PERATURAN
DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR: SK.1905/KP.801/DRJD/2010
TENTANG
PETUNJUK PELAKSANAAN KEGIATAN PENGHARGAAN WAHANA TATA NUGRAHA
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.1905/KP.801/DRJD/2010
TENTANG
PETUNJUK PELAKSANAAN KEGIATAN PENGHARGAAN WAHANA TATA NUGRAHA
DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT,
Mengingat : a. bahwa dalam Peraturan Menteri Perhubungan No.
KM. 5 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pemberian Penghargaan Wahana Tata Nugraha, telah diatur mengenai penilaian pemberian penghargaan Wahana Tata Nugraha;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan huruf a, perlu
ditetapkan Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Pemberian Penghargaan Wahana Tata Nugraha dengan Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat;
Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4444);
2. Undang – Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
3. Undang-Undang Nomor. 12 Tahun 2008 tentang
Perubahan Kedua atas Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 No. 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4844);
4. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5025);
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3527); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang
Prasarana dan Lalu Lintas Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3529);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3530);
9. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang
Pembentukan Organisasi dan Kementerian Negara;
10. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM. 43
Tahun 2005 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perhubungan, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 20 Tahun 2008;
11. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 5 Tahun
2010 tentang Pedoman Pemberian Penghargaan Wahana Tata Nugraha;
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN
DARAT TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN KEGIATAN PENGHARGAAN WAHANA TATA NUGRAHA
Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan :
1. Penghargaan Wahana Tata Nugraha adalah kegiatan pemberian
penghargaan atas kemampuan daerah dan peran serta masyarakatnya dalam meningkatkan kinerja penyelenggaraan dan kinerja operasional sistem transportasi perkotaan, yang diikuti oleh seluruh kota di Indonesia, dan dalam rangka pembinaan Pemerintah kepada Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota terhadap penyelenggaraan kinerja sistem transportasi perkotaan sehingga tercipta sistem lalu lintas dan angkutan kota yang tertib, lancar, selamat, aman, efisien, berkelanjutan dan menjamin ekuitas hak pengguna jalan.
2. Kota adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
3. Kota Raya/Metropolitan adalah kawasan perkotaan yang terdiri atas sebuah kawasan perkotaan yang berdiri sendiri atau kawasan perkotaan inti dengan kawasan perkotaan di sekitarnya yang saling memiliki keterkaitan fungsional yang dihubungkan dengan sistem jaringan prasarana wilayah yang terintegrasi dengan jumlah penduduk secara keseluruhan sekurang-kurangnya 1.000.000 (satu juta) jiwa.
4. Kota Besar adalah perkotaan dengan jumlah penduduk yang dilayani paling sedikit 500.000 (lima ratus ribu) jiwa.
5. Kota Sedang adalah kawasan perkotaan dengan jumlah penduduk yang dilayani lebih dari 100.000 (seratus ribu) jiwa dan kurang dari 500.000 (lima ratus ribu) jiwa.
6. Kota Kecil adalah kawasan perkotaan dengan jumlah penduduk yang dilayani paling sedikit 50.000 (lima puluh ribu) jiwa dan paling banyak 100.000 (seratus ribu) jiwa.
7. Data adalah kelengkapan pendukung, formulir isian, foto, film dan gambar.
8. Gubernur adalah kepala daerah untuk Provinsi.
9. Bupati/walikota adalah kepala daerah untuk Kabupaten/Kota. 10.Dirjen adalah Direktur Jenderal Perhubungan Darat.
11.Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab di bidang Sarana dan
PEMBERIAN PENGHARGAAN WAHANA TATA NUGTAHA Bagian Kesatu
Pembentukan Panitia Pasal 2
(1) Dalam rangka meningkatkan kinerja penyelenggaraan dan kinerja
pelaksanaan sistem transportasi di kawasan perkotaan perlu dilakukan kegiatan Pemberian Penghargaan Wahana Tata Nugraha bagi Provinsi dan kabupaten/kota di seluruh wilayah Indonesia yang berprestasi dalam menyelenggarakan kinerja transportasi perkotaan.
(2) Untuk terselenggaranya kegiatan Pemberian Penghargaan Wahana Tata Nugraha, perlu dibentuk Panitia Pelaksana Kegiatan Pemberian Penghargaan Wahana Tata Nugraha.
Pasal 3
(1) Panitia Pelaksana Pemberian Penghargaan Wahana Tata Nugraha
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2), terdiri atas: a. Panitia Tingkat Nasional;
b. Panitia Tingkat Provinsi;
c. Panitia Tingkat Kabupaten/Kota.
(2) Dalam rangka mempersiapkan keikutsertaan daerah, pemerintah daerah dapat membentuk Panitia Tingkat Provinsi dan Panitia Tingkat Kabupaten/Kota sejak awal tahun.
Pasal 4
(1) Panitia Tingkat Nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf a, dibentuk setiap tahun berdasarkan Keputusan Menteri.
(2) Panitia Tingkat Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari Ketua, Wakil Ketua, Sekertaris dan Anggota yang berasal dari unsur-unsur :
a.
Kementerian Perhubungan;b.
Kepolisian Negara Republik Indonesia;c.
Kementerian Pekerjaan Umum;d.
Kementerian Komunikasi dan Informasi;e.
Kementerian Dalam Negeri;f.
Kementerian Negara Lingkungan Hidup;g.
PT. Jasa Raharja;h.
Perguruan Tinggi di bidang transportasi;i.
Organisasi Kemasyarakatan di bidang transportasi; atauj.
Instansi terkait lainnya.menyampaikan informasi kepada Gubernur Pemerintah Provinsi tentang pelaksanaan Kegiatan Pemberian Penghargaan Wahana Tata Nugraha.
(2) Berdasarkan informasi dari Panitia Tingkat Nasional sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Panitia Tingkat Provinsi menginformasikan kepada Pemerintah Kabupaten/Kota mengenai pelaksanaan kegiatan Pemberian penghargaan Wahana Tata Nugraha
Pasal 6
(1) Panitia Tingkat Provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf b dibentuk berdasarkan Keputusan Gubernur.
(2) Panitia Tingkat Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
beranggotakan unsur-unsur : a. Dinas Perhubungan; b. Kepolisian Daerah; c. Dinas PU Bina Marga; d. Dinas Pertamanan;
e. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah; f. Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan;
g. Perguruan Tinggi di Bidang Transportasi; atau
h. instansi terkait lainnya di wilayah Provinsi setempat.
(3) Kepala Dinas Perhubungan Provinsi setempat bertindak sebagai Ketua Pelaksana dari Panitia Tingkat Provinsi.
Pasal 7
(1) Panitia Tingkat Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf c dibentuk berdasarkan Keputusan Bupati/Walikota. (2) Panitia Tingkat Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
beranggotakan unsur-unsur : a. Dinas Perhubungan; b. Kepolisian Resort; c. Dinas PU Bina Marga; d. Dinas Pertamanan;
e. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah; f. Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan; atau
g. instansi terkait lainnya di wilayah Kota/Kabupaten setempat.
(3) Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten/Kota setempat bertindak sebagai Ketua Pelaksana dari Panitia Tingkat Kabupaten/Kota.
Penghargaan Wahana Tata Nugraha sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan ini.
Bagian Kedua Tata Cara Penilaian
Paragraf 1 Umum Pasal 9
(1) Pelaksanaan kegiatan pemberian penghargaan Wahana Tata Nugraha meliputi :
a. Penilaian Tahap I dengan bobot penilaian sebesar 30% (tiga puluh persen);
b. Penilaian Tahap II dengan bobot penilaian sebesar 35% (tiga puluh lima persen); dan
c. Penilaian Tahap III dengan bobot penilaian sebesar 35% (tiga puluh lima persen).
(2) Penilaian Tahap I sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
merupakan penilaian administrasi di bidang penyelenggaraan kinerja lalu lintas dan angkutan kota, yang meliputi :
a. perencanaan dengan bobot penilaian sebesar 10% (sepuluh persen); b. pendanaan dengan bobot penilaian sebesar 10% (sepuluh persen);
c. kelembagaan dan peraturan perundang-undangan dengan bobot
penilaian sebesar 10% (sepuluh persen);
d. sumber daya manusia dengan bobot penilaian sebesar 10% (sepuluh persen);
e. angkutandengan bobot penilaian sebesar 20% (dua puluh persen); f. prasarana dengan bobot penilaian sebesar 10% (sepuluh persen); g. lalu lintas dengan bobot penilaian sebesar 20% (dua puluh persen); h. lingkungan dengan bobot penilaian sebesar 10% (sepuluh persen).
(3) Penilaian Tahap II sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
merupakan penilaian teknis dan operasional, yang meliputi :
a. sarana dengan bobot penilaian sebesar 25% (dua puluh lima
persen);
b. prasarana dengan bobot penilaian sebesar 20% (dua puluh persen); c. Lalu lintas dengan bobot penilaian sebesar 25% (dua puluh lima
persen);
d. pelayanan kepada masyarakat dengan bobot penilaian sebesar 30% (tiga puluh persen).
prasarana, lalu lintas dan pelayanan kepada masyarakat serta komitmen kepala daerah dan kebijakan pemerintah daerah dalam pengembangan dan pembangunan transportasi perkotaan, yang meliputi:
a. pembinaan kepada daerah yang merupakan penilaian lapangan secara umum terhadap sarana, prasarana, lalu lintas dan pelayanan kepada masyarakat, dengan bobot penilaian sebesar 50% (lima puluh persen);
b. tingkat kehadiran yang merupakan komitmen kepala daerah dan kebijakan pemerintah daerah, dengan bobot penilaian sebesar 50% (lima puluh persen).
Paragraf 2 Penilaian Tahap I
Pasal 10
(1) Penilaian Tahap I terhadap administrasi di bidang penyelenggaraan kinerja lalu lintas dan angkutan kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) dilakukan oleh Panitia Tingkat Provinsi yang berupa penilaian terhadap data dalam formulir isian dan kelengkapan pendukungnya yang disampaikan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota meliputi:
a. perencanaan; b. pendanaan;
c. kelembagaan dan peraturan perundang-undangan; d. sumber daya manusia;
e. angkutan; f. prasarana; g. lalu lintas; h. lingkungan.
(2) Penilaian aspek perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi indikator sekurang-kurangnya:
a. keberadaan data dan kelengkapan dokumen perencanaan;
b. pelaksanaan program transportasi sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun terakhir.
(3) Penilaian aspek Pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi indikator sekurang-kurangnya jumlah alokasi dana untuk sektor transportasi selama 3 (tiga) tahun terakhir.
(4) Penilaian aspek Kelembagaan dan peraturan perundang-undangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi indikator sekurang-kurangnya:
a. keberadaan data unit kerja organisasi;
b. jumlah peraturan perundang-undangan yang terkait dengan lalu lintas dan angkutan kota.
(5) Penilaian aspek sumber daya manusia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi indikator sekurang-kurangnya:
a. aksesibilitas angkutan perkotaan;
b. kinerja dan kemudahan mendapatkan angkutan umum; c. biaya transportasi;
d. waktu pengurusan izin trayek.
(7) Penilaian aspek prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi indikator sekurang-kurangnya:
a. ketersediaan dan kondisi fasilitas pengujian kendaraan bermotor; b. waktu pengurusan tanda lulus uji kendaraan bermotor;
c. panjang dan lebar perkerasan jalan menurut status selama 3 (tiga) tahun terakhir;
d. kondisi jalan pada tahun pelaksanaan kegiatan; e. kondisi Terminal;
f. ketersediaan tempat pemberhentian angkutan umum.
(8) Penilaian aspek lalu lintas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi indikator sekurang-kurangnya:
a. aksesibilitas jalan;
b. kondisi perlengkapan jalan; c. kinerja jaringan jalan; d. tingkat resiko kecelakaan.
(9) Penilaian aspek lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi indikator sekurang-kurangnya total emisi gas buang.
(10)Pengisian formulir administrasi serta kelengkapan pendukungnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran II Peraturan ini.
Pasal 11
(1) Formulir pengisian penilaian administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) dikirimkan oleh Panitia Tingkat Nasional kepada Panitia Tingkat Provinsi dan disampaikan Panitia Tingkat Provinsi kepada seluruh Kabupaten/Kota di wilayah provinsi untuk diisi dan dilengkapi. (2) Batas waktu penilaian Tahap I, selama 60 (enam puluh) hari kalender
terhitung sejak tanggal pemberitahuan tertulis oleh Panitia Tingkat Nasional.
(3) Formulir penilaian administrasi yang telah diisi dan dilengkapi oleh Kabupaten/Kota, diserahkan kembali kepada Panitia Tingkat Provinsi untuk diverifikasi.
Pasal 12
(1) Berdasarkan hasil verifikasi sebagaimana dimaksud pada Pasal 11 ayat (3) Panitia Tingkat Provinsi melakukan penilaian.
ini.
(3) Panitia Tingkat Provinsi menetapkan rangking bagi Kabupaten/Kota di wilayahnya berdasarkan hasil penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
(4) Kabupaten/Kota dalam wilayah Provinsi dinyatakan lulus apabila memiliki nilai rata-rata tiap-tiap aspek lebih besar atau sama dengan 60 (enam puluh).
(5) Kabupaten/Kota dalam wilayah Provinsi yang diusulkan sebagai peserta ke Panitia Tingkat Nasional berdasarkan ranking dari total nilai seluruh aspek, nilai kelulusan dan jumlah maksimal Kabupaten/Kota yang diusulkan dari masing-masing Provinsi.
(6) Jumlah maksimal Kabupaten/Kota yang diusulkan sebagai peserta
sebagaimana dimaksud dalam ayat (6) ditentukan dengan menggunakan rumus: P = N + M + 3.
Keterangan : P = Jumlah maksimal kota yang diusulkan;
N= Jumlah kota yang mendapat Piala pada 1 (satu) tahun sebelumnya;
M=Jumlah kota yang mendapat Plakat pada 1 (satu) tahun sebelumnya
3= Kota tambahan baru, apabila tidak ada N dan M, maka jumlah maksimal kota yang diusulkan adalah 3 (tiga) Kabupaten/Kota.
(7) Hasil penilaian administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan usulan peserta ditandatangani oleh Ketua Panitia Tingkat Provinsi dan digunakan sebagai data dukung Panitia Tingkat Nasional.
(8) Kabupaten/Kota yang tidak diusulkan sebagaimana dimaksud pada
ayat (5), Panitia Tingkat Provinsi wajib menyampaikan ke Kabupaten/Kota mengenai kelemahan/kekurangan persyaratan yang ditetapkan dalam formulir administrasi dan saran perbaikan, untuk diikutkan pada tahun yang akan datang.
Paragraf 3 Penilaian Tahap II
Pasal 13
(1) Penilaian pada tahap II sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3) merupakan penilaian teknis dan operasional di lapangan terhadap sarana, prasarana, lalu lintas dan pelayanan kepada masyarakat.
(2) Penilaian sarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
penilaian aspek angkutan yang meliputi indikator sekurang-kurangnya: a. kondisi sarana angkutan umum dan pengemudi angkutan umum; b. kecepatan perjalanan angkutan umum dalam trayek;
a. kondisi ruang milik jalan; b. kondisi permukaan jalan; c. kondisi fasilitas pejalan kaki; d. kondisi terminal;
e. kondisi Halte.
(4) Penilaian aspek lalu lintas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi indikator sekurang-kurangnya:
a. kondisi perlengkapan jalan; b. kinerja ruas jalan;
c. kinerja persimpangan jalan; d. disiplin lalu lintas.
(5) Penilaian aspek pelayanan kepada masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi indikator sekurang-kurangnya:
a. waktu pengurusan izin trayek;
b. waktu pengurusan tanda lulus uji kendaraan.
(6) Penilaian teknis dan operasional di lapangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan terhadap Kabupaten/Kota yang diusulkan oleh Panitia Tingkat Provinsi.
(7) Penilaian teknis dan operasional di lapangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh Tim penilai yang terdiri :
a. Pejabat struktural yang mewakili Panitia Tingkat Provinsi;
b. wakil perguruan tinggi/akademisi di bidang transportasi, yang ditunjuk oleh Panitia Tingkat Provinsi;
c. Pejabat struktural yang mewakili Panitia Tingkat Nasional.
(8) Bobot Otoritas Penilai dalam Penilaian Tahap II sebagaimana dimaksud pada ayat (3), berdasarkan :
a. Pejabat struktural yang mewakili Panitia Tingkat Provinsi sebesar 40% (empat puluh persen);
b. wakil perguruan tinggi/akademisi di bidang transportasi sebesar 30% (tiga puluh persen);
c. Pejabat struktural yang mewakili Panitia Tingkat Nasional 30% (tiga puluh persen).
(9) Penilaian Tahap II sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dinyatakan lulus apabila memiliki nilai rata-rata tiap-tiap aspek lebih besar atau sama dengan 60 (≥ 60).
(10) Materi dalam Formulir penilaian lapangan secara rinci seperti dalam Lampiran III Peraturan ini.
dapat menggunakan jasa surveyor dalam pengumpulan data.
(2) Surveyor sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memenuhi
persyaratan :
a. memahami transportasi; dan b. bukan dari instansi yang dinilai.
Paragraf 4 Penilaian Tahap III
Pasal 15
(1) Penilaian Tahap III sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (4) terdiri dari :
a. penilaian lapangan secara umum terhadap sarana, prasarana, lalu lintas dan pelayanan kepada masyarakat sebagai wujud pembinaan daerah; dan
b. penilaian terhadap keseriusan dan partisipasi Pemerintah Daerah untuk mewujudkan komitmen dalam pengembangan dan pembangunan transportasi perkotaan.
(2) Keseriusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan
keseriusan Pemerintah Daerah dalam melaksanakan pengembangan dan pembangunan transportasi perkotaan mulai dari perencanaan sampai dengan implementasi di lapangan.
Pasal 16
(1) Untuk melakukan penilaian Tahap III Panitia Tingkat Nasional
membentuk Tim Penilai dan menyusun jadwal kunjungan penilaian ke masing-masing Kabupaten/Kota.
(2) Tim penilai sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diketuai oleh minimal Pejabat Eselon III dari Direktorat Jenderal Perhubungan Darat dan anggota paling sedikit 2 (dua) orang.
(3) Tim Penilai pada tahap II yang berasal dari Panitia Tingkat Nasional tidak boleh ikut dalam tim penilaian tahap III pada kabupaten/kota yang sama.
(4) Tim Penilai sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilengkapi dengan: a. formulir peninjauan lapangan; dan
oleh Ketua Tim Penilai dan paling sedikit 2 (dua) orang anggota serta digunakan sebagai data dukung bagi Panitia Tingkat Nasional.
Pasal 17
(1) Hasil penilaian lapangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (5) dan hasil penilaian Tahap I dan Tahap II dipaparkan Tim Penilai di hadapan pemerintah daerah.
(2) Pemaparan oleh Tim Penilai sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mencakup :
a. garis besar hasil penilaian Tahap I dan Tahap II; b. komitmenPemerintah Daerah;
c. Sumber Daya Manusia (SDM);
d. manajemen kewenangan;
e. penilaian dan pengamatan lapangan terhadap kondisi nyata dari sarana dan prasarana transportasi perkotaan.
(3) Pemaparan pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk :
a. sebagai pembinaan Pusat terhadap daerah;
b. meningkatkan kompetensi daerah dengan memaparkan kekuatan
dan kelemahan daerah dalam penyelenggaraan dan pelaksanaan sistem transportasi perkotaan;
c. memberikan saran/rekomendasi pembenahan jangka pendek,
jangka menengah dan jangka panjang kepada daerah; dan
d. memotivasi pejabat eksekutif dan legislatif daerah untuk membuat komitmen pembenahan sistem transportasi perkotaan yang akan dilakukan dalam jangka pendek dan menengah.
(4) Rangkuman hasil paparan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa catatan hasil penilaian dari seluruh tahapan penilaian yang diserahkan kepada Bupati/Walikota untuk dijadikan pedoman dalam upaya peningkatan transportasi perkotaan didaerahnya.
(5) Bupati/Walikota dalam menanggapi hasil pemaparan akan dinilai sesuai dengan komitmennya.
Pasal 18
(1) Hasil penilaian Tahap III sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 dan Pasal 17 diberikan bobot penilaian yang ditentukan berdasarkan :
a. tingkat kehadiran Pejabat pemerintah daerah dan komitmen kepala daerah 50% (lima puluh persen);
b. pembinaan daerah 50% (lima puluh persen) yang meliputi penilaian lapangan secara umum.
anggota.
(3) Hasil penilaian Tim Penilai sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diserahkan kepada Panitia Tingkat Nasional.
(4) Formulir Penilaian Tahap III serta nilai pembobotan masing-masing unsur seperti tercantum dalam Lampiran IV Peraturan ini.
BAB III
PENENTUAN KRITERIA PENERIMA PENGHARGAAN WAHANA TATA NUGRAHA
Pasal 19
(1) Penghargaan Wahana Tata Nugraha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) diberikan dalam bentuk:
a. Sertifikat Wahana Tata Nugraha; b. Plakat Wahana Tata Nugraha;
c. Piala Wahana Tata Nugraha Kategori Lalu Lintas; d. Piala Wahana Tata Nugraha Kategori Angkutan. e. Piala Wahana Tata Nugraha;
f. Piala Wahana Tata Nugraha Kencana; g. Piala Wahana Tata Nugraha Wiratama;
h. Piala Wahana Tata Nugraha Wiratama Kencana; Pasal 20
Sertifikat Wahana Tata Nugraha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf a, merupakan penghargaan Menteri Perhubungan yang diberikan kepada seluruh kabupaten/kota yang berhasil mengikuti penilaian Tahap II dan tidak menyatakan mengundurkan diri dari kegiatan Penghargaan Wahana Tata Nugraha.
Pasal 21
Plakat Wahana Tata Nugraha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf b merupakan Penghargaan Menteri Perhubungan yang diberikan kepada Pemerintah Kabupaten/Kota, dengan ketentuan :
a. telah lulus Penilaian Tahap I dan Penilaian Tahap II; b. mengikuti penilaian Tahap III;
c. total nilai akhir dari ketiga tahapan penilaian tersebut adalah masuk dalam rentang nilai sama dengan atau lebih besar dari 65 (enam puluh lima) dan lebih kecil dari 75 (tujuh puluh lima) , dengan nilai tiap-tiap aspek pada setiap tahapan penilaian tidak boleh kurang dari 60 (enam puluh).
Piala Wahana Tata Nugraha Katagori Lalu Lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf c merupakan Penghargaan Presiden Republik Indonesia yang diberikan kepada Pemerintah Kabupaten/Kota dengan kriteria :
a. telah lulus Penilaian Tahap I dan Penilaian Tahap II; b. mengikuti penilaian Tahap III;
c. total nilai akhir dari ketiga tahapan penilaian tersebut adalah masuk dalam rentang nilai sama dengan atau lebih besar dari 65 (enam puluh lima) dan lebih kecil dari 75 (tujuh puluh lima) , dengan nilai tiap-tiap aspek penilaian tidak kurang dari 65 (enam puluh lima); dan
d. total nilai aspek lalu lintas pada Penilaian Tahap II dan Penilaian Tahap III adalah sama dengan atau lebih besar dari 80 (delapan puluh).
e. indikator yang terkait dengan kinerja penyelenggaraan Lalu Lintas sebagaimana dimaksud pada butir d yaitu:
1. sebagian Aspek Prasarana jalan yang meliputi: a) kondisi ruang milik jalan,
b) kondisi permukaan jalan, dan c) kondisi fasilitas pejalan kaki. 2. seluruh aspek Lalu Lintas:
Pasal 23
Piala Wahana Tata Nugraha Katagori Angkutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf d merupakan Penghargaan Presiden Republik Indonesia yang diberikan kepada Pemerintah Kabupaten/Kota dengan kriteria :
a. telah lulus Penilaian Tahap I dan Penilaian Tahap II; b. mengikuti penilaian Tahap III;
c. total nilai akhir dari ketiga tahapan penilaian tersebut adalah masuk dalam rentang nilai sama dengan atau lebih besar dari 65 (enam puluh lima) dan lebih kecil dari 75 (tujuh puluh lima), dengan nilai tiap-tiap aspek penilaian tidak kurang dari 65 (enam puluh lima); dan
d. total nilai aspek angkutan pada Penilaian Tahap II dan Penilaian Tahap III adalah sama dengan atau lebih besar dari 80 (delapan puluh).
e. indikator yang terkait dengan kinerja penyelenggaraan Angkutan
sebagaimana dimaksud pada huruf d yaitu:
1. sebagian aspek prasarana jalan yang meliputi: a) kondisi terminal, dan
b) kondisi halte.
2. seluruh aspek angkutan.
Pasal 24
Piala Wahana Tata Nugraha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf e diberikan kepada Kabupaten/Kota, dengan ketentuan :
a. telah lulus Penilaian Tahap I dan Penilaian Tahap II; b. mengikuti penilaian Tahap III; dan
tahapan penilaian tidak kurang dari 70 (tujuh puluh). Pasal 25
Piala Wahana Tata Nugraha Kencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf f diberikan kepada Kabupaten/Kota, dengan ketentuan :
a. mendapatkan Piala Wahana Tata Nugraha sebanyak 5 (lima) kali berturut-turut sampai dengan Tahun pelaksanaan berjalan;
b. total nilai akhir dari ketiga tahapan penilaian adalah lebih besar dari 85 (delapan puluh lima), dengan nilai tiap-tiap aspek pada setiap tahapan penilaian tidak kurang dari 75 (tujuh puluh lima) pada tahun pelaksanaan berjalan.
c.
Kabupaten/Kota yang sudah pernah mendapat penghargaan Piala Wahana Tata Nugraha Kencana, berkesempatan memperoleh kembali Piala Wahana Tata Nugraha Kencana sebagaimana dimaksud pada huruf a.Pasal 26
(1) Piala Wahana Tata Nugraha Wiratama sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 19 huruf g merupakan piala yang diberikan kepada Pemerintah Provinsi yang mengikut sertakan peserta Kabupaten/Kota, dengan ketentuan sebagai berikut :
a. jumlah Kabupan/Kota yang diikutsertakan oleh Pemerintah Provinsi memenuhi persyaratan jumlah minimal yang ditentukan;
b. Kabupaten/Kota yang diikutsertakan oleh Pemerintah Provinsi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a sekurang-kurangnya 50% (dua puluh lima persen) memperoleh penghargaan Piala Wahana Tata Nugraha.
(2) Persyaratan jumlah minimal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Provinsi yang memiliki Kabupaten/Kota sejumlah kurang dari 20 (dua puluh) dan jumlah peserta yang diikutsertakan sama dengan atau lebih besar dari 50 % (lima puluh persen) dari jumlah Kabupaten/Kota;
b. Provinsi yang memiliki Kabupaten/Kota sejumlah lebih dar 21 (dua puluh satu) dan peserta yang diikutsertakan sama dengan atau lebih besar 45 % ( empat puluh lima persen) dari jumlah Kabupaten/Kota.
Pasal 27
Piala Wahana Tata Nugraha Wiratama Kencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf h diberikan kepada Provinsi yang mendapatkan Piala Wahana Tata Nugraha Wiratama sebanyak 5 (lima) kali berturut-turut sampai dengan Tahun pelaksanaan berjalan.
dimaksud dalam Pasal 19, dapat diberikan juga penghargaan Wahana Tata Nugraha Wira Karya.
(2) Penghargaan Wahana Tata Nugraha Wira Karya sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), merupakan penghargaan Presiden Republik Indonesia kepada Kepala Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota yang mempunyai prakarsa, motivasi, inovasi serta implementasi yang sangat menonjol dan usaha yang luar biasa untuk mewujudkan penyelenggaraan transportasi perkotaan yang selamat, tertib, lancar, efisien, handal dan berkelanjutan.
(3) Bentuk implementasi yang sangat menonjol dan usaha yang luar biasa yang dilakukan oleh Kepala Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berwujud sistem, fisik atau karya nyata dan memberikan manfaat serta perubahan yang signifikan di bidang lalu lintas dan angkutan perkotaan.
Pasal 29
Kepala Daerah yang berhak diusulkan untuk menerima Penghargaan Piala Wahana Tata Nugraha Wira Karya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28, diatur sebagai berikut:
a. Kepala Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota, memiliki Komitmen Kuat
dibidang penataan lalu lintas dan angkutan kota, baik dalam bidang peningkatan prasarana dan sarana transportasi kota; dan
b. Kepala Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota yang melakukan
langkah-langkah kebijakan dan inovasi baru dalam hal pembangunan dan/ atau peningkatan pelayanan transportasi perkotaan antara lain :
1. Penerapan angkutan umum massal berbasis jalan (Bus Rapid
Transit);
2. Penerapan ITS (Intelligent Transport System);
3. Penerapan TDM (Transport Demand Management);
4. Penggunaan bahan bakar hemat energi dan bersih lingkungan pada angkutan umum maupun kendaraan dinas pemerintah;
5. Penetapan Kawasan Pembatasan Kendaraan Pribadi;
6. Pemberian subsidi bagi operator angkutan umum dan angkutan
pelajar; atau
7. Penyediaan fasilitas kemudahan bagi Pejalan kaki berupa
pembangunan trotoar, zebra cross, jembatan penyeberangan, terowongan penyeberangan.
c. Kepala Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota yang diusulkan untuk
mendapatkan penghargaan Wahana Tata Nugraha Wirakarya disampaikan atas usulan :
1. Instansi Pemerintah yang terkait dengan transportasi. 2. Perguruan Tinggi; dan
Pasal 30
(1) Panitia Penilai Penghargaan Wahana Tata Nugraha Wirakarya dibentuk setelah ada usulan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 huruf c.
(2) Panitia Penilai Penghargaan Wahana Tata Nugraha Wirakarya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh Ketua Umum Panitia Tingkat Nasional dengan Anggota yang berasal dari unsur-unsur sekurang-kurangnya :
a.
Kementerian Perhubungan;b.
Kepolisian Negara Republik Indonesia;c.
Kementerian Pekerjaan Umum;d.
Kementerian Negara Lingkungan Hidup;e.
Organisasi Kemasyarakatan di bidang transportasi.(3) Penilaian Penghargaan Wahana Tata Nugraha Wirakarya sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) merupakan penilaian terhadap prakarsa,
motivasi, inovasi, implementasi, dan keberadaan serta manfaat pembangunan dan atau peningkatan pelayanan transportasi perkotaan yang dilakukan oleh Kepala Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota yang diusulkan.
BAB IV
PENETAPAN PENGHARGAAN Pasal 31
Perhitungan Nilai Akhir dari Hasil Penilaian Tahap I, II dan III untuk penentuan Penerima Penghargaan Sertifikat, Plakat dan Piala Wahana Tata Nugraha Kategori, Piala Wahana Tata Nugraha , Wahana Tata Nugraha Kencana, Wahana Tata Nugraha Wiratama dan Wahana Tata Nugraha Wiratama Kencana lakukan berdasarkan penilaian aspek sesuai dengan bobot tahapan penilaian sebagaimana dalam lampiran IV.
Pasal 32
(1) Berdasarkan Perhitungan Nilai Akhir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31, usulan Provinsi/Kabupaten/Kota penerima penghargaan Wahana Tata Nugraha disahkan secara pleno oleh Panitia Tingkat Nasional yang dihadiri masing – masing Ketua Tim Penilai Tahap III dan 1 (satu) orang pendamping, yang dipimpin oleh Ketua Umum Panitia Tingkat Nasional.
(2) Usulan Kepala Daerah penerima Penghargaan Wahana Tata Nugraha
Wirakarya disahkan secara pleno oleh Panitia Tingkat Nasional yang dihadiri oleh Tim Penilai Wahana Tata Nugraha Wirakarya, yang dipimpin oleh Ketua Umum Panitia Tingkat Nasional.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan/atau usulan Kepala Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota penerima Penghargaan Wahana Tata Nugraha Wirakarya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada Direktur Jenderal.
(4) Direktur Jenderal dapat menyempurnakan usulan
Provinsi/Kabupaten/Kota penerima penghargaan Wahana Tata Nugraha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan/atau usulan Kepala Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota penerima Penghargaan Wahana Tata Nugraha Wirakarya sebagaimana dimaksud pada ayat (2);
(5) Direktur Jenderal mengusulkan kepada Menteri untuk mendapatkan penetapan Provinsi/Kabupaten/Kota yang berhak sebagai penerima penghargaan Wahana Tata Nugraha dan/atau Kepala Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota penerima Penghargaan Wahana Tata Nugraha Wirakarya.
Pasal 33
Penyerahan penghargaan Wahana Tata Nugraha dan Penghargaan Wahana Tata Nugraha Wirakarya dilakukan pada bulan September dalam rangka hari Perhubungan dan/atau pada acara lain yang diputuskan oleh Menteri.
BAB V
MONITORING DAN EVALUASI Pasal 34
(1) Dalam rangka meningkatkan kinerja penyelenggaraan Wahana Tata
Nugraha, dilakukan monitoring dan evaluasi sistem penyelenggaraan Pemberian Penghargaan Wahana Tata Nugraha.
(2) Monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Tim monitoring dan evaluasi yang terdiri dari wakil Panitia Tingkat Provinsi dan wakil Panitia Tingkat Nasional.
(3) Tim monitoring dan evaluasi menyampaikan laporan hasil monitoring evaluasi dan kepada Direktur Jenderal Perhubungan Darat.
Pasal 35
Dengan berlakunya peraturan ini, maka Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor : SK.2496/AJ.406/DRJD/2007 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Lomba Tertib Lalu Lintas dan Angkutan Kota, dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 36
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di
Pada tanggal : Jakarta : 30 Juni 2010 DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT
TTD
Pembina Utama Madya (IVd) Drs. SUROYO ALI MOESO NIP 19531018 197602 1 001
1. Menteri Perhubungan;
Salinan Keputusan ini disampaikan kepada: 2. Menteri Dalam Negeri;
3. Menteri Pekerjaan Umum;
4. Menteri Komunikasi dan informasi; 5. Menteri Negara Lingkungan Hidup; 6. Kepala Kepolisian Republik Indonesia; 7. Para Gubernur seluruh Indonesia;
8. Para Bupati dan Walikota seluruh Indonesia;
9. Sekretaris Jenderal, Inspektorat Jenderal, para Direktur Jenderal dan para Kepala Badan di lingkungan Kementerian Perhubungan;
10. Para Kepala Dinas LLAJ / Perhubungan Propinsi di seluruh Indonesia;
11. Para Kepala Dinas LLAJ / Perhubungan Kota/Kabupaten di seluruh
Tanggal : 30 Juni 2010 Bagan Alir
Pelaksanaan Penghargaan Wahana Tata Nugraha
DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT
TTD Penilaian Tahap I Administrasi
Pembentukan Panitia Tingkat Nasional (PTN) (SK Menteri Perhubungan RI)
Pembentukan Panitia Tingkat Propinsi (PTP) (SK Gubernur)
PTP menyeleksi untuk mengajukan Kota Terpilih ke Tingkat Nasional
PTN informasikan ke Gubernur
perihal penyelenggaraan Penghargaan Wahana Tata Nugraha
MULAI
Pembentukan Tim Penilai Lapangan yang terdiri dari:
1.Pejabat Struktural yang mewakili Panitia Tingkat Provinsi 2.Wakil Perguruan Tinggi/Akademisi di Bidang Transportasi 3.Pejabat Struktural yang mewakili Panitia Tingkat Nasional
Kunjungan PenilaianTeknis dan Operasional
SELESAI
Analisis PenilaianTeknis dan Operasional
Kab/Kota yang lolos Nominasi + Bukan Nominasi Pemenang WTN
Nominasi Pemenang ke MENHUB
Penilaian Tahap II Kegiatan Penilaian Teknis dan Operasional Kota Terpilih Diterima
Oleh PTN
Tim Penilai WTN Tingkat Nasional Melakukan Pembinaan Daerah dan Expose
LAMPIRAN II
FORMULIR
PENILAIAN TAHAP I
ADMINISTRASI
UNTUK PESERTA
(KOTA/KABUPATEN)
PELAKSANAAN KEGIATAN
LAMPIRAN II : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT
NOMOR
: SK.1950/KP 801/DRJD/2010
TANGGAL : 3 Juni 2010
FORMULIR PENILAIAN ADMINISTRASI
TAHUN PENILAIAN : ………...
NAMA KOTA / IBUKOTA : ... ... ... DAERAH KOTA / KABUPATEN : ... ... ...
PROPINSI : ... ... ...
JUMLAH PENDUDUK : ... ... ...
KLASIFIKASI KOTA / IBUKOTA (berdasarkan jumlah penduduk) :
Kota Raya/ Metropolitan ( Penduduk > 1.000.000 )
Kota Besar ( 500.000 < Penduduk ≤ 1.000.000 ) Kota Sedang ( 100.000 ≤ Penduduk ≤ 500.000 ) Kota Kecil ( Penduduk <100.000 )
Instansi yang menangani Lomba Tertib Lalu Lintas Dan Angkutan
Kota : ………... Alamat Korespondensi : ………... ………... Kode Pos : ………... Nomor Telephone : ………... Nomor Faxmile : ………... e-mail : ………...
1. Data yang diisi adalah data Ibukota Kabupaten/Kota yang diikutsertakan lomba.
CATATAN :
2. Yang dimaksud dengan “Daerah” adalah untuk seluruh Wilayah Kota atau untuk seluruh Wilayah Kabupaten.
3. Yang dimaksud dengan “Kota / Ibukota” adalah untuk seluruh Wilayah Kota atau hanya untuk Wilayah Ibukota Kabupaten atau Kota yang ditunjuk oleh Kabupaten.
4. Jika formulir yang disediakan tidak mencukupi, dapat dilampirkan formulir sendiri sesuai format formulir.
5. Untuk jawaban pilihan, beri tanda
(
√
)
atau diberi lingkaran pada jawaban yang dipilih. 6. Kesalahan/kekeliruan pengisian dapat mengurangi nilai administrasi !1)
Jumlah
Penduduk
dan
Pendapatan Perkapita
.
No Tahun
Jumlah Penduduk (Jiwa)*
Pendapatan
Perkapita Daerah
(Rp)
Kota/Ibukota Kabupaten
Daerah
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
1
2
3
Sumber : ...
2)
Luas Ibu Kota Kabupaten atau Kota.
No.
Peruntukan
Kota/Ibukota
Kabupaten
Daerah
Luas
(km
2%
)
Luas
(km
2%
)
(1)
(2)
(3)
(4)
1.
Jalan
……
……
……
……
2.
Perdagangan
……
……
……
……
3.
Industri
……
……
……
……
4.
Perumahan
……
……
……
……
5.
Perkantoran dan jasa
……
……
……
……
6. Fasilitas umum …… …… …… …… 7. Daerah terbuka …… …… …… …… 8. Pertanian …… …… …… …… 9. Perkebunan …… …… …… …… 10. Daerah hijau …… …… …… …… 11. Lain-lain …… …… …… ……
3)
Letak dan karakteristik geografis
No Tahun Topografi
Posisi
Geografi
Ketinggian Fungsi Kota
Jumlah
Kecamatan
Jumlah
Kelurahan
Ket
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
1
2
3
Sumber : ...
4)
Program Prioritas
transportasi 3 tahun terakhir.
No
Tahun
Bidang
Kegiatan
Anggaran
(Rp)
Sasaran Output
Ket
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
1
2
3
5)
Jumlah penduduk menurut kelompok umur
No Tahun 0 - 4
5 - 9
10 - 14
15 - 19 20 - 24
25 29
30 - 34
40 - 44 45 - 49
> 50
Ket
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
1
2
3
Sumber : ...6)
PDRB wilayah, PDRB perkapita dan pertumbuhan PDRB
No.
Peruntukan
Tahun …
Tahun …
Tahun …
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
1. PDRB Wilayah …… …… 2. PDRB Perkapita …… …… 3. Sektor Pertanian …… …… 4. Sektor Pertambangan …… …… 5. Sektor Pengolahan …… …… 6. Sektor Migas …… ……7. Sektor Non Migas …… ……
8. Sektor Listrik …… …… 9. Sektor Bangunan …… …… 10. Sektor Perdagangan …… …… 11. Sektor Pengangkutan …… …… 12. Sektor Keuangan …… …… 13. Sektor Jasa …… …… 14. Keterangan
7)
Trip rate dan okupansi kendaraan
No Tahun
Trip rate
Okupansi
Keterangan
(1)
(2)
(3)
(5)
1
2
3
Sumber : ...
Catatan: Trip rate diisi jika Kabupaten/Kota Pernah mengadakan asal – tujuan perjalanan
8)Jumlah kepemilikan SIM
No Tahun
Jenis Sim
Total
A
B1
B2
C
D
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
1
2
3
Sumber : ...
9)
Pelanggaran Lalu lintas
No Tahun
Jenis
Angkutan
Jumlah Kasus
yg dikirim ke
pengadilan
Jumlah
terdakwa
yang hadir
Denda
(Rp)
Jumlah
perkara yang
diselesaikan
Jumlah
Tilang
Ket
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
1
2
10) Daerah rawan kecelakaan
No Tahun
Nama
Lokasi
Pelanggaran
Banyak
Kecelakaan
Kecelakaan
Jumlah
Kejadian
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
1
2
3
Sumber : ...
1. PERENCANAAN
A. Dokumen Perencanaan Transportasi
1)
Bagaimana ketersediaan dokumen rencana induk/Tatralok di daerah saudara ?
2) Bagaimana isi kelengkapan dokumen rencana induk/Tatralok dan data/analisis transportasi di daerah saudara ?
No Dokumen Jenis
Kelengkapan Dokumen Data / Analisis Pendukung Tujuan, Visi, Misi Kebijakan Pengembangan Rencana Pengembangan Program Pengembangan Tahapan
Pelaksanaan Data O/D
Kinerja Angkutan Umum Kinerja Jaringan Jalan Kinerja Moda Transportasi Selain Jalan
Ada/Tidak Ada/Tidak Ada/Tidak Ada/Tidak Ada/Tidak Ada/Tidak Ada/Tidak Ada/Tidak Ada/Tidak
(1) (2) (3) (4) (5) (9) (11) (13) (15) (17) (19) 1 2 ... N
No
Jenis Dokumen
Keberadaan
dokumen
Kebaruan/Revisi Dokumen
Biaya
Penyusunan
(Rp.)
Ada/Tidak
Tahun Penyusunan/ Tahun
Revisi
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
1
Tatralok
3)
Apakah di daerah saudara terdapat dokumen perencanaan transportasi lainnya (studi atau penelitian transportasi) ?
*) Bila ada, mohon tuliskan dokumen perencanaan tersebut pada table berikut.
Ya *)
Tidak
No
Nama Dokumen / Studi-studi
Tahun Penyusunan / Revisi
Dokumen
Biaya Penyusunan
(Rp.)
(1)
(2)
(3)
(4)
1
2
3
n
4)
Bagaimana kondisi database transportasi di daerah anda ? (Jika data tersebut ada, mohon dilampirkan dokumen tersebut)
No
Jenis Database
Keberadaan
Database
Pelengkapan Peta
Pembaruan
Data
Ada/ Tidak
Peta/Tidak
Dilengkapi
Dilengkapi GIS/
Tidak
Ada/ Tidak
1
Kondisi jaringan jalan
(
mencakup data geometrik
dan kerusakan jalan,
termasuk lokasi parkir
)
2
Kinerja jalan dan
persimpangan (
mencakup
data lalulintas, kecepatan,
tundaan, dlsb
)
3
Perlengkapan jalan
(
mencakup data rambu,
marka, dan APILL, serta
fasilitas pejalan kaki
)
4
Jaringan trayek
(
mencakup data panjang,
jumlah armada, waktu
perjalanan, tarif, dlsb
)
5
Prasarana pelayanan
angkutan umum
(
mencakup data terminal
dan halte
)
B. Pelaksanaan Program Transportasi
1)
Uraikan kegiatan yang dilakukan pada instansi anda dalam 2 tahun terakhir
Keterangan:
1.
DIPA dan copy Laporan Pertanggungjawaban pelaksanaan APBD oleh Bupati/Walikota kepada DPR yang dilegalisir
wajib dilampirkan
No
.
Jenis Kegiatan
Tahun ...
Tahun...
Prasarana
Jalan
Perlengkapan
Jalan
lintas
Lalu
Angkutan
Umum
Prasarana
Jalan
Perlengkapan
Jalan
lintas
Lalu
Angkutan
Umum
(1
)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
1 Perencanaan
2 Survei
3 Konstruksi
4 Pemeliharaan
5 Manajemen
6 Operasional
7 Monitoring dan evaluasi
8 Pengawasan
2. PENDANAAN SEKTOR TRANSPORTASI
A. Alokasi dana untuk kegiatan LLAJ dalam Dinas dibawah ini selama 3 tahun terakhir
No
Peruntukan/Alokasi
Dana APBD (Juta Rupiah)
Dana APBN (Juta Rupiah)
*) berupa DAK, hibah, bantek,
pendampingan, dll
Sumber Lain (Juta Rupiah)
**) berupa swadaya masyarakat,
sponsor, perusahaan, dll
Tahun ... Tahun… Tahun...
Tahun …
Tahun ...
Tahun ...
Tahun ...
Tahun ...
Tahun ...
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
Sarana dan Prasarana LLAJ
1
2
3
...
N
TOTAL
Jalan dan Jembatan
1
2
3
...
N
TOTAL
Sumber:
Keterangan:
Data DIPA dan Bukti Pendukung lain (MoU, Surat Keterangan, Kontrak, dlsb) wajib dilampirkan;
1.
Peruntukan/alokasi Dinas Perhubungan meliputi :
A. Fisik B. Non Fisik
1. Program Aksi Keselamatan 1. Sosialisasi
2. Perlengkapan Jalan 2. Diklat
3. Lain-lain 3. Pemeriksaan Kendaraan
4. Subsidi Angkutan Umum
5. Proyek percontohan
2.
Peruntukan/alokasi Dinas PU-Bina Marga meliputi jalan dan jembatan (perencanaan, konstruksi, pemeliharaan, dll);
3.
Peruntukan/alokasi Dinas Pertamanan meliputi PJU, terminal, shelter, dll:
4.
Setiap sumber pendanaan adalah berdiri sendiri dan tidak mempengaruhi nilai total pada formula pendanaan sektor
transportasi bagi Kota Sedang dan Kota Kecil
B.
Berapa
jumlah
PAD
di Daerah Saudara yang diterima dari jenis-jenis pendapatan berikut ?
No
Jenis Pendapatan
Jumlah Pendapatan (Juta rupiah)
Keterangan
Tahun..
Tahun..
Tahun..
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1
Pajak Kendaraan Bermotor
2
Terminal
3
Parkir
4
Ijin Trayek
5
Pengujian
6
Pajak BBM
7
Lain-lain (bidang LLAJ)
Total
% terhadap total PAD
Sumber:
3. KELEMBAGAAN DAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
A. Kelembagaan
No.
Nama Unit
Kerja/Organisasi
Perda
Struktur Organisasi
Tupoksi
Kepemilikan Gedung
Perkantoran
Ada/Tidak
Ada/Tidak
Ada/Tidak
Ada/Tidak
1
2
3
...
n
TOTAL
B. Peraturan Perundang-undangan di Bidang Transportasi Perkotaan
No.
Jenis Peraturan
Nomor Peraturan
Nama Peraturan
1
2
3
...
4. SUMBER DAYA MANUSIA
A. Uraikan kualifikasi dari pejabat struktural yang ada pada Dinas Perhubungan di Kota/Kab.
1) Apa Nama Unit Kerja/ Kantor/ Dinas yang menangani sektor Perhubungan di Daerah Saudara?, sebutkan: ………
2) Apa Unit kerja tersebut sudah ditetapkan dengan PERDA:
( sudah / belum )
3) 6. Bila “sudah”, LampirkanPERDA tersebut.
4) Lampirkan pula Struktur Organisasi Unit Kerja dan Nama Pejabatnya.
No Jabatan Nama Eselon/Golongan Pendidikan
Diklat
Penjenjangan Diklat Teknis (Wajib) Diklat Teknis (Penunjang) Perhubungan(Deskripsi/Tahun) Pengalaman Kerja di Bidang
Persyarat
an Fakta Persyaratan Fakta Persyaratan Fakta Persyaratan Fakta Persyaratan Fakta Persyaratan Fakta
(1) (2) (3) (4) (5) (7) (8) (10) (11) (13) (14) (16) (17) (19) (20)
1 Kadishub II / IV b S1 Spamen
- Diklat Transportasi, bidang darat /laut/ udara/postel (minimal 2);
- Manajemen Transportasi
- Diklat Perencanaan Nasional;
- Diklat Perencanaan Kerja Terpadu
- Kursus Kepemimpinan
- Diklat Pengawasan & Pemeriksaan
Pernah menduduki Jabatan Eselon III Sektor Perhubungan
2 Wakadishub II / IV a S1 Spamen
- Diklat Transportasi, bidang darat /laut/ udara/postel (minimal 2);
- Manajemen Transportasi
- Diklat Perencanaan Nasional;
- Diklat Perencanaan Kerja Terpadu
- Kursus Kepemimpinan
- Diklat Pengawasan & Pemeriksaan
Pernah menduduki Jabatan Eselon III Sektor Perhubungan
3 Kabag Tata Usaha/Sekret
aris Dinas III / IV a S1 Spama
- Manajemen Transportasi
- Pendidikan
Teknis/Operasional, salah satu moda transportasi
- Sistem Adm.Perkantoran, Kepegawaian/Keuangan & Perlengkapan;
- Diklat Protokol, Hukum, Humas;
- Kursus TU, Naskah & Kearsipan;
- IKMN
Pernah menduduki Jabatan Eselon IV Sektor
Perhubungan 4 Kepala Bidang dibidang LLAJ 1. … 2. … 3. … n III / IV a S1 Adum - Diklat Transportasi, bidang darat /laut/ udara/postel (minimal 2);
- Manajemen Transportasi
- Diklat Perencanaan Nasional;
- Diklat Perencanaan Kerja Terpadu
- Kursus Kepemimpinan
- Diklat Pengawasan & Pemeriksaan
Pernah menduduki Jabatan Eselon IV Sektor Perhubungan
Keterangan:
Bukti pendukung & kelengkapan dokumen yang membuktikan kesesuaian fakta dengan persyaratan wajib dilampirkan; Referensi SE Menhub 10/2006 tentang Persyaratan Jabatan Struktural Pada Dinas Perhubungan Di Daerah
5) Uraikan Komposisi Pegawai Dinas menurut tingkat pendidikan formal
No Tingkat Pendidikan Jumlah Pegawai (Orang)
(1) (2) (3) 1 S-3 2 S-2 3 S-1/D4 4 DIII/Akademi 5 DII
6 SLTA dan lebih rendah
Jumlah Keseluruhan Pegawai
Sumber :………
B. Uraikan kualifikasi petugas Unit Pelaksana Teknis (UPT) Terminal beserta nama yang bersangkutan (jika ada). No Nama Jabatan Ada / Tidak Ada SK Penugasan
(1) (2) (3) (4) (6)
1 Kepala UPTD Terminal 2 Kepala Tata Usaha
3 Ka Unit…
4 Ka Unit…
5 Ka Unit…
6 Dst…
C. Uraikan kualifikasi petugas Penguji Kendaraan Bermotor (PKB) dan beserta nama yang bersangkutan (jika ada). No Jabatan/Kualifikasi Petugas Nama
Persyaratan
% Kesesuaian Pendidikan Pangkat / Golongan Kepemilikan SIM Diksar PKB Prestasi Kerja
Sehat Jasmani Rohani Pengalaman Kerja (1) (2) (3) (4) (6) (8) (10) (12) (14) (16) (18) 1 2 3 N
Keterangan:
-
Jabatan antara lain pelaksana pemula, pelaksana, pelaksana lanjutan, penyelia;
-
Pengalaman kerja tidak diisikan untuk pelaksana pemula;
-
Bukti pendukung & kelengkapan dokumen wajib dilampirkan;
-
Referensi SK Dirjen Nomor 1076 Tahun 2005 tentang Penguji Kendaraan Bermotor (persyaratannya dirinci dalam software);
-
Untuk Kota Sedang & Kota Kecil yang belum memiliki Unit PKB tidak mempengaruhi penilaian.
D. Uraikan kualifikasi petugas Unit Pelaksana Teknis (UPT) Parkir beserta nama yang bersangkutan (jika ada).
No
Nama
Jabatan
Ada / Tidak Ada
SK Penugasan
(1)
(2)
(3)
(4)
(6)
1
Kepala UPTD Parkir
2
Kepala Tata Usaha
3
Ka Unit ….
4
Ka Unit . . . .
5
Ka Unit . . . .
6
Ka Unit . . . .
5. ANGKUTAN
a. Aksesibilitas angkutan perkotaan
No
Status Jalan
Panjang Jalan
(Km)
Panjang Jalan yang Dilayani Trayek
(Km)
Wilayah
Kabupaten
Wilayah
Ibukota
Kabupaten
Wilayah
Kabupaten
Kabupaten atau Kota
Wilayah Ibukota
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1
Jalan Nasional
2
Jalan Propinsi
3
Jalan Kabupaten
4
Jalan Kota
Jumlah
Keterangan :
b
. Kinerja Angkutan Umum
Jumlah Armada dan Panjang Trayek Posisi Tahun terakhir.
No
No/kode
trayek
Panjang
trayek
(km)
Jumlah armada (unit)
BB
BS
BK
MPU
I
R
I
R
I
R
I
R
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
1
2
3
….
….
….
n
Jumlah
Keterangan :
Data harus diisi untuk semua trayek angkutan umum perkotaan:
I = Izin
BB = Bus Besar
R = Realisasi
BS = Bus Sedang
BK = Bus Kecil
c.
Jumlah Sarana Angkutan (umum dan pribadi).
No
Jenis Kendaraan
Tahun
Tahun.. (unit)
Tahun.. (unit)
Tahun.. (unit)
(1)
(2)
1 Sepeda motor
2 Mobil Penumpang
3 Mobil Barang
4 Mobil bus
*. Umum
Bus Besar
Bus Sedang
Bus Kecil
*. Bukan umum
5 Kendaraan Khusus
6 Mobil Penumpang Umum
7 Kendaraan Roda Tiga
Jumlah
Sumber:
Catatan : *) Data tiga tahun terakhir
d. Jumlah kendaraan wajib uji dan realisasi.
No Jenis Kendaraan
Tahun.. (unit) Tahun.. (unit) Tahun.. (unit) Wajib Uji Realisasi Wajib Uji Realisasi Wajib Uji Realisasi
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Bus Umum
*. Ukuran besar
*. Ukuran sedang
*. Ukuran kecil
2 Bus Bukan Umum
3 Mobil Penumpang Umum
4 Taksi 5 Kendaraan roda 3 6 Pick up 7 Truk sedang 8 Truk berat 9 Kereta gandengan 10 Kereta tempelan
11 Penarik (tractor head)
Jumlah
Sumber:
e. Jumlah kendaraan yang tidak lulus uji
No Jenis Kendaraan Tahun.. (unit) Tahun.. (unit) Tahun.. (unit)
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Bus Umum
*. Ukuran besar
*. Ukuran sedang
*. Ukuran kecil
2 Bus Bukan Umum
3 Mobil Penumpang Umum
4 Taksi 5 Kendaraan roda 3 6 Pick up 7 Truk sedang 8 Truk berat 9 Kereta gandengan 10 Kereta tempelan
11 Penarik (tractor head)
Jumlah
Catatan : *) Data tiga tahun terakhir
f.
Jumlah Kendaraan Tidak Bermotor
No
Jenis kendaraan
Tahun..(unit)
Tahun.. (unit)
Tahun..(unit)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
1
Sepeda
2
Becak
3
Andong/dokar
4
lain-lain
Jumlah
Sumber :
g.
Jumlah Kendaraan Angkutan Penumpang Umum Tidak Dalam Trayek
No
Jenis kendaraan
Tahun..
(unit)
Tahun..
(unit)
Tahun..
(unit)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
1
Taksi dengan argometer
2
Kendaraan sewa
3
Bus pariwisata
4
Angkutan Kawasan
Tertentu/Kendaraan roda 3
5
Lain-lain
a. Taksi tanpa argo
b. ojek
c. becak bermotor
d. . . .
Jumlah
Sumber
Catatan : *) Data tiga tahun terakhir
h. Kemudahan Mendapatkan Angkutan