• Tidak ada hasil yang ditemukan

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi"

Copied!
169
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh:

ADITYA VEMBRIARTO NIM : 049114019

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2008

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

Skripsi ini aku persembahkan kepada :

Yesus Kristus “Sumber hidupku dan juru selamat ku”

Bapak dan Mama “yang telah menginsankan aku”

Adikku “yang telah banyak memberikan pelajaran hidup”

Wanita dan Sahabat-sahabatku yang selalu menyertai langkahku.

(7)

ABSTRAK

Aditya Vembriarto (2004). Hubungan Antara Kepuasan Kerja Dengan Performansi Kerja Guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Mlati, Sleman, Yogyakarta:Fakultas Psikologi, Jurusan Psikologi, Program Studi Psikologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kepuasan kerja dengan performansi kerja guru sekolah dasar negeri di Kecamatan Mlati Sleman, Yogyakarta. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan yang positif dan signifikan antara kepuasan kerja dengan performansi kerja guru sekolah dasar negeri di Kecamatan Mlati Sleman, Yogyakarta.

Subjek penelitian berjumlah 60 guru sekolah dasar yang berada di kecamatan mlati. Pengambilan data menggunakan metode skala, yaitu skala kepuasan kerja yang di isi oleh para guru dan skala performansi kerja yang di isi oleh kepala sekolah.

Pengujian hipotesis menggunakan teknik analisis korelasi product moment

dari Pearson dengan bantuan SPSS for Window versi 12.00. Koefisien korelasi yang diperoleh dalam penelitian ini adalah rxy = 0,724 (p < 0,05). Koefisien

determinasinya sebesar r2xy = 0,524. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan

bahwa ada hubungan yang positif signifikan antara kepuasan kerja dengan performansi kerja guru sekolah dasar negeri di Kecamatan Mlati Sleman, Yogyakarta. Dengan demikian hipotesis dari penelitian ini diterima.

Kata Kunci : Kepuasan Kerja, Performansi Kerja

(8)

ABSTRACT

Aditya Vembriarto (2004). Correlation Between Job Satisfaction and Job Performance of elementary school teachers in Kecamatan Mlati, Sleman, Yogyakarta : Psychology Department, Majoring in Psychology, Psychology Study Program, Sanata Dharma University Yogyakarta

The purpose of this research was to understand the correlation between job satisfaction and job performance of elementary school teachers in Kecamatan Mlati Sleman Yogyakarta. The hypothesis of this research was about the positive and significant correlation between job satisfaction and job performance of elementary school teachers in Kecamatan Mlati Sleman, Yogyakarta.

The reseach subjects were 60 elementary school teachers in Kecamatan Mlati. Data were collected using the scale method in which the job satisfaction was filled by the teachers and the job performance scale was filled by the headmasters.

The hypothesis test was using Pearson's product moment analysis technique with the help of SPSS version 12.00 for Windows. The correlation coefficient resulted from this research was rxy = 0,724 (p < 0,05). The coefficient

of determination was r2xy = 0,524. Based on the results, it was concluded that

there were positive and significant correlation between job satisfaction and job performance of elementary school teachers in Kecamatan Mlati Sleman, Yogyakarta. Therefore, the hypothesis of this research was accepted.

Keywords : Job Satisfaction, Job Performance

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah yang telah melimpahkan kasih dan

bimbinganNya kepada penulis sehingga skripsi ini bisa terselesaikan. Dengan

kasih dan pendampinganNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Hubungan Antara Kepuasan Kerja dengan Performansi Kerja Guru Sekolah Dasar

Negeri di Kecamatan Mlati Sleman, Yogyakarta. Penulis juga menyadari

bahwa banyak pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini secara

langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu dengan ketulusan hati penulis

ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi.,M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis untuk menyusun skripsi ini dan memberikan semangat kepada

penulis.

2. Ibu Sylvia Carolina M.Y.M, S.Psi., M.Si. selaku Kaprodi fakultas

Psikologi Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Minto Istono, S.Psi.,M.Si, selaku pembimbing skripsi yang telah

dengan sabar memberikan bimbingan, saran dan kritik yang bermanfaat

bagi penulis.”Terima kasih ya pak,… buat bimbingannya dan motivasi

yang diberikan…”

4. Ibu Dra. Lusia Pratidarmanastiti, selaku dosen pembimbing akademik

selama empat setengah tahun penulis menimba ilmu di fakultas ini.

(10)

5. Semua dosen-dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta. Terus berjuang dan pantang menyerah memajukan Fakultas

Psikologi Sanata Dharma….!!!

6. Semua karyawan Fakultas Psikologi : Mba Naniek,…Mas Gandung…Pak

Gie…Maz Doni..Mas Muji (Red Devils)…Terima kasih buat pelayanan

dan keramahan yang diberikan kepada penulis di fakultas psikologi

ini…Tidak lupa petugas parkir Paingan III….Nuwun nggih Pak..hehehe

7. Buat Bapak dan mama: Terima kasih buat semua yang telah diberikan,

baik materiil dan spiritual. Yang banyak mengajarkan makna

kesederhanaan dan kedewasaan dalam keterbatasan untuk selalu maju dan

meraih yang terbaik…Aku ingin memberikan yang lebih pada Bapak dan

Mama..Buat adikku..Thank you brother buat Supportnya…Kita harus

selalu rukun…hehe..Aku bangga jadi bagian dari keluarga ini…Aku

Sayang kalian…

8. Hapsari Retno Dewi…..Terima kasih atas semua yang telah kau berikan ;

kasih sayang, kesabaran, dukungan untuk lebih baik dan mengajarkan

diriku tentang arti hidup selama 2,5 tahun yang lalu

(04082005-26012008)…Aku yang salah…Moga kamu nemuin yang terbaik yak…

9. Seluruh kepala sekolah dan bapak/ibu guru di Kecamatan Mlati dan

Kecamatan Kalasan yang telah membantu didalam penelitian ini..”Terima

kasih atas kerelaannya dan waktu yang diberikan ..”

(11)

10.Sahabat-sahabat setiaku…..Gezank, Beni, Puri…”Thank you boz buat

pandangan hidup yang selalu mendukung dan memiliki banyak

arti…Hehe”

11.Buat Crat’S Family….Jenk Mumun, Jenk Ndaru, Jenk Tya…Makasih buat

nasehat-nasehatnya….hahaha..

12.Teman-teman kampung…Mang Itong, Boz mbendol…”Matur Nuwun

buat dorongan buat menyelesaikan skripsi dan melihat hidup lebih luas…”

13.Buat sahabat-sahabat di CAMPBASE (Nipenk, Anank, Scifo, Binar, Nonop, Budi)….”Terima kasih buat dorongan dan memberikan motivasi

untuk berjuang menatap hidup ke depan….”Karimunjawa Coy”…He5..

14.Buat Temen-temen seperjuangan kelas A angkatan 2004…Yoga, De Japh,

Yumil, Erol, Anggit, Paimun, Wisnu, Atik, Vani, Pristi, Dora,…Dan yang

tidak dapat disebutkan satu persatu… “Thank You buat perjalanan selama

kita berjuang..”

15.Terima kasih buat anak-anak UKF bola….”Berjuang dengan kalian untuk

membela psikologi, menjadi bagian terindah dalam hidupku…”hehe..”Aku

bangga dengan perjuangan kita selama ini…”

16.Buat temen-temen angkatan 2004…”Akhirnya kita harus meninggalkan

kampus tercinta ini satu persatu…”

17.Bagi para wanita yang telah, pernah dan akan mengisi kehidupan asmara

penulis…”Terima kasih telah memberikan waktu, kasih sayang, warna

hidup, pendewasaan diri dan memberikan pandangan hidup ke depan…”

(12)

18.Buat mba Ana, makasih buat bantuannya dalam proses dari sacan, ngetik,

dan mindahin ke format pdf…hehehe..

19.Buat sahabat-sahabatku dan teman-temanku yang jauh dimata namun

sangat dekat dihati…”Terima Kasih”

20.Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini baik secara langsung maupun tidak langsung.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini jauh dari sempurna, oleh karena itu

penulis sangat terbuka terhadap semua saran dan kritik terhadap kekurangan

ataupun kesalahan pada karya tulis ini sehingga di masa yang akan datang penulis

dapat menulis dengan lebih baik.

Penulis

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... BAB I PENDAHULUAN ... A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II LANDASAN TEORI Performansi Kerja ... 6

A. 1. Pengertian Performansi Kerja ... 6

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Performansi Kerja ... 8

3. Penilaian Performansi Kerja ... 11

4. Tujuan Penilaian Performansi Kerja ... 20

B. Kepuasan Kerja ... 21

1. Pengertian Kepuasan Kerja ... 21

2. Aspek-aspek Kepuasan Kerja ... 23

3. Efek Kepuasan Kerja... 26

C. Hubungan antara Kepuasan Kerja dan Performansi Kerja ... 27

(14)

D. Hipotesis ... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian ... 31

B. Jenis Penelitian ... 31

C. Identifikasi Variabel Penelitian ... 31

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 32

1. Kepuasan Kerja ... 32

2. Performansi Kerja ... 33

E. Subjek Penelitian ... 35

F. Metode Pengumpulan Data ... 35

1. Skala Kepuasan Kerja ... 36

2. Skala Performansi Kerja ... 39

3. Validitas dan Reliabilitas ... 46

1) Skala Kepuasan Kerja ... 47

2) Skala Performansi Kerja ... 48

G. Metode Analisis Data ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Hasil Uji Asumsi ... 53

1. Hasil Uji Normalitas ... 53

2. Hasil Uji Linearitas ... 55

3. Deskripsi Data Penelitian ... 56

4. Hasil Uji Hipotesis ... 57

B. Pembahasan ... 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 63

B. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 66

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Skala Try Out... 70 Lampiran 2. Uji Reliabilitas ... 90 piran 3. Reliabilitas Skala Penelitian ... 108 Lam

Lam

Lampiran 4. Skala Penelitian ... 125 piran 5. Hasil Olah Data dan Analisis... 143 Lampiran 6. Surat Keterangan Penelitian ... 147

(16)

xvi

Tabel 3. Blue print Skala Kepuasan Kerja setelah uji coba ... 49

abel 4. Blue print Skala Performansi Kerja setelah uji coba ... 51

malitas ... 56

Tabel 6. Deskripsi Hasil Penelitian ... 57

DAFTAR TABEL Tabel 1. Blue print Skala Kepuasan Kerja sebelum uji coba ... 41

Tabel 2. Blue print Skala Performansi Kerjasebelum uji coba ... 47

T

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting dalam membantu

pengembangan intelektual setiap individu. Di dalam sebuah proses

pendidikan adanya peran guru sangatlah dibutuhkan, karena dengan adanya

kemampuan yang dimiliki oleh guru akan membuat proses belajar mengajar

dapat berjalan lebih baik. Kemampuan ini didukung dengan motivasi kerja

yang dimiliki oleh seorang guru dalam meningkatkan performansi

mengajarnya.

Peran guru sangat dibutuhkan dalam peningkatan mutu pendidikan dan

kualitas sumber daya manusia terutama dalam proses belajar mengajar.

Sumber daya manusia dalam hal ini guru merupakan aset berharaga dalam

pencapaian tujuan organisasi (Filippo, 1988). Dalam hal ini guru memiliki

peranan yang besar didalam meningkatkan kualitas pendidikan. Performansi

kerja dapat merupakan penampilan individu ataupun kelompok kerja dalam

suatu organisasi. Asumsinya adalah apabila performansi kerja seorang guru

buruk, maka hal ini akan berdampak pada produktivitas organisasi secara

keseluruhan. Berkaitan dengan performansi, guru semestinya memiliki

performansi yang bersifat rasional dan memiliki spesifikasi tertentu dalam

(18)

Sekolah merupakan sarana bagi guru didalam menjalankan proses

belajar mengajar dan menunjukkan performansi kerja. Proses belajar

mengajar sehari-hari dengan adanya dorongan dalam diri yang dimiliki oleh

guru dalam bekerja yang ditunjukkan melalui performansi kerja yang baik

dalam upaya peningkatan belajar anak. Performansi kerja yang baik akan

memiliki pengaruh terhadap kualitas anak didik.

Fenomena yang terjadi, guru kurang memahami tugasnya didalam

proses belajar mengajar. Hal ini terjadi sejak tahun 2003 dimana guru sering

mengalami keterlambatan di dalam memulai materi pelajaran dan

mengakhiri materi pelajaran sebelum waktu yang semestinya. Selain itu,

guru hanya memberikan tugas tanpa menjelaskan materi pelajaran dan

memberikan tugas terlalu banyak kepada siswa tanpa mendapatkan

pengarahan dari guru. Keadaan ini memicu reaksi dari masyarakat, dimana

mereka melakukan demo terhadap sekolah yang bersangkutan. Walaupun

hanya 3 guru yang kurang maksimal didalam melaksanakan tanggung

jawabnya namun semua guru di SDN Plaosan 2 terkena imbasnya. Demo ini

nyata dilakukan oleh masyarakat yang terdapat di Kecamatan Mlati (SD N 2

Plaosan Didemo warga) (Koran kedaulatan rakyat, 26 Juni 2007). Warga merasa dirugikan dengan keadaan itu, karena anak yang mereka sekolahkan

ditempat tersebut mengalami penurunan prestasi akademik dan sekolah

tersebut dinilai tidak mampu bersaing dengan sekolah lainnya.

Kehadiran/absensi menurut Maier (1988) merupakan salah satu penentu

(19)

merupakan salah satu penghambat di dalam mencapai suatu produktivitas

kerja. Tindakan yang dilakukan akan memberikan efek negatif terutama di

dalam bidang pendidikan. Guru yang melakukan tindakan absen justru

merugikan dan menghambat proses perkembangan intelektual para siswa.

Keadaan yang dialami oleh guru tersebut berkaitan dengan tindakan

performansi kerja guru yang kurang maksimal.

Adanya performansi kerja guru yang kurang maksimal, mengingatkan

adanya beberapa faktor yang mempengaruhinya yaitu antara lain faktor

motivasi kerja, disiplin kerja, kemampuan kerja, kepuasan kerja Cascio

(2003). Hal ini didukung oleh Riggio (2002) yang mengatakan bahwa

kepuasan kerja merupakan faktor yang mempengaruhi performansi

walaupun secara tidak langsung. Robbins (1993) menjelaskan kepuasan

kerja sebagai sikap umum individu terhadap pekerjaannya, seseorang

dengan tingkat kepuasan kerja yang tinggi mempunyai sikap positif terhadap

pekerjaan. Kepuasan kerja yang dimiliki oleh seorang guru, mampu

memberikan adanya optimalisasi didalam bekerja. Guru merasakan adanya

penghargaan atas tugas yang ia lakukan, sehingga lebih maksimal dalam

memberikan pengajaran dan lebih bertanggung jawab. Menurut Smith

(1990) aspek kepuasan kerja adalah : pekerjaan itu sendiri, gaji, promosi,

supervise, orang lain. Melihat keadaan itu nampak bahwa guru mengalami

adanya ketidakpuasan didalam bekerja.

Guru yang memiliki kepuasan kerja yang tinggi mampu mewujudkan

(20)

mengemukakan kepuasan kerja merupakan sikap yang merefleksikan

perasaan seseorang terhadap keseluruhan dari pekerjaan maupun terhadap

berbagai aspek pekerjaannya. Dalam hal ini perasaan seorang guru yang

merasa puas terhadap apa yang telah diterimanya dan didapatkan di dalam

pekerjaannya akan memberikan sikap untuk melaksanakan kewajibanya.

Melihat keadaan itu, peneliti menjadi tertarik untuk meneliti hubungan

antara kepuasan kerja dengan performansi guru sekolah dasar kecamatan

Mlati. Performansi kerja yang tinggi akan ditunjukkan oleh guru jika guru

tersebut memiliki kepuasan bekerja yang telah terpenuhi. Hal yang

membedakan penelitian ini dengan yang lainnya adalah subyek yang diteliti,

dimana merupakan guru SD. Peneliti berpikir bahwa guru SD merupakan

guru yang sangat berperan penting terhadap proses pendidikan pada tahap

selanjutnya. Kepuasan kerja guru merupakan suatu hal yang kurang

diperhatikan oleh berbagai pihak, dan peneliti ingin memperlihatkan tentang

kepuasan kerja guru kepada masyarakat yang mempengaruhi performansi

kerja terutama dalam pendidikan Indonesia. Hal ini yang memunculkan

pertanyaan bagi peneliti yaitu apakah kepuasan kerja memiliki hubungan

terhadap performansi kerja guru?

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan, maka rumusan masalah

yang diajukan dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara

kepuasan kerja dengan performansi kerja guru Sekolah Dasar di Kecamatan

(21)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada

hubungan antara kepuasan kerja dengan performansi kerja guru Sekolah

Dasar di Kecamatan Mlati?

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi Studi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan

dan memberi informasi bagi studi terutama di bidang psikologi

industri organisasi dan psikologi pendidikan.

b. Bagi Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan

dan memberi informasi bagi penelitian selanjutnya seryta

mendorong ditemukannya kajian baru yang relevan dengan

penelitian.

2. Manfaat Praktis

Bagi Kepala Sekolah

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan informasi bagi kepala sekolah di dalam memahami

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PERFORMANSI KERJA

1. Pengertian Performansi Kerja

Performansi kerja merupakan salah satu faktor yang memiliki peranan besar

di dalam mengetahui kemampuan kerja individu pada sebuah organisasi.

Waldman dan Spangler (1998) menjelaskan bahwa performansi adalah model

terintegrasi yang berfokus pada karakteristik individu, umpan balik dan

lingkungan kerja. Vroom (1987) menjelaskan performansi sebagai fungsi relasi

antara motivasi dan kemampuan. Robbins (1992) mengemukakan bahwa

performansi kerja karyawan pada tingkat individual berperan sangat signifikan

dalam menentukan produktivitas perusahaan. Russell (1998) menilai performansi

kerja sebagai hasil yang diproduksi pada suatu fungsi pekerjaan yang spesifik atau

aktivitas selama periode waktu tertentu.

Performansi kerja banyak diartikan pula sebagai kesuksesan yang dicapai

seseorang didalam melaksanakan suatu pekerjaan (Maier dalam Filippo,1988).

Kesuksesan yang dimaksudkan disebut ukurannya tidak dapat disamakan pada

semua orang namun lebih merupakan hasil yang dicapai oleh seseorang menurut

ukuran yang berlaku sesuai dengan pekerjaan yang ditekuninya. Performansi kerja

dalam hal ini mengarah pada pengertian prestasi kerja yang dicapai oleh individu

(23)

tujuan, dalam arti sebagai suatu hasil perilaku kerja seseorang. Filippo (1988)

memberi batasan pada performansi kerja sebagai hasil pola tindakan yang

dilakukan untuk mencapai tujuan sesuai dengan standar prestasi baik kualitatif

ataupun kuantitaif, yang telah ditetapkan oleh individu secara pribadi maupun

secara organisasi. Pola tindakan yang dimaksud bisa merupakan hasil atau

tindakan yang tampak (misal hasil penjualan, hasil produksi, dan usaha jasa

pelayanan) dan tindakan yang tidak tampak (misal pemecahan masalah,

pengambilan keputusan, estimasi serta perencanaan target, dan aktivitas

penalaran).

Albanese ( dalam Riggio 2002) mengatakan bahwa performansi kerja yang

ditunjukkan karyawan dalam suatu perusahaan berkaitan dengan perilaku-perilaku

karyawan yang diungkapkan pada pelaksanaan tugas-tugas yang diberikan,

termasuk didalamnya berkaitan dengan aspek sosialisasi, pelatihan,motivasi dan

minat-minat individual. Soeprihanto (1996) berpendapat bahwa performansi kerja

seorang karyawan pada dasarnya adalah hasil kerja seseorang karyawan selama

periode waktu tertentu dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, misalnya

standar, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan

telah disepakati bersama.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa performansi kerja

merupakan hasil kerja yang dapat dicapai oleh seorang karyawan menurut kriteria

(24)

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi performansi kerja

Proses pembentukan performansi kerja dapat dijelaskan melalui dua formula

yang pada dasarnya memiliki inti konsep performansi yang sama, yaitu :

a. Formula pertama yang menjelaskan tentang performansi kerja

dikemukakan oleh Davis (1985),menyatakan bahwa :

ExA =P

Dengan penjelasan sebagai berikut :

P menunjukkan performansi kerja individu, E merupakan effort yang

ditunjukkan individu dalam proses kerja dan A sebagai ability yang

digunakan individu dalam menyelesaikan pekerjaaanya. Formula tersebut

menjelaskan bahwa performansi kerja dipengaruhi usaha yang dilakukan

oleh individu dan penggunaan kemampuan untuk terlibat dalam proses kerja

secara bersama-sama.

Aspek kemampuan yang dmiliki oleh individu pada dasarnya selalu

berperan membantu mencapai performansi kerja. Individu yang mempunyai

kemampuan tinggi akan cenderung memiliki performansi kerja yang tinggi

pula, sebaliknya individu yang mempunyai kemampuan rendah bisa

diramalkan akan menghasilkan performansi yang rendah pula. Akan tetapi,

dalam kenyataannya potensi A yang dimiliki individu tidak akan mungkin

(25)

kerja apabila kemampuan tersebut tidak didukung oleh usaha individu yang

baik (Arsenault dan Dolan, 1983).

b. Formula kedua yang dikemukakan oleh Heider (dalam Anderson dan

Butzin,1974) menyatakan bahwa

P = MxA

P merupakan identifikasi performansi kerja yang dicapai, M

menggambarkan motivasi individu dalam melaksanakan proses kerja,

sedangkan A adalah kemampuan yang dimiliki individu yang digunakan

untuk menyelesaikan pekerjaannya.

Formula ini, seperti yg dikemukakan diatas memiliki konsep berpikir

yang sama yaitu faktor motivasi yang ada didalamnya dapat diartikan pula

sebagai effort yang akan mengaktifkan, mengatur dan mendorong perilaku individu dalam melakukan proses kerja.

Menurut konsep formula tersebut, performansi yg mampu dicapai

merupakan hasil interaksi antara motivasi dengan kemampuan. Oleh karena

itu dapat dikatakan bahwa faktor motivasi dan kemampuan individu dalam

menyelesaikan suatu tugas mempengaruhi pembentukan performansi kerja.

Individu yang memiliki motivasi kerja tinggi tetapi memiliki kemampuan

yang rendah akan cenderung menghasilkan performansi yang rendah. Begitu

pula dengan individu yang memiliki kemampuan bagus tetapi tidak

mendapat dukungan motivasi kerja yang tinggi dapat diramalkan tidak akan

(26)

Lebih lanjut, Vroom (1964) mengemukakan pula bahwa performansi

kerja karyawan dipengaruhi oleh kemampuan dan motivasi untuk bertingkah

laku, khususnya motivasi kerja. Motivasi kerja merupakan kemauan

individu untuk menggunakan usaha yang tinggi dalam upaya mencapai

tujuan-tujuan organisasi dan memenuhi kebutuhannya. Apabila tuntutan

kerja yang dibebankan pada individu tidak sesuai dengan kemampuannya

maka performansi kerja yang diharapkan akan sulit tercapai. Tuntutan tugas

yang terlalu rendah tidak akan memotivasi individu untuk mengarahkan

segala kamampuannya dalam mencapai tujuan. Sebaliknya apabila tuntutan

kerja terlalu tinggi dibandingkan kemampuan individu, performansi kerja

yang optimal tidak akan tercapai. Ketidakmampuan untuk mencapai

performansi kerja yang diharapkan akan membuat individu merasa tertekan

dalam bekerja. Oleh karena itu penting sekali menempatkan karyawan sesuai

dengan kemampuan yang dimilikinya yang tidak hanya baik dalam

pelaksanaan pekerjaan tapi juga dapat mengembangkan potensinya dalam

pekerjaan tersebut (Kustiyah, 1994).

Banyak faktor yang mempengaruhi performansi kerja seseorang didalam

menyelesaikan tanggung jawabnya. Riggio (2002), mengemukakan bahwa

kepuasan kerja merupakan faktor performansi kerja walaupun secara tidak

langsung. Mc Afee dan Champagne (1987) mengatakan bahwa performansi kerja

dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain :

a. Motivasi merupakan daya pengggerak yang mendorong manusia untuk

(27)

b. Pendidikan dan pelatihan, pada dasarnya merupakan upaya untuk

memberikan kemungkinan perubahan sikap yang dilandasi oleh

motivasi untuk berprestasi.

c. Pengalaman, pada dasarnya akan membuat individu lebih mengenal

dan memahami proses kerjanya sehingga diharapkan dapat

meningkatkan performansi kerja.

d. Teknologi pada dasarnya merupakan sebuah penggunaan teknologi

modern akan lebih produktif dibandingkan dengan peralatan

tradisional.

Beberapa faktor yang dikemukakan diatas merupakan faktor yang

mempengaruhi performansi kerja. Faktor-faktor seperti kemampuan,

motivasi, teknologi, pendidikan dan pelatihan, pengalaman merupakan

faktor-faktor yang membentuk performansi kerja seseorang didalam bekerja.

3. Penilaian Performansi Kerja Guru

Kriteria penilaian performansi yang obyektif cukup sulit untuk diketahui,

karena penilaian yang dilakukan cenderung bersifat subyektif. Hal ini dikarenakan

perbedaan individu yang melakukakan penilaian dan dinilai sehubungan dengan

performansi kerja. Dale (dalam Suprihanto, 1996) menyebutkan kriteria penilaian

(28)

a. Kriteria keras

Mengukur kuantitas kerja, antara lain jumlah barang yang

dihasilkan, uang diperoleh, waktu yang diperlukan untuk memproses

informasi. Kriteria ini mengukur produktivitas.

b. Kriteria lunak

Penilaian ini dilakukan oleh individu, penyelia atau rekan kerja.

Kriteria ini digunakan jika kriteria keras sulit untuk dilakukan.

Dalam penilaian terhadap pekerjaan, kriteria yang dilakukan belum tentu

menggunakan kriteria lunak ataupun keras. Hal ini tergantung pada karakteristik

pekerjaannya. Dalam hal ini penilaian dengan menggunakan kriteria lunak

ditemukan pada profesi guru. Kriteria penilaian lunak bagi profesi guru menurut

peraturan pemerintah Nomor 43 Tahun 1999 tentang penilaian pelaksanaan

pekerjaan pegawai negeri sipil, mengacu pada aspek-aspek yang dijadikan acuan

di dalam penilaian pelaksanaan pekerjaan (DP3) dan seperti yang dikemukakan

oleh Nainggolan (1982) yaitu :

1). Kesetiaan adalah kesetiaan, ketaatan dan pengabdian kepada pancasila,

UUD 1945, negara dan pemerintah. Aspek kesetiaan memiliki

indikator, yaitu :

a). Mengutamakan kepentingan Negara

b). Menjunjung tinggi pancasila, UUD 1945 dan pemerintah

c). Menghormati dasar hukum yang berlaku di republik Indonesia

(29)

2). Prestasi kerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh seorang Pegawai

Negeri Sipil dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya.

Prestasi ini sangat dipengaruhi oleh kompetensi yakni kecakapan atau

kemampuan (Kamus Umum Bahasa Indonesia,2002), hasil kerja,

pelaksanaan tugas kerja dan pengalaman kerja. Indikator dari prestasi

kerja ialah :

a). Memiliki kompetensi yang sesuai dengan bidangnya didalam

mewujudkan penyelesaian tugas yang ingin dicapai. Menurut

Uzman (2002) kompetensi guru yang dimaksud ialah :

i. Mampu menciptakan iklim belajar mengajar yang tepat

ii. Mampu mengelola interaksi belajar mengajar

iii. Melakukan penilaian prestasi murid untuk kepentingan

pengajaran.

iv. Memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan proses belajar

mengajar.

v. Mampu menyelenggarakan penilaian untuk perbaikan proses

belajar agar kualitas murid lebih baik.

vi. Dapat mengatur murid dalam kegiatan belajar mengajar.

vii. Mengkaji cara mengolah dan menafsirkan data untuk

menetapkan taraf pencapaian murid.

b). Mampu mencapai hasil kerja diatas rata-rata yang ditentukan

(30)

c). Memiliki kemampuan didalam melaksanakan tugas secara berdaya

guna dan berhasil guna.

d). Adanya pengalaman kerja yang telah didapatkan, berpengaruh

terhadap kualitas kerja dan menunjang adanya kenaikan jabatan.

3). Tanggung jawab merupakan kesanggupan seorang Pegawai Negeri

Sipil menyelesaikan pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan

sebaik-baiknya dan tepat waktu serta berani memikul resiko atas

keputusan yang diambilnya. Indikator dari tanggung jawab ialah :

a). Mampu menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

b). Mengutamakan kepentingan dinas daripada kepentingan sendiri

ataupun golongan.

c). Berani menanggung resiko atas tindakan dan keputusan yang telah

diambil dan dilakukan.

d). Selalu berada di tempat kerja dan bertanggung jawab atas apa

yang dilakukan.

4). Ketaatan adalah kesanggupan seorang Pegawai Negeri Sipil untuk

mentaati segala peraturan perundang-undangan yang berlaku, mentaati

perintah kedinasan yang diberikan oleh atasan yang berwenang, serta

kesanggupan untuk tidak melanggar larangan yang ditentukan.

Ketaatan memiliki indikator sebagai berikut :

a). Mentaati peraturan kedinasan yang berlaku.

b). Menjalankan dan memberikan pelayanan yang maksimal terhadap

(31)

c). Mentaati perintah dari atasan yang berwenang.

d). Patuh terhadap jam kerja yang telah ditetapkan dalam peraturan

kedinasan.

5). Kejujuran adalah suatu ketulusan hati seorang Pegawai Negeri Sipil

dalam melaksanakan tugas dan kemampuan untuk tidak menyalahkan

wewenang yng diberikan kepadanya. Indikator dari kejujuran ialah :

a). Melaksanakan tugas secara ikhlas dan bertanggung jawab

b). Menjalankan kewajiban dengan sebaik-baiknya.

c). Tidak menyalahgunakan wewenang akan pekerjaanya.

d). Memberikan laporan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

6). Kerjasama adalah kemampuan seorang Pegawai Negeri Sipil untuk

bekerja bersama-sama dengan orang lain dalam menyelesaikan sesuatu

tugas yang ditentukan, sehingga mencapai daya guna dan hasil guna

yang sebesar-besarnya. Kerjasama memiliki indikator sebagai berikut :

a). Menghargai pendapat orang lain.

b). Mampu mempertimbangkan hal yang terbaik bagi organisasi

c). Mengenali bidang tugasnya dan bidang tugas orang lain.

d). Mampu bekerjasama dengan pegawai satu bidang atau bidang lain.

7). Prakarsa adalah kemampuan seseorang Pegawai Negeri Sipil untuk

mengambil keputusan, langkah-langkah, atau melaksanakan sesuatu

tindakan yang diperlukan dalam melaksanakan tugas pokok tanpa

(32)

a). Mampu mengambil inisiatif yang tidak bertentangan dengan

kebijaksanaan pimpinan.

b). Mampu memunculkan ide-ide baru yang menunjang kemajuan

bidang tugasnya.

c). Berusaha mencari tatacara kerja yang baru dalam mencapai hasil

kerja yang lebih baik

d). Mampu memberikan saran yang dipandang lebih baik terhadap

atasan.

Maier (dalam Filippo1988) mengatakan kriteria performansi kerja yang

biasa digunakan adalah kualitas, kuantitas, waktu yang digunakan, jabatan yang

diduduki, absensi dan keselamatan dalam menjalankan tugas. Penentuan dimensi

mana yang lebih penting akan berbeda antara pekerjaan dengan yang lain.

Dimensi penilaian performansi kerja pada dasarnya mempunyai dua sifat, yaitu

bersifat subyektif, dan obyektif. Ukuran yang bersifat subyektif adalah ukuran

penilaian yang tidak dapat dibuktikan atau diuji oleh orang lain, sedangkan ukuran

obyektif dapat dibuktikan atau diuji oleh orang lain.(Cascio 2003).

Maier (dalam Filippo,1988) membagi pekerjaan menjadi 2 untuk

memudahkan pengukuran performansi kerja yaitu :

a. Pekerjaan produksi

Standar penilaian performansi kerjanya dapat diketahui secara

kuantitatif. Hasil produksi seorang karyawan bisa langsung dihitung

(33)

b. Pekerjaan non produksi

Standar keberhasilan seseorang didalam tugas dapat diketahui

melalui pertimbangan yang subyektif. Penilaian dapat dilakukan oleh

atasan, rekan kerja dan diri sendiri.

Penilaian didalam performansi kerja dapat juga dilakukan secara subyektif

dan obyektif. Cascio (2003) mengemukakan metode penilaian performansi kerja

yang bersifat subyektif adalah :

a. Rating Scale

Metode ini merupakan cara tertua yang paling sederhana untuk menilai

performansi kerja, yaitu dengan membandingkan rating karyawan satu

dengan lainnya.

b. Behavioral Checklist

Penilaian performansi kerja dilakukan dengan cara menjawab

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan berkenaan dengan tingkah laku kerja

karyawan. Sehingga sifatnya lebih pada laporan tingkah laku saja.

c. Paired Comparison

Metode ini dilakukan dengan membandingkan antar karyawan secara

perfaktor. Dalam hal ini perlu dirancang terlebih dahulu skala penilaian

untuk tiap-tiap faktor yang akan dinilai.penilai akan membandingkan suatu

(34)

d. Critical Incident

Pada metode ini para penyelia menyimpan suatu catatan tentang

contoh perilaku karyawan yang luar biasa maupun yang tidak diinginkan.

Pencatatan ini dilakukan setiap hari, kemudian setiap enam bulan atau lebih,

atasan adan bawahan mengadakan pertemuan untuk mendiskusikan

performansi kerja bawahan dengan menggunakan insiden khusus tersebut.

e. Group Appraisal

Metode penilaian kelompok ini dilakukan secara bersama-sama oleh

dua atau tiga orang atasan. Proses penilaian ini dipimpin oleh seorang

koordinator yang akan mengendalikan proses tersebut. Koordinator ini

biasanya manajer atau atasan langsung karyawan yang akan dinilai.

f. Essay Evaluation

Penilaian performansi ini dilakukan dengan meminta seorang atasan

untuk menguraikan secara jelas kelebihan dan kekurangan karyawan yang

akan dinilai. Uraian tersebut bisa berpedoman pada kriteria performansi

kerja yang diinginkan. Uraian juga memuat karakteristik karyawan dan

kebutuhan pengembangan karyawan.

Penilaian performansi kerja juga dapat dilakukan oleh penyelia, rekan kerja

atau oleh diri sendiri (Berry dan Houston, 1993). Mabe dan West (dalam Berry

(35)

a. Penilaian oleh penyelia

Penyelia mengerti dengan baik tentang pekerjaan yang dilakukan oleh

pegawai dibawahnya yang bekerja dibawah pengawasannya, sehingga

penilaian performansi kerja diharapkan dapat mendekati keadaan

sebenarnya.

b. Penilaian oleh rekan kerja

Pekerjaan bersama dengan kelompok menjadikan penilaian kerja

menjadi sangat penting artinya karena keberhasilan pekerjaan sangat

bergantung pada kerjasama kelompok.

c. Self appraisal

Penilaian ini lebih mengarah pada penilaian terhadap diri sendiri.

Keuntungannya, karyawan dapt mengidentifikasikan kelebihan dan

kekurangannya, sehingga mampu memahami kebutuhan yang harus

dikembangkan, yang mungkin berbeda dengan penilaian penyelia.

Disamping itu terdapat kerugian dalam penilaian ini dimana kurang akurat,

karena dipengaruhi adanya atribut-atribut personal. Penilaian ini

membutuhkan individu yang memiliki locus of control internal, tingkat

intelegensi yg baik serta orientasi prestasi.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pekerjaan non

produksi dapat menggunakan berbagai macam pengukuran yang sesuai

dengan situasi dan kondisi peusahaan. Penilaian tersebut dapat dilakukan

(36)

4. Tujuan Penilaian Performansi Kerja

Penilaian performansi kerja terhadap karyawan sangat penting dilakukan

pada sebuah organisasi. Penilaian performansi kerja sangat erat hubungannya

dengan masalah latihan dan pengembangan, perencanaan karier atau kenaikan

pangkat maupun masalah pengupahan, Cascio (2003). Menurut pendapat

Suprihanto (1996) Tujuan penilaian penilaian performansi kerja adalah:

a. Mengetahui keadaan ketrampilan dan kemampuan setiap karyawan

secara rutin

b. Sebagai dasar perencanaan bidang personalia, khususnya

penyempurnaan kondisi kerja, peningkatan mutu hasil kerja.

c. Sebagai dasar pengembangan dan pendayagunaan karyawan seoptimal

mungkin, sehingga dapat diarahkan kejenjang kariernya, kenaikan

pangkat dan kenaikan jabatan.

d. Mendorong terciptanya hubungan timbal balik yang sehat antara atasan

dan bawahan

e. Mengetahui kondisi perusahaan secara keseluruhan dari bidang

personalia, khususnya prestasi kerja karyawan

f. Secara pribadi, bagi karyawan dapat mnegetahui kekuatan dan

kelemahan masing-masing sehingga dapat memacu

perkemabangannya.

g. Hasil penelitian performansi kerja dapat bermanfaat bagi penelitian

(37)

Berdasarkan uraian diatas, performansi kerja berguna untuk

mengembangkan organisasi dan karyawan. Untuk organisasi, penilaian

performansi kerja berfungsi sebagai dasar perencanaan bidang personalia,

untuk karyawan sebagai dasar menentukan kenaikan karier, jabatan dan

upah.

B. KEPUASAN KERJA

1. Pengertian Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja merupakan bagian dari psikologi industri dan organisasi

yang sangat menarik untuk kita bahas. Secara dasar dan utama kepuasan kerja

ingin mengetahui apa yang membuat suatu pekerjaan menyenangkan bagi pekerja

dan perubahan jenis apa sajakah di lingkungan kerja yang dapat membuat pekerja

sangat puas (Robert,1994). Dalam Noe (2001) Locke mengatakan bahwa

kepuasan kerja adalah suatu reaksi emosional yang kompleks dan berasal dari

hasil penilaian terhadap pekerjaan. Robbins (1994) memberikan gambaran bahwa

kepuasan kerja adalah sikap positif terhadap pekerjaaan secara konseptual dan

sikap negatif terhadap pekerjaannya berarti ketidakpuasan kerja. Sutrisno Hadi

(As’ad 2003) dalam meninjau masalah kepuasan kerja ini berpendapat bahwa

kepuasan kerja pada dasarnya adalah “security feeling” dan mempunyai dua segi yaitu:

a. Segi sosial ekonomi : Termasuk dalam masalah ini adalah hal-hal yang

(38)

b. Segi sosial psikologis : Dalam hal ini yang berhubungan erat dengan

kesempatan untuk maju, masalah pengawasan, penghargaan, hubungan

sosial antar karyawan dan karyawan dengan bawahan atatu atasannya

Robbins (2003) menjelaskan bahwa organisasi dengan pegawai yang lebih

puas cenderung lebih efektif daripada organisasi dengan pegawai yang kurang

puas. Ghiselli dan Brown ( dalam Cranny,1992) menjelaskan kepuasan kerja

merupakan fungsi dari level jabatan. Individu yang bekerja dengan jabatan yang

relatif tinggi cenderung merasa lebih puas daripada individu yang bekerja pada

level bawah. Sementara itu Riggio (2002) berkeyakinan bahwa kepuasan kerja

terdiri dari perasaan dan sikap yang dimiliki seseorang dalam pekerjaannya. Miner

(1992) mengungkapkan kepuasan kerja sebagai respon emosional terhadap situasi

kerja. Bila ditinjau dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991), kepuasan

memiliki pengertian sebagai sesuatu hal yang bersifat puas, kesenangan dan

kelegaan.

Berdasarkan berbagai pandangan dan pendapat yang telah diuraikan diatas,

maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa kepuasan kerja adalah sikap dan

perasaan positif seseorang terhadap pekerjaan, situasi kerja dan kondisi kerja di

lingkungan pekerjaannya yang merupakan hasil penilaian yang bersifat subyektif.

Jadi kepuasan kerja disini bersifat individual, dimana semakin banyak kesesuaian

keinginan atau kebutuhan individu dengan aspek-aspek dalam pekerjaan, maka

(39)

2. Aspek Kepuasan Kerja

Pegawai didalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya akan lebih

maksimal apabila kebutuhan yang ada dalam dirinya terpenuhi. Kebutuhan ini

berkaitan dengan aspek kepuasan kerja.

Menurut Smith, dkk (dalam Baron dan Greenberg,1990) ada lima aspek

kepuasan kerja yang meliputi :

a. Aspek pekerjaaan itu sendiri meliputi isi pekerjaan tersebut, termasuk

umpan balik dan otonomi, pekerjaan yang menarik dan menantang,

tidak membosankan dan yang memberikan status bagi karyawan.

Adanya tantangan dalam pekerjaan mendorong karyawan lebih merasa

bergairah dan bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya.

Selain pekerjaan menjadi lebih menarik bagi pekerja itu sendiri.

b. Aspek pembayaran gaji yang sesuai akan memenuhi kepuasan kerja

karyawan dan juga merupakan gambaran manajemen menghargai

kontribusi yang telah diberikan kepada organisasi. Anoraga dan Suyati

(1995) menambahkan bahwa dengan pendapatan yang sesuai dengan

usahanya dan standar yang ada maka seorang pekerja merasa bahwa

keberadaannya dalam proses perkembangan organisasi diakui serta

mendorong pekerja untuk bekerja dengan maksimal agar mendapatkan

(40)

c. Aspek kesempatan promosi. Pegawai yang dipromosikan berdasarkan

penampilan kerjanya akan merasa puas daripada yang dipromosikan

berdasarkan senioritas.

d. Aspek supervise, kepuasan kerja karyawan akan dapat ditingkatkan

melalui perhatian dan hubungan yang baik dari pimpinan kepada

bawahan, sehingga karyawan kan merasa dirinya merupakan bagian

yang penting dari organisasi kerja.

e. Aspek orang lain, karyawan akan merasakan kepuasan kerja bila rekan

kerjanya memiliki pandangan-pandangan yang sama dengan dirinya

dan memberikan bantuan dalam mencapai tujuan-tujuannya (Locke

dalam Schultz dan Schultz, 1994). Apabila kondisi kerja yang nyaman

dan kondusif bagi karyawan maka karyawan dapat bekerja dengan

maksimal dan kerja dengan nyaman. Terdapat iklim kompetisi yang

sehat diantara sesama rekan kerja dapat mendorong pekerja agar

bekerja dengan maksimal untuk mendapatkan hasil yang maksimal

pula bagi si pekerja (Anoraga dan Suyati,1995).

Selain itu Berry dan Houston (1993) juga menguraikan tentang aspek-aspek

kepuasan kerja yaitu :

a. Karakteristik pekerjaan, dimana terbagi dalam :

1). Bermacam-macam keahlian (skill variety), identitas atau

(41)

(task significance) merupakan faktor kerja yang mempengaruhi persepsi individu terhadap kerja yang bermakna.

2). Otonomi (autonomy), dimana keadaan yang dimiliki oleh

pegawai ini mempengaruhi rasa tanggung jawab terhadap hasil

pekerjaan. Pegawai akan merasakan adanya kewajiban yang ia

lakukan untuk meyelesaikan pekerjaannya.

3). Feedback memberikan pengaruh terhadap penguasaan hasil kerja. Pegawai akan mendapatkan evaluasi dari atasannya

mengenai hasil kerja yang telah ia lakukan. Keadaan ini

menjadikan pegawai dapat menilai atau mengukur sampai sejauh

mana kemampuan yang ia miliki didalm menyelesaikan

pekerjaan.

b. Interaksi kerja (Job Relationship)

Faktor interaksi kerja meliputi perilaku supervisor dan hubungan antar

teman sekerja. Dalam penelitian ini kepala sekolah bertindak sebagai

supervisor untuk melihat interaksi para guru dalam satu sekolah. Interaksi

yang dilakukan secara kondusif antara atasan dengan bawahan mampu

memberikan adanya kenyamanan bagi pegawai didalam bekerja.

c. Insentif dan imbalan kerja (Incentive and Salary)

Faktor insentif dan imbalan kerja meliputi gaji serta tunjangan yang

(42)

bekerja. Adanya penghargaan terhadap pekerjaan yang telah dilakukan

memacu pegawai untuk dapat lebih menunjukkan kualitas bekerja yang

lebih baik.

Berdasarkan berbagai pandangan dan pendapat yang dikemukakan

diatas maka dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja dipengaruhi oleh

adanya situasi kerja, iklim kerja dan keadaan individu itu sendiri. Dimana

semakin tinggi sikap individu melihat lebih positif aspek-aspek yang telah

dikemukakan dan sesuai dengan harapan individu maka telah mendapatkan

kepuasan sesuai dengan yang diharapkan.

3. Efek Kepuasan kerja

Kepuasan kerja akan memberikan kesempatan bagi pegawai didalam

mencapai motivasi yang tinggi. Namun sebaliknya ketidakpuasan kerja akan

menurunkan motivasi kerja pegawai (Schultz,1973). Adanya ketidakpuasan

pada pegawai dalam bekerja akan membawa akibat-akibat yang kurang baik

bagi perusahaan atau instansi manapun bagi pegawai itu sendiri. Mitchel

(1982) menyebutkan ada empat hal yang merupakan akibat dari tidak

terpenuhinya kepuasan, yaitu turn over, absensi, kesehatan dan

produktivitas. Absensi dan turn over merupakan akibat yang muncul karena tidak adanya kepuasan kerja pada pegawai. Adanya ketidakpuasan kerja

pada karyawan yang bekerja akan membawa akibat-akibat yang kurang

menguntungkan, baik bagi sebuah organisasi maupun bagi pegawai itu

(43)

hubungan antara kepuasan kerja dengan turn over juga menunjukkan bawa

orang-orang yang tidak menyukai pekerjaannya lebih mungkin untuk keluar

dari pekerjaannya. Martoyo (2000) mengemukakan bahwa masalah

kepuasan kerja berpengaruh terhadap tingkat absensi karyawan,turn over,

semangat kerja dan keluhan-keluhan.

Hal-hal yang dikemukakan diatas merupakan efek dari adanya

kepuasan kerja. Semakin puas mereka bekerja dalam suatu organisasi,

semakin kecil turn over dan semakin jarang adanya absensi karyawan.

Sebaliknya kepuasan kerja yang rendah, akan mengakibatkan perputaran

karyawan dan ketidakhadiran karyawan yang tinggi. Selain itu adanya

semangat kerja yang tinggi, menunjukkan adanya kepuasan yang telah

didapatkan dan sebaliknya. Namun adanya keluhan-keluhan yang sering

diajukan oleh karyawan menunjukkan adanya ketidakpuasan kerja yang

dirasakan.

C. Hubungan antara kepuasan kerja dengan performansi kerja

Performansi kerja pegawai akan terbentuk dengan adanya suatu perilaku

pegawai tersebut ditempat kerja (Szilagy dan Wallace, dalam Cascio 2003) .

Penilaian terhadap baik buruknya performansi kerja yang ditunjukkan oleh

seorang pegawai tergantung pada kualitas hasil pekerjaan yang telah dilakukan

dan kebutuhan dasar yang telah terpenuhi. Dimana apabila kualitas hasil pekerjaan

yang telah dilakukan dan kebutuhan dasarnya telah dipenuhi maka pegawai akan

(44)

Vroom (1964) dan Mischell (1982) menjelaskan performansi adalah fungsi

dari motivasi dan kecakapan. Pemahaman tersebut dirumuskan dalam P=f(MxA).

Hal ini berarti apabila seseorang memiliki nilai yang rendah pada salah satu

komponennya berarti memiliki performansi yang rendah. Jika seseorang memiliki

performansi kerja yang rendah, maka hal ini merupakan hasil dari kemampuannya

yang rendah atau motivasinya yang kurang baik atau merupakan hasil motivasi

dan kemampuan yang rendah. Faktor motivasi apabila dijelaskan merupakan

dorongan dari dalam diri individu yang menggerakkan individu tersebut untuk

bertingkah laku dan dalam perbuatannya memiliki tujuan tertentu. Dorongan

tersebut muncul dalam diri individu karena adanya stimulus yang muncul. Dalam

penelitian ini, stimulus tersebut ialah kepuasan kerja, kepuasan kerja yang dimiliki

oleh individu akan memberikan dorongan untuk bekerja (pada saat ini muncul

motivasi). Dorongan tersebut kemudian menggerakkan individu untuk berperilaku

dalam bentuk performansi kerja. Perilaku seorang individu dalam bekerja akan

membentuk performansi kerja dalam diri individu itu sendiri, hal ini menurut

Szilagy dan Wallace (dalam Cascio 2003).

Kepuasan kerja sangat penting dimiliki karena secara langsung ataupun

tidak langsung menentukan keberadaan individu bahkan dapat menentukan mutu

pegawai, oleh karena itu apabila suatu organisasi menginginkan pegawainya

memiliki performansi kerja yang tinggi maka hendaknya memberikan perhatian

yang serius terhadap masalah kepuasan kerja pegawai. Sesuai dengan apa yang

dijelaskan oleh Schultz (1973), dimana adanya kepuasan kerja akan memberikan

(45)

sebaliknya ketidakpuasan kerja akan menurunkan motivasi kerja pegawai.

Kepuasan yang telah dapat dirasakan dan dipenuhi dalam bekerja menjadikan

pegawai termotivasi di dalam melaksanakan pekerjaannya, serta dapat

mencurahkan segenap kemampuan maupun perhatiannya pada pekerjaan sehingga

performansi kerjanya akan bertambah baik dan efisien. Robbins (2003), kepuasan

kerja sebagai sikap umum individu terhadap pekerjaannya, seseorang dengan

tingkat kepuasan kerja yang tinggi mempunyai sikap positif terhadap pekerjaan.

Hal ini didukung dengan adanya penelitian yang menyatakan bahwa faktor-faktor

kepuasan kerja memiliki pengaruh terhadap performansi kerja ( Parwanto,2002).

Terdapat penelitian yang juga menyatakan bahwa kepuasan kerja memiliki

pengaruh terhadap adanya performansi kerja (Adianto,2005). Kepuasan kerja

yang dapat dirasakan dalam bekerja menjadikan pegawai lebih termotivasi

didalam mencurahkan kemampuan maupun perhatiannya pada pekerjaan dan

mampu mewujudkan performansi kerja yang baik.

Bagan : Dinamika Kepuasan kerja-Performansi kerja

Kesadaran diri

Performansi kerja Motivasi diri akan tanggung

(46)

D. Hipotesis

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, maka hipotesis yang

diajukan adalah hubungan yang signifikan antara kepuasan kerja dengan

performansi kerja. Semakin tinggi kepuasan kerja, maka semakin tinggi pula

performansi kerja. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah kepuasan kerja

semakin rendah pula performansi kerja.

(47)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah penelitian

kuantitatif. Jenis penelitian dilihat dari sudut pandang karakteristiknya

merupakan penelitain korelasional yang bertujuan menyelidiki sejauh mana

variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih

variabel lain, berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 2003).

B. IDENTIFIKASI VARIABEL-VARIABEL PENELITIAN

Variabel penelitian merupakan gejala yang menjadi fokus penelitian

yang diamati Sugiyono (dalam Rahajeng (2003). Variabel-variabel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah :

Variabel Bebas : Kepuasan kerja

(48)

C. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN

1. Kepuasan kerja

Kepuasan kerja merupakan reaksi emosional atau perasaan

karyawan terhadap pekerjaannya yang merupakan hasil dari

penilaiannnya sendiri terhadap aspek-aspek dari pekerjaan yang telah

dilakukannya. Kepuasan kerja diungkap melalui skala kepuasan kerja

yang terdiri dari lima aspek yaitu :

1). Aspek pekerjaaan itu sendiri meliputi isi pekerjaan tersebut,

termasuk umpan balik dan otonomi, pekerjaan yang menarik dan

menantang, tidak membosankan dan yang memberikan status

bagi karyawan.

2). Aspek pembayaran gaji yang sesuai akan memenuhi kepuasan

kerja karyawan dan juga merupakan gambaran manajemen

menghargai kontribusi yang telah diberikan kepada organisasi.

3). Aspek kesempatan promosi. Pegawai yang dipromosikan

berdasarkan penampilan kerjanya akan merasa puas daripada

yang dipromosikan berdasarkan senioritas.

4). Aspek supervise, kepuasan kerja karyawan akan dapat

ditingkatkan melalui perhatian dan hubungan yang baik dari

pimpinan kepada bawahan, sehingga karyawan kan merasa

dirinya merupakan bagian yang penting dari organisasi kerja.

5). Aspek orang lain, karyawan akan merasakan kepuasan kerja bila

(49)

dengan dirinya dan memberikan bantuan dalam mencapai

tujuan-tujuannya (Locke dalam Schultz dan Schultz, 1994).

Semakin tinggi skor yang diperoleh subyek penelitian maka

semakin tinggi pula kepuasan kerja yang diperoleh. Demikian

sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh subyek penelitian

maka semakin rendah pula kepuasan kerjanya.

2. Performansi kerja merupakan hasil kerja yang dicapai oleh individu

yang disesuaikan dengan tugasnya dalam periode tertentu yang

dihubungkan dengan suatu ukuran nilai atau situasi tertentu dari suatu

organisasi. Performansi kerja diungkap melalui skala performansi kerja

yang berpedoman pada Penilaian Kinerja (Penilaian Pelaksanaan

Pekerjaan) (DP3) PNS Kabupaten Sleman (1999) yang terdiri dari

tujuh aspek yaitu :

a. Kesetiaan adalah kesetiaan, ketaatan dan pengabdian kepada

pancasila, UUD 1945, negara dan pemerintah.

b. Prestasi kerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh seorang

Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan tugas yang

dibebankan kepadanya. Prestasi ini sangat dipengaruhi oleh

kompetensi yakni kecakapan atau kemampuan (Kamus Umum

Bahasa Indonesia,2002), hasil kerja, pelaksanaan tugas kerja dan

(50)

c. Tanggung jawab merupakan kesanggupan seorang Pegawai

Negeri Sipil menyelesaikan pekerjaan yang diserahkan

kepadanya dengan sebaik-baiknya dan tepat waktu serta berani

memikul resiko atas keputusan yang diambilnya

d. Ketaatan adalah kesanggupan seorang Pegawai Negeri Sipil

untuk mentaati segala peraturan perundang-undangan yang

berlaku, mentaati perintah kedinasan yang diberikan oleh atasan

yang berwenang, serta kesanggupan untuk tidak melanggar

larangan yang ditentukan.

e. Kejujuran adalah suatu ketulusan hati seorang Pegawai Negeri

Sipil dalam melaksanakan tugas dan kemampuan untuk tidak

menyalahkan wewenang yng diberikan kepadanya.

f. Kerjasama adalah kemampuan seorang Pegawai Negeri Sipil

untuk bekerja bersama-sama dengan orang lain dalam

menyelesaikan sesuatu tugas yang ditentukan, sehingga mencapai

daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya.

g. Prakarsa adalah kemampuan seseorang Pegawai Negeri Sipil

untuk mengambil keputusan, langkah-langkah, atau

melaksanakan sesuatu tindakan yang diperlukan dalam

melaksanakan tugas pokok tanpa menunggu perintah dari atasan.

Semakin tinggi skor yang diperoleh subyek penelitian maka

(51)

sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh subyek penelitian

maka semakin rendah pula performansi kerjanya.

D. SUBJEK PENELITIAN

Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah guru Sekolah

Dasar Kecamatan Mlati berjumlah 60 orang. Syarat-syarat yang harus

dipenuhi oleh subyek dalam penelitian ini adalah : Guru SD yang telah

mempunyai pengalaman mengajar minimal 2 tahun. Dalam hal ini peneliti

memilih antara 5 sampai 10 sekolah dasar, dengan tiap-tiap sekolah diwakili

oleh 6 hingga 10 guru. Teknik sampling yang digunakan adalah random

sampling.

E. METODE PENGUMPULAN DATA

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode

skala, yaitu skala kepuasan kerja dan skala performansi kerja. Menurut Allen

dan Yen (dalam Supratiknya, 1998) skala adalah rangkaian pengukuran

mengikuti aturan tertentu yang mengukur satu sifat. Metode yang digunakan

dalam skala kepuasan kerja adalah metode Summated ratings, dengan

menggunakan skala Likert yang terdiri atas empat kategori jawaban yaitu :

“sangat setuju”, ”Setuju”, “tidak setuju”, dan “sangat tidak setuju”.

Menurut Hadi (1991) modifikasi skala Likert meniadakan ketegori

yang berada pada titik tengah, dimana sebelumnya dengan lima tingkat yaitu

; “sangat setuju”, ”Setuju”, “netral”, “tidak setuju”, dan “sangat tidak

(52)

itu adanya jawaban netral menimbulkan (central tendency effect) yaitu kecenderungan menjawab ketengah. Serta maksud dari kategorisasi “sangat

setuju”, ”Setuju”, “tidak setuju”, dan “sangat tidak setuju” untuk melihat

kecenderungan pendapat responden kearah setuju atau kearah

ketidaksetujuan.

Penelitian ini membutuhkan dua jenis data yang harus dikumpulkan

yaitu kepuasan kerja dan performansi kerja. Data dari kepuasan kerja dan

performansi kerja diperoleh dari alat ukur, yaitu :

1. Skala Kepuasan Kerja

Skala kepuasan kerja yang digunakan untuk mengetahui

kepuasan kerja guru SD Menurut Smith, dkk (dalam Baron dan

Greenberg,1990) yang meliputi :

a. Aspek pekerjaaan itu sendiri meliputi isi pekerjaan tersebut,

termasuk umpan balik dan otonomi, pekerjaan yang menarik dan

menantang.

b. Aspek pembayaran gaji yang sesuai akan memenuhi kepuasan

kerja karyawan dan juga merupakan gambaran manajemen

menghargai kontribusi yang memberikan perusahaan.

c. Aspek kesempatan promosi. Pegawai yang dipromosikan

berdasarkan penampilan kerjanya akan merasa puas daripada

(53)

d. Aspek supervise, kepuasan kerja karyawan akan dapat ditingkatkan melalui perhatian dan hubungan yang baik dari

pimpinan kepada bawahan.

e. Aspek orang lain, karyawan akan merasakan kepuasan kerja bila

rekan kerjanya memiliki pandangan-pandangan yang sama

dengan dirinya dan memberikan bantuan dalam mencapai

tujuan-tujuannya (Locke dalam Schultz dan Schultz, 1994).

Peneliti sebelumnya membuat blue print berdasarkan

aspek-aspek kepuasan kerja diatas. Penyusunan skala kepuasan kerja

menggunakan bentuk pilihan respon yang memperlihatkan tingkat

kesetujuan, dimana subyek menanggapi setiap item pernyataan dan

memilih satu dari empat respon yang tersedia meliputi “sangat setuju”,

”Setuju”, “tidak setuju”, dan “sangat tidak setuju”. Pelaksanaan

pengambilan data dilakukan dengan menunggu subyek pada saat

mengisi skala kepuasan kerja yang diberikan. Cara pemberian skor

pada item pernyataan dalam skala kepuasan kerja ini dengan

didasarkan pada empat kategori jawaban yaitu :

a. Favourabel

Sangat setuju (SS)=4, Setuju (S)=3, Tidak setuju (TS)=2,

(54)

b. Unfavourabel

Sangat setuju (SS)=1, Setuju (S)=2, Tidak setuju (TS)=3,

dan Sangat tidak setuju (STS)=4.

Kriteria dalam penilaian ini adalah semakin tinggi skor yang

diperoleh, dapat dikatakan subyek memiliki kepuasan kerja yang

semakin tinggi.

Tabel 1

Blue Print Skala Kepuasan Kerja

berdasarkan Smith Dkk, dalam (Baron dan Greenberg)

Item No.

Total

%

Favourabel Unfavourabel

Pekerjaan itu sendiri 1,11,14,40,44 8,26,35,38,48 10 20%

Pembayaran gaji 3,12,23,27,47 9,19,36,39,50 10 20%

Kesempatan promosi 10,13,21,32,46 2,16,20,25,41 10 20%

Supervise 17,22,28,37,42 4,6,30,33,43 10 20%

Orang lain 5,7,29,34,49 15,18,24,31,45 10 20%

(55)

2. Skala Performansi kerja

Skala performansi yang dibuat, berpedoman pada Penilaian

Kinerja (Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan) (DP3) PNS Kabupaten

Sleman dan Nainggolan (1982). Maka aspek-aspek yang akan diukur

ialah :

a. Kesetiaan adalah kesetiaan, ketaatan dan pengabdian kepada

pancasila, UUD 1945, negara dan pemerintah. Aspek kesetiaan

memiliki indikator, yaitu :

1). Mengutamakan kepentingan Negara

2). Menjunjung tinggi pancasila, UUD 1945 dan pemerintah

3). Menghormati dasar hukum yang berlaku di republik

Indonesia

4). Mempelajari dan mengerti nilai-nilai Pancasila dan UUD

1945

b. Prestasi kerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh seorang

Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan tugas yang

dibebankan kepadanya. Prestasi ini sangat dipengaruhi oleh

kompetensi yakni kecakapan atau kemampuan (Kamus Umum

Bahasa Indonesia,2002), hasil kerja, pelaksanaan tugas dan

pengalaman kerja. Indikator dari prestasi kerja ialah :

1). Memiliki kompetensi yang sesuai dengan bidangnya

didalam mewujudkan penyelesaian tugas yang ingin

(56)

Menurut Uzman (2002) kompetensi guru yang dimaksud

ialah:

a). Mampu menciptakan iklim belajar mengajar yang

tepat

b). Mampu mengelola interaksi belajar mengajar

c). Melakukan penilaian prestasi murid untuk

kepentingan pengajaran.

d). Memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan proses

belajar mengajar.

e). Mampu menyelenggarakan penilaian untuk perbaikan

proses belajar agar kualitas murid lebih baik.

f). Dapat mengatur murid dalam kegiatan belajar

mengajar.

g). Mengkaji cara mengolah dan menafsirkan data untuk

menetapkan taraf pencapaian murid.

2). Mampu mencapai hasil kerja diatas rata-rata yang

ditentukan dalam arti mutu maupun dalam arti jumlah.

3). Memiliki kemampuan didalam melaksanakan tugas secara

berdaya guna dan berhasil guna.

4). Adanya pengalaman kerja yang telah didapatkan,

berpengaruh terhadap kualitas kerja dan menunjang adanya

(57)

c. Tanggung jawab merupakan kesanggupan seorang Pegawai

Negeri Sipil menyelesaikan pekerjaan yang diserahkan

kepadanya dengan sebaik-baiknya dan tepat waktu serta berani

memikul resiko atas keputusan yang diambilnya. Indikator dari

tanggung jawab ialah :

1). Mampu menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

2). Mengutamakan kepentingan dinas daripada kepentingan

sendiri ataupun golongan.

3). Berani menanggung resiko atas tindakan dan keputusan

yang telah diambil dan dilakukan.

4). Selalu berada di tempat kerja dan bertanggung jawab atas

apa yang dilakukan.

d. Ketaatan adalah kesanggupan seorang Pegawai Negeri Sipil

untuk mentaati segala peraturan perundang-undangan yang

berlaku, mentaati perintah kedinasan yang diberikan oleh atasan

yang berwenang, serta kesanggupan untuk tidak melanggar

larangan yang ditentukan. Ketaatan memiliki indikator sebagai

berikut :

1). Mentaati peraturan kedinasan yang berlaku.

2). Menjalankan dan memberikan pelayanan yang maksimal

terhadap masyarakat sesuai dengan bidangnya.

(58)

4). Patuh terhadap jam kerja yang telah ditetapkan dalam

peraturan kedinasan.

e. Kejujuran adalah suatu ketulusan hati seorang Pegawai Negeri

Sipil dalam melaksanakan tugas dan kemampuan untuk tidak

menyalahkan wewenang yang diberikan kepadanya. Indikator

dari kejujuran ialah :

1). Melaksanakan tugas secara ikhlas dan bertanggung jawab

2). Menjalankan kewajiban dengan sebaik-baiknya.

3). Tidak menyalahgunakan wewenang akan pekerjaanya.

4). Memberikan laporan sesuai dengan keadaan yang

sebenarnya.

f. Kerjasama adalah kemampuan seorang Pegawai Negeri Sipil

untuk bekerja bersama-sama dengan orang lain dalam

menyelesaikan sesuatu tugas yang ditentukan, sehingga mencapai

daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya. Kerjasama

memiliki indikator sebagai berikut :

1). Menghargai pendapat orang lain.

2). Mampu mempertimbangkan hal yang terbaik bagi

organisasi

3). Mengenali bidang tugasnya dan bidang tugas orang lain.

4). Mampu bekerjasama dengan pegawai satu bidang atau

(59)

g. Prakarsa adalah kemampuan seseorang Pegawai Negeri Sipil

untuk mengambil keputusan, langkah-langkah, atau

melaksanakan sesuatu tindakan yang diperlukan dalam

melaksanakan tugas pokok tanpa menunggu perintah dari atasan.

1). Mampu mengambil inisiatif yang tidak bertentangan

dengan kebijaksanaan pimpinan.

2). Mampu memunculkan ide-ide baru yang menunjang

kemajuan bidang tugasnya.

3). Berusaha mencari tatacara kerja yang baru dalam mencapai

hasil kerja yang lebih baik

4). Mampu memberikan saran yang dipandang lebih baik

terhadap atasan.

Peneliti sebelumnya membuat blue print berdasarkan

aspek-aspek performansi kerja diatas. Penyusunan skala kepuasan kerja

menggunakan bentuk pilihan respon yang memperlihatkan tingkat

kesetujuan, dimana yang menilai tingkat performansi kerja adalah

kepala sekolah SD atau pengawas SD. Sehingga kepala sekolah

ataupun pengawas SD menanggapi setiap item pernyataan dan memilih

satu dari empat respon yang tersedia meliputi “sangat setuju”,

”Setuju”, “tidak setuju”, dan “sangat tidak setuju”. Pelaksanaan

pengambilan data dilakukan dengan menunggu kepala sekolah atau

pengawas SD, pada saat mengisi skala performansi kerja yang

(60)

performansi kerja ini dengan didasarkan pada empat kategori jawaban

yaitu :

a. Favourabel

Sangat setuju (SS)=4, Setuju (S)=3, Tidak setuju (TS)=2,

dan Sangat tidak setuju (STS)=1

b. Unfavourabel

Sangat setuju (SS)=1, Setuju (S)=2, Tidak setuju (TS)=3,

dan Sangat tidak setuju (STS)=4.

Kriteria dalam penilaian ini adalah semakin tinggi skor yang

diperoleh, dapat dikatakan subyek memiliki performansi kerja yang

(61)

Tabel 2

Blue Print Skala Performansi Kerja

berdasarkan (DP3) PNS Kabupaten Sleman

Aspek

Item No.

%

Favourabel Unfavourabel Total

Ketaatan 4,11,18,25,32,39,

46, 60,81, 169

Kesetiaan 1,14,15,29,42,43,

56, 164

Kejujuran 5,10,19,24,38,170 47,52,61,66,75,80,

89, 94, 105 138, 145, 146,153,

158, 162, 163

29 16,7%

(62)

F. UJI COBA ALAT UKUR

Sebelum dilakukan penelitian yang sesungguhnya, terlebih dahulu

dilakukan ujicoba skala untuk memperoleh reliabilitas dan validitas alat

ukur.

1. Uji Validitas

Prinsip dasar validitas adalah membandingkan hasil pengukuran

gejala dengan kriterium yang dianggap valid (Hadi, 2002). Validitas

alat ukur pada dasarnya menunjuk pada derajat fungsi mengukurnya

suatu alat ukur. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah

validitas isi. Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat

pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat

profesional judgement (Azwar, 2005). Profesional judgement dilakukan oleh orang yang lebih ahli didalam bidangnya, dalam hal ini

adalah dosen pembimbing. Untuk memenuhi validitas isi, suatu skala

harus komprehensif isinya dan hanya memuat isi yang relevan dan

tidak keluar dari batasan tujuan ukur. Oleh karena itu, blue print skala

yang memberikan gambaran mengenai isi skala dan menjadi acuan

serta pedoman untuk berada dalam lingkup yang benar, bila dilakukan

dengan cara yang baik akan mendukung validitas isi skala (Azwar,

(63)

2. Seleksi Aitem

Seleksi aitem dilakukan untuk menguji, apakah tiap butir aitem

benar-benar telah mengungkapkan faktor-faktor yang ingin diselidiki.

Seleksi aitem digunakan untuk mendapatkan aitem-aitem yang valid,

sehingga aitem-aitem tersebut layak digunakan untuk penelitian.

Seleksi aitem dilakukan dengan cara menghitung korelasi antara

distribusi skor setiap aitem dengan skor skala. Pengkorelasian antara

skor aitem dengan skor skala akan menghasilkan korelasi aitem total

atau indeks daya beda aitem. Semakin tinggi koefisien korelasi positif

antara skor aitem dengan skor skala, berarti semakin tinggi konsistensi

antara aitem tersebut dengan skala secara keseluruhan, maka semakin

tinggi daya beda yang dimiliki (Azwar, 2005).

Kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi item total

menggunakan batasan rix ≥ 0,30. Batasan tersebut digunakan karena

item yang koefisien korelasinya minimal 0,30 memiliki daya

diskriminasi yang memuaskan (Azwar, 2007).

a. Skala Kepuasan Kerja

Dari hasil uji coba yang dilakukan terhadap 50 item skala

kepuasan kerja memiliki daya beda item berkisar antara -0,51

sampai dengan 0,780. Dalam uji coba ini terdapat 7 item yang

gugur karena daya bedanya dibawah 0,30, yaitu item dengan

Gambar

Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3 Distribusi item Skala Kepuasan Kerja
Tabel 4 Distribusi Skala Performansi Kerja
+2

Referensi

Dokumen terkait

Direksi memuji reformasi penentu atas subsidi energi di tahun 2015, termasuk rencana untuk subsidi listrik sebagai sasaran subsidi yang lebih baik, dan penggunaan ruang fiskal

terasa di awal tahun 2009, yang ditunjukkan dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi Jawa Barat sebesar 4,1% (yoy) pada triwulan I-2009, melambat dibandingkan dengan triwulan

Data flow diagram adalah representasi grafis dari suatu sistem yang menggambarkan komponen-komponen sebuah sistem, aliran data diantara komponen-komponen tersebut

Pada kondisi awal, kemampuan pemecahan masalah siswa SMP N 1 Ngemplak masih rendah. Hal tersebut disebabkan oleh guru yang masih menerapkan strategi pembelajaran

Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik

Penelitian ini dimotivasi oleh adanya perbedaan hasil penelitian yang menganalisis reaksi pasar terhadap pengumuman penerbitan.. obligasi

Aktualisasi diri yang terdapat dalam UKM Sepak Bola USU dapat dilihat dari kebutuhan fisiologis yang didapat oleh mahasiswa, kenyamanan berada dilingkungan

P Permanen: 2) P-O-P Temporer; dan 3) Media in store (di dalam toko). Bagi para manajer ritel penerapan Point-of-Purchase dilakukan karena keinginan untuk mencapai: 1) Hasil