• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Luwu II-1

BAB 2

GAMBARAN UMUM WILAYAH

2.1 Geografis, Administratif dan Kondisi Fisik

Kabupaten Luwu merupakan salah satu daerah yang berada dalam wilayah administratif Provinsi Sulawesi Selatan. Daerah Kabupaten Luwu terbagi dua wilayah akibat pemekaran Kota Palopo yaitu Kabupaten Luwu Bagian Selatan yang terletak di sebelah selatan Kota Palopo dan wilayah Kabupaten Luwu Bagian Utara yang terletak di sebelah utara Kota Palopo. Kabupaten Luwu memiliki luas wilayah sekitar 3.000,25 Km2 atau 3.000.250 Ha

dengan jumlah penduduk keseluruhan mencapai 335.828 jiwa pada tahun 2011, dengan mayoritas mata pencaharian penduduknya bergerak pada sektor pertanian dan perikanan. Secara umum karasteristik bentang alam Kabupaten Luwu terdiri atas kawasan pesisir/pantai dan daratan hingga daerah pegunungan yang berbukit hingga terjal, dimana berbatasan langsung dengan perairan Teluk Bone dengan panjang garis pantai sekitar 116,161 Km (RTRW Kabupaten Luwu).

2.1.1 Letak Geografis dan Administratif

Ditinjau dari segi geografis, Kabupaten Luwu terletak di bagian utara

Provinsi Sulawesi Selatan, dimana posisi Kabupaten Luwu terletak 2º.34’.45” – 3º.30’.30” LS dan 120º.21’.15” – 121º.43’.11” BT.

Secara administratif, Kabupaten Luwu memiliki batas sebagai berikut:  Sebelah Utara : Kabupaten Luwu Utara dan Kota Palopo  Sebelah Timur : Teluk Bone

 Sebelah Selatan : Kota Polopo dan Kabupaten Wajo

 Sebelah Barat : Kabupaten Tanah Toraja, Kabupaten Toraja Utara, Kabupaten Enrekang dan Kabupaten Sidrap.

(2)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Luwu II-2 Kabupaten Luwu terbagi atas 22 wilayah kecamatan dan 227 Desa/Kelurahan dimana Ibukota Kabupaten adalah Kota Belopa (terdiri dari Kecamatan Belopa dan Kecamatan Belopa Utara). Kecamatan Latimojong merupakan kecamatan yang terluas jika dibandingkan dengan kecamatan lainnya di Kabupaten Luwu dengan luas 467,75 Km2 atau 15,59%. Sedangkan wilayah kecamatan dengan luas yang paling kecil adalah Kecamatan Lamasi dengan luas 42,2 Km2 atau 1,41 %. Perbandingan luas wilayah dan banyaknya kecamatan di Kabupaten Luwu, lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.1 dan Grafik 2.1 berikut.

Tabel 2.1. Luas Wilayah dan Banyaknya Kecamatan Di Kabupaten Luwu Tahun 2012

No Kecamatan (kmLuas 2) % Defenitif Banyaknya Desa/KelurahanPersiapan Jumlah

1 Larompong 225,25 7.51 13 - 13 2 Larompomg Selatan 131 4.37 10 - 10 3 Suli 81,75 2.72 13 - 13 4 Suli Barat 153,5 5.12 8 - 8 5 Belopa 59,26 1.98 9 - 9 6 Kamanre 52,44 1.75 8 - 8 7 Belopa Utara 34,73 1.16 8 - 8 8 Bajo 68,52 2.28 12 - 12 9 Bajo Barat 66,3 2.21 9 - 9 10 Bassesangtempe 301 10.03 24 - 24 11 Bassesangtempe Utara ** ** ** - ** 12 Latimojong 467,75 15.59 12 - 12 13 Bupon 182,67 6.09 10 - 10 14 Ponrang 107,09 3.57 10 - 10 15 Ponrang Selatan 99,98 3.33 13 - 13 16 Bua 204,01 6.80 15 - 15 17 Walenrang 94,6 3.15 9 - 9 18 Walenrang Timur 63,65 2.12 8 - 8 19 Lamasi 42,2 1.41 10 - 10 20 Walenrang Utara 259,77 8.66 11 - 11 21 Walenrang Barat 247,13 8.24 6 - 6 22 Lamasi Timur 57,65 1.92 9 - 9 Jumlah 3000,25 100 227 - 227

Sumber : Kabupaten Luwu Dalam Angka Tahun 2010

(3)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Luwu II-3

Grafik 2.1. Perbandingan Luas Wilayah Kecamatan di Kabupaten Luwu Tahun 2012

(4)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Luwu II-4

Gambar 2.1 Peta Administrasi Kabuapeten Luwu

(5)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Luwu II-5 Aspek fisik dasar wilayah Kabupaten Luwu meliputi kondisi topografi atau kemiringan lereng, aspek klimatologi atau kondisi iklim dan curah hujan, aspek hidrologi, serta aspek penggunaan lahan.

a. Aspek Topografi/Kemiringan Lereng

Sebagian besar wilayah Kabupaten Luwu memiliki tingkat kemiringan diatas 40% dengan luas wilayah sekitar 197.690,77 Ha atau 65,89% dari luas wilayah Kabupaten Luwu, sedangkan wilayah dengan kemiringan 0 - 8% dengan luas 42.094,88 Ha atau 14,03%, kemiringan 8 - 15% memiliki luas 29.696,28 Ha atau 9,90%, kemiringan 15 - 25% memiliki luas 8.245,50 Ha atau 2,75% dan 25 - 40% memiliki luas 22.297,60 Ha atau 7,43%. Secara umum, Kabupaten Luwu berada pada ketinggian berkisar antara 0 – 2000 mdpl.

b. Aspek klimatologi (Iklim & Curah Hujan)

Secara umum, keadaan cuaca di Kabupaten Luwu dipengaruhi oleh dua musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Kabupaten Luwu memiliki keadaan iklim tipe B1, dengan suhu rata-rata 29° - 31°C yang merupakan tipe umum di daerah tropis. Sedangkan jika ditinjau dari intensitas hujan, maka curah hujan paling tinggi terjadi pada bulan Juli dengan nilai 756 mm di Belopa dan intensitas terendah terjadi pada bulan Oktober di Kecamatan Bua dengan intensitas 6 mm, sementara itu, intensitas hujan tinggi yang merata tiap bulannya di Kecamatan Bessesang Tempe dengan rata rata 499 mm. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Grafik 2.2 berikut ini.

(6)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Luwu II-6

Grafik 2.2. Grafik Curah Hujan Tahunan di beberapa Kecamatan di Kabupaten Luwu. 90 82 63 117 176 383 477 253 86 147 93 121 80 101 238 295 311 317 756 68 90 120 316 160 680 543 368 361 356 408 424 406 381 678 690 694 183 89 114 250 174 236 135 28 128 354 167 327 0 100 200 300 400 500 600 700 800 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

CURAH HUJAN TAHUNAN DI BEBERAPA KECAMATAN KABUPATEN LUWU

mm

BULAN

Sumber: RTRW Kab. Luwu 2009

c. Aspek Hidrologi

Kabupaten luwu dilalui oleh 11 (sebelas) sungai yang cukup besar dan panjang, diantara sungai-sungai tersebut yaitu sungai Lamasi yang melintasi Kecamatan Lamasi dan Kecamatan Walenrang, sungai Pareman melintasi Kecamatan Bupon dan Ponrang, sungai Bajo melintasi Kecamatan Bajo dan Kecamatan Belopa, sungai Suli melintasi Kecamatan Suli, sungai Larompong melintasi Kecamatan Larompong, sungai Temboe melintasi Kecamatan Larompong, sungai Riwang melintasi Kecamatan Larompong dan sungai Siwa melintasi Kecamatan Larompong Selatan. Dari kesebelas sungai tersebut yang terpanjang adalah sungai Pareman dengan panjang tercatat sekitar 73 Km, sedangkan kesepuluh sungai yang lain tercatat memiliki panjang sekitar 12 - 69 Km. untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut.

(7)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Luwu II-7

Tabel 2.2. Nama, Panjang dan Daerah yang Dilintasi Sungai di Kabupaten Luwu

No Nama sungai Panjang (Km) Daerah Yang Dilalui

1 Sungai Lamasi 69 Kecamatan Walenrang Barat,

Walenrang dan Lamasi

2 Sungai Makawa 36 Kecamatan Lamasi Timur

3 Sungai Bua 13 Kecamatan Bua

4 Sungai Pareman 73 Kecamatan Bupon, Ponrang,

Ponrang Selatan, Kamandre

5 Sungai Bajo 44 Kecamatan Bajo Barat, Bajo dan

Belopa

6 Sungai Suli 30 Kecamatan Suli Barat dan Suli

7 Sungai Larompong 13 Kecamatan Larompong

8 Sungai Temboe 25 Kecamatan Larompong Selatan

9 Sungai Rantebelu 15 Kecamatan Larompong

10 Sungai Sampano 17 Kecamatan Larompong Selatan

11 Sungai Kandoa (Balambang)

12 Kecamatan Bua

Sumber : Kabupaten Luwu Dalam Angka Tahun 2012

d. Aspek Geologi

Ditinjau dari kondisi geologi Kabupaten Luwu, maka diketahui bahwa di wilayah utara kabupaten dan di bagian timur hingga selatan yang berbatasan dengan Kabupaten Toraja, Toraja Utara dan Enrekang memiliki formasi Batuan Terobosan (granit, granodiorit, riolit, diorit, dan aplit), Batuan gunung api Lamasi (lava andesit, basal, breksi gunung api, batu pasir, dan batu lanau setempat mengandung felsdpatoid, umumnya terkloritkan dan terkersitkan, umumnya diduga Oligosen karena menindih Formasi Toraja (Tets yang berumur Eosen), Formasi Latimojong (batu sabak, kuarsit, filit, batu pasir kuarsa malih, batu lanau malih dan pualam setempat, batu lempung malih).

Sedangkan di daerah dataran rendah yang berada dijalur pesisir Kabupaten Luwu, dari Larompong, Suli, Belopa, Ponrang dan Kecamatan Bua serta daerah pesisir sekitarnya, terdiri atas Batuan Gunung api Baturape-Cindako (pusat erupsi), Batuan gunung api Lamasi (lava andesit, basal, breksi gunungapi, batupasir, dan batulanau, setempat mengandung felsdpatoid, umumnya terkloritkan dan terkersitkan,: umumnya diduga Oligosen karena menindih Formasi Toraja (Tets yang

(8)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Luwu II-8 berumur Eosen), Endapan aluvium dan Pantai (kerikil, pasir, lempung, lumpur, batugamping koral).

e. Jenis Tanah

Jenis tanah di Kabupaten Luwu bervariasi ditiap kecamatan baik yang tersebar di daerah pegunungan ataupun di daerah pesisir. Lingkup daerah pesisir cenderung memiliki bentuk tanah datar dengan jenis tanah aluvial coklat kekelabuan di Kecamatan Larompong. Kecamatan Larompong juga terdapat daerah perbukitan dengan jenis tanah gromusol kelabu dan mediteran coklat kelabuan dengan struktur bahan induk batu gamping & serpih. Daerah sepanjang pesisir memiliki jenis tanah yang hampir sama dari selatan Larompong hingga utara Kecamatan Bua dari garis pantai dan bagian daratan utama banyak endapan lumpur dan menjadi daerah pemanfaatan pertambakan.

Permukaan tanah yang berbukit berada diketinggian di atas 60 meter di Kecamatan Bajo Barat dengan jenis tanah gromusol kelabu dengan batuan induk batu gamping & serpih merupakan daerah pemanfaatan perkebunan untuk komoditas unggulan Luwu yaitu Kakao. Kondisi yang sama juga terdapat di Kecamatan latimojong dan Kecamatan Besseng Tempe yang berada diketinggian diatas 100 meter memiliki jenis tanah mediteran coklat kelabuan, grumusol kelabu, aluvial hidromorf (daerah basah), aluvial hidromorf (daerah basah), podsolik merah kekuningan.

f. Aspek Penggunaan Lahan

Pola pemanfaatan lahan dan potensi lahan dalam suatu wilayah akan sangat mempengaruhi pola kegiatan masyarakat. Terkhusus di Kabupaten Luwu yang memiliki pola pemanfaatan lahan yang beraneka ragam karena terdiri dari daratan dan lautan.

Secar umum, pola penggunaan lahan di kabupaten luwu terdiri dari hutan, permukiman, tegalan atau kebun, perkebunan, sawah, semak, tambak, dan ladang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut ini.

(9)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Luwu II-9

Tabel 2.3. Pola Pemanfaatan Lahan di Kabupaten Luwu Tahun 2009

No Jenis Penggunanaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%)

1 Hutan 111.953,5 38,03 2 Permukiman 4792,9 1,63 3 Tegalan/kebun 46.675,9 15,86 4 Perkebunan 75.810,6 25,75 5 Sawah 4.692,5 1,59 6 Semak 21.458,8 7,29 7 Tambak 22.944,2 7,79 8 Ladang 6.057,6 2,06

(10)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Luwu II-10 Gambar 2.2 Peta Topografi

(11)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Luwu II-11

Gambar 2.3 Peta Hidrologi (sementara di olah)

(12)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Luwu II-12

Gambar 2.4 Peta Penggunaan Lahan (sementara di olah)

(13)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Luwu II-13

2.2 Demografi

a. Perkembangan Jumlah Penduduk

Perkembangan jumlah penduduk di Kabupaten Luwu selama lima tahun terakhir mengalami peningkatan, dimana berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Luwu diketahui bahwa rata-rata pertambahan penduduk dalam lima tahun terakhir yaitu dari tahun 2007-2011 sebanyak 3.918 jiwa per-tahun. Laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2007 – 2011 mengalami peningkatan sebesar 1,04 persen, dengan jumlah penduduk pada tahun sebelumnya sebesar 335.828 jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.4.

Secara umum, jumlah penduduk terbesar pada tahun 2011 terdapat di Kecamatan Bua sebanyak 31,266 Jiwa sedangkan penduduk jumlah penduduk terendah terdapat di Kecamatan Latimojong sebesar 5,512 Jiwa, selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.5 dan Grafik 2.3.

Tabel 2.4. Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Luwu Tahun 2007 – 2011

No Tahun Jumlah penduduk (jiwa) Pertambahan (jiwa) %

1 2007 320205 - -

2 2008 324229 4024 1.013

3 2009 328180 3951 1.012

4 2010 332428 4248 1.013

5 2011 335828 3400 1.010

(14)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Luwu II-14

Tabel 2.5 Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Luwu Dirinci Per Kecamatan Tahun 2008 – 2009

No Kecamatan Tahun 2008 2009 2010 2011 1 Larompong 18,381 18,454 18,834 19,024 2 Larompong Selatan 16,267 15,623 15,800 15,959 3 Suli 19,115 18,420 18,479 18,665 4 Suli Barat 8,403 1,457 8,491 8,577 5 Belopa 10,850 14,707 14,812 14,961 6 Kamanre 13,356 11,123 11,238 11,351 7 Belopa Utara 11,634 14,410 14,545 14,691 8 Bajo 11,554 13,849 14,238 14,381 9 Bajo Barat 7,651 8,976 9,324 9,418 10 Bassesangtempe 15,265 13,908 14,115 14,257 11 Bassesangtempe Utara ** ** ** ** 12 Latimojong 667 5,358 5,457 5,512 13 Bupon 16,113 14,377 14,451 14,596 14 Ponrang 22,683 25,866 26,114 26,377 15 Ponrang Selatan 20,774 23,664 23,744 23,983 16 Bua 27,533 30,288 30,955 31,266 17 Walenrang 19,220 17,283 17,433 17,608 18 Walenrang Timur 17,783 15,183 15,281 15,435 19 Lamasi 19,659 19,955 20,364 20,569 20 Walenrang Utara 18,528 17,331 17,744 17,923 21 Walenrang Barat 10,130 8,834 8,897 8,987 22 Lamasi Timur 12,653 12,114 12,166 12,288 Jumlah 318,219 321,180 332,482 335,828

Sumber : Kabupaten Luwu Dalam Angka Tahun 2012

(15)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Luwu II-15

Grafik 2.3 Perkembangan Jumlah PendudukKabupaten Luwu Dirinci Per Kecamatan Tahun 2008 - 2011

Sumber : Kabupaten Luwu Dalam Angka Tahun 2012 b. Persebaran dan Kepadatan Penduduk

Jumlah penduduk terus bertambah setiap tahunnya tersebar tidak merata di berbagai kecamatan di Kabupaten Luwu. Tahun 2011 jumlah penduduk terbesar terdapat di Kecamatan Bua yaitu sebesar 9,31 persen dan jumlah penduduk terkecil terdapat di Kecamatan Latimojong sekitar 1,64 persen penduduk. Sementara jika dilihat dari kepadatan penduduk per km2, Kecamatan Lamasi merupakan daerah terpadat yaitu 487,42 penduduk per kilo meter persegi (km2) dengan luas wilayah hanya 1,4 persen dari luas kabupaten Luwu, sementara yang paling rendah kepadatannya terdapat di kecamatan Latimojong yaitu hanya 11,78 penduduk per kilometer persegi

(16)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Luwu II-16 (km2) dengan luas wilayah 15,6 persen dari luas kabupaten Luwu. Untuk lebih jelasnya sebagaimana pada Tabel 2.6 dan Grafik 2.4 berikut ini.

Tabel 2.6 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk Berdasarkan Kecamatan di Kabupaten Luwu Tahun 2011

No Kecamatan Luas Km2 Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk 1 Larompong 225.25 19,024 84.96 2 Larompong Selatan 131.00 15,959 121.82 3 Suli 81.75 18,665 228.32 4 Suli Barat 153.50 8,577 55.88 5 Belopa 59.26 14,961 252.46 6 Kamanre 52.44 11,351 216.46 7 Belopa Utara 34.73 14,691 423.01 8 Bajo 68.52 14,381 209.88 9 Bajo Barat 66.30 9,418 142.05 10 Bassesangtempe 301.00 14,257 47.37 11 Bassesangtempe Utara ** ** ** 12 Latimojong 467.75 5,512 11.78 13 Bupon 182.67 14,596 79.90 14 Ponrang 107.09 26,377 246.31 15 Pontang Selatan 99.98 23,983 239.88 16 Bua 204.01 31,266 153.26 17 Walenrang 94.60 17,608 186.13 18 Walenrang Timur 63.65 15,435 242.50 19 Lamasi 42.20 20,569 487.42 20 Walenrang Utara 259.77 17,923 69.00 21 Walenrang Barat 247.13 8,987 36.37 22 Lamasi Timur 57.65 12,288 213.15 Jumlah 3000.25 335,828 111.93

(17)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Luwu II-17

Grafik 2.4 Kepadatan Penduduk Kabupaten Luwu di Rinci Berdasarkan Kecamatan Tahun 2011

Sumber : Kabupaten Luwu Dalam Angka Tahun 2012

c. Rasio Jenis Kelamin, Jumlah Rumah Tangga dan Rata-Rata Besarnya Anggota Rumah Tangga

Berdasarkan Hasil Proyeksi Sensus Penduduk 2010 untuk tahun 2011, angka rasio jenis kelamin dibawah angka 100, tercatat hanya sekitar 98. Ini berarti bahwa jumlah penduduk perempuan lebih banyak dari pada jumlah penduduk laki-laki. Atau dengan kata lain dari 100 penduduk perempuan terdapat 98 penduduk laki-laki. Kendati demikian jika dilihat dari kelompok umurnya penduduk umur 5 - 9 memiliki rasio jenis kelamin tertinggi yaitu sebesar 108 yang berarti jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dari penduduk perempuan. Begitu pula jika diamati menurut kecamatan, di kecamatan Suli Barat, Bassesangtempe, Latimojong, Walenrang Utara, Walenrang Barat, Lamasi Timur keadaannya menjadi terbalik angka rasio jenis kelamin melebihi angka 100, yang berarti pula di kecamatan tersebut penduduk laki-laki lebih banyak dari penduduk perempuan.

(18)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Luwu II-18 Jumlah rumah tangga keadaan akhir tahun 2011 tercatat sebanyak 73.775 rumah tangga dengan rata-rata jumlah anggota rumah tangga sebanyak 5 orang. Jumlah rumah tangga ini terbanyak di Kecamatan Buaya itu sekitar 6.893 rumah tangga dan terkecil di Kecamatan Latimojong dengan jumlah rumah tangga hanya tercatat 1.510 rumah tangga. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

(19)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Luwu II-19

Tabel 2.7 Jumlah Penduduk, Jenis Kelamin, Banyaknya Rumah Tangga dan Rata-Rata Berdasarkan Kecamatan di Kabupaten Luwu Tahun 2011

No Kecamatan Jumlah

Penduduk

Jenis Ke;amin Banyaknya

Rumah Tangga Rata-Rata ART Laki-Laki Perempuan 1 Larompong 19,024 9.488 9.536 4,450 4.28 2 Larompong Selatan 15,959 7.895 8.064 3,658 4.36 3 Suli 18,665 8.934 9.731 3,875 4.82 4 Suli Barat 8,577 4.368 4.209 1,982 4.33 5 Belopa 14,961 7.033 7.928 3,147 4.75 6 Kamanre 11,351 5.532 5.819 2,523 4.5 7 Belopa Utara 14,691 7.173 7.518 3,237 4.54 8 Bajo 14,381 6.848 7.533 2,950 4.87 9 Bajo Barat 9,418 4.678 4.740 2,018 4.67 10 Bassesangtempe 14,257 7.375 6.882 2,537 4.03 11 Bassesangtempe Utara ** ** ** ** ** 12 Latimojong 5,512 2.824 2.688 1,510 3.65 13 Bupon 14,596 7.261 7.335 3,313 4.41 14 Ponrang 26,377 13.159 13.218 5,583 4.72 15 Ponrang Selatan 23,983 11.675 12.308 4,934 4.86 16 Bua 31,266 15.173 16.093 6,893 4.54 17 Walenrang 17,608 8.747 8.861 3,655 4.82 18 Walenrang Timur 15,435 7.693 7.742 3,272 4.72 19 Lamasi 20,569 10.289 10.280 4,854 4.24 20 Walenrang Utara 17,923 8.987 8.936 3,996 4.49 21 Walenrang Barat 8,987 4.701 4.286 1,743 5.16 22 Lamasi Timur 12,288 6.135 6.153 2,645 4.65 Jumlah 335,828 165.968 169.860 72,775 4.61

(20)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Luwu II-20

Grafik 2.5 Banyaknya Rumah Tangga Kabupaten Luwu Dirinci Berdasarkan Kecamatan Tahun 2012

Sumber : Kabupaten Luwu Dalam Angka Tahun 2012 2.3 Keuangan dan Perekonomian Daerah

a. PDRB Kabupaten Luwu

Pertumbuhan riil setiap sector kegiatan ekonomi dapat dilihat pada seberapa besar konstribusi masing-masing sector terhadap pembentukan PDRB pada tahun tertentu dibandingkan dengan nilai PDRB tahun sebelumnya.

Dari Tabel 2.8 dapat diketahui bahwa sector ekonomi yang paling tinggi laju pertumbuhan padatahun 2011 adalah sector Pertambangan dan Penggalian dengan angka pertumbuhan sebesar 17,14 persen dengan nilai PDRB atas dasar harga konstan 15.760,67 (jutarupiah) pada tahun 2010 menjadi 18.461,31 (jutarupiah) pada tahun 2011, selanjutnya sector Listrik, Gas, dan Air Bersih dengan laju pertumbuhan pada tahun 2011 sebesar 16,46 persen dengan nilai PDRB sebesar 4.450,15 (jutarupiah). Sektor selanjutnya yang berada pada peringkat ketiga adalah sector Perdagangan,

(21)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Luwu II-21 Hotel, dan Restoran, dimana pertumbuhannya sebesar 14,92 persen dengan nilai PDRB sebesar 211.208,87 (jutarupiah). Kemudian peringkat selanjutnya adalah sector Bangunan dengan laju pertumbuhan ekonomi sebesar 12,69 persen dengan nilai PDRB atas dasar harga konstan 121.344,16 (juta rupiah). Peringkat berikutnya adalah sector Pengangkutan dan Komunikasi dimana tercatat laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 2011 sebesar 11,36 persen dengan nilai PDRB sebesar 35.924,78 (juta rupiah). Selanjutnya sector Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 10,44 persen, diikuti sector Pertanian sebesar 6,75 persen, sector Jasa-Jasa sebesar 3,36 persen, dan terakhir sector Industri Pengolahan dengan pertumbuhan ekonominya sebesar 1,74 persen.

Tabel 2.8. Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Sektor atas dasar Harga Konstan di Kabupaten Luwu tahun 2007-2009

No LAPANGAN USAHA 2009 2010 2011

1 Pertanian 1,638,294.88 1,850,037.78 2,151,037.38

2 Pertambangan & Penggalian 27,273.81 28,075.20 34,419.20

3 Industri Pengolahan 255,442.53 266,232.00 279,998.25

4 Listrik, Gas & Air Bersih 6,081.18 7,230.06 8,747.36

5 Bangunan 241,942.34 263,191.85 316,708.54

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 304,848.43 415,081.91 519,683.09

7 Angkutan & Komunikasi 55,360.54 65,677.26 83,840.50

8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perus. 70,735.54 92,480.57 106,279.29

9 Jasa-Jasa 595,667.23 729,626.30 850,436.78

JUMLAH 3,195,646.48 3,717,632.93 4,351,150.39

(22)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Luwu II-22

Grafik 2.6 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Di Kabupaten Luwu (Juta Rupiah), Tahun 2009 – 2011

b. Realisasi APBD

Dalam APBD Kabupaten Luwu Tahun Anggaran 2008 sampai dengan 2011, belanja daerah direncanakan secara komulatif terus meningkat dari tahun ke tahun dan realisasi dari anggaran yang telah ditetapkan juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Adapun Rincian anggaran dan realisasi belanja daerah Kabupaten Luwu selama kurun waktu Tahun 2008 sampai dengan Tahun Anggaran 2011 sebagai berikut :

Tahun Anggaran 2008 :

Anggaran dalam perubahan APBD Tahun Anggaran 2008, Belanja Daerah direncanakan sebesar Rp. 479.843.739.805,42 dan dapat direalisasikan sebesar Rp. 473.355.090.930,50 atau 98,64 %, dengan rincian sebagai berikut : a). Belanja Tidak Langsung direncanakan sebesar Rp.258.458.310.920,42,

dapat terealisasi sebesar Rp.284.783.387.644,50 atau 110,19 % dengan rincian sebagai berikut:

 Belanja Pegawai yang direncanakan sebesar Rp.199.291.543.863,42 terealisasi sebesar Rp.226.664.478.743,00 atau 113,73 %.

(23)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Luwu II-23

 Belanja Hibah yang direncanakan sebesar Rp. 11.500.000.000.00 terealisasi sebesar Rp. 12.730.016.500,00 atau 110,69%

 Belanja Bantuan Sosial yang direncanakan sebesar Rp.12.067.990.000,00 terealisasi sebesar Rp.11.469.307.169,00 atau 95,04 %.

 Belanja Bantuan Keuangan kepada Provinsi, Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa yang direncanakan sebesar Rp.35.098.777.057,00 terealisasi sebesar Rp.33.419.820.232,50 atau 95,22 %.

 Belanja Tidak Terduga yang direncanakan sebesar Rp.500.000.000,00 terealisasi sebesar Rp. 499.765.000,00 atau 99,95, %.

b). Belanja Langsung direncanakan sebesar Rp.221.385.428.885,00, dapat terealisasi sebesar Rp.188.571.703.286,00 atau 85,18 % dengan rincian sebagai berikut:

 Belanja Pegawai yang direncanakan sebesar Rp.24.646.133.100,00 terealisasi sebesar Rp.20.947.762.661,00 atau 84,99 %.

 Belanja Barang dan Jasa yang direncanakan sebesar Rp.64.617.594.626,00 terealisasi sebesar Rp.52.147.221.756,00 atau 80,70 %.

 Belanja Modal yang direncanakan sebesar Rp.132.121.701.159,00 terealisasi sebesar Rp.115.476.718.869,00 atau 87,59 %.

Tahun Anggaran 2009 :

Anggaran dalam perubahan APBD Tahun Anggaran 2009, Belanja Daerah direncanakan sebesar Rp. 491.332.706.446,99 dan dapat direalisasikan sebesar Rp. 463.240.183.542,00 atau 94,28 %, dengan rincian sebagai berikut : a). Belanja Tidak Langsung direncanakan sebesar Rp.265.874.179.681,99

dapat terealisasi sebesar Rp.259.895.758.574,00 atau 97,75 % dengan rincian sebagai berikut:

 Belanja Pegawai yang direncanakan sebesar Rp.227.480.874.511,99 terealisasi sebesar Rp.219.167.599.125,00 atau 96,34 %.

 Belanja Hibah yang direncanakan sebesar Rp. 2.230.000.000.00 terealisasi sebesar Rp. 1.844.632.000,00 atau 82,72%,

(24)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Luwu II-24

 Belanja Bantuan Sosial yang direncanakan sebesar Rp.9.400.000.000,00 terealisasi sebesar Rp.12.174.372.997,00 atau 129,51 %.

 Belanja Bantuan Keuangan kepada Provinsi, Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa yang direncanakan sebesar Rp.26.213.305.170,00 terealisasi sebesar Rp.26.159.494.425,00 atau 99,79 %.

 Belanja Tidak Terduga yang direncanakan sebesar Rp.550.000.000,00 terealisasi sebesar Rp. 549.660.000,00 atau 99,93 %.

b). Belanja Langsung direncanakan sebesar Rp.225.458.526.765,00, dapat terealisasi sebesar Rp.203.344.424.995,00 atau 90,19 % dengan rincian sebagai berikut:

 Belanja Pegawai yang direncanakan sebesar Rp.18.330.451.989,00 terealisasi sebesar Rp.17.670.734.429,00 atau 96,40 %.

 Belanja Barang dan Jasa yang direncanakan sebesar Rp.82.235.800.671,00 terealisasi sebesar Rp.77.173.854.333,00 atau 93,84 %.

 Belanja Modal yang direncanakan sebesar Rp.124.892.274.105,00 terealisasi sebesar Rp.108.499.836.233,00 atau 86,87 %.

Tahun Anggaran 2010 :

Anggaran dalam perubahan APBD Tahun Anggaran 2010, Belanja Daerah direncanakan sebesar Rp. 575.811.259.938,00 dan dapat direalisasikan sebesar Rp. 538.923.160.739,00 atau 93,59 %, dengan rincian sebagai berikut : a). Belanja Tidak Langsung direncanakan sebesar Rp.332.310.140.865,00,

dapat terealisasi sebesar Rp.328.901.292.861,00 atau 98,97 % dengan rincian sebagai berikut:

 Belanja Pegawai yang direncanakan sebesar Rp.287.681.675.865,00 terealisasi sebesar Rp.284.911.762.155,00 atau 99,04 %.

 Belanja Hibah yang direncanakan sebesar Rp. 3.100.000.000.00 terealisasi sebesar Rp. 3.020.000.000,00 atau 97,42%

(25)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Luwu II-25

 Belanja Bantuan Sosial yang direncanakan sebesar Rp.14.122.265.000,00 terealisasi sebesar Rp.13.900.300.000,00 atau 98,43 %.

 Belanja Bantuan Keuangan kepada Provinsi, Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa yang direncanakan sebesar Rp.26.856.200.000,00 terealisasi sebesar Rp.26.777.825.106,00 atau 99,71 %.

 Belanja Tidak Terduga yang direncanakan sebesar Rp.550.000.000,00 terealisasi sebesar Rp. 291.405.600,00 atau 52,98, %.

b). Belanja Langsung direncanakan sebesar Rp.243.501.119.073,00, dapat terealisasi sebesar Rp.210.021.867.878,00 atau 86,25 % dengan rincian sebagai berikut:

 Belanja Pegawai yang direncanakan sebesar Rp.18.757.807.400,00 terealisasi sebesar Rp.18.193.002.600,00 atau 96,99 %.

 Belanja Barang dan Jasa yang direncanakan sebesar Rp.86.310.825.442,00 terealisasi sebesar Rp.81.874.818.833,00 atau 94,86 %.

 Belanja Modal yang direncanakan sebesar Rp.138.432.486.231,00 terealisasi sebesar Rp.109.954.046.445,00 atau 79,43 %.

Tahun Anggaran 2011 :

Anggaran dalam perubahan APBD Tahun Anggaran 2011, Belanja Daerah direncanakan sebesar Rp. 697.994.989.403,16 dan dapat direalisasikan sebesar Rp. 669.748.417.294,00 atau 95,95 %, dengan rincian sebagai berikut : a). Belanja Tidak Langsung direncanakan sebesar Rp.373.937.471.947,16,

dapat terealisasi sebesar Rp.363.551.052.546,00 atau 97,22 % dengan rincian sebagai berikut:

 Belanja Pegawai yang direncanakan sebesar Rp.325.822.201.704,16 terealisasi sebesar Rp.316.677.543.120,00 atau 97,19 %.

 Belanja Hibah yang direncanakan sebesar Rp. 5.679.282.000,00 terealisasi sebesar Rp. 5.332.132.000,00 atau93,88 %.

(26)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Luwu II-26

 Belanja Bantuan Sosial yang direncanakan sebesar Rp.14.783.713.605,00 terealisasi sebesar Rp.13.969.928.688,00 atau 94,49 %.

 Belanja Bantuan Keuangan kepada Provinsi, Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa yang direncanakan sebesar Rp.26.929.274.638,00 terealisasi sebesar Rp.26.929.274.638,00 atau 100 %.

 Belanja Tidak Terduga yang direncanakan sebesar Rp.723.000.000,00 terealisasi sebesar Rp. 642.174.100,00 atau 88,82 %.

b). Belanja Langsung direncanakan sebesar Rp.324.057.517.456,00, dapat terealisasi sebesar Rp.306.197.364.748,00 atau 94,48 % dengan rincian sebagai berikut:

 Belanja Pegawai yang direncanakan sebesar Rp.20.677.592.527,00 terealisasi sebesar Rp.19.675.427.399,00 atau 95,15 %.

 Belanja Barang dan Jasa yang direncanakan sebesar Rp.130.024.177.198,00 terealisasi sebesar Rp.124.977.090.047,00 atau 96,11 %.

 Belanja Modal yang direncanakan sebesar Rp.173.355.747.731,00 terealisasi sebesar Rp.161.544.847.302,00 atau 93,18 %.

Tahun Anggaran 2012 :

Pada Tahun Anggaran 2012, jumlah anggran belanja secara keseluruhan direncanakan sebesar Rp. 632.289.844.125,00 dan sampai Triwulan III Tahun Anggaran 2012 dapat direalisasikan sebesar Rp 391.280.966.042,00 atau 61,88 %, dengan rincian sebagai berikut:

a). Belanja Tidak Langsung direncanakan sebesar Rp.405.327.053.820,00, dapat terealisasi sampai Triwulan III Tahun Anggaran 2012 sebesar Rp 280.557.295.971,00 atau 69,21 % dengan rincian sebagai berikut:

 Belanja Pegawai yang direncanakan sebesar Rp.369.112.244.556,00 terealisasi sampai Triwulan III Tahun Anggaran 2012 sebesar Rp. 256.331.927.685,00 atau 69,44 %.

(27)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Luwu II-27

 Belanja Hibah direncanakan sebesar Rp. 5.652.500.000,-, sampai dengan Triwulan III Tahun Anggaran 2012 terealisasi sebesar Rp. 2.777.500.000,00 atau 49,13 %.

 Belanja Bantuan Sosial yang direncanakan sebesar Rp.116.750.000,00 sampai dengan Triwulan III Tahun Anggaran 2012 terealisasi sebesar Rp.86.600.000,00 atau 74,17 %.

 Belanja Bantuan Keuangan kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa yang direncanakan sebesar Rp.29.445.559.264,00 sampai dengan Triwulan III Tahun Anggaran 2012 terealisasi sebesar Rp. 21.331.165.586,00. Atau 72,44 %.

 Belanja Tidak Terduga yang direncanakan sebesar Rp.1.000.000.000,00 sampai dengan Triwulan III Tahun Anggaran 2012 terealisasi sebesar Rp. 30.102.700,00 atau 3,01 %.

b). Belanja Langsung direncanakan sebesar Rp.226.962.790.305,00, dapat terealisasi sampai Triwulan III Tahun Anggaran 2012 sebesar Rp. 110.723.670.071,00 49 % dengan rincian sebagai berikut:

 Belanja Pegawai yang direncanakan sebesar Rp.26.065.904.800,00, sampai dengan Triwulan III Tahun Anggaran 2012 terealisasi sebesar Rp.14.905.236.674,00 atau 58 %.

 Belanja Barang dan Jasa yang direncanakan sebesar Rp.108.685.038.680,00 terealisasi sampai dengan Triwulan III Tahun Anggaran 2012 sebesar Rp. 58.913.926.723,00 atau 55 %.

Belanja Modal yang direncanakan sebesar Rp.92.211.846.825,00 terealisasi sampai dengan Triwulan III Tahun Anggaran 2012 sebesar Rp. 36.904.506.674,00 atau 40 %.

(28)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Luwu II-28

Grafik 2.7 Proyeksi PAD dan Dana Perimbangan Kabupaten Luwu Tahun 2008 - 2012

Sumber : DPKD Kabupaten Luwu, Tahun 2013

2.4 Tata Ruang Wilayah

2.4.1 Tujuan, Kebijakan dan Strategi Pembangunan Wilayah Kabupaten Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Luwu

1. Tujuan Penataan Ruang

Berdasarkan Perda Nomor: 06 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Luwu Tahun 2011 – 2031, maka Tujuan Penataan Ruang adalah untuk mewujudkan tatanan ruang wilayah kabupaten yang aman, nyaman, produktif, berkelanjutan berbasis pada pengembangan agrobisnis, perikanan, dan pariwisata dengan memperhatikan kelestarian lingkungan hidup, karakteristik fisik wilayah serta kelestarian sumber daya alam. Secara umum, tujuan penataan ruang wilayah kabupaten dijabarkan ke dalam kebijakan, dan strategi penataan ruang.

(29)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Luwu II-29 Berdasarkan Perda Nomor: 06 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kabupaten Luwu, maka Kebijakan penataan ruang Kabupaten Luwu terdiri atas:

a. Penetapan pusat-pusat kegiatan yang mencakup Pusat Kegiatan Lingkungan Promosi (PKLp), Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) dan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL);

b. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana, transportasi, telekomunikasi, energi, sumber daya air dan jaringan pelayanan sosial ekonomi yang merata di seluruh wilayah kabupaten; c. Pemeliharaan dan mempertahankan luas kawasan lindung;

d. pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan sistem ekologi wilayah;

e. Pengembangan kegiatan berbasiskan agrobisnis, perikanan, dan pariwisata serta pemanfaatan ruangnya secara optimal pada setiap kawasan budi daya;

f. Pengembangan prasarana guna mendukung kegiatan agrobisnis, perikanan dan pariwisata serta prasarana kawasan budi daya lainnya; g. Pengendalian pemanfaatan ruang kegiatan budi daya yang dapat

mengganggu fungsi lindung;

h. Pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup;

i. Pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dan pengembangan perekonomian kabupaten;

j. Pelestarian dan peningkatan nilai kawasan lindung;

k. Pelestarian dan peningkatan kualitas sosial dan budaya lokal; dan l. Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara. 3. Strategi Penataan Ruang

Strategi Penataan Ruang menurut Perda Nomor: 06 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kabupaten Luwu, terdiri atas :

a. Strategi penetapan pusat-pusat kegiatan yang mencakup PKLp, PPK dan PPL terdiri atas:

(30)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Luwu II-30 1) Menetapkan kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani

kegiatan skala kabupaten atau beberapa kecamatan sebagai PKLp; 2) Menetapkan kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani

kegiatan beberapa kecamatan sebagai PPK; dan

3) Menetapkan kawasan perkotaan sebagai PPL yang berfungsi untuk mendukung PPK dengan melayani kegiatan beberapa kecamatan. b. Strategi peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan

prasarana, transportasi, telekomunikasi, energi, sumber daya air dan jaringan pelayanan sosial ekonomi yang merata di seluruh wilayah kabupaten, terdiri atas:

1) Mengembangkan jaringan infrastruktur transportasi darat dan laut yang dapat meningkatkan aksesibilitas pusat pertumbuhan dengan semua kawasan yang ditetapkan sebagai PKL, PPK, PPL maupun kawasan strategis lainnya;

2) Membangun jaringan jalan lokal yang menghubungkan pusat kota Belopa, kawasan permukiman dan sentra-sentra produksi dengan wilayah pengembangan;

3) Mengembangkan jaringan transportasi laut pada jalur pelayaran Senga menuju Kolaka-Kolaka Utara-Palopo-Malili;

4) Meningkatkan jaringan transportasi udara meliputi jalur penerbangan udara yaitu Bua – Makassar – Jakarta, Bua – Masamba – Rampi – Seko, Bua – Poso – Palu, Bua – Tana Toraja, Bua – Balikpapan, Bua – Kendari;

5) Mengembangkan jaringan transportasi kereta api sebagai lintas trans Sulawesi;

6) Mendorong pengembangan prasarana telekomonikasi terutama di kawasan terisolir;

7) Mengembangkan jaringan energi untuk memanfaatkan energi secara optimal serta mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan tenaga listrik; dan

(31)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Luwu II-31 8) Mengembangkan kualitas jaringan prasarana serta mewujudkan

ketersediaan sistem jaringan sumber daya air untuk air bersih , air minum dan irigasi.

c. Strategi pemeliharaan dan mempertahankan luas kawasan lindung, terdiri atas:

1) Menetapkan kawasan lindung di ruang darat, laut maupun udara termasuk di dalam bumi;

2) Mewujudkan kawasan berfungsi lindung dengan luas paling sedikit 30% dari luas wilayah tersebut sesuai dengan kondisi ekosistemnya atas dasar kriteria kawasan-kawasan yang berfungsi lindung; dan

3) Mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah menurun akibat pengembangan kegiatan budi daya, dalam rangka mewujudkan dan memeliharan keseimbangan ekosistem wilayah.

d. Strategi pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan sistem ekologi wilayah, terdiri atas:

1) Menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi sistem ekologi wilayah;

2) Melindungi kemampuan lingkungan hidup dari tekanan perubahan dan/atau dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap mampu mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya;

3) Melindungi kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang dibuang kedalamnya;

4) Mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau tidak langsung menimbulkan perubahan sifat fisik lingkungan yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi dalam menunjang pembangunan yang berkelanjutan;

(32)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Luwu II-32 5) Mengendalikan pemanfatan sumber daya alam secara bijaksana

untuk menjamin kepentingan generasi masa kini maupun generasi masa depan;

6) Mengelola sumber daya alam tak terbarukan untuk menjamin pemanfaatannya secara bijaksana, termasuk revitalisasi fungsi sistem ekologi lokal serta pembangunan sumber daya baru untuk penghasilan dan pelestarian lingkungan; dan

7) Mengelola dumber daya alam yang terbarukan untuk menjamin kesinambungan ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannnya.

e. Strategi pengembangan kegiatan berbasiskan agrobisnis, perikanan, dan pariwisata serta pemanfaatan ruangnya secara optimal pada setiap kawasan budi daya, terdiri atas:

1) Menetapkan zona-zona dengan fungsi utamanya pada kawasan budi daya;

2) Mengembangkan kegiatan budi daya unggulan pada setiap zona-zona dalam kawasan beserta prasarana secara sinergis dan berkelanjutan untuk mendorong pengembangan perekonomian kawasan;

3) Mengembangkan fungsi-fungsi kawasan budi daya lainnya; dan 4) Mengembangkan dan melestarikan kawasan budi daya pertanian,

perikanan untuk mewujudkan ketahanan pangan kabupaten.

f. Strategi pengembangan prasarana guna mendukung kegiatan agrobisnis, perikanan dan pariwisata serta prasarana kawasan budi daya lainnya, terdiri atas:

1) Mengembangkan dan menyediakan infrastruktur pendukung pada kawasan-kawasan agrobisnis, perikanan dan pariwisata;

2) Meningkatkan fungsi dan kualitas pelayanan prasarana dan sarana pada setiap kawasan budi daya;

3) Membangun kegiatan perikanan dengan pengembangan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI); dan

(33)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Luwu II-33 4) Membatasi perkembangan kawasan terbangun di kawasan

perkotaan besar untuk mempertahankan tingkat pelayanan prasarana dan sarana kawasan perkotaan serta mempertahankan fungsi kawasan perdesaan di sekitarnya.

g. Strategi pengendalian pemanfaatan ruang kegiatan budi daya yang dapat mengganggu fungsi lindung, terdiri atas:

1) Mengurangi tingkat dampak negatif terhadap pengembangan kawasan budi daya pada lingkungan sekitarnya;

2) Meningkatkan fungsi pada kawasan hutan produksi sebagai kawasan penyangga bagi kawasan lindung; dan

3) Melakukan pemantauan dan pengawasan secara periodik terhadap kegiatan-kegiatan budi daya yang berpotensi mengganggu fungsi lindung.

h. Strategi pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup, terdiri atas:

1. Memanfaatkan kawasan lindung sebagai fungsi hidrologis, melindungi kawasan setempat, melindungi habitat flora dan fauna, serta melindungi kawasan rawan bencana alam;

2. Mengendalikan, mengarahkan, memantau, dan menegakkan hukum di kawasan lindung;

3. Mengembangkan kebijakan tata guna tanah/lahan, tata guna air, tata guna udara, dan tata guna sumber daya alam yang ramah lingkungan; dan

4. Mengembangkan kebijakan pengembangan peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pelestarian lingkungan yang berkesinambungan;

i. Strategi pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dan pengembangan perekonomian kabupaten, terdiri atas:

1) Mengembangkan pusat pertumbuhan berbasis potensi sumber daya alam dan kegiatan budidaya unggulan sebagai penggerak utama pengembangan wilayah;

(34)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Luwu II-34 2) Menciptakan iklim yang kondusif bagi investasi yang mendukung

peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal dan pelestarian lingkungan;

3) Mengelola pemanfaatan sumber daya alam agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung kawasan;

4) Mengelola dampak negatif kegiatan budi daya agar tidak menurunkan kualitas sosial ekonomi budaya masyarakat dan lingkungan hidup kawasan;

5) Mengintensifkan promosi peluang investasi bagi kegiatan ramah lingkungan dan berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal; dan

6) Meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana penunjang kegiatan ekonomi.

j. Strategi pelestarian dan peningkatan kawasan lindung, terdiri atas: 1) Melestarikan keaslian fisik serta mempertahankan keseimbangan

ekosistemnya;

2) Meningkatkan kepariwisataan;

3) Mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi serta seni; dan 4) Menjaga kualtas, keasrian dan kelestarian eksistensi sistem

ekologi wilayah.

k. Strategi pelestarian dan peningkatan sosial budaya lokal sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 huruf k terdiri atas:

1) Meningkatkan kecintaan masyarakat terhadap nilai budaya lokal yang mencerminkan jati diri komunitas lokal yang berbudi luhur; 2) Mengembangkan penerapan ragam nilai budaya lokal dalam

kehidupan masyarakat; dan

3) Melestarikan situs warisan budaya komunitas lokal yang beragam.

l. Strategi peningkatan pertahanan dan keamanan sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 huruf l terdiri atas:

(35)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Luwu II-35 1) Mendukung penetapan kawasan strategis nasional dengan fungsi

khusus pertahanan dan keamanan;

2) Mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budi daya tidak terbangun disekitar kawasan khusus pertahanan dan kemanan;

3) Mengembangkan budi daya secara selektif di dalam dan sekitar kawasan khusus pertahanan dan keamanan; dan

4) Turut serta menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan dan keamanan negara.

2.4.2 Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Luwu

Rencana struktur ruang wilayah kabupaten Luwu meliputi sistem perkotaan di wilayahnya yang terkait dengan kawasan perkotaan, kawasan perdesaan dan sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten. Pada dasarnya analisis struktur tata ruang memuat prinsip-prinsip analisa diantaranya adalah ketentuan analisa struktur wilayah perencanaan yang mengikuti kebijakan yang telah digariskan oleh RTRW Nasional dan RTRW Propinsi, kedudukan dan skala dari sistem pergerakan, pemusatan kegiatan dan peruntukan lahan, arah perkembangan pembangunan wilayah dengan memperhatikan karakteristik dan daya-dukung fisik lingkungan serta dikaitkan dengan tingkat kerawanan terhadap bencana. Rencana struktur ruang wilayah kabupaten meliputi:

1. Pusat-Pusat Kegiatan

Pusat-pusat kegiatan yang ada dalam RTRW Kabupaten Luwu terdiri atas:

a. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) berada di Kota Belopa.

b. Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) berada di Kota Bua, Kota Padang Sappa dan Kota Batusitanduk.

c. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) berada di Kota Lamasi, Kota To’ Lemo, Kota Taba, Kota Suli, Kota Larompong, Kota Bonepute, Kota Bajo, Kota Pattedong, Kota Cilallang, dan Kota Noling.

(36)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Luwu II-36 d. PPL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d berada di Kota

Lindajang, Kota Bone Lemo, Kota Rante Balla, Kota Beuma, Kota Kota Ilanbatu dan Kota Bosso.

2. Sistem Jaringan Prasarana Utama

Sistem jaringan prasarana utama sebagaimana dimaksud dalam RTRW Kabupaten Luwu terdiri atas:

a. Sistem jaringan transportasi darat

Sistem jaringan transportasi darat terbentuk dari sistem jaringan jalan, jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan serta jaringan layanan lalu lintas dan angkutan jalan.

1) Jaringan Jalan

a) Jaringan jalan arteri primer yaitu ruas jalan Tarumpakkae (batas Kabupaten Wajo) – Belopa – Palopo – Masamba (batas Kabupaten Luwu Utara).

b) Jaringan jalan kolektor primer K3, terdiri atas:

 Ruas jalan Bua – Pantilang – Kabupaten Toraja Utara;  Ruas jalan Bukit Sutra – Kabupaten Sidrap; dan

 Ruas jalan Batusitanduk – Illanbatu – Kabupaten Toraja Utara.

c) Jaringan jalan kolektor primer K4 dan jalan lokal primer/sekunder.

2) Jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan, terdiri atas: a) Terminal penumpang tipe C terdapat di Belopa Utara;

b) Rencana pengembangan terminal Walenrang di Kecamatan Walenrang menjadi terminal tipe C; dan

c) Rencana pengembangan terminal logistik dan terminal penumpang tipe B di Kecamatan Belopa Utara.

b. Sistem jaringan transportasi laut

Sistem jaringan transportasi laut meliputi: Sistem tatanan kepelabuhanan berupa rencana pembangunan pelabuhan regional/pengumpan primer Senga di Kecamatan Belopa dengan

(37)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Luwu II-37 panjang causway 570 (lima ratus tujuh puluh) meter dan kedalaman 13 (tiga belas) meter LWS dengan alur pelayaran terdiri atas alur Senga – Bone Pute, Kolaka, Kolaka Utara, Palopo dan Malili.

c. Sistem jaringan transportasi udara

Sistem jaringan transportasi udara meliputi sistem tatanan kebandarudaraan yaitu Bandar Udara Pengumpan Lagaligo/Bua di Kecamatan Bua, dengan jalur penerbangan terdiri atas: rute Bua – Makassar , Bua – Masamba – Rampi – Seko, dan rencana pengembangannya meliputi Bua – Poso, Bua – Balikpapan, Bua – Kendari, Bua – Tana Toraja , Bua – Palu dan Bua – Makassar – Jakarta. d. Sistem jaringan perkeretaapian.

Sistem jaringan perkeretaapian terdiri atas jalur kereta api yaitu rencana jaringan jalur kereta api nasional yang merupakan trans Sulawesi yang menghubungkan Watampone – Belopa – Palopo – Wotu (wilayah Kabupaten Luwu Timur) dan stasiun kereta api terdapat di Belopa Kecamatan Belopa.

(38)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Luwu II-38

3. Sistem Jaringan Prasarana Lainnya

Sistem jaringan prasarana lainnya yang dimaksud dalam RTRW Kabupaten Luwu, meliputi:

a. Sistem jaringan energi, terdiri atas :

1) Pembangkit tenaga listrik pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di Kecamatan Larompong Selatan, Larompong, Suli Barat, Bajo Barat, Latimojong, Bastem, Bua, Bupon, Wlenrang Barat dan Walenrang Utara; dan

2) Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) dan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi ( PLTPB) Kecamatan Walenrang , kecamatan Suli, Larompong Selatan dan Bua.

3) Jaringan prasarana energi, meliputi: depo Bahan Bakar Minyak (BBM) di Kecamatan Bua desa Karang-Karangan; dan jaringan transmisi tegangan ekstra tinggi (SUTET) yang terdapat di Kecamatan Lamasi Timur, Walenrang Timur, Latimojong dan Bastem.

b. Sistem jaringan telekomunikasi telekomunikasi, terdiri atas:

1) Sistem jaringan kabel yang tersebar di setiap kecamatan hingga ke pelosok desa.

2) Sistem jaringan nirkabel berupa pembangunan Stasiun Telepon Otomat (STO) dan Base Transceiver Station (BTS) di setiap ibukota kecamatan.

c. Sistem jaringan sumber daya air, meliputi : 1) WS terdiri atas:

a) WS strategis nasional yaitu WS Walenae-Cendranae meliputi: DAS Noling/Paremang, DAS Bajo, DAS Suli dan DAS Larompong;

b) WS lintas kabupaten yaitu WS Pompengan-Larona meliputi DAS Bua, DAS Lamasi dan DAS Makawa; dan

(39)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Luwu II-39 c) WS di dalam kabupaten meliputi DAS Pakalolo, DAS Kandoa,

DAS Paremang, DAS Bajo, DAS Suli, DAS Rantebelu, DAS Sampano dan DAS Temboe.

2) DI terdiri atas:

a) DI kewenangan Pemerintah terdiri atas DI Lamasi Kiri dan DI Lamasi Kanan, DI Bajo, dan DI Padang Sappa;

b) DI kewenangan pemerintah provinsi terdiri atas DI Lengkong Pini dan DI Makawa;

3) Prasarana air baku, air tanah untuk kebutuhan air bersih dan irigasi terdiri atas:

a) Embung Desa Babang Kecamatan Larompong Selatan;

b) Embung Desa Riwang dan Riwang Selatan Kecamatan Larompong;

c) Embung Desa Pongko Kecamatan Walenrang; dan

d) Sumur-sumur air tanah Kecamatan Bajo, Belopa, Belopa Utara, Suli, Bua, Ponrang, Bupon, Kamanre, Bajo Barat, Larompong, Larompong Selatan, Walenrang Utara dan Lamasi.

d. Sistem prasarana pengelolaan lingkungan, meliputi : 1)Sistem jaringan persampahan yaitu:

a) Rencana pengembangan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) di Kecamatan Bajo, Kecamatan Ponrang , Kecamatan Lamasi dan Kecamatan Bua;

b) Pengembangan TPA Kecamatan Bajo dengan luas lahan kurang lebih 5 (lima) hektar di desa Tallang Bulawang sebagai tempat pemrosesan sampah dan industri daur ulang; dan

c) Pengembangan TPA Tallang Bulawang didukung oleh lokasi-lokasi Tempat Pembuangan Sementara (TPS) yang tersebar di Kecamatan Belopa, Belopa Utara dan Bajo.

2)Sistem prasarana penanganan limbah meliputi:

(40)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Luwu II-40 1) Sanitasi lingkungan yaitu pengelolaan limbah dilakukan oleh

masing-masing rumah tangga/kegiatan di tersebar di 21 Kecamatan;

2) Pengelolaan limbah terpusat dengan sistim perpipaan diterapkan pada wilayah-wilayah padat penduduk di Kecamatan Kec. Belopa, Belopa Utara, Bua, Larompong Selatan; dan

3) Penyediaan MCK plus-plus diterapkan pada wilayah-wilayah padat penduduk di setiap kecamatan.

b) Sistem penanganan limbah cair rumah sakit/puskesmas, terdiri atas:

1) Penyediaan fasilitas dan peralatan pengelolaan limbah cair sendiri dengan pengelolaan yang baik;

2) Kewajiban melakukan monitoring dan pengawasan terhadap limbah cairnya yang menuju ke badan air; dan

3) Pengolahan limbah toksin seperti limbah cair sisa obat-obatan dan suntikan, harus dipisahkan dari pengelolaan limbah cair yang bersifat non toksin.

c) Sistem penanganan limbah cair industri, terdiri atas:

1) Penyediaan fasilitas dan peralatan limbah cair pada setiap kawasan industri; dan

2) Pengelolaan limbah cair pada kawasan industri dengan mengikuti standar baku.

e. Sistem jaringan air minum, terdiri atas:

1) Pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) perkotaan untuk melayani daerah yang belum terlayani meliputi: IKK Larompong Selatan kapasitas 20 (dua puluh) liter/detik, IKK Suli kapasitas 20 (dua puluh) liter/detik, IKK Larompong kapasitas 20 (dua puluh) liter/detik, IKK Kamanre dan Belopa Utara kapasitas 30 (tiga puluh) liter/detik, IKK Ponrang Selatan dan Bupon kapasitas 20 (dua puluh)

(41)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Luwu II-41 liter/detik, IKK Lamasi Timur kapasitas 20 (dua puluh) liter/detik dan IKK Walenrang Timur kapasitas 20 (dua puluh) liter/detik;

2) Pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) perdesaan untuk melayani beberapa desa yang belum terlayani dengan jumlah penduduk kurang lebih 75.375 (tujuh puluh lima ribu tiga ratus tujuh puluh lima) jiwa meliputi 59 (lima puluh sembilan) desa dan 16 (enam belas) kecamatan;

3) Peningkatan kapasitas produksi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dan menurunkan kehilangan air;

4) Rehabilitasi sistem distribusi; dan

5) Pengembangan sistem air minum akan difokuskan pada pengelolaan sumber air yang ada, pemanfaatan sumber air baru dan peningkatan jaringan distribusi.

f. Sistem jaringan drainase, terdiri atas:

1) Rencana pengembangan sistem drainase kawasan perkotaan dan perdesaan;

2) Normalisasi jaringan drainase yang ada;

3) Pembangunan dan pengembangan kolam retensi di kawasan perkotaan; dan

4) Penetapan elevasi atau ketinggian tanah yang berkaitan dengan jalur drainase induk, sekunder dan tersier di kawasan perkotaan dan perdesaan.

(42)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Luwu II-42

Gambar 2.5

(43)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Luwu II-43

2.4.3 Rencana Pola Ruang Wilayah

Rencana Pola Ruang wilayah Kabupaten Luwu meliputi rencana kawasan lindung dan kawasan budidaya yang mempunyai nilai strategis kabupaten dan atau provinsi. Kebijakan pengembangan pola ruang ditujukan untuk mewujudkan pola penggunaan ruang yang seimbang antara daya lindung kawasan lindung dengan kapasitas produksi dan pemanfaatan kawasan budidaya secara asri dan lestari. Kawasan lindung yang baik yang bersifat: (i) preservasi berupa hutan lindung baik di daerah ketinggian pedalaman yang merupakan daerah hulu (upstream) Daerah Aliran Sungai (DAS), maupun hutan lindung mangrove di pantai, serta kawasan perlindungan laut di tempat aglomerasi terumbu karang; (ii) konservasi berupa hutan suaka alam, taman nasional, taman margasatwa. Selain daripada itu untuk kepentingan pelestarian warisan sejarah dan budaya dapat ditetapkan suatu kawasan konservasi seperti cagar budaya. Dalam kawasan budi daya juga diusahakan sebisa mungkin menumbuhkembangkan dan melestarikan kawasan lindung setempat baik ruang darat, laut maupun udara untuk menjaga keasrian dan kelestarian ragam hayati, yang juga merupakan mata rantai sistem ekologi wilayah, seperti ruang terbuka hijau, baik berupa hutan kota, jalur hijau di sempadan pantai, sempadan sungai, dan sempadan jalan. Dalam skala lingkungan mikro terutama di daerah perdesaan diarahkan tumbuh berkembangnya tatanan desa mandiri pangan dan energi yang didukung alam yang asri dan lestari. Pola pemanfaatan daerah perkotaan diarahkan juga dapat terwujud tatanan lingkungan yang swatata dalam memproduksi dan mengolah daya penentralisiran limbah.

Untuk lebih jelasnya mengenai Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Luwu dapat di lihat pada Tabel 2.8 dan Gambar 2.6.

(44)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Luwu II-44

Tabel 2.8 Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Luwu

NO Pola Ruang Luas (Ha) Presentase (%)

A Kawasan Lindung 111.948,57 38,02 1 Hutan Lindung 67.538,18 22,94 2 Hutan Mangrove 6.146,77 2,09 3 Sempadan Pantai 1.146,03 0,39 4 Sempadan Sungai 37.117,60 12,61 B Kawasan Budidaya 182.460,61 61,98 1 Hutan Produksi 15.964,84 5,42 2 Hutan Produksi Terbatas 4.453,17 1,51 3 Kawasan Industri 769,43 0,26 4 Pertanian Lahan Basah 51.060,12 17,34 5 Pertanian Lahan Kering 98.593,36 33,49 6 Perikanan 4.381,46 1,49 7 Permukiman 7.238,22 2,46 *- Permukiman Pedesaan 2.773,95 0,94 *- Permukiman Perkotaan 4.464,27 1,52 Total 294.409,18 100,00

(45)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Luwu II-45

Gambar 2.6

(46)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Luwu II-46 Berdasarkan Perda No. 6 Tahun 2011 tentang RTRW Kab. Luwu tahun 2011 – 2031, maka Kawasan strategis yang berada dalam wilayah Kab. Luwu meliputi :

a. Kawasan Strategis Nasional (KSN) di wilayah kabupaten, yang merupakan kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan meliputi wilayah pertahanan Komando Rayon Militer (KORAMIL) berkedudukan di Kecamatan Larompong, Suli, Bajo, Belopa, Bastem, Ponrang dan Walenrang dan merupakan dokumen khusus yang bersifat rahasia.

b. Kawasan Strategis Provinsi (KSP) di wilayah kabupaten, terdiri atas: 1) KSP dari sudut kepentingan ekonomi, terdiri atas:

a) Kawasan pertanian pangan berkelanjutan khususnya beras terdapat di Kecamatan Ponrang, Ponrang Selatan, Bupon, Bajo, Kamanre, Walenrang, Walenrang Timur, Walenrang Utara, Lmasi, Lamasi Timur. dan jagung di Kecamatan Bajo Barat, Latimojong, Bupon, Suli Barat, Larompong, Walenrang dan Lamasi Timur; b) Kawasan pengembangan budi daya alternatif komoditi perkebunan

unggulan kakao terdapat di Kecamatan Larompong, Bupon, Bajo, kelapa sawit terdapat di Kecamatan Suli, Walenrang Utara, kopi robusta terdapat di Kecamatan Walenrang Barat, Bastem, jambu mete terdapat di Kecamatan Walenrang Utara dan jarak terdapat di kecamatan Suli; dan

c) Kawasan pengembangan budi daya rumput laut jenis cotoni terdapat di Kecamatan Larompong Selatan, Larompong, Suli, Belopa, Belopa Utara, Kamanre, Ponrang Selatan, Ponrang ,Bua, dan jenis grasi laria terdapat di Kecamatan Larompong Selatan,Larompong, Suli, Belopa, Belopa Utara, Kamanre, Ponrang Selatan, Ponrang, Bua, Walenrang Timur dan lamasi Timur.

2) KSP dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi, yaitu kawasan pertambangan migas Blok Bone Utara yang meliputi Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

(47)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Luwu II-47

c. Kawasan Strategis kabupaten, meliputi:

1) Kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi, terdiri atas:

a) kawasan strategis Kota Belopa, Bajo, Kamanre sebagai pusat pemerintahan dan pelayanan;

b) kawasan strategis Bandar Udara Lagaligo sebagai pusat pelayanan udara antar kabupaten dan provinsi;

c) kawasan strategis Agropolitan sebagai pusat pengembangan komoditas pertanian di Kecamatan Bajo, Bajo Barat, Latimojong sebagai pusat produksi dan Kecamatan Suli Barat, Larompong. Larompong Selatan, Bupon, Bua, Walenrang Utara dan Walenrang Barat sebagai pendukung;

d) kawasan strategis Industri di Kecamatan Bua;

e) kawasan strategis Minapolitan sebagai pusat pengembangan budi daya perikanan di Kecamatan Ponrang, Ponrang Selatan, Kamanre sebagai pusat pengembangan budi daya utama dan Kecamatan Belopa, Belopa Utara, Suli, Larompong, Larompong Selatan, Bua, Walenrang Timur dan Lamasi Timur sebagai pendukung;

f) kawasan strategis pengembangan perikanan tangkap di Ulo-Ulo, Bonepute dan Balambang; dan

g) kawasan strategis PKLp Bua, Padang Sappa dan Batusitanduk. 2) Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya meliputi:

upacara adat perkawinan bernuansa tradisional berdasarkan strata sosial masyarakat, prosesi pemakaman yang merupakan tradisi etnis tertentu, upacara maccera tasi, mapacekke wanua, pesta panen dan kesenian daerah.

3) Kawasan strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya alam dan teknologi tinggi meliputi tambang logam emas dan PLTMH di Kecamatan Latimojong dan Walenrang Barat.

4) Kawasan strategis dari sudut fungsi dan daya dukung lingkungan meliputi kawasan hutan penelitian Simoma Kecamatan Larompong Selatan.

(48)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Luwu II-48

2.5 Sosial dan Budaya

Masyarakat di Kabupaten Luwu menggunakan bahasa Luwu sebagai bahasa daerah utama karena mayoritas penduduknya adalah suku Luwu. Bahasa Luwu ini digunakan oleh sebagian besar penduduk dari Tana Luwu, dari empat kabupaten dan kota, masing-masing Kabupaten Luwu, Luwu Utara, Luwu Timur dan kota Palopo. Bahasa Luwu, termasuk serumpun dengan bahasa Toraja. Bahasa Luwu ini digunakan selaku bahasa percakapan penduduk setempat, mulai dari Selatan perbatasan dengan Buriko Kabupatan Wajo sampai dengan daerah Kabupaten Luwu Timur Malili.

Kerajaan Luwu adalah kerajaan tertua, terbesar, dan terluas di Sulawesi Selatan yang wilayahnya mencakup Tana Luwu, Tana Toraja, Kolaka, dan Poso. Perkataan “Luwu” atau “Luu” itu sebenarnya berarti “Laut”. Luwu adalah suku bangsa yang besar yang terdiri dari 12 anak suku. Kerajaan Luwu diperkirakan berdiri sekitar abad X yang dibangun oleh, sekaligus sebagai raja pertama adalah Batara Guru (Tomanurung) yang dipercaya turun dari langit diutus oleh ayahnya Dewa Patoto’e untuk turun mengisi kekosongan di dunia tengah. Raja terakhir dari kerajaan Luwu adalah Andi Djemma yang bergelar Petta Matinro’e ri Amaradekanna yang memerintah mulai tahun 1935-1965 Masehi. Beliau merupakan raja yang sangat dikagumi dan dibangga-banggakan oleh rakyatnya bahkan raja-raja lain di Sulawesi Selatan karena keberaniannya dalam menghadapi penjajah Belanda.

Kerajaan Luwu merupakan kerajaan pertama di Sulawesi Selatan yang menganut agama Islam. Agama Islam sendiri di bawa ke Tana Luwu oleh Dato’ Sulaiman dan Dato’ri Bandang yang berasal dari Aceh. Hal-hal mistik banyak mewarnai proses awal masuknya Islam di Luwu. Diyakini bahwa Dato Sulaiman dan Dato ri Bandang datang ke Luwu dengan menggunakan kulit kacang. Mereka pertama kali tiba di Luwu tepatnya di Desa Lapandoso, Kecamatan Bua, Kabupaten Luwu.

Penduduk di Kabupaten Luwu juga terdiri atas beberapa etnis lokal dan etnis pendatang yang telah lama tinggal di Kabupaten Luwu dan masuk melalui akulturasi budaya seperti melalui perdagangan dan nelayan. Sementara itu

(49)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Luwu II-49 terdapat juga etnis pendatang sebagai transmigran dengan latar belakang budaya yang berbeda, antara lain: Bugis, Jawa dan Bali yang dominan terdapat di Kecamatan lamasi.

Masyarakat Jawa datang secara transmigrasi yang diprakarsai oleh pemerintah belanda, mereka datang dari daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur, mereka telah menetap dan membangun kecamatan tersebut. Mata pencaharian utama mereka adalah bertani, sawah dan berkebun, selain itu banyak juga diantara mereka berprofesi sebagai pedagang. Jumlahnya telah berkembang dengan pesat, selain perkawinan antara sesama suku jawa terjadi juga perkawinan antara suku terutama suku Jawa dan Luwu yang merupakan suku pribumi. Sedangkan suku Bugis dan Toraja merupakan imigran yang datang dari wilayah lain yang masih masuk dalam wilayah Sulawesi Selatan. Suku Bugis yang mendiami Lamasi berprofesi sebagai pedagang sedangkan suku Toraja bertani adalah profesi utama mereka. Oleh karena keuletan dan kerja keras mereka akhirnya Kecamatan Lamasi berkembang menjadi daerah lumbung pangan bagi Kabupaten Luwu.

2.5.1 Pendidikan

Berdasarkan Tabel 2.8, kemampuan membaca penduduk usia 10 Tahun Ke Atas , maka kemampuan membaca penduduk kabupaten Luwu sebesar 91,72 % atau 236.617 Jiwa sudah mampu membaca huruf Latin sedangkan 8,28 % atau 21.366 Jiwa tidak dapat membaca. Dari jumlah penduduk yang tidak dapat membaca tersebut, jumlah penduduk yang tidak dapat membaca di dominasi oleh jenis kelamin perempuan sebanyak 14.627 Jiwa. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.8 berikut.

(50)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Luwu II-50

Tabel 2.8. Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas Menurut Kemampuan Membaca/Menulis Dan Jenis Kelamin di Kabupaten Luwu, Tahun 2011

No Kemampuan Membaca Laki-laki Perempuan Jumlah Persentase

1 Huruf Latin 118,996 117,621 236,617 91.72

2 Tidak Dapat Membaca 6,739 14,627 21,366 8.28

Jumlah 125,735 132,248 257,983 100

Sumber: Kabupaten Luwu Dalam Angka 2012 2.5.2 Kesehatan

Pembangunan kesehatan menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia. Bila pembangunan kesehatan berhasil dengan baik maka akan meningkatkan kesejahteraan rakyat secara langsung. Selain itu pembangunan kesehatan juga memuat mutu dan upaya kesehatan yang sangat dipengaruhi oleh ketersediaan fasilitas kesehatan dengan menciptakan akses pelayanan kesehatan dasar yang didukung oleh sumber daya yang memadai seperti rumah sakit, puskesmas, tenaga kesehatan (dokter,bidan,perawat) dan ketersediaan obat.

Bersadasarkan Tabel 2.9., penyakit diare adalah penyakit yang paling banyak di derita oleh penduduk pada Tahun 2011 sebanyak 7.984 Jiwa, sedangkan penyakit TBC dibandingkan dengan penyakit lainnya paling banyak menyebabkan kematian yaiu 239 Jiwa.

Terkait dengan pelayanan jamban keluarga, maka penduduk kabupaten Luwu pada tahun 2011 yang terlayani jamban keluarga sebesar 50.145 Jiwa atau 14,93 % dari jumlah penduduk. Pelayanan jamban keluarga terkecil terdapat di kecamatan Bassesangtempe (Bassesangtempe Utara) dan Kecamatan Walenrang Barat, masing-masing sebesar 1,34 % dan 1,88 %. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.10. berikut.

(51)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Luwu II-51

Tabel 2.9. Jumlah Penderita Dan Kematian Oleh Penyakit Menular Menurut Jenis Penyakit Di Kabupaten Luwu di Kabupaten Luwu, Tahun 2011

No Jenis Penyakit Penderita Meninggal

1 Demam Berdarah 121 1 2 Diare 7.984 0 3 Thypus 261 0 4 TBC 783 239 5 Kusta 36 0 6 Malaria 125 4 7 Rabies 191 3

Sumber: Kabupaten Luwu Dalam Angka 2012

Tabel 2.10. Pelayanan Jamban Keluarga Menurut Kecamatan Di Kabupaten Luwu, Tahun 2011

No Kecamatan Penduduk Jumlah Penduduk yang

Dilayani Persentase 1 Larompong 19,024 3372 21.14 2 Larompong Selatan 15,959 2533 13.45 3 Suli 18,665 4116 22.53 4 Suli Barat 8,577 1276 15.07 5 Belopa 14,961 2962 20.01 6 Kamanre 11,351 1543 10.87 7 Belopa Utara 14,691 3154 21.62 s8 Bajo 14,381 2623 18.47 9 Bajo Barat 9,418 1266 13.49 10 Bassesangtempe 14,257 189 1.34 11 Bassesangtempe Utara 12 Latimojong 5,512 987 18.12 13 Bupon 14,596 2639 18.17 14 Ponrang 26,377 3224 12.27 15 Ponrang Selatan 23,983 3389 14.2 16 Bua 31,266 3178 15.21 17 Walenrang 17,608 2973 17.07 18 Walenrang Timur 15,435 3567 23.16 19 Lamasi 20,569 2927 14.33 20 Walenrang Utara 17,923 2147 12.11 21 Walenrang Barat 8,987 167 1.88 22 Lamasi Timur 12,288 1913 15.77 Jumlah 335,828 50145 14.93

(52)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Luwu II-52

2.5.3 Tenaga Kerja

Berdasarkan Grafik 2.7, pada Tahun 2011 lapangan pekerjaan yang banyak menyerap pekerjaan adalah Sektor Pertanian, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan sebanyak 126.694 Jiwa, Sektor Jasa Kemasyarakatan, Sosial & Perorangan sebanyak 25.909 Jiwa, sector Industri Pengolahan sebanyak 26.718 Jiwa, Sektor Perdagangan Besar, Kecil, Rumah Makan dan Hotel sebanyak 19.794 Jiwa dan Sektor Lainnya sebesar 18.204 Jiwa.

Grafik 2.7 Banyaknya Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja Menurut Jenis Kelamin dan lapangan Pekerjaan Utama di Kabupaten Luwu, Tahun 2011

Sumber: Kabupaten Luwu Dalam Angka 2012 2.5.4 Perumahan dan Lingkungan

Gambaran fasilitas rumah lainnya yang berhubungan dengan kesehatan lingkunganya itu penggunaan tempat buang air besar. Sekitar 45,01 persen memiliki tempat buang air besar sendiri. Tetapi satu hal yang perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah adalah masih ada sekitar 44,99 persen rumah tangga yang tidak memiliki fasilitas tempat buang air besar.

Gambar

Tabel 2.1 dan Grafik 2.1 berikut.
Grafik 2.1. Perbandingan Luas Wilayah Kecamatan
Gambar 2.1 Peta Administrasi Kabuapeten Luwu
Grafik 2.2.   Grafik Curah Hujan Tahunan di beberapa Kecamatan di
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kawasan permukiman tersebar di beberapa kecamatan dengan luasan yang beragam. Luas penggunaan lahan permukiman atau perumahan terluas adalah di Kecamatan Tenggarong 2.270

4) Kawasan Potensi Pertambangan Pasir Laut; Kawasan ini dibuat sebagai upaya agar bahan baku untuk pembangunan yang ada di Kabupaten Karimun berasal dari daerah

Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah, kawasan – kawasan strategis yang dapat diidentifikasi di wilayah Provinsi Lampung, Kabupaten Lampung Selatan, Kabupaten Pesawaran

Ekologi Dan Struktur Komunitas Lamun Di Teluk Ratatotok, Minahasa Tenggara, Sulawesi Utara; Kesesuaian Kawasan Budi daya Rumput Laut Di Teluk Saleh,

Terdapat sungai besar yang membatasi bagian utara kawasan yaitu Sungai Martapura yang menjadi jalur transportasi sungai utama di kawasan Kecamatan Banjarmasin Selatan pada

Kota Metro merupakan salah satu kota di Provinsi Lampung yang memiliki 5 kecamatan, yaitu Kecamatan Metro Utara, Metro Barat, Metro Pusat, Metro Selatan dan Metro Timur..

Secara Administratif Kabupaten Halmahera Timur terdiri dari sepuluh Kecamatan yaitu Kecamatan Maba Selatan, Kecamatan Kota Maba, Kecamatan Maba, Kecamatan MabaTengah,

Wilayah datar (wilayah bagian tengah) yang meliputi wilayah kecamatan–kecamatan Manisrenggo, Klaten Tengah, Kalikotes, Klaten Utara, Klaten Selatan, Ngawen,