• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II REMAJA MASJID DAN KEGIATAN KEAGAMAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II REMAJA MASJID DAN KEGIATAN KEAGAMAAN"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

REMAJA MASJID DAN KEGIATAN KEAGAMAAN

A. Remaja Masjid 1. Karakteristik Remaja

Berbicara mengenai karakteristik remaja, perlu terlebih dahulu kita memahami mengenai pengertian remaja itu sendiri, baik secara bahasa maupun istilah. Secara bahasa pengertian remaja berasal dari bahasa Inggris yaitu disebut adolescene berasal dari bahasa Latin adolescere (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”.

Istilah adolescence juga mempunyai arti yang lebih luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik (Elizabeth B. Hurlock, 1999: 206). Pengertian remaja tersebut dapat kita pahami, bahwa remaja merupakan suatu pertumbuhan yang terjadi pada manusia dimana pada masa tersebut manusia berada dalam masa pertumbuhan baik dari segi fisik yaitu dengan adanya perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh manusia dan dari segilainya menuju kepada kesempurnaan atau kematangan diri.

Istilah remaja dalam pandangan Islam secara etimologi berarti murahaqoh, berasal dari kata raahaqo yang berarti al-Iqtirab (dekat),yang berarti at-Tadarruj (berangsur-angsur). Secara terminologi, berarti mendekati kematangan secara fisik, akal, dan jiwa serta sosial.Jadi, istilah remaja adalah berangsur-angsur menuju kematangan secara fisik, akal, kejiwaan dan sosial serta emosional.Dapat dijelaskan bahwa Islam memandang masa remaja sebagai masa perantara untuk menuju kemantapan diri baik nitu fisik, akal, jiwa, sosial dan emosional (Muhamad al-Mighwar, 2006). Kata al-Tadarruj mengisyaratkan bahwa masa remaja menjadikan masa penting dalam pertumbuhan manusia yaitu sebagai penengah antara masa anak-anak dengan masa dewasa. Masa remaja manjadi penentu masa selanjutnya dalam konsep kematangan diri. Hal tersebut sesuai dengan pengertian remaja menurut pandangan psikologis, diamana secara psikologis remaja dikatakan sebagai usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-

16

(2)

orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang- kurangnya dalam masalah hak. Intelegensi dalam masyarakat (dewasa) mempunyai banyak aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber.

Termasuk juga perubahan intelektual yang mencolok. Transformasi intelektual yang khas dari cara berpikir remaja ini memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan ini (Mohammad Ali & Mohammad Asrori, 2008:9).

Telah kita pahami, masa remaja dikenal sebagai salah satu periode dalam rentang kehidupan manusia yang memiliki beberapa keunikan tersendiri. Sehingga jika kita membicarakan mengenai karakteristik perkembangan remaja maka dapat kita pahami bahwa ini merupakan pembahasan mengenai ciri-ciri perkembangan yang terjadi pada masa remaja, sehingga dapat dikatakan bahwa ciri umum yang menonjol pada masa remaja adalah berlangsungnya perubahan itu sendiri, yang dalam interaksinya dengan lingkungan sosial membawa berbagai dampak pada perilaku remaja(Agustiani, 2009: 30). Pendapat yang diutarakan tersebut dapat diartikan bahwa perkembangan karakteristik remaja tergantung pada perkembangan remaja itu sendiri dalam melakukan interaksi dengan lingkungan sosialnya, hal ini menjadi dampak yang besar bagi remaja dalam menentukan perilaku remaja.

Berdasarkan pembahasan di atas maka dalam hal ini penulis mengutip pendapat Syamsu Yusuf LN (2004: 194-204) yang membagi karakteristik perkembaangan remaja menjadi tujuh perkembangan, yaitu perkembangan fisik, intelektual, emosi, sosial, etika, kepribadian, dan perkembangan kesadaran beragama.

a. Perkembangan fisik

Dalam perkembangan fisik remaja, ditandai dengan dua ciri, sebagaimana yang diungkapkan oleh Syamsu Yusuf LN (2004: 194), yaitu ciri-ciri primer dan skunder. Adapun penjelasannya sebagai berikut:

(3)

1) Ciri-ciri Primer

Pada masa remaja pria ditandai dengan sangat cepatnya pertumbuhan testis, pembuluh mani dan kelenjar prostat semakin membesar. Matangnya organ-organ tersebut terjadi pada usia 14-15 tahun, yang memungkinkan remaja pria mengalami mimpi basah. Sedangkan pada remaja wanita, kematangan organ-organnya ditandai dengan tumbuhnya rahim, vagina dan ovarium (indung telur) secara cepat. Perkembangan fisik ini terjadi pada usia 11-15 tahun, di mana untuk pertama kalinya remaja wanita mengalami menstruasi.

2) Ciri-ciri Skunder

Ciri-ciri atau karakteristik pada remaja wanita ditandai dengan tumbuhnya rambut publik atau bulu di sekitar kamaluan dan ketiak, bertambah besarnya dada dan pinggul.Sedangkan pada remaja pria ditandai dengan terjadinya perubahan suara, tumbuhnya kumis, bertambah besarnya jakun dan tumbuhnya rambut di sekitar kemaluan.

Umumnya remaja mengalami pertumbuhan fisik dan dibarengi pula oleh perkembangan sikap dan citra diri. Remaja memiliki gambaran diri seakan-akan ia sebagai seorang “model” yang dikaguminya. Pada remaja putri sering mengimpikan wajah cantik secantik tokoh film yang dikaguminya.Selain itu, remaja juga mempunyai rasa khawatir, jika keadaan dirinya tidak sebagus atau seindah tokoh yang dikaguminya(Andi Mappiare, 1982, 101-102).

b. Perkembangan Intelektual

Dintinjau dari perkembangan intelektual, menurut Piaget (dalam Syamsu Yusuf LN, 2004: 195), masa remaja sudah mencapai tahap operasi formal (kegiatan-kegiatan mental tentang berbagai gagasan).Remaja, secara mental telah dapat berpikir logis tentang berbagai gagasan yang abstrak.Implikasi pendidikan atau bimbingan dari periode operasi formal ini adalah perlunya disiapkan program pendidikan atau bimbingan yang memfasilitasi perkembangan kemampuan anak. Upaya yang dapat dilakukan orang tua adalah dengan memotivasi anak untuk mengungkapkan gagasannya dan

(4)

melakukan dialog atau diskusi dengan orang tua terkait berbagai aspek kehidupan, seperti agama, etika pergaulan, lingkungan hidup, dan sebagainya c. Perkembangan Emosi

Masa remaja merupakan puncak emosionalitas, yaitu perkembangan emosi yang tinggi. Pada usia remaja awal, perkembangan emosinya menunjukkan sifat yang sensitif dan reaktif yang sangat kuat terhadap berbagai peristiwa atau situasi sosial. Emosinya bersifat tempramental (mudah tersinggung atau marah).Sedangkan remaja akhir sudah mampu mengendalikan emosinya (Syamsu Yusuf LN, 2004: 197).

Mencapai kematangan emosional merupakan tugas perkembangan yang sulit bagi remaja. Proses pencapaiannya sangat dipengarui oleh kondisi sosio- emosional lingkungannya, terutama lingkungan keluarga dan teman sebaya.

Apabila lingkungan tersebut cukup kondusif, dalam arti kondisinya diwarnai oleh hubungan yang harmonis, saling mempercayai, saling menghargai dan penuh tanggung jawab, maka remaja cenderung dapat mencapai kematangan emosionalnya. Sebaliknya, apabila kurang dipersiapkan untuk memahami peran-perannya dan kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya, remaja cenderung akan mengalami kecemasan, perasaan tertekan atau ketidaknyamanan emosional.

d. Perkembangan Sosial

Pada masa remaja berkembang “social cognition”, yaitu kemampuan untuk memahami orang lain. Pemahamannya ini mendorong remaja untuk menjalin hubungan sosial yang lebih akrab dengan teman sebaya (Syamsu Yusuf LN, 2004: 198).Remaja sebagai harapan bangsa serta pemimpin di masa depan diharapkan dapat mencapai perkembangan sosial secara matang, dalam arti ia memiliki penyesuaian sosial yang tepat. Penyesuaian sosial ini dapat diartikan sebagai kamampuan untuk mereaksi secara tepat terhadap realitas sosial, situasi dan relasi.Penyesuaian sosial ini, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Karakteristik penyesuaian remaja di tiga lingkungan tersebut adalah sebagai berikut:

(5)

1) Lingkungan Keluarga

a) Menjalin hubungan yang baik dengan anggota keluarga.

b) Menaati peraturan yang ditetapkan orang tua.

c) Menerima tanggung jawab dan norma-norma keluarga.

d) Berusaha untuk membantu anggota keluarga.

2) Lingkungan Sekolah

a) Bersikap menerima peraturan sekolah.

b) Berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan sekolah.

c) Menjalin persahabatan dengan teman-teman di sekolah.

d) Bersikap hormat terhadap guru, pemimpin sekolah dan staf sekolah 3) Lingkungan Masyarakat

a) Mengakui dan menghormai hak-hak orang lain.

b) Memelihara jalinan persahabatan dengan orang lain.

c) Bersikap simpati terhadap kesejahteraan orang lain.

d) Bersikap menerima terhadap nilai-nilai, hukum, dan tradisi masyarakat (Syamsu Yusuf LN, 2004: 199)

e. Perkembangan Etika

Melalui pengalaman atau berinteraksi sosial dengan orang tua, guru, teman sebaya, atau orang dewasa lainnya, tingkat etika remaja sudah lebih matang jika dibandingkan dengan usia anak-anak. Mereka sudah lebih mengenal tentang nilai-nilai etika atau konsep-konsep akhlak, seperti kejujuran, keadilan, kesopanan dan kedisiplinan.

Pada masa ini muncul dorongan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat dinilai baik oleh orang lain. Remaja berperilaku bukan hanya untuk memenuhi kepuasan fisiknya, tetapi juga psikologis (rasa puas dengan adanya penerimaan dan penilaian positif) dari orang lain tentang perbuatan yang telah dilakukannya (Syamsu Yusuf LN, 2004: 200).

f. Perkembangan Kepribadian

Kepribadian merupakan sistem yang dinamis dari sifat, sikap dan kebiasaan yang menghasilkan tingkat konsistensi respon individu yang

(6)

beragam (Syamsu Yusuf LN, 2004: 200).Sifat-sifat kepribadian mencerminkan perkembangan fisik, emosional, sosial, kognitif dan nilai-nilai.

Masa remaja merupakan saat berkembangnya identitiy (jati diri).Perkembangan identity merupakan aspek sentral pada masa remaja yang memberikan dasar bagi masi dewasa. Perkembangan identity ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya sebagai berikut:

1) Iklim keluarga, yaitu yang berkaitan dengan interaksi sosial-emosional antaranggota keluarga, sikap dan perlakuan orang tua terhadap anak.

Apabila hubungan antaranggota keluarga harmonis, serta sikap perlakuan orang tua terhadap anak positif, maka remaja akan mampu mengembangkan identitasnya secara matang. Namun, apabila sebaliknya, maka remaja akan mengalami kegagalan dalam mencapai identitasnya secara matang, ia akan mengalami kebingungan, konflik dan frustasi.

2) Tokoh idola, yaitu orang-orang yang menurut persepsi remaja sebagai figur yang memiliki posisi di masyarakat.

3) Peluang pengembangan diri, yaitu kesempatan untuk melihat ke depan dan menguji dirinya dalam kehidupan yang beragam. Dalam hal ini eksperimentasi atau pengalaman dalam menyampaikan gagasan, penampilan peran-peran dan bergaul dengan orang lain (dalam aktifitas yang positif) sangat penting bagi perkembangan identitasnya (Syamsu Yusuf LN, 2004: 202).

4) Berdasarkan paparan di atas, dapat dikemukakan bahwa remaja dapat dipandang telah memiliki identitas matang (sehat), apabila sudah memiliki pemahaman dan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri, keluarga, sekolah, dan masyarakat.

g. Perkembangan Kesadaran Beragama

Kamampuan berpikir abstrak remaja memungkinkannya untuk dapat mentransformasikan keyakinan beragamanya.Dia dapat mengapresiasi kualitas keabstrakan Tuhan sebagai yang Maha Adil, Maha Kasih Sayang.Berkembangnya kesadaran atau keyakinan beragama, seiring dengan

(7)

mulainya remaja menanyakan atau mempermasalahkan sumber-sumber otoritas dalam kehidupan (Syamsu Yusuf LN, 2004: 204).

Apabila remaja kurang mendapat bimbingan keagamaan dalam keluarga, kondisi keluarga yang kurang harmonis, orang tua yang kurang memberikan kasih sayang dan berteman dengan kelompok sebaya yang kurang menghargai nilai-nilai agama, maka kondisi tersebut akan menjadi pemicu berkembangnya sikap dan perilaku remaja yang jauh dari nilai-nilai agama, seperti perbuatan asusila, minuman-minuman keras, penyalahgunaan obat- obatan terlarang, dan sebagainya.

2. Organisasi Remaja Masjid

Istilah organisasi berasal dari perkataan organon yang berarti “alat” atau instrumen. Kamus administrasi memberikan definisi bahwa organisasi adalah suatu sistem usaha kerja sama daripada sekelompok orang untuk mencapai tujuan bersama. Jadi, organisasi adalah sebuah perangkat untuk mencapai sasaran- sasaran tertentu.(Moh. E. Ayub, dkk, 1996:31).

Remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Intelegensi dalam masyarakat (dewasa) mempunyai banyak aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber. Termasuk juga perubahan intelektual yang mencolok. Transformasi intelektual yang khas dari cara berpikir remaja ini memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan ini (Mohammad Ali & Mohammad Asrori, 2008:9).

Masjid berasal dari bahasa Arab sajada yang berarti tempat sujud atau tempat menyembah Allah SWT. Bumi yang kita tempati ini adalah masjid bagi kaum muslimin. Setiap muslim boleh melakukan shalat di wilayah mana pun di bumi ini. Masjid tidak bisa dilepaskan dari masalah shalat. Setiap orang bisa melakukan shalat dimana saja. Selain itu masjid merupakan tempat orang berkumpul dan melakukan shalat secara berjamaah dengan tujuan meningkatkan solidaritas dan silaturahmi di kalangan muslim. (Moh. E. Ayub dkk, 1996:1)

(8)

Fungsi utama masjid adalah tempat sujud kepada Allah SWT atau tempat untuk beribadah kepada-Nya. Selain itu masjid berfungsi untuk (Moh. E. Ayub dkk, 1996:8):

1) Masjid merupakan tempat musyawarah kaum muslimin guna memecahkan persoalan-persoalan yang timbul dalam masyarakat.

2) Masjid merupakan tempat kaum musliminberkonsultasi, mengajukan kesulitan-kesulitan, meminta bantuan dan pertolongan.

3) Masjid merupakan tempat membina keutuhan ikatan jamaah dan gotong royong di dalam mewujudkan kesejahteraan bersama.

4) Masjid merupakan wahana untuk meningkatkan kecerdasan dan ilmu pengetahuan muslimin

5) Masjid merupakan tempat melaksanakan peraturan dan supervisi sosial.

Dalam kurun Nabi dan masa yang segera menyusul sesudah itu, ajaran Islam diberikan dan diterima di masjid. Ajaran bagi tingkat masyarakat waktu tiu baru berbentuk pengetahuan, dalam masyarakat yang sudah berkembang, ajaran itu sudah berbentuk ilmu, yang meminta lembaga dan institut khusus untuk memberikan dan menerimanya.

Zaman Islam sebelum mongol di India, adalah sistem pendidikan yang teratur hanya di masjid. Masjid al-aqsa dahulu dikelilingi oleh sekolah-sekolah, yang sekarang masih dapat ditemukan peninggalanya. Dalam perkembangan kebudayaan Islam ajaran Islam telah berbentuk ilmu itu keluar dari masjid menempati gedung atau bangunan-bangunan tersendiri, tapi tetap berhubungan dengan masjid. Ilmu tidak menilai dan ia sendiri sesungguhnya bukan ujud nilai etika. Ia tidak menghukum baik atau tidaknya,wajar atau tidaknya dan ia sendiri bukan berujud baik atau buruk, yang menilai secara etis adalah filsafat dan bukan ilmu yang netral sifatnya. Manuisa menumbuhkan dan mengembangkan ilmu untuk kepentinganya. Kepentingan itu dapat disimpulkan dalam dua istilah yaitu kemakmuran dan kesejahteraan. Penilaian ilmu karena itu bergantung kepada penilaian manusia yang berdiri di belakangnya. Ia dapat dipergunakan oleh manusia untuk kebaikan atau keburukan. Jadi ilmu itu menjadi bertentangan dengan tujuan semula apabila digunakan untuk keburukan, hal ini karena fikiran

(9)

manusia yang mempergunakanya dikendalikan oleh nafsu keburukan. Agar fikiran yang mengembangkan dan memakai ilmu untuk dikendalikan oleh kebenaran, berdirilah masjid di pusat-pusat kegiatan kaum ilmu itu. Sebab ilmu di tangan orang takwa akan mewujudkan tujuan semula dalam menciptakan ilmu. Masjid selalu mengawasi, mengkritik dan menilai apakah ia dikerjakan untuk kebenaran.

Masjid menjadi pengikat akan takwa bagi semua orang yang berhubungan dengan ilmu. Menghubungkan masjid dan ilmu tidak akan menimbulkan keheranan sama sekali pada sebagian tetapi menghubungkan masjid dengan kesenian, pastilah akan menimbulkan tanda tanya. (Sidi Ghazalba, 1994: 219-221)

Dari pengertian di atas, organisasi remaja masjid dapat diartikan sebagai suatu sistem usaha kerja sama daripada sekelompok remaja Islam dengan menjadikan masjid sebagai sarana dan pusat kegiatan dalam mencapai tujuan yang diinginkan bersama.

Dalam masyarakat yang berpacu dengan kemajuan zaman, dinamika masjid sekarang ini banyak yang menyesuaikan diri dengan kemajuan ilmu dan teknologi. Artiny masjid tidak hanya berperan sebagai temapt ibadah shalat tetapi juga sebagai wadah beraneka kegaiatan jamaah. Sebab masjid merupakan integritas dan identitas umat Islam yang mencerminkan tata nilai keislamannya.

Dengan demikian pula peranan masjid tidak hanya menitikberatkan pada aktivitas yang bersifat akhirat tetapi memperadukan antara aktivitas ukhrawi dengan duniawi. (Moh. E. Ayub dkk, 1996:10)

Masjid sebagai pusat pembinaan umat Islam mengandung pengertian bahwa pembinaan harus dilakukan secara berkelanjutan dan meliputi bidang material dan spiritual sehingga terjelma profil umat Islam yang lengkap sesuai dengan pertumbuhan jiwa dan fisik.Para remaja masjid, pembinaan masjid semestinya dapat membimbing dan memperkembangkan jiwa dan fisik mereka.

Remaja Masjid kini merupakan suatu komunitas sendiri dalam masjid.

Mereka adalah kader yang berupaya untuk membentengi para remaja agar tidak terjerumus ke dalam tindakan kenakalan yang meresahkan orang banyak.

Kehadiran mereka menambah kemakmuran masjid dan meringankan tugas pengurus masjid. Kegaiatan-kegiatan mereka bermanfaat tidak hanya untuk

(10)

kepentingan mereka sendiri, akan tetapi untuk kepentingan remaja umumnya dan masyarakat luas. Dalam masyarakat remaja masjid menempati kedudukan yang khas, mereka menyandang nama masjid, tempat suci, tempat ibadah, rumah Allah.

Sebuah imbusan status dengan harapan mereka mampu menjaga citra masjid dan nama baik umat Islam. mereka hendak menjadi teladan untuk remaja-remaja lainya dan ikut membantu memecahkan berbagai problematika remaja di lingkungan masyarakat. Ketika remaja menghadapi problema dan tingkat kenakalan hingga dekadensi moral sekalipun, remaja masjid dapat menunjukan kiprahnya melalui berbagai kegiatan. Jika kegiatan yang ditawarkan itu menarik perhatian dan diperkenalkan dengan pendekatan yang simpatik mereka dapat diajak mendatangi masjid, mengkuti kegiatan-kegiatan di masjid dan jika perlu mengajak mereka menjadi anggota remaja masjid. Kiprah remaja masjid akan dirasakan manfaat dan hasil-hasilnya manakalah mereka bersungguh-sungguh dan aktif dalam melakukan berbagai kegiatan, baik masjid maupun di dalam masyarakat. Hal ini membutuhkan remaja masjid tidak pasif, mereka peka terhadap problematika masyarakat. Sehingga keberadaanya benar-benar memberi arti dan manfaat bagi dirinya sendiri, kelompoknya dan bagi masyarakatnya.

Disamping itu citra masjid pun akan menjadi baik dan diharapkan akan semakin makmur.(Moh. E. Ayub dkk, 1996:156-157)

Pembinaan remaja masjid ini dapat dilakuka dengan jalan, anatara lain (Moh.

E. Ayub dkk, 1996:142):

1) Melakukan bimbingan agama dan moral secara rasional;

2) Melakukan bimbingan berdiskusi dan musyawarah;

3) Menyediakan buku bacaan tentang agama, moral dan ilmu pengetahuan 4) Memberikan kesempatan untuk berperan dan bertangungjawab sebagai

orang dewasa melalui wahana organisasi;

5) Memberikan perlindungan terhadap pengaruh negatif dari lingkungan dan media masa

6) Pembimbingan dan mengawasi muda mudi 7) Menyalurkan hobi yang bermanfaat

8) Memberikan kesempatan berolahraga dan

(11)

9) Memberikan kesempatan berpiknik

Keberadaan remaja masjid sudah sepatutnya mendapat perhatian pengurus masjid.Mereka merupakan calon dan kader pemimpin kepemimpinan masjid.Mereka juga pendamping aktif pengurus masjid dalam melaksanakan tugas dan kegiatanya.Wajar jika pengurus perlu menunjukan sikap yang baik terhadap mereka.Sehingga mereka betah melakukan aktivitas masjid, simpatik terhadap pengurus dan lebih mencintai masjid. Pengurus masjid yang tidak bersikap baik terhadap remaja masjid hanya akan menyulut konflik. Mereka akan bersikap antipati tidak bisa kerja sama, penuh kritik dan protes terhadap pengurus, masa bodoh terhadap kegiatan-kegiatan masjid, sehingga usaha meramalkan dan memakmurkan masjid masjid jadi terhambat. (Moh. E. Ayub dkk, 1996:108):

1) Kebapakan

Disamping memberikan bimbingan dan pembinaan pengurus sebaliknya bertindak sebagaimana layaknya bapak terhadap remaja masjid.Ada kedekatan dan keakraban seperti dalam sebuah keluarga.Segala kebutuhan remaja masjid senantiasa mendapat bantuanya.Pengurus tidak tinggal diam ketika remaja masjid menghadapi masalah dan kesulitan.

Sikap ini membuat remaja masjid akan lebih dekat dan terbuka terhadap pengurus masjid. Mereka takan segan mengutarakan masalahnya, pandangan, dan pemikiran mereka menyampaikan mereka yang dihadapi; membicarakan berbagai program dan kegiatan yang akan dilaksanakannya, dan sebagainya.

Pengurus masjid pun akan mudah mengajak remaja masjid untuk bersama- sama membangun memajukan dan memakmurkan.

2) Komunikatif

Pengurus masjid juga perlu bersikap komunikatif terhadap remaja masjid.Artinya pengurus senantiasa berkomunikasi dengan remaj masjid. Jika yang satu berbicara yang lain mendengarkan. Remaja masjid diajak bertkar pikiran, berdiskusi, berdialog dan bermusyawarah bahkan berdebat dengan cara yang bijaksana. Hidupnya komunikasi dapat memperat hubungan disamping menumbuhkan sikap demokrati sehingga berbagai kegiata masjid dapat direncanakan, dilaksanakan dan dirasakan bersama. Dengan demikian,

(12)

semua pihak merasa terlibat dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan pemanfaatan hasil-hasilnya dalam usaha memajukan dan memakmurkan masjid.

3) Terbuka

Bersikap terbuka artinya pengurus tidak segan-segan mengutarakan kepada remaja masjid berupa gagasan, rencana, dan program kegiatan yang dilaksanakan, kebijaksanaan yang hendak diambil, berbagai masalah dan kendala yang dihadapi, keadaan dan perkembangan keuangan masjid sehingga mereka memiliki pemahaman yang menyeluruh atas masalah pengurus dan berusaha membantu pengurus sesuai dengan kemampuan mereka.

Dalam pelaksanaanya remaja masjid mengalami berbagai problematika maka dengan hal ini perlu adanya pembinaan yang dilakukan kepada remaja masjid. Di atas telah dijelaskan mengenai pembinaan remaja masjid yang dilakukan oleh pengurus masjid. Namun hal itu tidak cukup untuk menanggulangi permasalahan yang terjadi pada remaja masjid. Remaja masjid harus mengatasi sendiri permasalahan yang terjadi, di bawah ini akan di jelaskan mengenai cara remaja masjid untuk menanggulangi problematika yang terjadi, diantaranya:

1) Membina kerjasama remaja masjid

Remaja masjid sebagai bagian dari remaja pada umumnya dewasa ini berhadapan dengan berbagai problem remaja yang muncul di dalam masyarakat.Ada kenakalan remaja, perkelahian pelajar, penyalahgunaan narkotika dan obat terlarang, pergaulan bebas dan sebagainya.Keadaan ini membuat resah dan gelisah para orang tua dan masyarakat. Jika keadaan ini berlarut, akan timbul kerusakan dalam masyarakat. Masa depan para remaja itu sendiri rusak juga masa depan bangsa, negara dan agama.

Remaja masjid tentu tidak akan terperosok ke dalam perbuatan dan prilaku yang negatif. Sebagai rasa tanggung jawab terhadap sesamanya dan sebagai muslim, mereka tidak boleh bersikap masa bodoh terhadap problematika remaja tersebut. Mereka diharapkan pula dapat membantu memecahkan dan menanggulangi bahaya yang mengancam generasinya.Dalam usaha

(13)

memecahkan dan menanggulangi problematika remaja dalam masyarakat, kegiatan-kegiatan yang dapat dilaksanakan adalah sebagai berikut (Moh. E.

Ayub dkk, 1996: 146-148):

a) Pengajian Remaja

Agama merupakan benteng yang paling kuat dalam menghadapi berbagai pengaruh dan perbuatan yang negatif.Dengan pemahaman agama, mereka sukar terpengaruh dan terperosok ke dalam perbuatan dan tindakan yang negatif dan merusak. Apabila agama cukup ditanamkan, misal melalui pengajian remaja, berbagai problematika remaja tidak akan muncul dalam masyarakat. Pengajian ini diadakan dan dilaksanakan oleh remaja masjid.Melalui pengajian ini dapat ditanamkan nilai-nilai ajaran agama yang dapat membentengi dirinya dari berbagai pengaruh dan perbuatan negatif.

b) Diskusi Remaja

Problematika remaja di dalam masyarakat dibicarakan dalam diskusi ini, guna mengupayakan pemecahan dan penanggulanganya.Wadah ini juga merupakan ajang bertukar pikiran.Mereka mengemukakan pendapat secara bebas tentang masalah yang mereka hadapi.Dari mereka pula diperoleh gagasan-gagasan yang jernih dan relevan dengan permasalahan yang dihadapi.

c) Jumpa Remaja

Acara jumpa remaja adalah mengundang para remaja yang ada di sekitar masjid untuk bersama-sama berkumpul, berbincang-bincang, makan bersama dan sebagainya. Kegiatan ini mungkin diadakan di masjid, mungkin juga dilaksanakan di tempat lain: di rumah, di taman, atau di gedung pertemuan. Kegiatan ini selain untuk saling mengenal menyambung silaturahmi juga untuk bersama-sama menghindarkan diri dari hal-hal yang negatif dengan cara saling menasehati dan memperingatkan.

(14)

d) Kemah Remaja

Kegiatan kemah remaja melibatkan sejumlah remaja masjid berkemah bersama.Disitu digelar sejumlah acara yang terarah bermanfaat bagi para remaja.bakti sosial dalam masyarakt di tempat berkemah patut benar dimasukan kedalam agenda acara, sehingga remaja terlatih memperhatikan dan memperdulikan masyarakat sekitarnya.Melalui perkemahan ini diharapkan bukan saja mereka saling mengenal, melainkan juga dapat merancang dan melakukan kegiatan-kegiatan bersama yang positif.

e) Olahraga dan Kesenian

Halaman masjid yang memadai dapat dijadikan tempat berolahraga.

Tempat yang lain pun boleh-boleh saja digunakan yang penting mereka memiliki kegiatan bersama dalam sekurang-kurangnya satu cabang olahraga. Begitu pula di bidang kesenian.Melalui kedua sarana ekspresi diri itu diharapkan energi remaja tersalurkan secara positif.

Tentunya masih banyak kegiataan lain yang dapat dilaksanakan remaja masjid dalam usaha membantu memecahkan dan menanggulangi problemartika remaja dalam masyarakat. Tergantung kesungguhan, kemauan, dan kemampuan mereka sendiri.Bila mereka belum mampu menghidupkan semuanya, melaksankan salah satu kegiatan pun cukup. Kegiatan semacam ini memperlihatkan kesadaran dan tanggung jawab remaja masjid terhadap problematika yang dihadapi saudara-saudara dalam masyarakat.

2) Remaja Masjid dan Masyarakat

Remaja masjid merupakan bagian dari suatu lingkungan masyarakat.Berbagai problematika yang muncul dalam masyarakat tidak lepas dari tugas dan tanggung jawabnya untuk membantu memcahkanya.Sebaliknya berbagai kegiatan remaja masjid perlu mendapat dukungan dari masyarakat.

Kegiatan remaja masjid mengalami hambatan disebabkan beberapa faktor diantaranya:

a) Remaja masjid kurang dikenal keberadaanya dan kiprahnya dalam masyarakat;

(15)

b) Remaja masjid bersifat eksklusif (tertutup), menjauhakan diri dari masyarakat;

c) Masyarakat apriori (menilai negatif) terhadap remaja masjid, karena pandanganya yang keliru dan salah dengan mengkotakkan remaja sebagai kelompok keras kepala;

d) Masyarakat beriskap masa bodoh dan tidak mau tahu. Karena remaja masjid mereka pikir sepenuhnya merupakan urusan masjid dan pengurusnya.

Faktor di atas oleh remaja masjid perlu ditanggulangi dengan melakukan langkah-langkah seperti (Moh. E. Ayub dkk, 1996: 148-150):

a) Melakukan Kegiatan dalam Masyarakat

Keaktifan remaja masjid dapat dilihat dengan melakukan kegiatan- kegiatan yang menyangkut kebutuhan masyarakat, baik untuk kalangan remaja maupun masyarakat pada umumnya, seperti olahraga, kesenian, bakti sosial, pemberantasan buta huruf al-Qur’an, santunan dan bea siswa pada anak yatim merupakan bentuk kegiatan yang dapat dirasakan manfaatnya langsung oleh masyarakat. Citra remaja masjid akan positif manakala mereka melakukan kegiatan-kegiatan yang positif dan bermanfaat dalam masyarakat. Dengan demikian masyarakat tidak akan segan untuk membantu dan memberikan dukungan atas kegiatan- kegiatan positif yang dilaksanakan oleh remaja masjid.

b) Berpartisipasi dalam Kegiatan Masyarakat

Keterlibatan remaja masjid dalam kegiatan masyarakat perlu untuk dilaksankan, misalnya terlibat dalam kerja bakti membersihkan lingkungan perlombaan, pembangunan sarana keamanan dan olahraga.

Sehinga kiprah dan keberadaan remaja masjid dikenal, citra remaja masjid dalam masyarakat terangkat dan pandangan-pandangan negatif terhadap mereka pun akan sirna.

c) Mengundang Masyarakat ke Masjid

Dalam melaksanakan berbagai kegiatan di masjid hendaknya remaja masjid mengundang masyarakat sekitarnya.Undangan ini secara simbolik

(16)

merupakan proklamasi diri remaja masjid.Mereka memperkenalkan diri dan memperkenalkan kiprah mereka, sehingga jalinan kerja sama yang baik dengan masyarakat dapat dicapai. Pihak yang diundang akan merasa terhormat dan berharga. Kehadiran masyarakat dengan hadirnya memperlancar kegiatan-kegiatan remaja masjid yang dilaksanakan di masjid.Bila kegiatan mereka positif dan bermanfaat, masyarakat pun takan keberatan mendatangi masjid.

d) Berdialog dengan Masyarakat

Mengadakan dialog dengan masyarakat besar menfaatnya untuk menumbuhkan saling pengertian. Remaja masjid dapat mengenalkan dan menjelaskan keberadaan dan program-program kegiatanya. Masyarakat akan mendenarkan secara langsung tentang jati diri remaja masjid tanpa menelan begitu saja asumsi-asumsi umum yang biasanya bernada negatif tentang remaja. selain itu, dari masyarakat kita dapat pula diminta saran dan pendapat-pendapat sebagai bahan masukan, disamping bantuan materi.

Dengan pelaksanaan berbagai kegiatan di atas oleh remaja masjid.Keberadaan dan kiprah mereka tampak di mata masyarakat. Mereka akan diakaui, bahkan mungkin di segani oleh kalangan remaja lainya dalam masyarakat. Rasa simpati pun muncul karena citra positif yang melekat pada diri remaja masjid. Apabila masyarakat telah menaruh simpati terhadap mereka, pihak yang bersimpati pun akan dengan senang hati mambantu memberikan dukungannya.

3) Jamaah dan Remaja Masjid

Remaja masjid adalah bagian dari jamaah masjid.Mereka hanya saja sebagai anggota jamaah yang lebih muda, mereka harus bersikap hormat terhadap yang lebih tua.Kaum yang tua pun sepatutnya membimbing, mengayomi dan memperlakukan mereka sebagaimana layaknya perlakuan bapak terhadap anak-anaknya.

Remaja masjid umumnya memiliki semangat yang tinggi dan dinamis.Mereka belum mempunyai beban pribadi dan keluarga dalam

(17)

hidupnya.Mereka memiliki waktu banyaak, sehingga lebih berpeluang terlibat di dalam kegiatan-kegiatan di masjid.Sedangkan jamaah masjid yang sudah tua memiliki keterbatasan, karena kesibukan pekerjaan dan kewajibanya menyantuni keluarga.Meskipun demikian, remaja masjid memiliki kekurangan dan kelemahan.Dalam hal ini jmaah masjid dapat mengatasi ke kurangan dan kelemahan para remaja masjid dengan berbagai bantuan, diantaranya (Moh. E. Ayub dkk, 1996: 150-152):

a) Pemikiran

Selain belum banyak pengalaman, pemikiran dan pertimbangan remaja masjid yang masih tergolong muda usianya tentu masih kurang atau belum matang.Kewajiban jamaahlah membuka wawasan kaum muda itu hingga mereka perlahan mampun berfikir dan mempertimbangkan sesuatu secara dewasa, baik diminta maupun tidak.

b) Dana

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan remaja masjid sudah tentunya memerlukan sejumlah dana. Tanpa adanya dana, kegiatan mereka tidak akan berjalan sebagaimana yang diharapkan. Oleh karena itu disamping menyumbangkan sumbangan fikiran, jamaah masjid diharapkan terlibat pula membantu remaja masjid dengan memberikan dana baik sumbangan insidental dan donatur tetap.

c) Bimbingan

Lantaran mereka belum banyak pengalaman dalam melaksanakan kegiatan, baik di masjid maupun di dalam masyarakat.Mereka perlu di bimbing oleh pengurus dan jamaah masjid yang lebih berpengalaman.

Bimbingan yang perlu diberikan kepada meraka dapat berupa:

d) Nasihat

Nasihat ataupun petunjuk langsung dari jamaah kepada remaja masjid dalam melaksanakan kegiatan-kegiatanya akan dirasakan sangat berguna.

Dalam bentuk melembaga, remaja masjid dapat meminta sesorang atau lebih dari jamaah untuk menjadi tenaga penasihat mereka.

(18)

e) Pelatihan

Jamaah dapat pula memberikan bimbingan melalui berbagai pelatihan yang diadakan, baik oleh pengurus maupun oleh remaja masjid itu sendiri.Jmaah yang berbobot maju sebagai pelatih dengan memberikan bimbingan praktis sesuai dengan kebutuhan mereka, sehingga mereka dapat melaksanakan kegiatan-kegiatanya dengan baik dan sukses.

f) Kontrol

Sebagai anak muda yang belum matang dan dewasa, remaja masjid terkadang berbuat dan bertindak sebrono.Agar mereka terhindar dari penyimpangan-penyimpangan dalam aktivitasnya, mesti ada yang mengontrol atau mengawasinya.Di sini jamaah masjid dapat berperan dengan memberikan teguran dan peringatan kepada remaja masjid.

Apabila mereka mulai berjalan di luar rel. Berkat kontorl dari jamaah, mereka pun akan bersikap hati-hati dan melakukan kegiatan dengan pertimbangan yang matang.

B. Kegiatan Keagamaan Remaja Masjid 1. Pengertian Kegiatan Keagamaan

Kegiatan keagamaan berasal dari dua kata yaitu kegiatan/ aktivitas dengan keagamaan. Sebelum menjelaskan pengertian tentang kegiatan keagamaaan, akan dijelaskan terlebih dahulu tentang kata tersebut.

Kegiatan atau aktivitas berasal dari kata dalam bahasa inggris “activity” yang berarti “aktivitas, kegiatan atau kesibukan”. Aktivitas juga berarti pekerjaan atau kesibukan (John M. Echols dan Hasan Sadily, 2000:10). Dalam enslikopedi administrasi diakatakan aktivitas adalah suatu kegiatan yang mengandung maksud tertentun dan memang dikendalikan oleh yang melakukan (Pariatra Westra, 2000:

14). Menurut A. Mursal, dkk, dalam kamus ilmu jiwa dan pendidikan mendefinisikan aktivitas dengan kecerdasan, kegiatan atau kerajinan bekerja (A.

Murshal, 2000:15). Dalam kamus psikologi mengartikan aktivitas dengan kegiatan yang dilakukan sebagai reaksi terhadap rangsangan sekitar (Wulyo, 2000: 8). Dalam buku sosiologi menjelaskan bahwa pengertian aktivitas lebih luas yaitu hal-hal yang dilakukan manusia, dorongan atau prilaku dan tujuan yang

(19)

terorganisir, berfungsi organisme dan tanggapan yang terorganisasi (Soejono Soekanto, 2011: 8). Jadi yang dimaksud dengan pengertian aktivitas atau kegiatan adalah adanya kekuatan dalam melakukan sesuatu kesibukan yang segala pekerjaan atau organisasi sudah terprogram/ terinci dan terkendali guna mencapai tujuan yang digariskan.

Sedangkan kata keagamaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia keagamaan berasal kata agama yang kemudian mendapat imbuhan ke-dan imbuhan –an,sehingga membentuk kata baru yaitu “keagamaan ”. Jadi keagamaan disini mempunyai arti yang berhubungan dengan agama.Kata agama berarti segenap kepercayaan (kepada Tuhan, Dewa dan sebagainya) serta ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu.

Agama adalah suatu jenis sistem sosial yang dibuat oleh penganutnya- penganutnya yang berporos kepada kekuatan empiris yang dipercayai untuk mencapai keselamatan bagi mereka dan masyarakat luas umumnya (Hendro Puspito, 1998:34). Agama sebagai sumber inspirasi dan motivasi, sehingga mampu memberikan warna pada gerak dan tindakan manusia dalam segala lapangan kehidupan baik sebagai pemimpin maupun sebagai bawahan dalam melakukan supervisi maupun kegiatan lainya. Agama berasal dari bahasa Sanskrit yang berarti teks atau kitab suci, dan mengandung ajaran yang menjadi tuntunan hidup bagi penganutnya (Muh Imin, 1989:5).Agama juga dapat diartikan sebagai risalah yang disampaikan kepada Nabi sebagai petunjuk bagi manusia dan hukum- hukum sempurna untuk dipergunakan manusia dalam menyelenggarakan tata cara hidup yang nyata serta mengatur hubungan dengan dan tanggung jawab kepada Allah, kepada masyarakat dan alam (Abu Ahmadi, 1994: 4).

Adapun pengertian keagamaan adalah sifat yang terdapat dalam agama, segala sesuatu mengenai agama. Menurut Jalaludin menjelaskan bahwa keagamaan merupakan suatukeadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorong untuk bertingkahlaku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama (Jalaludin, 2001: 199). Sedangkan keagamaan menurut Hamka, diartikan sebagai hasil kepercayaandalam hati nurani, yaitu ibadah yang tertib lantaran sudah ada i’tikad lebihdahulu, menurut dan penuh karena iman (Hamka, 1987:

(20)

75).Untuk itu latihan keagamaan merupakan sikap yang tumbuh atau dimiliki seseorang dengan sendirinya akan mewarnai sikap dan tindakan dalam kehidupan sehari-hari. Bentuk sikap dan tindakan yang dimaksudkan yakni yang sesuai dengan ajaran agama yang dalam hal ini ajaran agama Islam.

Dari pengertian di atas bisa kegiatan keagamaan adalah usaha yang dilakukan seseorang atau kelompok yang dilaksanakan secara terus menerus maupun yang ada hubunganya dengan nilai-nilai keagamaan. Dikarenakan dalam hal ini ialah hubunganya pelaksanaan nilai-nilai agama Islam itu sendiri, misalnya seperti ceramah keagamaan, peringatan hari-hari besar Islam, shalat berjamaah, tadarus al-Qur’an dan lain-lain (Imam Munawir, 2001: 50). Jadi yang dimaksud dengan kegiatan keagamaan adalah segala bentuk kegiatan yang terencana dan terkendali, berhubungan dengan usaha untuk menanamkan dan menyebarluaskan nilai-nilai keagamaan. Dalam tahap pelaksanaanya dapat dilakukan oleh seorang maupun kelompok.

2. Faktor dan Fungsi Kegiatan Keagamaan a. Faktor Kegiatan Keagamaan

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan keagamaan yaitu sebagai berikut:

1) Minat

Minat adalaah kecenderungan yang tidak menetap dalam subjek, merasa menarik pada bidang/ hal tertentu dan merasa senang berkelompok dalam bidang tersebut. Dengan kata lain minat merupakan kegemaran atau perhatian seseorang kepada sesuatu, yang pada akhirnya menuntut seseorang tersebut untuk melaksanakan apa yang sudah menjadi daya tarik bagi dirinya untuk mengikuti kegaiatan keagamaan tersebut.

2) Bimbingan Guru

Dalam melaksanakan kegiatan keagamaan tentunya tidak terlepas bimbingan guru di sekolah, salah satunya dengan cara memberikan motivasi, arahan maupun keteladanan kepada para siswa untuk dapat dan terus aktif dalam bidang keagamaan. Peranan guru agama menjadi sangat penting karena guru agama tersebut menjadi kordinator dalam bidang

(21)

keagamaan. Guru agam tersebut harus bisa memberikan dorongan, ajakan, motivasi dan keteladanan yang bijaksana, sehingga mereka tidak merasa dipaksa.

3) Motivasi Orang Tua

Orang tua merupakan pendidik utama dan terutama serta hakiki bagi anak, anak biasanya menghabiskan waktu di lingkungan keluarga terutama dengan orang tua untuk turut dan aktif dalam kegiatan keagamaan sangat diperlukan oleh anak tersebut. Orang tua juga harus bisa memberikan dorongan, ajakan, motivasi, dan keteladanan yang bijaksana.

4) Pengaruh Lingkungan

Manusia diciptakan oleh Allah, selain diperuntukan mengabdi kepada Allah SWT., juga sebagai khalifah di muka bumi ini. Sebagai khalifah, manusia dituntut untuk bersosialisasi dengan lingkunganya, karena manusia memiliki peranan ganda yaitu selaku mengabdi kepada Allah dan memperbaiki hubungan dengan sesamanya erta memelihara lingkungan sekitar hidupnya. Keharusan remaja baik di lingkungan dimana ia tinggal maupun dimana ia mengenyam pendidikanya dapat dengan baik melaksanakan kegiatan keagamaan. Oleh karena itu, remaja dapat memelihara, memfilter dan memilih serta memilah waktu yang tepat, mana untuk berteman, mengerjakan pekerjaan rumah, dan meluangkan wakutunya untuk kegiatan keagamaan.

5) Sarana dan Prasarana Keagamaan

Yang dimaksud dengan sarana prasarana di sini ialah segala fasilitas yang tersedia untuk penyelenggaraan dan kelancaran kegiatan keagamaan.

Dengan adanya sarana prasarana yang menunjang maka pelaksanaan kegiatan akan berjalan dengan baik dan lancar yang pada akhirnya kegiatan keagamaan tersebut akan cepat berkembang dengan baik.

b. Fungsi Kegiatan Keagamaan

Adapun fungsi yang dapat diambil dari kegiatan keagamaan adalah sebagai berikut:

1) Pembinaa ukhuwah Islamiyah dan persatuan umat

(22)

2) Melahirkan fikrul Islamiyah dan kebudayaan Islam

3) Mempertinggi mutu keislaman dalam diri pribadi dan masyarakat 3. Bentuk-Bentuk Kegiatan Keagamaan Remaja Masjid

Adapun bentuk kegiatan keagamaan berupa kegiatan pengajian bersama, diskusi remaja, membaca Al-Qur’an, Shalat berjamaah, dzikir, jumpa remaja, kemah remaja dan olahraga serta kesenian. Agama merupakan benteng yang palin kuat dalam menghadapi berbagai pengaruh dan perbuatan yang negative. Dengan pemahaman agama, mereka sukar terpengaruh dan terperosok ke dalam perbuatan dan tindakan negative dan merusak. Apabila agama cukup di tanamkan dalam diri remaja maka problematika remaja tidak akan muncul dalam masyarakat. Dengan ini dapat ditanamkan nilai-nilai ajaran agama yang dapat membentengi diri remaja. adapun kegiatan yang dilakukan remaja masjid diantaranya:

a. Pengajian Remaja

Agama merupakan benteng yang paling kuat dalam menghadapi berbagai pengaruh dan perbuatan yang negatif.Dengan pemahaman agama, mereka sukar terpengaruh dan terperosok ke dalam perbuatan dan tindakan yang negatif dan merusak. Apabila agama cukup ditanamkan, misal melalui pengajian remaja, berbagai problematika remaja tidak akan muncul dalam masyarakat. Pengajian ini diadakan dan dilaksanakan oleh remaja masjid.

Melalui pengajian ini dapat ditanamkan nilai-nilai ajaran agama yang dapat membentengi dirinya dari berbagai pengaruh dan perbuatan negative (Moh.

E. Ayub, 1996: 147).

b. Diskusi Remaja

Problematika remaja di dalam masyarakat dibicarakan dalam diskusi ini, guna mengupayakan pemecahan dan penanggulanganya.Wadah ini juga merupakan ajang bertukar pikiran.Mereka mengemukakan pendapat secara bebas tentang masalah yang mereka hadapi.Dari mereka pula diperoleh gagasan-gagasan yang jernih dan relevan dengan permasalahan yang dihadapi (Moh. E. Ayub, 1996: 147)

c. Membaca al-Qur’an

(23)

Al-Qur’an secara etimologi diambil dari kata qara’a- yaqro u- qiraatan, wa qur’a nan yang berarti sesuatu yang dibaca. Jadi, arti al-qur’an secara lughowi adalah sesuatu yang dibaca. Oleh karena itu, al-qur’an harus dibaca dengan benar sesuai dengan makhroj (tempat keluar huruf) dan sifat-sifatnya dipahami, dihayati, dan diresapi makna-makna yang terkandung di dalamnya kemudian di amalkan. Secara etimologi, al-qur’an sebagaimana yang disepakati oleh para ulama dan ahli ushul fiqih adalah sebagai berikut: Al- Qur’an adalah kalam Allah yang mengandung mukjizat, diturunkan kepada Nabi Muhammad saw melalui Malaikat Jibril yang tertulis pada mushaf, yang diriwayatkan secara mutawatir, dinilai ibadah dalam membacanya, yang dimulai dari surah Al-fatihah dan diakhiri surah An-Naas. (Abdul Majid Khon, 2013: 1)

Abdurrahman an-Nahlawi (1989: 184) mengemukakan bahwa tujuan jangka pendek dari pendidikan al-Qur’an (termasuk di dalamnya tujuan pembelajaran membaca al-Qur’an) adalah mampu membaca dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid, memahami dengan baik dan menerapkannya. Di sini terkandung segi ubudiyah dan ketaatan kepada Allah, mengambil petunjuk dari kalam-NYa, taqwa kepada-Nya dan tunduk kepada- Nya.

Kegiatan membaca Al-Qur’an yang dilaksanakan remaja masjid diantaranya bertadarus al-Qur’an. Tadarus berasal dari bahasa arabyaitu tadaarus yang merupakan bentuk kata benda dari kata kerja tadaarasa- yatadaarasu yang bermakna saling mengajari atau belajar-mengajar. Tadarus Al-Qur’an dengan demikian bermakna proses belajar-mengajar Al-Qur’an.

Dalam tadarus Al-Qur’an, ada pihak yang mempelajari dan ada pihak yang menyimaknya. Kedua pihak saling bertukar ilmu pengetahuan seputar Al- Qur’an. (Irfan Supandi : 7-8) Pengertian tadarus di atas erat kaitannya dengan kegiatan membaca.Tadarus adalah kegiatan qiraah sebagian orang atas sebagian yang lain sambil membetulkan lafal-lafalnya dan mengungkap makna-maknanya (Ahmad Syarifuddin, 2004: 49)

d. Shalat berjamaah

(24)

Shalat adalah ibadah yang di dalamnya terjadi hubungan ruhani antara makhluk dan Khaliqnya. Shalat juga dipandang sebagai munajat berdoa dalam hati yang khusyu’ kepada Allah. Orang yang sedang mengerjakan shalat dengan khusyu’ tidak merasakan sendiri. Seolah-olah ia berhadapan dan melakukan dialog dengan Tuhan. Suasana spiritual seperti ini dapat menolong manusia untuk mengungkapkan berbagai permasalahan yang dihadapi. Dengan demikian, ia mendapatkan tempat untuk mencurahkan segala yang ada dalam pikirannya. Dengan shalat yang Khusyu’ orang akan mendapatkan ketenangan jiwa, karena merasa diri dekat dengan Allah dan memperoleh ampunan-Nya (Sururin, 2004: 190).

Sedemikian pentingnya shalat dalam pelaksanaannya dianjurkan untuk berjamaah. Duapuluh tujuh lipat pahala dan keutamaan mereka yang shalatnya berjamaah daripada shalat sendirian.Sistem berjamaah di masjid mengandung seribu satu nilai-nilai yang penting. Ia mendidik manusia menumbuhkan solidaritas sosial yang kuat dan ajaran persamaan antar manusia. Anggota-anggota jama’ah duduk dalam satu barisan tidak ada tempat yang diistimewakan. Semuanya sama-sama melakukan gerakan yang serupadan seirama. Mereka sujud dan ruku’ dengan disiplin atas satukomando

“Allaahu Akbar” dari imam. Salat ditutup dengan salam, artinya saling menyatakan selamat, sejahtera dan damai. Sesudah itu dimanifestasikan dengan saling berjabat tangan, untuk ikatan perdamaian dan persaudaraan.

Sama-sama menyatakan diri sebagai hamba Allah yang bersaudara tak ada permusuhan. Satu tujuan bersama mengabdi kepada Allah (Nasruddin Razak, 1989; 184).

Shalat diharapkan dapat menghasilkan akhlak yang mulia, yaitu bersikap tawadhu mengagungkan Allah, berzikir, membantu fakir miskin, ibn sabil, janda dan orang yang mendapat musibah. Selain itu shalat (khususnya jika dilaksanakan berjamaah) menghasilkan serangkaian perbuatan seperti kesejahteraan, imam dan makmum sama-sama berada dalam satu tempat, tidak saling berebut untuk menjadi imam, jika imam batal dengan rela untuk

(25)

digantikan yang lainnya. Selesai shalat berjabat tangan dan seterusnya. Semua ini mengandung ajaran akhlak (Abudin Nata, 2002: 158).

e. Peringatan Hari Besar Islam

Peringatan hari besar Islam, merupakan perayaan yang dilaksanakan oleh umat Islam dalam rangka memperingati hari besar atau hari bersejarah dalam Islam.Selain itu peringatan hari besar Islam diperingati sebagai syiar sekaligus sebagai sosialisasi kegiatan remaja masjid, dalam pelaksanaannya lebih menekankan pada isi atau hikmah yang terkandung di dalam peringatan hari besar Islam tersebut.

Kegiatan ini biasanya di isi dengan acara antara lain peringatan hari lahirnya Nabi Muhammad atau yang dikenal dengan sebutan Maulid Nabi, Israk Mi’raj, peringatan hari turunnya al-Qur’an yang disebut Nuzulul Qur'an, menyambut datangnya bulan ramadhan, dan halal bi halal setelah sebulan umat Islam melaksanakan ibadah puasa.

Pada dasarnya acara ini dilaksanakan dalam rangka merenung dan mempelajari kembali peristiwa penting yang telah terjadi di masa lampau untuk diambil ibarah atau pelajaran dari padanya sehingga menimbulkan kesadaran beragama.Dalam peringatan-peringatan itu para remaja diaktifkan secara penuh dalam penyelenggaraannya, seolah-olah remaja itulah yang mengadakanny, para guru hanya sekedar mendukung atau merestui.

Hendaknya diundang pembicara dari luar Desa, kadang-kadang juga tokoh Agama memberikan ceramah.

Ceramah resmi kira-kira empat puluh lima menit, ditambah dengan Tanya jawab (bila perlu) kira-kira lima belas menit, ada pembacaan ayat suci Al- Qur’an sebelum dimulai, lantas sambutan. Pelaksanaan berlangsung tidak lebih dari satu jam setengah secara keseluruhan. Panitianya diserahkan kepada para siswa, baik secara bergilir atau tidak. Ini penting sebagai suatu cara latihan siswa berorganisasi dan memimpin. Karena itu perlu juga sambutan panitia kurang lebih lima menit tidak lebih (Ahmad Tafsir, 2002:143 ).

(26)

f. Kegiatan Khitanan Massal

Masjid yang memiliki dana yang cukup ada pula yang mengisi acara hari- hari besar Islam dengan kegiatan khitanan massal bagi orang-orang yang tidak mampu. Kegiatan ini kini sudah menjadi tradisi sebagai salah satu bentuk dan sarana dakwah bil hal dalam masyarakat. Kegiatan ini besar artinya bagi pengurus masjid dan masyarakat. Masyarakat memperoleh manfaat yang nyata dari fungsi sosial masjid. (Moh. E. Ayub, 1996: 90)

Kegiatan-kegiatan yang menyangkut kebutuhan masyarakat, baik untuk kalangan remaja maupun masyarakat pada umumnya, seperti khitanan massal, olahraga, kesenian, bakti sosial, pemberantasan buta huruf al-Qur’an, santunan dan bea siswa pada anak yatim merupakan bentuk kegiatan yang dapat dirasakan manfaatnya langsung oleh masyarakat. Citra remaja masjid akan positif manakala mereka melakukan kegiatan-kegiatan yang positif dan bermanfaat dalam masyarakat. Dengan demikian masyarakat tidak akan segan untuk membantu dan memberikan dukungan atas kegiatan-kegiatan positif yang dilaksanakan oleh remaja masjid.(Moh. E. Ayub, 1996: 149)

g. Kegiatan Bulan Ramadhan

Setiap kehadiran bulan suci ramadhan, umat Islam menyambutnya degan khidmat. Di bulan Ramadhan, mushola dan masjid menjadi penuh dan ramai dikunjungi jamaah jika dibandingkan dengan hari-hari biasa. Masjid dan mushola menjadi penuh sesak oleh orang-orang yang menunaikan shalat tarawih, witir dan mendengarkan pengajian malam. Kegiatan-kegiatan yang biasanya dilaksanakan yaitu pesantren kilat. Kata pesantren kilat terdiri dari dua kata yaitu “pesantren” dan “kilat”. Dinamakan pesantren karena sistem dan tata-tata cara yang digunakan cenderung menggunakan sistem pesantren yang memiliki ciri khusus keislaman. Sedangkan dinamakan kilat karena waktu yang digunakan dalam rangka mengkaji materi keislaman relatif singkat.

Pesantren kilat dalam pelaksanaannya mempunyai tujuan untuk:

(27)

1) Memperdalam, memantapkan dan meningkatkan penghayatan ajaran agama Islam, khususnya tentang keimanan, ibadah dan akhlak, tarikh, al-Qur'an dan hadits.

2) Menerapkan dan mengamalkan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari dalam rangka membentuk mental spiritual yang tanggung, memiliki kepribadian yang kokoh dan mampu menghadapi tantangan- tantangan negatif yang datang dari dirinya sendiri maupun dari luar dirinya.

Pesantren kilat merupakan kegiatan pendidikan agama Islamyang diikuti oleh siswa SD, SMP/MTs, SMA/K, MA yangdiselenggarakan oleh remaja masjid pada waktu libursekolah.Dalam perkembangannya istilah pesantren kilat diubah sesuai dengan situasi dan kondisi pelaksanaannya. Misalnya pada liburanramadhan dinamakan pesantren ramadhan. istilah tersebut mempunyai kesamaan yang mendasar yaitu bagaimana dengan kegiatan tersebut dapat mengkondisikan suasana kehidupan yang Islami bagi remaja.

Pesantren kilat diselenggarakan dalam rangka memantapkan pemahaman untuk mengaktualisasikan nilai-nilai ajaran agama dalam kehidupan sehari- hari. Waktu penyelenggaraannya antara 4-6 hari pada hari libur (Abdul Rahman Shaleh, 2005: 180).Adapun acaranya antara lain sebagai berikut:

1) Pendalaman materi ibadah, akhlak, dan ilmu keislaman.

2) Praktek dan bimbingan Ibadah.

3) Pembiasaan akhlak mulia dalam kehidupan.

4) Polah pikir dan zikir.

5) Muhasabah.

Selain itu juga diselenggarakan kegiatan ceramah ramadhan, dan kuliah subuh. Pada tempatnya, kegiatan ini di adakan khusus untuk para remaja dan generasi muda Islam. (Moh. E. Ayub, 1996: 99)

h. Olahraga dan Kesenian

Halaman masjid yang memadai dapat dijadikan tempat berolahraga.

Tempat yang lain pun boleh-boleh saja digunakan yang penting mereka memiliki kegiatan bersama dalam sekurang-kurangnya satu cabang olahraga.

(28)

Begitu pula di bidang kesenian.Melalui kedua sarana ekspresi diri itu diharapkan energi remaja tersalurkan secara positif.

C. Solusi atas Problematika Remaja Masjid di Perkotaan 1. Problematika Remaja Masjid di Perkotaan

Dalam masyarakat yang modern, sering dibedakan antara masyarakat pedesaan (rural community) dengan masyarakat perkotaan (urban community).

Perbedaan tersebut sebenarnya tidak mempunyai hubungan dengan pengertian masyarakat sederhana karena dalam masyarakat modern, betapa pun kecilnya suatu desa, pasti ada pengaruh-pengaruh dari kota. Sebaliknya pada masyarakat bersahaja pengaruh dari kota secara relatif tidak ada. Perbedaan masyarakt perdesaaan denga perkotaan pada hakikatnya bersifat gradual. Agak sulit untuk memberikan batasan apa yang dimaksudkan dengan perkotaan karena adanya hubungan konsentrasi penduduk dengan gejala sosial yang dinamakan urbanisme.

Warga pedesaan merupakan suatu masayarakat yang mempunyai hubungan yang lebih erat dan lebih mendalam ketimbang hubungan mereka dengan warga masyarakat pedesaan lainya. Sistem kehidupan biasanya berkelompok atas dasar kekeluargaan. Penduduk masyarakat pedesaan pada umumnya hidup dari pertanian. Walaupun terlihat adanya tukang kayu, tukang genteng dan bata, tukang membuat gula dan bahkan tukang catut. Inti pekerjaan penduduk adalah pertanian. Pekerjaan di samping pertanian hanya pekerjaan sambilan saja karena bila tiba masa panen atau masa menanam padi, pekerjaan-pekerjaan sambilan tadi segera ditinggalkan. Golongan orang tua pada masyaralat pedesaan pada umumnya memegang peranan penting. Orang akan selalu meminta nasihat kepada mereka apabila ada kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Kesukaranya adalah orang tua mempunyai padangangan yang didasarkan pada tradisi yang kuat sehingga sukar untuk mengadakan perubahan-perubahan yang nyata. Pengendalian sosial masyarakat terasa begitu kuat sehingga perkembangan jiwa individu sangat sukar untuk dilaksanakan. Itulahj sebebnya mengaapa sulit sekali mengubah jalan pikiran yang sosial ke jalan pikiran yang ekonomis, yang juga disebabkan karena kurangnya alat-alat komunikasi. Salah satu adanya alat komunikasi yang berkembang adalah desas desus biasanya bersifat negatif. Apabila dihubungkan

(29)

dengan sudut pemerintahan, masayarakat pedesaan memiliki hubungan tidak resmi antara penguasa dengan rakyat. Segala sesuatu dijalankan atas dasar musyawarah. Disamping itu, karena tidak adanya pembagian kerja yang tegas, seorang penguasa sekaligus mempunyai beberapa kedudukan dan peranan yang sama sekali tidak dapat dipisahkan atau paling tidak sukar untuk dibeda-bedakan (Soerjono Soekanto, 2007: 136-138).

Berbeda dengan masyarakat pedesaan, masyarakat perkotaan adalah masyarakat kota yang tidak tentu jumlah penduduknya. Masyarakat kota sudah memandang penggunaan kebutuhan hidup, sehubungan dengan pandangan masyarakat sekitarnya. Ada beberapa ciri yang menonjol pada masyarakat kota, yaitu sebagai berikut (Soerjono Soekanto, 2007: 139-140):

a. Kehidupan keagamaan berkurang, hal ini disebabkan cara berfikir yang rasional.

b. Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain. Kehidupan keluarga sering sukar untuk disatukan karena perbedaan kepentingan, paham politik, agama dan seterunya. Para individu kurang berani untuk seorang diri menghadapi orng-orang lain dengan latar belakang pendidikan dan kepentingan yang berbeda.

c. Pembagian kerja diantara warga kota juga lebih tegas dan punya batasan- batasan nyata.

d. Kemungkinan untuk mendapat pekerjaan lebih banyak di peroleh.

e. alam fikiran rasional yang dianut masayarakat perkotaan, menyebabkan interaksi-interaksi yang terjadi lebih di dasarkan pada faktor kepentingan daripada faktor pribadi.

f. Jalan kehidupan yang cepat membuat pentingnya faktor waktu, sehingga pembagian waktu yang teliti sangat penting untuk dapat mengejar kebutuhan seorang individu.

g. Perubahan sosial tampang nyata karena biasanya terbuka dalam menerima pengaruh luar.

(30)

Hal tersebut terjadi di semua lapisan masyarakat, baik muda maupun tua.

Kehidupan kaum muda yang belum sepenuhnya terwujud kepribadianya menyebabkan sifat-sifat tertentu yang mengarah kepada hal negatif, seperti susah diatur karena mereka lebih senang mengikuti keinginan dirinya dengan menyesuaikan pola kehidupan baru di era globalisasi ini. Hal ini menjadikan problematika tersendiri khususnya untuk kalangan remaja yang berada di perkotaan. Permasalahan yang terjadi pada diri remaja di perkotaan penyalangunaan narkoba, kenakalan remaj, tawuran dan hal negatif lainya. Hal ini menandakan begitu bahaya kehidupan pada masa remaja apabila tidak antisipasi dengan solusi yang sesuai. Termasuk juga pada problematika yang melanda remaja masjid yang pada dasarnya selalu berusaha untuk meanggulangi problem tersebut. Remaja masjid dalam menyelenggarakan kegiatan-kegiatan keagamaan selalu mendapat tantangan baik dari diri remaja maupun luar diri remaja.

Seperti keadaan remaja masjid di Desa Pasindangan, yang pada dasarnya tidak jauh dari pola kehidupan perkotaan. Aktivitas yang kurang bermanfaaat di kalangan remaja pun terjadi pada remaja desa pasindangan. Rasa senang terhadap kehidupan yang berlebihan dan lemahnya mental remaja terhadap keagamaan, menyebabkan diri remaja semakin hanyut dengan hal-hal negatif. Keadaan zaman yang semakin maju menuntut remaja untuk menyesuaikanya tanpa di bekali dengan pemahaman yang sesuai. Hal ini terjadi dikarenakan beberapa faktor yaitu(Sudarsono, 1991:17-27):

a. Keadaan Keluarga b. Keadaan Sekolah c. Keadaan Masyarakat

Tantangan yang dihadapi remaja masjid dalam menyelenggarakan kegiatan keagamaan di wilayah perkotaan menjadi permasalah tersendiri bagi remaja masjid. Karakter masyarakat perkotaan yang pada dasarnya rendah dalam hal kegiatan keagamaan dan lemahnya upaya masyarakat perkotaan dalam menanggulangi permasalah tersebut menjadi faktor utama permasalah ini terjadi.

Keadaan ini harus segara diantisipasi baik dari pemerintah, masyarakat, keluarga atau remaja itu sendiri. Kerjasama diantara semuanya sangatlah perlu

(31)

agar problematika yang terjadi pada remaja masjid di perkotaan bisa segera diatasi.

2. Solusi atas Problematika Remaja masjid di Perkotaan

Menghadapi permasalahan yang terjadi pada remaja masjid di perkotaan, maka perlu adanya solusi yang ditawarkan agar permasalahan yang selama ini terjadi bisa di selesaikan dengan baik, sehingga remaja masjid bisa berkreasi dengan aktif dalam menyelenggarakan kegiatan-kegiatan keagamaan yang bermanfaat untuk kehidupan remaja pada umumnya.

Secara umum permasalah yang terjadi pada remaja masjid di perkotaan merupakan permasalahan remaja pada umumnya. Faktor keluarga, lingkungan dan sekolah menjadi hal yang sangat berpengaruh dalam pembentukan karakter remaja. problematika yang terjadi pada remaja bisa dilihat dari permasalahan setiap individu remaja dan permasalahan dari penyelenggaraaan kegiatan keagamaan itu sendiri. Untuk menanggulangi permasalah individu remaja pada umumnya perlu dilakukan beberapa cara, menurut Rogers dalam buku Sarlito W.

Sarwono ada lima ketentuan yang harus dipenuhi untuk membantu remaja dalam menghadapi permasalahnya, diantaranya:

a. Kepercayaan

Remaja itu harus percaya kepada orang yang mau membantunya (orang tua, guru, psikolog, ulama dan sebagainya).

b. Kemurnian hati

Remaja harus merasa bahwa penolong itu sungguh-sungguh mau membantunya tanpa syarat.

c. Kemampuan mengerti dan menghayati (emphaty)perasaan remaja.

Di sinilah diperlukan lagi tenaga profesional yang memang sudah terlatih untuk membangun empati terhadap klien-klien yang dihadapinya.

d. Kejujuran

Remaja mengharapkan penolongnya menyampaikan apa adanya saja, termasuk hal-hal yang kurang menyenangkan.

e. Mengutamakan persepsi remaja sendiri.

(32)

Dikarenakan lima ketentuan tersebut memerlukan keterampilan tertentu, maka pada remaja dengan perilaku menyimpang, khususnya yang sudah tidak bisa ditangani lagi oleh orang tua dan anggota keluarga sendiri, perlu kiranya dipikirkan permintaan bantuan seorang profesional, misalnya psikolog, guru BP, psikiater, konselor, pekerja sosial dan sebagainya. (Sarlito. W. Sarwono, 2011:

284-288 )

Sementara menurut Zakiah Darajat (2009: 155-156)untuk mengatasi remaja bermasalah sebagai berikut:

a. Perlu mengadakan saringan atau seleksi terhadap kebudayaan asing yang masuk, agar unsur-unsur yang negatif dapat dihindarkan.

b. Agar pendidikan agama, baik dalam keluarga, sekolah maupun masyarakat diintensifkan, supaya kehidupan beragama dapat terjamin dan selanjutnya nilai-nilai moral yang pasti, yang terdapat dalam ajaran agama itu akan membantu setiap pribadi untuk mendapat ketenangan jiwa, sehingga kegairahan untuk membangun itu ada.

c. Dalam kegiatan pembinaan itu sebaiknya pemerintah dengan wewenang yang ada padanya mengambil tindakan dan langkah-langkah yang tegas dengan mengikut sertakan semua lembaga, para ulama dan pemimpin masyarakat.

Hal di atas merupakan solusi untuk penanggulangan remaja yang telah menyimpang. Hal ini mungkin termasuk dalam cara menyelamatkan remaja dari permasalah-permasalahnya. Termasuk juga pada remaja masjid dalam menghadapi problematika yang terjadi, solusi di atas dilakukan ketika remaja masjid menghadapi permasalahn pada setiap diri remaja. kemudian mengenai solusi dalam menanggulangi problematika remaja masjid dalam menyelenggarakan kegiatan keagamaan diantaranya:

a. Musyawarah

Dalam mengatasi problematika remaja masjid di perkotaan, antara remaja masjid dengan remaja pada umumnya, jamaah dan masyarakat perlu senantiasa melakukan musyawarah. Melalui musyawarah diharapkan

(33)

berbagai pemikiran dan pandangan dapat dikemukakan dalam rangka mencari alternatif pemecahan permasalahan yang terbaik.

b. Keterbukaan

Menerapkan keterbukaan antara semua pihak dalam mengelola kegiatan- kegiatan akan menumbuhkan kepercayaan satu sama lain dan akan mendorong terlaksananya kegiatan dengan baik. Remaja masjid sebagai pengurus masjid harus bersifat terbuka, dengan keterbukaan remaja masjid memiliki menggerakan seluruh remaja. remaja pun akan merasa ikhlas menyumbangkan pemikiranya, senang turut melaksanakan berbagai kegiatan dan terlibat dalam mengatasi problematika remaja . interaksi yang demikian akan memajukan dan memakmurkan kegiatan-kegiatan keagamaan yang diselenggarakan oleh remaja masjid.

c. Kerja sama

Hubungan kerja sama antara remaja masjid dengan pengurus dan jamaah sangat diperlukan dalam mengatasi berbagai problematika masjid. Antara remaja masjid dengan pengurus dan jamaah harus memiliki sikap kepedulian dalam mensukseskan kegiatan-kegaiatan keagamaan yang di selenggarakan.

d. Kegiatan yang lebih kreatif

Remaja masjid hendaknya bekerjasama dengan pengurus masjid atau tokoh agama serta tokoh masyarakat dalam melaksanakan kegiatan yang lebih kreatif, yang mengundang antusias dan sesuai dengan karakter remaja di perkotaan. Baik itu kegiatan ibadah ritual, ibadah sosial maupun kegiatan kultural. Jadi disamping mengadakan kegiatan pengajian, ceramah, dan kuliah keagamaan, juga digiatkan pendidikan dengan membentuk kelompok belajar, kursus-kursus khusus agama atau kursus umum agama. Sehingga remaja bisa menyalurkan pikiran , kreativitas dan hobinya dengan cara menimba ilmu agama.

Dengan solusi yang ditawarkan di atas, diharapkan bisa menanggulangi problematika remaja masjid di perkotaan dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan keagamaan untuk kepentingan remaja dan masyarakat.

Referensi

Dokumen terkait

Kepemimpinan transformasional pada prinsipnya memotivasi bawahan untuk berbuat lebih baik dari apa yang biasa dilakukan, dengan kata lain dapat meningkatkan

(1983), Sastra Lagu Dalam Tembang Sunda , Proyek Pengembangan Institut Kesenian Indonesia Bandung: Sub Proyek Akademi Seni Tari Indonesia Bandung.. (1999), Estetika

Pada sapi Bali penciri ukuran yaitu lingkar dada dan penciri bentuk dalam dada lebih tinggi dibandingkan dengan sapi PO dan Sapi Aceh, pada sapi PO penciri ukuran yaitu

Luka bakar derajat III : Kerusakan meliputi seluruh ketebalan dermis dan lapisan yang lebih dalam, apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat,

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh whistleblowing system dan efektivitas audit internal terhadap pendeteksian kecurangan (fraud) pada Tiga BUMN di Kota Bandung.. Untuk

Sehubungan dengan hal terse-but penelitian ini diarahkan untuk menemukan dosis rGH ikan mas (rCcGH) terbaik yang dapat memacu laju pertumbuhan ikan gurame melalui

Ada hubungan yang positif dan signifikan dari masing-masing variabel yaitu motivasi keaktifan dan gaya belajar dengan prestasi belajar matematika siswa kelas X SMA

Neurodermatitis sirkumkripta atau juga dikenal dengan liken simpleks kronik adalah penyakit peradangan kronis pada kulit, gatal, sirkumkripta, dank has ditandai