• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skim Audit Barantan (SAB) a. Skim Audit Fumigasi

Dalam dokumen BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG (Halaman 66-74)

Frekuensi Tindakan Pemeriksaan MP HPHK Domestik Masuk Tahun 2015

B. Kegiatan Operasional Karantina Tumbuhan

9. Skim Audit Barantan (SAB) a. Skim Audit Fumigasi

Berdasarkan data dari Badan Karantina Pertanian bahwa perusahaan fumigasi di wilayah Balai Karantina Kelas I Semarang sampai dengan Tahun 2015 yang telah diregistrasi sebanyak 10 perusahaan. Selanjutnya perusahaan fumigasi tersebut sebagai pelaksana perlakuan fumigasi di wilayah layanan BKP Kelas I Semarang. Personil auditor yang berkompeten melakukan audit dan penilaian terhadap perusahaan fumigasi sebanyak 1 orang.

Tabel 3.10 Rekapitulasi Laporan Pelayanan Fumigasi MB Tahun 2015

NO PERUSAHAAN (NO. REG)

JUMLAH FREKUENSI PENGGUNAAN

MB (KG) KEGIATAN 1. PT. SUCOFINDO (ID-0008-MB) 2.405,07 804

2. CV. JUNITIERRA MUDA TAMA (ID-034-MB) 1.145,30 341

3. CV. JASINDO (ID-055-MB) 7.287,71 1867

4. PT. WARINGIN INTERNUSA JP (ID-061-MB) 3.367,76 895 5. PT. BECKJORINDO PARYAWEKSANA

(ID-063-MB) 4.713,10 966

6. CV. MEGA BENAFINDO PROTECTION

(ID-0108-MB) 847,5 247

7. KPRI SEJAHTERA BERSAMA (ID-0126-MB) 0 0 8. PT. ASTRI PANCANAKA NARISWARA

(ID-0149-MB) 2.242,70 544

9. PT. AGUNG SANGA LESTARI (ID-0144-MB) 1.432,10 431

10. PT.GOORGA AKSARA (ID-0145-MB) 0 0

JUMLAH TOTAL 23.441,24 6.095

Tabel 3.11 Rekapitulasi Laporan Pelayanan Fumigasi PH3 Tahun 2015

NO PERUSAHAAN (NO. REG)

JUMLAH FREKUENSI PENGGUNAA

N MB (KG) KEGIATAN 1. PT. SUCOFINDO (ID-0008-MB) 164.597 Gr 84x20' + 144.671

m3

2. CV. JUNITIERRA MUDA TAMA (ID-034-MB) - -

3. CV. JASINDO (ID-055-MB) - -

4. PT. WARINGIN INTERNUSA JP (ID-061-MB) - -

5. PT. BECKJORINDO PARYAWEKSANA (ID-063-MB) - -

6. CV. MEGA BENAFINDO PROTECTION (ID-0108-MB) - -

7. KPRI SEJAHTERA BERSAMA (ID-0126-MB) - -

8. PT. ASTRI PANCANAKA NARISWARA (ID-0149-MB) - -

9. PT. AGUNG SANGA LESTARI (ID-0144-MB) - -

10. PT.GOORGA AKSARA (ID-0145-MB) - -

JUMLAH TOTAL 164.597 Gr

84x20' + 144.671 m3 Sumber data : BKP Kelas I Semarang, 2015

b. Pelaksana Perlakuan dan Sertifikasi Kemasan Kayu Sesuai ISPM No.15

Berdasarkan data dari Badan Karantina Pertanian bahwa perusahaan provider ISPM No 15 di wilayah Balai Karantina Kelas I Semarang sampai dengan Tahun 2015 yang telah diregistrasi sebanyak 7 perusahaan. Personil auditor yang berkompeten melakukan audit dan penilaian terhadap provider ISPM 15 sebayak 2 orang.

Tabel 3.12 Daftar Provider ISPM No.15, Kegiatan dan Status dalam Tahun 2015

NO PERUSAHAAN (NO.REG)

JUMLAH MARKING

KEMASAN KAYU FREKUENSI KET

MB HT KEGIATAN

1. CV. ARJUNA SECURITAS ABADI (ID-008) 11.656 39.115 795 2. PT. SAFEWAY INDONESIA (ID-052) 72 26.138 1.415 3. PT. PACIFIC INDO PACKING (ID-060) 1.500 19.171 253 4. PT. KEMASAN JAYA INDAH (ID-062) 700 74.302 1.514 5. PT. MITRA DUNIA PALLETINDO (ID-063) 1.661 27.186 609 6. CV. INARISTA INSPECTAMA (ID-067) 3.078 52.467 1.142 7. PT. EQUALITY INDONESIA (ID-097) 995 22.614 273

JUMLAH TOTAL 19.662 260.993 6.001

Sumber data Sumber : BKP Kelas I Semarang, 2015

10. Instalasi Karantina Tumbuhan

Pada akhir Tahun 2015 di wilayah layanan Balai Karantina Pertanian Kelas I Semarang terdapat 5 (lima) perusahaan yang ditunjuk oleh Kepala Badan Karantina Pertanian sebagai pengelola Instalasi Karantina Tumbuhan. Kelima perusahaan tersebut terbagi dalam tiga kelompok instalasi yaitu :

1. Instalasi Karantina Tumbuhan Mandiri, dalam hal ini depo perlakuan (fumigasi) yaitu PT. Malindo Feedmill Tbk dan PT. Taman Delta Indonesia. 2. Instalasi Karantina Tumbuhan(Tempat Perlakuan) yang melayani pihak lain,

yaitu PT. Garbantara Depo, dan PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Tbk. 3. Tempat Pemeriksaan Karantina, yaitu Terminal Peti Kemas Semarang

(TPKS).

Instalasi Karantina Tumbuhan sebagai tempat pelaksanaan perlakuan, sejauh ini ketiga perusahaan tersebut telah mampu menyediakan fasilitas yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan perlakuan fumigasi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Meskipun, masih terdapat beberapa kondisi yang harus dilakukan perbaikan dan penyempurnaan untuk dapat memenuhi persyaratan kelayakan sebagai tempat pelaksanaan fumigasi.

11. Tempat Lain

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan dan Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2002 tentang Karantina Tumbuhan menyatakan bahwa Karantina Tumbuhan adalah Tindakan sebagai upaya pencegahan masuk dan tersebarnya Organisme Pengganggu

Tumbuhan (OPT) dari luar negeri dan dari suatu area ke area lain di dalam atau keluarnya dari dalam wilayah negara Republik Indonesia.

Setiap media pembawa yang dimasukkan ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia dikenakan tindakan Karantina Tumbuhan, demikian juga untuk pengeluaran media pembawa dari wilayah Negara Republik Indonesia dikenakan tindakan Karantina Tumbuhan apabila negara tujuan mempersyaratkan. Tindakan Karantina Tumbuhan yang dilakukan oleh Petugas Karantina Tumbuhan meliputi Pemeriksaan, Pengasingan, Pengamatan, Perlakuan, Penahanan, Penolakan, Pemusnahan dan Pembebasan.

Pasal 20 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 menyebutkan bahwa tindakan karantina dilakukan oleh Petugas Karantina Tumbuhan di tempat pemasukan dan/atau pengeluaran, baik di dalam maupun di luar instalasi karantina. Akan tetapi dalam hal-hal tertentu, tindakan karantina dapat dilakukan luar tempat pemasukan dan/atau pengeluaran, baik di dalam maupun di luar instalasi karantina. Untuk menjamin kepastian hukum tentang Pelaksanaan Tindakan Karantina Tumbuhan di Luar Tempat Pemasukan dan Pengeluaran maka Pemerintah mengeluarkan peraturan perundangan berupa Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2002 tentang Karantina Tumbuhan khususnya pada Bagian Keenam, Pasal 48, 49 dan Pasal 50.

Tindak lanjut amanat pasal 50 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2002 tersebut telah ditetapkan Pelaksanaan Tindakan Karantina Tumbuhan Di luar Tempat Pemasukan Dan Pengeluaran dengan Peraturan Pemerintah Nomor 56/Permentan/OT.140/9/2010. Akan tetapi, dengan adanya perubahan lingkungan strategis dan untuk lebih meningkatkan daya guna serta hasil guna pelaksanaan tindakan karantina tumbuhan di luar tempat pemasukan dan pengeluaran berdasarkan peraturan pemerintah perlu ditinjau kembali. Atas dasar hal tersebut maka pemerintah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 38/Permentan/OT.140/3/2014 sebagai pengganti Peraturan Pemerintah Nomor 56/Permentan/OT.140/9/2010.

12. Kegiatan UPSUS Pajalebu

Pada “Nawa Cita” (sembilan program prioritas yang akan dijalankan lima Tahun pemerintahan Jokowi), pembangunan pertanian kedepan adalah untuk mewujudkan kedaulatan pangan, dimana Indonesia akan mengatur masalah pangan secara mandiri. Perwujudannya adalah (1) Kemampuan mencukupi pangan dari produksi dalam negeri, (2).Pengaturan kebijakan pangan yang dirumuskan dan ditentukan oleh bangsa sendiri, serta (3) Kemampuan melindungi dan mensejahterakan pelaku utama pangan, terutama petani. UPSUS adalah program Upaya Khusus Kementerian Pertanian dalam mencapai swasembada Padi, Jagung dan Kedelai.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2002, Tugas Pokok dan Fungsi (TUPOKSI) Balai Karantina Pertanian Kelas I Semarang sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis adalah mencegah masuk dan tersebarnya Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) dari luar negeri dan dari daerah ke daerah lain di dalam negeri, atau tersebarnya di dalam wilayah negara Republik Indonesia.

Sehubungan dengan upaya tersebut diatas, salah satu tugas dan fungsi UPT sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 22/Permentan/8/2008 adalah melaksanakan pemantauan daerah sebar Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK), hal ini dilakukan mengingat OPTK dapat menyebar dengan cepat dari satu daerah ke daerah lain, baik menyebar sendiri maupun terbawa oleh lalulintas komoditas pertanian. Seiring dengan meningkatnya lalulintas orang dan komoditas pertanian dalam rangka globalisasi akan membawa dampak tingginya kemungkinan penyebaran OPT/OPTK. Dengan demikian, daerah penyebaran, baik secara kualitas dan kuantitas, perlu dipantau setiap saat, sehingga kebijakan pengendalian yang tepat dapat segera diambil.

Sesuai dengan Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian No. 368.a//Kpts/RC.110/L/3/2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan APBN-P Badan Karantina Pertanian TA 2015 bahwa kegiatan dalam rangka mendukung peningkatan produksi pangan dengan tahapan-tahapan komponen kegiatan

meliputi pengamatan, pemantauan dan koordinasi perkarantinaan yang dilaksanakan oleh 49 UPT Operasional. Balai Karantina Pertanian Kelas I Semarang sebagai salah satu UPT Operasional Badan Karantina Pertanian melaksanakan kegiatan ini dan sesuai tupoksinya yaitu melakukan tindakan karantina dalam mencegah masuk, keluar dan tersebarnya OPT/OPTK dalam rangka mendukung tercapainya peningkatan produksi pangan termasuk Padi, jagung, kedelai dan tebu.

a. Lokasi Pemantauan

Pemantauan OPT/OPTK dalam rangka upaya khusus swasembada padi, jagung, kedelai dan tebu TA. 2015 dilaksanakan di 7 Kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Tengah.

Adapun lokasi pemantauan adalah: 1. Kabupaten Sragen 2. Kabupaten Grobogan 3. Kabupaten Pati 4. Kabupaten Demak 5. Kabupaten Klaten 6. Kabupaten Rembang 7. Kabupaten Wonogiri b. Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan hasil pemantauan di 7 kabupaten dan pengujian sampel di laboratorium Balai Karantina Kelas I Semarang didapatkan hasil data primer sebagai berikut :

Tabel 3.13

Data Primer Hasil Pemantauan OPT/OPTK dalam Rangka Upsus swasembada Pajalebu Balai Karantina Pertanian Kelas I Semarang Tahun 2015 No Nama

kabupaten

Tanaman Target Metode

pengujian

Hasil 1 Rembang Padi Burkholderia glumae Elisa dan pcr Positip 2 Sragen Padi Burkholderia glumae Elisa dan pcr Positip 3 Wonogiri Padi Burkholderia glumae Elisa dan pcr Positip 4 Pati Padi Burkholderia glumae Elisa dan pcr Positip 5 Demak Jagung Peronosclerospora sorghi/ P.

Philipinensis

Sporulasi P. Sorghi

6 Klaten Jagung Peronosclerospora sorghi/ P. Philipinensis

Sporulasi P. Sorghi

7 Grobogan Jagung Peronosclerospora sorghi/ P. Philipinensis

Sporulasi P. Sorghi

8 Rembang Jagung Peronosclerospora sorghi/ P. Philipinensis

Sporulasi P. Sorghi

9 Sragen Jagung Peronosclerospora sorghi/ P. Philipinensis

Sporulasi P. Sorghi

10 Wonogiri Jagung Peronosclerospora sorghi/ P. Philipinensis

Sporulasi P. Sorghi

11 Pati Jagung Peronosclerospora sorghi/ P. Philipinensis

Sporulasi P. Sorghi

12 Rembang Tebu Mdmv Elisa * Positip

13 Wonogiri Jagung Mdmv Elisa * Positip

14 Grobogan Kedelai Mdmv Elisa * Positip

13. Kegiatan Pemantauan Daerah Sebar OPT/OPTK

Karantina Pertanian merupakan NPPO (National Plant Protection Organization) yang berwenang mengawasi lalu lintas perdagangan komoditas pertanian agar terbebas dari infestasi OPTK. Dalam melakukan pengawasan tersebut, karantina perlu melakukan surveil/pemantauan terhadap OPT yang kemungkinan terbawa oleh komoditas pertanian (sesuai ketentuan ISPM No. 6).

Standar international ketentuan tentang Phytosanitari (International Standards

for Phytosanitary Measures/ISPM) No. 6 yang berisi tentang Pedoman Survei

yang disahkan pada Konfrensi FAO ke-29 pada bulan Nopember 1997 menjelaskan tentang sistem survei dan pemantauan untuk tujuan mendeteksi OPT dan suplai informasi untuk penggunaan analisis resiko OPT, penetapan area bebas OPT dan penyiapan daftar OPT.

Surveilen merupakan suatu proses yang telah disepakati (resmi) untuk mengumpulkan dan mencatat data tentang ada atau tidak adanya OPT melalui survei, pemantauan atau prosedur lain. Surveilen terbagi atas survei umum dan survei spesifik. Sebelum melangkah pada survei spesifik dimana meliputi kegiatan pengamatan lapangan untuk melihat OPT secara umum di lapangan, maka terlebih dahulu dilaksanakan survei umum yakni mengumpulkan data dan informasi tentang suatu spesies OPT tertentu.

Informasi tentang biologi, distribusi, inang dan status ekonomi sangat penting bagi suatu negara. Data tentang hal tersebut dapat dapat diperoleh dari pemantauan/surveilens. Perlu diketahui bersama bahwa OPT/OPTK dapat menyebar cepat dari satu daerah ke daerah yang lain, baik menyebar sendiri maupun terbawa bahan tanaman atau sarana transportasi. Terlebih jika mengingat mobilitas manusia dewasa ini makin meningkat serta hubungan perdagangan antar daerah dan antar negara makin terbuka. Dengan demikian daerah penyebaran, baik secara kualitas dan kuantitas perlu dipantau sehingga kebijaksanaan pengendalian yang tepat dapat segera diambil.

Upaya pencegahan masuk dan tersebarnya OPTK dari luar negeri diatur dengan terbitnya Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 2002 tentang Karantina Tumbuhan; Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 469/Kpts/HK.310/8/2001 mengenai perubahan lampiran III Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 38/Kpts/HK.310/1/1990; dan Permentan No. 93/Permentan/OT.140/12/2011 tanggal 29 Desember 2011 yang memuat tentang Jenis Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina.

C. KEGIATAN PENGAWASAN DAN PENINDAKAN

Dalam dokumen BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG (Halaman 66-74)

Dokumen terkait