• Tidak ada hasil yang ditemukan

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun Oleh : El. Ruri Suryani NIM : 049114029

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

Orang sukses, berhenti untuk mencari alasan

(5)
(6)

vi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui motivasi berprestasi pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma tahun angkatan 2009. Latar belakang dari penelitian ini adalah pentingnya melihat motivasi berprestasi pada mahasiswa di awal perkuliahan sebagai upaya deteksi dini. Motivasi berprestasi adalah keinginan untuk menyelesaikan sesuatu, untuk mencapai suatu standar kesuksesan, dan untuk melakukan suatu usaha dengan tujuan untuk mencapai kesuksesan. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang secara resmi terdaftar di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma dengan tahun akademik 2009. Subyek penelitian sebanyak 61 mahasiswa, yang terdiri dari 12 mahasiswa laki-laki dan 49 mahasiswa perempuan dengan rentang usia 18 hingga 21 tahun. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan mengunakan skala Likert. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Motivasi Berprestasi yang dibuat oleh peneliti. Berdasarkan data statistik item dan reliabilitas pada skala Motivasi Berprestasi, dari 90 item diperoleh 47 item yang lolos seleksi dengan koefisien reliabilitas alpha sebesar 0,838. Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa secara umum subyek penelitian memiliki motivasi berprestasi yang tinggi. Hal ini terlihat dari hasil mean empirik > mean teoritik yaitu 134,80 > 117,5. Bila dilihat dari setiap aspek motivasi berprestasi, aspek memiliki tanggung jawab pribadi terhadap kinerja (31,15) merupakan aspek motivasi berprestasi yang paling dominan dibandingkan dengan aspek inovatif (29,49), tekun (28,25), memilih tugas dengan tingkat kesulitan sedang (24,87), dan membutuhkan umpan balik terhadap kinerja (21,05) dalam diri mahasiswa.

(7)

vii

This research is conducted to find out Achievement Motivation of Psychology Students of Sanata Dharma University 2009. The background of this research is the importance of seeing achievement motivation in the beginning of college as the early detection effort. Achievement motivation is the desire to accomplish something, to achieve a standard of success, and to make an effort with the goal to achieve success. The subjects of this research are the students who officially registered at Psychology Faculty of Sanata Dharma University whose academic years 2009. The research subjects are 61 students consist of 12 male students and 49 female students which their age range is 18 until 21 years. The methodology used in this research is Likert scale. The instrument used is achievement motivation scale that is made by researcher. Based on the data statistic item and reliability on Achievement Motivation scale, from 90 items it is resulted on 47 items which pass the selection by alpha reliability of 0,838. From the data analysis research, the writer concluded that students have high achievement motivation generally. It can be seen from the result of empiric mean > theoretic mean that is 134,80 > 117,5. From every achievement motivation aspect, personal responsibility for performance (31,15) is the most dominant aspect among innovativeness (29,49), persistence (28,25), preference on moderate task difficulty (24,87), and need for performance feedback (21,05) of students.

(8)
(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala

berkat dan perlindungan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan baik. Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan atas bantuan

berbagai pihak, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Christina Siwi Handayani, S.Psi., M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Ibu Sylvia Carolina MYM., S.Psi., M.Si., selaku Kaprodi Psikologi Fakultas

Psikologi Universitas Sanata Dharma.

3. Ibu ML. Anantasari, S.Psi., M.Si., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang

telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, nasihat, serta kritikan

selama proses penyusunan skripsi dengan penuh kesabaran kepada penulis sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Bapak Minta Istono, S.Psi., M.Si., selaku dosen penguji II yang telah memberikan

masukan yang bermanfaat demi kesempurnaan skripsi ini.

5. Ibu Agnes Indar Etikawati, S.Psi., Psi., M.Si., selaku dosen penguji III yang telah

memberikan masukan yang bermanfaat demi kesempurnaan skripsi ini.

6. Ibu Lusia Pratidarmanastiti, M.S., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

selalu memberikan dukungan selama kuliah maupun saat penyusunan skripsi.

7. Segenap staf pengajar Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang

telah memberikan segala bekal ilmu pengetahuan tentang dunia psikologi

(10)

x

praktikum dan selama penulis menjadi asisten, serta mas Doni, atas segala

bantuan dalam proses peminjaman buku.

9. Keluargaku tercinta, Bapak, Ibu, Mbak Heni, Mbah Uti, dan Mas Hendra

yang selalu memberikan dukungan, doa, dan perhatian yang tidak akan

pernah dapat terbalaskan. Maaf telah membuat kalian menunggu sangat lama

untuk penyelesaian skripsi ini.

10. Thomas Sukarjo, terima kasih untuk paket kesabaran, kasih sayang, perhatian,

dan dukungan, yang always ready stock and priceless. Segera menyusul ya!!! 11. Teman-teman seperjuanganku, Fanni, Wulan, Lusi, Tinul, Spy, Siska, Mas

Eky, Asti, Aliet, Ucie, Sumar, terima kasih atas kerja sama, dukungan,

semangat, dan masukan yang selalu mengalir setiap saat, juga kebersamaan

dan suka duka yang kita lalui sehingga membuatku merasa tak pernah sendiri,

serta teman-teman lain yang tidak bisa disebutkan satu-persatu, terima kasih

telah membuat hidupku menjadi semakin istimewa. Selalu kusisipkan doa

untuk kalian juga. Terutama Bety, atas kesediaan menjadi tutor SPSS serta

diskusi yang bermanfaat dan bantuan tiada tara dalam penyelesaian skripsi ini

12. Panggih, Andhex, Siddha, dan Onald yang senantiasa menyempatkan waktu

untuk berkumpul di tengah kesibukan masing-masing dan tetap menjalin

komunikasi dengan baik hingga saat ini meskipun jarak memisahkan. Sukses

(11)

xi

Diana serta teman-teman asisten; Fanni, Ucie, Ita, Sumar, Patje, Tinul,

Mumun, Sari, Iie, Nora, Iin, Alma, Indra, Devi, Emak, Rona, Nur, Made,

Reni, Nia, Ika, Anggi, Dian, Clara, terima kasih atas kerja sama dan

pengalaman kerja yang telah diberikan,

15. Teman-teman angkatan 2009 yang telah bersedia mengisi angket penelitian.

Terima kasih atas partisipasi dan kerja sama yang baik sehingga pengambilan

data penelitian ini dapat berjalan dengan lancar.

16. Semua pihak yang tanpa sengaja belum penulis sebut di sini, terima kasih atas

segala bantuan yang telah diberikan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, penulis sangat berterimakasih atas semua masukan baik yang berupa

saran maupun kritik yang dapat membangun. Akhir kata, penulis berharap semoga

skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak.

Yogyakarta, 20 September 2010

(12)

xii

 

Motivasi Berprestasi …...………... …

23

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ……… 33

HALAMAN JUDUL ……….………. i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ….………….. ii

HALAMAN PENGESAHAN …………..……….. iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ……… iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………..………...…… v

ABSTRAK ………..……… vi

ABSTRACT ………...………. LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ………. vii 1. Pengertian Motivasi Berprestasi ……… 2. Aspek-aspek Motivasi Berprestasi ………. 3. Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Berprestasi …….. 6 6 8 14 B. Dinamika Motivasi Berprestasi Mahasiswa Secara Umum ... C. Pertanyaan Penelitian ………... 32

A. Jenis Penelitian ………... 33

B. Variabel Penelitian ………...………… 33

(13)

 

xiii

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……….. 43

………... 3. Reliabilitas ………... H. Metode Analisis Data ………..

37 37 40 41

A. Pelaksanaan Penelitian ……….……….. B. Hasil Penelitian ………... 1. Deskripsi Data Penelitian ……… 2. Uji Mean Empirik dan Mean Teoritik ………. 3. Uji Normalitas ………

4. Deskripsi Kedudukan Masing-Masing Aspek ... C. Pembahasan ………

DAFTAR PUSTAKA ……….

(14)

 

xiv

2. Distribusi Item Skala Motivasi Berprestasi Setelah Uji Coba … 39

               

3. Blue Print Skala Motivasi Berprestasi untuk Penelitian ………. 40

4. Deskripsi Data Penelitian ……… 43

5. Uji Mean Empirik dan Mean Teoritik ……… 44

6. Deskripsi Data Masing-masing Aspek Motivasi Berprestasi …. 45

 

(15)

 

xv

Lampiran 2. Contoh Distribusi Skor Uji Coba ………... 64

ampiran 3. Analisis Data Uji Coba Skala Motivasi Berprestasi ……... 1

L 71 Lampiran 4. Skala Penelitian Motivasi Berprestasi ……… 85

Lampiran 5. Contoh Distribusi Skor Penelitian ………... 91

Lampiran 6. Analisis Data Uji Normalitas ………. 95

Lampiran 7. Data Total ………... 96

Lampiran 8. Data Setiap Aspek ………..

Lampiran 9. Mean Empirik Setiap Aspek ………..

99 01

(16)

A. Latar Belakang Masalah

Banyak permasalahan yang dihadapi mahasiswa selama menyelesaikan pendidikannya di perguruan tinggi. Mahasiswa tidak hanya diharapkan mampu menyerap kuliah yang diterimanya melainkan juga mengembangkan apa yang diterima dari dosen secara kreatif sehingga mampu menghasilkan prestasi yang optimal.

Berdasarkan hasil wawancara informal yang dilakukan oleh peneliti terhadap beberapa mahasiswa Psikologi Sanata Dharma angkatan 2007 dan 2008, awalnya para mahasiswa membayangkan bahwa menempuh pendidikan di Fakultas Psikologi cukup mudah dan tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menyelesaikan studi di fakultas tersebut. Namun pada kenyataannya, mulai bermunculan permasalahan-permasalahan dalam belajar yang dialami oleh mahasiswa tersebut.

Permasalahan yang dialami oleh mahasiswa Psikologi Universitas Sanata Dharma antara lain kurangnya kualitas tugas, keterlambatan pengumpulan tugas, terjadinya plagiasi, serta kurangnya pemahaman terhadap materi perkuliahan.

Terdapat banyak faktor yang terkait dengan situasi tersebut, salah satunya yaitu motivasi berprestasi. Motivasi berprestasi adalah keinginan untuk menyelesaikan sesuatu, untuk mencapai suatu standar kesuksesan, dan

(17)

untuk melakukan suatu usaha dengan tujuan untuk mencapai kesuksesan (Santrock, 2003). Hal tersebut sejalan dengan pendapat Woolfolk (2004) yang menyatakan bahwa motivasi berprestasi merupakan hasrat atau dorongan untuk meningkatkan suatu keunggulan dan meraih suatu kesuksesan. Individu yang memiliki motivasi berprestasi adalah individu yang berorientasi pada tugas, menyukai pekerjaan-pekerjaan yang menantang dan selalu berjuang untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Pentingnya motivasi berprestasi antara lain mengarahkan perilaku pada tujuan khusus, meningkatkan usaha dan energi, meningkatkan ketekunan dalam aktivitas, mempengaruhi proses kognitif, dan seringkali mempertinggi kinerja (Ormrod, 2003). Motivasi berprestasi merupakan hal terpenting dalam proses belajar, tidak hanya sebagai penggerak tingkah laku, tetapi juga mengarahkan dan memperkuat tingkah laku dalam belajar. Oleh karena itu, motivasi berprestasi menjadi suatu prediktor kesuksesan yang baik di masa depan.

Mahasiswa angkatan 2009 merupakan angkatan terbawah di tahun 2010, hal ini menandakan bahwa mereka masih dalam tahap penyesuaian diri, terutama terhadap proses belajar dan perkuliahan. Tuntutan tanggung jawab yang besar sebagai seorang mahasiswa dan berbagai godaan yang muncul baik dari dalam pribadi maupun dari lingkungan seringkali menyebabkan tidak semua mahasiswa konsisten termotivasi untuk berprestasi.

(18)

dan proses pendampingan belajar mengingat belum adanya data mengenai motivasi berprestasi pada angkatan 2009.

Apabila ditemukan bahwa motivasi berprestasi angkatan 2009 tinggi, maka hal tersebut harus terus dipupuk untuk mempertahankan dan melanjutkannya, Namun jika ternyata motivasi berprestasi angkatan 2009 rendah, proses pendampingan hendaknya dilakukan sebagai antisipasi supaya tidak terjadi hal-hal yang dikhawatirkan seperti yang sudah dijelaskan di awal. Selain itu, apabila motivasi berprestasi muncul dari dalam individu sejak dini diharapkan akan tumbuh pula tanggung jawab yang mengarahkan mereka pada keberhasilan, khususnya dalam kelancaran studi dan kesuksesan dalam kehidupan nyata pada umumnya.

Kecenderungan permasalahan yang mungkin dialami oleh mahasiswa 2009 apabila tidak ada motivasi berprestasi antara lain kurangnya tanggung jawab dalam melaksanakan tugas utama sebagai mahasiswa, semakin tingginya plagiasi, kurangnya kepercayaan terhadap kemampuan untuk bekerja secara mandiri dan optimis, mudah merasa puas terhadap prestasi yang telah diraih dan nantinya akan mengarah pada penurunan nilai serta angka kelulusan pada tahun-tahun selanjutnya.

(19)

B. Rumusan Masalah

Permasalahan pokok yang ingin diungkap oleh peneliti dalam penelitian ini adalah bagaimana tingkat motivasi berprestasi pada mahasiswa Psikologi Universitas Sanata Dharma tahun angkatan 2009.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat motivasi berprestasi pada mahasiswa Psikologi Universitas Sanata Dharma tahun angkatan 2009.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis

Menambah kajian teoretis bagi Psikologi Perkembangan Remaja mengenai motivasi berprestasi pada mahasiswa Universitas Sanata Dharma tahun angkatan 2009.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi mahasiswa

(20)

b. Bagi Dosen Pembimbing Akademik

Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan atau bahan refleksi terhadap proses pendampingan yang sudah ada.

c. Bagi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

Sebagai suatu informasi yang dapat dipergunakan untuk menyusun metode pengajaran yang tepat guna meningkatkan motivasi berprestasi mahasiswa serta bagaimana mempertahankan motivasi berprestasi tersebut pada tahun-tahun selanjutnya.

(21)

A. Motivasi Berprestasi

1. Pengertian Motivasi Berprestasi

Motivasi berprestasi merupakan keinginan untuk sukses dalam kompetisi, yang berkeinginan untuk mengungguli orang lain dengan mencapai suatu prestasi atau suatu standar tertentu yang dianggap berhasil (McClelland, 1997).

Menurut Woolfolk (2004), motivasi berprestasi merupakan suatu keinginan untuk berhasil, berusaha keras, dan mengungguli orang lain berdasarkan suatu standar mutu tertentu.

Murray mengidentifikasikan motivasi berprestasi sebagai keinginan untuk meraih kesuksesan, untuk melakukan suatu hal lebih baik dari orang lain, dan untuk menguasai tugas-tugas menantang, serta keinginan untuk mengungguli terutama dalam persaingan dengan orang lain (Huffman, 1997).

McClelland dan Atkinson mengemukakan bahwa motivasi berprestasi adalah keinginan positif untuk menyelesaikan tugas dan bersaing dengan sukses melebihi standar keunggulan (Huffman, 1997).

Motivasi berprestasi adalah keinginan untuk mencapai sesuatu, untuk mencapai standar keunggulan, dan untuk mengerahkan usaha demi mencapai keunggulan (Santrock, 2005).

(22)

Winkel (1996) mengemukakan motivasi berprestasi sebagai daya penggerak dalam diri mahasiswa untuk mencapai taraf yang setinggi mungkin, adapun mengenai taraf yang setinggi mungkin itu ditentukan oleh individu sendiri.

Gage dan Berliner (2002) mengatakan bahwa motivasi berprestasi adalah usaha untuk meraih sukses dan menjadi yang terbaik dalam melakukan sesuatu.

Motivasi berprestasi mencerminkan perbedaan individu dalam pentingnya perencanaan dan bekerja untuk mencapai tujuan seseorang (Gerrig, 2008).

Motivasi berprestasi didefinisikan oleh Murray (dalam Elias, 1994) sebagai keinginan atau kecenderungan untuk melakukan suatu hal dengan sebaik mungkin atau lebih baik daripada orang lain.

(23)

dirasa berperan dalam kesuksesan atau kegagalan antara lain kemampuan, usaha, tingkat kesulitan tugas, dan keberuntungan (Weiner dalam Elias, 1994).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi berprestasi adalah dorongan yang muncul dalam diri individu untuk mengatasi rintangan, memelihara kualitas kerja yang tinggi, dan berkompetisi dengan beberapa ukuran keunggulan tertentu melalui usaha-usaha untuk melebihi perbuatan yang lampau atau mengungguli orang lain dalam rangka mengembangkan kualitas pribadinya setinggi mungkin demi meraih kesuksesan.

2. Aspek-aspek Motivasi Berprestasi

McClelland (1985) mengungkapkan karakteristik individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi, antara lain :

a. Memilih tugas dengan tingkat kesulitan sedang

(24)

sehingga mereka akan memilih tugas yang memiliki tingkat kesulitan sedang.

Banyak penelitian menunjukkan bahwa individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi memiliki kinerja yang baik ketika memilih pekerjaan yang memiliki tantangan tidak terlalu tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh suatu pemikiran bahwa ketrampilan dan ketetapan hatinya menunjukkan suatu usaha yang masuk akal untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Individu dengan tingkat motivasi berprestasi tinggi cenderung menghindari situasi dimana kesuksesan dalam pekerjaan diperoleh dengan mudah. Mereka akan memilih pekerjaan dengan tingkat kesulitan yang sedang dan tidak takut akan kegagalan. Sedangkan individu dengan tingkat motivasi berprestasi rendah cenderung memilih tugas yang mudah untuk menghindari kegagalan atau memilih tugas yang sangat sulit dimana kegagalan tidak memiliki implikasi yang negatif karena umumnya orang akan gagal dalam pekerjaan tersebut (McClelland, 1985).

(25)

dengan usaha yang mereka lakukan (Weiner dalam McClelland, 1985).

Subyek dengan motivasi berprestasi tinggi memperkirakan suatu tugas lebih mudah bagi mereka pada awalnya, sehingga mereka dapat tertarik, bekerja lebih keras pada tugas yang sulit dan bekerja tidak terlalu keras pada tugas yang mudah daripada subyek dengan motivasi berprestasi rendah (McClelland, 1985).

b. Tekun

Individu dengan motivasi berprestasi tinggi cenderung mampu bertahan lebih lama dalam mengerjakan berbagai tugas. McClelland (1985) mengemukakan bukti dari penelitian French & Thomas pada tahun 1958 yang menemukan 47% subyek dengan motivasi berprestasi tinggi persisten pada batas waktu dalam pekerjaan yang tak terpecahkan, dibandingkan dengan 2% subyek yang memiliki tingkat motivasi berprestasi rendah.

(26)

setelah gagal pada tugas yang sulit daripada tugas yang mudah. Kesuksesan pada tugas yang mudah dapat meningkatkan kemungkinan sukses namun mengurangi ketertarikan individu dengan motivasi berprestasi tinggi untuk melanjutkan tugas dan cenderung berhenti menyelesaikannya. Sebaliknya, keberhasilan pada beberapa tugas yang sulit dapat mengubah kemungkinan sukses menuju ketertarikan yang lebih besar pada individu dengan motivasi berprestasi tinggi.

c. Memiliki tanggung jawab pribadi terhadap kinerjanya

Subyek dengan motivasi berprestasi tinggi secara teoretis lebih memiliki tanggung jawab pribadi terhadap hasil kinerja mereka, karena hanya di bawah kondisi demikian mereka memperoleh kepuasan dalam melakukan segala sesuatu dengan baik.

Individu dengan motivasi berprestasi yang tinggi menyukai situasi yang memungkinkan mereka mengambil tanggung jawab secara pribadi atas karyanya. Hal ini memberikan kesempatan kepada mereka untuk memperoleh kepuasan pribadi atas prestasinya ataupun atas pengerjaan sesuatu yang lebih baik, karena bagi mereka yang terpenting adalah hasil dari ketrampilan dan usaha mereka.

(27)

situasi yang memiliki resiko sedang dimana secara signifikan lebih sering muncul dibandingkan beberapa orang dengan motivasi berprestasi rendah.

d. Membutuhkan umpan balik terhadap kinerjanya

Subyek dengan motivasi berprestasi tinggi lebih memilih bekerja dalam situasi yang memungkinkan mereka memperoleh umpan balik yang mencerminkan kualitas pekerjaan mereka secara akurat dan spesifik. Mereka ingin mengetahui seberapa baik pekerjaan mereka sehingga dapat diketahui dengan cepat apakah hasilnya lebih baik atau lebih buruk daripada orang lain dan dari kegiatan lampau. Mereka juga merespon secara positif informasi tentang pekerjaan mereka.

(28)

masalah dibandingkan dengan seberapa baik mereka bergaul dengan anggota kelompok tersebut dan komentar mengenai karakteristik personal mereka.

Bartman (dalam McClelland, 1985) mengemukakan bahwa subyek yang memiliki motivasi berprestasi tinggi lebih menyukai berada di bawah situasi yang langsung mendapatkan umpan balik kinerja daripada subyek yang memiliki motivasi berprestasi rendah.

e. Inovatif

Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi cenderung melakukan suatu pekerjaan dengan cara yang berbeda, efisien, dan lebih baik daripada sebelumnya. Mereka biasanya menghindari rutinitas dan lebih mungkin mencari informasi untuk menemukan cara yang lebih baik dalam mengerjakan suatu tugas. Sheppard dan Belitsky (dalam McClelland, 1985) menemukan bahwa individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi lebih aktif mencari informasi baru daripada individu yang memiliki motivasi berprestasi rendah.

(29)

dengan kesulitan yang tidak biasa, mereka tidak akan bertahan dalam menyelesaikannya, selanjutnya beralih untuk mengerjakan hal lainnya. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi antara lain memilih tugas dengan tingkat kesulitan sedang, tekun, memiliki tanggung jawab pribadi dan membutuhkan umpan balik terhadap kinerjanya, serta inovatif.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Berprestasi

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap motivasi berprestasi seseorang, antara lain :

a. Kemampuan intelektual

Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan tingkat intelektual menghasilkan tingkat motivasi berprestasi yang berbeda pula. Martaniah (1984) mengemukakan bahwa subyek dengan intelektual yang rendah memiliki perbedaan motivasi berprestasi dengan subyek yang memiliki intelektual tinggi.

(30)

usaha yang lebih keras, mampu mengantisipasi kegagalan dan lebih percaya diri (McClelland, 1985).

Semakin tinggi intelektualitas individu, akan semakin mudah bagi dirinya untuk menganalisa permasalahan, memberikan penilaian dan mencari pemecahan yang tepat dan efektif. Hal tersebut menyebabkan individu mempunyai keinginan untuk meraih kesuksesan, karena percaya bahwa dirinya mempunyai potensi yang besar untuk mencapainya.

b. Usia

Motivasi berprestasi individu mengalami perubahan sesuai dengan usia individu tersebut dan sudah dapat dilihat sejak seseorang berusia lima tahun. Heckhausen dan Roelofsen (dalam Monks, 2002) menyatakan bahwa anak-anak mulai usia 3,5 tahun sudah mampu membandingkan prestasi mereka dengan orang lain. Penafsiran mereka mengenai prestasi orang lain ini menyebabkan anak mencoba untuk melakukan tugasnya lebih cepat dan lebih baik dari orang lain.

Motivasi berprestasi individu berada dalam kondisi yang tinggi pada usia 20 sampai 30 tahun. Menurut Smith (dalam Schultz, 1994), motivasi berprestasi akan menurun pada saat usia 35sampai 45 tahun (middle age), ketika kebanyakan individu telah berada pada puncak karir.

(31)

Santrock, 2009). Larson (dalam Santrock, 2007) mendefinisikan masa remaja, dengan mempertimbangkan konteks sosio-historis, sebagai periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional.

Rentang usia dari remaja dapat bervariasi terkait dengan lingkungan budaya dan historisnya. Perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional yang dialami remaja dapat berkisar mulai dari perkembangan fungsi seksual, proses berpikir abstrak, hingga kemandirian (Santrock, 2007).

Masa remaja adalah masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Masa remaja dimulai kira-kira usia 10 sampai 13 tahun dan berakhir antara usia 18 dan 22 tahun dengan tugas pokok untuk mempersiapkan diri memasuki masa dewasa.

(32)

Pada masa remaja juga terjadi peningkatan kekuatan mental yang menyebabkan peningkatan dalam mengemukakan pendapat, kemampuan berpikir dan memahami, dan dalam kemampuan mengingat sehingga remaja mempunyai perhatian terhadap lingkungan yang bersifat intelektual dan sosial (Martaniah, 1984).

c. Jenis kelamin

Suatu konsep mengenai motivasi berprestasi dikembangkan oleh Martina Horner (dalam Santrock, 2003), yang menunjukkan bahwa banyak hasil penelitian diperoleh dari subyek berjenis kelamin laki-laki. Ia menemukan bahwa respon yang berkaitan dengan prestasi yang disampaikan oleh perempuan berbeda dengan yang diberikan oleh pria. Menurut teorinya, perempuan tidak mengungkapkan gambaran prestasi yang sama dengan pria karena adanya ketakutan akan kesuksesan (fear of success), yaitu kekhawatiran individu bahwa ia akan ditolak oleh lingkungan sosialnya jika mereka sukses. Beberapa tahun setelahnya, ketakutan akan kesuksesan yang diyakini ada pada perempuan juga ditemukan pada pria. Perempuan masih khawatir ditolak oleh lingkungannya, namun pria khawatir bahwa semua usaha mereka akan berakhir dengan tidak memuaskan (Williams dalam Santrock, 2003).

(33)

berkaitan dengan kemampuannya dalam menyelesaikan tugas akademik (Maccoby & Jacklin dalam Davidoff, 1987). Namun di sisi lain, berbagai macam penelitian mengenai motivasi berprestasi menemukan bahwa motivasi berprestasi tidak dapat memprediksikan perilaku pria dan wanita. Wanita dalam budaya tradisional kita tidak dianjurkan untuk sukses, paling tidak bukan dalam area aktivitas yang sama, dan berusaha keras demi kesuksesan mungkin menimbulkan konsekuensi negatif (Braun, 1979).

d. Konsep diri

(34)

suatu prestasi dengan demikian tidak tumbuh motivasi berprestasi dalam dirinya.

e. Dukungan sosial 1) Keluarga

Penelitian awal menunjukkan bahwa latihan kemandirian yang diberikan orangtua sejak dini meningkatkan prestasi, namun penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa orangtua perlu menuntut standar berprestasi yang tinggi, menjadi model dengan perilaku yang berorientasi prestasi, dan memberi hadiah bagi remaja atas prestasinya, agar remaja mereka berorientasi pada prestasi (Huston-Stein & Higgens-Trenk, dalam Santrock, 2003).

Penelitian lain yang dilakukan oleh Winterbottom menemukan bahwa remaja yang memiliki motivasi berprestasi tinggi berasal dari keluarga di mana orangtua menetapkan standar kinerja yang tinggi, memberikan penghargaan terhadap kesuksesan prestasi selama masa anak-anak, serta mendorong otonomi dan kebebasan terhadap anak-anak mereka (dalam Steinberg, 2002).

(35)

pendidikan anak mereka merupakan hal yang penting, aktif untuk berperan serta dalam pendidikan anak mereka, dan mempunyai bahan-bahan yang merangsang anak mereka secara intelektual di rumah (Schneider & Coleman dalam Santrock, 2009).

Schneider & Coleman (dalam Santrock, 2009) juga mengemukakan beberapa praktek pengasuhan orangtua yang positif dalam menghasilkan motivasi berprestasi yang meningkat: a) mengetahui keadaan anak dengan cukup baik untuk

memberikan tantangan dalam jumlah yang tepat dan dukungan dalam jumlah yang tepat

b) memberikan iklim emosional positif yang memotivasi anak untuk menganut nilai dan tujuan orangtua mereka

c) memberikan model perilaku prestasi termotivasi, yaitu bekerja keras dan berusaha dengan tekun pada tugas yang menantang 2) Teman sebaya

Terdapat suatu bukti juga bahwa selain orangtua, teman juga berpengaruh terhadap motivasi berprestasi remaja. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa teman memberikan pengaruh terbesar pada remaja setiap harinya melalui aktivitas di kampus, seperti mengerjakan tugas dan mengikuti perkuliahan di kelas (Kurdek dalam Steinberg, 2002).

(36)

sosial, pembelajaran bersama teman sebaya, serta pengaruh kelompok teman sebaya (Wigfield dkk. dalam Santrock, 2009).

Individu membandingkan diri mereka dengan teman sebaya untuk mengetahui di mana posisi mereka secara akademis dan secara sosial (Ruble dalam Santrock, 2009). Subyek yang lebih diterima oleh teman-teman sebaya mereka dan mempunyai keterampilan sosial yang baik seringkali berhasil dengan lebih baik di kampus dan mempunyai motivasi berprestasi yang positif (Asher & Coie dalam Santrock, 2009).

Studi awal pada peran kelompok teman sebaya dalam motivasi berprestasi mahasiswa berfokus pada peran negatifnya dalam mengalihkan perhatian remaja dari komitmennya terhadap pembelajaran akademis (Goodlad dalam Santrock, 2009). Akhir-akhir ini, kelompok teman sebaya telah dipandang sebagai pengaruh yang positif dan negatif, bergantung pada orientasi motivasi berprestasinya.

(37)

Lingkungan yang paling berpengaruh terhadap motivasi berprestasi remaja adalah pergaulan dengan teman sebaya. Pergaulan dengan teman sebaya berpengaruh besar terhadap segi-segi karakterologis anak, termasuk motivasi berprestasinya yang bisa tinggi atau rendah (Gunarso, 2001).

3) Pengajar

Motivasi berprestasi mahasiswa menjadi optimal ketika para pengajar memberi mereka tugas yang menantang dalam lingkungan yang berorientasi pada kemampuan menguasai yang meliputi dukungan emosional dan kognitif yang baik, bahan yang berarti dan menarik untuk dipelajari dan dikuasai, serta dukungan yang memadai untuk mandiri dan memiliki inisiatif (Wigfield dkk. dalam Santrock, 2009). Perguruan tinggi dengan ekspektasi dan standar akademis tinggi, serta dukungan akademis dan emosional bagi mahasiswanya, seringkali mempunyai siswa-siswa yang termotivasi untuk berprestasi.

(38)

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi berprestasi dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dari luar diri individu. Faktor yang berasal dari dalam diri individu antara lain kemampuan intelektual, usia, dan jenis kelamin. Sedangkan faktor dari luar diri individu adalah dukungan sosial yang berasal dari keluarga, teman sebaya, dan pengajar.

B. Dinamika Motivasi Berprestasi Mahasiswa Secara Umum

Masa transisi dari sekolah menengah atas menuju universitas melibatkan gerakan menuju suatu struktur sekolah yang lebih besar, tidak bersifat pribadi, interaksi dengan kelompok teman sebaya dari daerah yang lebih beragam dan kadang lebih beragam latar belakang etniknya, dan peningkatan perhatian pada prestasi dan penilaiannya (Belle dkk, dalam Santrock, 2002). Transisi tersebut dapat melibatkan hal-hal yang positif antara lain, mahasiswa merasa lebih dewasa, lebih banyak pelajaran yang dapat dipilih, lebih banyak waktu untuk dihabiskan bersama kelompok sebaya, lebih banyak kesempatan untuk mengeksplorasi berbagai gaya hidup dan nilai-nilai, menikmati kemandirian yang lebih luas dari pengawasan orang tua, dan tertantang secara intelektual oleh tugas akademik.

(39)

remaja untuk meraih apa yang diinginkan atau sering juga disebut dengan motivasi berprestasi. Menurut Woolfolk (2004) motivasi berprestasi merupakan suatu keinginan untuk berhasil, berusaha keras, dan mengungguli orang lain berdasarkan suatu standar mutu tertentu.

Mahasiswa secara umum mengemban tanggung jawab untuk belajar, mengerjakan tugas secara optimal, mengumpulkan tugas tepat waktu, dan berperan aktif selama mengikuti proses perkuliahan. Tuntutan tanggung jawab yang besar sebagai seorang mahasiswa dan berbagai godaan yang muncul baik dari dalam pribadi maupun dari lingkungan seringkali menyebabkan tidak semua mahasiswa konsisten termotivasi untuk berprestasi.

Tekanan akademis dan sosial yang baru, memaksa remaja menuju peran-peran baru yang melibatkan lebih banyak tanggung jawab. Seiring remaja mengalami tuntutan prestasi yang lebih kuat, kepentingan sosial mereka dapat memangkas waktu yang mereka butuhkan untuk hal-hal akademis. Pada masa remaja awal, mahasiswa menghadapi pilihan antara apakah mereka akan menghabiskan lebih banyak waktu mereka untuk mengejar tujuan sosial atau tujuan akademik (Henderson & Dweck dalam Santrock, 2009).

(40)

terlihat lebih aktif mengikuti aktivitas kampus di luar kuliah daripada proses perkuliahan.

Beberapa remaja memiliki keinginan berprestasi yang sangat tinggi dan mereka menghabiskan banyak waktu dalam berusaha agar berhasil, sementara yang lainnya tidak termotivasi untuk berhasil dan tidak bekerja keras agar berhasil. Kedua tipe remaja ini berbeda dalam hal motivasi berprestasi. Motivasi berprestasi adalah keinginan untuk menyelesaikan sesuatu, untuk mencapai suatu standar kesuksesan, dan untuk melakukan suatu usaha dengan tujuan untuk mencapai kesuksesan (Santrock, 2003).

Karakteristik individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi menurut McClelland (1985) antara lain memilih tugas dengan tingkat kesulitan sedang, tekun, memiliki tanggung jawab pribadi dan membutuhkan umpan balik terhadap kinerjanya, serta inovatif.

Motivasi berprestasi dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu (internal) dan dari luar diri individu (eksternal). Faktor yang berasal dari dalam diri individu antara lain kemampuan intelektual, usia, dan jenis kelamin. Sedangkan faktor dari luar diri individu adalah dukungan sosial yang berasal dari keluarga, teman, dan pengajar.

(41)

mengkombinasikan, mencari kesimpulan dan memutuskan serta dapat menyelesaikan masalah dalam tempo yang lebih singkat, bisa memahami masalahnya lebih cepat dan cermat serta mampu bertindak cepat (Shalahuddin, 1991).

Beberapa penelitian mengindikasikan bahwa keyakinan seseorang terhadap kemampuan yang dimilikinya memberikan pengaruh yang kuat terhadap motivasi berprestasi mereka (Harter dkk dalam Steinberg, 2002). Remaja yang percaya bahwa dirinya memiliki kemampuan lebih mungkin termotivasi untuk berprestasi (Pintrich dalam Steinberg, 2002).

Dengan demikian seseorang akan mampu mengkombinasikan antara kemajuan teknologi dengan kebutuhan di bidang akademis sehingga perkembangan teknologi tersebut mampu memudahkan mereka dalam menyelesaikan tugas perkuliahan yang pada akhirnya mendukung adanya motivasi berprestasi yang tinggi. Sebaliknya, seorang mahasiswa yang tidak mampu menimbang informasi yang berguna bagi mereka justru lebih tertarik dengan kemajuan teknologi tersebut tanpa disertai dengan pemanfaatan yang optimal sehingga membuat tugas perkuliahan mereka terabaikan dan motivasi berprestasi mereka pun cenderung rendah.

(42)

mahasiswa dituntut untuk memusatkan perhatian mereka dalam pencapaian karir dan pengetahuan.

Masa remaja adalah saat meningkatnya pengambilan keputusan, dimana remaja cenderung menciptakan pilihan-pilihan, menelaah situasi dari berbagai sudut pandang, memperkirakan konsekuensi dari suatu keputusan dan mempertimbangkan kredibilitas sumber (Mann dkk dalam Santrock, 2007). Motivasi berprestasi menjadi dorongan yang kuat selama masa perkembangan remaja dan menjadi bagian dari nilai-nilai yang dominan dalam diri remaja (Coleman dalam Surakhmad, 1980).

Pada masa remaja, individu mengalami berbagai perubahan dalam minat antara lain minat pada prestasi. Veroff (dalam Martaniah, 1984) mengemukakan bahwa minat pada prestasi menyebabkan remaja berusaha untuk berprestasi bahkan menimbulkan persaingan di antara remaja akibat dari terjadinya integrasi pola-pola motivasi yang mengandung kompetisi dengan diri sendiri dan dengan orang lain pada masa remaja. Hal ini dapat dilihat dalam keseharian remaja, baik yang bersifat akademik maupun non akademik. Seperti yang diungkapkan oleh Herman (dalam Winkel 1996), siswa yang mencapai taraf prestasi akademik tinggi biasanya memiliki motivasi yang tinggi untuk berprestasi sekaligus memiliki kecenderungan untuk menghindari kegagalan.

(43)

pengajaran antara guru dan dosen. Perubahan dari sekolah menuju perguruan tinggi seringkali mengarah pada perubahan lingkungan yang kurang baik pada kebutuhan perkembangan remaja (Eccles dalam Berk, 2007).

Motivasi berprestasi juga dipengaruhi oleh perbedaan jenis kelamin. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Martina Horner (Braun, 1979) mengatakan bahwa wanita menunjukkan fakta yang lebih signifikan untuk menghindari sukses dibandingkan dengan pria. Wanita menunjukkan harga diri dan kepercayaan diri yang rendah dibandingkan pria ketika berkaitan dengan kemampuannya dalam menyelesaikan tugas akademik (Maccoby & Jacklin dalam Davidoff, 1987).

(44)

negatif (Braun, 1979). Hal inilah yang seringkali menyebabkan perempuan memiliki motivasi berprestasi yang rendah.

Ketika pria menghadapi rintangan, mereka biasanya beranggapan bahwa mereka harus menaklukkannya dan berusaha lebih keras. Pria terkadang menunjukkan mastery-oriented attributional styles, artinya menghubungkan kesuksesan akademik dan intelektual mereka pada kemampuan dan untuk mengembangkan harapan akan kesuksesan yang tinggi. Ketika gagal, mereka dengan cepat menyalahkan usaha atau strategi kemudian menganalisa apa yang salah dan apa yang dapat dilakukan untuk memperbaiki dan bertahan. Mereka juga cenderung mencari tempat dimana mereka dapat berprestasi karena tujuan yang ingin dicapai oleh pria biasanya berfokus pada tugas. Hal-hal itulah yang mendukung tingginya motivasi berprestasi pada pria.

Di samping faktor internal, terdapat pula faktor eksternal yang mempengaruhi motivasi berprestasi, antara lain keluarga, teman sebaya, dan pengajar.

(45)

berprestasi tinggi berasal dari keluarga dimana orangtua memiliki standar kinerja yang tinggi, memberikan hadiah ketika anak memperoleh prestasi yang baik, serta mendorong otonomi dan kebebasan (Winterbottom dalam Steinberg, 2002). Ketika orangtua mendorong otonomi remaja, menyediakan lingkungan rumah yang merangsang kemampuan kognitif, dan mendukung keberhasilan remaja maka akan tumbuh motivasi berprestasi dalam diri remaja (Gottfried dalam Steinberg, 2002).

Sebaliknya, beberapa individu dengan ketakutan akan kegagalan yang tinggi berasal dari lingkungan keluarga dimana orangtua menetapkan standar prestasi yang terlampau tinggi pada anak-anak mereka dan bereaksi negatif terhadap kegagalan (Spielberger dalam Steinberg, 2002). Remaja yang berasal dari keluarga demikian cenderung memiliki motivasi berprestasi yang rendah, karena pada kenyataannya, takut akan kegagalan (fear of failure) merupakan salah satu komponen negatif dalam motivasi berprestasi, semakin besar fear of failure maka semakin rendah motivasi berprestasi (Braun, 1979).

(46)

dengan peringkat tinggi lebih mungkin menunjukkan perkembangan pada prestasi mereka dibandingkan dengan individu yang menjalin pertemanan dengan tingkat prestasi yang sama dengan individu lain yang tidak memiliki prestasi yang tinggi (Steinberg, 2002).

Teman menjadi figur contoh yang penting bagi remaja. Keinginan remaja untuk selalu berada dalam kelompoknya tersebut akan mengakibatkan remaja bersifat konform terhadap kelompoknya. Keinginan remaja untuk bisa sama dengan yang lain, untuk bisa diterima oleh suatu kelompok cukup tinggi. Hal ini membuat seseorang akan bersedia untuk melakukan apapun, selama ia bisa diterima oleh kelompok tersebut karena rasa ingin diakui cukup tinggi pada masa-masa ini (Santrock, 2003). Teman sebaya juga memberikan pengaruh kecil namun signifikan satu sama lain pada perencanaan kuliah (Epstein dalam Steinberg, 2002). Teman sebaya memegang peranan penting dalam prestasi remaja (Berndt & Keefe dalam Berk, 2007) yang pada akhirnya juga menumbuhkan motivasi berprestasi dalam diri remaja.

(47)

mahasiswanya, seringkali mempunyai siswa-siswa yang termotivasi untuk berprestasi. Sebaliknya, tuntutan standar akademis yang terlampau tinggi tanpa disertai fasilitas yang memadai dan dukungan emosional yang baik akan membuat mahasiswa tidak termotivasi untuk berprestasi.

C. Pertanyaan Penelitian

(48)

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian deskriptif. Penelitian ini bertujuan untuk membuat deskripsi secara

sistematis, faktual, dan akurat mengenai motivasi berprestasi mahasiswa

Psikologi Sanata Dharma angkatan 2009.

B. Variabel Penelitian

Bentuk penelitian ini adalah studi deskriptif, jadi tidak ada kontrol

terhadap variabelnya. Variabel dalam penelitian ini adalah motivasi

berprestasi mahasiswa Psikologi Universitas Sanata Dharma angkatan 2009.

C. Definisi Operasional

Motivasi berprestasi pada mahasiswa adalah dorongan yang

muncul dari dalam diri mahasiswa untuk berprestasi yang meliputi aspek

memilih tugas dengan tingkat kesulitan sedang, tekun, bertanggung jawab dan

membutuhkan umpan balik terhadap kinerjanya, serta inovatif, yang

terungkap melalui skor total subyek pada skala motivasi berprestasi yang

disusun oleh peneliti. Semakin tinggi skor yang diperoleh, maka semakin

tinggi pula motivasi berprestasi. Sebaliknya, semakin rendah skor total maka

semakin rendah pula motivasi berprestasi.

(49)

D. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang secara resmi

terdaftar di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma dengan tahun

akademik 2009 karena dianggap sesuai dengan sasaran penelitian yaitu untuk

mengetahui motivasi berprestasi mahasiswa sedini mungkin. Data mahasiswa

2009 diperoleh melalui sekretariat Psikologi Universitas Sanata Dharma dan

dari identitas subyek yang diperoleh pada saat pengisian skala.

E. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Membuat alat ukur motivasi berprestasi, yaitu skala motivasi

berprestasi mahasiswa Psikologi Sanata Dharma angkatan 2009

2. Menentukan subyek penelitian yang sesuai dengan kriteria

3. Melakukan uji coba (try out) skala motivasi berprestasi

4. Melakukan penelitian

5. Menganalisis hasil penelitian

6. Menarik kesimpulan berdasarkan hasil analisis data

F. Metode dan Alat Pengumpulan Data

Metode yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian

(50)

Dharma angkatan 2009 yang disusun oleh peneliti mengacu pada konsep teori

McClelland (1985). Skala ini menggunakan metode Summated Rating yang

merupakan penskalaan model Likert. Model penskalaan ini merupakan

metode penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respon

sebagai dasar penentuan nilai skalanya (Gable dalam Azwar, 2000).

Untuk melakukan penskalaan dengan metode ini, sejumlah

pernyataan sikap telah ditulis berdasarkan kaidah penulisan pernyataan dan

didasarkan pada rancangan skala yang telah ditetapkan. Subyek akan diminta

untuk menyatakan kesesuaian atau ketidaksesuaiannya terhadap isi

pernyataan dalam empat macam kategori jawaban, yaitu ”Sangat Sesuai”

(SS), ”Sesuai” (S), ”Tidak Sesuai” (TS), dan ”Sangat Tidak Sesuai” (STS).

Skala motivasi berprestasi mahasiswa Psikologi Sanata Dharma

angkatan 2009 terdiri dari dua rumusan pernyataan, yaitu favorable dan

unfavorable. Pernyataan favorable adalah kalimat yang berisi pernyataan

yang mendukung atribut yang hendak diukur. Sedangkan pernyataan

unfavorable adalah kalimat yang berisi pernyataan tidak mendukung terhadap

atribut yang hendak diukur.

Dalam pemberian skor, jawaban yang diberikan oleh subyek yang

mempunyai sikap positif harus diberi bobot atau nilai yang lebih tinggi

daripada jawaban yang diberikan oleh subyek yang mempunyai sikap negatif.

Pemberian skor pada setiap item tergantung pada jenis pernyataan favorable

dan unfavorable. Item favorable dengan kategori jawaban Sangat Sesuai (SS)

(51)

Sangat Tidak Sesuai (STS) diberi skor 1. Sedangkan item unfavorable

dengan kategori jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS) diberi skor 4, Tidak

Sesuai (TS) diberi skor 3, Sesuai (S) diberi skor 2, dan Sangat Sesuai (SS)

diberi skor 1.

Terdapat 5 aspek yang hendak diukur dalam skala ini. Skoring

dilakukan dengan cara menjumlahkan masing-masing item setiap aspek untuk

melihat dominasi suatu aspek yaitu membandingkan dengan aspek lainnya.

Aspek motivasi berprestasi yang memiliki skor terbesar merupakan aspek

motivasi berprestasi pada mahasiswa yang paling dominan dalam diri subyek.

Tabel 1

Blue Print Skala Motivasi Berprestasi Sebelum Uji Coba

No Aspek Motivasi

Berprestasi

(52)

G. Validitas, Seleksi Item, dan Reliabilitas Alat Ukur

1. Validitas

Validitas yang digunakan oleh peneliti adalah validitas isi yang

mengacu pada sejauh mana item-item dalam alat ukur mencakup

keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur yang akan diperoleh

melalui analisis rasional dan professional judgement (Azwar, 1999).

Analisis ini dilakukan dengan cara analisis rasional dan professional

judgement yang dilakukan oleh peneliti bersama dosen pembimbing

selama proses bimbingan skripsi.

2. Seleksi Item

Seleksi item dilakukan untuk melihat kesesuaian fungsi item

dengan fungsi skala dalam mengungkap perbedaan individual (Azwar,

1999). Pengujian data diskriminasi item menghendaki dilakukannya

komputasi koefisien korelasi antara distribusi skor item dengan suatu

kriteria yang relevan, yaitu distribusi skor skala itu sendiri. Komputasi ini

akan menghasilkan koefisien korelasi item total (rix) yang dikenal dengan

sebutan Parameter Daya Beda Item (Azwar, 1999). Penghitungan

koefisien korelasi item total menggunakan program SPSS 16 for

Windows.

Besarnya koefisien korelasi item total bergerak dari 0 sampai

dengan 1 dengan tanda positif atau negatif. Semakin baik daya

(53)

Koefisien yang mendekati angka 0 atau yang memiliki tanda negatif

mengindikasikan daya diskriminasi yang tidak baik. Biasa digunakan

batasan rix lebih besar atau sama dengan 0,30 yang artinya bahwa semua

item yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 daya perbedaannya

dianggap memuaskan.

Uji coba alat ukur penelitian dilaksanakan pada tanggal 27 April

2010 terhadap 48 mahasiswa Psikologi Universitas Sanata Dharma

angkatan 2009.

Hasil seleksi item tahap pertama menghasilkan daya beda item

antara – 0,391 sampai dengan 0,659 dengan tingkat keandalan sebesar

0,920.

Tahap selanjutnya yaitu memilih item yang memiliki rix lebih

besar atau sama dengan 0,30. Berdasarkan analisis korelasi item total

tersebut tidak semua item dalam skala motivasi berprestasi dapat

digunakan dalam pengambilan data. Terdapat 22 item yang gugur dalam

seleksi tersebut, antara lain item nomor 5, 7, 8, 9, 11, 19, 23, 24, 30, 37,

39, 48, 50, 54, 58, 60, 61, 66, 70, 76, 78, dan 86.

Kemudian dilakukan lagi pengujian tahap kedua terhadap 68 item

yang lolos. Hasil seleksi item pada tahap kedua menghasilkan daya beda

item antara 0,275 sampai dengan 0,677 dengan tingkat keandalan sebesar

0, 946 sehingga terdapat 6 item yang gugur, antara lain item nomor 14,

(54)

Pengujian tahap ketiga dilakukan terhadap 62 item yang lolos

seleksi. Hasil seleksi item pada tahap ketiga menghasilkan daya beda item

antara 0,269 sampai dengan 0,654 dengan tingkat keandalan sebesar 0,

946 sehingga terdapat 3 item yang gugur, yaitu item nomor 46, 63, dan

69.

Pengujian tahap keempat dilakukan terhadap 59 item yang lolos

seleksi. Hasil seleksi item pada tahap keempat menghasilkan daya beda

item antara 0,286 sampai dengan 0,643 dengan tingkat keandalan sebesar

0, 946 dan hanya terdapat 1 item yang gugur, yaitu item nomor 64.

Setelah itu, pengujian dilakukan kembali terhadap 58 item yang lolos

seleksi. Hasil seleksi item menghasilkan daya beda item antara 0,309

sampai dengan 0,641 sehingga 58 item tersebut sudah termasuk memiliki

daya beda item yang baik.

Tabel 2

Distribusi Item Skala Motivasi Berprestasi Setelah Uji Coba

No Aspek Motivasi

Berprestasi 3. Memiliki tanggung

(55)

Item-item yang lolos seleksi tersebut kemudian diacak sehingga

distribusi item yang dilakukan dalam pengambilan data sesungguhnya

menjadi tampak seperti dalam tabel 3 berikut:

Tabel 3

Blue Print Skala Motivasi Berprestasi untuk Penelitian

Aspek Favorabel Unfavorabel ∑ ∑ (%)

Reliabilitas (keajegan, konsistensi, kestabilan) pada dasarnya

menunjukkan pada konsep sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat

dipercaya (Azwar, 1999). Analisa reliabilitas dalam penelitian ini

menggunakan teknik koefisien Alpha dari Cronbach dalam program SPSS

16 for Windows. Butir-butir yang diikutsertakan dalam uji reliabilitas

hanyalah butir-butir yang lolos dalam konsistensi internal. Reliabilitas

dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (rxx’) yang angkanya berkisar dari

0,00 – 1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitasnya, berarti semakin

(56)

kelompok subyek yang diteliti. Reliabilitas dalam penelitian ini adalah

sebesar 0,838 yang berarti bahwa tingkat kepercayaan hasil pengukuran

alat tersebut tinggi bagi kelompok subyek yang diteliti.

H. Metode Analisis Data

Pengujian normalitas menggunakan teknik kolmogorov-smirnov

test yang dipandang sebagai suatu uji yang umum atau serba guna karena

dapat digunakan untuk menentukan suatu distribusi sebaran suatu sampel

(Santoso, 2003). Nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05, distribusi

adalah tidak normal. Sedangkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas >

0,05; distribusi adalah normal atau simetris (Santoso, 2003). Nilai signifikansi

pada penelitian ini adalah 0, 705 sehingga dapat dinyatakan bahwa distribusi

penelitian ini normal.

Berikut ini adalah hasil perhitungan teoritik dengan Nitem = 47.

a. Skor minimum : 47 x 1 = 47

b. Skor maksimum : 47 x 4 = 188

c. Range : 188 – 47 = 141

d. Standar Deviasi (σ) : 141 / 6 = 23,5

e. Mean Teoritik (μ) : (188+47) / 2 = 117,5

Data teoritik di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Skor minimum : Skor terendah yang diperoleh subyek pada skala, yaitu 1

(57)

tand

: Rata-rata teoritik dari skor maksimum dan minimum

 

c. Range : Luas jarak sebaran antara skor maksimum dan minimum

d. S ar Deviasi : Luas jarak sebaran yang dibagi dalam 6 satuan SD

e. Mean Teoritik

(58)

A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 30 April 2010 di Fakultas Psikologi Sanata Dharma. Skala motivasi berprestasi dibagikan kepada mahasiswa angkatan 2009 kelas A dan B di ruang kelas masing-masing setelah mereka selesai mengikuti kuliah. Subyek penelitian sebanyak 61 mahasiswa, yang terdiri dari 12 mahasiswa laki-laki dan 49 mahasiswa perempuan dengan rentang usia 18 hingga 21 tahun.

B. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Data Penelitian

Deskripsi data motivasi berprestasi mahasiswa Psikologi Universitas Sanata Dharma angkatan 2009 dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini:

Tabel 4

Deskripsi Data Penelitian

Variabel Skor Teoritik Skor Empirik

(59)

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa skor mean teoritik sebesar 117,5 dan skor mean empirik adalah sebesar 134,80. Apabila hasil tersebut dibandingkan maka akan terlihat bahwa skor mean empirik lebih besar dari skor mean teoritik, yaitu 134,80 > 117,5. Hal ini menunjukkan bahwa subyek memiliki motivasi berprestasi yang tergolong tinggi.

2. Uji Mean Empirik dan Mean Teoritik Tabel 5

Uji Mean Empirik dan Mean Teoritik

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

MB 61 134.80 9.698 1.242

One-Sample Test

Test Value = 117.5

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

MB 13.934 60 .000 17.303 14.82 19.79

(60)

3. Uji Normalitas

Peneliti terlebih dahulu melakukan uji normalitas untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian mengikuti distribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Hasil uji normalitas yang telah dilakukan menghasilkan koefisien Kolmogorov-Smirnov Z (K-S Z) sebesar 0,705 dengan p sebesar 0,703. Hal ini berarti bahwa distribusi data penelitian mengikuti distribusi normal karena nilai p > 0,05.

4. Deskripsi Kedudukan Masing-Masing Aspek

Berikut ini adalah deskripsi data masing-masing aspek motivasi berprestasi pada mahasiswa Psikologi Universitas Sanata Dharma angkatan 2009 yang diperoleh melalui hasil perhitungan uji statistik One-Sample T Test dalam program SPSS 16 for Windows.

Tabel 6

Deskripsi Data Masing-masing Aspek Motivasi Berprestasi

No. Ket.

Aspek Motivasi Berprestasi Tingkat

(61)

Berdasarkan perbandingan nilai empirik pada setiap aspek, terlihat bahwa aspek tanggung jawab pribadi paling menonjol di antara aspek-aspek lainnya. Kemudian aspek-aspek yang juga cukup menonjol adalah membutuhkan umpan balik terhadap kinerjanya. Selanjutnya yaitu aspek inovatif dan aspek tekun, sedangkan aspek yang paling tidak menonjol di antara aspek-aspek yang lain adalah aspek memilih tugas dengan tingkat kesulitan sedang.

C. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat motivasi berprestasi pada mahasiswa Psikologi Universitas Sanata Dharma tahun angkatan 2009. Berdasarkan hasil analisis deskriptif data yang diperoleh dapat diketahui bahwa nilai mean empirik lebih besar daripada nilai mean teoritik serta terdapat perbedaan yang signifikan antara mean empirik dan mean teoritik. Hal ini menunjukkan bahwa subyek penelitian secara umum memiliki motivasi berprestasi yang tergolong tinggi.

(62)

sedang berada dalam puncaknya. Selain itu, angkatan 2009 merupakan angkatan termuda di tahun 2010 ini sehingga kemungkinan para mahasiswa masih memiliki motivasi yang tinggi.

Faktor lain yang cukup berpengaruh terhadap motivasi berprestasi adalah jenis kelamin. Subyek dalam penelitian ini mayoritas berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 49 mahasiswa dan sisanya sebanyak 12 mahasiswa berjenis kelamin laki-laki. Tidak selaras dengan konsep awal yang mengarah pada lebih tingginya motivasi berprestasi pada laki-laki dibandingkan perempuan, hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa perempuan memiliki motivasi berprestasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa laki-laki. Sebanyak 60 orang mahasiswa termasuk dalam kategori tinggi, sedangkan 1 orang mahasiswa laki-laki sisanya tergolong memiliki motivasi berprestasi yang rendah. Rentang skor mahasiswi antara 118 hingga 153, sedangkan skor mahasiswa antara 116-152. Meskipun demikian, baik mahasiswa perempuan maupun laki-laki tetap bertanggung jawab untuk mempertahankan motivasi berprestasi mereka.

(63)

bahwa subyek cenderung menyukai situasi yang memungkinkan mereka mengambil tanggung jawab secara pribadi atas karyanya sehingga mereka memiliki kesempatan untuk memperoleh kepuasan pribadi atas prestasinya ataupun atas pengerjaan sesuatu yang lebih baik, karena bagi mereka yang terpenting adalah hasil dari ketrampilan dan usaha mereka (McClelland, 1985). Mahasiswa memiliki tanggung tanggung jawab pribadi yang mendorong mereka untuk melakukan serangkaian kegiatan yang mengarah pada tercapainya tujuan. Keberhasilan dalam pencapaian tujuan disadari oleh mahasiswa sebagai hasil dari ketrampilan dan usaha mereka.

Mahasiswa angkatan 2009 memiliki tanggung jawab pribadi terhadap kinerja yang tergolong tinggi. Hal ini mungkin disebabkan para mahasiswa masih memiliki semangat yang tinggi dalam kegiatan belajar dan perkuliahan. Oleh karena itu mereka selalu berusaha untuk mengerjakan tugas-tugas kuliah hingga tuntas dan mengumpulkannya tepat waktu. Hal ini bertolak belakang dengan permasalahan yang dialami oleh mahasiswa pada umumnya yaitu keterlambatan dalam pengumpulan tugas. Selain itu, biasanya mahasiswa menetapkan target atau resolusi yang ingin dicapai pada tahun-tahun ajaran selanjutnya.

(64)

mereka sehingga dapat diketahui dengan cepat apakah hasilnya lebih baik atau lebih buruk daripada orang lain dan dari kegiatan lampau.

Hal ini memperlihatkan bahwa mahasiswa membutuhkan tanggapan dan masukan orang lain mengenai tugas yang mereka selesaikan. Selain itu, mahasiswa juga berharap agar dosen-dosen memberikan penilaian terhadap tugas mereka dan mengembalikannya agar dapat mereka pelajari masukannya. Beberapa mahasiswa juga tertarik mengikuti pembahasan soal-soal ujian yang dilakukan oleh dosen untuk mengevaluasi kesiapan mereka dalam menghadapi ujian dan penguasaan mereka terhadap materi perkuliahan yang disampaikan oleh dosen.

(65)

Aspek lain yang cukup dominan dalam diri mahasiswa adalah tekun, artinya individu dengan motivasi berprestasi yang tinggi cenderung mampu bertahan lebih lama dalam mengerjakan berbagai tugas. Mahasiswa cenderung pantang menyerah ketika menemui kesulitan bahkan kegagalan dalam mengerjakan tugas. Mahasiswa juga tidak mudah merasa putus asa selama menyelesaikan banyaknya tugas yang dibebankan pada setiap mata kuliah. Beberapa mahasiswa berusaha untuk tetap menyelesaikan tugas kuliah yang banyak sementara mahasiswa lain mengeluhkan hal tersebut.

Aspek yang kurang dominan adalah memilih tugas dengan tingkat kesulitan sedang. Individu yang memiliki motivasi berprestasi akan menghindari tugas-tugas yang terlalu mudah atau terlalu sulit karena hampir semua orang berhasil dalam tugas mudah ataupun gagal dalam tugas-tugas yang terlalu sulit sehingga mereka akan memilih tugas-tugas yang memiliki tingkat kesulitan sedang (McClelland, 1985). Hal ini terlihat dari hasil penelitian bahwa pada umumnya mahasiswa merasa tertantang untuk mengerjakan tugas yang terlampau sulit tanpa mempertimbangkan kegagalan yang mungkin mereka alami. Sementara mahasiswa lainnya lebih memilih untuk mengerjakan tugas-tugas yang mudah untuk menghindari kegagalan.

(66)

A. Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum mahasiswa Psikologi Universitas Sanata Dharma angkatan 2009 memiliki motivasi berprestasi yang tinggi. Hal ini dibuktikan dengan perolehan nilai mean empirik yang lebih besar daripada nilai mean teoritik serta terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara mean teoritik dan mean empirik.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, peneliti mengemukakan beberapa saran yang berkaitan dengan manfaat penelitian, antara lain:

1. Bagi mahasiswa Psikologi Sanata Dharma angkatan 2009

Mahasiswa diharapkan mampu mempertahankan motivasi berprestasi yang telah dimiliki dengan memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi.

2. Bagi Dosen Pembimbing Akademik

Proses pendampingan hendaknya lebih difokuskan pada upaya-upaya untuk mempertahankan motivasi berprestasi pada mahasiswa. Dosen pembimbing hendaknya juga memberikan perhatian lebih

51 

(67)

terhadap mahasiswa yang mulai mengalami penurunan motivasi berprestasi.

3. Bagi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

Fakultas diharapkan dapat menyusun metode pengajaran yang tepat guna mempertahankan motivasi berprestasi mahasiswa pada tahun-tahun ajaran mendatang.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya diharapkan dapat lebih mengembangkan penelitian ini dengan menggunakan dasar teori yang berbeda dan menyertakan faktor-faktor lain yang dalam penelitian ini belum dikontrol oleh peneliti serta melalui metode penelitian yang berbeda dan pengembangan instrumen penelitian.

(68)

Berk, L. E. (2007). Development Through The Lifespan 4rd edition. Pearson Education.

Braun, J. & Lynder, D. E. (1979). Psychology Today : an introduction (4th ed.). New York: Random House.

Davidoff, L. L. (1987). Introduction to Psychology (3rd ed.). New York: Mc Graw – Hill Book.

Elias, H. & Rahman, W. R. A. (1994). Achievement Motivation Training for University Students : Effects on Affective and Cognitive Achievement Motivation. Pertanika Journals Social, Science, & Humanistic 2 (2) 115-121. Malaysia: Universiti Pertanian Malaysia Press.

Fernald, L. D. (1999). Introduction to Psychology (5th ed.). India: AITBS Publishers&Distributors (Regd.)

Gage, N.L., Berliner, D.C. (1992). Educational psychologi (5th ed). Boston: Houghton Mifflin Company.

Gerrig, R J. (2008). Psychology and Life (18th ed.). USA: Pearson Education Inc. Gunarso, S. (2001). Psikologi Praktis, Anak, Remaja, dan Keluarga. Jakarta:

Erlangga.

Huffman, V. (1997). Psychology in Action (4th ed.). Canada.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2003). Jakarta: Balai Pustaka.

McClelland, D. C. (1985). Human Motivation. Illinois: Scott, Foresman and Company.

McClelland, D. C. (1987). The achievement motive. New York: Appleton-Century Crofts, Inc.

Monks, F. J. (2002). Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

53 

(69)

Murwani, F. D. (1996). Studi Hubungan Motivasi Berprestasi Dengan Prestasi Akademik Mahasiswa Program Diploma III Kesekretariatan Universitas Katolik Widya Karya Malang. Wawasan No. 3 Tahun V 1996 hal. 28-30. Ormrod, J. E. (2003). Educational Psychology : developing learners. New Jersey:

Pearson Education.

Santoso, S. (2003). SPSS Versi 10: Mengolah Data Statistik Secara Profesional. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia.

Santrock, J. W. (2003). Adolescence, 6th edition. Jakarta: Erlangga.

Santrock, J. W. (2005). Life-Span Development : perkembangan masa hidup, Edisi 5, Jilid II. Jakarta: Erlangga.

Santrock, J. W. (2005). Psychology. New York: McGraw – Hill. Santrock, J. W. (2007). Remaja, edisi ke sebelas. Jakarta: Erlangga.

Santrock, J. W. (2009). Psikologi Pendidikan, edisi 3 buku 2. Jakarta: Salemba Humanika.

Schultz, D. (1994). Theories of Personality (5th ed.). California: Brooks/Cole Publishing Company.

Shalahuddin, M. (1991). Pengantar Psikologi Umum. Surabaya: PT. Bina Ilmu. Steinberg, L. (2002). Adolescence, 6th ed. New York: McGraw – Hill.

Surakhmad, W. (1980). Psikologi Pemuda. Bandung: Jemmars.

Wilcox, L. (2001). Personality Psychotherapy. Yogyakarta: IRCiSoD.

Winkel, W. S. (1996). Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

(70)

LAMPIRAN

(71)

1. Skala Uji Coba Motivasi Berprestasi

(72)

ANGKET PENELITIAN

Disusun Oleh :

El. Ruri Suryani

Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

2010

(73)

Identitas Diri

Usia :

Jenis kelamin :

Tempat tinggal : rumah orang tua / kost / lainnya ……….

(lingkarilah salah satu atau isilah titik-titik yang telah disediakan)

Berikut ini terdapat beberapa pernyataan, teman-teman dimohon untuk memilih pernyataan yang PALING SESUAI DENGAN KEADAAN /

PENGALAMAN TEMAN-TEMAN selama menjadi mahasiswa Psikologi.

Berilah tanda silang (X) pada kotak yang tersedia dengan keterangan sebagai berikut :

SS : Sangat Sesuai dengan keadaan yang sebenarnya

S : Sesuai dengan keadaan yang sebenarnya

TS : Tidak Sesuai dengan keadaan yang sebenarnya

STS : Sangat Tidak Sesuai dengan keadaan yang sebenarnya

Tidak ada jawaban benar atau salah dan tidak akan berpengaruh terhadap nilai kuliah teman-teman.

Atas bantuan dan kerjasama teman-teman, saya ucapkan terima kasih.

Hormat saya,

El. Ruri Suryani

(74)

No. Pernyataan SS S TS STS

1. Saya lebih menyukai tugas dengan tingkat kesulitan sedang sesuai dengan kemampuan saya.

2. Saya tetap bertahan dalam menyelesaikan tugas meskipun menghadapi kesulitan.

3. Saya akan berusaha menyelesaikan tugas yang dibebankan kepada saya dengan segenap kemampuan yang saya miliki.

4. Saya menyukai umpan balik atas suatu pekerjaan yang telah saya lakukan.

5. Saya selalu terdorong untuk menyelesaikan tugas dengan cara yang lain dari biasanya. 6. Saya lebih memilih tugas yang sangat sulit

walaupun orang lain menghindarinya.

7. Saya ingin menyelesaikan tugas kuliah dengan santai.

8. Keberhasilan yang saya dapatkan terletak pada seberapa besar bantuan yang diberikan oleh orang lain kepada saya.

9. Saya tidak menyukai umpan balik atas hasil kerja saya.

10. Saya menyukai cara kerja yang sama dalam mengerjakan tugas yang sama.

11. Saya berusaha menghindari resiko gagal dalam menyelesaikan suatu tugas dengan cara memilih tugas yang tidak terlalu sulit.

12. Saya tetap bertahan mengerjakan tugas hingga larut malam sekalipun.

13. Saya selalu berusaha mengerjakan sendiri tugas-tugas saya tanpa bergantung kepada orang lain.

14. Saya selalu mengharapkan orang lain memberi masukan terhadap tugas yang saya kerjakan.

15. Saya menyukai pemecahan masalah yang dilakukan dengan berbagai cara.

16. Saya lebih memilih mengerjakan tugas yang mudah-mudah saja.

17. Saya jadi malas menyelesaikan tugas dari kampus bila menghadapi kesulitan dalam mengerjakannya.

18. Selama ini catatan kuliah saya tidak pernah lengkap karena saya dapat meminjamnya pada teman.

(75)

No. Pernyataan SS S TS STS

19. Saya tidak pernah meminta kritik kepada teman terhadap tugas yang saya kerjakan. 20. Saya ingin menyelesaikan tugas dengan cara

yang sama dengan yang saya gunakan sebelumnya.

21. Menurut saya, tugas-tugas yang kesulitannya sedang, akan mampu saya selesaikan dengan baik.

22. Saya berusaha untuk mengerjakan segala sesuatu tanpa lelah demi tercapainya apa yang telah saya targetkan.

23. Saya tidak pernah terlambat mengumpulkan tugas-tugas kuliah.

24. Saya meminta tanggapan orang lain mengenai berbagai hal yang berhubungan dengan tugas yang telah saya kerjakan.

25. Saya memilih mengerjakan sesuatu dengan lebih cepat dan efektif.

26. Saya lebih suka pekerjaan yang mudah daripada pekerjaan yang membutuhkan tantangan.

27. Saya cepat merasa bosan menghadapi tugas yang membutuhkan banyak waktu dalam menyelesaikannya.

28. Saya terlambat mengumpulkan tugas-tugas kuliah.

29. Saya tidak pernah mempedulikan setiap kritik atau saran yang ditujukan pada hasil kerja saya.

30. Saya sulit beradaptasi jika menemukan hal baru.

31. Saya tidak bersemangat mengerjakan tugas yang terlalu mudah bagi saya.

32. Walaupun lelah, saya tetap belajar agar mendapatkan prestasi yang baik di masa mendatang.

33. Saya berusaha untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas saya tepat pada waktunya.

34. Saya membandingkan hasil ujian yang telah saya capai dengan hasil yang dicapai teman. 35. Saya berusaha menemukan cara-cara terbaru

yang tepat dalam menyelesaikan tugas saya. 36. Saya lebih bersemangat ketika mengerjakan

tugas yang sangat mudah.

Gambar

Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
+3

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Buteyko, bernapas melalui hidung akan mengurangi hiperventilasi (bernapas dalam) sehingga cara terbaik untuk menghemat CO 2 yang keluar adalah dengan merelaksasikan

RANO

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa Sistem penjadwalan praktikum yang dibangun secara online sudah dapat memberikan layanan

Junior Secretary, Supporting Staff, General Banking Staff Teller, Junior Secretary, Supporting Staff, General Banking Staff 11 Gorontalo Bank BTN KC Gorontalo, Jl.

Jadi dapat disimpulkan bahwa sistem analisis adalah fase yang dilakukan dalam mengembangkan suatu sistem dan membutuhkan analisis yang lebih detail dan membutuhkan banyak

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan oleh peneliti mengenai analisis kelayakan terhadap investasi aktiva tetap yang akan dilakukan oleh Perusahaan

6.3 Setelah diperoleh model yang paling memadai untuk data runtun waktu H, kita dapat menentukan ramalan beberapa langkah ke depan, dengan cara: klik statistic, klik

Pada tahap ini akan dijalankan mining seluruh transaksi penjualan produk selama tiga tahun pada PT. Dengan persetujuan pihak PT. CNI Palembang, pembentukan association