• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.4 Komposit Indeks dan peta Kerentanan Ekologi-Ekonomi

4.4.1 Skenario Pengelolaan Pula-Pulau Kecil

Alternatif pengelolaan yang terbaik di PPK Kecamatan Togean berdasarkan pada ecologi based manajemen, dimana ekologi menjadi perhatian utama dari pengelolaan. Kerusakan ekologi dianggap akan memiliki dampak negatif terhadap tatanam perekonomian dan kehidupan sosial masyarakat. Kriteria selanjutnya yang memberikan kontribusi terhadap pengelolaan adalah kriteria ekonomi yang dirasakan sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat dan sumberdaya yang ada di PPK khususnya pulau-pulau yang ada aktifitas perekonomiannya seperti P. Enam dan P. Tongkabo, sedangkan PPK lainnya tidak memiliki aktifitas ekonomi (P. Mogo, P. Pagempa, P. Kadidiri, P. Kukumbi.

Setelah melihat kontribusi masing-masing kriteria, selanjutnya menjelaskan kontribusi masing-masing atribut terhadapa pengelolaan yang akan akan dilakukan di PPK Kecamatan Togean. Berdasarkan nilai pada masing- masing atribut, dijelaskan sebagai berikut :

A. Pulau Enam

Pulau Enam memiliki kontribusi masing-masing atribut yaitu kepadatan penduduk mendapat prioritas penting dalam pengelolaan, diikuti degradasi degradasi mangrove, degradasi terumbu karang, degradasi lahan terbangun, keterpencilan ekonomi dan bantuan tunjangan pemerintah.

B. Pulau Tongkabo

Kontribusi tiap atribut yang terlihat pada P. Tongkabo yang mendapatkan prioritas penting dari atribut-atribut lainnya adalah kepadatan penduduk, kemudian degradasi terumbu karang, degradasi lahan terbangun, keterisolasian, pasar yang rendah dan bantuan tunjangan pemerintah.

77 C. Pulau Mogo

Atribut yang memiliki prioritas yang penting pada P. Mogo adalah degradasi terumbu karang, kontribusi berikutnya secara berturut turut adalah indeks pantai, keterpencilan, dan degradasi mangrove.

D. Pulau Pagempa

Pada P. Pagempa ada tiga atribut yang menjadi prioritas dalam pengelolaan yaitu degradasi terumbu karang merupakan antribut yang memiliki prioritas pertama kemudian atribut keterisolasian dan diikuti oleh atribut indeks pantai. E. Pulau Kukumbi

Atribut yang memberikan kontribusi tertinggi dalam pengelolaan pada P. Kukumbi yaitu indeks pantai dan diikuti oleh degradasi terumbu karang, degradasi mangrove, dan keterpencilan.

F. Pulau Kadidiri

Pada P. Kadidiri ada dua atribut yang memberikan kontribusi dalam pengelolaan yaitu indeks keterpencilan yang mendapat prioritas terpenting dan kedua adalah keterpencilan.

Untuk mengetahui kriteria dan atribut pada masing-masing PPK terlihat pada Gambar 18 dan Gambar 19. Pengelolaan yang akan dilakukan di PPK Kecamatan Togean guna mendapatkan pengelolaan yang berkelanjutan harus di dasarkan pada Kriteria dan atribut pada masing-masing PPK tersebut. Hal ini bermaksud proritas kriteria dan atribut tersebut akan menjadi acuan dalam strategi pengelolaan PPK terutama dalam pengambilan kebijakan untuk skala prioritas Kriteria dan atribut yang menjadi sasaran utama dalam pengelolaan yang akan dilakukan di PPK Kecamatan Togean.

A. Pulau Enam B. Pulau Tongkabo Skenario A (Adaptasi) Skenario B (Tanpa Adaptasi) Skenario A (Adaptasi) Skenario B (Tanpa Adaptasi)

C. Pulau Pagempa D. Pulau Mogo

Skenario A (Adaptasi) Skenario B (Tanpa Adaptasi) Skenario A (Adaptasi) Skenario B (Tanpa Adaptasi)

E, Pulau Kukumbi F. Pulau Kadidiri

Skenario A (Adaptasi) Skenario B (Tanpa Adaptasi) Skenario A (Adaptasi) Skenario B (Tanpa Adaptasi) Keterangan : Ekologi Ekonomi

79 A, Pulau Enam B, Pulau Tongkabo C, Pulau Mogo D, Pulau Pagempa E, Pulau Kukumbi F, Pulau Kadidiri

Bentuk pengelolaan Pada PPK berdasarkan atribut-atribut yang menjadi dasar dalam pengelolaan berkelajutan adalah :

A. Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk menjadi faktor yang sangat penting dan harus mendapat perhatian yang utama dalam pengelolaan yang di lakukan di P. Enam dan P. Tongkabo. Tingginya jumlah penduduk yang berada di P. Enam memberikan dampak yang sangat bersar terhadap sumberdaya yang ada di pulau tersebut, dengan kata lain masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari akan memanfaatkan sumberdaya alam dengan cara pengeksploitasian yang tidak memperhatikan aspek kelestarian dari sumberdaya tersebut.

Bentuk P. Enam dan P. Tongkabo yang sangat kecil juga akan memberikan dampak terhadap kepadatan penduduk, dimana masyarakat memanfaatkan lahan perairan untuk pembangunan rumah. Pembenahan terhadap kepadatan penduduk di kedua pulau tersebut melalui kegiatan emigrasi ke beberapa pulau yang masih belum berpenghuni sehingga beban yang akan diterima pulau tersebut dapat diminimalisir dan akan menurunkan nilai kerentanan (indeks populasi).

B. Degradasi Mangrove dan Degradasi Terumbu Karang

Tingginya kerusakan yang terjadi terhadap ekosistem mangrove dan terumbu karang yang ada di beberapa PPK sebagai akibat dari pemanfaatan masyarakat yang tidak memperhatikan kelestarian seperti pemanfaatan kayu mangrove sebagai bahan bangunan, kayu bakar dan kulit mangrove yang digunakan sebagai bahan pewarna (lirang). Sedangkan dari segi terumbu karang pemanfaatan yang dilakukan seperti penambangan batu karang, penggunaan alat-alat tangkap yang tidak ramah lingkungan, penggunaan sianida, sehingga kerusakan yang terjadi sangat besar. Dalam mengatasi kerusakan yang terjadi perlu dilakukan pengembangan kawasan konservasi laut termasuk penyadaran dan partisipasi masyarakat.

Pengembangan kawasan konservasi laut pada intinya adalah meningkatkan adaptasi alamiah dari sistem alam yang ada pada setiap pulau. Melalui pengembangan kawasan konservasi terhadap habitat pesisir, akan meningkatkan kapasitas alamiah dari pulau-pulau kecil untuk beradaptasi terhadap gangguan

81

alam. Pengembangan kawasan konservasi laut ini merujuk pada konsep konservasi yang dituangkan dalam UU No, 27 Tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang terdiri dari zona inti, zona pemanfaatan terbatas, dan zona lain sesuai dengan peruntukan kawasan. Pengembangan kawasan konservasi ini bertujuan menjaga kelestarian ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil, mempermudah pengelolaan kawasan guna memperkecil atau menghindari tekanan-tekanan terhadap ekosistem pesisir terutama yang bersumber dari antropogenik, melindungi situs budaya tradisional, dan sebagai rambu-rambu terhadap stakeholder dan kegiatan-kegiatan yang berlangsung didalamnya dapat terkoordinasi dengan baik.

Rendahnya pemehaman masyarakat menjadi pemicu terhadap rusaknya ekosistem mangrove dan terumbu karang yang ada di PPK. Pemahaman

masyarakat secara umum yang menganggap laut adalah milik bersama (common property rights), dengan demikian setiap individu berupaya menjadi

penumpang bebas (free rider), memanfaatkan sumberdaya tanpa bersedia terhadap penyediaannya atau pelestariannya. Selain itu pengambilan satu unit sumberdaya akan mengurangi ketersediaannya bagi pihak lain untuk memanfaatkannya atau disebuk sebagai karakter substracbility atau rivalry (Ostrom, 1990). Akibat karakter ini maka sumberdaya milik bersama rentan terhadap masalah eksploitasi berlebih (over eksploitation) atau kerusakan sumberdaya, inilah yang dikatakan sebagai tragedi bersama (tragedy of the common). Sesungguhnya tregedi ini bisa terjadi jika tidak adanya penyadaran dan partisipasi masyarakat dalam menjaga dan memanfaatkan sumberdaya yang bersifat akses terbuka (open access).

Keterlibatan masyarakat setempat dalam menjaga lingkungan dan sumberdaya merupakan pilahan yang bijaksana. Peningkatan kesadaran dan kemampuan masyarakat setempat dapat dilakukan dengan penyuluhan, pembinaan serta pendampingan sehingga akan mendorong kesadaran dan kepedulian terhadap sumberdaya yang tersedia.

C. Keterpencilan dan Tunjangan Pemerintah

Keterpencilan baik untuk berhubungan dengan wilayah maupun ekonomi dan rendahnya tunjangan pemerintah menjadi masalah yang seirus khususnya

P. Tongkabo. Tingginya nilai keterpencilan ekonomi dapat dianggap sebagai ketidakpastian suatu keadaan bagi keterlambatan dan membutuhkan biaya yang sangat tinggi terhadap barang dan jasa yang masuk ke pulau tersebut, sedangkan bantuan tunjangan yang diberikan pemerintah sangat kecil. Dari kedua atribut tersebut akan menyebabkan kegiatan pembangunan dan perekonomian di pulau tersebut menjadi kurang berkembang. Untuk itu perlu adanya pembenahan baik itu yang berhubungan dengan keterpencilan maupun bantuan tunjangan pemerintah.

Pengembangan ekonomi yang dilakukan di P. Enam dan P. Tongkabo

sebaiknya didasarkan pada karakteristik pulau tersebut, dimana bagi PPK yang karakteristiknya kecil secara fisik menyarankan untuk lebih

menekankan pada kegiatan ekonomi yang terspesialisasi yang berarti kegiatan ekonomi yang dilakukan di PPK tersebut memerlukan tingkat spesialisasi yang

lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah lain yang lebih besar (Adrianto and Matsuda 2002;2004).

Umumnya masyarakat PPK kental dengan kehidupan di laut, sehingga pengembangan ekonomi berbasis perikanan perlu ditingkatkan. Diversifikasi terbatas pada bidang ini perlu juga dilakukan seperti penggunaan alat tangkap yang ramah lingkungan, sehingga tidak merusak habitat pesisir lainnya yang akan berimplikasi pada nilai ekonomi terhadap sumberdaya yang ada serta penentuan penangkapan pada zona perikanan berkelanjutan sesuai dengan daya dukung setempat. Sedangkan untuk pengembangan industri pendukungnya sebaiknya dilakukan di daerah mainland, Sebagai kawasan konservasi laut daerah, kegiatan ekowisata juga layak dipertimbangkan. PPK yang cukup potensial guna pengembangan kawasan ekowisata adalah P, Kadidiri dan P. Pagempa, Yang mempunyai pasir putih serta dekat dengan jalur transportasi laut yang ada.

Faktor yang menyebabakan lambatnya pertumbuhan sosial-ekonomi adalah terbatasnya infrastruktur pendukung. Terbatasnya infrastruktur bagi PPK akan membuat pulau tersebut semakin terisolasi, mahalnya biaya-biaya dan rendahnya nilai manfaat produk yang dihasilkan serta membutuhkan persediaan stok kebutuhan dalam jangka panjang terutama bagi PPK yang relatif terisolasi dan kurang lancarnya arus transportasinya.

83

Untuk meningkatkan kegiatan ekonomi di PPK dengan adanya pengembangan sektor industri walaupun tergantung pula pada infrastrukturnya. Perhatian pemerintah dalam menyediakan infrastruktur sosial-ekonomi bagi PPK sangat diharapkan terutama dari segi transportasi, sistem pendidikan, kesehatan dan sarana air bersih. Akan tetapi penyediaan sarana-sarana tersebut dalam pelaksanaannya harus mempertimbangkan daya dukung PPK.

Berdasarkan hasil analisa terhadap kondisi dan permasalahan exisiting, tingkat kerentanan masing-masing pulau, dan pola pengeloaan yang efektif untuk meminimalkan kerentanan serta meningkatkan efektivitas PPK. Tabel 26 akan menyajikan implikasi strategi pengelolaan PPK Kecamatan Togean berkelanjutan, Diharapkan melalui strategi ini dapat meminimalkan kerentanan pulau kecil melalui pengelolaan yang baik.

84 Tab e l 20. I m p le m e n ta si s tr at egi pe n ge lo la a n b er ke la nj ut an P P K K ec a m at T o ge an

 Perlindungan dan pelestarian ekosistem mangrove dan terumbu karang

 Pengendalian jumlah penduduk

dan bangunan

 Peningkatan fungsi zona inti sebagai zona rehabilitasi dan zona pemanfaatan untuk mendukung keberlanjutan pengelolaan PPK

 Peningkatan tingkat pendidikan dan pemahaman masyarakat akan fungsi ekosistem yang berada di PPK

 Pengembangan usaha yang tepat

guna

 Pengembangan SDM dan

Stakeholders

 Peningkatan kualitas infrastruktur

 Peningkatan kualitas dan kuantitas ekosistem mangrove dan terumbu karang

 Pengurangan degradasi

terhadap ekosistem mangrove dan terumbu karang

 Mamaksimalkan fungsi

ekosistem mangrove dan terumbu karang terhadap bahaya bencana alam dan perubahan iklim

 Meningkatkan

Kesejahteraan masyarakat

 Pemberantasan buta aksara

dan peningkatan pemahaman masyarakat

 Pengurangan kepadatan

penduduk 

 Rehabilitasi dan restorasi  Merevisi zona inti,

rehabilitasi dan pemanfaatan

 Pemantauan kualitas dan

kuantitas ekosistem mangrove dan terumbu karang secara berkala

 Pembuatan pemecah ombak

(break water)

 Pelibatan masyarakat dalam

upaya konservasi

 Pelatihan manajemen

pengelolaan ekosistem PPK

 Bantuan biaya pendidikan

 Peningkatan kualitas produk lokal

 Pembangunan infrastruktur

yang menunjang kegiatan pegelolaan seperti jalan desa, pelabuhan, jadwal

transportasi, Penambahan prasarana komunikasi, penyediaan air bersih, prasarana kesehatan (dan pengolah limbah),  Balai Taman Nasional Kepulauan Togean  Dinas Kelautan dan perikanan  Dinas Perhubungan  BAPPEDA  Pemda Kab,

Tojo Una Una

 Pemprov SULTENG  LSM/NGO  Pengusaha setempat  Dinas Pekerjaan Umum  Dinas Pariwisata  Dinas Kesehatan

85

Dokumen terkait