• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

3. Mode Bridge

2.1.4 Terminal Wireless LAN

2.1.4.2 Smart Phones

Telepon mobile atau telepon selular adalah telepon yang mempunyai kemampuan dalam transmisi panjang gelombang analog atau digital yang memungkinkan pengguna untuk mengadakan koneksi wireless ke transmitter terdekat. Luas jangkauan transmitter disebut dengan cell. Pengguna telepon selular bergerak dari satu cell ke cell lainnya, sehingga koneksi telepon secara efektif dikirimkan dari satu transmitter cell ke

transmitter cell lainnya. Pada saat ini, telepon selular berintegrasi dengan PDA, yang menyediakan peningkatan akses e-mail dan internet wireless. Telepon mobile dengan kemampuan memproses informasi dan jaringan data disebut dengan smart phone.

2.1.4.3 Personal Digital Assistan ( PDA )

Personal Digital Assistant (PDA) merupakan data organizer

yang berukuran kecil. PDA ini menawarkan aplikasi seperti office

productivity, basis data, buku alamat, penjadwalan dan daftar

kegiatan. PDA juga memungkinkan pengguna untuk mengsinkronisasikan data antar PDA atau antara PDA dengan PC. Versi yang lebih baru memungkinkan pengguna mendownload e- mail.

2.1.4.4 Wireless Fidellity ( Wi-Fi ) Phones

Wi-Fi phones menggunakan jaringan untuk melakukan

panggilan dan membutuhkan bandwidth yang cukup untuk dapat beroperasi. Wi-Fi phones dapat digunakan untuk roaming melalui jaringan VoIP ke jaringan selular.

2.1.5 Model Jaringan Wireless

Jaringan komputer menggunakan sistem wireless terbagi menjadi dua macam, yaitu : Ad-hoc Mode dan Client/Server dan Access Point Mode. Pada

hanya menggunakan sebuah Wireless Network Adapther, tanpa menggunakan suatu sentral komunikasi (Access Ponit) yang berfungsi sebagai pengatur lalu lintas data. Sedangkan pada Client/Server dan Access Point Mode, disamping menggunakan Wireless Adapther untuk dapat terkoneksi ke jaringan wireless dibutuhkan juga suatu sentral komunikasi (Access Ponit) yang berfungsi sebagai pengatur lalu lintas data pada sistem jaringan tersebut.

(http://www.wahyudi.or.id/artikel/MembangunHotspot.doc)

2.1.5.1 Ad-hoc

Standarisasi IEEE 802.11 mendefinisikan protokol dalam dua tipe jaringan, yaitu jaringan Ad Hoc dan Client/Server. Jaringan Ad Hoc merupakan jaringan sederhana di mana komunikasi terjadi di antara dua perangkat atau lebih pada cakupan area tertentu tanpa harus memerlukan sebuah access point atau server. Standarisasi ini semacam etiket pada setiap perangkat jaringan dalam melakukan akses media wireless. Metode ini meliputi penentuan pemberian permintaan koneksi pada sebuah media untuk memastikan throughput yang dimaksimalkan untuk pengguna dalam menerima layanan.

Komunikasi Ad Hoc menggunakan media gelombang radio satu dengan yang lain, dan peralatan ini akan mengenal peralatan RF lain dalam cakupan sinyal yang saling berdekatan, sehingga komunikasi dapat dilakukan. Jaringan Ad Hoc dapat digunakan pada komputer-komputer notebook, laptop, atau peralatan handheld lain yang membutuhkan transfer date mobile lingkup kecil, dan tentunya yang memunyai peralatan RF yang sama dan telah mendukung teknik Ad Hoc. (Mulyanta edi s, 2005 : 53)

Gambar 2.9 Jaringan Ad Hoc ( Mulyanta edisi, 2005 : 53 )

2.1.5.2 Access Point

Jaringan Client/Server menggunakan access point sebagai pengatur alokasi waktu transmisi untuk semua perangkat jaringan dan mengizinkan perangkat mobile melakukan proses roaming dari sel ke sel. Access point digunakan untuk menangani lalu lintas dari radio mobile ke perangkat yang menggunakan kabel maupun pada jaringan wireless.

Access Point, digunakan untuk melakukan pengaturan lalu lintas jaringan dari mobile radio ke jaringan kabel atau dari backbone jaringan wireless client/server. Pengaturan ini digunakan untuk melakukan koordinasi dari semua node jaringan dalam mempergunakan layanan dasar jaringan scrta memastikan penanganan lalu lintas data dapat ber-jalan dengan sempuma. Access point akan merutekan aliran data antara pusat jaringan dengan jaringan wireless yang lain. Dalam sebuah WLAN, pengaturan jaringan akan dilakukan oleh access point pusat yang memunyai performa troughput yang lebih baik.

RF network. Tipe jaringan wireless ini memunyai beberapa station dengan RF transmitter dan receiver, di mana setiap station akan berkomunikasi ke peralatan pusat access point ini atau sering disebut wireless bridge, Pada sistem RF, wireless bridge disebut wireless access point (WAP). WAP menyediakan koneksi secara transparan ke host LAN melalui koneksi ethemet dan jaringan metode wireless. (Mulyanta edi s, 2005 : 54)

2.1.6 Hotspot

Secara fungsional, sebuah kawasan hotspot menyediakan ketersediaan koneksi jaringan tanpa kabel di mana user menggunakan perlengkapan yang kompatibel untuk dapat melakukan koneksi ke internet atau ke intranet, aktivitas e-mail, dan aktivitas jaringan lain. Peralatan yang digunakan tidak terbatas hanya Personal Computer atau laptop, akan tetapi peralatan mobile yang lain seperti PDA, telepon selular, notebook, atau peralatan game online lainnya.

Beberapa komponen dalam hotspot adalah: Station yang mobile

Access Point

Switch, Router, Network Access Controller Web server atau server yang lain

Koneksi Internet kecepatan tinggi Internet Service Provider

Wireless ISP

area adalah konfigurasi serta persyaratan apa yang harus dipenuhi serta untuk siapa wireless area ini diperuntukkan. Beberapa hal tersebut adalah ukuran lokasi cakupan, jumlah perkiraan user yang simultan, dan tipe pengguna wireless sasaran. Anda dapat mempelajari secara singkat pembangunan hotspot dengan sederhana pada bagian akhir buku ini.

a. Ukuran lokasi cakupan

Ukuran ini menjadi pertimbangan awal yang sangat menentukan dalam membangun area wireless hotspot Dengan menentukan lokasi cakupan, akan da- pat dipilih peralatan access point (AP) mana yang dapat melayaninya, misalnya dengan menentukan daya jangkau jarak tertentu. Beberapa AP diperlukan untuk menyediakan area cakupan yang lebih luas.

b. Jumlah Pengguna

Dalam melakukan layout hotspot, jumlah user dapat digunakan untuk menentukan serta memerkirakan kepadatan pengguna pada kawasan tersebut. Kepadatan ini dapat diukur dari jumlah pengguna per kawasan. Di samping jumlah pengguna, hal yang lebih penting adalah pola pengguna sasaran yang dituju, sehingga akan dapat ditentukan pula target minimum bandwith per user yang aktif. Sebagai contoh, target bandwith adalah 100 Kbps per user aktif, di dalam daerah tersebut ter-koneksi 5 user yang aktif sehingga memerlukan minimal 500 Kbps atau lebih untuk melakukan koneksi Internet dengan baik.

c. Model penggunaan

akan terkoneksi di hotspot tersebut. Model pada lingkungan kampus akan berlainan tipe aplikasinya dibanding dengan di hotel, atau di kafe-kafe yang menyediakan hotspot. Kebutuhan apa yang dapat digunakan sebagai standar minimal bandwith yang dibutuhkan untuk menyediakan ketersediaan resource bandwith, adalah faktor utama dalam menentukan kapasitas minimal bandwith Internet yang akan digunakan. Sebagai contoh, penggunaan minimal kawasan wireless tersebut adalah 250 Kbps, di mana kapasitas ini cukup memadai untuk melakukan koneksi hotspot dan menjaiankan aplikasi. Bandwith yang dibutuhkan untuk menghasilkan performa yang baik, saat 4 user melakukan koneksi secara simultan adalah 1 Mbps. Perhitungan sederhananya adalah: 250 Kbps x User Simultan = 1.000 Kbps atau 1.0 Mbps. (Mulyanta edi s, 2005 : 148)

2.1.7 ` Komponen dan Fungsi Hotspot

Anda memerlukan beberapa komponen dasar untuk membangun sebuah hotspot, Berikut adalah daftar fitur penting dan fungsionalitas dari pembangunan hotspot yang diperlukan (Mulyanta edi s, 2005 : 150) :

a. Melakukan akses ke wireless link

Menyediakan mobile station dengan informasi jaringan wireless Membuat association dengan mobile station

Melakukan akses ke jaringan local Menyediakan layanan transfer data paket Melakukan disassociation dari mobile station

b. Menetapkan sebuah hotspot

Autentikasi mobile station Autorisasi user

c. Manajemen pada layer 3 (IP)

Menyediakan alamat IP pada peralatan mobile

Translasi dari aiamat privat menjadi publik jika dipertukan Menyediakan Domain Name Services (DNS)

Menyediakan informasi gateway Berikut referensi arsitektur hotspot

yang dikembangkan oleh Intel.

2.1.7.1 WISP (Wireless Internet Service Provider)

Layanan ini merupakan bentuk komunikasi buat pengembangan dan ISP standar. Layanan tersebut antara lain:

Desain hotspot

Manajemen, yang meliputi pemonitoran, update hardware/ soft-

ware, konfigurasi jaringan, serta pengaturan user account.

Pemonitoran dan pengaturan akses yang meliputi penetapan-

penetapan, autentikasi, dan keamanan.

Accounting dan billing, digunakan untuk menentukan tipe pem-

bayaran seperti prabayar, pascabayar, dan penetapan roaming.

Akses WAN. (Mulyanta edi s, 2005 : 152)

2.1.7.2 Internet Service Provider/ISP

Menyediakan koneksi antara hotspot dengan Internet pada jaringan yang lebih besar atau WAN. ISP dapat pula menyediakan

layanan WISP, tetapi bersifat optional. (Mulyanta edi s, 2005 : 152)

2.1.7.3 WAN Access Gateway/Router

Merupakan titik pintu keluar dari hotspot ke ISP. Komponen ini merupakan fungsi penyedia akses utama ke WAN. (Mulyanta edi s, 2005 : 152)

2.1.7.4 Access Point (AP)

AP secara harafiah dapat diartikan sebagai proses komunikasi LAN hotspot dengan peralatan yang digunakan oleh user. (Mulyanta edi s, 2005 : 152)

2.1.7.5 Switch/Hub

Tujuan utama adanya switch dan hub adalah menyediakan banyak port untuk melakukan koneksi AP dan komponen jaringan hotspot lain. Kapabilitas switch dan user dapat digunakan untuk mengatur routing paket dan untuk membawa properti paket sebagai dukungan terhadap fungsi switch, misalnya port, MAC address, dan IP address. (Mulyanta edi s, 2005 : 152)

2.1.7.6 Network Access Controller

Fungsi utama NAS adalah untuk mengontrol akses ke jaringan. Fungsi NAS cenderung bersifat penjaga gawang jaringan dengan mengimplementasikan filter cerdas untuk melakukan seleksi sebelum ke

jaringan lain. (Mulyanta edi s, 2005 : 153)

2.1.7.7 IP Address Allocation Manager

Dalam rangka menjaga komunikasi antar komponen dengan baik membutuhkan alamat IP yang unik di dalam kawasan hotspot. Metode yang sudah sangat umum digunakan adalah menggunakan server Dynamic Host Configuration Protocol (DHCP). DHCP merupakan protokol Internet yang melakukan otomatisasi konfigurasi komputer dengan menggunakan protokol TCP/IP. Hal yang sangat kritis adalah fungsionalitas hotspot dalam memilih IP address yang digunakan. IP terdiri dari dua macam bentuk alamat, yaitu alamat IP public (publik) dan IP private (privat). Perbedaan IP publik dan IP privat adalah :

IP Publik IP Privat

IP publik dapat digunakan untuk melakukan koneksi jaringan Internet yang luas.

IP address bersifat privat dalam sebuah jaringan LAN,

Internet Assigned Numbers Authority (IANA) telah menyediakan sekumpulan alamat IP yang digunakan untuk private network. Sebagai contoh adalah :

10.0.0.0 - 10.255.255.255 Blok 24 bit kelas tunggal

172.16.0.0 – 172.31.255.255 Blok 20 bit, jumlahnya 16 kelas B yang saling berdekatan

192.168.0.0 – 192.168.255.255 16 bit blok, 256 kelas C

Alamat IP privat hanya dapat digunakan pada setiap jaringan privat dan akan terlihat pada jaringan Internet. Oleh karena itu, jaringan ini tidak akan dapat berkomunikasi langsung di Internet. Untuk dapat ber- komunikasi langsung di luar jangkauan cakupan area privat, peralatan tersebut menggunakan Network Address /port translator. (Mulyanta edi s, 2005 : 153)

2.1.7.8 Network Address/Port Translator

Saat paket IP dikirimkan melalui Internet, paket tersebut akan menggunakan alamat IP publik. Bagaimana mungkin alamat privat dapat mengirimkan paket melalui jaringan umum di Internet? Jawabnya adalah dengan melakukan switch IP address. Setiap paket tersebut akan melintas dari jaringan privat, kemudian ke jaringan publik untuk mendapatkan akses ke jaringan Internet sehingga alamat IP sumber harus diubah ke alamat IP publik. Translasi dari alamat privat ke alamat publik ditangani oleh Network Address Translator (NAT). Variasi dari model translasi ini juga melakukan translasi port IP, peralatan ini disebut Network Address Port Translators (NAPT). Peralatan NAPT akan melakukan map atau pemetaan terhadap semua alamat IP privat ke dalam sebuah alamat IP public. (Mulyanta edi s, 2005 : 153)

Gambar 2.10 Network Address Translator (NAT) (http://en.kioskea.net/internet/nat.php3)

2.2 Arsitektur Jaringan Wireless LAN

Ketika Anda menginstal mengkonfigurasi, dan mengaktif-kan perangkat Wireless LAN di sisi dient seperti PCMCIA card, maka dient secara otomatis dalam posisi listen untuk mendengar sinyal yang dikirimkan dari perangkat wireless LAN lainnya. Proses listen di sini dikenal pula dengan istitah scanning. Scanning terjadi sebelum proses lainnya karena berfungsi mencari perangkat wireless lainnya.

Ada 2 jenis scanning, yaitu:

Scanning secara pasif (passive scanning). Scanning secara aktif (active scanning).

Dalam proses mencari keberadaan access point station atau client akan mengidentifikasi sebuah identifier yang dikenal dengan istilah SSID (Service Set Identifiers). SSID merupakan nama kelompok jaringan yang digunakan pada Wireless LAN. Sifatnya unik dan case sensitive. Kemudian, nilainya berupa karakter atfanumerik yang memiliki panjang 2 hingga 32 karakter. SSID digunakan untuk membagi jaringan

dan untuk proses bergabung ke dalam sebuah jaringan.

Gambar 2.11 Client mengidentifikasikan adanya SSID

(http://www.wlanbook.com/wp-content/uploads/2007/06/ssid-advertising.gif)

Sebuah client hams memiliki SSID yang benar supaya dapat bergabung ke dalam sebuah jaringan Wireless LAN. Administrator memasangkan SSID di setiap access point Beberapa client memiliki kemampuan menggunakan nilai SSID secara manual (dipasangkan oleh administrator), tetapi ada pula dient yang dapat menemukan sendiri SSID yang dipancar-kan oleh access point

Nilai SSID yang terpasang di client dan access point harus sama. SSID dari access point dikirimkan da lam sebuah beacon, yakni sebuah frame pendek yang dikirimkan dari access point ke station atau client (pada mode infrastruktur) atau antar- client (pada mode adhoc). Beacon berfungsi mengelola dan mensinkronisasikan komunikasi wireless pada Wireless LAN. (Arifin zaenal, 2007 : 33)

2.2.1 Passive Scanning

Scanning secara pasif ( Passive Scanning ) merupakan proses mendengarkan beacon pada tiap-tiap channel dalam periode waktu tertentu

setelah client diinisialisasi. Access point mengirim beacon, sedangkan client melakukan proses scanning karakteristik katalog tentang access point berbasis beacon. Station (client) mendengarkan beacon hingga mendengar sebuah beacon yang memperlihatkan SSID dari jaringan yang ingin dimasuki. Kemudian, station (client) berusaha bergabung dengan jaringan melalui access point yang telah mengirim beacon.

Jika di dalam sebuah area ada beberapa access point SSID jaringan di- broadcast oleh beberapa access point Pada situasi ini, station akan berusaha bergabung dengan jaringan melalui access point berdasarkan kekuatan sinyal.

Station melanjutkan scanning secara pasif setelah beraso-siasi dengan access point. Scanning secara pasif menyimpan waktu reconnect ke jaringan jika client memutuskan hubu-ngan dengan access point Dengan menyimpan daftar access point yang tersedia beserta karakteristik-karakteristiknya, station (client) dapat dengan cepat mencari access point terbaik yang seharusnya dihubungi oleh client

Station (client) akan berpindah dari satu access point ke access point tainnya setelah sinyal radio dari access point yang dihubungi dient melemah. Agar station (client) dapat tetap terhubung dengan jaringan, kita dapat menerapkan mekanisme roaming. Station (client) menggunakan infbrma-si yang diperoteh melalui mekanisme scanning secara pasif untuk mencari access point terbaik. Selanjutnya, access point digunakan untuk rnenghubungi kern ball jaringan. Untuk alasan tersebut, kita perlu mendesain pemasangan beberapa access point supaya saling melakukan overlap (membentuk irisan) kurang lebih 10-15%. Overlap meng-izinkan station-station untuk melakukan roaming an tar- access point walaupun jaringan terputus dan terhubung kernbali tanpa

sepengetahuan user.(Arifin zaenal, 2007 : 36) 2.2.2 Active Scanning

Scanning secara aktif (Active Scanning) meliputi pengiriman sebuah frame berisi probe pemtintaan dari client wireless. Station (client) mengirimkan probe permintaan ketika secara aktif mencari sebuah ketompok jaringan wireless. Probe permintaan berisi SSID suatu kelompok jaringan wireless.

Jika sebuah probe yang dikirim menetapkan sebuah SSID, lalu hanya access point yang melayani SSID akan merespons dengan sebuah frame berisi probe response. Jika sebuah frame probe request dikirim dengan sebuah broadcast SSID, maka semua access point yang terjangkau akan merespons dengan sebuah probe respons.

Cara menghubungi sebuah Wireless LAN terdiri atas dua subproses. Subproses selalu terjadi da lam urutan yang sama dan disebut proses autentikasi dan asosiasi. Sebagai contoh, ketika ktta berkomunikasi dari sebuah wireless PC card ke sebuah Wireless LAN, artinya PC card telah diautentikasi dan telah berasosiasi dengan sebuah access point Ketika berkomunikasi melalui asosiasi, kita berbicara pada layer 2 dan autentikasi secara langsung dilakukan ke radio bukan ke user. (Arifin zaenal, 2007 : 37)

2.2.3 Autentikasi dan Asosiasi

Langkah pertama untuk menghubungi sebuah device wireless (access point) adalah autentikasi. Autentikasi adalah proses yang dilakukan jaringan (biasanya oleh access point) untuk memeriksa identitas wireless node yang akan bergabung ke jaringan. Client mulai melakukan proses autentikasi dengan mengirimkan sebuah frame autentikasi request ke access point Access point akan

menerima atau menolak permintaan, lalu client akan mendapatkan sebuah frame respons. Proses autentikasi dapat dilakukan pada access point atau access point hanya akan melewatkan proses autentikasi ke sebuah server seperti RADIUS. Radius akan melakukan autentikasi berdasarkan kriteria-kriteria yang muncul Kemudian, hasilnya akan diberikan ke access point, yang akan memberi-tahukan hasilnya ke client.

Setelah diautentikasi, dient akan melakukan proses asosiasi dengan access point Associated adalah sebuah status yang menyatakan bahwa client diizinkan untuk melewatkan data melalui sebuah access point Jika PC card berasosiasi ke sebuah access point Anda terhubung ke access point dan jaringan. Status antara proses auntentikasi dan asosiasi dapat terdiri atas beberapa status :

UnAuthenticated dan UnAssociated

Wireless node terputus dari jaringan dan tidak dapat melewatkan frame melalui access point.

Autenticated dan UnAssociated

Wireless client telah melakukan proses auntentikasi tetapi belum melakukan proses asosiasi dengan access point. Maka, client belum diiziinkan untuk mengirim atau menerima data melalui access point.

Authenticated dan Associated

Wireless node telah terhubung ke jaringan dan dapat melakukan proses pengiriman dari penerimaan data melalui access point. (Arifin zaenal, 2007 : 38)

Ada tiga bentuk konfigurasi wireless LAN dan masing-masing bentuk tersebut memiliki set peralatan yang berbeda-beda. Tiga bentuk konfigurasi tersebut adalah: 1. Independent Basic Service Set

2. Basic Service Set 3. Extended Service Set

2.3.1 Independent Basic Service Set ( IBSS ) Network

Sebuah independent basic service set disebut pula jaringan wireless yang menggunakan metode adhoc. Sebuah IBSS tidak memertukan access point atau device lain untuk mengakses ke sistem distribusi, tetapi hanya melingkupi satu cell dan memiliki sebuah SSID. Client pada IBSS secara bergantian bertanggung jawab mengirimkan beacon yang biasa dilakukan oleh access point.

Agar dapat mengirimkan data ke luar IBSS, sebuah client harus bertindak sebagai gateway atau router dengan menggunakan software khusus untuk mengimpiementasikan tuju-an. Pada IBSS, client membuat koneksi secara langsung ke client lainnya, sehingga jaringan jenis demikian disebut jaringan peer to peer. ( Arifin zaenal, 2007 : 50 )

Gambar 2.12 Topologi IBSS (http://digilib.petra.ac.id/viewer.php) 2.3.2 Basic Service Set ( BSS) Network

Ketika sebuah access point dihubungkan ke jaringan kabel dan serangkatan station wireless, konfigurasi jaringan dikatakan sebuah basic service set. Basic Ssrvice set hanya terdiri atas satu access point dan satu atau beberapa client wireless. Sebuah basic service set menggunakan mode infrastruktur, yaitu sebuah mode yang membutuhkan sebuah access point dan semua trafik wireless melewati access point Tidak ada transmisi langsung dient to client yang diizinkan.

Gambar 2.13 Topolo- gi BSS

(http://digilib.petra.ac.id/viewer.php)

Setiap client wireless harus menggunakan access point untuk berkomunikasi dengan client wireless lainnya atau dengan host yang terdapat pada jaringan kabel. Basic service set membentuk sebuah cell atau area frekuensi radio, yang mengelilingi access point dengan beragam rate zone dan speed diukur dengan Mbps. Jika basic service set menggunakan perangkat 802.11b, maka lingkaran akan memiliki kecepatan 11, 5.5, 2, dan 1 Mbps. Rate data akan semakin kecil jika semakin jauh dari access point Sebuah basic service set akan memiliki 1 SSID. ( Arifin zaenal, 2007 : 50 )

2.3.3 Extended Service Set ( ESS ) Network

Sebuah extended service set didefinisikan sebagai dua atau beberapa basic service set yang dihubungkan dengan sebuah sistem distribusi bersama.

Sistem distribusi dapat berupa kabel, wireless, LAN, WAN, atau bentuk jaringan lain. Sebuah extended service set harus memiliki paling sedikit 2 access point yang bekerja dalam mode infrastruktur. Semua paket harus melewati salah satu access point yang tersedia.

Karakteristik lain ESS (extended service set), penggunaan standard 802.11, ESS melingkupi beberapa cell mengizinkan kemampuan roaming dan tidak membutuhkan SSID yang sama diantara kedua BSS (basic service set). ( Arifin zaenal, 2007 : 50 )

Gambar 2.14 Topologi ESS (http://digilib.petra.ac.id/viewer.php)

2.4 Keamanan Jaringan Wireless

Anda mungkin ingin mengetahui mengapa seseorang menggunakan koneksi wireless yang sebenarnya tidak aman. Memang tidak semua seperti itu, terima kasih kepada Wired Equivalent Protocol, atau Wireless Encryption Protocol atau bahkan Wired Equivalent Privacy. Tampaknya "para ahli industri" memperdebatkan

kepanjangan WEP. Terlepas dari bagaimana Anda mengucapkan atau menyatakannya, WEP adalah sebuah algoritma enkripsi yang dapat diaktifkan untuk mengenkripsi transmisi di antara pengguna wireless dan WAP-nya.

Pada awalnya, standar 802.lib tidak dimaksudkan untuk men-jabarkan seperangkat alat keamanan tingkatan enterprise. Tetapi, standar tersebut memasukkan beberapa ukuran keamanan dasar yang da-pat dikembangkan untuk membantu membuat jaringan lebih aman. Dengan masing-masing fitur keamanan, hal yang terjadi pada jaringan kemungkinan bisa lebih aman atau lebih terbuka untuk diserang.

Dengan konsep pertahanan layered, bagian berikut akan melihat pada bagaimana peranti wireless mengoneksi ke sebuah access point dan bagaimana Anda dapat mengaplikasikan keamanan sedapat mungkin pada acces point yang pertama. (Thomas tom, 2005 : 345)

2.4.1 Service Set Identifier (SSID)

Secara default, access point mem-broadcast SSID setiap beberapa detik dalam beacon frame. Meskipun ini memudahkan bagi authorized user untuk mencari jaringan yang benar, tap! juga memudahkan bagi unauthorized user un- tuk mendapatkan nama jaringan. Fitur ini memungkinkan sebagian perangkat lu- nak deteksi jaringan wireless untuk mendapatkan jaringan tanpa memiliki SSID upfront.

Setting SSID pada jaringan Anda harus ditetapkan sebagai ting-kat

Dokumen terkait