• Tidak ada hasil yang ditemukan

Adapun soal jang sekarang akan saja tindjau ialah sampai

Dalam dokumen ASAS - ASAS HUKUM PERDATA INTERNASIONAL (Halaman 81-87)

imana hukum nasional dari seorang hakim berlaku bagi orang

2

-asing.

Bagi Indonesia ada dua pasal dari Undang-undang D a s a r Sementara jang mungkin dapat mendjadi dasar penin.djauan ini, jaitu pasal

8

dan pasal 9 jang berbunji demikian :

Pasal 8.

Sekalian orang jang ada didaerah Negara sama berhak

m e nuntut perlindungan untuk diri dan hartabendanja.

Pasal 9.

1. Setiap orang berhak dengan b,ebas bergerak dan tinggal d alam perbatasan Negara.

2

. Setiap orang berhak meninggalkan negeri dan ■—' djika ia warganegara atau penduduk — kembali kesitu.

D u a pasal ini m endjam in keselamatan bagi setiap orang jang berada didaerah negeri Indonesia, tidak perduli apa ia adalah warganegara Indonesia atau orang asing. D ju g a dapat dikata­ kan, ba/nva pasai

2

ini adalah pelaksanaan ciari suatu politik p in tu terbuka jang dianut oleh negara Indonesia terViac\ap

golongan- lain jang bukan warganegara Indonesia. Politik

sematjam ini sudah lajak dalam zaman sekarang, di-mana- dise- lu ru h d u n ia memperlihatkan usaha kearah suatu kekeluargaan d iantara segenap bangsa

2

didunia.

A d a la h suatu konsekwensi dari politik pintu terbuka ini. a p ab ila kepada setiap orang jang berada didaerah negara Indonesia dinjatakan, bahw’a diri dan harta-bendanja dalam prinsip ber-sama

2

mendapat perlindungan dari alat

2

negara. Ini d ju g a hal jang sesuai dengan kedaulatan suatu negara. Kedau­ latan ini tidak hanja m engandung hak

2

kekuasaan sadja terha­ dap setiap orang jang berada didaerah negara, melainkan djuga ke w a d iiba n

2

terhadap mereka. Ini sudah seimbang.

D a ri pasal

2

ini djuga dapat disimpulkan, bahwa pada pri« sip orang

2

asing dalam hal keselamatan diri dan harta-bendanja tidak boleh diperhelakan gkan daripada orang

2

warganegara.

Persam aan dalam mendapat perlindungan ini tidak berarti, b a h w a hukum jang berlaku adalah sama djuga bagi warga negara dan orang asing. Pasal 5 A . B. hanja menentukan

balrwa, selama oleh undang-undang tidak diketemukan lain, maka hukum perdata dan hukum dagang adalah sama bagi warganegara dan orang asing. M aka persamaan hanja diutjap- kan tentang hukum perdata dan hukum dagang.

Perihal hukum pidana pasal

2

Kitab undang-undang Hukum P idana (K. U . H . P., „Strafwetboek”) menentukan, bahwa per­ aturan

2

hukum pidana dari negara Indonesia berlaku bagi setiap orang jang didaerah negara Indonesia melakukan suatu perbu­

atan jang dapat dikenakan suatu hukum an pidana.

Perihal hukum ketatanegaraan tiada suatu pasal seperti dua pasal tersebut diatas. Ini tidak berarti, bahwa hukum talanegara sama sekali tidak berlaku bagi orang

2

asing.

1

entunja ada jang berlaku djuga, misalnja peraturan tentang ber-matjam

2

padjak. Ketiadaan pasal

2

seperti pasal 3 A . B. dan pasal

2

K. U . H . P. untuk hukum tatanegara hanja berarti, bahwa peri­ hal peraturan

2

tatanegara harus ditindjau satu persatu, apakah peraturan itu berlaku hanja bagi warganegara atau djuga bagi orang asing. Ketentuan tentang berlakunja peraturan

2

ini mung­ kin dikatakan setjara terang dalam peraturan itu sendiri, mung­ kin diperoleh setjara pentafsiran peraturan itu dengan mengingat sifat, maksud dan tudjuan masing

2

peraturan.

Undang-undang Dasar Sementara sendiri memuat beberapa pasal jang menjatakan perbedaan hukum bagi warganegara dan orang asing. M isalnja pasal 23 ajat

1

menentukan, bahw'a setiap warganegara berhak turut serta dalam pemilihan dengan lang­ sung atau dengan perantaraan w akil

2

jang dipilih dengan be­ bas, A jat

2

dari pasal tersebut menjatakan kemungkinan keang- katan setiap warganegara dalam tiap

2

djabalan pemerintah, sedang bagi orang

2

asing hal ini tergantung dari aturan

2

tertentu dalam undang-undang. Pasal 24 U . D . menentukan, bahwa setiap warganegara berhak dan berkewadjiban turut serta de­ ngan sungguh dalam pertahanan negara.

Dengan adanja perbedaan hukum antara warganegara dan orang asing ini tidak dapat dikatakan, bahwa dalam hal- itu orang asing diperbelakangkan, maka adanja perbedaan ini tidak menjalahi prinsip tidak-boleh diperbelakangkan dari pasal

8

U. D . Perbedaan hukum ini berdasar atas kenjataan, bahwa kedudukan hukum mereka memang adalah berbeda. Dalam hal ini sama sekali tiada pikiran tentang membelakangkan orang

2

asing. M alahan dalam hal

2

jang konkrit orang

2

asing itu ba­ rang kali ,merasa untung dengan adanja perbedaan hukum itu, misalnja hal ketiadaan kewadjiban mereka untuk turut serta dalam mempertahankan negara terhadap serangan musuh.

Kembali kepada pasal 5 A . B.

Jang dimaksudkan oleh pasal ini ialah pemjataan pada prinsip suatu persamaan hukum bagi warganegara dan orang asing, jaitu hukum nasional dari negara Indonesia dinjatakan berlaku djuga bagi orang

2

asing.

Perlu diterangkan disini, bahwa pasal 5 A.B. sama sekali tidak bermaksud untuk mengatur hal jang berhubungan dengan hukum

perdata

internasional. Sebagai telah ber-ulang

2

dikatakan, dalam hukum perdata

internasional soalnju

itllflli untuk memilih antara hukum nasional atau hukum asing atau hukum istimewa. Dan dalam hal itu jang penting ialah ada atau tidaknja suatu pera­ turan penundjukan kepada suatu golongan hukum tertentu, misalnja penundjukan kepada hukum nasional dari orang

2

jang berkepentingan atau kepada hukum dari negara, tempat tinggal orang

2

itu atau kepada hukum tempat letak barang

2

atau kepada hukum dari negara, dimana dilakukan perbuatan hukum jang bersangkutan.

Pasal

3

A . B. tidak merupakan suatu peraturan penundjukan itu. M aka dari itu pasal ini tidak berarti, bahwa kelcetjualian

2

undang-undang, akan mengandung suatu penundjukan kepada hukum asing bagi orang

'2

asing.

Keketjualian

2

jang dimaksudkan ialah kekeljualian pada prin­ sip, bahwa hukum nasional dari negeri Indonesia perihal hukum perdata dan hukum dagang berlaku djuga bagi orang- asing. M aka keketjualian itu hanja merupakan penjebulan bagian

2

dari hukum perdata dan hukum dagang dari negeri Indonesia, jang lidak berlaku pula bagi orang

2

asing jang berada di

Indonesia. m

Meskipun demikian halnja, pasal 5 A. B. dipergunakan dalam pentafsiran hal hukum perdata internasional. Sebagai dialas telah pernah dikatakan, berhubung dengan adanja pasal

5

A . B. itu, pasal 16 A . B. jang menurut kata2-nja hanja mengatakan beriak u hukum nasional dari warganegara Indonesia mengenai kedudukan dan kekuasaan hukum djuga bagi mereka, apabila berada dinegeri asing, diperluaskan setjara analogi, bahwa bukum nasional dari orang

2

asing jang berada di Indonesia, perihal bagian

2

hukum tersebut, lelap berlaku djuga bagi mereka. Pasal 3 A .B. diambil sebagai dasar untuk analogi ini, oleh karena pasal ) A. B,

menghendaki,

bahwa prinsip dari pasal 16 A .

B.

sebagai bagian dari hukum nasional dari negara Indonesia me­

ngenai hukum perdata, berlaku djuga bagi orang

2

asing.

Tetapi, sekali lagi, tidak berarti, bahw a pasal 3 A . B. lantas mendjadi suatu peraturan tentang hukum perdata internasional.

Perlu diterangkan pula, bahwa jang dimaksudkan oleh pasal 3 A . B. den gan hukum perdata dan hukum dagang itu adalah jang termual dalam undang-undang, djadi jang sebagian besar termuat dalam „Burgelijk W etboek” dan „W etboek van Koop- handel dan dua undang-undang ini seperti diketahui, hanja berlaku bagi orang

2

Eropah, Tionghoa, A rab dan lain

2

Timur Asing. H a l berlakunja hukum adat tidak disinggung oleh pasal

5 A. B., se-tidak2-nja pasal 3 A . B. ticlak bermaksud menjinggung hal liul<nm adat. Ini dapat disimpulkan ke

-1

dari kenjataan, bahwa perihal keketjualian jang diperbolehkan oleh pasal

3

A . B., ditim djuk kepada ,,\vet” ( = undang-undang) sadja. ke

-2

dari kenjnlaan. bahwa A . B. dalam pasal

11

mengatakan pula, bagi orang Indonesia tetap berlaku hukum adat sebagai tenta­ ngan dari hukum perdata dan hukum dagang jang berlaku bagi orang

2

Eropali dan jang disamakan dengan mereka.

D a n memang sudah selajaknja, bahwa hal hukum adat tidak masuk dalam penentuan pasal 3 A. B. Sebagai diketahui, bagi orang

2

Indonesia sendiri tiada hukum adat jang satu dan jang dalam hakekatnja berlaku bagi segenap orang Indonesia, mela­ inkan ada pelbagai peraturan hukum adat jang masing

2

hanja berlaku bagi daerah hukum masing

2

sendiri. Maka tiadalah mungkin ada suatu pernjataan, bahwa hukum adat adalah sama bagi orang asing seperti bagi orang Indonesia.

Keketjualian

2

manakah jang dimaksudkan oleh pasal 3 A . B. jaitu bahwa suatu peraturan hukum perdata dan dagang dari negara Indonesia tidak berlaku bagi orang asing jang berada di Indonesia ?

S atu golongan keketjualian sudah didjumpai dalam uraian diatas, jaitu dimana menurut hukum perdata internasional untuk suatu perhubungan hukum oleh satu peraturan penun- djukan ditundjuk kepada hukum nasional orang

2

asing itu (pasal 16 A . B.).

L a in

2

keketjualian terhadap dalam bagian hukum atjara perdata.

Tjontoh ke

-1

ialah pasal 128 „Reglement Burgerlijke Rechts- vordering” . Seperti halnja dengan pasal 436 B. Rv., jang telah dibitjarakan diatas, meskipun pada umumnja B. Rv. hanja ber­ laku untuk „R aad van Justitie” dan „Residentiegerecht dulu,

sama sekali tiada keberatan untuk menganggap pada waktu

sekarang pasal

128

B. Rv. berlaku djuga bagi Pengadilan Negeri

Pasal

128 B.

Rv. mengenai hal jang dalam bahasa Latin

dimanakah „cautio iudicatum solvi (= djaminan hal pcmba-

jaran ongkos perkara perdata dimuka hakim) dan mengatakan,

bahwa orang2 asing jang bukan penduduk Indonesia, jang

bertindak sebagai penggugat dalam perkara perdata atau jang

sebagai pihak ketiga menempatkan diri diantara atau disamping

pihak2 berperkara, diharuskan, apabila diminta oleh pihak

lawan, sebelum pihak lawan mengadakan perlawanan, untuk

mengadakan tanggungan,

bahwa benar2 akan dihajar ongkos2

perkara dan ganti kerugian jang mungkin akan dibebankan ke­

pada mereka. Udjud dari tanggungan ini menurut pasal

129

B. Rv. akan ditetapkan oleh hakim jang memerintahkan diada-

kannja tanggungan itu. Hakim mana djuga harus menetapkan

djumlah nilai uang, sampai mana tanggungan itu berlaku. Tang­

gungan ini dapat berupa suatu djumlah uang alau barang

perhiasan jang dititipkan dikepaniteraan atau penundjukan suatu

barang tak bergerak milik penggugat, jang dapat diperuntukkan

guna tanggungan ini atau penundjukan seorang lain jang dapat

dipertjaja oleh hakim dan jang sanggup untuk memikul segala

tanggungan djawab atas pembajaran ongkos perkara dan

lain2 itu.

Alasan untuk mengadakan keketjualian ini, seperti telah

Dalam dokumen ASAS - ASAS HUKUM PERDATA INTERNASIONAL (Halaman 81-87)

Dokumen terkait