• Tidak ada hasil yang ditemukan

ar 15. Pola peningkatan index CBE produk Keterangan: 0 jam, RBDPO

2. Solid Fat Content (SFC)

Definisi SFC atau kandungan lemak padat yaitu persentase padatan lemak aktual dalam sampel. Solid fat content merupakan jumlah kristal lemak yang terdapat dalam campuran minyak/lemak yang menentukan karakteristik berbagai produk seperti sifat pelelehan maupun sifat organoleptik produk CBE. Solid fat content dari campuran lemak merupakan faktor utama yang menentukan tekstur lemak (Nusantoro, 2009). Penentuan jumlah padatan lemak merupakan salah satu prosedur analisis yang paling penting dalam industri minyak, lemak, dan produk turunannya. Metode penentuan SFC yang digunakan adalah metode IUPAC. Berdasarkan Goh dan Ker (1991) terdapat metode lain untuk pengukuran SFC yaitu metode AOCS, yang hasilnya lebih rendah dibandingkan dengan metode IUPAC.

Hasil analisis SFC menggunakan low resolution NMR disajikan pada Gambar 22 yang menunjukkan peningkatan nilai SFC produk reaksi seiring bertambahnya waktu reaksi pada berbagai suhu penentuan. Nilai

0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 8 16 24 32 40 48

(a) (a) (a) (a) (a) (a)

Waktu reaksi (jam)

P e rs e n ta s e a re a ( % )

42 SFC produk asidolisis, RBDPO, dan CB dapat dilihat pada Lampiran 10. Gambar 22 menunjukkan bahwa produk reaksi 8 jam memiliki nilai SFC yang paling rendah sedangkan produk reaksi 48 jam memiliki nilai SFC paling tinggi pada berbagai suhu penentuan. Hal ini dapat dipengaruhi oleh perubahan kandungan TAG dan interaksi di antaranya. Minal (2009) juga melaporkan bahwa reaksi interesterifikasi dapat mengubah perilaku pelelehan lemak atau campurannya akibat berubahnya komponen TAG.

Gambar 22 menunjukkan profil SFC produk reaksi di atas suhu 30°C memiliki profil SFC lebih tinggi, sedangkan di bawah suhu tersebut produk reaksi memiliki SFC lebih rendah dibandingkan dengan CB. Hal ini menunjukkan bahwa produk reaksi bersifat lebih keras di bawah suhu 30°C dan bersifat lebih lunak di atas suhu tersebut. Hasil reaksi interesterifikasi di antara RBDPO dengan FHSO (fully hydrogenated soybean oil) yang dilakukan Soekopitojo et al. (2008) juga menunjukkan nilai SFC yang relatif lebih tinggi pada suhu di bawah 30-35°C dan relatif lebih rendah di atas suhu tersebut. Satiawihardja et al. (2001) juga melaporkan bahwa masih rendahnya kandungan lemak padat (SFC) pada suhu kurang dari 30°C dari produk reaksi asidolisis terbaiknya antara asam stearat dan palm olein. Penurunan SFC terbesar pada range suhu tertentu terjadi akibat besarnya proporsi TAG yang mencair pada range suhu tersebut (Negishi et al., 2003). Hal ini menyebabkan terjadinya kecuraman penurunan profil SFC CB pada suhu 25°C - 35°C karena kandungan TAG khas CB yaitu St2O (saturated-oleat-saturated) yang memiliki titik leleh pada range tersebut.

Gambar 22. P Peningkata bertambahnya produk reaksi. kandungan TA jam, yaitu 25.9% reaksi interest sunflower oil, produk reaksi. Nilai SFC meleleh sempur produk reaksi oleh kandunga leleh 72°C (Ya produk reaksi SFC tidak ter Sampel-sampe atas suhu 40°C TAG-TAG lai 2000).

Hal ini jug reaksi yang b 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 10

. Profil SFC produk reaksi dan RBDPO pada be katan kandungan TAG trisaturated pr ya waktu reaksi dapat berpengaruh terhadap ksi. Hasil analisis komposisi TAG, pada Tabel 5,

TAG trisaturated tertinggi diperoleh pada pr 25.9%. Peningkatan kandungan TAG trisaturat esterifikasi yang dilakukan Lida et al. (2002)

, dan palm kernel oil juga menyebabkan tingg ksi.

FC diukur sampai dengan suhu 40°C karena purna pada suhu tubuh atau lebih tinggi. P ksi memiliki nilai SFC di atas 20%. Hal ini da ndungan TAG yang bertitik leleh tinggi, seperti S

(Yang et al., 2003). Oleh sebab itu diduga di at ksi masih memiliki kandungan lemak padat ka

terlalu jauh seperti yang ditunjukkan pada suhu pel yang masih memiliki kandungan lemak pada 40°C menunjukkan bahwa sampel tersebut mas

lainnya yang memiliki titik leleh tinggi (Satia

juga disebabkan oleh kandungan TAG khas C belum serupa. Selain itu juga masih terdapa

20 25 30 35 43 berbagai suhu produk seiring dap tingginya SFC el 5, menunjukkan produk reaksi 48 urated pada produk 2002) antara palm oil, ngginya nilai SFC

na sifat CB yang . Pada suhu 40°C dapat disebabkan i SSS dengan titik atas suhu tersebut karena penurunan suhu sebelumnya. padat pada suhu di asih mengandung tiawihardja et al.,

s CB pada produk dapatnya TAG lain

40 8 jam 16 jam 24 jam 32 jam 40 jam 48 jam RBDPO Cocoa Butter Suhu (°C)

44 yang tidak diharapkan seperti TAG trisaturated, monosaturated, dan triunsaturated yang masing-masingnya yang dapat saling berinteraksi dan berkontribusi terhadap perubahan nilai SFC. Oleh sebab itu kecuraman profil ini belum terlihat seperti pada produk reaksi.

Perbandingan TAG St2U dan TAG StU2 pada Tabel 5 juga dapat mewakili perubahan nilai SFC produk reaksi pada berbagai suhu penentuan dibandingkan dengan perbandingan TAG St3 dan U3. Hal ini memiliki arti bahwa peningkatan nilai perbandingan TAG St2U dan TAG StU2 tersebut mempengaruhi tingginya nilai SFC sampel. Nilai perbandingan TAG tersebut untuk CB adalah 5.7, sedangkan produk reaksi masih menghasilkan nilai perbandingan (yaitu 1.3-2.0) yang rendah. Untuk meningkatkan nilai perbandingan kedua TAG tersebut agar memiliki nilai serupa dengan CB maka perlu ditingkatkan kandungan TAG St2U dan/atau menurunkan kandungan TAG StU2.

Selain itu nilai perbandingan kandungan TAG St3/U3 produk reaksi (3.2-7.5) masih lebih besar dibandingkan dengan CB (0.8). Nilai perbandingan kandungan TAG St3/U3 tersebut dapat diturunkan dengan cara menurunkan kandungan TAG St3. Peningkatan nilai perbandingan TAG St2U/ StU2 dan penurunan TAG St3/U3 dapat dilakukan dengan proses fraksinasi bertahap untuk meningkatkan kandungan TAG St2U. 3. Slip Melting Point (SMP)

Selain komposisi TAG dan SFC, SMP merupakan salah satu karakteristik minyak/lemak yang diuji karena nilai SMP dapat mencerminkan sifat pelelehan minyak/lemak. Titik leleh yang tajam di bawah suhu tubuh, berkontribusi pada efek cooling dalam mulut (Wainwright, 1999). SMP adalah temperatur pada saat lemak dalam pipa kapiler yang berada dalam air menjadi cukup leleh untuk naik dalam pipa kapiler. Nilai SMP, yang biasanya ditentukan dengan metode AOCS atau metode PORIM, digunakan untuk mengkarakterisasi sifat fisik minyak dan lemak seperti hardness dan solidifikasi/tingkah laku pelelehan (Goh dan Ker, 1991). Rata-rata kisaran SMP produk reaksi dapat dilihat pada Tabel 6, sedangkan nilai SMP kedua ulangan dapat dilihat pada Lampiran 11.

45 Tabel 6 memperlihatkan bahwa penambahan asam stearat dapat meningkatkan SMP RBDPO dari 37.1°C menjadi 60.6°C. Hal ini karena asam stearat termasuk asam lemak jenuh dengan titik leleh tinggi, yaitu sebesar 70 C. Abigor et al. (2003) menjelaskan bahwa produk reaksi dengan kandungan asam stearat yang lebih tinggi memiliki titik leleh yang lebih tinggi pula. Semakin besar derajat ketidakjenuhan asam lemak maka semakin rendah titik leleh minyak yang bersangkutan, begitu pula sebaliknya (Swern 1979).

Perubahan komposisi dan interaksi di antara masing-masing TAG yang terkandung pada lemak juga mempengaruhi nilai SMP karena setiap TAG jenuh dalam lemak akan berkontribusi pada titik leleh yang lebih tinggi, begitu pula sebaliknya (Chang et al., 1990). Kandungan TAG tripalmitin (PPP) yang merupakan TAG jenuh dengan titik leleh 66.2°C (Man et al. 2003) terlihat memiliki pengaruh terhadap nilai SMP produk reaksi (Yassin et al., 2003). Tabel 6 menunjukkan bahwa reaksi asidolisis berperan dalam penurunan SMP produk reaksi yang dapat disebabkan oleh penurunan kandungan tripalmitin. Long et al. (2003) menyebutkan bahwa reaksi interesterifikasi dapat menyebabkan hidrolisis tripalmitin sehingga berakibat pada penurunan SMP. Penurunan tripalmitin terlihat pada perbedaan kandungannya sebelum reaksi (6.0%) yang lebih tinggi dibandingkan dengan setelah reaksi.

Tabel 6. Kisaran slip melting point rata-rata produk reaksi Produk reaksi dengan

berbagai waktu asidolisis Slip Melitng Point (°C) 0 jam 8 jam 16 jam 24 jam 32 jam 40 jam 48 jam RBDPO Cocoa Butter 60.2 - 61.1 (60.6) 47.1 - 48.2 (47.6) 44.1 - 44.7 (44.4) 44.0 - 44.6 (44.4) 44.2 - 44.8 (44.5) 43.9 - 44.4 (44.2) 43.5 - 44.25 (43.9) 36.4 - 37.9 (37.1) 31.8 - 32.6 (32.2)

Keterangan: 0 jam, RBDPO+asam stearat; nilai dalam tanda kurung adalah nilai tengah

46 Selain itu penurunan nilai SMP yang terjadi dapat disebabkan oleh penurunan kandungan TAG monounsaturated. Hasil analisis komposisi TAG menunjukkan kandungan TAG monounsaturated produk reaksi 8 jam lebih tinggi (37.5%) dibandingkan dengan 48 jam (34.3%). Oleh sebab itu nilai SMP produk reaksi menurun dari waktu reaksi 8 jam sampai dengan 48 jam.

Interesterifikasi dapat meningkatkan atau menurunkan titik leleh lemak (Minal, 2009). Interesterifikasi enzimatik yang dilakukan Long et al. (2003) dari campuran palm stearin dan flaxseed oil menghasilkan lemak dengan SMP yang lebih rendah. Nilai SMP yang menurun menghasilkan sifat lemak yang lebih lunak dibandingkan campuran sebelum reaksi. Marangoni 1993 dan Lai 1998, dirujuk dalam Long et al. (2003) juga melaporkan bahwa interesterifikasi umumnya menyebabkan campuran memiliki nilai SMP lebih rendah dibandingkan dengan sebelum reaksi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian ini yang memiliki nilai SMP lebih rendah dibandingkan dengan sebelum reaksi. Hasil analisis uji T menunjukkan nilai SMP hasil reaksi 40 jam dengan 48 jam tidak berbeda nyata.

Analisis SMP menunjukkan nilai SMP CB sebesar 32.2°C. Lemak dengan nilai SMP yang berada di bawah suhu tubuh menghasilkan efek sejuk yang menyenangkan dalam mulut ketika dikonsumsi (Man et al., 2003).Rendahnya nilai SMP CB dibandingkan dengan SMP produk reaksi dan RBDPO dapat dijelaskan oleh penjelasan sebelumnya mengenai pengaruh kandungan TAG monounsaturated, trisaturated, dan DAG serta interaksi di antaranya. Cocoa butter memiliki kandungan TAG monounsaturated yang paling tinggi (78.9%) dibandingkan dengan produk reaksi (34.3% - 37.5%) dan RBDPO (40.5%). Selain itu CB juga memiliki kandungan TAG trisaturated (2.3%) dan tripalmitin (0.9) terendah yang keberadaannya diketahui dapat berpengaruh terhadap peningkatan SMP produk. Kandungan DAG yang dimiliki CB juga rendah, yaitu sebesar 2.4%. Interaksi di antara masing-masing komponen tersebutlah yang dapat menyebabkan CB memiliki nilai SMP yang rendah dan juga memiliki

47 kecuraman profil SFC yang tajam, sehingga CB padat pada suhu ruang dan meleleh sempurna dalam mulut. Hal ini karena tingginya kandungan TAG simetrik yaitu POS, SOS, dan POP pada CB serta rendahnya kandungan komponen lain seperti DAG dan TAG lain yang tidak diinginkan.

Seiring bertambahnya waktu reaksi menyebabkan penurunan nilai SMP produk reaksi. Akan tetapi, profil SFC produk reaksi menunjukkan hal sebaliknya. Interaksi di antara TAG yang tercermin dari nilai perbandingan St2U/StU2 dan St3/U3, akibat reaksi asidolisis, dapat menyebabkan hal tersebut. Perbandingan St2U/StU2 yang serupa dengan CB dapat dilakukan dengan meningkatkan kandungan St2U dan menurunkan kandungan StU2. Perbandingan St3/U3 yang serupa dengan CB juga dapat dilakukan dengan menurunkan kandungan St3. Hal tersebut dapat dilakukan dengan proses fraksinasi yang dapat menurunkan kandungan St3 dan StU2, sehingga dapat meningkatkan kandungan St2U.

Perbedaan antara nilai SMP produk reaksi dengan SMP CB dapat disebabkan oleh masih rendahnya kandungan TAG simetrik khas CB. Selain itu hal ini dapat disebabkan masih tingginya kandungan dan beragamnya TAG lain yang tidak diinginkan seperti TAG trisaturated yang berkontribusi pada tingginya SMP. Willis dan Marangoni (2002) menyebutkan bahwa setiap TAG mempengaruhi karakteristik lemak/minyak. Triasilgliserol bertitik leleh tinggi seperti tripalmitin dapat mempengaruhi SMP produk sehingga berakibat pada nilai SMP produk yang lebih tinggi pula.

Untuk memperoleh kandungan komposisi TAG yang diinginkan seperti pada CB dapat dilakukan fraksinasi yang pada penelitian ini belum dilakukan. Fraksinasi yang dilakukan Chong et al. (1992) ditunjukkan pada poduk hasil interesterifikasi yang kaya dengan POS dan SOS. Proses fraksinasi yang dilakukannya merupakan kombinasi fraksinasi kering dengan fraksinasi solven. Prosesnya berlangsung dalam dua tahap menggunakan heksana kemudian aseton dengan pengaturan suhu.

48 Proses fraksinasi untuk produk asidolisis yang dihasilkan sebaiknya dilakukan seperti pada Gambar 23. Untuk memperoleh TAG yang diinginkan yaitu TAG monounsaturated yang titik lelehnya berada di antara TAG trisaturated dan triunsaturated, maka fraksinasi dilakukan secara bertahap. Hasil asidolisis dilarutkan dalam heksana untuk kemudian dipisahkan kandungan ALB menggunakan NaOH dalam etanol. Filtrat proses tersebut difraksinasi dengan pengaturan suhu pada 4°C selama 4 jam untuk memisahkan gliserida bertitik leleh tinggi seperti TAG trisaturated dan DAG dengan gugus asil jenuh. Pemisahan residu dilakukan dengan filtrasi, kemudian dilakukan evaporasi untuk menguapkan heksana. Hasil evaporasi kemudian dilarutkan dalam aseton pada suhu 4°C dalam 4 jam. Hal ini bertujuan untuk memisahkan gliserida bertitik leleh lebih rendah dari TAG monounsaturated seperti TAG triunsaturated dan monosaturated. Fraksi padat dari hasil filtrasi berikutnya mengandung TAG khas CB dengan konsentrasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan produk asidolisis atau dapat disebut sebagai CBE.

49 Gambar 23. Diagram alir proses fraksinasi bertahap kombinasi

pelarut dan pengaturan suhu

Hasil (dalam heksana)

Neteralisasi (NaOH-etanol)

Filtrat Residu (sabun, air)

Fraksinasi (T 4°C, 4 jam) Residu (padat) Penyaringan Filtrat Fraksinasi aseton (T 4°C, 4 jam)

Penyaringan Fraksi Padat (CBE)

Residu (cair)

50

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Reaksi asidolisis enzimatik antara RBDPO dengan asam stearat dapat meningkatkan kandungan TAG khas CB, yaitu POS dan SOS. Hal ini menandakan terjadinya pertukaran gugus asil stearat dengan gugus asil pada posisi 1 dan 3 pada kerangka TAG RBDPO. Waktu reaksi asidolisis enzimatik 40 jam menghasilkan kandungan komponen POS dan SOS yang tinggi dan tidak berbeda nyata dengan produk asidolisis 48 jam. Hal ini terlihat pada peningkatan kandungan POS dan SOS yang tampak stabil di antara kedua waktu reaksi tersebut. Hasil reaksi 40 jam memiliki nilai indeks CBE tertinggi (52.3%) dan tidak berbeda nyata jika dibandingkan dengan indeks CBE hasil reaksi 48 jam (52.0%).

Selain itu reaksi asidolisis enzimatik juga menyebabkan perubahan kandungan beberapa TAG antara lain penurunan TAG triunsaturated, penurunan TAG monosaturated, dan peningkatan TAG trisaturated. Berdasarkan analisis statistika, kandungan ketiga TAG tersebut pada produk asidolisis 40 jam dan 48 jam tidak berbeda nyata. Kandungan DAG yang dihasilkan di antara produk reaksi asidolisis enzimatik ini tidak menunjukkan perbedaan yang nyata.

Perubahan komposisi TAG akibat reaksi asidolisis enzimatik menyebabkan perubahan profil SFC produk reaksi. Solid fat content produk reaksi mengalami peningkatan seiring bertambahnya waktu reaksi pada berbagai suhu penentuan. Hal ini dapat dipengaruhi peningkatan kandungan TAG trisaturated dan perbandingan TAG St2U/StU2 yang dapat menyebabkan peningkatan nilai SFC produk reaksi. Produk reaksi menunjukkan profil SFC yang lebih tinggi pada suhu di bawah 30°C dan memiliki nilai SFC yang lebih rendah di atas suhu tersebut dibandingkan dengan profil SFC CB.

Perubahan komposisi TAG tersebut juga mempengaruhi SMP produk reaksi. Asam stearat yang ditambahkan pada RBDPO menyebabkan peningkatan SMP yang signifikan. Reaksi asidolisis pada campuran RBDPO dengan asam stearat dapat menurunkan SMP. Semakin lama waktu reaksi menyebabkan penurunan SMP produk reaksi. Nilai SMP terendah dimiliki

51 oleh produk reaksi 48 jam dan berdasarkan analisis statistika tidak berbeda nyata dengan SMP produk asidolisis 40 jam.

B. SARAN

Hasil reaksi asidolisis enzimatik antara RBDPO dengan asam stearat dapat meningkatkan kandungan POS dan POP, akan tetapi masih mengandung sejumlah komponen yang tidak diharapkan. Komponen-komponen yang tidak diharapkan tersebut antara lain TAG trisaturated, TAG triunsaturated, TAG monosaturated, dan DAG. Dengan keberadaan komponen tersebut sifat fisik dan kimia hasil asidolisis belum serupa dengan CB. Untuk menghilangkan komponen-komponen tersebut dapat dilakukan fraksinasi bertahap memalui kombinasi antara fraksinasi kering dengan fraksinasi pelarut seperti yang telah diberikan.

52 VI. DAFTAR PUSTAKA

[Anonim]. 12 Mar 2009. Fats and oils in foods: how much for kids? Nibbles for Health. Nutrition Newsletters for Parents of Young Children, USDA, Food and Nutrition Service.

Abigor RD et al. 2003. Production of cocoa butter-like fats by the lipase-catalyzed interesterification of palm oil and hydrogenated soybean oil. J Am Oil Chem Soc 80(12):1193-1196.

Akoh CC, Moussata CO. 1998. Influence of lipase-catalyzed interesterification on the oxidative stability of melon seed oil triacylglycerols. J Am Oil Chem Soc 75(9):1155-1159.

Arghainc. 2008. Miyak sawit. http://arghainc.wordpress.com/2008/11/21/minyak-sawit.html [11 Des 2009].

Bloomer S, Adlercreutz P, Mattiasson B. 1990. Triglyceride interesterification by lipase. I. Cocoa butter equivalent from a fraction of palm oil. Ibid 67:519-524.

Buchgraber M, Ulberth F, Anklam E. 2004. Method validation for detection and quantification of cocoa butter equivalents in cocoa butter and plain chocolate. Journal of AOAC International. Vol 87 (5):1164-1172.

Budijanto S, Hariyadi P, Apriyantono A, Elisabeth J. 1999. Produksi minyak kaya asam lemak omega-3 dengan teknik interesterifikasi asidolisis enzimatik. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Institut Pertanian Bogor. http://web.ipb.ac.id/~lppm/ID/index.php [11 Jan 2010].

Can A, Ozcelik B. 2005. Enrichment of hazelnut oil with long-chain n-3 PUFA by lipase-catalyzed acidolysis: optimization by response surface methodology. J Am Oil Chem Soc 82(1):27-32.

Chandler IC. 2001. Determining the regioselectivity of immobilized lipase in triacylglycerol acidolysis reactions. J Am Oil Chem Soc (78)7:737-742. Chang MK, Abraham G, John VT. 1990. Production of cocoa butter-like fat from

interesterification of vegetable oils. J Am Oil Chem Soc 67:135-140.

Chong CN, Hoh YM, Wang CW. 1992. Fractionation procedures for obtaining cocoa butter-like fat from enzymatically interesterified palm olein. J Am Oil Chem Soc 69(2):137-140.

Chopra R, Rastogi NK, Sambaiah K. 2009. Enrichment of rice bran oil with α -linoleic acid by enzymatic acidolysis: optimization of parameters by response surface methodology. J Food Bioprocess Technol [24 Sep 2009].

53 Chibata I. 1978. Immobilisasi Enzymes, Research and Development. New York:

John Willey and Sonns Inc.

Cossignani L, Simonetti MS, Damiani P. 2005. Biocatalyzed acidolysis of olive oil triacylglycerols with 9c,11t and 10t,12c isomers of conjugated linoleic acid. J Eur Food Res Technol 220:267-271.

Fuji Oil Europe. 2007. Confectionery.

http://www.fujioileurope.com/Products/Confectionery/choccoat.htm [1 Feb 2007].

Garcia HS, Keough KJ, Arcos JA, Hill CG Jr. 1999. Interesterification (acidolysis) of butterfat with conjugated linoleic acid in a Batch reactor. J Dairy Sci 83:371-377.

Gee PT. 2007. Analitycal characteristics of crude and refined palm oil and fractions. Eur J Lipid Sci Technol 109:373-379.

Goh EM, Ker TH. 1991. Relationship between slip melting point and pulsed NMR data od palm kernel oil. J Am Oil Chem Soc 68(3):144-146.

Gunstone FD, Hardwood JL, Padley FB. 1995. The Lipid Handbook. Second Edition. Great Britain: Chapman & Hall.

Gupta R, Rathi P, Bradoo S. 2003. Lipase mediated upgradation of dietary fats and oils. Crit Rev Food Sci Nutr 43(6):635-644.

Hariyadi P. 1995. Synthesis of monoesters and mono- and diacylglycerol from butteroil by lipase-catalysed esterification in microaqueous media [disertasi]. Madison USA: PhD Dissertation, University of Wisconsin. Hernandez E, Huertas JM, Alianza Team. 2005. Smart Blends In Confectionery

Fats. San Diego: Alianza.

Hidayat C, Supriyadi, Probondari. 2009. Pengembangan zirkonia agarosa sebagai matrik untuk biokatalis pada amobilisasi lipase Candida Rugosa. Agritech 29(3):159-165.

Husum TL et al. 2009. Enzymatic interesterification: process advantages and product benefits 7-10. [12 Apr 2009].

Idris NA, Dian NLHM. 2005. Interesterified palm products as alternatives to hydrogenation. Asia Pac J Clin Nutr 14(4):396-401.

Iwai M, Tsujisaka Y. 1984. Lipases. Broustom dan Brknan HL, editor. Jepang: Elsevier Science Publ. Co.

Jaeger KE, Reetz MT. 1998. Microbial lipases from versatile tools for biotechnology. Tibtech 16:396-402.

54 Jaeger KE, Djikstra BW, Reetz MT. 1999. Bacterial biocatalyst: molecular biology, three-dimensional structures and biotechnological applications of lipases. Annu Rev Microbiol 53:315-351.

Jie MSFLK, Fu X, Lau MML, Che ML. 2002. Lipase-catalyzed hydrolysis of TG containing acetylenic FA. JAOAC 37(10):997-1006.

Karabulut I, Turan S, Ergin G. 2004. Effect of chemical interesterification on solid fat content and slip melting point of fat/oil blends. Eur Food Res Technol 218:224-229.

Karlshamns. 2002. Fats for chocolate and confectionery. http://www.karlshamns.com [4 Des 2002].

Ketaren S, Adimulyo B, Simarmata L. 1999. Kajian proses degumming minyak sawit kasar (crude palm oil) dengan menggunakan asam sitrat. J Tek Ind Pert 8(3):114-123.

Ketaren S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: Universitas Indonesia-Press.

Kim IH et al. 2004. Production of structured lipids by lipase-catalyzed acidolysis in supercritical carbon dioxide: effect on acyl migration. J Am Oil Chem Soc 81(6):537-541.

Kim IH, Kim H, Lee KT, Chung SH, Ko SN. 2002. Lipase-catalyzed acidolysis of perilla oil with caprylic acid to produce structured lipids. J Am Oil Chem Soc 79(4):363-367.

Lai OM, Ghazali HM, Chong CL. 1998. Effect of enzymatic transesterification on the melting points of palm stearin-sunflower oil mixtures. J Am Oil Chem Soc 75:881-886.

Lida NHMD, Sundram K, Siew WL, Aminah A, Mamot S. 2002. TAG composition and solid fat content of palm oil, sunflower oil, and palm kernel olein blends before and after chemical interesterification. J Am Oil Chem Soc 79(11):1137-1144.

Lipp M, Anklam. 2001. Composition of genuine cocoa butter and cocoa butter equivalents. J Food Compos Anal 14(4):399-408.

Liu KJ, Cheng HM, Chang RC, Shaw JF. 1997. Synthesis of cocoa butter equivalent by lipase-catalyzed interesterification in supercritical carbon dioxide. J Am Oil Chem Soc 74(11):1477-1482.

Long K et al. 2003. Effect of enzymatic transesterification with flaxseed oil on the high-melting glycerides of palm stearin and palm olein. J Am Oil Chem Soc 80(2):133-137.

55 Macrae A. 2000. Enzymic intersterification. [SCI] Society of Chemical Industry.

SCI Lecture Papers Series hlm 1-2. http://www.soci.org [4 Des 2000]. Macrae AR. 1989. Tailored triacylglycerols and ester. Biochem Trans

17:1146-1148.

Malacata FX et al. 1992. Kinetics and mechenisms of reaction catalized by immobilized lipases. Enzymr Microb Technol 14:426-446.

Man YBC. Shamshi K, Yussof MSA, Jinap S. 2003. A study on the crystal structure of palm oil-based whipping cream. J Am Oil Chem Soc 80(5):409-415.

Marangoni AG, Narine SS. 2002. Physical Properties Of Lipids. New York: Marcel Dekker, Inc.

Marangoni AG, McCurdy RD, Brown ED. 1993. Enzymatic interesterification of triolein with tripalmitin in canola lechitin-hexane reverse micelle. Ibid 70:737-744.

Mas’ud F. 2007. Kendali proses deasidifikasi untuk meminimalkan kerusakan karotenoid dalam pemurnian minyak sawit (Elaesis guineensis, Jacq) [tesis].

Dokumen terkait