• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jiwa Soeprijadi sangat unik, di awal tahun 1945 ia ingin Indonesia merdeka secepatnya Dirinya menyamakan dengan Pangeran Diponegoro Raib entah ke mana, padahal Soekarno memberi jabatan menteri.

Dalam dokumen no 2th ixfebruari 2015 (Halaman 48-51)

hadapan para bawahannya, Harada mengatakan,”Apa mungkin kalaian dapat berhasil dengan prajurit yang begitu lemah? Tentu saja kami semua kecewa.”

Pun demikian Tsuchiya dan rekan-

rekannya. Ia mengeluh dan menjadi ragu apakah para calon perwira dari Jawa dan Sunda itu akan mampu menjalani latihan militer yang keras yang telah disusun untuk mereka. “Kami terkejut mengetahui betapa

lemahnya mereka. Para calon perwira itu belum dapat diharapkan melakukan apapun selain berdiri tegak,” akunya. ❏

AW/dari berbagai sumber

sebagainya. Mereka berkumpul di tempat itu untuk dilantik oleh Soekarno sebagai menteri di Kabinet Presidensial. Kabinet pertama di Indonesia selepas merdeka.

Soekarno menyebut nama mereka satu

persatu namun ketika menyebut nama Soeprijadi sebagai Menteri Keamanan Rakyat, orang yang disebut nama dan jabatannya itu tidak terlihat di antara barisan menteri yang hendak disumpah itu. Orang-

orang yang berada di ruangan itu bisa jadi saling pandang dan celingak-celinguk mencari Soeprijadi. Meski personil menteri yang hendak dilantik tidak hadir satu, acara itu tetap dilanjutkan. Mereka mempunyai pikiran positif si Soepri ada acara yang tidak bisa ditinggalkan sehingga ia tidak datang dalam acara pelantikan.

Hingga pelantikan itu selesai bahkan hingga saat ini, Soeprijadi entah di mana berada, semuanya tidak tahu. Ada yang menyebut ia sudah dibunuh oleh tentara Jepang, ada pula yang mengatakan ia menyembunyikan diri.

Soeprijadi adalah shondanco PETA di Blitar, Jawa Timur. Namanya melegenda hingga saat ini sebab ia melakukan pemberontakan, yang dikenal dengan sebutan Pemberontakan PETA Blitar. David Jenkins dalam buku yang berjudul Soeharto di Bawah Militerisme Jepang menyebut faktor yang menyebabkan Soeprijadi berani melawan tuannya karena, pertama, kemarahan atas buruknya keadaan ekonomi yang dialami seluruh Jawa selama masa pendudukan Jepang serta penderitaan rakyat sipil, terlebih penderitaan romusha. Kedua, karena hal-hal yang menyangkut kekejaman sehari-hari dalam perbudakan militer selama pendudukan Jepang, termasuk tamparan di muka yang merupakan penghinaan bagi orang Jawa.

Tak hanya itu faktornya, disebutkan saat itu banyak tentara Jepang tidak disukai masyarakat sebab sangat arogan. Disiplin pada tentara Jepang sangat kendor sehingga mereka banyak menghabiskan waktu untuk berfoya-foya bersama perempuan yang lain, berbuat mesum. Perilaku sipil orang Jepang yang mengurus masalah administrasi, membantu tentara Jepang, pun juga sama.

Diceritakan dalam buku itu, puncak memanasnya kemarahan rakyat dan anggota PETA di Blitar ketika seorang Jepang yang kaya memperkosa tunangan seorang

perwira PETA. Sebab tunangannya diperkosa, perwira yang berasal dari Indonesia itu membunuh seorang instruktur Jepang. Apa yang dilakukan oleh perwira itu diukung oleh masyarakat.

Pada 14 Februari 1945, dengan kekuatan 360 prajurit, Soeprijadi memimpin pasukan keluar dari barak. Mereka

menembaki Hotel Sakura yang berfungsi sebagai markas para perwira Jepang. Tak hanya hotel yang diserang namun juga rumah perwira pengawas dan markas kempetai. Puncak dari pemberontakan itu adalah dibunuhnya 4 orang Jepang dan tujuh etnis China yang dianggap membantu Jepang. Selepas mereka dar der dor, mereka segera meninggalkan kota. Mereka ada yang menuju ke utara, ada pula yang ke arah sebaliknya.

Pihak Jepang tentu gerah melihat pemberontakan yang dilakukan oleh pasukan sukarelawan yang seharusnya membantunya. Untuk mengatasi yang demikian, Jepang mengirimkan tim mediasi. Pihak Jepang menawarkan mereka menyerahkan diri dan diberi janji tidak akan ada seorang pun yang akan diajukan ke pengadilan militer. Mereka akan diampuni. Tawaran itu diiyakan oleh PETA Blitar sehingga pada 17 Februari 1945 mereka kembali ke kota.

Namun janji pihak Jepang itu tidak ditepati. Lima puluh lima perwira dan anak buahnya ditangkap dan dibawa ke pengadilan militer di Jakarta. Soeprijadi apakah ada di antara

ke-55 perwira itu atau tidak hingga saat ini masih misteri. Dalam pengadilan mereka dinyatakan bersalah. Hukumannya, enam orang dijatuhi hukuman mati, tiga orang dijatuhi hukuman seumur hidup, dan sisanya dijatuhi hukuman penjara dengan jangka waktu yang berbeda-beda.

Soeprijadi berani memimpin tindakan yang sangat berani itu bisa jadi karena jiwanya yang frontal dan ingin Indonesia

merdeka secepatnya. Saat itu umurnya adalah 21 tahun. Ia adalah anak Bupati Blitar. Di mata teman-temannya Soeprijadi adalah sosok penyendiri dan pemuda yang agak eksentrik.

Ia memiliki keberanian yang luar biasa dan suka melawan mitos. Di saat orang tidak berani berenang di Pantai Selatan Jawa karena ombaknya yang tinggi, ia melakukan itu. Ketika orang tidak berani menggunakan

pakaian warna hijau di Pantai Selatan, dirinya mengenakan. Berdasarkan mitos yang dipercayai bila ada yang menggunakan pakaian warna hijau di tempat itu, ia akan disambar oleh penguasa Pantai Selatan, Nyi Roro Kidul.

Setelah tamat dari SMP, ia melanjutkan sekolah ke MOSVIA (Middelbare Opleidingsschool voor Indlandsche Ambternaren), sekolah untuk menjadi pegawai dari kalangan pribumi.

Ia pernah mengikuti pendidikan di Beppan, dinas intelijen Tentara XVI, di Tangerang, Banten. Tempat itu Soeprijadi belajar mengenai telik sandi. Temannya yang bernama Zulkifli Lubis mengatakan, Soeprijadi selalu menyimpan pikirannya sendiri. “Ketika di Bogor, Soeprijadi sering mengatakan kita tidak dapat mempercayai Jepang,” ujar Zulkifli.

Di awal tahun 1945, Soeprijadi menginginkan Indonesia merdeka secepatnya. Ia disebut memiliki kepribadian yang aneh, mudah dipengaruhi namun mempunyai jiwa kepemimpinan yang kuat. Bukti kepribadian yang aneh itu ia menyamakan dirinya dengan Pangeran Diponegoro. Ia juga menyamakan diri dengan penasihat mistik Diponegoro.

Selepas Pemberontakan PETA di Blitar, Jepang melakukan tindakan pembersihan kepada perwira-perwira di PETA. Tidak hanya di Blitar namun di seluruh tempat. Soeharto disebut juga sebagai perwira yang akan dibersihkan namun beberapa orang Jepang mencegahnya. “Mereka tahu kalau saya kritis,” ujar Soeharto.

Selepas pemberontakan itu, Jepang membatalkan segala rencana tentang transformasi PETA menjadi tentara nasional. Tidak ada lagi pembicaraan tentang resimen dan brigade PETA. Jepang juga membatalkan rencana untuk mengalihkan tiga markas besar regional PETA ke tangan orang Indonesia.❏

AW/dari berbagai sumber FOTO-FOTO: ISTIMEWA

H

ARI Jumat pagi ditetapkan pemerintah sebagai Hari Krida Nasional. Hari itu, dialokasikan waktu sekitar 30 menit untuk melakukan senam kesehatan sebelum aktifitas kantor dimulai. Kegiatan senam kesehatan setiap Jumat pagi berlaku untuk seluruh lembaga, instansi, kementerian, dan kantor pemerintah daerah seluruh Indonesia, tak terkecuali Sekretariat Jenderal MPR RI.

Pagi itu pukul 07.00 tepat, Jumat 9 Januari 2015, seluruh pejabat dan pegawai Sekretariat Jenderal MPR RI dengan memakai seragam olahraga sudah berkumpul di lapangan Jantung Sehat, kompleks MPR/DPR/DPD Senayan, siap mengikuti senam kesehatan/ aerobic. bersama Instruktur senam, Denny Wijaya atau akrab disapa Denny.

Dalam dokumen no 2th ixfebruari 2015 (Halaman 48-51)