• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. Pengumpulan data dan eksperimentasi

2.5 Kelebihan dan Kelemahan Model Problem Based Learning (PBL)

2.5.4 Solusi dari kelemahan Model Problem Based Learning (PBL)

1. Pemilihan model pembelajaran, materi dan soal hendaknya dalam pembelajaran lebih mengaktifkan siswa. Agar siswa bisa berbuat dan merasakan, sehingga akan menghasilkan pemikiran kritis dari diri siswa tinggi.

2. Agar optimal jumlah anggota kelompok 2 - 4 siswa.

3. Pemilihan soal dan materi pembelajaran hendaknya diperbarui 2.6 Model Pembelajaran Konvensional

Model pembelajaran konvensional merupakan model pembelajaran yang biasa digunakan guru dalam mengajar dimana siswa sebagai menerima informasi pengetahuan dari guru. Dalam cara-cara belajar konvensional pendidik sering

menerangkan, memberikan contoh-contoh soal sekaligus langkah-langkah untuk menyelesaikan soal. (Sabri 2007: 52).

Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Konvensional menurut Sabri ( 2007: 53).

a. Kelebihan model pembalajaran konvensional, terutama:

1. Berbagai informasi yang tidak mudah ditemukan di tempat lain. 2. Menyampaikan informasi dengan cepat.

3. Membangkitkan minat akan informasi.

4. Mengajari siswa yang cara belajar terbaiknya dengan mendengarkan. 5. Mudah digunakan dalam proses belajar mengajar.

b. Kelemahan pembelajaran konvensional adalah sebagai berikut:

1. Tidak semua siswa memiliki cara belajar terbaik dengan mendengarkan.

2. Sering terjadi kesulitan untuk menjaga agar siswa tetap tertarik dengan apa yang dipelajari.

3. Para siswa tidak mengetahui apa tujuan mereka belajar pada hari itu. 4. Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas.

5. Daya serapnya rendah dan cepat hilang karena bersifat menghafal. 2.7 Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan M. Dewi Kartika, W. Santyasa, W. Warpala (2014) yang berjudul “PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA”. Penelitian ini bertujuan (1) mendeskripsikan perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa antara kelas PBL dengan kelas konvensional, (2) mendeskripsikan perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa antara kelas PBL dengan kelas konvensional. Penelitian dilakukan pada sejumlah siswa kelas X SMK Negeri 1 Denpasar dengan 2 kelas sampel. Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik Simple Random Sampling. Penelitian menggunakan rancangan Non Equivalent Pretest-Posttest Control Group Design. Pengumpulan data menggunakan 2 jenis tes, yaitu tes pemahaman konsep fisika dan tes keterampilan berpikir kritis. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis

MANCOVA dengan skor pre-tes pemahaman konsep dan skor pre-test keterampilan berpikir kritis sebagai kovariat. Pengujian hipotesis nol dilakukan pada taraf signifikansi 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) terdapat perbedaan pemahaman konsep matematika dan keterampilan berpikir kritis siswa antara kelas PBL dengan kelas konvensional (2) terdapat perbedaan pemahaman konsep fisika antara siswa kelas PBL dengan kelas konvensional (3) terdapat perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa antara kelas PBL dengan kelas konvensional.

Penelitian lain oleh Hanifatur Rosyidah, Agus Suyudi, Mudjihartono yang berjudul “PENGARUH PENDEKATAN BERBASIS INDUKTIF TIPE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP OPTIMALISASI KEMAMPUAN BERPIKIR KRIRTIS FISIKA SISWA KELAS X SMAN 8

MALANG PENGARUH PEMBELAJARAN”. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pemahaman konsep fisika siswa yang menggunakan pendekatan berbasis induktif tipe PBL lebih baik daripada siswa yang menggunakan model konvensional. Penelitian ini dilakukan di SMAN 8 Malang. Metode penelitian yang digunakan adalah quasy experiment dengan posttest control group design. Pengambilan sampel menggunakan teknik cluster random sampling, siswa kelas X MIA 3 sebagai kelas eksperimen menggunakan pendekatan berbasis induktif tipe PBL dan siswa kelas X MIA 5 sebagai kelas kontrol menggunakan model konvensional. Instrumen yang digunakan yaitu tes pemahaman konsep fisika berupa soal uraian. Data instrumen tes dianalisis menggunakan analisis uji-t dan hasil perhitungan t hitung > t tabel yaitu 3,4061>1,9953 pada taraf signifikansi 0,05, sehingga disimpulkan Prmahaman berpikr kritis kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol.

Penelitian lain oleh Dasa Ismaimuza yang berjudul “PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN STRATEGI KONFLIK KOGNITIF TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN SIKAP SISWA SMP”. Kemampuan berpikir kritis matematis, dan sikap positif siswa terhadap matematika merupakan komponen penting yangharus dimiliki oleh seorang siswa, sehingga dengan

memiliki kemampuan ini akan membantu siswa dalam memecahkan masalah matematika, maupun masalah sehari-hari. Salah satu cara mengembangkan kemampuan ini adalah dengan pembelajaran berbasis masalah dengan strategi konflik kognitif (PBLKK). PBLKK merupakan pembelajaran yang berdasarkan masalah, dimana pada masalah yang dikemukakan terdapat fakta, keadaan, situasi yang mempertentangkan struktur kognisi siswa. Dalam situasi ini terjadi konflik antara pengetahuan yang dimiliki siswa dengan situasi yang sengaja disediakan. Permasalahan utama dalam penelitian ini adalah bagaimana kemampuan berpikir kritis matematis dan sikap siswaSMP kelas VIII Palu berdasarkan model pembelajaran, PAM siswa, dan level sekolah. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP kelas VIII di kota Palu. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tes kemampuan matematika, nilai rapor, tes kemampuan berpikir kritis matematis, skala sikap siswa terhadap matematika. Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah: mengkaji dan menganalisis perbedaan kemampuan berpikir kritis matematis, sikap siswa siswa yang menerima pembelajaran berbasis masalah dengan strategi konflik kognitif (PBLKK) dan pembelajaran konvensional (KV) ditinjau dari: a) keseluruhan, pengetahuan awal siswa (tinggi, sedang, dan rendah), dan level sekolah.

Hasil penelitian yang dilakukan Yosafat S Wongkar, Tommy M Palapa, Yeremia S Mokosuli (2014) yang berjudul “PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) BERBASIS

WISATA LOKAL TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN

BERPIKIR KRITIS SISWA PADA KONSEP PENCEMARAN LINGKUNGAN DI SMA NEGERI 7 MANADO”. Penggunaan model pembelajaran yang tidak kreatif, inovatif dan menyenangkan serta kurang memberdayakan kemampuan berpikir kritis siswa dalam kelas, menyebabkan hasil belajar siswa rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbasis wisata lokal terhadap peningkatan berpikir kritis siswa di SMA Negeri 7 Manado. Metode

yang digunakan adalah metode eksperimen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata post-test kelas eksperimen adalah 87 lebih tinggi dibandingkan nilai rata-rata post-test kelas kontrol yaitu 64,2. Kesimpulannya, penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbasis wisata lokal dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada konsep pencemaran lingkungan di SMA Negeri 7 Manado.

Penelitian lain oleh Gede Putra Adnyana, S.Pd., dkk (2009) yang berjudul “MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR, KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS, DAN PEMAHAMAN KONSEP BIOLOGI SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi model pembelajaran berbasis masalah pada mata pelajaran Biologi, dapat meningkatkan: 1) aktivitas belajar siswa, 2) keterampilan berpikir kritis siswa, dan 3) pemahaman konsep Biologi siswa, serta 4) siswa memberikan respon positif terhadap model pembelajaran yang diterapkan. Peningkatan keterampilan berpikir kritis hampir terjadi disemua indikator, seperti merumuskan masalah, memberikan argumentasi, melakukan induksi, dan memberikan penilaian, kecuali keterampilan melakukan deduksi yang cendrung menurun dari siklus I ke siklus II. Peningkatan pemahaman konsep biologi siswa dapat dilihat dari peningkatan rerata nilai pada siklus I sebesar 6,03 menjadi 6,49 pada siklus II

Dokumen terkait