DEPARTEMEN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA
RANCANGAN
BLUE PRINT E-GOVERNMENT
DIREKTORAT E-GOVERNMENT
DIREKTORAT JENDERAL APLIKASI TELEMATIKA
TAHUN 2006
Departemen Komunikasi dan Informatika
i
Daftar Isi
1. PENDAHULUAN ... 1
2. DASAR HUKUM DAN ACUAN... 5
3. MAKSUD DAN TUJUAN ... 6
3.1.
P
RINSIPD
ESAINB
LUEPRINT... 8
4. SISTEM PEMERINTAHAN PUSAT... 9
4.1.
S
ISTEMP
ENYELENGGARAANP
EMERINTAHANP
USAT... 10
4.1.1. Pembagian Urusan Pemerintahan ... 11
4.1.2. Hubungan Pemerintahan dengan Pemerintahan Daerah ... 12
4.1.3. Asas Penyelenggaraan Pemerintahan ... 12
4.2.
U
NSUR-U
NSURP
EMERINTAHANP
USAT... 13
4.2.1. Departemen ... 13
4.2.1.1. Tugas dan Fungsi Departemen ... 14
4.2.1.2. Susunan Organisasi Departemen ... 14
4.2.1.2.1. Sekretariat Jenderal ... 15
4.2.1.2.2. Direktorat Jenderal ... 15
4.2.1.2.3. Inspektorat Jenderal ... 17
4.2.1.2.4. Staf Ahli, Badan, dan Pusat... 18
4.2.2. Kementerian Negara... 19
4.2.2.1. Tugas dan Fungsi Kementerian Negara... 19
4.2.2.2. Susunan Organisasi Kementerian Negara ... 20
4.2.2.2.1. Sekretariat Kementerian Negara ... 20
4.2.2.2.2. Deputi Kementerian Negara... 21
4.2.2.2.3. Staf Ahli Kementerian Negara ... 23
4.2.3. Lembaga Pemerintah Non Departemen... 23
4.2.3.1. Tugas dan Wewenang Lembaga Pemerintah Non Departemen ... 23
4.2.3.2. Susunan Organisasi Lembaga Pemerintah Non Departemen ... 24
4.2.3.2.1. Kepala ... 24
4.2.3.2.2 Sekretariat Utama... 25
4.2.3.2.3. Deputi... 26
4.2.3.2.4. Unit Pengawasan... 27
4.2.4. Lembaga Setingkat Menteri ... 29
4.2.4.1. Sekretariat Negara ... 29
4.2.4.2. Tentara Nasional Indonesia ... 31
4.2.4.2.1. Kedudukan TNI... 31
4.2.4.2.2. Fungsi dan Tugas TNI... 32
4.2.4.2.3. Organisasi TNI... 34
4.2.4.2.4. Tugas dan Kewajiban Panglima TNI ... 35
4.2.4.2.5. Tugas dan Kewajiban Kepala Staf Angkatan... 36
4.2.4.3. Kepolisian Negara Republik Indonesia ... 36
4.2.4.3.2. Susunan dan Kedudukan Kepolisian Negara RI ... 38
4.2.4.3.3. Tugas dan Wewenang Kepolisian Negara RI... 39
4.2.4.4. Kejaksaan Agung ... 44
4.2.4.4.1. Susunan Kejaksaan ... 44
4.2.4.4.2. Jaksa Agung ... 45
4.2.4.4.3. Wakil Jaksa Agung dan Jaksa Agung Muda ... 45
4.2.4.4.3. Tugas dan Wewenang Kejaksaan... 46
5. TINJAUAN TEKNOLOGI... 48
5.1.
K
EBUTUHAN TERHADAP DATA DAN INFORMASI YANG TERINTEGRASI... 48
5.2.
S
TANDARK
EBUTUHANS
ISTEMA
PLIKASI... ... 49
6. GOVERNMENT FUNCTION FRAMEWORK... 51
6.1.
BLOK
FUNGSI
F
RAMEWORK... 54
6.1.1. Blok Fungsi Dukungan dan Layanan Kelembagaan ... 54
6.1.2. Blok Fungsi Politik dan Legislasi ... 56
6.1.3. Blok Fungsi Pertahanan dan Keamanan ... 57
6.1.4. Blok Fungsi Hukum dan Perundang-undangan... 59
6.1.5. Blok Fungsi Moneter dan Fiskal Nasional... 60
6.1.6. Blok Fungsi Pembangunan Nasional ... 61
6.1.7. Blok Fungsi Publikasi Informasi dan Layanan Pemerintah ... 63
6.2.
E-G
OVERNMENTS
OLUTIONM
AP... 65
6.3.
PROPERTI
B
LOKF
UNGSI DANM
ODUL... 69
6.3.1. Properti Blok Fungsi ... 69
6.3.2. Properti Modul... 70
7. TAKSONOMI... 72
LAMPIRAN-LAMPIRAN
LAMPIRAN I
GOVERNMENT FUNCTION FRAMEWORK
LAMPIRAN II
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN III
DAFTAR ISTILAH UMUM
Daftar Gambar
Gambar 4-1. Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan ... 10
Gambar 6-1. Skema Pengelompokan Fungsi Pemerintah ... 53
Gambar 6-2. Kerangka Fungsi Sistem Kepemerintahan ... 54
Gambar 6-3. Blok Fungsi Dukungan dan Layanan Kelembagaan... 55
Gambar 6-4. Blok Fungsi Politik dan Legislasi... 57
Gambar 6-5. Blok Fungsi Pertahanan dan Keamanan ... 58
Gambar 6-6. Blok Fungsi Hukum dan Perundang-undangan... 60
Gambar 6-7. Blok Fungsi Moneter dan Fiskal Nasional ... 61
Gambar 6-8. Blok Fungsi Pembangunan Nasional... 63
Gambar 6-9. Blok Fungsi Moneter dan Fiskal Nasional ... 64
Gambar 6-10. Peta Solusi Aplikasi e-Government ... 65
Gambar 6-11. Contoh Peta Solusi Aplikasi e-Government... 68
1. Pendahuluan
Pengembangan e-Government di Indonesia terus bergulir dan
berjalan sejak di keluarkannya Instruksi Presiden RI Nomor 3 Tahun
2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan
E-Government. Kini di setiap lembaga pemerintah, baik itu di pusat
maupun di daerah, telah menyusun konsep dan rencana
penerapannya, bahkan sudah ada yang mulai menerapkannya. Hal ini
tentu harus kita sambut dengan baik dan kita dukung karena dengan
diterapkan e-Government tersebut berarti membangun upaya untuk
meningkatkan kualitas layanan publik secara efektif dan efisien.
Menurut Inpres No. 3 Tahun 2003:
Pengembangan e-government merupakan upaya untuk
mengembangkan penyelenggaraan kepemerintahan yang
berbasis (menggunakan) elektronik dalam rangka meningkatkan
kualitas layanan publik secara efektif dan efisien. Melalui
pengembangan e-government dilakukan penataan sistem
manajemen dan proses kerja di lingkungan pemerintah dengan
mengoptimasikan pemanfaatan teknologi informasi.
Pemanfaatan teknologi informasi tersebut mencakup 2 (dua)
aktivitas yang berkaitan yaitu :
(1) pengolahan data, pengelolaan informasi, sistem
manajemen dan proses kerja secara elektronis;
(2) pemanfaatan kemajuan teknologi informasi agar
pelayanan publik dapat diakses secara mudah dan murah
oleh masyarakat di seluruh wilayah negara.
Untuk melaksanakan maksud tersebut pengembangan
e-government diarahkan untuk mencapai 4 (empat) tujuan, yaitu :
a. Pembentukan jaringan informasi dan transaksi pelayanan
publik yang memiliki kualitas dan lingkup yang dapat
memuaskan masyarakat luas serta dapat terjangkau di
seluruh wilayah Indonesia pada setiap saat tidak dibatasi
oleh sekat waktu dan dengan biaya yang terjangkau oleh
masyarakat.
b. Pembentukan hubungan interaktif dengan dunia usaha
untuk meningkatkan perkembangan perekonomian nasional
dan memperkuat kemampuan menghadapi perubahan dan
persaingan perdagangan internasional.
c. Pembentukan mekanisme dan saluran komunikasi dengan
lembaga-lembaga negara serta penyediaan fasilitas dialog
publik bagi masyarakat agar dapat berpartisipasi dalam
perumusan kebijakan negara.
d. Pembentukan sistem manajemen dan proses kerja yang
transparan dan efisien serta memperlancar transaksi dan
layanan antar lembaga pemerintah dan pemerintah daerah
otonom.
Namun ada yang perlu diingat, bahwa maksud dikeluarkannya Inpres
ini, seperti tercantum dalam Inpres No. 3 Tahun 2003 bagian
Menimbang nomor d, adalah
bahwa dalam pelaksanaanya diperlukan kesamaan
pemahaman, keserempakan tindak dan keterpaduan langkah
seluruh unsur kelembagaan pemerintah, maka dipandang perlu
untuk mengeluarkan Instruksi Presiden bagi pelaksanaan
kebijakan dan strategi pengembangan e-government secara
nasional.
Oleh karena itulah, maka dipandang perlu untuk menetapkan sebuah
standar untuk menjembatani kesamaan pemahaman, keserempakan
tindak dan keterpaduan langkah ini yang kemudian kita kenal sebagai
cetak biru atau biasa disebut sebagai
blueprint
.
Di samping itu, masih menurut Inpres ini juga, dengan
mempertimbangkan kondisi saat ini, pencapaian tujuan
e-government
perlu dilaksanakan melalui 6 (enam) strategi yang berkaitan erat,
yaitu :
a. Mengembangkan sistem pelayanan yang andal dan terpercaya,
serta terjangkau oleh masyarakat luas.
b. Menata sistem manajemen dan proses kerja pemerintah dan
pemerintah daerah otonom secara holistik.
c. Memanfaatkan teknologi informasi secara optimal.
d. Meningkatkan peran serta dunia usaha dan mengembangkan
industri telekomunikasi dan teknologi informasi.
e. Mengembangkan kapasitas SDM baik pada pemerintah
maupun pemerintah daerah otonom, disertai dengan
meningkatkan
e-literacy
masyarakat.
f. Melaksanakan pengembangan secara sistematik melalui
tahapan-tahapan yang realistik dan terukur.
Sasaran dari strategi ini antara lain adalah:
• Masyarakat mengharapkan layanan publik yang terintegrasi
tidak tersekat-sekat oleh batasan organisasi dan
kewenangan birokrasi. Dunia usaha memerlukan informasi
dan dukungan interaktif dari pemerintah untuk dapat
menjawab perubahan pasar dan tantangan persaingan
global secara cepat. Kelancaran arus informasi untuk
menunjang hubungan dengan lembaga-lembaga negara,
serta untuk menstimulasi partisipasi masyarakat merupakan
faktor penting dalam pembentukan kebijakan negara yang
baik. Oleh karena itu, pelayanan publik harus transparan,
terpercaya, serta terjangkau oleh masyarakat luas melalui
jaringan komunikasi dan informasi.
• Pembentukan portal-portal informasi dan pelayanan publik
yang dapat mengintegrasikan sistem manajemen dan
proses kerja instansi pemerintah terkait, sehingga
masyarakat pengguna tidak merasakan sekat-sekat
organisasi dan kewenangan di lingkungan pemerintah,
sasaran ini akan diperkuat dengan kebijakan tentang
kewajiban instansi pemerintah dan pemerintah daerah
otonom untuk menyediakan informasi dan pelayanan publik
secara
on-line.
• Pencapaian ini harus ditunjang dengan penataan sistem
manajemen dan proses kerja di semua instansi pemerintah
pusat dan daerah. Penataan sistem manajemen dan
prosedur kerja pemerintah harus dirancang agar dapat
mengadopsi kemajuan teknologi informasi secara cepat.
Penataan itu harus meliputi sejumlah sasaran yang
masing-masing atau secara holistik membentuk konteks bagi
pembentukan kepemerintahan yang baik (
good
governance
).
Mengingat lingkup e-Government bukan saja Pemerintahan Daerah,
tetapi juga Pemerintah Pusat, yang semuanya akan mengarah pada
kepentingan Nasional maka juga sangat diperlukan panduan baku
pengembangan sistem e-Government untuk menjamin bahwa sistem
tersebut dapat memenuhi harapan yang diinginkan dan juga dapat
saling bersinergi antara satu dengan yang lainnya (interoperabilitas),
antara Pemerintah Pusat dan Daerah, antara lembaga Pemerintah
Pusat, juga seluruh potensi yang ada di pemerintah Republik
Indonesia.
Selanjutnya, membangun e-Government bukan saja membangun
infrastruktur komunikasi data dan informasi, tetapi juga berarti
membangun infrastruktur sistem aplikasi, standardisasi meta data,
pengembangan sumber daya manusia, pengembangan prosedur,
kebijakan dan peraturan.
2. Dasar Hukum dan Acuan
(1)
UUD 1945 dan perubahannya
(
(
2
2
)
)
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun
2004 Tentang Perubahan Atas Keputusan Presiden
Nomor 101 Tahun 2001 Tentang Kedudukan, Tugas,
Fungsi, Kewenangan, Susunan 0rganisasi, Dan Tata
Kerja Kementerian Negara.
(3)
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 09
Tahun 2005 Tentang Tentang Kedudukan, Tugas,
Fungsi, Susunan Organisasi, Dan Tata Kerja
Kementerian Negara Republik Indonesia.
(4)
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 11
Tahun
2005 Tentang Perubahan Kelima Atas
Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 Tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan
Organisasi, Dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non
Departemen
(5)
Instruksi Presiden RI Nomor 3 Tahun 2003 tentang
Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan
E-Government
(6)
Keputusan Presiden RI Nomor 187/M Tahun 2004
tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu
(7)
Panduan dan Luaran-luaran yang dimiliki Depkominfo,
antara lain adalah Panduan Pembangunan Infrastruktur
Portal Pemerintah, Panduan Manajemen Sistem
Dokumen Elektronik, Panduan Penyusunan Rencana
Induk Pengembangan E-Government Lembaga, dan
Blueprint Aplikasi e-Government Pemerintah Daerah
3. Maksud dan Tujuan
Dokumen Blueprint ini dimaksudkan untuk memberikan kesamaan
pemahaman, keserempakan tindak dan keterpaduan langkah seluruh
unsur kelembagaan pemerintah, dalam pelaksanaan kebijakan dan
strategi pengembangan e-Government secara nasional. Blueprint ini
memfokuskan pada pengembangan aplikasi e-Government di
lingkungan pemerintahan pusat, yaitu lembaga kepresidenan berikut
dengan lembaga-lembaga di bawahnya, yaitu Departemen, Lembaga
Pemerintah Non-Departemen, Kementerian Negara, dan lembaga
setingkat menteri, seperti: Sekretariat Negara, Sekretarita Kabinet,
TNI, POLRI, dan Kejaksaan Agung.
Tujuan pembuatan dokumen Blueprint e-Government adalah:
Memberikan kesamaan pemahaman, keserempakan tindak dan
keterpaduan langkah seluruh unsur kelembagaan pemerintah,
dalam pelaksanaan kebijakan dan strategi pengembangan
e-Government secara nasional, khususnya pada pengembangan
aplikasi pemerintahan pusat.
Menjadi acuan (referensi) pengembangan e-Government di
lembaga pemerintah dengan memperlihatkan hubungan
(relasi) integrasi antara satu aplikasi dengan aplikasi lainnya,
baik itu sebagai fungsi hubungan antara pemerintah pusat,
pemerintah daerah, fungsi pelayanan pada masyarakat, juga
hubungan dengan dunia usaha. Hal ini berkaitan pada
kelancaran arus informasi untuk menunjang hubungan dengan
lembaga-lembaga negara dalam memberikan layanan publik
yang terintegrasi tidak tersekat-sekat oleh batasan organisasi
dan kewenangan birokrasi.
Memberikan ‘peta dasar’ aplikasi-aplikasi yang berhubungan
langsung dengan kebijakan e-Government Nasional, yaitu
berupa pengelompokkan aplikasi berdasarkan fungsi
kepemerintahan, serta daftar dari aplikasi-aplikasi yang
diperlukan secara umum dengan melihat perannya dalam
peningkatan fungsi pelayanan pada masyarakat, dunia usaha,
serta peningkatan hubungan kerja yang lebih efektif dan
efisien antar pemerintah pusat-daerah dan antar lembaga
pemerintah.
3.1. Prinsip Desain Blueprint
Blueprint ini diharapkan dapat menjadi panduan bagi pemerintah
pusat dalam mengembangkan aplikasi e-Government yang sesuai
dengan kebijakan Nasional dan berwawasan global untuk waktu yang
cukup panjang. Untuk itu Blueprint ini didesain dengan prinsip
keseimbangan antara
flexibility
dan
standardization
.
Flexibility:
Blueprint ini memberikan panduan yang konsisten namun dapat
dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan dan kebijakan pemerintah
pusat yang spesifik. Lembaga-lembaga yang terkait di dalamnya
dapat menyesuaikan Blueprint ini dengan Visi, Misi, Tugas Pokok dan
Fungsi, serta Rencana Strategis Negara yang berlaku, yang akan
mempengaruhui kebijakan, rencana dan penerapan program
pengembangan e-Government di pusat, juga di daerah.
Standardization:
Blueprint ini lebih mengedepankan deskripsi aplikasi-aplikasi
e-Government di pemerintah pusat yang bersifat umum dan tipikal,
disertai dengan spesifikasi umum dan generik, sehingga dalam batas
tertentu terdapat standardisasi aplikasi e-Government secara nasional.
Dasar-dasar peraturan pemerintah secara nasional dijadikan panduan
utama dalam mendeskripsikan fungsi-fungsi kepemerintahan yang
menjadi dasar desain aplikasi.
Dengan mengutamakan keseimbangan fleksibilitas dan standardisasi,
maka Blueprint ini akan memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Tidak tergantung struktur organisasi di lingkungan pemerintah
pusat.
2. Relatif tidak rentan terhadap perubahan-perubahan kebijakan
pemerintah, khususnya perubahan kepemimpinan nasional.
3.
Memberikan kebebasan kepada lembaga pemerintah dalam
mengadaptasi dan menterjemahkan Blueprint dengan tetap
menjaga konsistensi kebijakan nasional.
4. Sistem Pemerintahan Pusat
Menurut Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah, Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang
memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 (Pasal 4 Ayat 1).
PEMERINTAH PUSAT
DPRD GUBERNUR
DPRD BUPATI / WALIKOTA
Desentralisasi Dekonsentrasi Tugas Pembantuan Perangkat Daerah Perangkat Daerah Pelaporan & Pertanggungjawaban Instansi Vertikal PEMERINTAH DAERAH PRESIDEN WAKIL PRESIDEN Lembaga Non Departemen Departemen Lembaga Setingkat Menteri Menteri Negara PEMERINTAH PUSAT DPRD GUBERNUR DPRD BUPATI / WALIKOTA
Desentralisasi Dekonsentrasi Tugas Pembantuan Perangkat Daerah Perangkat Daerah Pelaporan & Pertanggungjawaban Instansi Vertikal PEMERINTAH DAERAH PRESIDEN WAKIL PRESIDEN Lembaga Non Departemen Lembaga Setingkat Menteri Kementerian Negara Departemen PEMERINTAH PUSAT DPRD GUBERNUR DPRD BUPATI / WALIKOTA
Desentralisasi Dekonsentrasi Tugas Pembantuan Perangkat Daerah Perangkat Daerah Pelaporan & Pertanggungjawaban Instansi Vertikal PEMERINTAH DAERAH PRESIDEN WAKIL PRESIDEN Lembaga Non Departemen Departemen Lembaga Setingkat Menteri Menteri Negara PEMERINTAH PUSAT DPRD GUBERNUR DPRD BUPATI / WALIKOTA
Desentralisasi Dekonsentrasi Tugas Pembantuan Perangkat Daerah Perangkat Daerah Pelaporan & Pertanggungjawaban Instansi Vertikal PEMERINTAH DAERAH PRESIDEN WAKIL PRESIDEN Lembaga Non Departemen Departemen Lembaga Setingkat Menteri Menteri Negara PEMERINTAH PUSAT DPRD GUBERNUR DPRD BUPATI / WALIKOTA
Desentralisasi Dekonsentrasi Tugas Pembantuan Perangkat Daerah Perangkat Daerah Pelaporan & Pertanggungjawaban Instansi Vertikal PEMERINTAH DAERAH PRESIDEN WAKIL PRESIDEN Lembaga Non Departemen Lembaga Setingkat Menteri Kementerian Negara Departemen
4.1. Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan Pusat
Gambar 4-1. Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan
Pemerintah Pusat (disebut Pemerintah), adalah Presiden Republik
Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam menyelenggarakan
pemerintahan, Pemerintah menggunakan asas Desentralisasi, Tugas
Pembantuan, dan Dekonsentrasi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Menurut UUD 1945, Dalam melakukan kewajibannya Presiden dibantu
oleh satu orang Wakil Presiden (Pasal 4 Ayat 2) dan dibantu oleh
menteri-Kementerian Negara (Pasal 17 Ayat 1). Di dalam praktek
penyelenggaraannya Pemerintah memiliki Menteri-menteri yang
memimpin Departemen, para Kementerian Negara, Lembaga
setingkat menteri, dan Lembaga Pemerintah Non Departemen.
4.1.1. Pembagian Urusan Pemerintahan
Di dalam UU No. 32 Tahun 2004 pada Bab III Pembagian Urusan
Pemerintahan secara jelas membagi urusan pemerintahan, yaitu:
• Pemerintahan daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan
yang oleh Undang-Undang ini ditentukan menjadi urusan
Pemerintah.
• Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan, yang menjadi
kewenangan daerah sebagaimana di atas, pemerintahan
daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk mengatur
dan mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas
otonomi dan tugas pembantuan.
Urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah sebagaimana
dimaksud di atas meliputi:
a. politik luar negeri;
b. pertahanan;
c. keamanan;
d. yustisi;
e. moneter dan fiskal nasional; dan
f. agama.
Dalam urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
Pemerintah di luar urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud di
atas, Pemerintah dapat:
• melimpahkan sebagian urusan pemerintahan kepada
Gubernur selaku wakil Pemerintah; atau
• menugaskan sebagian urusan kepada pemerintahan daerah
dan/atau pemerintahan desa berdasarkan asas tugas
pembantuan.
Penyelenggaraan urusan pemerintahan dibagi berdasarkan kriteria
eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi dengan memperhatikan
keserasian hubungan antar susunan pemerintahan. Penyelenggaraan
urusan pemerintahan ini merupakan pelaksanaan hubungan
kewenangan antara Pemerintah dan pemerintahan daerah provinsi,
kabupaten dan kota atau antar pemerintahan daerah yang saling
terkait, tergantung, dan sinergis sebagai satu sistem pemerintahan.
4.1.2. Hubungan Pemerintahan dengan Pemerintahan Daerah
Pemerintah dalam menyelenggarakan urusan pemerintah memiliki
hubungan dengan pemerintah daerah. Hubungan ini meliputi
hubungan wewenang, keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan
sumber daya, dan sumber daya lainnya. Hubungan ini menimbulkan
hubungan administrasi dan kewilayahan antar susunan pemerintahan.
4.1.3. Asas Penyelenggaraan Pemerintahan
Penyelenggaraan pemerintahan berpedoman pada Asas Umum
Penyelenggaraan Negara yang terdiri atas:
a. asas kepastian hukum;
b. asas tertib penyelenggara negara;
c. asas kepentingan umum;
d. asas keterbukaan;
e. asas proporsionalitas;
f. asas profesionalitas;
g. asas akuntabilitas;
h. asas efisiensi; dan
i. asas efektivitas.
Dalam menyelenggarakan pemerintahan, Pemerintah menggunakan
asas desentralisasi, tugas pembantuan, dan dekosentrasi sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
Dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah, pemerintahan
daerah menggunakan asas otonomi dan tugas pembantuan.
4.2. Unsur-Unsur Pemerintahan Pusat
Unsur penyelenggara pemerintahan adalah Departemen, Kementerian
Negara, Lembaga setingkat menteri, dan Lembaga Pemerintah Non
Departemen.
4.2.1. Departemen
1Departemen dalam Pemerintahan Negara Republik Indonesia,
selanjutnya disebut Departemen, berkedudukan sebagai perumus dan
pelaksana kebijakan Pemerintah Pusat yang dipimpin oleh seorang
Menteri, berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.
1
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005 Tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, Dan Tata Kerja Kementerian
Negara Republik Indonesia
4.2.1.1. Tugas dan Fungsi Departemen
Departemen mempunyai tugas menetapkan kebijakan pemerintah
berdasarkan kebijakan umum yang ditetapkan oleh Presiden dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam melaksanakan tugasnya, Departemen menyelenggarakan
fungsi:
a. perumusan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan, dan
kebijakan teknis di bidangnya;
b. pelaksanaan urusan pemerintahan sesuai dengan bidang
tugasnya;
c. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi
tanggung jawabnya;
d. pengawasan atas pelaksanaan tugasnya;
e. penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangan
di bidang tugas dan fungsi kepada Presiden.
4.2.1.2. Susunan Organisasi Departemen
Departemen terdiri dari:
a. Menteri;
b. Sekretariat Jenderal;
c. Direktorat Jenderal;
d. Inspektorat Jenderal;
e. Staf Ahli;
4.2.1.2.1. Sekretariat Jenderal
• Sekretariat Jenderal dipimpin oleh seorang Sekretaris Jenderal
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Menteri.
• Sekretariat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan
koordinasi pelaksanaan tugas serta pembinaan dan pemberian
dukungan administrasi Departemen.
Dalam melaksanakan tugasnya, Sekretariat Jenderal
menyelenggarakan fungsi :
a. pembinaan dan pelaksanaan tugas Departemen yang meliputi
perencanaan, pengorganisasian, dan pendayagunaan sumber
daya serta hubungan antarlembaga dan masyarakat;
b. koordinasi terhadap pelaksanaan tugas unit organisasi di
lingkungan Departemen.
Sekretariat Jenderal terdiri dari sebanyak-banyaknya 6 (enam) Biro
sesuai beban kerja, masing-masing Biro terdiri dari
sebanyak-banyaknya 5 (lima) Bagian sesuai beban kerja.
Di lingkungan Sekretariat Jenderal dapat ditempatkan jabatan
fungsional tertentu.
4.2.1.2.2. Direktorat Jenderal
• Direktorat Jenderal dipimpin oleh seorang Direktur Jenderal
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Menteri.
• Direktorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan
perumusan kebijakan dan pelaksanaan serta standardisasi
teknis.
Dalam melaksanakan tugasnya Direktorat Jenderal menyelenggarakan
fungsi:
a. pelaksanaan tugas tertentu Departemen yang menjadi
tanggung jawabnya berdasarkan kebijakan yang ditetapkan
oleh Menteri dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
b. perumusan kebijakan dan pelaksanaannya di bidang yang
ditetapkan oleh Menteri;
c. penyiapan rancangan kebijakan umum yang ditetapkan oleh
Presiden dan peraturan perundang-undangan di bidangnya;
d. pemberian bimbingan teknis dan evaluasi;
e. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal.
Keterangan lain:
1. Departemen terdiri dari sebanyak-banyaknya 5 (lima)
Direktorat Jenderal sesuai beban kerja.
2. Direktorat Jenderal terdiri dari Sekretariat Direktorat Jenderal
dan sebanyak-banyaknya 6 (enam) Direktorat sesuai beban
kerja.
3. Sekretariat Direktorat Jenderal terdiri dari sebanyak-banyaknya
5 (lima) Bagian sesuai beban kerja.
4. Direktorat terdiri dari sebanyak-banyaknya 5 (lima)
Subdirek-torat sesuai beban kerja.
5. Di lingkungan Direktorat Jenderal dapat ditempatkan jabatan
fungsional tertentu.
6. Apabila kebutuhan sangat memerlukan, Presiden atas usul
Menteri yang bertanggung jawab dibidang Pendayagunaan
Aparatur Negara dapat memberikan pengecualian terhadap
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam nomor (1).
4.2.1.2.3. Inspektorat Jenderal
• Inspektorat Jenderal dipimpin oleh seorang Inspektur Jenderal
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Menteri.
• Inspektorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan
pengawasan fungsional Departemen.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16,
Inspektorat Jenderal menyelenggarakan fungsi:
a. pemeriksaan, pengujian penilaian, dan pengusutan terhadap
kebenaran pelaksanaan tugas, pengaduan, penyimpangan dan
penyalahgunaan wewenang yang dilakukan oleh unsur-unsur
Departemen;
b. penyampaian hasil pengawasan dan pemantauan tindak lanjut
hasil pengawasan;
c. pembinaan teknis terhadap Kelompok Jabatan Fungsional
Pengawasan;
Keterangan lain:
1. Inspektorat Jenderal terdiri dari Sekretariat Inspektorat
Jenderal, sebanyak-banyaknya 5 (lima) Inspektorat sesuai
beban kerja serta Kelompok Jabatan Fungsional Pengawasan.
2. Sekretariat Inspektorat Jenderal terdiri dari
sebanyak-banyaknya 5 (lima) bagian sesuai beban kerja.
4.2.1.2.4. Staf Ahli, Badan, dan Pusat
Staf Ahli
• Menteri dapat dibantu oleh sebanyak-banyaknya 5 (lima)
orang Staf Ahli sesuai beban kerja.
Bidang
• Menteri dapat membentuk Badan di lingkungan Departemen
sebagai unsur pelaksana tugas administrasi Departemen atau
sebagian tugas teknis Departemen.
• Badan dipimpin oleh seorang Kepala yang berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada Menteri.
• Badan terdiri dari Sekretariat Badan dan sebanyak-banyaknya
5 (lima) Pusat sesuai beban kerja.
• Di lingkungan Badan dapat ditempatkan jabatan fungsional
tertentu.
Pusat
• Menteri dapat membentuk Pusat di lingkungan Departemen
sebagai unsur pelaksana tugas dan/atau penunjang
Departemen.
• Pusat dipimpin oleh seorang Kepala yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Sekretaris Jenderal.
• Pusat terdiri dari sebanyak-banyaknya 2 (dua) Bidang sesuai
beban kerja.
• Di lingkungan Pusat dapat ditempatkan jabatan fungsional
tertentu.
4.2.2. Kementerian Negara
2Kementerian Negara adalah unsur pelaksana Pemerintah.
Kementerian Negara dipimpin oleh Menteri Negara yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden
4.2.2.1. Tugas dan Fungsi Kementerian Negara
Kementerian Negara mempunyai tugas membantu Presiden dalam
merumuskan kebijakan dan koordinasi di bidang tertentu dalam
kegiatan pemerintahan negara.
2
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005 Tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, Dan Tata Kerja Kementerian
Negara Republik Indonesia
Dalam menjalankan tugasnya, Kementrian Negara menyelenggarakan
fungsi:
a. perumusan kebijan nasional di bidangnya;
b. koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidangnya;
c. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi
tanggung jawabnya;
d. pengawasan atas pelaksanaan tugasnya;
e. penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangan
di bidang tugas dan fungsinya kepada Presiden.
4.2.2.2. Susunan Organisasi Kementerian Negara
Kementerian Negara dibantu oleh :
(1) Sekretariat Kementerian Negara, disingkat Sekretariat
Kementerian Negara;
(2) Deputi Kementerian Negara;
(3) Staf Ahli Kementerian Negara.
4.2.2.2.1. Sekretariat Kementerian Negara
• Sekretariat Kementerian Negara dipimpin oleh Sekretaris
Kementerian Negara yang berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Menteri.
• Sekretariat Kementerian Negara mempunyai tugas
melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas serta pembinaan
dan pemberian dukungan administrasi Kementerian Negara.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas,
Sekretariat Kementerian Negara menyelenggarakan fungsi:
a. koordinasi kegiatan Kementerian Negara;
b. penyelenggaraan pengelolaan administrasi umum untuk
mendukung kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi Kantor
Kementerian Negara;
c. penyelenggaraaan hubungan kerja di bidang administrasi
dengan Kementrian Koordinator, Kementerian Negara lain,
Departemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen, dan
lembaga lain yang terkait;
d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Menteri Negara.
Keterangan lain:
1. Sekretariat Kementerian Negara terdiri dari 2 (dua) Biro.
2. Masing-masing Biro terdiri dari sebanyak-banyaknya 4 (empat)
Bagian.
3. Masing-masing Bagian terdiri dari sebanyak-banyaknya 3 (tiga)
Subbagian.
4.2.2.2.2. Deputi Kementerian Negara
• Deputi Kementerian Negara dipimpin oleh Deputi yang berada
di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Negara.
• Deputi Kementerian Negara mempunyai tugas merumuskan
dan melaksanakan kebijakan di bidang tertentu.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi
Kementerian Negara menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan dan perumusan kebijakan Kementerian Negara
sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya;
b. pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan tentang
masalah atau kegiatan tertentu sesuai dengan bidang tugas
dan fungsinya;
c. pelaksanaan hubungan kerja di bidang teknis dengan
Kementerian Koordinator, Kementerian Negara, Departemen,
Lembaga Pemerintah Non Departemen, dan lembaga lain yang
terkait;
d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Menteri Negara
sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya.
Keterangan lain:
1. Jumlah Deputi Kementerian Negara ditentukan sesuai dengan
kebutuhan dan beban kerja.
2. Dalam melaksanakan tugasnya, Deputi Kementerian Negara
dibantu oleh sebanyak-banyaknya 5 (lima) Asisten Deputi.
3. Masing-masing Asisten Deputi dapat dibantu oleh
sebanyak-banyaknya 4 (empat) Bidang dan masing-masing Bidang
terdiri dari 2 (dua) Subbidang.
4. Dalam melaksanakan tugasnya secara administratif Deputi
Kementerian Negara dikoordinasikan oleh Sekretaris
Kementerian Negara.
4.2.2.2.3. Staf Ahli Kementerian Negara
• Kementerian Negara dapat dibantu oleh sebanyak-banyaknya 5
(lima) Staf Ahli.
• Staf Ahli Kementerian Negara berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Menteri Negara.
• Staf Ahli Kementerian Negara mempunyai tugas memberikan
telaahan mengenai masalah tertentu sesuai dengan bidang
tugasnya.
• Dalam melaksanakan tugas, Staf Ahli secara administratif
dikooredinasikan oleh Sekretaris Kementerian Negara.
4.2.3. Lembaga Pemerintah Non Departemen
3Lembaga Pemerintah Non Departemen dalam Pemerintahan Negara
Republik Indonesia, yang selanjutnya disebut LPND adalah lembaga
pemerintah pusat yang dibentuk untuk melaksanakan tugas
pemerintahan tertentu dari Presiden.
LPND berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.
4.2.3.1. Tugas dan Wewenang Lembaga Pemerintah Non Departemen
LPND mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan tertentu
dari Presiden sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
3
Keppres No. 103 Tahun 2001 Tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non
Departemen
Namun pada umumnya dalam menjalankan fungsinya setiap LPND
mempunyai kewenangan:
a. penyusunan rencana nasional secara makro di bidangnya;
b. perumusan kebijakan di bidangnya untuk mendukung
pembangunan secara makro;
c. penetapan sistem informasi di bidangnya;
d. kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
4.2.3.2. Susunan Organisasi Lembaga Pemerintah Non Departemen
LPND terdiri dari :
a. Kepala;
b. Sekretariat Utama;
c. Deputi;
d. Unit Pengawasan.
4.2.3.2.1. Kepala
Kepala adalah pemimpin LPND.
Kepala mempunyai tugas :
a. memimpin LPND sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
b. menyiapkan kebijakan nasional dan kebijakan umum sesuai
dengan tugas LPND;
c. menetapkan kebijakan teknis pelaksanaan tugas LPND yang
menjadi tanggung jawabnya;
d. membina dan melaksanakan kerjasama dengan instansi dan
organisasi lain.
4.2.3.2.2 Sekretariat Utama
• Sekretariat Utama adalah unsur pembantu pimpinan LPND
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala.
• Sekretariat Utama dipimpin oleh Sekretaris Utama.
• Sekretariat Utama mempunyai tugas mengkoordinasikan
perencanaan, pembinaan, dan pengendalian terhadap
program, administrasi, dan sumber daya di lingkungan LPND.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas,
Sekretariat Utama menyelenggarakan fungsi:
a. pengkoordinasian, sinkronisasi, dan integrasi di lingkungan
LPND;
b. pengkoordinasian perencanaan dan perumusan kebijakan
teknis LPND;
c. pembinaan dan pelayanan administrasi ketatausahaan,
organisasi dan tata laksana, kepegawaian, keuangan,
kearsipan, persandian, perlengkapan, dan rumah tangga
LPND;
d. pembinaan pendidikan dan pelatihan, penelitian dan
pengembangan di lingkungan LPND sepanjang tidak dilakukan
oleh unit lain di lingkungan LPND;
e. pengkoordinasian penyusunan peraturan perundang-undangan
yang berkaitan dengan tugas LPND;
f. pengkoordinasian dalam penyusunan laporan LPND.
Keterangan lain:
1. Sekretariat Utama terdiri dari sejumlah Biro.
2. Biro terdiri dari sejumlah Bagian dan setiap Bagian dapat
terdiri dari sejumlah Subbagian.
4.2.3.2.3. Deputi
• Deputi adalah unsur pelaksana LPND yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala.
• Deputi dipimpin oleh Deputi.
• Deputi mempunyai tugas merumuskan dan melaksanakan
kebijakan di bidang tertentu.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Deputi
menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan kebijakan teknis pelaksanaan, pemberian
bimbingan dan pembinaan sesuai dengan bidang tugasnya;
b. pengendalian terhadap kebijakan teknis sesuai dengan bidang
tugasnya;
c. pelaksanaan tugas sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan
oleh Kepala.
Keterangan lain:
2. Pusat dapat terdiri dari sejumlah Bidang, dan masing-masing
Bidang dapat terdiri dari Subbidang.
3. Berdasarkan pertimbangan lokasi dan beban kerja di
lingkungan Pusat dapat dibentuk 1 (satu) Bagian Tata Usaha
yang terdiri dari sejumlah Subbagian.
4. Direktorat dapat terdiri dari sejumlah Subdirektorat dan
masing-masing Subdirektorat dapat terdiri dari sejumlah Seksi.
5. Dalam melaksanakan tugasnya, secara administrasi Deputi
dikoordinasikan oleh Sekretaris Utama.
4.2.3.2.4. Unit Pengawasan
• Dilingkungan LPND dapat dibentuk unit pengawasan yang
melaksanakan tugas pengawasan fungsional yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala.
• Unit pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat
berbentuk Inspektorat Utama atau Inspektorat.
• Apabila objek pengawasan fungsional pada LPND yang
bersangkutan relatif kecil, maka pelaksanaan pengawasan
fungsional dilakukan langsung oleh BPKP atau lembaga
fungsional eksternal lain, yang pelaksanaannya difasilitasi oleh
Sekretariat Utama LPND yang bersangkutan.
• Unit Pengawasan mempunyai tugas melaksanakan
pengawasan fungsional di lingkungan LPND.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Unit
Pengawasan menyelenggarakan fungsi:
b. pelaksanaan pengawasan fungsional sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
c. pelaksanaan administrasi Inspektorat Utama atau Inspektorat.
Keterangan lain:
1. Inspektorat Utama terdiri dari sejumlah Inspektorat dan
Kelompok Jabatan Fungsional.
2. Inspektorat Utama dapat dibantu oleh 1 (satu) Subbagian Tata
Usaha.
3. Inspektorat yang berada di bawah Kepala terdiri dari Kelompok
Jabatan Fungsional.
4. Inspektorat sebagaimana dimaksud di atas dapat dibantu oleh 1
(satu) Subbagian Tata Usaha.
5. Fungsi perumusan kebijakan dilaksanakan oleh Direktorat.
6. Fungsi penelitian dan pengkajian dilaksanakan oleh Pusat.
4.2.4. Lembaga Setingkat Menteri
4.2.4.1. Sekretariat Negara
Sekretariat Negara mempunyai tugas memberi dukungan staf dan
pelayanan administrasi kepada Presiden selaku Kepala Negara dalam
menyelenggarakan kekuasaan Pemerintahan Negara di bidang
penyiapan naskah Presiden, penerbitan peraturan
perundang-undangan, dan tugas-tugas di bidang keadministrasian negara
lainnya.
Fungsi Sekretariat Negara adalah:
1. Perencanaan, pengaturan, pengelolaan, dan pengendalian
pemanfaatan aset negara yang berada dibawah penguasaan
dan atau pengawasan Sekretariat Negara;
2. Penyelenggaraan urusan organisasi dan tata laksana di
lingkungan Sekretariat Negara, serta penyelesaian urusan
kepegawaian di lingkungan Sekretariat Negara;
3. Penyelenggaraan urusan pengembangan sumber daya di
lingkungan Sekretariat Negara, Sekretariat Kabinet,
Sekretariat Presiden, Sekretariat Militer Presiden, dan
Sekretariat Wakil Presiden;
4. Penyelenggaraan koordinasi perencanaan program di
lingkungan Sekretariat Negara;
5. Penerbitan peraturan perundang-undangan dan penanganan
administrasi hukum dalam kerangka pelayanan administrasi
kepada Presiden selaku Kepala Negara;
6. Penyiapan data yang diperlukan bagi penyusunan naskah
Presiden, penyelenggaraan pelayanan informasi kenegaraan
lainnya serta pelayanan dokumentasi dan informasi;
7. Penyelenggaraan koordinasi urusan penerjemahan di
lingkungan Sekretariat Negara, Sekretariat Kabinet, dan
Sekretariat Militer Presiden;
8. Penyelenggaraan kajian internasional;
9. Penyelenggaraan kajian dalam negeri;
10. Penyelenggaraan hubungan dengan lembaga tertinggi/tinggi
negara, organisasi kemasyarakatan, organisasi politik,
lembaga swadaya masyarakat dan lembaga legislatif daerah;
11. Penyelenggaraan koordinasi urusan administrasi keuangan di
lingkungan Sekretariat Negara, Sekretariat Kabinet, dan
Sekretariat Militer Presiden, serta lembaga-lembaga non
struktural pemerintah yang ditetapkan Presiden yang
anggarannya dikoordinasikan oleh Sekretariat Negara;
12. Penyelenggaraan administrasi umum di lingkungan
Sekretariat Negara;
13. Penyelenggaraan administrasi bangunan dan kendaraan di
lingkungan Sekretariat Negara, Sekretariat Kabinet, dan
Sekretariat Militer Presiden;
14. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan di lingkungan
Sekretariat Negara, Sekretariat Kabinet, Sekretariat Presiden,
dan Sekretariat Militer Presiden;
15. Penyelenggaraan urusan keamanan dalam, di lingkungan
Sekretariat Negara, Sekretariat Kabinet, Sekretariat Militer
Presiden;
16. Penyelenggaraan urusan kerjasama teknik luar negeri;
17. Penyelenggaraan pengembangan akuntabilitas kinerja di
lingkungan Sekretariat Negara, Sekretariat Kabinet,
Sekretariat Presiden, dan Sekretariat Militer Presiden.
4.2.4.2. Tentara Nasional Indonesia
4Tentara Nasional Indonesia, selanjutnya disingkat TNI, berperan
sebagai alat negara di bidang pertahanan yang dalam menjalankan
tugasnya berdasarkan kebijakan dan keputusan politik negara.
4.2.4.2.1. Kedudukan TNI
• Dalam pengerahan dan penggunaan kekuatan militer, TNI
berkedudukan di bawah Presiden.
• Dalam kebijakan dan strategi pertahanan serta dukungan
administrasi, TNI di bawah koordinasi Departemen
Pertahanan.
• TNI terdiri atas TNI Angkatan Darat, TNI Angkatan Laut, dan
TNI Angkatan Udara yang melaksanakan tugasnya secara
matra atau gabungan di bawah pimpinan Panglima. Tiap-tiap
angkatan ini mempunyai kedudukan yang sama dan sederajat.
4
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2004 Tentang
Tentara Nasional Indonesia
4.2.4.2.2. Fungsi dan Tugas TNI
TNI, sebagai alat pertahanan negara, berfungsi sebagai:
a. penangkal terhadap setiap bentuk ancaman militer dan
ancaman bersenjata dari luar dan dalam negeri terhadap
kedaulatan, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa;
b. penindak terhadap setiap bentuk ancaman sebagaimana
dimaksud pada huruf a; dan
c. pemulih terhadap kondisi keamanan negara yang terganggu
akibat kekacauan keamanan.
Dalam melaksanakan fungsi di atas, TNI merupakan komponen
utama sistem pertahanan negara.
Tugas pokok TNI adalah Kementerian Negaraakkan kedaulatan
negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta melindungi
segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman
dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.
Tugas pokok sebagaimana dimaksud ini dilakukan dengan:
a. operasi militer untuk perang;
b. operasi militer selain perang, yaitu untuk:
1.
mengatasi gerakan separatis bersenjata;
2.
mengatasi pemberontakan bersenjata;
3.
mengatasi aksi terorisme;
5.
mengamankan objek vital nasional yang bersifat
strategis;
6.
melaksanakan tugas perdamaian dunia sesuai dengan
kebijakan politik luar negeri;
7.
mengamankan Presiden dan Wakil Presiden beserta
keluarganya;
8.
memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan
pendukungnya secara dini sesuai dengan sistem
pertahanan semesta;
9.
membantu tugas pemerintahan di daerah;
10. membantu Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam
rangka tugas keamanan dan ketertiban masyarakat yang
diatur dalam undang-undang;
11. membantu mengamankan tamu negara setingkat kepala
negara dan perwakilan pemerintah asing yang sedang
berada di Indonesia;
12. membantu menanggulangi akibat bencana alam,
pengungsian, dan pemberian bantuan kemanusiaan;
13. membantu pencarian dan pertolongan dalam kecelakaan
(search and rescue); serta
14. membantu pemerintah dalam pengamanan pelayaran
dan penerbangan terhadap pembajakan, perompakan,
dan penyelundupan.
Ketentuan ini dilaksanakan berdasarkan kebijakan dan keputusan
politik negara.
4.2.4.2.3. Organisasi TNI
• Organisasi TNI terdiri atas Markas Besar TNI yang
membawahkan Markas Besar TNI Angkatan Darat, Markas
Besar TNI Angkatan Laut, dan Markas Besar TNI Angkatan
Udara.
• Markas Besar TNI terdiri atas unsur pimpinan, unsur pembantu
pimpinan, unsur pelayanan, badan pelaksana pusat, dan
Komando Utama Operasi.
• Markas Besar Angkatan terdiri atas unsur pimpinan, unsur
pembantu pimpinan, unsur pelayanan, badan pelaksana pusat,
dan Komando Utama Pembinaan.
• Susunan organisasi TNI ini, diatur lebih lanjut dengan
Keputusan Presiden.
TNI dipimpin oleh seorang Panglima yang diangkat dan diberhentikan
oleh Presiden setelah mendapatkan persetujuan Dewan Perwakilan
Rakyat. Pengangkatan dan pemberhentian Panglima dilakukan
berdasarkan kepentingan organisasi TNI.
Angkatan dipimpin oleh seorang Kepala Staf Angkatan dan
berkedudukan di bawah Panglima serta bertanggung jawab kepada
Panglima.
Kepala Staf Angkatan diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas
usul Panglima. Kepala Staf Angkatan ini diangkat dari Perwira Tinggi
aktif dari angkatan yang bersangkutan dengan memperhatikan
jenjang kepangkatan dan karier. Tata cara pengangkatan dan
pemberhentian Kepala Staf Angkatan diatur dengan keputusan
Presiden.
4.2.4.2.4. Tugas dan Kewajiban Panglima TNI
Tugas dan kewajiban Panglima adalah:
1. memimpin TNI;
2. melaksanakan kebijakan pertahanan negara;
3. menyelenggarakan strategi militer dan melaksanakan operasi
militer;
4. mengembangkan doktrin TNI;
5. menyelenggarakan penggunaan kekuatan TNI bagi
kepentingan operasi militer;
6. menyelenggarakan pembinaan kekuatan TNI serta memelihara
kesiagaan operasional;
7. memberikan pertimbangan kepada Menteri Pertahanan dalam
hal penetapan kebijakan pertahanan negara;
8. memberikan pertimbangan kepada Menteri Pertahanan dalam
hal penetapan kebijakan pemenuhan kebutuhan TNI dan
komponen pertahanan lainnya;
9. memberikan pertimbangan kepada Menteri Pertahanan dalam
menyusun dan melaksanakan perencanaan strategis
pengelolaan sumber daya nasional untuk kepentingan
pertahanan negara;
10. menggunakan komponen cadangan setelah dimobilisasi bagi
kepentingan operasi militer;
11. menggunakan komponen pendukung yang telah disiapkan
bagi kepentingan operasi militer; serta
12. melaksanakan tugas dan kewajiban lain sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
4.2.4.2.5. Tugas dan Kewajiban Kepala Staf Angkatan
Tugas dan kewajiban Kepala Staf Angkatan adalah:
1. memimpin Angkatan dalam pembinaan kekuatan dan kesiapan
operasional Angkatan;
2. membantu Panglima dalam menyusun kebijakan tentang
pengembangan postur, doktrin, dan strategi serta operasi
militer sesuai dengan matra masing-masing;
3. membantu Panglima dalam penggunaan komponen
pertahanan negara sesuai dengan kebutuhan Angkatan; serta
4. melaksanakan tugas lain sesuai dengan matra masing-masing
yang diberikan oleh Panglima.
4.2.4.3. Kepolisian Negara Republik Indonesia
5Keamanan dalam negeri merupakan syarat utama mendukung
terwujudnya masyarakat madani yang adil, makmur, dan beradab
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Menurut UUD 1945 Pasal 30 Ayat 4, Kepolisian
Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga
keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi,
mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan hukum
5
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 Tentang
4.2.4.3.1. Fungsi dan Tujuan Kepolisian Negara RI
Fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara di
bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat,
penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan
kepada masyarakat.
Pengemban fungsi kepolisian adalah Kepolisian Negara Republik
Indonesia yang dibantu oleh :
a. kepolisian khusus;
b. penyidik pegawai negeri sipil; dan/atau
c. bentuk-bentuk pengamanan swakarsa.
Kepolisian Neagara Republik Indonesia melaksanakan fungsi
kepolisian sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
menjadi dasar hukumnya masing-masing.
Kepolisian Negara Republik Indonesia bertujuan untuk mewujudkan
keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan
ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya
perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, serta
terbinanya ketenteraman masyarakat dengan menjunjung tinggi hak
asasi manusia.
Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan alat negara yang
berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,
Kementerian Negaraakkan hukum, serta memberikan perlindungan,
pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka
terpeliharanya keamanan dalam negeri.
Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah Kepolisian Nasional yang
merupakan satu kesatuan dalam melaksanakan peran sebagaimana
dimaksud di atas.
4.2.4.3.2. Susunan dan Kedudukan Kepolisian Negara RI
• Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam melaksanakan
peran dan fungsi kepolisian meliputi seluruh wilayah negara
Republik Indonesia.
• Susunan organisasi dan tata kerja Kepolisian Negara Republik
Indonesia disesuaikan dengan kepentingan pelaksanaan tugas
dan wewenangnya yang diatur lebih lanjut dengan Keputusan
Presiden.
• Kepolisian Negara Republik Indonesia berada di bawah
Presiden.
• Kepolisian Negara Republik Indonesia dipimpin oleh Kapolri
yang dalam pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab kepada
Presiden sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
• Kapolri menetapkan, menyelenggarakan, dan mengendalikan
kebijakan teknis kepolisian.
• Kapolri memimpin Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawab atas :
a. penyelenggaraan kegiatan operasional kepolisian dalam
rangka pelaksanaan tugas Kepolisian Negara Republik
Indonesia; dan
b. penyelenggaraan pembinaan kemampuan Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
• Kapolri diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.
• Usul pengangkatan dan pemberhentian Kapolri diajukan oleh
Presiden kepada Dewan Perwakilan Rakyat disertai dengan
alasannya.
4.2.4.3.3. Tugas dan Wewenang Kepolisian Negara RI
Tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah:
a. memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;
b. Kementerian Negaraakkan hukum; dan
c. memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada
masyarakat.
Dalam melaksanakan tugas pokok ini, Kepolisian Negara Republik
Indonesia bertugas :
a. melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan
patroli terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai
kebutuhan;
b. menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin
keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas di jalan;
c. membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi
masyarakat, kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan
warga masyarakat terhadap hukum dan peraturan
perundang-undangan;
e. memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum;
f. melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis
terhadap kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan
bentuk-bentuk pengamanan swakarsa;
g. melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua
tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan
peraturan perundang-undangan lainnya;
h. menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran
kepolisian, laboratorium forensik dan psikologi kepolisian untuk
kepentingan tugas kepolisian;
i. melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat,
dan lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan/atau
bencana termasuk memberikan bantuan dan pertolongan
dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia;
j. melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara
sebelum ditangani oleh instansi dan/atau pihak yang
berwenang;
k. memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan
kepentingannya dalam lingkup tugas kepolisian; serta
l. melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Dalam rangka menyelenggarakan tugas ini Kepolisian Negara Republik
Indonesia secara umum berwenang:
b. membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang
dapat mengganggu ketertiban umum;
c. mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit
masyarakat;
d. mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau
mengancam persatuan dan kesatuan bangsa;
e. mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan
administratif kepolisian;
f. melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari
tindakan kepolisian dalam rangka pencegahan;
g. melakukan tindakan pertama di tempat kejadian;
h. mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret
seseorang;
i. mencari keterangan dan barang bukti;
j. menyelenggarakan Pusat Informasi Kriminal Nasional;
k. mengeluarkan surat izin dan/atau surat keterangan yang
diperlukan dalam rangka pelayanan masyarakat;
l. memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan
pelaksanaan putusan pengadilan, kegiatan instansi lain, serta
kegiatan masyarakat;
m. menerima dan menyimpan barang temuan untuk sementara
waktu.
Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan peraturan
perundang-undangan lainnya berwenang :
a. memberikan izin dan mengawasi kegiatan keramaian umum
dan kegiatan masyarakat lainnya;
b. menyelenggarakan registrasi dan identifikasi kendaraan
bermotor;
c. memberikan surat izin mengemudi kendaraan bermotor;
d. menerima pemberitahuan tentang kegiatan politik;
e. memberikan izin dan melakukan pengawasan senjata api,
bahan peledak, dan senjata tajam;
f. memberikan izin operasional dan melakukan pengawasan
terhadap badan usaha di bidang jasa pengamanan;
g. memberikan petunjuk, mendidik, dan melatih aparat kepolisian
khusus dan petugas pengamanan swakarsa dalam bidang
teknis kepolisian;
h. melakukan kerja sama dengan kepolisian negara lain dalam
menyidik dan memberantas kejahatan internasional;
i. melakukan pengawasan fungsional kepolisian terhadap orang
asing yang berada di wilayah Indonesia dengan koordinasi
instansi terkait;
j. mewakili pemerintah Republik Indonesia dalam organisasi
kepolisian internasional;
k. melaksanakan kewenangan lain yang termasuk dalam lingkup
tugas kepolisian.
Dalam rangka menyelenggarakan tugas tersebut di bidang proses
pidana, Kepolisian Negara Republik Indonesia berwenang untuk :
a. melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan
penyitaan;
b. melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat
kejadian perkara untuk kepentingan penyidikan;
c. membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam
rangka penyidikan;
d. menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan
serta memeriksa tanda pengenal diri;
e. melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;
f. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai
tersangka atau saksi;
g. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya
dengan pemeriksaan perkara;
h. mengadakan penghentian penyidikan;
i. menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum;
j. mengajukan permintaan secara langsung kepada pejabat
imigrasi yang berwenang di tempat pemeriksaan imigrasi
dalam keadaan mendesak atau mendadak untuk mencegah
atau menangkal orang yang disangka melakukan tindak
pidana;
k. memberi petunjuk dan bantuan penyidikan kepada penyidik
pegawai negeri sipil serta menerima hasil penyidikan penyidik
pegawai negeri sipil untuk diserahkan kepada penuntut umum;
dan
l. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung
jawab.
4.2.4.4. Kejaksaan Agung
6• Kejaksaan Republik Indonesia yang selanjutnya dalam
dokumen ini disebut kejaksaan adalah lembaga pemerintah
yang melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan
serta kewenangan lain berdasarkan undang-undang.
Pelaksanaan kekuasaan negara ini diselenggarakan oleh
Kejaksaan Agung, Kejaksaan tinggi, dan Kejaksaan negeri
secara merdeka.
• Kejaksaan Agung berkedudukan di ibukota negara Republik
Indonesia dan daerah hukumnya meliputi wilayah kekuasaan
negara Republik Indonesia.
• Kejaksaan Tinggi berkedudukan di ibukota provinsi dan daerah
hukumnya meliputi wilayah provinsi.
• Kejaksaan negeri berkedudukan di ibukota kabupaten/ kota
yang daerah hukumnya meliputi daerah kabupaten/kota.
4.2.4.4.1. Susunan Kejaksaan
Sunanan Kejaksaan terdiri dari Kejaksaan Agung, Kejaksaan Tinggi,
dan Kejaksaan Negeri.
6