• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skenario dan Implikasi Pengembangan Skenario Pengembangan Kelembagaan Pengelolaan Persampahan Berbasis Partisipasi

Dalam dokumen IV HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 30-40)

4.3. Pengembangan Kelembagaan

4.3.1. Skenario dan Implikasi Pengembangan Skenario Pengembangan Kelembagaan Pengelolaan Persampahan Berbasis Partisipasi

Masyarakat

Kelembagaan pengelolaan persampahan berbasis partisipasi masyarakat Kota Bandung melibatkan berbagai pelaku. Penelitian terhadap pelaku dalam pengelolaan persampahan dilakukan terhadap rumah tinggal, organisasi masyarakat yang meliputi Rukun Tetangga, Rukun Warga, Kelurahan dan Kecamatan. Selain itu, dilakukan penelitian terhadap pemulung, lapak, pengusaha kompos dan pabrik daur ulang serta Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Pengkajian organisasi dilakukan terhadap PD Kebersihan dengan menggunakan Organisasional Capacity Assessment Tools (OCAT). Metode yang digunakan dalam membuat skenario adalah analisis prospektif dengan lokakarya yang melibatkan seluruh stakeholder.

Langkah pertama dalam analisis prospektif adalah identifikasi faktor- faktor yang terlibat dalam pengelolaan persampahan. Hasil identifikasi faktor disajikan pada Tabel 17. Faktor yang diperoleh melalui identifikasi faktor pada lokakarya analisis prospektif.

Identifikasi faktor yang diperoleh pada tahap awal lokakarya analisis prospektif merupakan hasil kesepakatan seluruh peserta lokakarya. Sebagai bahan untuk identifikasi faktor adalah hasil penelitian terhadap kelompok penghasil, kelompok pengelola, kelompok pemanfaat dan organisasi pengelola sampah. Para peserta kemudian memberikan penilaian terhadap hubungan antar faktor. Hasil penilaian tersebut kemudian dihitung tingkat saling ketergantungan dan pengaruh. Faktor-faktor dengan tingkat ketergantungan dan pengaruh yang tinggi akan terpilih sebagai faktor- faktor kunci.

71 Tabel 17 Daftar faktor yang teridentifikasi dalam pengembangan kelembagaan

pengelolaan persampahan berbasis partisipasi masyarakat di Kota Bandung

No Faktor

1. Kapasitas Perusahaan Daerah Kebersihan 2. Biaya Operasi

3. Lahan Tempat Pembuangan Sementara (TPS) 4. Lahan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) 5. Sosialialisasi 3R (Reuce, Reduce, Recycle) 6. Kebijakan pemerintah

7. Peran Pemerintah Kota (Pemkot) 8. Jumlah Sampah

9. Tingkat Pendapatan Masyarakat 10. Peran Ibu rumah tangga

11. Kesediaan membayar iuran 12. Kesediaan membayar retribusi

13. Pemahaman 3R (Reuce, Reduce, Recycle) 14. Pemilahan

15. Reduce 16. Reuse

17. Komposting rumah tangga

18. Peran Rukun Tetangga (RT) / Rukun Warga (RW) 19. Peran Kelurahan

20. Peran Kecamatan 21. Kegiatan usaha kompos 22. Kegiatan usaha daur ulang 23. Pemasaran kompos

24. Pemasaran produksi daur ulang 25. Peran Lembaga Swadaya Masyarakat

Gambar 15 Gambar tingkat kepentingan faktor- faktor yang berpengaruh pada sistem yang dikaji

Faktor kunci yang terpilih karena memiliki peran penting pada pengelolaan sampah Kota Bandung ada tujuh faktor yaitu: sosialisasi 3R, pemahaman 3R, peran ibu rumah tangga, kegiatan usaha kompos, pemasaran kompos, kegiatan usaha daur ulang, pemasaran produk daur ulang (Gambar 15). Dari setiap faktor kunci didiskusikan keadaan setiap faktor tersebut. Keadaan setiap faktor merupakan keadaan yang mungkin terjadi pada masa datang dari faktor tersebut. Berikut ini adalah keadaan atau state dari setiap faktor kunci.

Faktor kunci pertama yang terpilih adalah sosialisasi 3R (reduce, reuse dan recycle). Hasil diskusi pada lokakarya analisis prospektif ditemukan empat keadaan yaitu A, B,C dan D. .Keadaan tersebut adalah sebagai berik ut:

A. Tidak ada sosialisasi, artinya tidak terdapat usaha dari pihak pemerintah untuk melakukan sosialisasi tentang 3R.

B. Kegiatan sosialisasi 3R mengalami penurunan baik dalam hal intensitas maupun materinya.

C. Kegiatan sosialisasi 3R tidak mengalami perubahan, yaitu baru pada tingkat wacana dan belum sampai pada tingkat implementasi.

Gambaran Tingkat Kepentingan Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Sistem yang Dikaji

Reduce Pemilahan

Pemahaman 3R

Ksedia byr retrib Ksedia byr iuran Peran Ibu rumah tangga

Tkt Pdpt Masy Jumlah Sampah Peran Pemkot Kebijakan pemerintah Kapasitas PDK Lahan TPA Sosialialisasi 3R Biaya Operasi Lahan TPS Reuse Komposting rmh tangga Peran RT/RW Peran Kelurahan Peran Kecamatan Kegiatan usaha kompos Kegiatan usaha daur ulang Pemasaran kompos

Pmasar prod daur ulang

Peran LSM -0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 - 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20 1,40 1,60 1,80 2,00 Ketergantungan Pengaruh

73 D. Kegiatan sosialisasi 3R meningkat baik dalam hal intensitas maupun

content-nya sehingga 3R sudah mulai bisa dilaksanakan oleh masyarakat.

Faktor kunci kedua adalah pemahaman 3R. Terdapat empat keadaan dari faktor kunci pemahaman 3R yaitu A, B, C dan D. Keadaan dari faktor kunci pamahaman 3R adalah sebagai berikut:

A. Masyarakat sama sekali tidak memahami tentang 3R.

B. Pemahaman masyarakat tentang 3R akan terjadi berkat adanya sosialisasi 3R. C. Masyarakat sudah paham tentang 3R dan bersedia untuk melakukan 3R. D. Masyarakat sudah paham dan mau melakukan 3R.

Faktor kunci ketiga adalah peran ibu rumah tangga. Hasil diskusi pada lokakarya analisis prospektif terhadap faktor kunci peran ibu rumah tangga menghasilkan empat keadaan yaitu A, B, C dan D sebagai berikut:

A. Ibu rumah tangga tidak berperan pada penanganan sampah di rumah.

B. Peran ibu rumah tangga terbatas pada mewadahi sampah sebelum diambil oleh petugas.

C. Ibu rumah tangga sudah memahami 3R, sehingga mulai mencoba untuk mengurangi sampah yang harus dibuang.

D. Ibu rumah tangga sudah melakukan 3R, terutama memilah sampah basah dan kering.

Faktor kunci keempat adalah kegiatan usaha kompos. Kegiatan usaha kompos teridentifikasi memiliki tiga keadaaan yaitu A, B dan C sebagai berikut: A. Kegiatan usaha membuat kompos menurun karena sampah tidak laku dijual. B. Kegiatan usaha kompos tetap seperti sekarang, yaitu sulit untuk berkembang

karena adanya kendala pemasaran produk kompos.

C. Kegiatan usaha kompos berkembang karena harga jual kompos yang cukup baik, disamping adanya peluang memperoleh bantuan modal.

Faktor kunci kelima adalah pemasaran kompos. Keadaan dari faktor kunci ini terdiri dari tiga keadaan yang meliputi:

A. Pemasaran kompos menurun dan tidak seimbang dengan tingkat produksi kompos.

B. Tingkat kemampuan memasarkan kompos tetap seperti sekarang, yaitu produsen berusaha bertahan dengan harga pasar kompos yang tidak seimbang dengan harga pupuk buatan.

C. Pemasaran kompos makin baik karena adanya bantuan menciptakan pasar dari pemerintah dan subsidi pemerintah sehingga harga kompos dapat bersaing dengan harga pupuk buatan.

Faktor kunci keenam adalah kegiatan usaha daur ulang. Terdapat tiga keadaan dari kegiatan usaha daur ulang yaitu A, B dan C yang meliputi:

A. Kegiatan usaha daur ulang menurun karena kesulitan memperoleh bahan baku dan keterbatasan modal.

B. Kegiatan usaha daur ulang tidak berkembang karena harga produk daur ulang tidak mampu bersaing dengan produk non daur ulang.

C. Kegiatan usaha daur ulang berkemb ang karena terbuka peluang untuk memperoleh bantuan modal usaha.

Faktor kunci ketujuah adalah pemasaran produk daur ulang. Terdapat tiga keadaan dari faktor kunci pemasaranproduk daur ulang yang meliputi:

A. Pemasaran menurun karena harga produk daur ulang tidak mampu bersaing dengan harga produk non daur ulang.

B. Pemasaran tidak berkembang karena perusahaan tidak berbadan hukum sehingga ruang pasar menjadi terbatas.

C. Pemasaran meningkat karena harga produk mampu bersaing dengan produk non daur ulang dan ruang pemasaran tidak terbatas karena perusahaan berbadan hukum.

Keadaan dari ketujuh faktor kunci yang telah teridentifikasi digambarkan pada Tabel 18.

75

Tabel 18 Keadaan faktor kunci pada pengembangan kelembagaan pengelolaan persampahan berbasis partisipasi masyarakat

FAKTOR KEADAAN

Sosialisasi 3R 1 A 1 B 1 C 1 D

Tidak ada Menurun Tetap Meningkat

Pemahaman 3R

2 A 2 B 2 C 2 D

Tidak paham Akan paham Sudah

paham Mau melakukan 3R Peran ibu rumah tangga 3 A 3 B 3 C 3 D Tidak berperan Hanya sebatas mewadahi sampah Paham 3R Melakukan 3R, terutama pemilahan Kegiatan usaha kompos 4 A 4 B 4 C Menurun, mengarah bangkrut karena sampah tidak laku

Tetap, sulit berkembang, kendala

pasar

Berkembang, harga baik, ada peluang bantuan modal

Pemasaran kompos

5 A 5 B 5 C

Menurun, jumlah produksi kompos lebih besar dari kompos terjual

Tetap, produsen bertahan, harga kompos lebih besar

dari pupuk

Meningkat, ada bantuan pemasaran dan subsidi

Kegiatan usaha daur ulang

6 A 6 B 6 C

Menurun, kesulitan bahan baku dan

modal

Tidak berkembang, harga produk tidak

kompetitif

Berkembang, ada peluang bantuan modal

Pemasaran produk daur ulang

7 A 7 B 7 C

Menurun, harga tidak kompetitif

Tidak berkembang, tidak berbadan hukum, pasar terbatas

Meningkat, harga kompetitif, berbadan hukum, pasar luas

Setelah ditentukan keadaan yang mungkin terjadi pada setiap faktor kunci, dilakukan penentuan skenario pengembangan kelembagaan pada pengelolaan persampahan berbasis partisipasi masyarakat. Skenario ini ditentukan berdasarkan kombinasi dari keadaan setiap faktor kunci. Hasil penentuan skenario pengembangan diperoleh lima skenario yaitu skenario sangat optimis, optimis, agak optimis, kondisi tetap dan pesimis. Skenario pengembangan kelembagaan pengelolaan persampahan berbasis partis ipasi masyarakat ini ditunjukkan pada Tabel 19.

Tabel 19 Skenario pengembangan kelembagaan pengelolaan persampahan berbasis partisipasi masyarakat

No Skenario Urutan Keadaan Faktor Kunci

1 Sangat optimis (sinergi antara lembaga dan partisipasi masyarakat sangat tinggi)

1D-2D-3D-4C-5C-6C-7C 2 Optimis (sinergi antara lembaga dan

partisipasi masyarakat cukup tinggi)

1D-2C-3C-4C-5C-6C-7C 3 Agak optimis (ada sinergi antara

lembaga dan partisipasi masyarakat)

1C-2B-3C-4C-5C-6C-7C 4 Kondisi tetap (sinergi antara lembaga

dan partisipasi masyarakat seperti sekarang)

1C-2A-3B-4B-5B-6B-7B

5 Pesimis (tidak ada sinergi antara lembaga dan partisipasi masyarakat)

1A-2A-3A-4A-5A-6A-7A

Tabel 20 Hasil penilaian skenario untuk pengembangan kelembagaan pengelolaan persampahan berbasis partisipasi masyarakat

Skenario Jumlah Persen

Sangat optimis (sinergi antara lembaga dan partisipasi masyarakat sangat tinggi)

270 20,77 Optimis (sinergi antara lembaga dan partisipasi masyarakat

cukup tinggi)

300 23,08 Agak optimis (ada sinergi antara lembaga dan partisipasi

masyarakat)

340 26,15 Kondisi tetap (sinergi antara lembaga dan partisipasi

masyarakat seperti sekarang)

220 16,92 Pesimis (tidak ada sinergi antara lembaga dan partisipasi

masyarakat)

170 13,08

Total 1300 100,00

Setelah diperoleh lima skenario seperti yang disajikan pada Tabel 19, dilakukan penilaian dari masing- masing skenario oleh peserta lokakarya. Setiap peserta diberi nilai 100 yang kemudian dibagi dengan angka puluhan kepada lima skenario. Seluruh peserta yang memberikan nilai berjumlah 13 orang sehingga total nilai bagi kelima skenario adalah 1300. Hasil penilaian skenario untuk pengembangan kelembagaan pengelolaan persampahan berbasis partisipasi masyarakat disajikan pada Tabel 20.

77 Tiga skenario terbanyak terpilih adalah agak optimis (26,15%) ada sinergi antara lembaga dan partsipasi masyarakat, optimis (23,08%) terdapat sinergi antara lembaga dan partisipasi masyarakat cukup tinggi, dan sangat optimis (20,77%) terdapat sinergi antara lembaga dan partisipasi masyarakat sangat tinggi.

Skenario pertama terpilih adalah Agak Optimis yaitu ada sinergi antara lembaga pengelola persampahan dengan partisipasi masyarakat. Skenario ini memiliki keadaan sebagai berikut: sosialisasi 3R tetap, masyarakat akan paham 3R, Ibu rumah tangga paham 3R, kegiatan usaha kompos berkembang, harga kompos baik, dan ada peluang bantuan modal untuk usaha kompos, pemasaran kompos meningkat, ada bantuan pemasaran dan subsidi untuk usaha kompos, kegiatan usaha daur ulang berkembang dan ada peluang bantuan modal untuk kegiatan usaha daur ulang, pemasaran produk daur ulang meningkat, harga kompetitif, berbadan hukum, dan pasar luas.

Skenario kedua paling mungkin adalah Optimis yaitu sinergi yang tinggi antara lembaga pengelola persampahan dengan partisipasi masyarakat. Skenario memiliki keadaan sebagai berikut: sosialisasi 3R meningkat, masyarakat sudah paham 3R, ibu rumah tangga paham 3R, kegiatan usaha kompos berkembang, harga kompos baik, dan ada peluang bantuan modal untuk usaha kompos, pemasaran kompos meningkat, ada bantuan pemasaran dan subsidi, kegiatan usaha daur ulang berkembang dan ada peluang bantuan modal, pemasaran produk daur ulang meningkat, harga kompetitif, berbadan hukum, dan pasar luas.

Skenario ketiga paling mungkin Sangat Optimis yaitu sinergi yang sangat tinggi antara lembaga pengelolaan persampahan dengan partisipasi masyarakat. Skenario ini memiliki keadaan sebagai berikut sosialisasi 3R meningkat, masyarakat sudah mau melakukan 3R, ibu rumah tangga sudah mau melakukan 3R, terutama pemilahan, kegiatan usaha kompos berkembang, harga baik, dan ada peluang bantuan modal, pemasaran kompos meningkat, ada bantuan pemasaran dan subsidi, kegiatan usaha daur ulang berkembang dan ada peluang bantuan modal, pemasaran produk daur ulang meningkat, harga kompetitif, berbadan hukum, dan pasar luas.

Tahap akhir dari lokakarya analisis prospektif pengembangan kelembagaan berbasis partisipasi masyarakat adalah implikasi dari skenario terpilih.

Berdasarkan skenario terpilih maka implikasi terhadap pengembangan kelembagaan pengelolaan persampahan berbasis partisipasi masyarakat di Kota Bandung adalah sebagai berikut.

Skenario pertama yang terpilih adalah Skenario Agak Optimis. Skenario ini bertumpu pada gerakan 3R (reduce, reuse, recycling), terutama pada recycle (daur ulang). Sosialisasi tetap dilakukan dengan tujuan memberikan pemahaman masyarakat terhadap 3R. Melalui pemahaman ini pandangan terhadap sampah diharapkan akan berubah, yaitu dari sampah yang harus dibuang menjadi sampah yang masih dapat dimanfaatkan. Ibu rumah tangga yang sangat berperan dalam pengelolaan sampah di rumah diupayakan sudah sampai pada tahap paham terhadap 3R sehingga sudah mulai berusaha menekan jumlah sampah dan sudah mulai mau melakukan pemilahan sampah. Pemahaman ini perlu diiringi dengan kebijakan pemerintah yang mengarah pada dukungan terhadap masyarakat yang melakukan aktivitas daur ulang, baik terhadap sampah basah maupun sampah kering. Dukungan tersebut dapat berupa bantuan permodalan dan pemasaran bagi pengusaha kompos dan daur ulang.

Rekomendasi untuk pencapaian skenario tersebut adalah dengan dua strategi. Strategi pertama, sosialisasi 3R tetap dilakukan dengan cara yang sama dengan yang telah dilakukan selama ini. Tujuan sosialisasi adalah membuka wawasan masyarakat tehadap manfaat 3R. Perhatian lebih ditujukan kepada para ibu rumah tangga agar pemahamannya tentang 3R selangkah lebih maju dibandingkan anggota keluarga lainnya mengingat ibu rumah tangga sangat berperan dalam pengelolaan sampah di rumah. Strategi kedua, memberikan kesempatan kepada masyarakat yang berminat dalam usaha pembuatan kompos dan produksi berbahan baku sampah kering (daur ulang). Kendala dalam hal permodalan dapat ditanggulangi dengan memberikan peluang untuk memperoleh bantuan modal dan subsidi. Jaringan pemasaran perlu dipersiapkan termasuk didalamnya perlindungan terhadap harga pasar. Usaha kompos dan daur ulang dapat diupayakan agar bisa berbadan hukum untuk membantu terciptanya jaringan pemasaran yang lebih luas.

Skenario kedua terpilih adalah Skenario Optimis. Skenario ini bertumpu pada pemahaman masyarakat terhadap 3R (reduce, reuse, recycling), terutama

79 pada recycle (daur ulang). Bentuk-bentuk sosialisasi yang telah dilakukan ditingkatkan dalam hal intensitas dan meluas kesemua lapisan masyarakat dengan tujuan merubah pandangan terhadap sampah, yaitu dari sampah yang harus dibuang menjadi sampah yang masih dapat dimanfaatkan. Pemahaman terhadap 3R diharapkan sudah sampai pada tahap mulai berusaha menekan jumlah sampah dan sudah mulai mau melakukan pemilahan sampah. Pemahaman ini perlu diiringi dengan kebijakan pemerintah yang mengarah pada dukungan terhadap masyarakat yang melakukan aktivitas daur ulang, baik terhadap sampah basah maupun sampah kering. Dukungan tersebut dapat berupa bantuan permodalan dan pemasaran bagi pengusaha kompos dan daur ulang.

Skenario Optimis dapat terimplementasikan bila dilakukan strategi-strategi. Strategi yang direkomendasikan untuk mencapai skenario optimis ada dua strategi. Strategi pertama, sosialisasi 3R yang telah dilakukan selama ini ditingkatkan intensitasnya dan memperluas cakupan area sosialisasi sampai mencapai seluruh lapisan masyarakat. Target sosialisasi adalah terbentuknya masyarakat yang mulai mau menekan jumlah sampah dan memilah sampahnya menjadi sampah basah dan kering. Bentuk sosialisasi dapat diperkaya dengan memberikan pelatihan cara memilah sampah atau membuat kompos skala rumah tangga. Strategi kedua, memberikan kesempatan kepada masyarakat yang berminat dalam usaha pembuatan kompos dan produksi berbahan baku sampah kering (daur ulang). Kendala dalam hal permodalan dapat ditanggulangi dengan memberikan peluang untuk memperoleh bantuan modal dan subsidi. Jaringan pemasaran perlu dipersiapkan termasuk didalamnya perlindungan terhadap harga pasar. Usaha kompos dan daur ulang dapat diupayakan agar bisa berbadan hukum untuk membantu terciptanya jaringan pemasaran yang lebih luas.

Skenario ketiga terpilih adalah Sangat Optimis. Skenario ini bertumpu pada pemahaman masyarakat terhadap 3R (reduce, reuse, recycling), terutama pada recycle (daur ulang). Bentuk-bentuk sosialisasi yang telah dilakukan ditingkatkan dalam hal intensitas dan meluas kesemua lapisan masyarakat. Tingkat pemahaman masyarakat sudah sampai pada mau melakukan 3R, terutama para ibu rumah tangga yang sudah melakukan pemilahan sampah. Melalui 3R maka jumlah sampah dapat ditekan dan sudah terpilah menjadi sampah basah dan kering.

Keadaan ini mendukung bagi usaha pembuatan kompos dan usaha daur ulang sampah kering. Kondisi ini perlu diikuti dengan kebijakan pemerintah yang mengarah pada dukungan terhadap masyarakat yang melakukan aktivitas daur ulang, baik terhadap sampah basah maupun sampah kering. Dukungan tersebut dapat berupa bantuan permodalan dan pemasaran bagi pengusaha kompos dan daur ulang.

Skenario ketiga yang terpilih dapat dicapai dengan melaksanakan dua strategi yang direkomendasikan. Strategi pertama, sosialisasi 3R yang telah dilakukan selama ini ditingkatkan intensitasnya dan memperluas cakupan area sosialisasi sampai mencapai seluruh lapisan masyarakat. Target sosialisasi adalah terbentuknya masyarakat yang sudah sangat paham tentang 3R dan mau memilah sampahnya menjadi sampah basah dan kering. Keadaan ini mengarah pada terbukanya peluang untuk usaha pemanfaatan sampah basah dan sampah kering, baik oleh rumah tangga maupun usaha produksi kompos dan daur ulang. Strategi kedua, memberikan kesempatan kepada masyarakat yang berminat dalam usaha pembuatan kompos dan produksi berbahan baku sampah kering (daur ulang). Kendala dalam hal permodalan dapat ditanggulangi dengan memberikan peluang untuk memperoleh bantuan modal dan subsidi. Jaringan pemasaran perlu dipersiapkan termasuk didalamnya perlindungan terhadap harga pasar. Usaha kompos dan daur ulang dapat diupayakan agar bisa berbadan hukum untuk membantu terciptanya jaringan pemasaran yang lebih luas.

4.3.2. Pengembangan Kelembagaan Pengelolaan Persampahan Berbasis

Dalam dokumen IV HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 30-40)

Dokumen terkait