• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dimasukkan 10 gram daun tumbuhan kedondong laut (Nothopanax fruticosum (L.)

2. Skrining Fitokimia

Dimasukkan 10 gram daun tumbuhan kedondong laut (Nothopanax fruticosum (L.)

Miq) yang telah dikeringkan dan dipotong-potong kecil ke dalam erlenmeyer, lalu

ditambahkan metanol sampai terendam seluruhnya. Dipanaskan lalu disaring dan dimasukkan ekstrak daun tumbuhan kedondong laut ke dalam tabung reaksi. Ditambahkan masing-masing dengan pereaksi

a. Tabung I : ditambah dengan FeCl3 menghasilkan larutan hitam

b. Tabung II : ditambah dengan Mg-HCl menghasilkan larutan merah muda c. Tabung III : ditambah dengan NaOH 10% menghasilkan larutan hijau

d. Tabung IV : ditambah dengan H2SO4 (p) menghasilkan larutan merah

3.3.3. Prosedur Untuk Memperoleh Senyawa Kimia dari Ekstrak Daun Tumbuhan Kedondong Laut

Daun tumbuhan kedondong laut yang telah dikeringkan dan dipotong-potong kecil ditimbang sebanyak 900 gram, kemudian dimaserasi dengan metanol sebanyak 8 liter selama ± 48 jam, kemudian disaring dan dipekatkan dengan menggunakan alat rotarievaporator sehingga terbentuk ekstrak pekat metanol. Ekstrak pekat metanol tersebut dipartisi berulang-ulang dengan menggunakan n-heksana sebanyak 36 kali. Lalu diambil lapisan metanol dan dipekatkan. Lapisan metanol yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan rotarievaporator sampai seluruh metanol menguap, dan terbentuk padatan yang bebas metanol. Padatan tersebut kemudian ditambah dengan etil asetat dan diaduk. Etil asetat kemudian disaring dan diambil filtratnya dan dipekatkan dengan rotarievaporator sampai terbentuk ekstrak pekat etil asetat sebanyak 30,06 gram.

3.3.4. Analisis Kromatografi Lapis Tipis

Analisis dengan kromatografi lapis tipis dimaksudkan untuk mencari perbandingan pelarut yang sesuai di dalam pemisahan senyawa dengan meningkatkan kepolarannya dalam kromatografi kolom. Pelarut yang digunakan adalah campuran pelarut kloroform : metanol (9:1 ; 8:2 ; 7:3 ; 6:4 ; 5:5 ; 4:6 ; 3:7 ; 2:8 ; 1:9) v/v, sehingga diperoleh perbandingan pelarut kloroform : metanol yang sesuai untuk kromatografi kolom.

Pelarut yang sesuai didasarkan kepada jumlah bercak atau noda yang terpisah dengan baik dalam kromatografi lapis tipis.

Prosedur:

Ke dalam bejana kromatografi lapis tipis dimasukkan larutan fase gerak yaitu campuran pelarut kloroform : metanol dengan campuran pelarut (9:1 ; 8:2 ; 7:3 ; 6:4 ; 5:5 ; 4:6 ; 3:7 ; 2:8 ; 1:9) v/v. Kemudian ekstrak etil asetat ditotolkan pada plat KLT yang sudah diaktifkan. Lalu plat dimasukkan ke dalam bejana yang berisi pelarut yang

dijenuhkan, kemudian ditutup. Setelah dielusi, dikeluarkan dari bejana dan dikeringkan. Noda yang terbentuk diamati dengan sinar ultraviolet dan difiksasi dengan FeCl3 1%. Kemudian dihitung dan dicatat harga Rf. Yang memberikan pemisahan bercak noda yang baik adalah perbandingan pelarut kloroform : metanol (8:2) v/v yang memberikan empat noda dengan harga Rf yaitu 0,245 ; 0,415 ; 0,622 ; dan 0,830.

3.3.5. Isolasi Senyawa Flavonoida dengan Kromatografi Kolom

Dilakukan isolasi senyawa flavonoida terhadap total flavonoida yang telah diperoleh dengan menggunakan kromatografi kolom. Dimana sebagai fase diam yaitu silika gel 60 GF (0,063-0,200 mm) E.Merck.Art.7734 dan fase gerak yaitu pelarut kloroform 100% dengan campuran pelarut kloroform : metanol (90 : 10 ; 80 : 20 ; 70 : 30 ; 60 : 40 ; 50 : 50 ; 40 : 60 ; 30 : 70 ; 20 : 80 ; 10 : 90) v/v.

Prosedur :

Dibersihkan peralatan kromatografi kolom, dibilas dengan metanol, dikeringkan, dan dirangkai. Kemudian silika gel 60 GF (0,063-0,200 mm) E.Merck.Art.7734 sebanyak 300 gram dibuburkan dengan pelarut metanol, diaduk sampai homogen dan dimasukkan ke dalam kolom kromatografi. Lalu dielusi dengan metanol 100% hingga bubur silika gel memadat dan homogen. Dimasukkan sampel flavonoida sebanyak 10 gram yang telah dibuburkan dengan silika gel ke dalam kolom kromatografi yang telah diaktifkan. Sampel dibiarkan turun hingga memadat. Kemudian dielusi dengan pelarut kloroform 100% dan diatur aliran fraksi yang keluar dari kolom kromatografi bergerak secara kontinu dan ditampung tiap fraksi dalam botol vial masing-masing sebanyak 13 ml.

Perlakuan yang sama dilakukan terhadap campuran pelarut antara kloroform : metanol (90 : 10 ; 80 : 20 ; 70 : 30 ; 60 : 40 ; 50 : 50 ; 40 : 60 ; 30 : 70 ; 20 : 80 ; 10 : 90) v/v. Tiap-tiap fraksi yang telah diperoleh dari hasil elusi pelarut kloroform 100% dan variasi pelarut diKLT, lalu digabung fraksi dengan harga Rf yang sama dari perbandingan pelarut kloroform : metanol (80 : 20) v/v, kemudian diuapkan pelarutnya hingga diperoleh kristal

3.3.6. Analisis Kristal Hasil Isolasi

3.3.6.1. Uji Kemurnian Hasil Isolasi dengan Kromatografi Lapis Tipis

Uji kemurnian kristal dilakukan dengan menggunakan kromatografi lapis tipis, dimana fase diam yang digunakan adalah Kieselgel 60 F254 (0,2 mm) E.Merck.Art 554 dan fase gerak kloroform : metanol 80 : 20 v/v.

Prosedur:

Kristal yang diperoleh dilarutkan dengan metanol, lalu ditotolkan pada plat KLT.

1. Dimasukkan larutan fase gerak kloroform : metanol (80 : 20 v/v) dalam bejana kromatografi lapis tipis yang telah dijenuhkan. Plat yang telah ditotolkan sampel dimasukkan ke dalam bejana kromatografi tersebut dan dibiarkan hingga pelarut naik sampai batas atas yang telah ditentukan dalam plat tipis.

2. Dikeluarkan plat dari bejana kromatografi, lalu dikeringkan dan dilihat bercak noda di bawah lampu UV, kemudian difiksasi dengan FeCl3 yang memberikan bercak noda berwarna hitam yang menunjukkan bahwa senyawa flavonoida positif.

3. Dikeringkan hingga terbentuk kristal. Dari kristal yang terbentuk tersebut diperoleh kristal berbentuk seperti berwarna kuning dan hasil bercak noda dari KLT yang telah dilakukan diperoleh lebih dari satu bercak noda.

4. Dimurnikan dengan etil asetat sebanyak 5 kali, kemudian diuapkan hingga terbentuk kristal.

Dilakukan uji kemurnian terhadap kristal yang sudah dimurnikan dengan menggunakan kromatografi lapis tipis, dengan cara :

- Dimasukkan larutan fase gerak kloroform : metanol (80 : 20 v/v) dalam bejana kromatografi lapis tipis yang telah dijenuhkan. Plat yang telah ditotolkan sampel dimasukkan ke dalam bejana kromatografi tersebut dan dibiarkan hingga pelarut naik sampai batas atas yang telah ditentukan dalam plat tipis.

- Dikeluarkan plat dari bejana kromatografi, lalu dikeringkan dan dilihat bercak noda di bawah lampu UV, kemudian difiksasi dengan FeCl3 yang memberikan

bercak noda tunggal berwarna hitam yang menunjukkan bahwa senyawa flavonoida positif.

3.3.6.2. Uji Reaksi Warna terhadap Kristal Hasil Isolasi dengan Pereaksi Flavonoida

Dilarutkan kristal hasil isolasi secukupnya ke dalam botol vial, lalu diteteskan menjadi 4 larutan ke dalam plat tetes.

1. Larutan pertama ditetesi dengan FeCl3 menghasilkan larutan berwarna hitam

2. Larutan kedua ditetesi dengan Mg-HCl menghasilkan larutan berwarna merah muda 3. Larutan ketiga ditetesi dengan NaOH 10% menghasilkan larutan berwarna hijau 4. Larutan ketiga ditetesi dengan H2SO4 menghasilkan larutan berwarna merah

3.3.6.3. Penentuan Titik Lebur

Kristal hasil isolasi yang telah murni dimasukkan ke dalam melting point apparatus, lalu diamati pada suhu berapa kristal melebur.

3.3.7 Analisis Spektroskopi Kristal Hasil Isolasi

3.3.7.1. Uji Kristal Hasil Isolasi dengan Spektrofotometer Ultra Violet-Visible (UV)

Analisis kristal hasil isolasi dengan alat spektrofotometer Ultra Violet Visible (UV) dilakukan di Pusat Penelitian Kimia LIPI Serpong – Tangerang. (Lampiran E)

3.3.7.2. Uji Kristal Hasil Isolasi dengan Spektrofotometer Infra Merah

Analisis kristal hasil isolasi dengan alat spektrofotometer FT-IR dilakukan di Pusat Penelitian Kimia LIPI Serpong – Tangerang. (Lampiran F)

3.3.7.3. Uji Kristal Hasil Isolasi dengan Spektrometer Resonansi Magnetik Inti Proton 1H-NMR

Analisis Kristal hasil isolasi dengan alat Spektrometer 1H-NMR dilakukan di Pusat Penelitian Kimia LIPI Serpong – Tangerang dengan menggunakan aseton sebagai pelarut. (Lampiran G)

3.4. Bagan Tes Uji Pendahuluan (Skrining Fitokimia) terhadap Daun Tumbuhan Kedondong Laut

Diekstraksi maserasi dengan pelarut metanol

Disaring

Diuapkan dengan rotarievaporator

Dibagi dalam 4 tabung reaksi

Ditambahkan Ditambahkan Ditambahkan Ditambahkan FeCl3 1% NaOH 10% Mg-HCl H2SO4 (p)

10 gram daun tumbuhan kedondong laut (Nothopanax fruticosum (L.)Miq kering halus

Ekstrak pekat metanol

Tabung Tabung Tabung III Tabung IV

Larutan hitam Tidak terbentuk larutan biru violet

Larutan merah muda

Tidak terbentuk larutan oranye kekuningan Positif Flavonoida Negatif Flavonoida Positif Flavonoida Negatif Flavonoida

3.4.1. Bagan Penelitian

diskrining fitokimia

dimaserasi dengan metanol selama ± 48 jam diulangi sampai 4 kali

diskrining fitokimia

dipekatkan dengan rotarievaporator

diekstraksi partisi dengan n-heksana

zzzzzzzzzzzzzzzz

diskrining fitokimia dipekatkatkan dengan rotarievaporator

dilarutkan dengan etil asetat disaring

diskrining fitokimia

dipekatkan dengan rotarievaporator diuji KLT dibuburkan dengan silica gel 60 GF (0,063-0,200 mm) dengan

fase gerak kloroform : metanol 80:20 v/v ditampung tiap fraksi sebanyak 13 ml

diuji pereaksi diuji pereaksi diuji pereaksi diuji pereaksi diKLT (Rf) diKLT (Rf) diKLT (Rf) diKLT (Rf) diuapkan diuapkan diuapkan

dikristalisasi

dianalisis dengan KLT

dikarakterisasi

Ekstak metanol Residu

Ekstrak pekat metanol

Lapisan n-heksana Lapisan metanol

Fraksi Etil Asetat

900 gram daun tumbuhan kedondong laut (Nothopanax fruticosum (L.)Miq kering halus

Residu Ekstrak Pekat Metanol Hasil Negatif

Fraksi 1-4 Fraksi 5-35 Fraksi 40-60 Fraksi 80-90

Residu Coklat

Kristal Jarum Kuning Residu Coklat

Kristal Jarum Kuning

1H-NMR UV

FT-IR Titik Lebur

BAB 4

Dokumen terkait