• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sosial dan Budaya

Dalam dokumen BAB 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH (Halaman 48-53)

3. Sistem Jaringan Prasarana Lainnya

2.5 Sosial dan Budaya

Masyarakat di Kabupaten Luwu menggunakan bahasa Luwu sebagai bahasa daerah utama karena mayoritas penduduknya adalah suku Luwu. Bahasa Luwu ini digunakan oleh sebagian besar penduduk dari Tana Luwu, dari empat kabupaten dan kota, masing-masing Kabupaten Luwu, Luwu Utara, Luwu Timur dan kota Palopo. Bahasa Luwu, termasuk serumpun dengan bahasa Toraja. Bahasa Luwu ini digunakan selaku bahasa percakapan penduduk setempat, mulai dari Selatan perbatasan dengan Buriko Kabupatan Wajo sampai dengan daerah Kabupaten Luwu Timur Malili.

Kerajaan Luwu adalah kerajaan tertua, terbesar, dan terluas di Sulawesi Selatan yang wilayahnya mencakup Tana Luwu, Tana Toraja, Kolaka, dan Poso. Perkataan “Luwu” atau “Luu” itu sebenarnya berarti “Laut”. Luwu adalah suku bangsa yang besar yang terdiri dari 12 anak suku. Kerajaan Luwu diperkirakan berdiri sekitar abad X yang dibangun oleh, sekaligus sebagai raja pertama adalah Batara Guru (Tomanurung) yang dipercaya turun dari langit diutus oleh ayahnya Dewa Patoto’e untuk turun mengisi kekosongan di dunia tengah. Raja terakhir dari kerajaan Luwu adalah Andi Djemma yang bergelar Petta Matinro’e ri Amaradekanna yang memerintah mulai tahun 1935-1965 Masehi. Beliau merupakan raja yang sangat dikagumi dan dibangga-banggakan oleh rakyatnya bahkan raja-raja lain di Sulawesi Selatan karena keberaniannya dalam menghadapi penjajah Belanda.

Kerajaan Luwu merupakan kerajaan pertama di Sulawesi Selatan yang menganut agama Islam. Agama Islam sendiri di bawa ke Tana Luwu oleh Dato’ Sulaiman dan Dato’ri Bandang yang berasal dari Aceh. Hal-hal mistik banyak mewarnai proses awal masuknya Islam di Luwu. Diyakini bahwa Dato Sulaiman dan Dato ri Bandang datang ke Luwu dengan menggunakan kulit kacang. Mereka pertama kali tiba di Luwu tepatnya di Desa Lapandoso, Kecamatan Bua, Kabupaten Luwu.

Penduduk di Kabupaten Luwu juga terdiri atas beberapa etnis lokal dan etnis pendatang yang telah lama tinggal di Kabupaten Luwu dan masuk melalui akulturasi budaya seperti melalui perdagangan dan nelayan. Sementara itu

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Luwu II-49

terdapat juga etnis pendatang sebagai transmigran dengan latar belakang budaya yang berbeda, antara lain: Bugis, Jawa dan Bali yang dominan terdapat di Kecamatan lamasi.

Masyarakat Jawa datang secara transmigrasi yang diprakarsai oleh pemerintah belanda, mereka datang dari daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur, mereka telah menetap dan membangun kecamatan tersebut. Mata pencaharian utama mereka adalah bertani, sawah dan berkebun, selain itu banyak juga diantara mereka berprofesi sebagai pedagang. Jumlahnya telah berkembang dengan pesat, selain perkawinan antara sesama suku jawa terjadi juga perkawinan antara suku terutama suku Jawa dan Luwu yang merupakan suku pribumi. Sedangkan suku Bugis dan Toraja merupakan imigran yang datang dari wilayah lain yang masih masuk dalam wilayah Sulawesi Selatan. Suku Bugis yang mendiami Lamasi berprofesi sebagai pedagang sedangkan suku Toraja bertani adalah profesi utama mereka. Oleh karena keuletan dan kerja keras mereka akhirnya Kecamatan Lamasi berkembang menjadi daerah lumbung pangan bagi Kabupaten Luwu.

2.5.1 Pendidikan

Berdasarkan Tabel 2.8, kemampuan membaca penduduk usia 10 Tahun Ke Atas , maka kemampuan membaca penduduk kabupaten Luwu sebesar 91,72 % atau 236.617 Jiwa sudah mampu membaca huruf Latin sedangkan 8,28 % atau 21.366 Jiwa tidak dapat membaca. Dari jumlah penduduk yang tidak dapat membaca tersebut, jumlah penduduk yang tidak dapat membaca di dominasi oleh jenis kelamin perempuan sebanyak 14.627 Jiwa. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.8 berikut.

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Luwu II-50

Tabel 2.8. Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas Menurut Kemampuan Membaca/Menulis Dan Jenis Kelamin di Kabupaten Luwu, Tahun 2011

No Kemampuan Membaca Laki-laki Perempuan Jumlah Persentase

1 Huruf Latin 118,996 117,621 236,617 91.72

2 Tidak Dapat Membaca 6,739 14,627 21,366 8.28

Jumlah 125,735 132,248 257,983 100

Sumber: Kabupaten Luwu Dalam Angka 2012

2.5.2 Kesehatan

Pembangunan kesehatan menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia. Bila pembangunan kesehatan berhasil dengan baik maka akan meningkatkan kesejahteraan rakyat secara langsung. Selain itu pembangunan kesehatan juga memuat mutu dan upaya kesehatan yang sangat dipengaruhi oleh ketersediaan fasilitas kesehatan dengan menciptakan akses pelayanan kesehatan dasar yang didukung oleh sumber daya yang memadai seperti rumah sakit, puskesmas, tenaga kesehatan (dokter,bidan,perawat) dan ketersediaan obat.

Bersadasarkan Tabel 2.9., penyakit diare adalah penyakit yang paling banyak di derita oleh penduduk pada Tahun 2011 sebanyak 7.984 Jiwa, sedangkan penyakit TBC dibandingkan dengan penyakit lainnya paling banyak menyebabkan kematian yaiu 239 Jiwa.

Terkait dengan pelayanan jamban keluarga, maka penduduk kabupaten Luwu pada tahun 2011 yang terlayani jamban keluarga sebesar 50.145 Jiwa atau 14,93 % dari jumlah penduduk. Pelayanan jamban keluarga terkecil terdapat di kecamatan Bassesangtempe (Bassesangtempe Utara) dan Kecamatan Walenrang Barat, masing-masing sebesar 1,34 % dan 1,88 %. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.10. berikut.

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Luwu II-51

Tabel 2.9. Jumlah Penderita Dan Kematian Oleh Penyakit Menular Menurut Jenis Penyakit Di Kabupaten Luwu di Kabupaten Luwu, Tahun 2011

No Jenis Penyakit Penderita Meninggal

1 Demam Berdarah 121 1 2 Diare 7.984 0 3 Thypus 261 0 4 TBC 783 239 5 Kusta 36 0 6 Malaria 125 4 7 Rabies 191 3

Sumber: Kabupaten Luwu Dalam Angka 2012

Tabel 2.10. Pelayanan Jamban Keluarga Menurut Kecamatan Di Kabupaten Luwu, Tahun 2011

No Kecamatan Penduduk Jumlah Penduduk yang

Dilayani Persentase 1 Larompong 19,024 3372 21.14 2 Larompong Selatan 15,959 2533 13.45 3 Suli 18,665 4116 22.53 4 Suli Barat 8,577 1276 15.07 5 Belopa 14,961 2962 20.01 6 Kamanre 11,351 1543 10.87 7 Belopa Utara 14,691 3154 21.62 s8 Bajo 14,381 2623 18.47 9 Bajo Barat 9,418 1266 13.49 10 Bassesangtempe 14,257 189 1.34 11 Bassesangtempe Utara 12 Latimojong 5,512 987 18.12 13 Bupon 14,596 2639 18.17 14 Ponrang 26,377 3224 12.27 15 Ponrang Selatan 23,983 3389 14.2 16 Bua 31,266 3178 15.21 17 Walenrang 17,608 2973 17.07 18 Walenrang Timur 15,435 3567 23.16 19 Lamasi 20,569 2927 14.33 20 Walenrang Utara 17,923 2147 12.11 21 Walenrang Barat 8,987 167 1.88 22 Lamasi Timur 12,288 1913 15.77 Jumlah 335,828 50145 14.93

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Luwu II-52

2.5.3 Tenaga Kerja

Berdasarkan Grafik 2.7, pada Tahun 2011 lapangan pekerjaan yang banyak menyerap pekerjaan adalah Sektor Pertanian, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan sebanyak 126.694 Jiwa, Sektor Jasa Kemasyarakatan, Sosial & Perorangan sebanyak 25.909 Jiwa, sector Industri Pengolahan sebanyak 26.718 Jiwa, Sektor Perdagangan Besar, Kecil, Rumah Makan dan Hotel sebanyak 19.794 Jiwa dan Sektor Lainnya sebesar 18.204 Jiwa.

Grafik 2.7 Banyaknya Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Yang

Bekerja Menurut Jenis Kelamin dan lapangan Pekerjaan Utama di Kabupaten Luwu, Tahun 2011

Sumber: Kabupaten Luwu Dalam Angka 2012

2.5.4 Perumahan dan Lingkungan

Gambaran fasilitas rumah lainnya yang berhubungan dengan kesehatan lingkunganya itu penggunaan tempat buang air besar. Sekitar 45,01 persen memiliki tempat buang air besar sendiri. Tetapi satu hal yang perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah adalah masih ada sekitar 44,99 persen rumah tangga yang tidak memiliki fasilitas tempat buang air besar.

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Luwu II-53

Tabel 2.11. Pelayanan Jamban Keluarga Menurut Kecamatan Di

Kabupaten Luwu, Tahun 2011

No Fasilitas BAB Jumlah Persentase

1 Sendiri 33.203 45,01

2 Bersama 6.395 8,67

3 Umum 985 1,34

4 Tidak ada 33.192 44,98

Jumlah 73.775 100

Sumber: Kabupaten Luwu Dalam Angka 2012

Dalam dokumen BAB 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH (Halaman 48-53)

Dokumen terkait