• Tidak ada hasil yang ditemukan

Solusi atas Problematika Remaja Masjid di Perkotaan 1. Problematika Remaja Masjid di Perkotaan

Dalam dokumen BAB II REMAJA MASJID DAN KEGIATAN KEAGAMAAN (Halaman 28-33)

Dalam masyarakat yang modern, sering dibedakan antara masyarakat pedesaan (rural community) dengan masyarakat perkotaan (urban community).

Perbedaan tersebut sebenarnya tidak mempunyai hubungan dengan pengertian masyarakat sederhana karena dalam masyarakat modern, betapa pun kecilnya suatu desa, pasti ada pengaruh-pengaruh dari kota. Sebaliknya pada masyarakat bersahaja pengaruh dari kota secara relatif tidak ada. Perbedaan masyarakt perdesaaan denga perkotaan pada hakikatnya bersifat gradual. Agak sulit untuk memberikan batasan apa yang dimaksudkan dengan perkotaan karena adanya hubungan konsentrasi penduduk dengan gejala sosial yang dinamakan urbanisme.

Warga pedesaan merupakan suatu masayarakat yang mempunyai hubungan yang lebih erat dan lebih mendalam ketimbang hubungan mereka dengan warga masyarakat pedesaan lainya. Sistem kehidupan biasanya berkelompok atas dasar kekeluargaan. Penduduk masyarakat pedesaan pada umumnya hidup dari pertanian. Walaupun terlihat adanya tukang kayu, tukang genteng dan bata, tukang membuat gula dan bahkan tukang catut. Inti pekerjaan penduduk adalah pertanian. Pekerjaan di samping pertanian hanya pekerjaan sambilan saja karena bila tiba masa panen atau masa menanam padi, pekerjaan-pekerjaan sambilan tadi segera ditinggalkan. Golongan orang tua pada masyaralat pedesaan pada umumnya memegang peranan penting. Orang akan selalu meminta nasihat kepada mereka apabila ada kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Kesukaranya adalah orang tua mempunyai padangangan yang didasarkan pada tradisi yang kuat sehingga sukar untuk mengadakan perubahan-perubahan yang nyata. Pengendalian sosial masyarakat terasa begitu kuat sehingga perkembangan jiwa individu sangat sukar untuk dilaksanakan. Itulahj sebebnya mengaapa sulit sekali mengubah jalan pikiran yang sosial ke jalan pikiran yang ekonomis, yang juga disebabkan karena kurangnya alat-alat komunikasi. Salah satu adanya alat komunikasi yang berkembang adalah desas desus biasanya bersifat negatif. Apabila dihubungkan

dengan sudut pemerintahan, masayarakat pedesaan memiliki hubungan tidak resmi antara penguasa dengan rakyat. Segala sesuatu dijalankan atas dasar musyawarah. Disamping itu, karena tidak adanya pembagian kerja yang tegas, seorang penguasa sekaligus mempunyai beberapa kedudukan dan peranan yang sama sekali tidak dapat dipisahkan atau paling tidak sukar untuk dibeda-bedakan (Soerjono Soekanto, 2007: 136-138).

Berbeda dengan masyarakat pedesaan, masyarakat perkotaan adalah masyarakat kota yang tidak tentu jumlah penduduknya. Masyarakat kota sudah memandang penggunaan kebutuhan hidup, sehubungan dengan pandangan masyarakat sekitarnya. Ada beberapa ciri yang menonjol pada masyarakat kota, yaitu sebagai berikut (Soerjono Soekanto, 2007: 139-140):

a. Kehidupan keagamaan berkurang, hal ini disebabkan cara berfikir yang rasional.

b. Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain. Kehidupan keluarga sering sukar untuk disatukan karena perbedaan kepentingan, paham politik, agama dan seterunya. Para individu kurang berani untuk seorang diri menghadapi orng-orang lain dengan latar belakang pendidikan dan kepentingan yang berbeda.

c. Pembagian kerja diantara warga kota juga lebih tegas dan punya batasan-batasan nyata.

d. Kemungkinan untuk mendapat pekerjaan lebih banyak di peroleh.

e. alam fikiran rasional yang dianut masayarakat perkotaan, menyebabkan interaksi-interaksi yang terjadi lebih di dasarkan pada faktor kepentingan daripada faktor pribadi.

f. Jalan kehidupan yang cepat membuat pentingnya faktor waktu, sehingga pembagian waktu yang teliti sangat penting untuk dapat mengejar kebutuhan seorang individu.

g. Perubahan sosial tampang nyata karena biasanya terbuka dalam menerima pengaruh luar.

Hal tersebut terjadi di semua lapisan masyarakat, baik muda maupun tua.

Kehidupan kaum muda yang belum sepenuhnya terwujud kepribadianya menyebabkan sifat-sifat tertentu yang mengarah kepada hal negatif, seperti susah diatur karena mereka lebih senang mengikuti keinginan dirinya dengan menyesuaikan pola kehidupan baru di era globalisasi ini. Hal ini menjadikan problematika tersendiri khususnya untuk kalangan remaja yang berada di perkotaan. Permasalahan yang terjadi pada diri remaja di perkotaan penyalangunaan narkoba, kenakalan remaj, tawuran dan hal negatif lainya. Hal ini menandakan begitu bahaya kehidupan pada masa remaja apabila tidak antisipasi dengan solusi yang sesuai. Termasuk juga pada problematika yang melanda remaja masjid yang pada dasarnya selalu berusaha untuk meanggulangi problem tersebut. Remaja masjid dalam menyelenggarakan kegiatan-kegiatan keagamaan selalu mendapat tantangan baik dari diri remaja maupun luar diri remaja.

Seperti keadaan remaja masjid di Desa Pasindangan, yang pada dasarnya tidak jauh dari pola kehidupan perkotaan. Aktivitas yang kurang bermanfaaat di kalangan remaja pun terjadi pada remaja desa pasindangan. Rasa senang terhadap kehidupan yang berlebihan dan lemahnya mental remaja terhadap keagamaan, menyebabkan diri remaja semakin hanyut dengan hal-hal negatif. Keadaan zaman yang semakin maju menuntut remaja untuk menyesuaikanya tanpa di bekali dengan pemahaman yang sesuai. Hal ini terjadi dikarenakan beberapa faktor yaitu(Sudarsono, 1991:17-27):

a. Keadaan Keluarga b. Keadaan Sekolah c. Keadaan Masyarakat

Tantangan yang dihadapi remaja masjid dalam menyelenggarakan kegiatan keagamaan di wilayah perkotaan menjadi permasalah tersendiri bagi remaja masjid. Karakter masyarakat perkotaan yang pada dasarnya rendah dalam hal kegiatan keagamaan dan lemahnya upaya masyarakat perkotaan dalam menanggulangi permasalah tersebut menjadi faktor utama permasalah ini terjadi.

Keadaan ini harus segara diantisipasi baik dari pemerintah, masyarakat, keluarga atau remaja itu sendiri. Kerjasama diantara semuanya sangatlah perlu

agar problematika yang terjadi pada remaja masjid di perkotaan bisa segera diatasi.

2. Solusi atas Problematika Remaja masjid di Perkotaan

Menghadapi permasalahan yang terjadi pada remaja masjid di perkotaan, maka perlu adanya solusi yang ditawarkan agar permasalahan yang selama ini terjadi bisa di selesaikan dengan baik, sehingga remaja masjid bisa berkreasi dengan aktif dalam menyelenggarakan kegiatan-kegiatan keagamaan yang bermanfaat untuk kehidupan remaja pada umumnya.

Secara umum permasalah yang terjadi pada remaja masjid di perkotaan merupakan permasalahan remaja pada umumnya. Faktor keluarga, lingkungan dan sekolah menjadi hal yang sangat berpengaruh dalam pembentukan karakter remaja. problematika yang terjadi pada remaja bisa dilihat dari permasalahan setiap individu remaja dan permasalahan dari penyelenggaraaan kegiatan keagamaan itu sendiri. Untuk menanggulangi permasalah individu remaja pada umumnya perlu dilakukan beberapa cara, menurut Rogers dalam buku Sarlito W.

Sarwono ada lima ketentuan yang harus dipenuhi untuk membantu remaja dalam menghadapi permasalahnya, diantaranya:

a. Kepercayaan

Remaja itu harus percaya kepada orang yang mau membantunya (orang tua, guru, psikolog, ulama dan sebagainya).

b. Kemurnian hati

Remaja harus merasa bahwa penolong itu sungguh-sungguh mau membantunya tanpa syarat.

c. Kemampuan mengerti dan menghayati (emphaty)perasaan remaja.

Di sinilah diperlukan lagi tenaga profesional yang memang sudah terlatih untuk membangun empati terhadap klien-klien yang dihadapinya.

d. Kejujuran

Remaja mengharapkan penolongnya menyampaikan apa adanya saja, termasuk hal-hal yang kurang menyenangkan.

e. Mengutamakan persepsi remaja sendiri.

Dikarenakan lima ketentuan tersebut memerlukan keterampilan tertentu, maka pada remaja dengan perilaku menyimpang, khususnya yang sudah tidak bisa ditangani lagi oleh orang tua dan anggota keluarga sendiri, perlu kiranya dipikirkan permintaan bantuan seorang profesional, misalnya psikolog, guru BP, psikiater, konselor, pekerja sosial dan sebagainya. (Sarlito. W. Sarwono, 2011:

284-288 )

Sementara menurut Zakiah Darajat (2009: 155-156)untuk mengatasi remaja bermasalah sebagai berikut:

a. Perlu mengadakan saringan atau seleksi terhadap kebudayaan asing yang masuk, agar unsur-unsur yang negatif dapat dihindarkan.

b. Agar pendidikan agama, baik dalam keluarga, sekolah maupun masyarakat diintensifkan, supaya kehidupan beragama dapat terjamin dan selanjutnya nilai-nilai moral yang pasti, yang terdapat dalam ajaran agama itu akan membantu setiap pribadi untuk mendapat ketenangan jiwa, sehingga kegairahan untuk membangun itu ada.

c. Dalam kegiatan pembinaan itu sebaiknya pemerintah dengan wewenang yang ada padanya mengambil tindakan dan langkah-langkah yang tegas dengan mengikut sertakan semua lembaga, para ulama dan pemimpin masyarakat.

Hal di atas merupakan solusi untuk penanggulangan remaja yang telah menyimpang. Hal ini mungkin termasuk dalam cara menyelamatkan remaja dari permasalah-permasalahnya. Termasuk juga pada remaja masjid dalam menghadapi problematika yang terjadi, solusi di atas dilakukan ketika remaja masjid menghadapi permasalahn pada setiap diri remaja. kemudian mengenai solusi dalam menanggulangi problematika remaja masjid dalam menyelenggarakan kegiatan keagamaan diantaranya:

a. Musyawarah

Dalam mengatasi problematika remaja masjid di perkotaan, antara remaja masjid dengan remaja pada umumnya, jamaah dan masyarakat perlu senantiasa melakukan musyawarah. Melalui musyawarah diharapkan

berbagai pemikiran dan pandangan dapat dikemukakan dalam rangka mencari alternatif pemecahan permasalahan yang terbaik.

b. Keterbukaan

Menerapkan keterbukaan antara semua pihak dalam mengelola kegiatan-kegiatan akan menumbuhkan kepercayaan satu sama lain dan akan mendorong terlaksananya kegiatan dengan baik. Remaja masjid sebagai pengurus masjid harus bersifat terbuka, dengan keterbukaan remaja masjid memiliki menggerakan seluruh remaja. remaja pun akan merasa ikhlas menyumbangkan pemikiranya, senang turut melaksanakan berbagai kegiatan dan terlibat dalam mengatasi problematika remaja . interaksi yang demikian akan memajukan dan memakmurkan kegiatan-kegiatan keagamaan yang diselenggarakan oleh remaja masjid.

c. Kerja sama

Hubungan kerja sama antara remaja masjid dengan pengurus dan jamaah sangat diperlukan dalam mengatasi berbagai problematika masjid. Antara remaja masjid dengan pengurus dan jamaah harus memiliki sikap kepedulian dalam mensukseskan kegiatan-kegaiatan keagamaan yang di selenggarakan.

d. Kegiatan yang lebih kreatif

Remaja masjid hendaknya bekerjasama dengan pengurus masjid atau tokoh agama serta tokoh masyarakat dalam melaksanakan kegiatan yang lebih kreatif, yang mengundang antusias dan sesuai dengan karakter remaja di perkotaan. Baik itu kegiatan ibadah ritual, ibadah sosial maupun kegiatan kultural. Jadi disamping mengadakan kegiatan pengajian, ceramah, dan kuliah keagamaan, juga digiatkan pendidikan dengan membentuk kelompok belajar, kursus-kursus khusus agama atau kursus umum agama. Sehingga remaja bisa menyalurkan pikiran , kreativitas dan hobinya dengan cara menimba ilmu agama.

Dengan solusi yang ditawarkan di atas, diharapkan bisa menanggulangi problematika remaja masjid di perkotaan dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan keagamaan untuk kepentingan remaja dan masyarakat.

Dalam dokumen BAB II REMAJA MASJID DAN KEGIATAN KEAGAMAAN (Halaman 28-33)

Dokumen terkait