• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi"

Copied!
145
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI DESKRIPTIF TENTANG PERILAKU PROSOSIAL

PENDONOR DARAH

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh : Nama : Devy Tumembouw NIM : 02 9114 035

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

MOTTO

“Si Buta yang Bermata Hati”

Rahayune Urip

Rahayune uripira ana sanga:

Kaping pisan, lumuh mlarat ing karsane.

Kaping pindho, nampa lakon ingkang prihatin.

Kaping telu, andhap asor ing atine.

Kaping papat, ngorong marang kabeneran.

Kaping lima, welas asih ing wong liya.

Kaping nenem, ati resik ora lamis.

Kaping pitu, dhemen rukun marang tangga.

Kaping wolu, merga bener wani rekasa.

Kaping sanga, pasrah Gusti yen diwada.

Sabda Dalem Gusti iku mau lakonana

(5)

Kupersembahkan karya ini untuk:

Ad Maiorem Dei Gloriam

(Alm.) Oma Elisabeth T. Erry

(Alm.) Papa M. L. Tumembouw dan Mama Tercinta

Adikku Sherina Tumembouw

Mama Olha Waworuntu

Tiara Panji Suhatno

(6)
(7)

ABSTRAK

D. Tumembouw( 2007).Studi Deskriptif Tentang Perilaku Prososial Pendonor Darah. Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

(8)

ABSTRACT

D. Tumembouw ( 2007). Yogyakarta :Descriptive Study about Blood Donor Prosocial Behaviour. Psychology Faculty Sanata Dharma University.

The purposes of the research were to understand the prosocial behaviour of blood donor. It also to found out the prosocial behaviour levels and the aspect that caused prosocial behaviour of blood donor.

The type of this research was the descriptive-quantitative research which was the research that designed to gathered an information about the status of symptoms when the research started by doing survey. The survey in this research were began with spreading the prosocial behaviour scale to the blood donor at PMI Yogyakarta. The information were checked by using computer program called SPSS for windows 12.00.

The sample of these research included the routine blood donor voluntary and changable blood donor with total respondents is 168. the details is 3 blood donor subject for try-out research and 138 blood donor subject for research.

(9)

KATA PENGANTAR

Satu langkah lagi terlewati dari perjalanan hidup di bidang akademisku. Selama 5 tahun itulah penulis telah mendalami ilmu Psikologi pada Universitas Sanata Dharma. Pada kesempatan ini, penulis ingin menghaturkan Sembah Nuwun Engkang Gusti Sing Maha Kuasa karena telah melimpahkan berkah kalian rahmat engkang kawulo sehingga penulis mampu menyelesaikan perjalanan akademis ini dalam bentuk skripsi.

Pada kesempatan ini pula, penulis ingin menyampaikan ucapan matur nuwun sanget kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moral maupun materi sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih ini khususnya penulis sampaikan kepada :

1. P. Eddy Suhartanto, S. Psi, M. Si., selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma serta Dosen Pembimbing yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian dan telah banyak memberikan masukan, meluangkan waktu untuk konsultasi dan mendenganrkan keluh-kesah penulis selama penyusunan skripsi ini .

(10)

3. Ibu Titik Kristiani, S. Psi, Bapak C. Adi Wijaya, S.Psi. dan Ibu Tanti Arini S. Psi., Psi, selaku dosen pembimbing. Terimakasih atas bimbingan yang telah diberikan selama saya menjadi mahasiswa di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. 4. Mas Gandung, Mbak Nanik dan Pak Giyono di sekretariat psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah membantu kelancaran proses studi dan skripsi. Mas Muji dan Mas Doni di Lab. Fakultas Psikologi yang telah membantu kelancaran pelaksanaan praktikum-praktikum.

5. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Bapak dan Ibu Dosen sekalian telah memberikan yang terbaik bagi penulis lewat ilmu dan pengalaman hidup.

6. Robertus Pabiban, rekan yang mendampingi penulis selama penyusunan skripsi. Terima kasih atas segala dialog-dialog yang muncul karena kebodohan penulis. Cyrillus Hary kamu harus menjadi yang berikutnya, ya. Juga teman-teman 2002 lainnya.

(11)

8. Dr. Titien Budhiaty sebagai wakil kepala unit transfusi darah Palang Merah Kota Yogyakarta. Perhatian dan keprihatinan anda sungguh mendalam atas nama kemanusiaan, dokter mengabdikan diri demi darah untuk kehidupan.

9. Keluarga Kemuning 3 No.13, tempat pelarian saat rasa kehilangan dan ancaman datang bertubi-tubi. Saat saudara akan hidup dengan uang, tapi dari tempat inilah rasa persaudaraan tumbuh atas dasar kasih mendalam.

10. Bapak Tukimin dan keluarga, yang menunjukan ketulusan seorang bapak saat anak-anak yang bebal, tak tahu diri menyalah gunakan kepercayaannya. Bapak

matur nuwun atas segala pengertian dan kesederhanaan yang telah kau tampakan sebagai kepala keluarga. Juga para penghuni yang memberikan nuansa serasa

omah dhewe di Krodan.

Akhir kata penulis menyadari bahwa hasil karya ini belum dapat dikatakan sempurna. Oleh karena itu, dengan penuh kerendahan hati penulis menerima saran dan kritik yang membangun dari semua pihak. Akhirnya penulis berharap agar karya ini dapat bermanfaat bagi siapa saja.

Yogyakarta, … Oktober 2007

Penulis

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………..i

HALAMAN PERSETUJUAN……….…...ii

HALAMAN PENGESAHAN………iii

HALAMAN MOTTO……….iv

HALAMAN PERSEMBAHAN……….….v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……….vi

ABSTRAK……….…vii

ABSTRACT……….viii

KATA PENGANTAR………....ix

DAFTAR ISI……….xii

DAFTAR TABEL………...xv

DAFTAR LAMPIRAN………xvi

BAB I PENDAHULUAN………..1

A. Latar Belakang Masalah………..1

B. Perumusan Masalah……… 3

C. Tujuan Penelitian……… 4

D. Manfaat Penelitian………...4

BAB II LANDASAN TEORI………...5

A. Donor Darah ………...5

1. Pengertian Pendonor Darah………...5

(13)

4. Syarat-Syarat Pendonor Darah.………...8

5. Manfaat Donor Darah………9

B. Perilaku Prososial….………...10

1. Pengertian Perilaku Prososial ………..10

2. Faktor-faktor Perilaku Prososial ………..…………12

3. Aspek-Aspek Perilaku Prososial..………16

4. Perkembangan Perilaku Prososial ………. …….17

C. Perilaku Prososial Donor Pendonor Darah.………....18

D. Pertanyaan Penelitian .………....20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN………...21

A. Jenis Penelitian………21

B. Identifikasi Variabel Penelitian………...21

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian………21

1. Perilaku Prososial..………22

D. Subyek Penelitian…………..………..23

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data………..23

1. Skala Perilaku Prososial.………...24

F. Validitas dan Reliabilitas……….27

1. Validitas………..27

2. Uji Kesahihan Butir Item………....28

3. Reliabilitas………..28

G. Metode dan Teknik Analisis Data………..29

BAB IV PELAKSANAAN & HASIL PENELITIAN………..33

A. Persiapan Penelitian………...33

(14)

2. PelaksanaanUji Coba Penelitian………...36

3. Hasil Uji Coba Skala Penelitian………...37

B. Pelaksanaan Penelitian………....39

C. Deskripsi Data Penelitian………....39

D. Analisis data………40

E. Pembahasan ………44

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………48

A. Kesimpulan……….48

B. Saran………49

1. Bagi Unit Transfusi Darah PMI cabang Yogyakarta………..49

2. Bagi ilmu psikologi……….49

3. Bagi peneliti selanjutnya……….49

DAFTAR PUSTAKA……….. 50

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Blue Print Skala Perilaku Prososial Donor Darah ………26

Tabel 2. Norma Kategorisasi perilaku Prososial………… ………31

Tabel 3. Kategorisasi Perilaku Prososial ………...32

Tabel 4. Laporan Jumlah Donor Darah Per Tahun……….……….36

Tabel 5. Item Valid dan Gugur Skala Perilaku Prososial Donor Darah...38

Tabel 6. Deskripsi Data Penelitian………..40

Tabel 7. Norma kategori Skor Perilku Prososial ……….. ………40

Tabel 8. Kategori Skor Perilaku Prososial ……… … ………41

Tabel 9. Presentase Kategori Skor Perilaku Prososial …….………...41

Tabel 10. Deskripsi Aspek-Aspek Perilaku Prososial ………..42

Tabel 11. Deskripsi Variabel Jenis Kelamin ...43

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

A. Instrumen Penelitian

A.1 Skala Perilaku Prososial Pendonor Darah

Sebelum Uji Coba (Try out)………55

A.2 Skala Perilaku Prososial Pendonor Darah Setelah Uji Coba (Setelah Try Out)……….56

B. Validitas dan Reliabilitas B.2 Skala Perilaku Prososial ……….……….56

C. Deskripsi Data Penelitian………62

D. Data Skor Item Try-Out dan Penelitian ……….72

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Darah merupakan sumber salah satu aset bernilai yang dimiliki sebuah negara. Konsekuensinya semua komponen baik pemerintah maupun individu sebagai warga negara harus menjaga persediaan darah (Androulaki, 2005). Dalam hal ini perilaku donor darah pendonor menjadi suatu yang penting guna tercapainya pemenuhan kebutuhan akan darah.

Donor darah itu dipahami sebagai salah satu bentuk perilaku prososial (Taylor, Peplau, Sears, 2000). Perilaku ini sangat berkaitan dengan kemampuan diri individu sebagai pendorongnya. Selain itu pendonor darah secara sukarela telah terbukti lebih aman bagi pengguna dan layak untuk memenuhi persediaan kebutuhan darah di suatu negara (Montoya dalam Androulaki, Z., Merkouris, A., Touras C., Androulakis M. 2005).

Perilaku prososial dapat diartikan sebagai tindakan menolong atau tindakan yang terencana dari individu untuk menolong individu lain, tanpa disertai adanya harapan akan suatu penghargaan (Batson dalam Taylor, Peplau, Sears, 2000)

(18)

Tampak angka kebutuhan darah (Harian Kompas, 6 Mei 2006), di kota Yogyakarta sangat tinggi, setiap bulan diperkirakan kebutuhan rerata 3000-3500 kantong darah. Kebutuhan darah sebanyak itu dipenuhi separuhnya oleh pendonor. Kebutuhan darah semakin tampak saat kota Yogyakarta terjangkit wabah demam berdarah (Harian Kompas, 1 Maret 2006) yang kemudian ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). Banyak individu dalam masyarakat yang menderita demam berdarah dengue atau DBD membutuhkan darah trombosit. Pemenuhan kebutuhan akan darah mau tidak mau hanya dipenuhi oleh pendonor.

Di tingkat nasional (Palang Merah Indonesia, 2006) kebutuhan akan darah mencapai 4 juta kantong per tahun, sementara jumlah darah yang terkumpul dari pendonor sukarela sekitar 1,2 juta kantong per tahun. Enam hingga sepuluh orang Indonesia yang mendonorkan darah setiap 1000 penduduk. Angka itu walau dibilang sedikit tetapi menunjukan masih adanya individu yang mau menjadi pendonor darah. Di negara-negara Asia seperti Singapura, ada 24 pendonor sukarela per 1000 jiwa, dan di Jepang ada 68 pendonor darah per 1000 orang. Di negara maju seperti USA berdasarkan penelitian (Boulware, dalam Androulaki, Z., Merkouris, A., Touras C., Androulakis M., 2005), ditemukan angka persentasi yang sangat tinggi (59%) dari populasi pendonor.

(19)

Perlu dibanggakan bila melihat kegunaan darah yang disumbangkan pendonor (Palang Merah Indonesia, 2006), satu kantong darah yang didonorkan mempunyai kegunaan bagi lebih dari satu pasien/individu lain. Kegunaan itu tampak pada, satu kantong darah dapat lengkap (whole blood) dapat dipisahkan menjadi tiga bagian yang punya masing-masing kegunaan. Pertama, satu kantong Trombosit Pekat (Trombocyte Concentrate), dapat dipergunakan untuk pasien demam berdarah. Kedua, satu kantong Plasma, misal untuk pasien dengan luka bakar yang luas. Ketiga, satu kantong Sel Darah Merah Pekat (Packed Red Cells), misal untuk pasien Anemia dan pendarahan.

Berangkat dari pendonor sebagai sumber pemenuhan kebutuhan akan darah dalam masyakarat, maka akan menjadi bermanfaat saat ada penjalasan deskriptif tentang perilaku prososial pendonor itu. Seberapa tinggi perilaku prososial yang dilakukan oleh pendonor. Hal ini diharapkan mampu menjadi acuan untuk memotivasi masyarakat untuk berpatisipasi aktif untuk menjadi perndonor darah.

Oleh karena itu penelitian tentang deskripsi perilaku prososial pendonor darah dapat dilihat sebagai suatu kebutuhan yang relevan untuk memberikan gambaran bagaimana sebenarnya tingkat perilaku prososial. Penelitian ini sesungguhnya akan melihat tingkatan perilaku prososial pendonor darah.

B. Rumusan Masalah

(20)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui gambaran tentang tingkat perilaku prososial pendonor darah.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat berbagai pihak, baik itu manfaat secara teoritis maupun secara praktis. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini bermanfaat untuk menambah keragaman penelitian di bidang psikologi khususnya bidang psikologi sosial tentang perilaku prososial.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini bisa menjadi masukan untuk masyarakat agar termotivasi menjadi seorang pendonor.

b. Hasil penelitian ini bisa menjadi sumber informasi bagi masyarakat agar mempunyai kepekaan untuk melakukan perilaku prososial khususnya donor darah pada individu lain.

(21)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Donor Darah 1. Pengertian Pendonor Darah

Pengertian donor (Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, 1991) adalah penderma; yang kemudian diberikan contoh dengan pendonor darah. Kemudian juga dijelaskan bahwa pendonor adalah orang yang menyumbang darahnya untuk orang lain yang memerlukannya.

2. Jenis Donor Darah

Jenis donor darah pada dasarnya (Pedoman Pelayanan Tranfusi Darah, 2001) ada tiga macam donor, yaitu : donor keluarga, atau donor pengganti; donor komersial; dan donor sukarela.

a. Donor Keluarga atau Donor Pengganti

Donor keluarga atau donor pengganti dimengerti sebagai pemenuhan kebutuhan darah pasien dicukupi oleh donor dari keluarga atau kerabat pasien. Biasanya, keluarga pasien diminta untuk menyumbangkan darahnya.

(22)

Bentuk kedua dikenal dengan nama donasi khusus (directed donation), yaitu saat donor secara khusus minta agar darahnya diberikan kepada pasien tertentu, mungkin karena khawatir atas keamanan darah dari donor yang tidak diketahui. Namun demikian, sumbangan khusus ini sangat tidak dianjurkan oleh WHO/GPA dan Badan Keamanan Darah Dunia (Global Blood Safety Initiative). Dalam ketentuan “Target Minimum Pelayanan Transfusi Darah” (Minimum Target for Blood Transfusion) (WHO, 1989), secara jelas dinyatakan bahwa :

“Sumbangan dari donor keluarga atau pengganti haruslah ditujukan kepada UTD dan tidak boleh “khusus ditujukan” kepada penerima tertentu. Perhatian ini Perlu dilaksanakan untuk menghindari adanya imbalan yang tersembunyi.”

b. Donor Komersial

Donor komersial menerima uang atau hadiah (yang dapat ditukarkan dengan uang) untuk darah yang telah disumbangkannya. Mereka seringkali menyumbangkan darah secara teratur, mungkin telah memiliki kontrak dengan UTD untuk memberikan darah berdasarkan upah yang telah disetujui. Cara lainnya, mereka menjual darah kepada lebih dari satu UTD atau mendekati para keluarga pasien dan menjual jasa mereka sebagai donor pengganti. Donor komersial biasanya termotivasi oleh hal yang akan mereka terima untuk darah mereka, bukan untuk keinginan menolong individu lain.

c. Donor Sukarela

Donor darah sukarela adalah individu yang memberikan darah, plasma atau komponen darah lainnya atas kerelaan mereka sendiri dan tidak menerima uang atau bentuk pembayaran lainnya. Motivasi mereka yang utama adalah membantu penerima darah yang tidak mereka kenal dan tidak untuk menerima suatu keuntungan.

(23)

1) Tanda jasa atau penghargaan sederhana, seperti badge atau sertifikat, yang dinilai tidak memiliki nilai komersial.

2) Penggantian biaya perjalanan yang secara khusus harus dilaksanakan dalam rangka menyumbangkan darah.

3) Pemberian makan ringan sebelum, selama atau setelah penyumbangan darah.

3. Identifikasi Donor yang Tidak Cocok

Pengidentifikasian donor adalah adalah sesuatu yang penting untuk mengetahui alasan individu-individu tertentu tidak cocok sebagai pendonor. Hanya ini karena darah mereka mungkin mendatangkan resiko kepada pasien yang menerimanya. Faktor–faktor tersebut (Pelayanan Transfusi Darah, 2001) disebutkan antara lain: a. Status kesehatan dan gizi pendonor yang jelek

Donasi darah oleh individu yang menderita kekurangan gizi atau masalah kesehatan lainnya berbahaya terhadap kesehatan diri mereka dan terhadap penerimanya. Ada kemungkinan mereka tidak memenuhi kriteria tertentu seperti tingkat berat badan atau haemoglobin dan juga ada kemungkinan mereka akan pingsan pada waktu penyadapan darah. Pada masyarakat yang terdapat tingkat kekurangan gizi berat atau derajat kesahatan yang rendah banyak dijumpai calon donor yang tidak memenuhi syarat.

b. Donasi tidak sukarela

(24)

menyumbangkan darah mungkin merupakan insentif yang penting. Hal itu sebenarnya menyimpang dari etika donasi darah sukarela yang sebenarnya. Namun demikian, para individu dari lembaga semacam ini dapat diterima untuk mendonorkan darah asalkan memenuhi syarat yang telah ditentukan. Sering kali donor ini memiliki tanda-tanda penyakit menular (infectious disease makers) yang tinggi dalam masyarakatnya. Disamping itu, pelayanan transfusi darah memerlukan usaha untuk merekrut donor darah sukarela yang memberikan darah mereka secara teratur.

c. Perilaku resiko donor darah

Perilaku prososial tertentu sangat memungkinkan calon pendonor terpapar pada resiko. Individu mungkin memperoleh infeksi, seperti HIV, yang kemudian dapat ditularkan pada penerima darah. Beberapa perilaku beresiko antara lain : individu memiliki partner hubungan seks lebih dari satu, pelacuran, homoseksulitas, biseksualitas. Pemakaian obat dengan suntikan merupakan jalur langsung penularan infeksi melalui darah (blood-borne infection). Beberapa perilaku rawan lainnya, seperti pelukaan kulit, tatoo.

4. Syarat-Syarat Pendonor Darah

Ada beberapa persyaratan individu untuk mendonor darah (PMI Kota Yogyakarta, 2006), yaitu umur 17-60 tahun; berat badan 45 kg atau lebih. Lalu juga kan dilihat kadar haemoglobin 12,5/dl atau lebih. Beberapa syarat lainnya, yaitu tekanan darah 100-180 atau 50-100 mmHg, nadi 50-100/menit teratur; tidak berpenyakit jantung, hati, paru-paru, ginjal, kencing manis, penyakit pendarahan, kejang, kanker, dan penyakit kulit kronis.

(25)

tetap, penyumbangan 5x setahun ada ketentuan seperti kulit lengan donor sehat; tidak menerima transfusi darah atau komponen darah 6 bulan terakhir; tidak menderita penyakit infeksi, malaria, hepatitis, HIV/AIDS; bukan pencandu alkohol atau narkoba; tidak mendapat imunisasi dalam 2-4 minggu terakhir dan tidak demam; tidak digigit binatang yang menderita rabies dalam 1 tahun terakhir; beritahu petugas bila makan aspirin dalam 3 hari terakhir.

5. Manfaat Donor Darah sebagai Bentuk Perilaku Prososial

Manfaat donor darah sebagai bentuk perilaku prososial dapat dibagi menjadi dua bagian. Pertama, manfaat pendonor bagi dirinya sendiri. Dan kedua manfaat darah yang didonorkan bagi individu lain.

a. Manfaat Donor bagi Diri Sendiri

Berdasarkan sumber dari PMI cabang Yogyakarta menyebutkan bahwa tidak ada manfaat langsung menjadi donor darah. Namun dengan mendonorkan darah secara rutin setiap 3 bulan sekali, maka tubuh akan terpacu untuk memproduksi sel-sel darah merah baru. Sedangkan fungsi sel-sel darah merah baru adalah untuk oksigenisasi dan mengangkut sari-sari makanan. Selain itu kesehatan pendonor akan selalu terpantau karena setiap kali donor dilakukan pemerikasaan kesehatan sederhana dan pemeriksaan uji saring darah tehadap infeksi yang ditularkan lewat darah.

b. Manfaat Darah yang Disumbangkan bagi Individu Lain

Saat ini UTDC (Unit Transfusi Darah Cabang) Kota Yogyakarta sudah dapat mengolah darah menjadi komponen-komponen darah. Dari 1 kantong darah lengkap (whole blood) dapat dipisahkan menjadi :

(26)

2) 1 kantong Plasma, misal untuk pasien dengan luka bakar yang luas.

3) 1 kantong Sel Darah Merah Pekat (Packed Red Cells), misal untuk pasien Anemia dan pendarahan.

4) Selain melihat manfaat itu dapat diperkirakan sisi prososial individu saat menolong individu lain dengan mendonorkan darah. Misalkan usia individu saat ini 20 tahun. Kemudian individu secara rutin mendonorkan darah setiap 3 bulan sekali (1 tahun = 4x donor). Ketika individu berusia 45 tahun bila dihitung sudah menyumbangkan darah sebanyak 100 kantong. Padahal setiap kantong dapat dibagi menjadi 3 macam komponen darah. Artinya, individu dengan mendonorkan darah akan dapat menolong sebanyak 200-300 pasien.

B. Perilaku Prososial 1. Pengertian Perilaku Prososial

Perilaku prososial pada dasarnya adalah juga suatu perilaku. perilaku dapat dipahami sebagai reaksi yang bersifat sederhana ataupun kompleks. Reaksi ini muncul dalam bentuk sebuah perbuatan atau aktivitas yang dapat dilihat secara nyata (Chaplin, 1977).

(27)

kesenangan tinggi. Kedua, norma sosial yang menuntun suatu perilaku dalam suatu situasi. Dan ketiga, motivasi individu yang menunjang tercapainya suatu tujuan.

Perilaku prososial dapat diartikan sebagai tindakan menolong atau tindakan yang terencana dari individu untuk menolong individu lain, tanpa disertai adanya harapan akan suatu penghargaan (Batson dalam Taylor, Peplau, Sears, 2000). Hal serupa juga terungkap (Staub dalam Widyastuti, 1990) bahwa perilaku prososial adalah suatu perilaku yang dilakukan oleh individu, yang menguntungkan individu lain.

Pengertian perilaku prososial (Wrightsman dan Raux, 1981) dikatakan juga sebagai perilaku yang punya konsekuensi sosial. Perilaku itu akan ditujukan bagi kesejahteraan individu lain, secara fisik maupun psikologis. Perilaku prososial itu bisa diartikan juga sebagai perilaku yang lebih menguntungkan individu lain dibanding diri individu sendiri. Ada pula yang berpendapat bahwa perilaku prososial (Baron dan Byrne, 1994) adalah perilaku sukarela individu untuk menolong orang lain dan perilaku yang dilakukan itu bukan karena adanya paksaan.

Kemudian (William, 1981) ada uraian tentang perilaku prososial sebagai perilaku individu yang berniat untuk mengubah resipien (penerima) yang kurang baik menjadi lebih baik. Perubahan itu bisa dalam bentuk fisik ataupun psikologis.

Pengertian perilaku prososial perlu dibedakan dengan pemahaman perilaku altruisme. Memang terkadang perilaku prososial sering disamakan dengan perilaku altruistik (Staub dalam Widyastuti, 1990). Ada yang berpendapat (William, 1981) perilaku altruistik pastilah perilaku prososial, tapi belum tentu sebaliknya. Perilaku prososial belum tentu perilaku altruistik.

(28)

yang mendasari dan jenis penghargaan (reward) ataupun penguatan (reinforcement) yang mengikuti perilaku tersebut.

Pada perilaku altruistik pengorbanan diri (self-sacrificing) tanpa memperhatikan kepentingan diri sendiri. Perilaku altruistik juga berarti tidak mengharapkan adanya penghargaan dalam bentuk apapun serta terkesan adanya unsur spontanitas. Sedangkan perilaku prososial sangat berkaitan dengan adanya penghargaan internal. Penghargaan itu berupa perasaan bangga ataupun penghargaan eksternal berupa pujian dari individu lain.

Jadi berdasarkan beberapa uraian di atas dapat diartikan bahwa perilaku prososial adalah suatu perilaku menolong yang bersifat sukarela. Perilaku itu tanpa disertai adanya paksaan. Perilaku prososial akan ditujukan untuk memberikan keuntungan kepada individu lain. Berdasarkan pengertian dari beberapa tokoh juga dapat disimpulkan bahwa perilaku prososial adalah kemampuan individu untuk bertindak menolong. Perilaku prososial sifatnya terencana dengan sukarela dengan tujuan untuk mensejahterakan individu lain.

2. Faktor-Faktor Perilaku Prososial

Ada tiga faktor secara umum yang mempengaruhi perilaku prososial, yaitu, a. Faktor Internal.

Faktor internal adalah faktor yang mempengaruhi munculnya perilaku prososial dalam diri individu. Faktor internal itu meliputi,

1) Efek Psikologis dan Suasana Hati

(29)

orang yang tidak sukses. Hal ini terjadi karena kegembiraan yang dirasakan dalam mencapai kesuksesan menimbulkan pemikiran positif. Dan hal itu menjadi sarana bagi munculnya perilaku prososial. Dapat diartikan juga bahwa suasana hati yang positif dapat meningkatkan perilaku prososial.

2) Karakteristik Individual

Menurut pendapat para ahli, ada beberapa macam karakteristik individual dalam diri seseorang. Macam-macam karakteristik itu seperti tipe kepribadian, harga diri, dan penilaian moral, serta motif akan minat sosial yang akan mempengaruhi perilaku prososialnya. Salah satu ciri kepribadian yang mempengaruhi perilaku prososial adalah harga diri yang tinggi (Staub, dalam Widyastuti, 1990)

3) Pola Asuh Orang Tua

Suatu penelitian (Dayaksini, 1988) menunjukan bahwa perbedaan perilaku prososial disebabkan adanya perbedaan pola asuh orang tua. Individu yang mendapat pola asuh demokratis menunjukan kemampuan prososial yang lebih dibandingkan individu yang mendapat pola asuh otoriter atau pun permisif. Keadaan ini didasarkan pada pemahaman bahwa keluarga merupakan tempat utama bagi individu untuk belajar ketrampilan sosial dan keinginan untuk berpartisipasi dalam aktivitas sosial. 4) Usia

(30)

5) Keuntungan Pribadi (Self-Gain)

Individu akan melakukan perilaku prososial bila ada harapan untuk memperoleh pujian atau penghargaan sosial. Selain itu individu juga, berusaha untuk menghindari celaan atau pengucilan ataupun akibat-akibat negatif lain yang berasal dari masyarakat.

6) Nilai-Nilai dan Norma-Norma Pribadi (Personal Values and Norms)

Nilai-nilai dan norma-norma sosial yang terinternalisasi oleh individu selama proses sosial yang kemudian menjadi nilai dan norma personal. Saat individu melakukan interaksi sosial (sosialisasi), individu selalu menerima nilai-nilai dan norma-norma dari lingkungannya. Hal ini akan diinternalisasikan oleh individu menjadi nilai-nilai dan norma-norma pribadi. Kemudian hal-hal itu akan mempengaruhi individu untuk melakukan perilaku prososial.

7) Empati (Empathy)

(31)

b. Faktor Situasi Sosial

Faktor ini dapat dimengerti sebagai keadaan lingkungan sosial tempat terjadinya suatu kejadian. Faktor situasi sosial ini meliputi,

1) Pengaruh atas Kehadiran Orang Lain

Ada pendapat (Latane dan Darley dalam Baron & Byrne, 1992) perilaku individu dalam menghadapi situasi menolong akan berbeda apabila individu tersebut hanya ada sendiri atau ada kehadiran individu lain disekitarnya. Kemudian individu lain akan dapat menimbulkan kekaburan tanggung jawab, karena tanggung jawab untuk menolong itu terbagi dengan orang lain.

2) Biaya yang Harus Dikeluarkan Individu

Banyaknya biaya yang harus dikeluarkan oleh individu akan mempengaruhi perilakunya dalam memberikan pertolongan. Semakin rendah biaya yang dikeluarkan oleh individu maka akan lebih memudahkan individu untuk melakukan perilaku prososial. Juga sebaliknya, jika biaya dan waktu yangdibutuhkan semakin besar maka semakin kecil kemungkinan individu untuk melukan perilaku prososial (Worchel & Coper, 1983).

3) Derajat Kebutuhan

(32)

c. Faktor Penerima Bantuan

Hal ini dapat dimengerti sebagai keadaan individu penerima bantuan baik secara fisik maupun psikologis. Perilaku prososial juga dipengaruhi oleh subjek individu yang hendak dikenai perilaku prososial. Individu–individu lain yang dikenal seperti anggota keluarga atau teman dekat lebih besar kemungkinannya untuk mendapatkan bantuan dibanding individu lain yang tidak dikenal (Wrightsman & Daux, 1981).

3. Aspek-Aspek yang Ada dalam Perilaku Prososial

Ada beberapa aspek dalam perilaku prososial (Simpson & Messer, dkk dalam Cholidah, 1996), yaitu tindakan berbagi (sharing), bekerjasama (cooperating), menolong (helping), jujur (honestly), menyumbang (donating), merawat (caring), dan memberikan fasilitas bagi kesejahteraan individu lain. Simpson juga memberikan penjelasan dari tiap aspek, yaitu

a. Berbagi (Sharing)

Berbagi mempunyai arti kemampuan individu memberikan kesempatan dan perhatian kepada individu lain untuk mencurahkan isi hatinya.

b. Bekerjasama (Cooperating)

Kerjasama dapat diartikan sebagai kegiatan bersama individu lain termasuk di dalamnya kegitan berdiskusi dan mempertimbangkan pendapat individu lain untuk mencapai tujuan bersama.

c. Menolong (Helping)

(33)

d. Jujur (Honesty)

Jujur mempunyai arti bila individu tidak berlaku curang, tulus dan iklas dalam perkataan maupun perbuatannya.

e. Menyumbang (Donating)

Saat individu menyumbang artinya individu ikut menyokong dengan tenaga pikiran, serta memberikan sesuatu kepada individu lain yang membutuhkan bantuan. f. Merawat (Caring)

Merawat adalah tindakan individu untuk menampung masalah, menjaga, memelihara atau melindungi individu lain terhadap sesuatu hal.

g. Memberikan Fasilitas bagi Kesejahteraan Individu Lain

Pemberian fasilitas ini diartikan sebagai pemberian sarana bagi individu lain untuk mendapatkan kemudahan dalam menjalankan pekerjaannya.

4. Perkembangan Perilaku Prososial

Perkembangan perilaku prososial seorang individu telah dimulai pada saat bayi (Humprey, Arkit dan Simner dalam Peterson, 1983). Artinya bahwa perilaku prososial akan tampak saat bayi akan menangis. Bayi akan menangis apabila mendengar suara tangis dari bayi lain yang disebabkan adanya empati yang mulai tumbuh. Selanjutnya pada masa kanak-kanak selanjutnya (Hoffman dalam Peterson, 1983) terlihat bahwa seiring dengan bertambahnya usia anak maka akan berkembang pula empati anak itu.

(34)

itu tumbuh menjadi penguat positif bagi pengembangan perilaku prososial anak. Kemudian anak akan cenderung akan mengulangi perilaku itu pada saat lain, juga sebaliknya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa perilaku prososial bersifat bawaan yang mulai tumbuh sejak usia bayi dan dengan semakin berkembangnya usia anak, maka anak akan semakin mengembangkan kemampuan memahami orang lain serta lebih berorientasi kepada orang lain. Dengan kata lain perilaku prososial tumbuh sejak dini dan akan semakin berkembang sejalan dengan bertambahnya usia.

C. Perilaku Prososial Pendonor Darah

Donor darah itu dipahami sebagai salah satu bentuk perilaku prososial (Taylor, Peplau, Sears, 2000). Perilaku ini sangat berkaitan dengan kemampuan diri individu sebagai pendorongnya.

Partisipasi pendonor juga terbuka tanpa memandang perbedaan. Partisipasi itu ditunjukan dengan adanya perempuan, walau bisa dikatakan lebih rendah dibanding laki-laki, tapi tetap saja ada yang menjadi pendonor. Dalam sebuah penelitian (Paliavin dan Callero dalam Taylor, Peplau, Sears, 2000) menunjukan bahwa pendonor biasanya mendonorkan darah kepada teman atau keluarga. Artinya dalam keterbatasan lingkup terkecil pun masih ada saja pendonor.

Perilaku prososial pada dasarnya adalah juga suatu perilaku. perilaku dapat dipahami sebagai reaksi yang bersifat sederhana ataupun kompleks. Reaksi ini muncul dalam bentuk sebuah perbuatan atau aktivitas yang dapat dilihat secara nyata (Chaplin, 1977).

(35)

akan suatu penghargaan (Batson dalam Taylor, Peplau, Sears, 2000). Hal serupa juga terungkap (Staub dalam Widyastuti, 1990) bahwa perilaku prososial adalah suatu perilaku yang dilakukan oleh individu, yang menguntungkan individu lain.

Dalam rangka melihat bagaimana perilaku prososial pendonor darah, seberapa tinggi perilaku itu memerlukan pendeskripsian fakta berdasarkan beberapa aspek. Ada beberapa aspek dalam perilaku prososial (Simpson & Messer, dkk dalam Cholidah, 1996), yaitu

a. Berbagi (Sharing)

Berbagi mempunyai arti kemampuan individu memberikan kesempatan dan perhatian kepada individu lain untuk mencurahkan isi hatinya.

b. Bekerjasama (Cooperating)

Kerjasama dapat diartikan sebagai kegiatan bersama individu lain termasuk di dalamnya kegitan berdiskusi dan mempertimbangkan pendapat individu lain untuk mencapai tujuan bersama.

c. Menolong (Helping)

Menolong dapat diartikan sebagai tindakan individu membantu atau meringankan beban individu lain.

d. Jujur (Honesty)

Jujur mempunyai arti bila individu tidak berlaku curang, tulus dan iklas dalam perkataan maupun perbuatannya.

e. Menyumbang (Donating)

(36)

f. Merawat (Caring)

Merawat adalah tindakan individu untuk menampung masalah, menjaga, memelihara atau melindungi individu lain terhadap sesuatu hal.

g. Memberikan Fasilitas bagi Kesejahteraan Individu Lain

Pemberian fasilitas ini diartikan sebagai pemberian sarana bagi individu lain untuk mendapatkan kemudahan dalam menjalankan pekerjaannya.

Ada beberapa faktor yang sangat tampak mempengaruhi pendonor darah untuk melakukan perilaku prososial (Simpson & Messer, dkk dalam Cholidah, 1996). Faktor pertama ialah faktor internal pendonor yaitu usia, semakin bertambahnya usia maka semakin tinggi tingkat perilaku prososial yang dilakukan individu. Kemudian faktor situasi sosial dalam bentuk jenis pekerjaan dimengerti sebagai kemampuan ekonomi yang dimiliki pendonor. Artinya tingkat ekonomi yang tampak lewat jenis pekerjaan akan membuat pendonor lebih mudah untuk melakukan perilaku prososial.

Berdasarkan jenis pendonor maka dapat dilihat juga variasi tingkat perilaku prososial (Pedoman Pelayanan Tranfusi Darah, 2001). Pendonor sukarela akan melakukan perilaku prososial sungguh tanpa mengharapkan adanya balas jasa. Sementara pendonor pengganti hanya akan melakukan perilaku prososial pada keluarga, sahabat, teman, artinya dalam batas ruang lingkup tertentu yang lebih kecil. Lalu pendonor komersial akan melakukan perilaku prososial bila ada imbalan jasa.

D. Pertanyaan Penelitian

(37)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif ialah penelitian yang mendeskripsikan atau memberikan gambaran tentang suatu keadaan atau peristiwa. Subjek yang akan diteliti berdasarkan pada fakta di lapangan / fact finding (Furchan, 1982).

Berdasarkan teori itu penelitian ini menggunakan data kuantitatif. Artinya data yang diperoleh melalui proses analisis skor jawaban subjek pada skala. Hal itu digunakan untuk menggambarkan perilaku prososial pendonor darah dan membuat kesimpulan secara umum berdasarkan setiap item pada skala perilaku prososial.

Jenis penelitian ini adalah desakriptif kuantitatif dengan tujuan memberikan gambaran tentang perilaku prososial pendonor darah.

B. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah objek yang digunakan dalam suatu penelitian (Arikunto, 1998) atau objek yang akan menjadi perhatian dalam suatu penelitian. Penelitian ini bersifat deskriptif, oleh karena itu tidak ada kontrol variabel, sehingga dilihat berdasarkan data yang diperoleh. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini ialah perilaku prososial.

C. Definisi Operasional Variabel

(38)

Selanjutnya ada penjelaskan (Kerlinger, 1985) bahwa definisi operasional lebih kepada penetapan kegiatan-kegiatan nyata atau tindakan-tindakan yang dijabarkan dari variabel konstruk yang diukur.

1. Perilaku Prososial

Perilaku prososial donor darah adalah kemampuan individu untuk bertindak menolong yang terencana terhadap individu lain secara sukarela dengan tujuan untuk mensejahterakan masyarakat. Perilaku prososial donor darah dapat diungkap dengan skala prososial donor darah berdasarkan aspek-aspek tersebut (Simpson & Messer, dkk dalam Cholidah, 1996).

Aspek-aspek prososial yang mau diukur dari perilaku donor darah adalah : berbagi (sharing), berarti kemampuan memberikan kesempatan dan perhatian kepada orang lain; bekerjasama (cooperating), dapat diartikan sebagai kemampuan melakukan kegiatan bersama individu lain; menolong (helping) diartikan sebagai tindakan individu membantu atau meringankan beban individu lain. jujur (honesty), berarti kemampuan tidak berlaku curang, tulus dan iklas; menyumbang (donating), artinya kemampuan individu untuk ikut menyokong, serta memberikan sesuatu kepada orang lain; merawat (caring), adalah kemampuan untuk menampung masalah, menjaga, memelihara atau melindungi individu lain; serta memberikan fasilitas bagi kesejahteraan individu lain, adalah kemampuan memberikan sarana bagi orang lain individu lain.

(39)

juga sebaliknya semakin rendah skor perilaku prososial donor darah maka semakin rendah pula perilaku prososial donor darah yang dimiliki individu

D. Subjek Penelitian

Subjek yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah para pendonor sukarela, pengganti yang mendonorkan darah lewat PMI cabang Yogyakarta. Pendonor sukarela mempunyai ciri, akan mendonorkan darah, plasma atau komponen darah lainnya atas kerelaan mereka sendiri dan tidak menerima uang atau bentuk pembayaran lainnya. Donor keluarga atau pengganti yang mempunyai ciri, individu akan mendonorkan darah atas adanya kebutuhan akan darah dari pasien tertentu. Pasien itu bisa keluarga, kerabat atau seseorang yang kenal dengan individu pendonor. Sedangkan donor komersial mempunyai ciri, individu akan mendonorkan darah bila nantinya ditukarkan dengan uang atau hadiah. Mereka menjualkan darah mereka sebagai donor pengganti.

Subjek penelitian dipilih melalui purposive sample atau sample bertujuan yaitu pengambilan subjek yang didasarkan atas adanya tujuan tertentu dan dalam hal ini berupa keterbatasan waktu dan tenaga untuk penelitian sehingga tidak dapat mengambil sample yang jauh dan besar, sehingga pengambilan sample didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat atau karakteristik tertentu yang telah diketahui sebelumnya (Arikunto, 1996 ; Hadi, 1996).

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data

(40)

ratings) yang disusun oleh penulis. Dalam metode ini setiap item terdapat beberapa pilihan jawaban yang memiliki nilai interval.

Isian tentang data individu disertakan untuk mengetahui data tentang responden, terdiri dari : nama, jenis kelamin, usia, pekerjaan, status pendonor serta lama donor darah. Isian data tersebut disusun di halaman awal sebelum responden menjawab skala. Sebelum digunakan pada penelitian yang sebenarnya, skala diujicobakan terlebih dahulu pada sekelompok responden untuk mengetahui validitas isi dan reliabilitas alat ukur. Suatu alat ukur yang telah memenuhi kualifikasi validitas isi dan reliabilitas inilah yang akan digunakan dalam penelitian dengan asumsi bahwa alat ukur tersebut secara tepat dapat mengungkap apa yang ingin diukur serta konsisten dalam pengukuran (Azwar, 1999). Sesuai dengan data yang akan diambil dalam penelitian ini maka teknik pengumpulan data yang dipakai lebih dari satu.

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ada 2 macam yaitu :

1. Skala Perilaku Prososial

Skala ini disusun berdasarkan dari definisi operasional yang meliputi beberapa aspek : berbagi (sharing), bekerjasama (cooperating), menolong (helping), jujur (honesty), menyumbang (donation), merawat (caring) dan memberikan fasilitas.

Dengan berdasarkan aspek-aspek di atas maka disusunlah skala perilak prososial ini disusun dengan menggunakan rating 4 kategori. Keempat kategori itu dijabarkan dengan sangat setuju (ss), setuju (s), tidak setuju (ts), dan sangat tidak setuju (sts). Jumlah item sebanyak 48 item yang terdiri dari item favorable mengacu pada kemampuan perilaku prososial donor darah yang tinggi. Sedangkan unfavorable

(41)

setuju = 2, sangat tidak setuju = 1. lalu untuk ietm-item unfavorable memiliki nilai sebagi berikut : sangat setuju = 1, setuju = 2, tidak setuju = 3, dan sangat tidak setuju = 4.

Peneliti hanya memberikan 4 pilihan jawaban dan meniadakan kategori jawaban tengah atau netral untuk menghindari adanya kecenderungan jawaban ketengah (central tendency effect) dan untuk melihat kecenderungan jawaban kearah yang sesuai atau tidak sesuai (Hadi, 1996)

(42)

Berikut ini adalah blue print dari skala Perilaku Prososial

Tabel 1. Blue Print Skala Perilaku Prososial

Komposisi Item

No. Aspek-aspek Indikator

(43)

F. Validitas Dan Reliabilitas 1. Validitas

Berasal dari kata validity yang berarti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan alat ukurnya. Suatu alat ukur dikatakan mempunyai validitas tinggi bila alat ukur tersebut menjalankan fungsinya sebagai ukur atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud diadakannya pengukuran tersebut (Azwar, 1997). Valid tidaknya alat ukur tergantung pada mampu tidaknya alat ukur tersebut mencapai tujuan pengukuran yang dikehendaki dengan tepat.

Suatu alat ukur yang valid, tidak sekedar mampu mengungkapkan data dengan tepat, tapi juga memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut. Cermat berarti pengukuran itu mampu memberikan gambaran mengenai perbedaan sekecil-kecilnya di antara subjek satu dengan yang lain (Azwar, 1997).

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu validitas isi. Validitas isi adalah validitas yang dipandang dari segi isi skala, yang sejauh mana skala tersebut isinya telah dianggap dapat mengukur hal yang mewakili keseluruhan tentang hal-hal yang hendak diukur (Suryabrata, 1983).

(44)

2. Uji Kesahihan Butir Item

Uji kesahihan butir item dilakukan guna melihat dan memilih item-item yang lolos seleksi yang dapat dipergunakan dalam pengambilan data penelitian serta membuang item-item yang tidak lolos seleksi (gugur) sehingga item-item yang gugur tidak lagi digunakan dalam pengambilan data penelitian.

Uji kesahihan butir item dilakukan berdasarkan koefisien korelasi item total. Besarnya koefisien korelasi item total bergerak dari 0 sampai dengan 1,00 dengan tanda positif atau negatif. Semakin baik daya beda item maka koefisien korelasinya semakin mendekati 1,00. koefisien yang mendekati angka 0 atau negatif mengindikasikan bahwa daya beda itemnya tidak baik. Uji kesahihan butir item berdasarkan korelasi item total dan digunakan batasan rix ≥ 0,30. semua item yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 maka daya bedanya dianggap memuaskan. Namun apabila jumlah item yang lolos seleksi ternyata masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan, maka dapat dipertimbangkan untuk menurunkan batas kriteria dari 0,30 menjadi 0,25 ( Azwar, 2000).

3. Reliabilitas

Reliabilitas berasal dari kata rely dan ability. Meskipun reliabilitas mempunyai nama lain seperti: Keterpercayaan, keterandalan, keajegan, kestabilan, konsistensi, dan lain sebagainya, ide pokok yang terkandung dalam konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 1997).

(45)

administration). Analisis reliabilitasnya dilakukan dengan teknik Alpha dari Cronbach (Azwar, 1997). Pendekatan ini dianggap memiliki nilai praktis dan efisiensi yang tinggi (Azwar, 1998). Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien yang angkanya berada dalam rentang dari 0 sampai 1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitasnya mendekati 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitasnya sebaliknya koefisien yang semakin rendah mendekati angka 0 berarti semakin rendah reliabilitasnya.

G. Analisas Data

Pada penelitian deskriptif kuantitatif cara mengalisis data (Azwar, 2001) berupa frekuensi dan persentase, lalu tabulasi ulang serta penggunaan berbagai macam bentuk grafik dan chart pada data yang bersifat kategorial juga berupa statistik-statistik kelompok (a.l. mean, varians) pada data yang bukan kategorial.

Metode yang diggunakan pada penelitian ini ialah statistik deskriptif. Metode itu dipahami sebagai cara penyajian data tabel dengan perhitungan modus, median, mean standar deviasi dan persentase (Sugiyono, 2000)

Gambaran keadaan data dijelaskan dari modus, median, mean dan tingkat variasi data. Cara untuk melihat tingkat variasi kelompok dilakukan rentang data dan standar deviasi / simpangan baku. Pengertiannya modus dipahami sebagai tehnik penjelasan kelompok yang didasarkan atas nilai tengah dari kelompok data yang telah disusun urutannya. Lalu mean / rerata adalah jumlah dari semua data yang dibagi dengan banyaknya data. Sementara itu tingkat kategori berdasarkan standar deviasi dan mean teoritik (Azwar, 2001),

- X minimum teoritik : skor terendah pada skala = 1 - X maksimum : skor tertinggi pada skala = 4

(46)

- Standar Deviasi : luas jarak sebaran dibagi menjadi 6 satuan deviasi standar. - Mean ( µ ) : mean teoritik yaitu rerata teoritik dari skor maksimum dan

skor minimum.

Bila dimasukan ke dalam perhitungan matematis : - X min. = jumlah item sahih x 1

= 48 x 1 = 48

- X maks. = jumlah item sahih x 4 = 48 x 4 = 192

- r = X maks. - X min. = 192 – 48 = 144

- SD = (X maks. - X min.) / 6 = 144 / 6 = 24

- Mean = (X maks. + X min.) / 2 = (192 + 48) / 2 = 120

Angka-angka itu kemudian dikembalikan kedalam bentuk rerata total perilaku prososial dalam aspek-aspek seperti berbagi (sharing), bekerjasama (cooperating), menolong (helping), jujur (honesty), menyumbang (donation), merawat (caring) dan memberikan fasilitas. Tiap aspek memiliki bobot berbeda sehingga lebih muda membuat perbandingan antar aspek. .

(47)

- X maks. = 192 / 48

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh SD = 0,5 dan mean = 2,5 sehingga akan diperoleh kategorisasi sebagai berikut; penggolongan perilaku prososial terbagi dalam lima kategori, yaitu tinggi, sedang, rendah yang terdapat dalam luas interval.

Tabel 2. Norma Kategorisasi Perilaku Prososial

(48)

Kategorisasi berdasarkan hasil perhitungan,

Tabel 3. Kategorisasi Perilaku Prososial

Skor Kategori

X ≤ 84 Sangat Rendah 84 < X ≤ 108 Rendah

108 < X ≤ 132 Sedang 132 < X ≤ 156 Tinggi

156 < X Sangat Tinggi

(49)

BAB IV

PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Persiapan Penelitian 1. Orientasi Kancah

a. Profil Palang Merah Indonesia

Palang Merah Indonesia adalah sebuah organisasi independen dan netral di Indonesia yang kegiatannya di bidang sosial kemanusiaan. Dalam melaksanakan seluruh tugasnya PMI selalu berpegang teguh pada tujuh prinsip Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional, yaitu kemanusiaan, kesukareaan, kenetralan, kesamaan, kemandirian, dan kesemestaan. Sampai saat ini Palang Merah Indonesia memiliki 31 cabang PMI Daerah di tingkat propinsi dan sekitar 300 cabang PMI di Tingkat Kota atau Kabupaten.

Palang Merah Indonesia tidak berpihak pada golongan politik, ras, suku ataupun agama tertentu. Palang Merah Indonesia dalam pelaksaannya juga tidak melakukan pembedaan tetapi mengutamakan korban yang paling membutuhkan pertolongan segera untuk keselamatan jiwanya.

Berdirinya Palang Merah di Indonesia sudah dimulai sebelum Perang Dunia II, tepatnya 12 Oktober 1873. Pemerintah Kolonial Belanda mendirikan Palang Merah dengan nama Nederlands Rode Kruis Afdeling Indie (NERKAI) yang kemudian dibubarkan pada saat pendudukan Jepang.

(50)

Ujung Pandang, Medan, dan beberapa kota lainnya yang berupa unit-unit pendaftaran donor. Akan tetapi pada tahun itu tidak ada koordinasi, masing-masing DTD berusaha sendiri-sendiri dan dari pusat hampir tidak ada bimbingan apapun. Dengan kata lain sampai dengan tahun 1968, yang disebut dengan Blood Programme dari Palang Merah belum ada. Program Tingkat Nasional secara konkrit baru dimulai pada 1 Februari 1969, yaitu pada waktu didirikannya Lembaga Pusat Transfusi Darah (LPTD) dan pada tanggal itu juga program darah dimulai secara nasional di lingkungan Palang Merah Indonesia.

Organisasi Palang Merah pertama kali didirikan pada tahun 1863 di Jenewa Swiss oleh Jean Henry Dunant. Dia melihat salah satu pertempuran yang terburuk sepanjang masa di Solferino, sebelah utara Italia pada tahun 1859 kemudian mengajak para sukarelawan membantu para korban perang yang terluka. Dia juga menulis buku yang berjudul ‘Memories of Solferino’, buku itu pula yang menjadi penggerak para sukarelawan di Eropa.

(51)

b. Kegiatan dan Pelayanan Masyarakat

Beberapa kegitan dan pelayanan yang dilakukan Palang Merah Indonesia antara lain :

1) Transfusi Darah

Tugas dari Unit Transfusi Darah adalah merekrut sukarelawan penyumbang darah yang akan menjadi donor untuk mencukupi persediaan darah yang akan dipergunakan untuk mensuplai pasien yang akan membutuhkan darah darah di rumah sakit atau korban bencana alam. Pengumpulan darah dilakukan dengan Mobil Unit Donor Darah Palang Merah Indonesia, lalu untuk meningkatkan pelayanan juga didirikan Bank Darah di beberapa rumah sakit

2) Pendidikan dan Pelatihan

Dalam rangka membangun bangsa dan mensukseskan program pemerintah, Palang Merah Indonesia juga mengadakan pendidikan dan pelatihan untuk para konselor dan sukarelawan/wati. Pendidikan ini meliputi pendidikan Pertolongan Pertama, perawatan pasien di rumah, pelatihan penyelamatan kecelakan dapur untuk para wanita, pendidikan pada Pramuka, pendidikan pada para pelajar dan pendidikan di instansi pemerintah maupun swasta.

3) Bantuan Kesejahteraan Sosial dan Pelayanan Sosial

(52)

4) Pencarian dan Pelacakan

Pencarian dan pelacakan dilakukan bersama-sama dengan kantor Pusat Palang Merah Indonesia, untuk menentukan orang-orang hilang pada saat terjadi bencana atau mempertemukan kembali anggota keluarga yang terpisah-pisah karena terjadinya bencana, atau atas permintaan masyarakat dalam negeri ataupun permintaan dari luar negeri.

Tabel 4. Laporan Jumlah Donor Darah Per Tahun

TAHUN JUMLAH DONOR LAMA (ORANG) BARU (ORANG)

1991 90.767 48.167 42.600

2. Pelaksanaan Uji Coba Penelitian

Uji coba alat ukur dilaksanakan di Unit Transfusi Darah Palang Merah Indonesia Cabang Yogyakarta. Uji coba tersebut dilaksanakan pada tanggal 19 Juli - 23 Juli 2007, bertempat di PMI cabang Yogyakarta. Dalam uji coba skala penelitian ini, penulis mengambil subyek pendonor tetap dan pengganti.

(53)

Ada 30 bendel atau eksemplar skala yang diberikan kepada subyek uji coba, semua kembali dan semuanya memenuhi syarat karena semua item terjawab. Untuk itu, seluruh eksemplar skala yang diberikan kepada subyek uji coba memenuhi syarat dan datanya dapat dianalisa.

3. Hasil Uji Coba Skala Penelitian a. Validitas Isi

Validitas isi diselidiki lewat analisis rasional terhadap isi tes serta didasarkan pada

Professional judgement yang bersifat subyektif. Uji coba validitas isi dilakukan sebelum uji coba dilaksanakan. Analisis validitas isi dilakukan dengan cara memeriksa relevansi antara item-item yang telah disusun dengan atribut psikologis yang ingin diukur (Azwar, 1999). Kesesuaian antara item dengan aspek yang bersangkutan dapat dilakukan dengan cara membandingkan item yang telah dibuat oleh penulis dengan tabel spesifikasi yang memuat tentang bagian dari sisi tes dan kompetensi yang diukur dalam tiap bagian sesuai dengan kawasan ukur.

Analisis rasional ini selain diperiksa oleh penulis juga dikoreksi oleh seseorang yang dianggap ahli, dalam hal ini dosen pembimbing.

b. Seleksi Item

Dalam penelitian ini, seluruh analisis item dilakukan dengan komputer menggunakan perangkat lunak SPSS for Windows versi 12.0.

1) Skala Perilaku Prososial Pendonor Darah

(54)

final skala yang dipakai dalam penelitian ini. Batasan uji kesahihan item yan digunakan yaitu rix ≥ 0,30. Berikut ini disajikan nomor item yang valid dan gugur pada tabel 5.

Tabel 5. Item Valid dan Gugur Skala Perilaku Prososial Pendonor Darah

c. Uji Reliabilitas Alat Ukur

Seluruh penghitungan dalam pengujian reliabilitas alat ukur dilakukan dengan komputer lewat perangkat lunak SPSS for Windows versi 12.0 menggunakan program uji keandalan koefisien reliabilitas Alpha dari Cronbach. Item-item yang diikutsertakan dalam uji reliabilitas ini hanyalah item-item yang sahih saja.

1) Reliabilitas Skala Perilaku Prososial Donor Darah

Reliabilitas Skala Perilaku Prososial Donor Darah diperoleh dengan menggunakan No. Aspek - Aspek No. Item Valid No. Item Gugur

Favourable Unfavourable Favourable Unfavourable

(55)

reliabilitas item yang valid dari Skala Perilaku Prososial Donor Darah sebesar : 0,969 (rxx’ = 0,969)

Dari penghitungan validitas dan reliabilitas alat ukur dapat diketahui bahwa kedua skala tersebut telah memenuhi persyaratan sebagai alat ukur, sehingga dapat digunakan sebagai alat ukur dalam penelitian sesungguhnya.

B. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dalam rangka memberikan deskripsi tentang Perilaku Prososial Pendonor Darah dilakukan pada tanggal 1 Agustus 2007 sampai dengan tanggal 10 Agustus 2007. Penelitian tersebut dilaksanakan di Unit Transfusi Darah Palang Merah Indonesia Cabang Yogyakarta pada pendonor tetap dan pengganti dengan jumlah 138 orang.

Ada 138 eksemplar skala yang disebarkan kepada subyek penelitian, semuanya dapat kembali kepada penulis dan memenuhi syarat untuk dianalisa sebab semua item terjawab serta kriteria subyek penelitian dapat dipenuhi.

C. Deskripsi Data Penelitian

Subyek dalam penelitian ini sebanyak 138 pendonor terdiri atas pendonor laki-laki dan perempuan. Jumlah pendonor laki-laki-laki-laki sebanyak 115 pendonor, lalu pendonor perempuan sebanyak 23 pendonor. Sedangkan dari pendonor tetap ada sebanyak 123 pendonor dan pendonor pengganti sebanyak 15 pendonor. Masa mendonorkan rutin berkisar antara 4-59 kali. Kemudian rentang usia subjek pendonor antara 18-61 tahun

(56)

Tabel 6. Deskripsi Data Penelitian

Minimum Maksimum Mean SD

Variabel N

Teoritis Empiris Teoritis Empiris Teoritis Empiris

Donor Darah 138 48 138 192 192 120 170,92 15,79

D. Analisis Data 1. Kategorisasi Perilaku Prososial

Dalam penelitian ini, subyek digolongkan dalam beberapa kelompok berdasarkan skor perilaku prososial yaitu dengan menetapkan kriteria kategorisasi. Subyek dikelompokkan kedalam lima (5) kategori sebagai berikut :

Tabel 7. Norma Kategori Skor

(57)

Tabel 8. Kategori Skor

Skor Kategori

X ≤ 84 Sangat Rendah 84 < X ≤ 108 Rendah

108 < X ≤ 132 Sedang 132 < X ≤ 156 Tinggi

156 < X Sangat Tinggi

Kategorisasi perilaku prososial diperoleh dengan memasukan skor total yang diperoleh subjek penelitian ke dalam norma kategorisasi skala prososial.

Tabel 9. Persentase Kategorisasi Skor Perilaku Prososial

Skor Kategori Persentase (%)

X ≤ 84 Sangat Rendah 0 %

84 < X ≤ 108 Rendah 0 %

108 < X ≤ 132 Sedang 0 %

132 < X ≤ 156 Tinggi 21,73 %

156 < X Sangat Tinggi 78,26 %

Berdasarkan tabel 9, subyek penelitian terbagi dalam 2 kategori skor yaitu kategori tinggi dan kategori sangat tinggi. Jumlah pendonor dengan kategori tinggi 30 pendonor (21,73 %), dan kategori sangat tinggi 108 pendonor (78,26%).

2. Deskripsi Kedudukan Aspek-Aspek Perilaku Prososial

(58)

Tabel 10. Deskripsi Aspek-Aspek Perilaku Prososial

Bedasarkan tabel diatas terlihat jika setiap aspek dalam perilaku prososial diperbandingkan, maka perolehkan mean empirik dan teoritik secara umum subjek penelitian memiliki tingkat kategori perilaku prososial dengan kategori yang tinggi. Hal itu karena mean empirik berada diatas rerata mean teoritik.

Akan tetapi apabila dilakukan perbandingan perolehan nilai mean empirik pada masing-masing aspek perilaku prososial, maka akan terlihat bahwa rerata nilai empirik subjek penelitian paling tinggi ada pada aspek menolong (28,78). Hal ini menunjukan bahwa subjek penelitian cenderung untuk membantu atau meringankan beban individu lain dalam hal ini dimengerti sebagai menolong.

No. Aspek-Aspek N Mean Empirik Mean Teoritik SD

1 Berbagi (sharing) 138 28,46 20 2,678

2 Bekerjasama

(cooperating)

138 14,00 10 1,538

3 Menolong

(helping)

138 28,78 20 2,841

4 Jujur (honesty) 138 28,77 20 2.777

5. Menyumbang

(donation)

138 28,72 20 2,849

6. Merawat (caring) 138 27,94 20 2,949

7. Memberikan

fasilitas

(59)

Tabel 11. Deskripsi Variabel Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid laki-laki 115 83,3 83,3 83,3

perempuan 23 16,7 16,7 100,0

Total 138 100,0 100,0

. Pada hasil pengujian jenis kelamin pria tercatat 115 orang atau 83,3% sedangkan wanita tercatat 23 orang atau 16,7% dari total responden. Persentase itu menunjukan lebih banyak pendonor yang berjenis kelamin pria dibanding wanita.

Tabel 12. Deskripsi Variabel Jenis Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid pegawai

swasta 54 39,1 39,1 39,1

pegawai

negeri 5 3,6 3,6 42,8

wiraswasta 7 5,1 5,1 47,8

pelajar 59 42,8 42,8 90,6

lain-lain 13 9,4 9,4 100,0

Total 138 100,0 100,0

(60)

E. Pembahasan

Berdasarkan hasil pendeskripsian data menggunakan statistik deskriptif, maka diperoleh beberapa penjelasan tentang perilaku prososial pendonor darah. Pada pendeskripsian data penelitian, tampak skor mean empiris skala perilaku prososial sebesar 170,92. artinya subjek penelitian sebanyak 138 orang mempunyai kemampuan perilaku prososial yang tinggi, karena mean empiris lebih tinggi dari mean teoritis sebesar 120. Temuan itu sesuai dengan pemahaman bahwa perilaku prososial pendonor darah adalah kemampuan individu untuk bertindak menolong yang terencana terhadap individu lain secara sukarela dengan tujuan untuk mensejahterakan masyarakat. Hal ini juga sesuai dengan pemahaman bahwa perilaku prososial pendonor darah adalah kemampuan individu yang memberikan darah, plasma atau komponen darah lainnya atas kerelaan mereka sendiri dan tidak menerima uang atau bentuk pembayaran lainnya (Pedoman Pelayanan Tranfusi Darah, 2001).

Pada kesempatan ini juga terdapat beberapa pendeskripsian dari tiap aspek seperti berbagi (sharing), bekerjasama (cooperating), menolong (helping), jujur (honesty), menyumbang (donation), merawat (caring) dan memberikan fasilitas.

(61)

dengan pemahaman perilaku prososial dapat diartikan sebagai tindakan menolong atau tindakan yang terencana dari individu untuk menolong individu lain, tanpa disertai adanya harapan akan suatu penghargaan (Batson dalam Taylor, Peplau, Sears, 2000)

Hasil pengujian juga dilakukan berdasarkan aspek-aspek dari perilaku prososial seperti berbagi (sharing), bekerjasama (cooperating), menolong (helping), jujur (honesty), menyumbang (donation), merawat (caring) dan memberikan fasilitas.

Berdasarkan perbandingan ketujuh aspek terlihat bahwa ada tiga aspek yang mempunyai rerata nilai yang tipis perbedaannya, yaitu aspek berbagi (28,46), aspek menolong (28,78), dan aspek kejujuran (28,77)

Tampak dari ketiga aspek itu, aspek menolong (28,78) mempunyai rerata nilai empirik tertinggi. Hal ini mau menunjukan bahwa aspek menolong adalah komponen utama pembentuk perilaku prososial. Pendonor akan mampu melakukan perilaku prosoial apabila indovidu itu mempuytai kemampuan untuk menolong individu lain. Hal itu juga sesuai dengan pemahaman aspek menolong (Simpson & Messer, dkk dalam Cholidah, 1996) bahwa aspek itu sebagai tindakan individu membantu atau meringankan beban individu lain.

(62)

kemampuan tidak berlaku curang, tulus dan iklas dalam perkataan maupun perbuatannya.

Selain itu tampak aspek terendah adalah aspek bekerjasama (14,00) walau memiliki nilai empirik terendah setiap aspek pembentuk perilaku prososial adalah penting. Setiap aspek akan membentuk suatu kemampuan individu dalam melakukan perilaku prososial dalam kehidupan sehari-hari.

Variabel lain yang juga dianalisa yaitu variabel jenis kelamin, usia dan jenis pekerjaan. Pada hasil pengujian jenis kelamin pria tercatat 115 orang atau 83,3% sedangkan wanita tercatat 23 orang atau 16,7% dari total responden. Persentase itu menunjukan lebih banyak pendonor yang berjenis kelamin pria dibanding wanita.

Pada variable usia menunjukan usia pendonor antara 18 sampai dengan 61 tahun. Persentase paling banyak terdapat pada usia 20-30 tahun. Variabel ini menjadi penting untuk dicantumkan karena ada pemahaman bahwa seiring bertambahnya usia, maka individu akan menerima norma-norma sosial dan nilai tentang perilaku prososial. Harapannya bahwa akan lebih memiliki kepekaan terhadap perilaku prososial (Worchel & Coper, 1983).

(63)
(64)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Ada beberapa hal berdasarkan hasil penelitian yang penting untuk dijadikan gambaran mengenai perilaku prososial pendonor yaitu

1. Tampak skor mean empiris skala perilaku prososial sebesar 170,92. artinya subjek penelitian sebanyak 138 orang mempunyai kemampuan perilaku prososial yang tinggi, karena mean empiris lebih tinggi dari mean teoritis sebesar 120.

2. Subyek dikelompokkan kedalam lima (5) kategori, yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, sangat tinggi. Lewat kategori itu akan tampak pengukuran seberapa tinggi pendonor dikatakan memiliki perilaku prososial. subyek penelitian terbagi dalam 2 kategori skor yaitu kategori tinggi dan kategori sangat tinggi. Jumlah pendonor dengan kategori tinggi 30 pendonor (21,73 %), dan kategori sangat tinggi 108 pendonor (78,26%).

3. Aspek menolong (28,78) mempunyai rerata nilai empirik tertinggi. Hal ini mau menunjukan bahwa aspek menolong adalah komponen utama pembentuk perilaku prososial. Pendonor akan mampu melakukan perilaku prosoial apabila individu itu mempuytai kemampuan untuk menolong individu lain.

(65)

5. Pada hasil pengujian jenis kelamin pria tercatat 115 orang atau 83,3% sedangkan wanita tercatat 23 orang atau 16,7% dari total responden. Persentase itu menunjukan lebih banyak pendonor yang berjenis kelamin pria dibanding wanita. 6. Beberapa jenis pekerjaan yaitu pegawai swasta tercatat 54 orang atau 39% dari

total responden. Pada pendonor yang bekerja sebagai wiraswasta tercatat sebasar 7 orang atau 5,1% dari total responden. Tercatat juga pendonor yang berstatus sebagai pelajar atau mahasiswa sebesar 59 orang atau 42,8% dari total responden.sedangkan tercatat 13 orang atau 9,4% yang termasuk dalam kategori lain-lain.

B. Saran

1. Bagi Unit Transfusi Darah PMI Cabang Yogyakarta

Palang Merah sebagai organisasi yang mengayomi para pendonor darah hendaknya dapat lebih memberikan stimulus lagi akan tumbuhnya pendonor dalam masyarakat, khususnya pemenuhan kebutuhan akan darah.

2. Bagi ilmu psikologi

Temuan dari penelitian ini hendaknya dapat dijadikan bahan untuk memperkaya kajian dalam bidang psikologi, terutama kajian dalam bidang psikologi sosial. khususnya penelitian tentang perilaku prososial pendonor dalam masyarakat.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Gambar

Tabel 1. Blue Print Skala Perilaku Prososial
Tabel 2. Norma Kategorisasi Perilaku Prososial
Tabel 3. Kategorisasi Perilaku Prososial
Tabel 4. Laporan Jumlah Donor Darah Per Tahun
+6

Referensi

Dokumen terkait

terasa di awal tahun 2009, yang ditunjukkan dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi Jawa Barat sebesar 4,1% (yoy) pada triwulan I-2009, melambat dibandingkan dengan triwulan

Pada kondisi awal, kemampuan pemecahan masalah siswa SMP N 1 Ngemplak masih rendah. Hal tersebut disebabkan oleh guru yang masih menerapkan strategi pembelajaran

Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik

Aktualisasi diri yang terdapat dalam UKM Sepak Bola USU dapat dilihat dari kebutuhan fisiologis yang didapat oleh mahasiswa, kenyamanan berada dilingkungan

P Permanen: 2) P-O-P Temporer; dan 3) Media in store (di dalam toko). Bagi para manajer ritel penerapan Point-of-Purchase dilakukan karena keinginan untuk mencapai: 1) Hasil

Yang dimaksud dengan “kondisi krisis atau darurat penyediaan tenaga listrik” adalah kondisi dimana kapasitas penyediaan tenaga listrik tidak mencukupi kebutuhan beban di daerah

A adalah kondisi awal anak yang memiliki kesulitan dalam melakukan gerakan melompat sederhana yang diberikan dan tanpa perlakuan pada kemampuan akademiknya, B

Peserta yang telah melakukan pendaftaran akan dihubungi oleh pihak panitia pada tanggal 5 Oktober 2016 untuk konfirmasi.. Formulir pendaftaran dapat diambil di sekretariat