• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. HASIL PENELITIAN

1. Hasil Uji Asumsi

Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yang meliputi uji normalitas dan uji linearitas. Uji asumsi ini dilakukan untuk memenuhi syarat penggunaan analisis korelasi (hubungan) dan alat untuk memperoleh kesimpulan yang tidak menyimpang dari yang seharusnya.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi sebaran variabel bebas (Kepuasan Kerja) dan variabel tergantung (Performansi Kerja) dalam penelitian ini bersifat normal atau tidak. Kepastian terpenuhinya syarat normalitas akan menjamin dipertanggung jawabkannya langkah-langkah analisis statistik selanjutnya, sehingga dapt ditarik sebuah kesimpulan yang dapat dipertanggung jawabkan juga. Untuk menguji

normalitas dalam penelitian ini digunakan rumus One Sample

Kolmogorov-Smirnov Test, dengan alasan bahwa data yang dimiliki dalam penelitian ini bersifat kontinyu. Sebaran variabel bebas dan variabel tergantung dikatakan normal jika probabilitas (p) lebih besar dari 0,05 (p > 0,05). Normalitas kedua varibel yaitu variabel kepuasan kerja serta variabel performansi kerja dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 5 Uji Normalitas

Variabel K-S Test Asymp.Sign Sebaran

Kepuasan Kerja 0,781 0,575 Normal

Performansi Kerja

0,996 0,275 Normal

Berdasarkan tabel diatas, skala kepuasan kerja memiliki nilai z = 0,781 dan nilai p=0,575 dengan p>0,05 (0,575>0,05). Dengan demikian skala pengukuran kepuasan kerja terbukti tidak menyimpang dari distribusi normal.

Sedangkan pada skala performansi kerja didapat nilai z=0,996 dan nilai p= 0,275 dengan p>0,05 (0,275>0,05). Dengan demikian skala performansi kerja terbukti tidak menyimpang dari distribusi normal.

b. Uji Linearitas

Uji asumsi ini bertujuan untuk melihat apakah variabel

kepuasan kerja dan variabel performansi kerja cukup mengikuti

fungsi linear atau garis lurus. Pengujian terhadap linearitas kedua variabel dikatakan mengikuti garis lurus apabila memenuhi syarat p < 0,05.

Berdasarkan hasil uji linieritas menunjukkan bahwa nilai F=63,898 dan nilai p=0,000 dengan p<0,05 (0,000<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang bersifat linier antara kepuasan kerja dengan performansi kerja.

c. Deskripsi Data Penelitian

Hasil dari pengumpulan data penelitian, diperoleh data dengan deskripsi sebagai berikut :

Skala

Skor Empirik Skor Teoritik

Xmin Xmax Mean

(μ)

SD (σ)

Xmin Xmax Mean

(μ) SD (σ) Kepuasan kerja 115 148 128.95 8.144 43 172 107.5 21.5 Performan si kerja 408 652 535.35 46.831 164 656 410 82.5

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa mean empiris kepuasan kerja lebih besar dari mean teoritisnya (128,95>107,5). Ini menandakan bahwa rata-rata subyek memiliki kepuasan kerja yang tinggi. Hal ini juga terjadi pada mean empiris performansi kerja yang lebih besar dari mean teoritisnya (535,35>410). Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata subyek memiliki performansi kerja yang tinggi.

Untuk skor kepuasan kerja, item berjumlah 43, dengan skor 1,2,3, dan 4, dengan rentang minimum 43 dan rentang maksimum 172. Rentang skor untuk skala ini adalah 172-43=129, sedangkan standar deviasi (σ)= 129 : 6=21,5 dan mean teoritis (μ)=(43+172):2=107,5. Untuk skor performansi kerja, item berjumlah 164, dengan skor 1,2,3 dan 4, dengan rentang minimum 164 dan rentang maksimum 656. Rentang skor untuk skala ini adalah 656-164=492, sedangkan standar deviasi (σ)= 495 : 6 = 82,5 dan mean teoritis (μ)= (164+656):2= 410.

d. Hasil Uji Hipotesis

Data dianalisis dengan menggunakan teknik Product

Moment Pearson dalam program SPSS 12 for windows.

Taraf signifikansi menggunakan uji 1 ekor (one tailed). Uji hipotesis 1 ekor dilakukan pada penelitian ini karena hipotesis penelitian sudah mengarah, yaitu berarah positif.

Hasilnya menyatakan bahwa koefisien korelasi antara variabel kepuasan kerja dengan performansi kerja adalah r=0,724 dengan p= 0,000 (p<0,01), yang berarti bahwa kedua variable memiliki hubungan yang bersifat positif. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hipotesis terbukti.

Hasil uji hipotesis tersebut menyatakan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara kepuasan kerja

dengan performansi kerja. Dengan demikian, semakin tinggi kepuasan kerja yang dimiliki subyek maka akan semakin tinggi performansi kerja dalam bekerja. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah kepuasan kerja subyek maka akan semakin rendah performansi kerja yang akan dilakukan oleh subyek.

Sumbangan kepuasan kerja terhadap performansi kerja dapat dilihat melalui koefisien determinasinya (r2), yaitu sebesar r2=0,524. Koefisien determinasi 0,524 berarti kepuasan kerja menyumbang sebesar 52,4% terhadap performansi kerja. Sumbangan 47,6% terhadap performansi kerja diperoleh dari faktor-faktor yang lain.

C. PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara kepuasan kerja dengan performansi kerja. Dalam penelitian ini menggunakan metode analisis teknik korelasi product moment dari karl pearson. Variabel bebas dari penelitian ini adalah kepuasan kerja sedangkan variable tergantungnya adalah performansi kerja. Korelasi yang didapatkan dalam penelitian ini adalah sebesar r=0,724 dengan probabilitas p= 0,000 (p<0,01).

Dengan demikian maka hipotesis penelitian yang berbunyi ada hubungan positif antara kepuasan kerja terhadap performansi kerja dapat diterima. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi kepuasan kerja yang dimiliki subyek maka semakin tinggi pula performansi kerja yang dimilikinya.

Demikian pula sebaliknya, semakin rendah kepuasan kerja yang dimiliki subyek maka semakin rendah pula performansi kerja yang dimilikinya. Jadi kepuasan kerja dan performansi kerja memiliki hubungan yang bersifat positif signifikan.

Dari hasil penelitian, didapat bahwa rata-rata subyek memiliki kepuasan kerja yang tinggi. Dapat dilihat dari mean empirik yang lebih tinggi daripada mean teoritiknya, yaitu (128,95>107,5). Kepuasan kerja yang tinggi akan menimbulkan motivasi diri akan tanggung jawab terhadap tugas yang akan dilakukan. Rendahnya kepuasan kerja pada subyek menimbulkan motivasi diri akan tanggung jawab yang rendah.

Guru yang memiliki kepuasan kerja yang tinggi ini memiliki motivasi diri yang sangat besar di dalam bekerja. Guru akan lebih bertanggung jawab didalam melaksanakan tugasnya, sesuai dengan apa yang menjadi kewajibannya. Kepuasan kerja juga dibutuhkan untuk memberikan dorongan dalam diri agar guru mampu menunjukkan kinerja yang optimal. Robbins (1993) menjelaskan kepuasan kerja sebagai sikap umum individu terhadap pekerjaannya, seseorang dengan tingkat kepuasan kerja yang tinggi mempunyai sikap positif terhadap pekerjaan. Kepuasan kerja yang dimiliki oleh seorang guru, mampu memberikan adanya optimalisasi didalam bekerja. Guru merasakan adanya penghargaan atas tugas yang ia lakukan, sehingga lebih maksimal dalam memberikan pengajaran dan lebih bertanggung jawab. Adanya motivasi diri yang dimiliki oleh seorang guru akan lebih baik dengan adanya kepuasan kerja yang baik. Kepuasan kerja

yang tinggi mampu mewujudkan proses pembelajaran yang baik, dan hal ini memunculkan motivasi diri yang tinggi bagi para guru untuk dapat memberikan materi pelajaran terhadap siswa. Didalam memberikan materi pembelajaran bagi para siswa, guru menjadi lebih bertanggung jawab dan bersemangat untuk memberikan yang terbaik bagi peserta didik. Selain itu pula adanya kepuasan kerja yang tinggi dimiliki oleh guru, memberikan tantangan untuk dapat mengembangkan kemampuan intelektualitas peserta didik agar menjadi lebih baik. Dengan Kepuasan kerja yang tinggi memberikan kesadaran kepada para guru untuk lebih meningkatkan kedisiplinan, termasuk dalam hal absensi dan mampu menjadi panutan didalam masyarakat. Dari hasil penelitian juga didapatkan bahwa para guru memiliki performansi kerja yang baik dengan kepuasan kerja yang baik pula.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semakin tinggi kepuasan kerja yang dimiliki guru maka akan semakin tinggi performansi kerja yang dilakukan para guru. Tingginya performansi yang dimiliki oleh para guru dapat dijelaskan dari skor mean penelitian, yaitu mean empiris yang lebih besar dari mean teoritiknya, yaitu (535,35>412,5). Tingginya performansi kerja, dipengaruhi oleh komitmen kerja, persepsi kerja, motivasi diri dan factor lainnya. Performansi kerja yang dimiliki oleh para guru disebabkan adanya motivasi diri yang tinggi terhadap tugas. Dalam hal ini, tugas utama bagi seorang guru sebagai pendidik adalah mampu memberikan materi pembelajaran yang maksimal bagi peserta didik. Motivasi diri yang tinggi

ini pula yang menjadikan guru lebih bertanggung jawab dan menunjukkan hasil dari tugasnya dengan mampu melaksanakan apa yang menjadi kewajibannya. Motivasi yang muncul dari dalam diri memberikan suatu dorongan untuk bertindak dalam bekerja. Dorongan yang besar menjadikan seorang guru lebih bertanggung jawab dan hal ini ditunjukkan dengan performansi kerja yang baik. Tingginya performansi kerja akan terlihat dari besarnya tanggung jawab yang dimiliki dan tercapainya proses pembelajaran yang dilakukan secara maksimal. Selain itu, performansi kerja tinggi, juga dapat terlihat dari adanya kesadaran para guru terhadap aturan yang berlaku dan tanggung jawab di dalam bekerja. Peningkatan kualitas masing-masing guru juga mampu meningkatkan performansi kerja yang tinggi. Dorongan dari dalam diri yang dimiliki oleh guru didalam bekerja ditunjukkan melalui performansi kerja yang baik dalam upaya peningkatan belajar anak. Tingginya performansi kerja yang dimiliki oleh para guru memiliki pengaruh bagi guru untuk lebih meningkatkan ketrampilan yang telah dikuasai. Guru juga akan lebih termotivasi untuk mengembangkan kualitas intelektual yang lebih baik. Hal ini didasari oleh adanya semangat para guru di dalam menunjukkan performansi kerja yang tinggi dan lebih maksimal.

Semakin tinggi kepuasan kerja yang dimiliki oleh para guru dalam penelitian ini maka semakin tinggi performansi kerja yang ditunjukkan dalam bekerja. Hal ini terjadi karena guru telah mendapatkan kepuasan kerja yang tinggi dimana didapatkan melalui pekerjaan, dan keadaan ini menumbuhkan dorongan serta motivasi diri untuk bertanggung jawab

terhadap pekerjaannya. Hal ini ditunjukkan secara sadar dengan performansi kerja yang tinggi sesuai dengan kewajiban dan tugasnya sebagai seorang guru.

Hasil dalam penelitian ini memberikan hasil yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Parwanto (2002) dengan subyek Karyawan Pusat Pendidikan Komputer IMKA di Surakarta, dimana dalam hasil penelitian diperoleh hasil dimana kepuasan kerja memiliki pengaruh terhadap performansi kerja. Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Nilvia (2004) dimana adanya hubungan antara faktor-faktor kepuasan kerja terhadap performansi kerja dengan subyek Karyawan PT. Aeronurti Batam.

Dengan koefisien korelasi (r =0,724), maka sumbangan efektif (r2=0,524). Hal tersebut berarti bahwa kepuasan kerja memiliki sumbangan yang sangat signifikan yaitu sebesar 52,4% terhadap performansi kerja. Sedangkan sumbangan 47,6% terhadap performansi kerja diperoleh melalui faktor-faktor lain.

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengolahan data penelitian ini, hipotesis yang diajukan telah terbukti yaitu bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara kepuasan kerja dengan performansi kerja guru SD di Kecamatan Mlati, Sleman, Yogyakarta. Artinya, bahwa semakin tinggi kepuasan kerja yang dimiliki oleh guru maka akan semakin tinggi performansi kerja yang ditunjukkan dengan koefisien korelasi yang diperoleh adalah r = 0,724 .

B. KETERBATASAN PENELITIAN

Hasil dari penelitian ini tidak terlepas dari adanya keterbatasan. Peneliti memiliki keterbatasan, terlebih pada variabel performansi kerja dimana hanya menggunakan satu rater didalam menilai performansi kerja.

C. SARAN

Berdasarkan penelitian yang dilakukan serta hasil yang telah didapatkan, maka saran yang dapat peneliti sampaikan kepada :

1. Bagi Sekolah

Berdasarkan hipotesis penelitian ini, yaitu terdapat hubungan positif yang signifikan antara kepuasan kerja dengan performansi

kerja, maka diharapkan sekolah lebih memperhatikan kepuasan kerja para guru yang telah mengabdi untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan di lingkungan sekolah. Karena adanya kepuasan kerja yang telah terpenuhi, akan memiliki pengaruh terhadap para guru untuk lebih meningkatkan performansi kerjanya. Selain itu guru akan lebih termotivasi dan memiliki kesadaran akan tugas dan tanggung jawabnya.

2. Para Guru

Mengingat bahwa hipotesis penelitian ini telah terbukti, yaitu terdapat hubungan positif yang signifikan antara kepuasan kerja dengan performansi kerja, walaupun kepuasan kerja kerja yang diharapkan belum maksimal. Hal tersebut hendaknya bukan menjadi penghalang untuk menunjukkan performansi kerja yang maksimal. Dengan belum tercapainya kepuasan kerja, diharapkan para guru mampu menyadari tugas dan tanggungjawab yang harus dilakukan bagi dunia pendidikan. Selain itu belum adanya kepuasan kerja yang terpenuhi tidak menjadikan penghalang dan penghambat untuk bekerja kurang maksimal dan tidak disiplin.

3. Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti yang tertarik ingin meneliti dan memperdalam penelitian yang berkaitan dengan topik ini, sebaiknya mencoba melakukan metode pengambilan data yang lebih mendalam dan lebih

luas. Dimana pengambilan data pada variabel kepuasan kerja dilakukan lebih bersifat interpersonal, dan tidak dilakukan di sekolah.

Hal tersebut dikarenakan sifat dari kepuasan kerja yang sangat

subyektif dan relatif bagi setiap individu. Penilaian terhadap variabel performansi kerja hendaknya dilakukan dengan menggunakan 2 rater atau lebih. Pengambilan subyek dan tempat yang berbeda atau variabel yang berbeda juga menarik untuk diteliti, seperti kepuasan kerja pada guru swasta ataupun guru honorer ; hubungan motivasi kerja dengan kepuasan kerja; atau mengambil subyek ditempat lain dan lain sebagainya. Hasil-hasil tersebut dapat menunjang pengetahuan di bidang psikologi, khusunya psikologi industri, pendidikan dan sosial. Selain itu, peneliti yang tertarik memperdalam topik ini, sebaiknya lebih menguasai bahan dan mencari teori-teori lain yang menunjang.

Dokumen terkait