio maupun televisi.

Dokumen terkait