• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Faktor yang Memengaruhi Kejadian Anemia pada Ibu Hamil

2.1.3 Sosial Budaya

Banyak sekali pengaruh atau faktor-faktor yang menyebabkan berbagai aspek kesehatan di negara kita, bukan hanya karena pelayanan medik yang tidak memadai atau kurangnya perhatian dari instansi kesehatan. Tetapi banyak yang mempengaruhi kesehatan di Indonesia, antara lain masih adanya pengaruh sosial budaya yang turun temurun masih di anut sampai saat ini. Selain itu ditemukan pula sejumlah pengetahuan dan perilaku budaya yang dinilai tidak sesuai dengan prinsip-prinsip kesehatan menurut ilmu kedokteran atau bahkan memberikan dampak kesehatan yang kurang menguntungkan bagi ibu dan anaknya.

Salah satu pengaruh sosial budaya yang masih melekat adalah enggannya ibu hamil untuk memeriksakan kesehatan ke puskesmas atau sarana kesehatan lainnya. Mereka masih ada yang melahirkan di rumah yang ditolong oleh dukun dan ada pula pantangan-pantangan dalam makanan untuk ibu hamil dan bayinya. Sehingga karena budaya yang masih tetap mereka pegang akibatnya banyak atau tingginya angka kematian ibu saat melahirkan karena komplikasi pada ibu dan bayinya. Kebiasan tentang pantangan makanan selama kehamilan ini terkait dengan kondisi kehidupan sosial dan kebudayaan yang dianut oleh masyarakat, yang ternyata hal tersebut berpengaruh pada status kesehatan (Syafrudin, 2010). Kurangnya gizi pada ibu hamil karena berbagai pantangan dalam makanan, contohnya ibu hamil tidak boleh makan ikan, telur dan makanan yang mengandung gizi lainnya karena takut nanti anaknya bau amis atau pantangan lainnya yang mengakibatkan ibu kekurangan gizi yang bisa berakibat pada kehamilannya.

Dalam Syafrudin (2010) Taylor mengartikan sosial budaya adalah suatu keseluruhan peradaban yang kompleks dari pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, dan kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Pengertian yang sama juga dikemukakan oleh Crain (2001) bahwa sosial budaya (socioculture) adalah A set of bilief, customs, practices and behavior that exists within a population (kumpulan kepercayaan, kebiasaan, praktek dan perilaku yang ada dalam suatu populasi masyarakat).

Dari hal di atas, terlihat bahwa ada beberapa unsur pokok yang membentuk sosial budaya yakni pengetahuan, kepercayaan, moral, kebiasaan, praktek dan perilaku dan faktor-faktor kekuatan lainnya. Mengingat luasnya pengertian sosial budaya tersebut, maka untuk lebih menyederhanakan penelitian ini, aspek sosial budaya hanya mencakup 4 faktor yakni pengetahuan, sikap, kepercayaan/adat istiadat, dan tindakan/praktik.

2.1.2.1. Indikator Sosial Budaya 1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan melalui pancaindra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Devenport and Prusak (2001) mendefenisikan pengetahuan sebagai kombinasi dari kerangka pengalaman, informasi kontekstual, nilai-nilai dan pandangan ahli yang memberikan kerangka kerja untuk mengevaluasi dan memadukan pengalaman dan

informasi. Dengan kata lain, pengetahuan adalah kombinasi dari informasi dan pengalaman (Notoatmodjo, 2003).

Pengukuran pengetahuan dapat dialakukan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner berisi materi yang ingin diukur dari responden (Azwar, 2003). Indikator-indikator untuk mengetahui tingkat pengetahuan seorang ibu hamil tentang anemia dapat diukur berdasarkan pengetahuan tentang anemia tersebut meliputi pengertian anemia, penyebab anemia pada ibu hamil, gejala dan tanda anemia, faktor resiko, dampak anemia, pengobatan dan pencegahan anemia selama kehamilan. Pengetahuan ibu hamil tentang anemia merupakan predisposisi ibu untuk berperilaku sehat dalam hal ini yaitu menanggulangi anemia terhadap dirinya sendiri.

Penelitian yang dilakukan oleh Herlina (2005) di wilayah kerja kota Bogor menunjukkan ada hubungan signifikan antara pengetahuan dengan kejadian anemia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu hamil yang mempunyai pengetahuan tidak baik sebanyak 38,5% lebih kecil dari yang mempunyai pengetahuan baik sebesar 61,5%. Pada penelitian ini hasil analisis statistik menunjukkan hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kejadian anemia ibu hamil dengan nilai 0R=4,386 ( 95% Cl OR= 1,475: 13,045 ) artinya bahwa pada populasi estimasi risiko terjadinya anemia pada ibu hamil pengetahuan rendah adalah 4,386 kali dibanding ibu hamil yang pengetahuan tinggi.

2. Sikap

Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak

senang, setuju-tidak setuju, baik- tidak baik, dan sebagainya). Campbell (1950) mendefinisikan sangat sederhana, yakni “An individual’s attitudate is syndrome of response consistency with regard to object.” Jadi jelas, di sini dikatakan bahwa sikap itu suatu sindroma atau kumpulan gejala dalam merespons stimulasi atau objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain (Notoatmodjo, 2003).

Newcomb, salah seorang ahli psikolog sosial menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain, fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan) atau reaksi tertutup). Sikap adalah ancang-ancang untuk bertindak atau berperilaku terbuka (tindakan) (Notoatmodjo, 2003).

Terjadinya anemia pada ibu hamil didasari oleh sikap yang dimiliki oleh ibu hamil, seperti kesiapan ibu untuk memenuhi kebutuhan makanan sehari-hari, kesiapan ibu dalam mengkonsumsi tablet besi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Mangihut, 2006) bahwa ibu hamil yang cukup mengkonsumsi tablet besi dari yang tercakup suplementasi tablet besi adalah sebesar atau 56,5%. Cakupan ini adalah relatif kecil dan ibu hamil yang drop out mengkonsumsi tablet besi adalah sebesar 43,5%. Hal ini terjadi karena kurangnya keyakinan ibu terhadap tablet besi dalam penanggulangan terjadinya anemia.

3. Kepercayaan

Kepercayaan adalah komponen kognitif sikap dari faktor sosio psikologis. Kepercayaan disini tidak ada kaitannya dengan hal-hal gaib, tetapi hanyalah keyakinan bahwa sesuatu itu benar atau salah. Kepercayaan sering dapat bersifat rasional atau irasional. Kepercayaan rasional apabila kepercayaan orang terhadap sesuatu tersebut masuk akal (Notoatmodjo, 2010).

Kepercayaan dibentuk oleh pengetahuan, kebutuhan dan kepentingan. Hal ini berarti seseorang menjadi percaya kepada sesuatu dapat disebabkan oleh karena ia mempunyai pengetahuan tentang hal itu. Oleh karena itu, dalam rangka perilaku sehat, perlu diberikan pengetahuan atau informasi yang benar dan lengkap tentang penyakit dan pelayanan kesehatan lainnya. Kepercayaan yang tidak didasarkan kepada pengetahuan yang benar dan lengkap akan menyebabkan kesalahan dalam bertindak (Notoatmodjo, 2010).

Kepercayaan atau keyakinan artinya, bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek (Notoatmodjo, 2010). Implikasinya dalam penelitian ini adalah bahwa kepercayaan terhadap berbagai macam makanan yang dianjurkan dan dilarang untuk dikonsumsi selama kehamilan. Masalah kurang gizi dapat diketahui dari kebiasaan suatu masyarakat menkonsumsi makanan tertentu serta bagaimana masyarakat tersebut menilai makanan menurut persepsinya masing- masing. Dalam hal ini kepercayaan di kalangan masyarakat jawa sebagai lokasi penelitian juga sangat menentukan, mereka mempunyai keyakinan bahwa selama hamil tidak boleh memakan makanan yang amis seperti ikan, telur, sementara ikan

dan telur adalah sumber protein yang baik yang sangat dibutuhkan ibu maupun bayinya, karena bermanfaat untuk pembentukan hemoglobin dan pertumbuhan tulang.

Kepercayaan yang keliru tentang hubungan antara makanan dan kesehatan, hal ini masih banyak terjadi di daerah pedesaan. Kepercayaan, pantangan dan upacara-upacara yang mencegah orang memanfaatkan sebaik-baiknya makanan yang tersedia bagi mereka. Kebiasaan-kebiasaan makanan yang buruk seperti makanan yang disuka atau tidak, kepercayaan terhadap apa yang bisa dimakan atau tidak. Kebiasaan makan ini telah ditanamkan sejak dini, melalui norma–norma keluarga (Ratna, 2010).

Di beberapa negara berkembang umumnya ditemukan larangan, pantangan tertentu bagi makanan ibu hamil. Latar belakang pantangan tersebut didasarkan pada kepercayaan agar tidak mengalami kesulitan pada waktu melahirkan dan bayinya tidak terlalu besar. Ada pula penduduk di Negara Asia yang mempunyai kepercayaan bahwa makanan yang mengandung protein hewani menyebabkan air susu ibu beracun bagi anaknya.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh (Afiyah, 2006) bahwa 51,9% ibu hamil yang menderita anemia oleh karena makan pantangan selama hamil. Makanan yang dipantangkan adalah Cumi (55,7%), udang (54,4%), ikan sembilang (51,9%), ikan lele (49,4%), semua jenis makanan ikan laut (11,4%), telur (24.1%), daging kambing (17,7%) dengan nilai p=0,001.

4. Tindakan atau Praktik (Practice)

Seperti telah disebutkan di atas bahwa sikap adalah kecenderungan untuk bertindak (praktik). Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya tindakan perlu faktor lain, yaitu antara lain adanya fasilitas atau sarana atau prasarana (Notoatmodjo, 2010). Seorang ibu hamil sudah tahu bahwa periksa hamil itu penting untuk kesehatannya dan janinnya, dan sudah ada niat (sikap) untuk periksa hamil. Agar sikap ini meningkat menjadi tindakan, maka diperlukan bidan, posyandu, atau puskesmas yang dekat dari rumahnya, atau fasilitas tersebut mudah dicapai. Apabila tidak, kemungkinan ibu tersebut tidak akan memeriksakan kehamilannya.

Praktik atau tindakan ini dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut kualitasnya, yaitu :

a. Praktik terpimpin (guided response)

Apabila subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih tergantung pada tuntutan atau menggunakan panduan. Misalnya, seorang ibu dalam mengkonsumsi tablet besi yang diberikan oleh tenaga kesehatan harus diingatkan terlebih dahulu oleh orang lain seperti suami atau orang tua.

b. Praktik secara mekanisme (mechanism)

Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau mempraktikan sesuatu hal secara otomatis maka disebut praktik atau tindakan mekanis. Misalnya, seorang ibu yang sudah terbiasa mengkonsumsi tablet Fe setiap hari, tanpa harus menunggu perintah dari orang lain, ibu sudah otomatis mengkonsumsinya.

c. Adopsi (adoption)

Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang. Artinnya, apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah dilakukan modifikasi, atau tindakan atau perilaku yang berkualitas. Seorang ibu memasak memilih bahan masakan bergizi tinggi dan mengandung tinggi zat besinnya untuk mencegah terjadinya anemia gizi besi. Implikasinya dalam penelitian ini adalah bagimana tindakan yang dilakukan oleh ibu hamil dalam melakukan pencegahan agar tidak terjadi anemia pada ibu baik sebelum terjadinya kehamilan maupun pada saat kehamilan. Ibu tahu bagaimana cara memilih makan yang bergizi, ibu tahu bagaimana cara mengolah makanan yang baik, ibu tahu bagaimana cara mengkonsumsi tablet Fe, ibu dapat menbedakan mana makanan yang dapat dimakan selama hamil dan mana makanan yang tidak dapat dimakan selama hamil.

2.2. Anemia pada Ibu Hamil

Dokumen terkait