• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2. GAMBARAN UMUM WILAYAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2. GAMBARAN UMUM WILAYAH"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

Bab 2. Gambaran Umum Wilayah II - 1

BAB 2. GAMBARAN UMUM WILAYAH

2.1. Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik 2.1.1. Geografis dan Administratif

Kota Ambon terletak di Pulau Ambon, adalah sebuah kota yang terletak di pulau kecil, dan merupakan ibukota Provinsi Maluku. Secara Astronomis, wilayah administrasi Kota Ambon berada antara 3º - 4o Lintang Selatan dan 128o – 129o Bujur Timur.

Wilayah administatif Kota Ambon berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1979, mempunyai luas sebesar 377 Km2 atau 2/5 dari luas wilayah Pulau Ambon. Berdasarkan hasil Survey Tata Guna Tanah tahun 1980 luas daratan Kota Ambon adalah 359,45 km2, sehingga luas Kota Ambon ini meliputi daratan seluas 359,45 Km2 dan laut seluas 17,55 Km2 dengan panjang garis pantai 98 Km (Peta 2.1). Kota Ambon terdiri dari 5 kecamatan dan 20 kelurahan, 30 desa/negeri, (Tabel 2.1). Karena berada di pulau kecil, dengan keanekaragaman hayati yang ada, maka Kelurahan adalah kawasan perkotaan (urban area), sedangkan Desa/Negeri adalah kawasan non perkotaan/kawasan perdesaan dan/atau kawasan yang masih terpelihara nilai sosial budaya masyarakat setempat. Gambaran selengkapnya tentang nama Kelurahan/Desa/Negeri beserta jumlah RT/RW dapat dilihat pada Lampiran 1.

Tabel 2.1. Nama, Luas Wilayah Per Kecamatan, dan Jumlah Kelurahan di Kota Ambon

No. Kecamatan

Luas Wilayah Daratan

(Km2

Jumlah Desa/Kelurahan/RW/RT Jarak Ke

Pusat Kota Ambon (Km) Desa/ Negeri Kelurahan Rukun Warga (RW) Rukun Tetangga (RT) 1 Nusaniwe 88,35 5 8 79 286 9,00 2 Sirimau 86,82 4 10 92 350 2,80 3 T.A.Baguala 40,11 6 1 49 184 12,00 4 Leitimur Selatan 50,50 8 - 19 53 26,00 5 Teluk Ambon 93,67 7 1 57 195 24,00 Kota Ambon 359,45 30 20 296 1.068 -

Sumber: BAPPEKOT Kota Ambon, 2012 2.1.2. Kondisi Geohidrologis

Sesuai dengan kondisi topografi Kota Ambon di pulau kecil, maka sungai-sungai di Kota Ambon memiliki karakter khusus yang terdiri dari banyak sungai kecil dengan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang sempit (Tabel 2.2). Sungai-sungai yang mengalir umumnya tidak panjang. Sungai terpanjang adalah Way Sikula di Desa Laha dengan panjang mencapai 15,5 km, sedangkan sungai terpendek adalah Way Tomu dan Way Batu Gajah dengan panjang 1,5 km yang mengalir di pusat Kota Ambon.

Pada Wilayah-Wilayah DAS tersebut (Tabel 2.2), saat ini telah mengalami penurunan fungsi, melalui Area Penggunaan Lain untuk budidaya, khususnya permukiman, jalan, atau kebun campuran. Sebagai gambaran, untuk Wilayah DAS Wae Batu Merah, APL mencapai 4.021,20 Ha atau 50,64%. Hal ini telah memberikan dampak pada penurunan debit air baku pada sungai-sungai utama, yang jika tidak diantisipasi, dapat berdampak buruk di kemudian hari.

(2)

Bab 2. Gambaran Umum Wilayah II - 2

Tabel 2.2. Daerah Aliran Sungai di Kota Ambon

No. Nama DAS Luas (Ha)

1 Wilayah DAS Wae Batu Merah 7940,27

a. DAS Wae Tomu 564,00

b. DAS Wae Batu Gajah 545,75

c. DAS Wae Batu Gantung 1.729,32

d. DAS Wairuhu 1.080,00

e. Area Penggunaan Lain (APL) 4.021,20

2 Wilayah DAS Wae Pia Besar 13.609,29

Sumber: Program Studi Ilmu Tanah Universitas Pattimura, 2012

Ketersediaan air tanah di Kota Ambon dapat dikelompokan atas: (1) ketersediaan rendah yang umumnya berada di perbukitan; (2) ketersediaan sedang di dataran rendah dan pesisir; serta (3) ketersediaan tinggi di beberapa tempat tertentu seperti di Negeri Tawiri, Desa Waiheru, pesisir Negeri Hutumuri, Negeri Rutong, dan Negeri Urimesing. Sepanjang pesisir merupakan daerah dengan akuifer berproduksi baik, namun bukan merupakan daerah resapan yang potensial, sehingga ketersediaan air tanahnya adalah sedang.

2.1.3. Kondisi umum Iklim dan Curah Hujan

Iklim di Kota Ambon adalah iklim tropis dan iklim musim, karena letak Pulau Ambon dikelilingi oleh laut. Sehubungan dengan itu iklim Kota Ambon sangat dipengaruhi oleh lautan dan berlangsung bersamaan dengan iklim musim, yaitu musim Barat atau Utara dan musim Timur atau Tenggara. Pergantian musim selalu diselingi oleh musim Pancaroba yang merupakan transisi dari kedua musim tersebut. Musim Barat umumnya berlangsung dari bulan Desember sampai dengan bulan Maret, dimana bulan April merupakan masa transisi ke musim Timur. Sedangkan musim Timur berlangsung dari bulan oktober, dimana bulan Nopember merupakan masa transisi ke musim Barat.

Kota Ambon termasuk Tipe Iklim B berdasarkan klasifikasi iklim menurut Schmidth dan Ferguson (1951) yang dicirikan oleh rataan bulan kering (curah hujan < 60 mm) adalah 1,67 bulan dan bulan basah (curah hujan > 100 mm) adalah 9,58 bulan dengan nilai Q sebesar 17,4%.

Berdasarkan data curah hujan tahun 2006-2010 bersumber dari Stasiun Meteorologi Ambon, curah hujan tertinggi tahunan masih terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar 5.710 mm dengan 276 hari hujan. Mengacu pada rata-rata curah hujan bulanan tahun 2003-2010, maka bulan basah (musim hujan) dengan curah hujan di atas 200 mm terjadi pada bulan April hingga Juli seiring dengan berlangsung Musim Timur dengan curah hujan tertinggi di bulan Juni (635,40 mm), sedangkan bulan kering (musim panas) dengan curah hujan di bawah 200 mm terjadi dari bulan Agustus hingga Maret seiring dengan berlangsungnya Musim Barat dengan curah hujan terendah di bulan November (91,63 mm).

2.1.4. Kawasan yang dipengaruhi pasang surut (rob) atau berada di bawah muka air laut

Di kota Ambon ada beberapa kelurahan yang dipengaruhi oleh pasang surut (rob) yaitu beberapa RT di Kelurahan Silale, Kelurahan Waihaong, dan Kelurahan Wainitu, di Kecamatan Nusaniwe. Rob pada kawasan-kawasan ini umumnya terjadi di pesisir pantai, pada jarak sampai 100 meter dari bibir pantai. Kawasan-kawasan tersebut merupakan kawasan yang telah mengalami reklamasi. Rob yang terjadi disebabkan oleh mengalirnya air pasang surut yang melalui sungai-sungai utama yang merupakan saluran drainase primer yang ada di kawasan tersebut.

Pada sisi lain terdapat kawasan yang terletak di bawah muka air laut, yaitu pada pusat Desa/ Negeri Passo, yang terletak di Kecamatan Teluk Ambon Baguala, sehingga sering terjadi genangan di musim hujan.

(3)

Bab 2. Gambaran Umum Wilayah II - 3

2.2. Demografi

Jumlah penduduk Kota Ambon pada pertengahan tahun 2011, berdasarkan data BPS Kota Ambon berjumlah 340.428 jiwa. Jika dibandingkan dengan tahun 2010, jumlah penduduk meningkat sebesar 2,77 persen. Penduduk tahun 2011, terdistribusi pada kecamatan Sirimau sebanyak 143.943 jiwa (42,28%) dengan kepadatan 1.658 jiwa/km2, kecamatan Nusaniwe sebanyak 92.355 jiwa (17,13%) dengan kepadatan 1.045 jiwa/km2, kecamatan Teluk Ambon Baguala sebanyak 54.953 jiwa (16,14%) dengan kepadatan 1.370,05 jiwa/km2, kecamatan Teluk Ambon sebanyak 39.516 jiwa (11,61%) dengan kepadatan 421 jiwa/km2, dan kecamatan Leitimur Selatan sebanyak 9.661 jiwa (2,84%) dengan kepadatan 191 jiwa/km2. Kepadatan penduduk di Kota Ambon tahun 2011 adalah 947 jiwa/km2. Mengacu kepada jumlah dan kepadatan penduduk tahun 2011, dengan rata-rata pertumbuhan selama 6 tahun belakangan (tahun 2006-2011) yang sebesar 5,4%, maka diproyeksikan dalam 5 tahun kedepan penduduk Kota Ambon pada tahun tahun 2007 akan mencapai 388.862. orang, atau 1.082 .jiwa/ km2 (Tabel 2.3).

Tabel 2.3. Proyeksi Penduduk dan Kepadatan di Kota Ambon Tahun 2012-2017

No. Kecamatan Jumlah (Jiwa) Kepadatan (jiwa/km

2) 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2012 2013 2014 2015 2016 2017 1 Nusaniwe 94387 96463 98586 100754 102971 105236 1068 1092 1116 1140 1165 1191 2 Sirimau 147542 151230 155011 158886 162858 166930 1700 1742 1786 1830 1876 1923 3 Teluk Ambon 40227 40951 41689 42439 43203 43980 429 437 445 453 461 469 4 Teluk Ambon Baguala 56162 57398 58660 59951 61270 62618 1400 1431 1462 1495 1528 1561 5 Leitimur Selatan 9835 10012 10192 10376 10562 10752 195 198 202 205 209 213 Kota Ambon 348153 356054 364137 372406 380864 388862 969 991 1013 1036 1060 1082 Sumber: BAPPEKOT, 2012

2.3. Keuangan dan Perekonomian Daerah 2.3.1. Keuangan Daerah

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Ambon dalam 5 tahun belakangan terus menunjukan peningkatan. Realisasi APBD Kota Ambon selama tahun 2007-2011 adalah sebagaimana tergambar padanTabel 2.4.

Tabel 2.4. Realisasi APBD Kota Ambon Tahun 2007-2011 (Ribu Rupiah)

No. Kecamatan 2007 2008 Jumlah (Rp.000) 2009 2010 2011

A Pendapatan

1 Pendapatan Asli Daerah 20 619 217 28 469 444 29 657 499 34 207 474 53 292 765 2 Dana Perimbangan/ Transfer 387 782 720 449 075 863 431 435 876 438 339 425 479 967 392 3 Lain-Lain Pendapatan yang

Sah

28 305 337 21 280 988 64 531 790 91 277 375 163 372 968

Jumlah Pendapatan 436 707 276 498 826 296 525 625 166 563 824 275 696 633 127

B Belanja

1 Belanja Tidak Langsung 299 493 283 397 097 983 437 670 928 397 792 818 562 025 017 2 Belanja Langsung 90 304 127 145 259 090 148 329 937 116 398 066 97 459 833 Jumlah Belanja 389 797 411 542 357 073 586 000 865 514 190 884 659 484 851 C Pembiayaan 1 Penerimaan Pembiayaan 44 819 579 86 922 646 72 899 587 8 021 875 8 639 558 2 Pengeluaran Pembiayaan 25 000 250 000 5 250 000 48 810 435 22 855 852 Pembiayaan Netto 44 569 579 86 672 646 67 649 587 (40 788 561) (14 216 294)

(4)

Bab 2. Gambaran Umum Wilayah II - 4

Lanjutan Tabel 2.4.

No. Kecamatan 2007 2008 Jumlah (Rp.000) 2009 2010 2011

SILPA/Surplus/ Defisit Anggaran

91 479 444 43 141 869 7 273 889 8 844 729 22 931 982

Sumber: Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Ambon, 2012 2.3.2. Anggaran Sanitasi

Anggaran sanitasi dan belanja modal Sanitasi di Kota Ambon 2008-2012 bersumber dari beberapa sumber dana, sebagaimana tergambar padanTabel 2.5.

Tabel 2.5. Ringkasan Anggaran Sanitasi dan Belanja Modal Sanitasi Kota Ambon Tahun 2008-2012 (Ribu Rupiah)

No. KOMPONEN JUMLAH PER TAHUN

2008 2009 2010 2011 2012

A Air Limbah - - - - 8,967,242,000

1 Hibah Ausaid - - - - 2,423,422,000

2 DAK - - - - 3,440,990,000

3 APBD Kota Ambon - - - - 146,870,000

4 APBN - - - - 2,955,960,000

B Persampahan 9,246,220,000 10,278,930,152 16,416,643,751 17,220,002,307 13,008,964,000

C Drainase - 9,500,609,340 2,647,674,754 135,220,600 9,069,078,690

D Aspek PHBS - 199,033,000 1,975,000 76,632,000 80,084,000

E Air Bersih - 4,517,064,350 1,486,932,500 5,985,447,520 2,513,296,040

F Total Belanja Modal

Sanitasi (A s.d. E) 9,246,220,000 24,495,636,842 20,553,226,005 23,417,302,427 33,638,664,730

G Total Belanja Modal

Sanitasi dari APBD Murni (Bukan Pendampingan) 14,927,634,400 9,500,609,340 10,181,136,242 16,578,368,825 12,707,198,760

H Total Belanja APBD 612,997,582,699 650,406,134,225 546,619,720,348 711,892,382,065 772,167,059,677

I Proporsi Belanja Modal Sanitasi terhadap Total Belanja APBD (F:Hx100%) 1.51% 3.77% 3.76% 3.29% 4.36% J Jumlah Penduduk 281,293 284,809 331,254 340,427 354,464 K Belanja Modal Sanitasi Per Penduduk (F:J) 32,870 86,007 62,047 68,788 94,900

Keterangan: Belanja Modal (investasi baru dan pemeliharaan)

(5)

Bab 2. Gambaran Umum Wilayah II - 5

2.3.3. Data Ruang Fiskal Daerah

Data ruang fiscal daerah/ Indeks kemampuan fiscal daerah (IRFD) berguna untuk mengetahui potensi besaran APBD Kota Ambon yang dapat dialokasikan untuk belanja infrastruktur dimana bidang sanitasi termasuk didalamnya. Data ruang fiscal daerah Kota Ambon Tahun 2007-2012 adalah sebagaimana Tabel 2.6., menunjukan bahwa kapasitas fiscal Kota Ambon cenderung menurun dalam 5 tahun terakhir, dan pada tahun 2011 dan 2012 berada dalam posisi rendah.

Tabel 2.6. Data Ruang Fiskal Daerah Kota Ambon Tahun 2007-2012

No Tahun Indeks Kemampuan Fiskal/ Ruang Fiskal Daerah (IRFD) Kategori

1 2007 1,2290 Tinggi

2 2008 Tidak Ada Data -

3 2009 0,8015 Sedang

4 2010 0,7311 Sedang

5 2011 0,2734 Rendah

6 2012 0,1856 Rendah

Sumber: Peta Kapasitas Fiskal Daerah, Kementerian Keuangan, 2007 sampai 2012 2.3.4. Data Perekonomian

Kondisi makro ekonomi Kota Ambon selama tahun 2007-2011 menunjukan pertumbuhan yang positif (Tabel 2.7). Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan menunjukan bahwa pada tahun 2007 berjumlah Rp.1.555.618.890.000,- meningkat menjadi Rp.1.924.720.320.000,- atau rata-rata 6,23%. Hal ini menyebabkan pertumbuhan ekonomi juga bergerak positif, yaitu 6,31% pada tahun 2007, menjadi 6,77% pada tahun 2011.

Tabel 2.7. Data Perekonomian Kota Ambon Tahun 2007-2011

No. Kecamatan 2007 2008 Jumlah (Rp.000) 2009 2010*) 2011**) 1 PDRB Harga Konstan (Juta Rp) 1 511 618,89 1 600 882,70 1 690 271,09 1 802 667,73 1 924 720,32 a. Pertanian 267 586,90 278 303,65 291 815,66 316 605,50 323 501,90 b. Pertambangan dan Penggalian 1 720,71 1 808,83 1 902,65 2 165,98 2 464,24 c. Industri Pengolahan 32 320,92 34 211,96 36 794,96 38 399,22 44 063,10 d. Listrik, Gas, Air Minum 11 304,14 11 465,11 9 529,76 10 259,44 11 058,91 e. Bangunan 10 265,97 11 066,73 12 031,58 18 858,30 21 858,66 f. Perdagangan, Hotel,

Restoran

365 183,83 389 237,92 413 458,64 437 888,12 464 382,09

g. Angkutan dan Komunikasi 295 215,09 315 057,64 330 404,76 364 280,63 388 118,78 h. Keuangan, Persewaan

dan Jasa Perusahaan

123 973,06 130 713,04 138 044,95 141 008,17 144 949,74

i. Jasa-Jasa 404 048,27 429 017,83 456 288,12 473 202,37 524 322,91 2 Pendapatan Per Kapita (Rp) 5 241 531,00 5 493 099,00 5 168 861,00 4 913 427,00 5 053 118,00 3 Upah Minimum Regional (Rp) 700 000 775 000 840 000 900 000 975 000

4 Inflasi (%) 5,85 9,34 6,48 8,78 2,85

5 Pertumbuhan Ekonomi (%) 6,31 5,91 5,58 6,65 6,77

Keterangan: *) Angka Diperbaiki

**) Angka Sementara

(6)

Bab 2. Gambaran Umum Wilayah II - 6

Berdasarkan struktur PDRB Harga Konstans selama 5 tahun belakangan, menunjukan bahwa pada tahun 2011 sektor Jasa-Jasa memberikan kontribusi sebesar 27%; diikuti sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran sebesar 24%; sektor Angkutan dan Komunikasi sebesar 20%; sektor Pertanian sebesar 17%; dan diikuti oleh sektor-sektor lainnya.

Pertumbuhan perekonomian yang positif dan dinamis tadi, turut memberikan andil bagi peningkatan pendapatan perkapita dan upah minimum regional. Pada tahun 2007, upah minimum regional sebesar Rp.700.000,- dan menjadi Rp.975.000,- pada tahun 2011. Sedangkan inflasi menunjukan kecenderungan yang fluktuatif, dimana tahun 2007 sebesar 6,31%, dan tahun 2011 sebesar 2,85%. 2.4. Tata Ruang Wilayah

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ambon Tahun 2011-2031 ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kota Ambon Nomor 24 Tahun 2012 (Lembaran Daerah Kota Ambon Tahun 2012 Nomor 24 Seri E Nomor 01; Tambahan Lembaran Daerah Nomor 278). RTRW Kota Ambon Tahun 2011-2031 secara subtantif terdiri dari Rencana Struktur Ruang Kota Wilayah Kota Ambon, dan Rencana Pola Ruang Wilayah Kota Ambon.

2.4.1. Rencana Struktur Ruang Kota Wilayah Kota Ambon

Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan fungsional. Rencana struktur ruang wilayah Kota Ambon meliputi: (a) Satuan Wilayah Pengembangan (SWP); (b) Sistem Pusat Pelayanan Kegiatan Kota; dan (c) Sistem Jaringan Prasarana. Satuan Wilayah Pengembangan (SWP) direncanakan meliputi:

a. SWP I, seluas 4.259,67 ha yang meliputi wilayah Kecamatan Sirimau;

b. SWP II, seluas 7.164,83 ha yang meliputi wilayah Kecamatan Teluk Ambon-Baguala; c. SWP III, seluas 7.051, 76 ha yang meliputi wilayah Kecamatan Teluk Ambon;

d. SWP IV, seluas 6.513,10 ha yang meliputi wilayah Kecamatan Leitimur Selatan; e. SWP V, seluas 4.042,92 ha yang meliputi wilayah Kecamatan Nusaniwe; dan

f. Kawasan khusus pengamanan bandar udara seluas 6.912,72 ha, yang meliputi wilayah Negeri Tawiri dan Negeri Laha.

Sistem Pusat Pelayanan Kegiatan Kota (Peta 2) direncanakan meliputi: (a) lokasi pusat-pusat pelayanan kegiatan kota; (b) hirarki pusat-pusat pelayanan kegiatan kota; (c) cakupan/skala pelayanan kegiatan kota; dan (d) dominasi fungsi kegiatan yang diarahkan pada pusat pelayanan kegiatan kota. Cakupan dan/atau skala pelayanan setiap pusat kegiatan pelayanan kota dan rencana pengembangannya meliputi:

a. Pusat Kota Ambon sebagai sentra primer, direncanakan melayani seluruh wilayah Kota Ambon, terutama SWP I;

b. Negeri Passo sebagai sentra sekunder I, direncanakan melayani wilayah Kota Ambon bagian Timur, terutama SWP II;

c. Desa Wayame sebagai sentra sekunder II, direncanakan melayani SWP III; d. Negeri Amahusu sebagai Sentra tersier I, direncanakan melayani SWP V e. Negeri Leahari-Rutong sebagai sentra tersier II, direncanakan melayani SWP IV; f. Negeri Latuhalat sebagai sentra tersier IV, direncanakan melayani SWP V; serta

g. Negeri Tawiri-Laha, sebagai sentra tersier III, direncanakan membantu pelayanan kawasan khusus Bandar udara.

(7)

Bab 2. Gambaran Umum Wilayah II - 7

Dominasi fungsi kegiatan yang direncanakan untuk pusat-pusat pelayanan meliputi:

a. Pusat Kota Ambon, bersama SWP I direncanakan akan terus dikembangkan sebagai pusat penyelenggaraan pemerintahan provinsi maupun kota, perdagangan, jasa keuangan, perhubungan darat dan laut, industri perikanan, dan aneka industri, pariwisata, kesehatan, dan pendidikan, terutama untuk mendukung fungsi Kota Ambon sebagai PKN dan pelabuhan internasional;

b. Negeri Passo, bersama SWP II direncanakan akan terus dikembangkan sebagai pusat pemerintahan kecamatan, perdagangan, perhubungan darat dan laut, aneka industri, kesehatan, pendidikan kejuruan, pariwisata, dan pemukiman, terutama dalam mengurangi tekanan penduduk terhadap Pusat Kota Ambon;

c. Desa Wayame, bersama SWP III direncanakan akan terus dikembangkan sebagai pusat pendidikan tinggi, ilmu pengetahuan dan teknologi, permukiman, pemerintahan kecamatan, aneka industri, pertanian tanaman pangan dan hortikultura, serta perikanan;

d. Negeri Leahari-Rutong, bersama SWP IV direncanakan akan terus dikembangkan sebagai pusat pemerintahan kecamatan, pertanian hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, pendidikan kejuruan, permukiman, dan pariwisata;

e. Negeri Amahusu dan Latuhalat, bersama SWP V direncanakan akan terus dikembangkan sebagai pusat pemerintahan kecamatan, industri rumah tangga, perikanan, perkebunan, peternakan, pariwisata, dan pemukiman;

f. Kawasan khusus pengamanan bandar udara, bersama Negeri Tawiri-Laha direncanakan akan terus dikembangkan sebagai kawasan pengamanan keselamatan penerbangan dan pelayanan bandara distribusi tersier, disamping sebagai pusat pertanian tanaman pangan, perikanan, industri jasa maritim, dan pertambangan bahan galian golongan C.

2.4.2. Rencana Pola Ruang Kota Wilayah Kota Ambon

Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya. Rencana Pola Ruang Wilayah Kota Ambon (Peta 3) meliputi rencana pola ruang kawasan lindung dan kawasan budidaya.

Rencana pola ruang kawasan lindung meliputi: (a) kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya; (b) kawasan perlindungan setempat; (c) kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH); (d) kawasan pelestarian alam; (e) kawasan rawan bencana; (f) kawasan lindung geologi; dan (g) kawasan lindung lainnya.

Rencana pola ruang kawasan budidaya meliputi: (a) kawasan permukiman/ dan atau perumahan; (b) kawasan perdagangan dan jasa; (c) kawasan perkantoran; (d) kawasan industri kecil dan menengah; (e) kawasan pariwisata; (f) kawasan ruang terbuka non hijau; (g) kawasan ruang evakuasi bencana; (h) kawasan peruntukan ruang bagi kegiatan sektor informal; dan (i) kawasan peruntukan lainnya.

Kawasan rawan bencana di Kota Ambon meliputi: (1) kawasan rawan gempa, dan gerakan tanah, (2) kawasan rawan longsor, (3) kawasan rawan banjir, dan (4) kawasan rawan gelombang pasang dan tsunami. Kawasan rawan gempa, dan gerakan tanah meliputi wilayah Kota Ambon. Kawasan rawan longsor meliputi Negeri Hukurila, Negeri Soya, Negeri Hatalai, Negeri Ema, Negeri Kilang, Negeri Naku, Dusun Mahia, Dusun Tuni Negeri Amahusu, Negeri Batu Merah, Negeri Hative Besar, dan Negeri Nusaniwe. Kawasan rawan banjir meliputi sepanjang bantaran sungai Wairuhu, Wai Batu Merah, Waitomu, Wai Batu Gajah, Wai Batu Gantung, Wayame, dan Wailela. Kawasan rawan gelombang pasang dan tsunami meliputi kawasan pesisir Kota Ambon.

2.5. Kondisi Sosial Budaya 2.5.1. Kondisi Pendidikan

Fasilitas pendidikan tersebar di seluruh kecamatan di Kota Ambon (Tabel 2.8), yang terdiri dari 197 Sekolah Dasar, 10 Madrasah Ibtidayah, 48 Sekolah Menengah Pertama, 6 Madrasah Tsanawiyah, 33 Sekolah Menengah Atas, 12 Sekolah Menengah Kejuruan, dan 2 Madrasah Alayiah. Berdasarkan

(8)

Bab 2. Gambaran Umum Wilayah II - 8

distribusi sarana, maka di Kecamatan Sirimau memiliki sarana pendidikan yang terbanyak, sedangkan di Kecamatan Leitimur Selatan, sarana pendidikan yang tersedia masih pada pendidikan umum yaitu SD, SMP, dan SMA.

Tabel 2.8. Fasilitas Pendidikan Yang Tersedia di Kota Ambon Tahun 2011/2012

No Kecamatan

Jumlah Sarana Pendidikan

Jumlah Umum Agama SD SMP SMA SMK MI MTs MA 1 Nusaniwe 55 11 10 2 1 - - 79 2 Sirimau 68 18 10 6 6 4 2 114 3 T.A. Baguala 28 8 6 2 2 1 - 47 4 Leitimur Selatan 12 4 2 - - - - 18 5 Teluk Ambon 34 7 5 2 1 1 - 50 Kota Ambon 197 48 33 12 10 6 2 308

Sumber: Kota Ambon Dalam Angka 2012, BPS Kota Ambon, 2012. 2.5.2. Penduduk Miskin

Penduduk miskin Kota Ambon berdasarkan data BPS tahun 2011 berjumlah 3.701 Kepala Keluarga (KK) atau 24.816 jiwa yang tersebar di semua kecamatan. Penduduk miskin terbanyak tersebar di Kecamatan Sirimau sejumlah 1.181 KK (31,91%) atau 7.748 jiwa (32,03%); dan di Kecamatan Nusaniwe sejumlah sejumlah 1.143 KK (30,88%) atau 7.793 jiwa (31,40%). Gambaran selengkapnya tentang penduduk miskin di Kota Ambon adalah pada Tabel 2.9.

Tabel 2.9. Jumlah Penduduk Miskin Per Kecamatan di Kota Ambon Tahun 2011

No Kecamatan

Jumlah Penduduk Miskin

KK Jiwa Jumlah % Jumlah % 1 Nusaniwe 1.143 30,88 7.793 31,40 2 Sirimau 1.181 31,91 7.948 32,03 3 T.A. Baguala 549 14,83 3.600 14,51 4 Leitimur Selatan 177 4,78 1.247 5,02 5 Teluk Ambon 651 17,59 4.228 17,04 Kota Ambon 3.701 100 24.816 100

Sumber: Kota Ambon Dalam Angka 2012, BPS Kota Ambon, 2012. 2.5.3. Jumlah Rumah/ Kepala Keluarga

Jumlah rumah di Kota Ambon tahun 2011 berjumlah 53.529 unit. Sebagaimana jumlah penduduk, maka jumlah rumah terbanyak berada di Kecamatan Sirimau yaitu 21.323 unit (40%), dan rumah tersedikit (jarang) berada di Kecamatan Leitimur Selatan yaitu 1.794 unit (3%).

Tabel 2.10. Jumlah Rumah Per Kecamatan di Kota Ambon Tahun 2011

No Kecamatan Jumlah Rumah Jumlah

Penduduk Orang/ Rumah Rata-rata

Unit % 1 Nusaniwe 13.658 26 92.355 7 2 Sirimau 21.323 40 143.943 7 3 T.A. Baguala 9.939 19 54.953 6 4 Teluk Ambon 6.815 13 39.516 6 5 Leitimur Selatan 1.794 3 9.661 5 Kota Ambon 53.529 100 340.428 6

(9)

Bab 2. Gambaran Umum Wilayah II - 9

Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Kota Ambon tahun 2011, maka rata-rata terdapat 6 orang per rumah di Kota Ambon. Namun jika dirinci ke kecamatan, maka di kecamatan Sirimau dan

kecamatan Nusaniwe, rata-rata terdapat 7 orang per rumah; di kecamatan Teluk Ambon Baguala dan kecamatan Teluk Ambon, rata-rata terdapat 6 orang per rumah; dan di Kecamatan Leitimur Selatan terdapat rata-rata 5 orang per rumah.

2.5.4. Kawasan Kumuh di Kota Ambon

Kawasan kumuh di Kota Ambon terpusat pada permukiman-permukiman padat yang umumnya di perkotaan, dan beberapa terdapat pula di perdesaan. Berdasarkan Keputusan Walikota Ambon Nomor 1653 Tahun 2010, kawasan kumuh di Kota Ambon terdapat di Kecamatan Nusaniwe yaitu beberapa kawasan di Kelurahan Waihaong, Kelurahan Silale, Kelurahan Wainitu, Kelurahan Kudamati (bantaran Air Putri, dan Kelurahan Benteng (pantai); di Kecamatan Sirimau yaitu beberapa kawasan di Desa Batu Merah, Keluarahan Rijali, Kelurahan Honipopu, Kelurahan Uritetu, Kelurahan Karang Panjang, Kelurahan Pandan Kasturi, dan Kelurahan Batu Meja; dan di Kecamatan Teluk Ambon yaitu beberapa kawasan di Desa Laha, dan Desa Tawiri.

2.6. Kelembagaan Pemerintah Daerah

Pemerintah Daerah di Kota Ambon dipimpin oleh Walikota Ambon, dibantu Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). SKPD di Kota Ambon terdiri dari 12 Lembaga Teknis, meliputi 5 Badan, Inspektorat, dan 6 Kantor; 15 Dinas-Dinas Daerah; Sekretariat Daerah yang membawahi 8 Bagian, dan Sekretariat DPRD. Struktur organisasi Pemerintah Kota Ambon adalah sebagaimana pada Gambar 2.1.

Sedangkan penanganan air minum dan sanitasi di Kota Ambon adalah aktivitas yang terpadu dan saling mengisi antar Pemerintah Kota Ambon, maupun pemangku kepentingan lainnya, melalui wadah Kelompok Kerja (Pokja) Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Kota Ambon. Pokja AMPL Kota Ambon ditetapkan dengan Keputusan Walikota Ambon Nomor 1184 – Tahun 2011 (Lampiran 2). Pokja AMPL Kota Ambon tersebut terdiri dari Tim Pengarah (Steering Committee), dan Tim Pelaksana (Organizing Committee), yang terdiri dari beberapa SKPD Teknis seperti Badan Perencanaan Pembangunan Kota (BAPPEKOT); Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMP-KB); Dinas Pekerjaan Umum; Dinas Kesehatan; Dinas Kebersihan dan Pertamanan; Dinas Tata Kota; Kantor Pengendalian Dampak Lingkungan; Camat; Ketua Tim Penggerak PKK; Direktur PDAM; dan pemangku kepentingan lain seperti LSM, pers, dan Perguruan Tinggi.

Penanganan air minum dan sanitasi di Kota Ambon secara terpadu dan saling mengisi antar SKPD dan Pokja AMPL, secara institusi melalui SKPD-SKPD terknis (bagan struktur sebagaimana Gambar 2.2), yaitu:

a. BAPPEKOT, melalui Bidang Fisik, Prasarana, dan Tata Ruang, pada Sub Bidang Fisik dan Prasarana Dasar Perkotaan.

b. BPMP-KB, melalui Bidang Pemberdayaan Masyarakat, pada Sub Bidang Penguatan Kelembagaan dan Partisipasi Masyarakat; dan Bidang Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Anak, pada Sub Bidang Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan dan Anak.

c. Dinas Pekerjaan Umum; melalui Bidang Pengembangan Sumberdaya Air dan Permukiman, pada Seksi Pengembangan Sarana dan Prasaranan Lingkungan Permukiman, dan Seksi Pengembangan Air Bersih, Sungai dan Dranase.

d. Dinas Kesehatan; melalui Bidang Promosi Kesehatan pada Seksi Upaya Kesehatan Institusi dan Pemebrdayaan; dan Bidang Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan pada Seksi Penyehatan Lingkungan dan Permukiman.

e. Dinas Kebersihan dan Pertamanan; melalui Bidang Persampahan pada Seksi Persampahan; dan Bidang Pertamanan, Pemakaman, dan Saluran, pada Seksi Saluran dan Tinja.

(10)

Bab 2. Gambaran Umum Wilayah II - 10

f. Dinas Tata Kota; melalui Bidang Penataan Ruang pada Seksi Pengaturan dan Pembinaan Tata

Ruang; dan Bidang Tata Bangunan dan Kawasan Perkotaan pada Seksi Penataan Perumahan dan Kawasan Perkotaan.

g. Kantor Pengendalian Dampak Lingkungan pada Seksi Pengendalian Dampak dan Pencemaran Lingkungan, dan Seksi Penegakan Hukum Lingkungan dan Kemitraan.

h. PDAM Kota Ambon, pada Direktur Teknik, melalui Bagian Perencanaan Teknik dan Pengawasan, khususnya di Sub Bagian Perencanaan Teknik.

(11)

Bab 2. Gambaran Umum Wilayah II - 11

D PR D SE K R ET A R IA T D PR D 1 B ag . Pe rsi d an ga n & R isa la h 2 B ag . K e u an ga n 3 B ag . U m u m 1 2 1 B ag . H u ku m 1 B ag . O rg an is as i 3 2 B ag . P e me ri n ta h an 1 B ag . K e rj as ama & P ro mo si E ko n o mi 2 B ag . U mu m & P e rl e n gk ap an 4 3 B ag . H u ma s & P ro tok o l 2 B ag . K e se ja h te ra an R ak ya t 3 B ag . T ata U sa h a P imp in an 5 1. D in as P e n d id ik an K o ta 1 B ad an P e re n ca n aa n P e mb an gu n an K o ta 2. D in as S o si al K o ta 2 B ad an P e mb e rd ay aa n M as ya ra ka t, P e re mp u an 3. D in as K e se h ata n d an K e lu ar ga B e re n ca n a K o ta 4. D in as T e n ag a K e rj a K o ta 3 B ad an K e p e ga w ai an K o ta 5. D in as P e rh u b u n ga n K o ta 4 B ad an P e n ge lo la K e u an ga n K o ta 6. D in as K e p e n d u d u ka n d an Ca ta ta n S ip il K o ta 5 B ad an P e n an gg u la n ga n B e n ca n a K o ta 7. D in as P e ri w is ata , K e b u d ay aa n , P e mu d a d an O la h R ag a 6 In sp e ktor at K o ta 8. D in as P e ke rj aa n U mu m K o ta 7 K an tor P e n ge n d al ia n D amp ak L in gk u n ga n 9. D in as T ata K o ta 8 K an tor P e rp u sta ka an d an K e ar si p an K o ta 10 . D in as K o p e ra si d an U K M K o ta 9 K an tor P e la ya n an P u b li k K o ta 11 . D in as P e ri n d u str ia n d an P e rd ag an ga n K o ta 10 K an tor S at. P e ma d am K e b ak ar an 12 . D in as P e n d ap ata n , P e n ge lo la an A ss e t Ek o n o mi D ae ra h 11 K an tor P e n go la h an D ata E le ktr o n ik 13 . D in as P e rta n ia n d an K e h u ta n an K o ta 12 K an tor S at. P o l. P P 14 . D in as K e la u ta n d an P e ri ka n an 15 . D in as K e b e rs ih an d an P e rta ma n an K o ta A si st e n Pe re ko n o m ia n Pe m b an gu n an d an W A LIK O TA W A K IL W A LIK O TA SE K R ET A R IS K O TA ST A F A H LI A si st e n T at a Pe m e ri n ta h an B id . K e ma sy ar ak ata n & S D M K EL U R A H A N K EC A M A TA N D IN A S D A ER A H LE M B A G A T EK N IS D A ER A H B id . P e me ri n ta h an B id . E ko n o mi d an K e u an ga B id . H u ku m d an P o li ti k B id . P e mb an gu n an K e se ja h te ra an R ak ya t A si st e n A d m in ist ra si U m u m

G

am

b

ar

2

.1

.

ST

R

U

K

TU

R

O

R

G

A

N

ISA

SI

P

EM

ER

IN

TA

H

K

O

TA

A

M

B

O

N

(12)

Bab 2. Gambaran Umum Wilayah II - 12

W A LIK O TA A M B O N D IN A S PE K ER JA A N U M U M B id . P e n ge mb an ga n S u mb e r D ay a A ir d an P e rmu ki ma n PD A M B ag ia n P e re n ca n aa n T e kn ik d an P e n ga w as an G amb ar 2 .2 . BA G A N S TRU K TU R P EN A N G A N A N A IR MI N U M D A N S A N IT A SI D I K O TA A MBO N K A N TO R PE N G EN D A LIA N D A M PA K LIN G K U N G A N Se ks i P e n e ga ka n H u ku m Li n gk u n ga n & K e mi tr aa n B id . P e mb e ra n ta sa n P e n ya ki t d an P e n ye h ata n L in gk u n ga n d an T ata R u an g D IN A S K ES EH A TA N D IN A S TA TA K O TA B id an g P e n ata an R u an g D IN A S K EB ER SIH A N D A N PE R TA M A N A N B id an g P e rs amp ah an B A PPE K O T B A D A N PE M B ER D A Y A A N M A SY A R A K A T, PE R EM PU A N D A N K EL U A R G A B ER EN C A N A B id an g P e mb e rd ay aa n M as ya ra ka t B id an g Fi si k P ra sa ra n a

(13)

Bab 2. Gambaran Umum Wilayah II - 13

- Su b ag . U mu m d an -Su b id . F is ik d an P ra sa ra n a D as ar P e rk o ta an -Su b id . E ko n o mi -Su b id . D ata d an S ta ti sti k -Su b id . T ata R u an g d an L in gk u n ga n H id u p -Su b id . So si al d an B u d ay a -Su b id . E va lu as i d an P e la p o ra n K EPA LA B A D A N G amb ar 2 .3 . BA G A N S TRU K TU R BA D A N P ERE N CA N A A N P EMBA N G U N A N K O TA A MBO N EV A LU A SI D A N PE LA PO R A N SE K R ET A R IA T K e p e ga w ai an - Su b ag . P e re n ca n aa n -S u b ag . K e u an ga n B ID A N G D A TA , S TA TIS TIK , B ID A N G F IS IK PR A SA R A N A D A N B ID A N G E K O N O M I, S O SIA L D A N TA TA R U A N G B U D A Y A

(14)

Bab 2. Gambaran Umum Wilayah II - 14

G amb ar 2 .4 . BA G A N S TRU K TU R BA D A N P EMBE RD A YA A N MA SY A RA K A T, P ERE MP U A N D A N K EL U A RG A P ERE N CA N A A N - Su b ag . U mu m d an K e p e ga w ai an -Su b id . P e n gu ata n K e le mb ag aa n d an P ar ti si p as i M as ya ra ka t -Su b id . P e mb e rd ay aa n U sa h a Ek o n o mi d an T e kn o lo gi Te p at G u n a (T TG ) --S u b ag . K e u an ga n K EPA LA B A D A N SE K R ET A R IA T - Su b ag . P e re n ca n aa n K O TA A MBO N PE M B ER D A Y A A N M A SY A R A K A T B ID A N G PE R EM PU A N PE N ER A N G A N D A N D A N A N A K IN FO R M A SI D A TA B ID A N G Su b id . P e n ca ta ta n P e la p o ra n d an A n al is a P ro gr am Su b id . P e mb in aa n K e ta h an an d an P e n in gk ata n K e se ja h te ra an K e lu ar ga Su b id . P e n ge mb an ga n K e le mb ag aa n P e n gh ar u s U ta ma an G e n d e r (P U G ) Su b id . A d vo ka si d an K o mu n ik as i I n fo rma si d an Ed u ka si ( K IE ) B ER EN C A N A D A N B ID A N G K EL U A R G A K EL U A R G A S EJA H TE R A Su b id . O p e ra si o n al P e la ya n an K e lu ar ga B e re n ca n a d an K e se h ata n R e p ro d u ks i R e ma ja Su b id . P e n in gk ata n K u al ita s H id u p P e re mp u an d an A n ak B ID A N G PE M B ER D A Y A A N

(15)

Bab 2. Gambaran Umum Wilayah II - 15

-

Su

b

ag

. U

mu

m

d

an

K

e

p

e

ga

w

ai

an

-Se

ks

i J

al

an

d

an

J

e

mb

ata

n

-Se

ks

i P

e

n

ge

mb

an

ga

n

S

ar

an

a

-Se

ks

i P

e

mb

in

aa

n

d

an

-Se

ks

i U

ti

li

ta

s

Ja

la

n

d

an

P

ra

sa

ra

n

a

Li

n

gk

u

n

ga

n

P

e

n

ga

w

as

an

T

e

kn

is

P

e

rmu

ki

ma

n

-Se

ks

i J

as

a

K

o

n

str

u

ks

i

-Se

ks

i P

e

n

ge

mb

an

ga

n

A

ir

B

e

rs

ih

, S

u

n

ga

i d

an

D

ra

in

as

e

-

Su

b

ag

. K

e

u

an

ga

n

B

ID

A

N

G

B

ID

A

N

G

PE

N

G

EM

B

A

N

G

A

N

G

amb

ar

2

.5

. BA

G

A

N

S

TRU

K

TU

R

D

IN

A

S

P

EK

ERJ

A

A

N

U

MU

M

K

O

TA

A

MBO

N

B

ID

A

N

G

D

A

N

JE

M

B

A

TA

N

D

A

N

PE

R

M

U

K

IM

A

N

K

O

N

TR

U

K

SI

K

EPA

LA

D

IN

A

S

PE

K

ER

JA

A

N

U

M

U

M

PE

N

G

EM

B

A

N

G

A

N

JA

LA

N

SU

M

B

ER

D

A

Y

A

A

IR

TE

K

N

IS

D

A

N

JA

SA

SE

K

R

ET

A

R

IA

T

-

Su

b

ag

. P

e

re

n

ca

n

aa

n

(16)

Bab 2. Gambaran Umum Wilayah II - 16

U

N

IT

PE

LA

K

SA

N

A

TE

K

N

IS

D

IN

A

S

(U

PT

D

)

-

Su

b

ag

. U

mu

m

d

an

K

e

p

e

ga

w

ai

an

-Se

ks

i P

e

la

ya

n

an

k

e

se

h

ata

n

-Se

ks

i P

e

la

ya

n

an

-Se

ks

i P

e

n

ga

ma

ta

n

, P

e

n

ce

ga

h

an

-Se

ks

i K

e

se

h

ata

n

K

e

lu

ar

ga

-Se

ks

i U

p

ay

a

K

e

se

h

ata

n

In

sti

tu

si

d

an

P

e

mb

e

ra

n

ta

sa

n

P

e

n

ya

ki

t

d

an

P

e

mb

e

rd

ay

aa

n

M

as

ya

ra

ka

t

-Se

ks

i P

e

n

ye

h

ata

n

L

in

gk

u

n

ga

n

d

an

P

e

rmu

ki

ma

n

PE

LA

Y

A

N

A

N

K

ES

EH

A

TA

N

PR

O

M

O

SI

K

ES

EH

A

TA

N

D

A

N

K

ES

EH

A

TA

N

K

EL

U

A

R

G

A

B

ID

A

N

G

PE

M

B

ER

A

N

TA

SA

N

PE

N

Y

A

K

IT

D

A

N

PE

N

Y

EH

A

TA

N

L

IN

G

K

U

N

G

A

N

K

ES

EH

A

TA

N

B

ID

A

N

G

SE

K

R

ET

A

R

IA

T

-

Su

b

ag

. P

e

re

n

ca

n

aa

n

-

Su

b

ag

. K

e

u

an

ga

n

B

ID

A

N

G

G

amb

ar

2

.6

BA

G

A

N

S

TRU

K

TU

R

D

IN

A

S

K

ES

EH

A

TA

N

K

O

TA

A

MBO

N

K

EPA

LA

D

IN

A

S

(17)

Bab 2. Gambaran Umum Wilayah II - 17

U

N

IT

PE

LA

K

SA

N

A

TE

K

N

IS

D

IN

A

S

(U

PT

D

)

-

Su

b

ag

. U

mu

m

d

an

K

e

p

e

ga

w

ai

an

-Se

ks

i P

e

rs

amp

ah

an

-Se

ks

i P

e

rta

ma

n

an

-Se

ks

i A

n

gk

u

ta

n

-Se

ks

i P

e

ma

ka

ma

n

-Se

ks

i P

e

ra

la

ta

n

-Se

ks

i S

al

u

ra

n

d

an

T

in

ja

B

ID

A

N

G

PE

R

SA

M

PA

H

A

N

SE

K

R

ET

A

R

IA

T

-

Su

b

ag

. P

e

re

n

ca

n

aa

n

-

Su

b

ag

. K

e

u

an

ga

n

K

EB

ER

SIH

A

N

&

PE

R

TA

M

A

N

A

N

K

EPA

LA

D

IN

A

S

G

amb

ar

2

.7

BA

G

A

N

S

TRU

K

TU

R

D

IN

A

S

K

EBE

RS

IH

A

N

D

A

N

P

ERTA

MA

N

A

N

K

O

TA

A

MBO

N

B

ID

A

N

G

PE

R

TA

M

A

N

A

N

, PE

M

A

K

A

M

A

N

D

A

N

S

A

LU

R

A

N

(18)

Bab 2. Gambaran Umum Wilayah II - 18

- Subag. Umum dan

Kepegawaian

- Seksi Pengaturan dan

- Seksi Penataan Perumahan dan

Pembinaan Tata Ruang

Kawasan

- Seksi Pembangunan dan

- Seksi Tata Bangunan dan Gedung

Pengawasan Penataan Ruang

- Seksi Pembinaan Pertanahan

PENATAAN RUANG

TATA BANGUNAN DAN

KAWASAN PERKOTAAN

- Subag. Keuangan

BIDANG

BIDANG

KEPALA DINAS

TATA KOTA

SEKRETARIAT

- Subag. Perencanaan

(19)

Bab 2. Gambaran Umum Wilayah II - 19

SU B B A G IA N TA TA U SA H A SE K SI PE N G EN D A LIA N D A M PA K D A N PE N C EM A R A N LIN G K U N G A N SE K SI PE N EG A K A N H U K U M LIN G K U N G A N D A N K EM IT R A A N SU M B ER D A Y A A LA M SE K SI K O N SE R V A SI G amb ar 2 .9 BA G A N S TRU K TU R K A N TO R P EN G EN D A LI A N D A MP A K L IN G K U N G A N K O TA A MBO N K EPA LA K A N TO R PE N G EN D A LIA N D A M PA K LIN G K U N G A N

(20)

Bab 2. Gambaran Umum Wilayah II - 20

Su b B ag ia n P er b ek al an /M at er i al Su b B ag ia n In st al as i Su b B ag ia n T ra n s / D is t. II C ab an g Su b B ag ia n K ep er lu an /A d m . D ir ek si Su b B ag ia n K er u m ah t an gg an P er u sa h aa n W al ik o ta A mb o n D ir e kt u r U ta ma D ir e kt u r U mu m D ir e kt u r Te kn ik Ba gi an H u b . L an gg an an Ba gi an U mu m Ba gi an P e re n c. T e kn ik & P e n ga w as an Ba gi an P ro d u ks i B ad an Pe n ga w as Ba gi an K e u an ga n Su b B ag ia n P er en c. Ev al u as i K eu an ga n Su b B ag ia n D at a P ro ses E lek tr o n ik Su b B ag ia n P el . L an gg an an Su b B ag ia n K as d an P en ag ih an Su b B ag ia n P em b u ku an Su b B ag ia n R ek en in g Su b B ag ia n P em b ac aa n M et er Su b B ag ia n A d m. U mu m & P e rs o n al ia Su b B ag ia n P e re n c. T e kn ik Ba gi an T ra n s / D is t Sa tu an P e n ga w as an In te rn Su b B ag ia n S u mb e r & P e n go la h an Su b B ag ia n T ra n s / D is t. I Su b B ag ia n A u d it In te rn Su b B ag ia n T ek n ik & Hu b . La n gg an an Su b S ie. La n gg an an Si e. P er en ca n aa n U n it P e la ya n an Su b S ek si . In ka ss o Si e. Tek n ik Si e. In ka ss o Si e. La n gg an an Si e. U m u m Su b B ag ia n P en ga w as an K o n st ru ks i Su b B ag ia n P em el ih ar aa n Su b B ag ia n L ab o ra to ri u m Su b B ag ia n P en gu jia n & P er b ai ka n M et er A ir

(21)

Bab 2. Gambaran Umum Wilayah II - 21

(22)

Bab 2. Gambaran Umum Wilayah II - 22

(23)

Bab 2. Gambaran Umum Wilayah II - 23

Gambar

Tabel 2.1.  Nama, Luas Wilayah Per Kecamatan, dan Jumlah Kelurahan di Kota Ambon
Tabel 2.4.  Realisasi APBD Kota Ambon Tahun 2007-2011 (Ribu Rupiah)
Tabel 2.5.  Ringkasan Anggaran Sanitasi dan Belanja Modal Sanitasi   Kota Ambon Tahun 2008-2012 (Ribu Rupiah)
Tabel 2.7.  Data Perekonomian Kota Ambon Tahun 2007-2011
+7

Referensi

Dokumen terkait

d) Mempertahankan dan melindungi kawasan resapan air; dan e) Mempertahankan lahan pertanian kota yang ada.  Penataan perkembangan di Wilayah Pelayanan C dan D Kota Bogor

Sumur komunal di Kelurahan Kaliawi Persada memiliki jumlah total 6 sumur yang semuanya berasal dari bantuan program KOTAKU (Kota Tanpa Kumuh) Kota Bandarlampung, 6 sumur

Berdasarkan Peraturan Walikota Nomor 48 Tahun 2018 Perubahan Atas Peraturan Walikota Surabaya Nomor 44 Tahun 2016 Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Uraian Tugas Dan Fungsi

Kawasan hutan kota dikembangkan di 7 (tujuh) lokasi di kecamatan Temanggung meliputi kelurahan Manding, Sidorejo, Walitelon Utara, Walitelon Selatan,

Gambar 2.4. : Kawasan Kumuh Kampung Bugis.. Sementara itu untuk lokasi permukiman kumuh di Kota Tanjungpinang tersebar di Kelurahan Tanjung unggat, Tanjung Ayun Sakti,

Capaian pengurangan luas kawasan kumuh skala Kota Baru yang terdapat di Kecamatan Raba terdiri dari empat kelurahan yaitu kelurahan Penaraga dengan luas kawasan kumuh 8,49 Ha

59 Berdasarkan RTRW Kota Cimahi Tahun 2012-2032, Kecamatan Cimahi tengah berada pada fungsi pusat pelayanan kawasan yang terdiri dari daerah CBD meliputi Kelurahan Cimahi,

Sebaran kawasan rawan gerakan tanah di Kabupaten Bangli terutama terdapat pada kawasan yang memiliki kemiringan tanah di atas 40% yang sebarannya terutama terdapat pada di