2.1.2.1 Pengertian Skeptisisme Profesional Auditor
Theodorus (2013:321) skeptisisme profesional adalah kewajiban auditor untuk menggunakan dan mempertahankan skeptisisme profesional,sepanjang periode penugasan terutama kewaspadaan atas kemungkinan terjadinya kecurangan.
2.1.2.2 Kewaspadaan Profesional
Beberapa petunjuk ringkas mengenai kewaspadaan profesional dalam menghadapi kemungkinan kecurangan menurut Theodorus (2013:321):
1. Sadari, manajemen selalu bisa membuat kecurangan
a. Manajemen berada dalam posisi meniadakan (override) pengendalian intern yang baik.
b. Anggota tim audit harus mengesampingkan keyakinan/kepercayaan mereka bahwa manajemen jujur dan punya integritas, sekalipun pengalaman dalam audit yang lalu menunjukan mereka jujur dan punya integritas.
2. Sikap berfikir yang senantiasa mempertanyakan
a. Buat penilaian kritis (critical assesment) tentang sah atau validnya bukti audit yang diperoleh
3. Waspada
a. Apakah bukti audit bertentangan dengan atau mempertanyakan keandalan? b. Dokumen dan tanggapan terhadap pertanyaan auditor?
c. Semua informasi lain yang diperoleh dari manajemen? 4. Terapkan kehati-hatianjangan:
a. Abaikan/sepelekan situasi aneh/luar biasa
b. Menggeneralisasi kesimpulan mengenai mengamatan audit
c. Gunakan asumsi keliru dalam menentukan sifat, waktu pelakanaan dan luasnya prosedur audit dan dalam mengevaluasi hasil atau temuannya;
d. Terima bukti audit yang kurang persuasif, dengan harapan atau kepercayaan manajemen jujur dan punya integritas
e. Terima representasi dari manajemen sebagai substitusi/pengganti dari bukti audit yang cukup dan tepat yang seharusnya dieroleh.
2.1.3 Kualitas Audit
2.1.3.1 Pengertian Kualitas Audit
Pengertian kualitas adalah suatu hasil yang telah dicapai oleh subjek/objek untuk memperoleh tingkat kepuasan, sehingga akan menimbulkan hasrat subjek/objek untuk menilai suatu kegiatan tersebut (Akmal, 2006:65)
2.1.3.2 Kriteria Audit yang Berkualitas
Menurut Ririn Choiriyah (2012), indikator kualitas audit adalah sebagai berikut: 1. Melaporkan semua kesalahan klien.
2. Pemahaman terhadap sistem informasi akuntansi klien. 3. Komitmen yang kuat dalam menyelesaikan audit.
2.2 KERANGKA PEMIKIRAN
2.2.1 Pengaruh Integritas terhadap Kualitas Audit Abdul Halim (2008:29) menyatakan bahwa :
“faktor yang mempengaruhi kualitas audit adalah ketaatan auditor terhadap kode etik yang terefleksikan oleh sikap independensi, objektivitas dan integritas”.
5
Menurut Theodorus (2011:94) menyatakan, sikap skeptisme profesional auditor akan mempengaruhi perilaku sikap skeptismenya dan pada akhirnya akan meningkatkan kualitas audit.
Gambar 2.1 ParadigmaPenelitian
2.3 HIPOTESIS
Menurut Sugiyono (2011: 64) hipotesis penelitian adalah:
“Penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Pada penelitian kualitatif, tidak dirumuskan hipotesis, tetapi justru diharapkan dapat ditemukan hipotesis. Selanjutnya hipotesis tersebut akan diuji oleh peneliti dengan menggunakan pendekatan kuantitatif”.
Berdasarkan Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka peneliti mengajukan hipotesis bahwa :
H1: Terdapat pengaruh antara Integritas auditor terhadap kualitas audit. H2: Terdapat pengaruh antara Kompetensi auditor terhadap kualitas audit.
III. OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Menurut Sugiyono (2012:41), bahwa:
“Sebelum peneliti memilih variabel apa yang akan diteliti perlu melakukan studi pendahuluan terlebih dahulu pada objek yang akan yang diteliti. Jangan sampai pembuatan rancangan penelitian dilakukan tanpa mengetahui terlebih dahulu permasalahan yang ada di objek penelitian”.
Integritas Auditor (X1) Agus Suryo Sulaiman (2010:131) Sumartono(2004:16) Mulyadi (2007:145) Skeptisisme Profesional Auditor(X2) Theodorus (2013:321) Theodorus (2011:77) (Standar Profesi Akuntan Publik, 2001:230.2) Arens (2001:204) (SPAP 2001 : 230.2)
Kualitas Audit
(Y)
Muyadi (2008)Knetchel, el.,al (2012)
Arenset.,al (2012:105)
Boon dan Mc Kinmon
(2008)
Abdul Halim (2008:29) Sari (2011)
Mabruri dan Winarna 2010 Ayuningtias2012
Theodorus (2011:94) Hurt, Eining, dan Plumplee (2008:4)
Queena dan Abdul Rohman (2012)
Hasana (2010)
6
Objek dalam penelitian ini adalah Integritas auditor, Skeptisisme professional auditor dan Kualitas Audit pada Kantor Akuntan Publik Wilayah Kota Bandung.
3.2 Metode Penelitian
Menurut Sugiyono (2012:2) mendefinisikan metode penelitian adalah sebagai berikut:
“Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian ini didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris dan sistematis”.
Dalam penelitian ini, metode deskriptif dan verifikatif tersebut digunakan untuk menguji lebih dalam pengaruh integritas dan skeptisisme profesional auditor terhadap kualitas audit serta menguji teori dengan pengujian suatu hipotesis apakah diterima atau ditolak.
3.2.1 Desain Penelitian
Menurut Umi Narimawati (2010:30) mendefinisikan desain penelitian adalah sebagai berikut:
“Desain digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses penelitian, sehingga desain penelitian merupakan rancangan yang sangat diperlukan dalam melakukan suatu penelitian”.
Langkah-langkah desain penelitian menurut Umi Narimawati (2010:30) yang peneliti terapkan dalam penelitian adalah sebagai berikut:
1. Menetapkan permasalahan sebagai indikasi dari fenomena penelitian, selanjutnya
menetapkan judul penelitian yang yaitu Pengaruh integritas dan kompetensi Auditor terhadap kualitas audit.
2. Mengidentifikasi permasalahan yang terjadi; 3. Menetapkan rumusan masalah;
4. Menetapkan tujuan penelitian;
5. Menetapkan hipotesis penelitian, berdasarkan fenomena dan dukungan teori;
6. Menetapkan konsep variabel sekaligus pengukuran variabel penelitian yang digunakan; 7. Menetapkan sumber data, teknik penentuan sampel dan teknik pengumpulan data; 8. Melakukan analisis data;
9. Melakukan pelaporan hasil penelitian 3.3 Operasionalisasi Variabel
Menurut Sugiyono (2012:38) mendefinisikan operasional variabel adalah sebagai berikut: “Suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya”.
Operasional variabel diperlukan untuk menentukan jenis, indikator, serta skala dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian. Variabel-variabel yang terkait dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel Bebas/Independent (X)
Dalam penelitian variabel bebas akan berkaitan dengan masalah yang akan diteliti adalah variabel X1 adalah Integritas Auditor dan X2 adalah skeptisisme profesional auditor.
2. Variabel Tidak Bebas / Dependent (variabel Y)
Dalam penelitian ini variabel yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti adalah Kualitas Audit.
3.4 Sumber Data dan Teknik Penentuan Data 3.4.1 Sumber Data
Sumber data yang digunakan peneliti dalam penelitian mengenai Integritas dan Skeptisisme Profesional Auditor terhadap Kualitas Audit sumber data primer.
Menurut Sugiyono (2012:137) mendefinisikan data primer adalah sebagai berikut: “Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data”.
7
Pengumpulan data primer dalam penelitian ini yaitu melalui cara menyebarkan kuesioner kepada responden untuk mengetahui tanggapan tentang variabel yang akan diteliti.
3.4.2 Teknik Pengumpulan Data
Untuk menunjang hasil penelitian, maka peneliti melakukan pengelompokan data yang diperlukan ke dalam dua golongan, yaitu:
1. Populasi
Populasi merupakan obyek atau subyek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah dalam penelitian. Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah auditor pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Kota Bandung jumlah populasi secara keseluruhan sebanyak 12 KAP yang diwakili oleh auditor senior dan auditor partner sebanyak 24 responden.
2. Sampel
Menurut Sugiyono (2011:81) mendefinisikan sampel adalah
“Bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”.
Penarikan sempel dilakukan dengan menggunakan teknik penarikan sampling jenuh berdasarkan seluruh Kantor Akuntan Publik di Bandung.
Menurut Sugiyono (2011:85) menjelaskan bahwa :
“Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi yang digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi reratif keil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi menjadi sampel”.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan sampling jenuh karena penulis menggunakan seluruh populasi yaitu 12 Kantor Akuntan Publik yang ada di Bandung dengan jumlah responden 24 untuk dijadikan sempel dari penelitian.
3.4.3 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan dua cara, yaitu Penelitian Lapangan (Field Research) dan studi kepustakaan (LibraryReseach). Pengumpulan data primer dan sekunder dilakukan dengan cara:
1. Studi Lapangan (field research)
a. Wawancara atau interview, yaitu teknik pengumpulan data dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada pihak-pihak yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.
b. Kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden.
2. Studi Kepustakaan (library research)
Penelitian ini dilakukan melalui studi kepustakaan atau studi literatur dengan cara mempelajari, meneliti, mengkaji serta menelaah literatur berupa buku-buku (text book), peraturan perundang-undangan, majalah, suratkabar, artikel, situs web danpenelitian-penelitian sebelumnya yang memiliki hubungan dengan masalah yang diteliti.
3.5 Uji Validitas dan Reliabilitas 3.5.1 Uji Validitas
Validitas adalah ukuran yang menunjukkan sejauh mana instrument pengukur mampu mengukur apa yang ingin diukur (Purbayu, 2005: 247). Uji validitas ditujukan untuk mengukur seberapa nyata suatu pengujian atau instrument. Pengukuran dikatakan valid jika mengukur tujuannya dengan nyata atau benar.
Berdasarkan definisi diatas, maka validitas dapat diartikan sebagai suatu karakteristik dari ukuran terkait dengan tingkat pengukuran sebuah alat test (kuesioner) dalam mengukur secara benar apa yang diinginkan peneliti untuk diukur. Suatu alat ukur disebut valid bila dia melakukan apa yang seharusnya dilakukan dan mengukur apa yang seharusnya diukur.